• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran Tematik di Sek (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Pembelajaran Tematik di Sek (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR

Oleh,

ANNISA YULISTIA 15712251009

PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini pemerintah sedang berupaya dalam memajukan pendidikan anak bangsa. Hal ini terlihat dari perubahan kurikulum KTSP menuju kurikulum 2013 yang sedang di evaluasi kembali guna menyempurnakan elemen-elemen yang ada dalam kurikulum tersebut (termasuk buku, penilaian, pendekatan belajar, perangkat pembelajaran, guru, dan lain sebagainya). Meskipun penerapan kurikulum ini akan dilaksanakan secara serentak pada tahun ... , mulai saat ini sekolah secara berangsur sudah menyiapkan apa yang harus diterapkan dalam kurikulum yang baru.

Pendidikan di sekolah dasar (SD) menjadi perhatian khusus dalam penerapan sebuah kurikulum. Berbeda dengan pembelajaran sebelumnya yang masing-masing bidang studi secara spesifik diajarkan kepada siswa dengan cara belajar yang cenderung konvensional, sekarang ini pembelajaran lebih menekankan pada pembelajaran tematik (mengintegrasi beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema). Pembelajaran tematik ini akan lebih efektif dan bermakna dengan menyisipkan pendekatan ilmiah (scientific approach) ke dalam model pembelajarannya. Harapan dari perubahan ini tentunya difokuskan kepada hasil belajar siswa melalui penilaian secara keseluruhan dan kegiatan belajar yang bermakna, sehingga untuk generasi penerus bangsa akan lahir individu yang memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan keterampilan yang baik, dan mampu bersaing dalam masyarakat global.

PEMBELAJARAN TEMATIK

Majid (2013: 80) berpendapat bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Telah banyak dilakukan penelitian menggunakan pembelajaran tematik. Hasil penelitian Min (2012) menunjukkan bahwa

(3)

students when they are involved in ILS projects. Thus, it is important to increase the ILS understanding and practices towards thematic approach in daily teaching and learning process in the classroom..

Pendekatan tematik akan memberikan implikasi positif kepada siswa khususnya untuk menciptakan kreativitas, kritis dan berpikir inovatif oleh siswa ketika mereka terlibat dalam proyek ILS (Integrated Living Skill). Sehingga, penting untuk meningkatkan pengetahuan ILS dan praktik terhadap pendekatan tematik dalam proses belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara keseluruhan, bermakna dan otentik. Pada dasarnya pembelajaran tematik ini dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa mengonstruksi pengetahuannya secara mandiri yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

TEORI YANG MENDASARI PEMBELAJARAN TEMATIK

Penerapan pembelajaran tematik dalam kegiatan pembelajaran dilandasi oleh pandangan konstruktivisme dari Piaget, yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak, seperti yang diungkapkan oleh Brook (1993:15)

Contructivist teaching practice, on the other hand, help learners to internalize and reshape, or transform new information. Transformation occurs through the creation of new understanding (Jackson 1986, Gardner 1991b) that result from the emergence of new cognitive structure.

(4)

pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Sedangkan menurut Daniels (2010: 95) menjelaskan tentang bagaimana anak membangun pengetahuannya dari pandangan konstruktivisme. Penjelasan teori ini memberikan dasar dari banyak pendekatan yang kontemporer kepada pendidikan yang didukung saat ini. Inti dari pandangan ini adalah fokus kepada pikiran anak/pebelajar. Sehingga, istilah anak, pebelajar, atau berpusat pada siswa (student-centered) sering digunakan untuk mendiskripsikan konstruktivisme.

Menurut Santrock (2008: ), Piaget mengemukakan bahwa anak pada usia SD berada dalam masa perkembangan tahap operasional konkret yang memungkinkan anak untuk menggordinasi beberapa karakteristik daripada fokus pada satu sifat benda. Pada tahap ini, anak berpikir secara operasional dan pemikiran yang logis menggantikan pemikiran intuitif tetapi hanya dalam situasi yang konkret; keterampilan mengklasifikasikan ada tetapi persoalan abstrak akan menimbulkan kesulitan. Sehubungan dengan pemikiran Piaget tersebut, dapat dikatakan bahwa cara berpikir siswa SD masih bersifat holistik, sehingga dalam kegiatan belajar dapat menggunakan pendekatan tematik.

Sejalan dengan pendapat Piaget tersebut, Omrod (2012:297) beramsumsi bahwa ketika anak beralih pada tahap operasional konkret proses berpikir mereka mulai membentuk cara berpikir logis yang menggabungkan berbagai pandangan dari suatu objek maupun peristiwa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD

(5)

dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Hal tersebut merujuk pada teori Piaget yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa cara berpikir siswa masih bersifat holistik, sehingga perlu adanya perpaduan beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema. Dengan perpaduan tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar secara utuh sehingga proses belajar akan lebih bermakna bagi siswa yang akan tersimpan dalam long term memory mereka.

Dalam pembelajaran tematik, bukan berarti seluruh mata pelajaran harus dimasukkan ke dalam tema yang diambil, namun disesuaikan dengan kompetensi dasar. Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu, tetap harus diajarkan pada tema berikutnya. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteritik siswa, lingkungan, dan daerahnya. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam mendorong peserta didiknya untuk mengambil prakarsa. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan tema berdasarkan minat dan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh karena itu, pemilihan dan pengembangan tema haru didiskusikan antara guru dengan siswa.

Berdasarkan hasil penelitian Liu (2010), hasilnya menunjukkan efek positif siswa dalam menggunakan model pembelajaran tematik tipe web-based, dan menggunakan konsep mapping dapat membuat proses integrasi pengetahuan lebih nampak. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Nurhasanah (2015) menunjukkan bahwa dalam menerapkan pembelajaran tematik dalam mata pelajaran PKn kelas 1 SD di Laboratorium PGSD FIP UNJ, siswa lebih mudah mengerti materi yang berkaitan karena pembelajaran tematik menunjukkan hubungan timbal balik dari satu subjek dengan pelajaran lain dan dengan beberapa aktivitas yang berbeda.

Pembelaran tematik merupakan salah satu dari integrated curriculum. Berdasarkan artikel Lake (1994), Lipson menyimpulkan dari beberapa penelitian edukasi yang menggunakan integrated curriculum bahwa

The findings support the positive effects of curriculum integration. Lipson (1993) summarizes the following findings:

 Integrated curriculum helps students apply skills.

 An integrated knowledge base leads to faster retrieval of information.  Multiple perspectives lead to a more integrated knowledge base.  Integrated curriculum encourages depth and breadth in learning.  Integrated curriculum promotes positive attitudes in students.

(6)

Berdasarkan hasil penelitan tersebut terdapat beberapa efek positif dari integrasi kurikulum yaitu dapat membantu siswa menggunankan keterampilannya, pengetahuan yang terintegrasi memandu lebih cepat mendapatkan informasi, pandangan yang beragam memandu kepada lebih dari pengetahuan yang terintegrasi, mendorong lebih dalam dan luas dalam pembelajaran, menunjang perilaku positif siswa, menyediakan waktu yang berkualitas untuk eksplorasi kurikulum.

MODEL PEMBELAJARAN YANG MENDUKUNG

Dalam implementasi pembelajaran tematik dapat diterapkan melalui model pembelajran yang menarik. Model pembelajaran yang dipakai sebaiknya sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Model pembelajaran dapat dilakukan secara kolaboratif. Selain itu adanya pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific approach) ke dalam model pembelajaran juga dapat menstimulasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar. Pendekatan saintifik merupakan pendakatan yang mendorong anak untuk membangun pengetahuan melalui metode ilmiah dengan melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).

Ada beberapa model pembelajaran yang mendukung pembelajaran tematik dengan menyisipkan pendekatan ilmiah dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Problem based learning (PBL)

(7)

PBL memiliki efek positif atas motivasi siswa terhadap pembelajaran sains. Selain itu, hasil penelitian Akcaoglu (2014) menunjukkan bahwa

2. Project based learning (PjBL)

Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif belajar secara berkolaborasi untuk memecahkan masalah sehingga dapat mengonstruk inti pelajaran dari temuan-temuan dalam tugas/proyek yang dilakukan. Menurut Ensiklopedia Psychology of Classroom Learning (2009:274), tujuan menggunakan proyek adalah untuk memberi peluang kepada siswa agar menjadi satu dalam pembelajaran yang didapati siswa seperti mereka menciptakan benda yang berarti.

Berdasarkan jurnal Cross (2012), aktivitas dalam PjBL ditujukan kepada ide-ide inti yang berhubungan dengan statistik tidak hanya termasuk dalam standar untuk SD, tetapi juga alat yang digunakan oleh jajaran profesional dalam pekerjaannya untuk membuat pandangan dunia dan membangun pendapat yang berdasarkan pada data.

3. Discovery learning

Discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau mengonstruksi apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Menurut Ensiklopedia Psikologi of Classroom Learning (2009: 268)

discovery learning merupakan metode instruksional dimana siswa bebas bekerja dalam pengetahuan lingkungan dengan sediki ataupun tanpa bimbingan. Hal ini sesuai dengan penelitian Jansen (2014) yang menyimpulkan bahwa meskipun guru pada umumnya menggunakan manfaat dari guided discovery learning, hal itu tetap jarang disadari dalam bentuk praktik. Demikian pula terhadap banyaknya pendekatan pembelajaran yang inovatif, guided discovery learning terutama cocok dalam mengoptimalkan proses belajar siswa. Selain itu berdasarkan hasil penelitian White (2013) bahwa discovery learning dapat mengubah praktik belajar mengajar kita,

(8)

EVALUASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS

Menurut Sundayana (2014:84), evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran tematik dapat berupa evaluatif formatif dan sumatif dengan menerapkan berbagai alat evaluasi baik yang tes maupun non-tes. Sebagaimana dikemukakan oleh Scriven, fungsi evaluasi formatif adalah untuk melihat proses kemajuan belajar siswa yang dapat digunakan oleh guru untuk memberikan balikan dan pemanduan kembali terhadap apa yang belum dikuasai oleh siswa. Sementara itu, evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat hasil belajar peserta didik di akhir pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran (kompetensi yang akan dicapai).

Penilaian yang dilakukan pada pembelajaran tematik ini sebaiknya bersifat otentik (authentic assesment). Penilaian otentik ini berarti evaluasi harus didasarkan pada kegiatan dan proses belajar dalam kehidupan keseharian peserta didik baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam menggunakan penilaian otentik pada pembelajaran tematik, proses menilai tidak hanya fokus pada hasil kerja ulangan/tes formatif siswa saja (kognitif), namun dari segi sikap dan keterampilan siswa (performance) juga harus dinilai. Maka dari itu, tidak hanya guru yang dapat menilai siswa (dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotrnya), namun terdapat observer yang bisa menilai siswa dalam ranah afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian dan pengamatan lebih terhadap siswa. Hal ini sependapat dengan Malley and Pierce (1995:4), bahwa

We use the term authentic assessment to describe the multiple forms of assessment that reflect student learning, achievement, motivation, and attitudes on instructionally-relevant classroom activities. Example of authentic assessment include performance assessment, portofolios, adn studen self-assessment.

(9)

... benefit to using authentic assessment is that the teacher can share information he or she collects regarding a childs progress with the family. Family members enjoy seeing their child on video or in photographs, as well as samples of his or her work.

dalam artikel Ratcilff tersebut mengemukakan penggunaan penilaian otentik yang memiliki banyak keuntungan bagi orang tua siswa. Keuntungannya yaitu guru dapat berbagi informasi kepada khalayak baik itu orang tua siswa, guru lain, maupun siswa lain mengenai perkembangan masing-masing siswa. Anggota keluarga dapat melihat hasil belajar siswa melalui video atau foto.

Penilaian otentik dalam pembelajaran tematik menuntut keterampilan profesional guru. Dalam perbandingannya terhadap tes tertulis contohnya dalam bentuk pilihan ganda, dimana penilaian berdasarkan jumlah jawaban benar, prosedur penilaian ini ditujukan lebih kepada tafsiran dari performa siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya menurut Miley and Pierce (1995: 7), penilaian otentik memerlukan waktu dan perencanaan yang matang untuk dapat digunakan dengan efektif. Guru membutuhkan partner dan dukungan untuk mendesain dan menggunakan penlaian performance yang efektif yang menekankan pemahaman multidisipliner dan kemampuan berpikir kritis siswa. Tanpa adanya kolaborasi dengan guru lain, seorang guru akan kesulitan dalam menggunakan penilaian dalam pembelajaran tematik ini.

KESIMPULAN

(10)

hasil pengamatan juga dapat dilakukan guru untuk menunjang kegiatan pembelajaran berikutnya agar lebih baik dan menarik. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran tematik dapat efektif dilakukan dengan harapan pembelajaran dapat lebih bermakna dan tujuan pembelajaran tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Balim, Ali Gumay,dkk. 2014. Teachers’ View about Problem-based Learning Through Concept Cartoons. Journal of Baltic Science Education. Vol.13 No. 4

Brook, Jaqueline G, and Brook, Martin G. 1993. The Case for Contructivist Classrooms. USA: Association for Supervision and Curriculum Development

Cross, Dionne I, dkk. 2012. Success Made Probable: Creating Equitable Mathematical Experience Through Project Base Learning. Journal of Urban Mathematics Education. Vol.15 No.2

Daniels, Denise H., Clarkson, Patricia K. 2010. A Developmental Approach to Educating Young Children. America: CORWIN

Janssen, Fred J.J.M, dkk. 2013. How to Make Guided Discovery Learning Practical for Student Teacher. Spring Science+Business Media Dordrecht. Lake, Kathy. 1994. Integrated Curriculum. Educational Research and

Inmprovement (OERI) US Goverenment

Liu, M.C,. Wang J. Y. 2010. Investigating Knowledge Integration in Web-based Thematic Learning Using Concept Mapping Assessment. Educational Technology and Society – National Dong Hwa University.

Majid, Abdul. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu. Remaja Rosda Karya: Bandung

Min, Kon Chon, dkk. 2012. Teachers Understanding and Practice Towards Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skill (ILS) in Malaysia.

International Journal of Humanities and Social Science. Vol.2 No. 23

Nurhasanah, Nina. 2015. The Civic Educational (PKn) Learning Through Thematic Principle in an Effort Development Moral Intelligence (Study of Qualitative in Lab. PGSD FIP UNY 2010). American Journal of Educational Research. Vol. 3

O’Malley, Michael J and Pierce, Lorraine Valdez. 1996. Authentic Assessment For English Language Learners. USA: Addison-Walley Publishing

(12)

Psychology of Classroom Learning: An Encyclopedia. 2009. USA: Macmillan Science Social Library

Ratcilff, Nancy J. 2001. Using Authentic Assessment to Document the Emerging Literacy Skill of Young Children. Childhood Education

Santrock, John W. 2008. Educational Psychology, ed 3th. University of Texas: Mc

Graw Hill

Sundayana, Wachyu. 2014. Pembelajaran Berbasis Tema. Jakarta: Erlangga White, J, dkk. 2013. Discovery Learning: An Account of Rapid Curriculum

Referensi

Dokumen terkait

From the analysis, there are three main points drawn. First, Chick Benetto is a person who is messy, rude, selfish, rebellious, introvert, dishonest, tender, and wishy- washy.

Metode kombinasi belajar mandiri dan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini bertujuan untuk memberikan teknik atau strategi

5 Dalam pembahasan lain disebutkan bahwa bala’ bisa berbentuk nikmat, cobaan atau ujian, dan sesuatu yang dibenci ( makruh ). Adapun contoh bala>’ dalam bentuk

Pangsa pasar yang semakin besar atau pengalaman yang semakin banyak mengarah pada biaya yang semakin rendah, oleh sebab itu koperasi atau perusahaan baru perlu

Pada tanggul sederhana dengan tebal tak berhingga ditampilkan dalam 3 kasus yaitu, energi partikel sangat atau lebih kecil daripada energi potensial tanggul, energi

Perbedaan nilai konsentrasi kompos berdasarkan jenis bahan baku antara kompos sampah rumah tangga dan kompos sampah daun kering terhadap timbulan gas rumah kaca (CO2,

Dengan demikian, Eksistensialisme yang ditulis dalam buku ini kiranya tidak hanya akan menambah khasanah berpikir pembaca saja, namun dapat mengantar orang untuk mengenali

Angka rata-rata yang tersaji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kombinasi dosis pupuk kascing dan konsentrasi POC tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan