• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Gabungan Psikologi Olahraga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Gabungan Psikologi Olahraga"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 1 Pengantar Psikologi Olahr aga

Komar udin,M.A.

Psikologi olahr aga adalah sebuah cabang ilmu yang r elatif bar u, ter utama di Indonesia. Ber sama dengan cabang ilmu lain seper ti nutr isi, kedokter an olahr aga atau ilmu fisiologi, psikologi olahr aga masuk dalam r anah spor t science. Spor t Science adalah r umpun ilmu pengetahuan yang ber fokus untuk membantu atlet agar mempunyai kualitas teknik, fisik dan mental yang ber ada dalam level ter tinggi.

Pentingnya pemanfaatan ilmu psikologi dalam olahr aga didasar i fakta bahw a ada 3 unsur yang menentukan keber hasilan seor ang atlet atau sebuah tim dalam sebuah per tandingan, yaitu; fisik, t eknik dan mental. Faktor fisik dan mental adalah dua faktor dalam tubuh manusia yang selalu akan saling mempengar uhi. Or ang yang sakit secar a fisik akan mempengar uhi kondisi mental, begitu juga sebaliknya. Ada banyak unsur dalam mental seor ang atlet yang menentukan keber hasilan sebuah per tandingan, diantar anya adalah motivasi, keper cayaan dir i, kecemasan, agr esifitas, team cohesion, leader ship dan sebagainya. Sebelum membahas t entang unsur -unsur ter sebut, t er lebih dahulu kita melihat definisi dan sejar ah ser ta r uang lingkup psikologi olahr aga.

Olahr aga dan Latihan

Sejak zaman kuno, olahr aga telah dikenal sebagai aktivitas yang membaw a manfaat baik bagi pelaku olahr aga maupun or ang lain yang menonton. Olahr aga dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan dan membaw a banyak manfaat antar a lain: tubuh menjadi sehat, hati senang at au bahkan mendapatkan hadiah. Per kembangan olahr aga dew asa ini telah mengubah par adigma olahr aga sebagai aktivitas untuk mencar i kesehatan menjadi aktivitas yang ber sifat menghibur . Or ang ber main sepakbola di halaman r umah, bulu tangkis di depan masjid dan masih banyak aktivitas olahr aga yang ber tujuan sebagai kesenangan.

Definisi olahr aga menur ut Wann (1997) adalah aktivitas yang melibatkan power dan skill, kompetisi, str ategi, dan/ atau kesempatan, dilakukan untuk kesenangan, kepuasan dan/ atau pencapaian pr ibadi (misal; pendapatan) dar i pelaku atau or ang lain (mis. penonton), meliputi olahr aga ter or ganisasi dan olahr aga r ekr easional, dan olahr aga sebagai hibur an.

(2)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 2 olahr aga r ekr easi semat a-mata ber tujuan untuk mendapatkan kesenangan dan badan yang sehat.

Latihan (exer cise) ser ing didefinisikan sebagai aktivitas yang ber tujuan untuk meningkatkan kemampuan atletis yang dilakukan dengan metode dan teknik ter tentu. Ber latih ber tujuan untuk mengenalkan teknik bar u atau meningkatkan kualitas teknik yang sudah per nah dipelajar i sebelumnya. Istilah exer cise dalam kehidupan sehar i-har i juga dikenal tidak semata-mata dilakukan oleh par a atlet, tapi istilah latihan sebenar nya juga mer ujuk pada semua aktivitas fisik (physical activity), seper ti jogging, jalan atau ber sepeda santai.

Psikologi

Ada banyak definisi mengenai istilah psikologi. Salah satu definisi tentang psikologi adalah kaji an ilmiah tentang per ilaku, emosi dan kognisi manusia dan binatang (Wann, 1997). Psikologi mer upakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memfokuskan dir i pada per ilaku manusia dan semua dinamika di dalam tubuh manusia baik yang ter lihat maupun yang tidak bisa dilihat secar a langsung. Per ilaku manusi a meliputi semua hal yang dilakukan oleh seor ang manusia baik yang disadar i maupun yang tidak disadar i. Dinamika-dinamika yang ada dalam tubuh manusia antar a lain kekecew aan, kemar ahan, kebahagiaan, konflik dan sebagainya. Dinami ka-dinamika ini biasanya kemudian keluar dalam bentuk per ilaku.

Psikologi olahr aga

Dar i definisi-definisi di atas, diper oleh definisi tentang psikologi olahr aga sebagaimana di sampaikan oleh Wann (1997). Menur utnya psikologi olahr aga adalah kajian ilmiah tentang r eaksi-r eaksi ber bentuk per ilaku, emosi, dan kognisi dalam situasi olahr aga yang meliputi r eaksi dar i par tisipan dan r eaksi dar i penonton. Menur ut definisi ini, semua r eaksi dalam atas kondisi olahr aga mer upakan kajian dar i psikologi olahr aga. Reaksi -r eaksi ter sebut antar a lain kegembir aan, kemenangan, kekecew aan, atau dor ongan yang meluap-luap dan sebagainya. Ber dasar definisi juga bi sa dilihat bahw a psikologi olahr aga meliputi pelaku olahr aga dan or ang-or ang yang secar a tidak langsung ber kaitan dengan aktivitas olahr aga ter sebut, misalnya penonton atau pihak manajemen.

Definisi lain psikologi olahr aga adalah kajian tentang faktor -faktor mental dan psikologis yang mempengar uhi dan dipengar uhi oleh keikutser taan dan penampilan dalam olahr aga, latihan dan aktivitas fisik. Ser ta aplikasi pengetahuan yang diper oleh melalui studi ini dalam situasi sehar i-har i.

(3)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 3 Sejar ah Singkat Psikologi Olahr aga

Psikologi olahr aga dianggap per tama kali dikenalkan oleh Nor man Tr iplett pada tahun 1898 dengan penelitiannya ter hadap par a pembalap sepeda. Tr iplett menemukan bahw a w aktu tempuh pembalap sepeda menjadi lebih cepat jika mer eka membalap di dalam sebuah tim atau ber pasangan dibanding jika membalap sendir i. Penelitian ter sebut menjelaskan bahw a dengan adanya law an, maka par a pembalap akan lebih ter pacu dibandingkan jika membalap sendir ian. Penelitian itulah yang menjadi tonggak dimulainya cabang ilmu psikologi olahr aga. Tapi sayang set elah itu, tidak ada lagi penelitian-penelitian atau kajian-kaji an ilmiah tentang faktor mental yang ber kaitan dengan penampilan seor ang atlet.

Bar u tahun 1925 labor ator ium psikologi olahr aga per tama di Kaw asan Amer ika Utar a ber dir i. Pendir inya adalah Coleman Gr iffith dar i Univer sitas Illinois. Gr iffith ter tar ik pada pengar uh faktor -faktor penampilan atletis seper ti w aktu r eaksi, kesadar an mental, ketegangan dan r elaksasi otot ser ta kepr ibadi an. Dia lalu mener bitkan dua buah buku, The Psychology of Coaching (1926)- buku per tama di dunia Psikologi Olahr aga- dan The Psychology of At hlet es (1928).

Pada t ahun yang sama, di Er opa sebenar nya juga ber dir i sebuah labor ator ium Psikologi Olahr aga yang didir ikan oleh A.Z Puni di Institute of Physical Cultur e in Leningr ad. Namun Labor ator ium Psikologi Olahr aga per tama di dunia sebenar nya didir ikan tahun 1920 oleh Car l Diem di Deutsce Spor thochschule di Ber lin, Jer man.

Setelah per iode ter sebut psikologi olahr aga mengalami kemandekan. Bar u pada tahun 1960-an psikologi olahr aga kembali mulai ber kembang. Per kembangan ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan membuka konsentr asi pengajar an pada Psikologi Olahr aga. Puncaknya adalah pembentukan Int er nat ional Societ y of Spor t Psychology (ISSP) oleh par a ilmuan dar i penjur u Er opa. Kongr es inter nasional per tama diadakan pada tahun yang sama di Roma, Italia.

Pada tahun 1966, sekelompok psikolog olahr aga ber kumpul di Chicago untuk membicar akan pembentukan semacam ikatan psikologi olahr aga. Mer eka kemudian dikenal dengan nama Nor t h Amer ican Societ y of Spor t Psychology and Physical Act ivit y (NASPSPA). Jur nal Sekolah per tama yang diper sembahkan untuk psikologi olahr aga keluar tahun 1970 dengan nama The Int er nat ional Jour nal of Spor t Psychology. Kemudian diikuti oleh Jour nal of Spor t Psychology tahun 1979. Meningkatnya minat melakukan penelitian dalam bidang psikologi olahr aga di luar labor ator ium memicu pembentukan Advancement of Applied Spor t Psychology (AAASP) pada t ahun 1985 dan lebih ber fokus secar a langsung pada psikologi ter apan baik dalam bidang kesehatan maupun dalam konteks olahr aga.

(4)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 4 Pener bitan dan jur nal pun sudah sangat banyak. Beber apa pener bitan dan jur nal ter sebut adalah (a) Int er nat ional Jour nal of Spor t Psychology (1970); (b) Jour nal of Spor t Psychology (1979) yang kemudian ber ubah nama menjadi 1988 Jour nal of Spor t and Exer cise Psychology; NASPSPA pada tahun 1988. pener bitan lain adalah The Spor t Psychologist (1987)—sekar ang, Jour nal of Applied Spor t Psychology (1989)— sekar ang, ser ta The Psychology of Spor t and Exer cise.

Tabel 1. Ringkasan per i stiw a yang menjadi tonggak psikologi olahr aga Tahun Per istiw a

1898 Riset tentang psikologi olahr aga per tama dilakukan oleh Tr iplett

1920 Labor ator ium psikologi olahr aga per tama ber dir i di Deutsce Spor thochschule Ber lin, Jer man oleh Car l Diem

1925 Labor ator ium psikologi olahr aga di kaw asan Amer ika didir ikan oleh Gr iffith 1965 Pembentukan Inter national Society of Spor t Psychology (ISSP)

1967 Pembentukan Nor th Amer ican Society for the Psychology of Spor t and Physical Activity (NASPSPA)

1969 Pembentukan Canadian Society for Psychomotor Lear ning and Spor t Psychology (CSPLSP)

1985 Pembentukan Association for the Advancement of Applied Spor t Psychology (AAASP)

1987 Pembentukan Divi si 47 (tentang Exer cise and Spor t Psychology) dar i Amer ican Psychological Association

Cakupan Psikologi Olahr aga

Secar a umum, pr aktek-pr aktek psikologi olahr aga dilakukan oleh pr ofesional yang disebut sebagai psikolog olahr aga. Namun, pada per kembangannya, isu-isu psikologi olahr aga ber siner gi dengan ber bagai cabang ilmu, antar a lain:

1. Kepelatihan

(5)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 5 meningkatkan mental ber tanding ser ta mengatasi masalah-masalah dalam pr oses latihan.

2. Pendidikan

Di dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan jasmani, per an psikologi olahr aga adalah meningkatkan pemahaman pendidik ter hadap isu-isu yang menyangkut kondisi mental. Per an psikologi olahr aga ini bisa dilakukan melalui penelitian-penelitian maupun pelatihan-pelatihan bagi par a gur u tentang per kembangan aspek psikologi sesuai dengan per kembangan usia anak didik.

3. Masyar akat

Tujuan dar i pener apan ilmu psikologi olahr aga dalam kehidupan masyar akat adalah kampanye hidup sehat dan aktivitas fisik kepada masyar akat luas. Kampanye ini bisa dilakukan dengan pr ogr am-pr ogr am yang disesuaikan dengan situasi sosial psikologis masyar akat.

Di dalam pr aktek pr ofesional psikologi olahr aga sendir i, dibagi menjadi dua kategor i besar , yakni applied spor t psychology dan exper imental spor t psychology (Wann, 1997). Applied spor t psychology atau psikologi olahr aga ter apan mer upakan pr aktek ilmu psikologi yang secar a langsung ber kaitan dengan par a atlet atau or ang-or ang yang mengur usi olahr aga, seper ti pelatih, manajer dan sebagainya. Ilmu psikologi ter apan ini dibagi menjadi 2, yakni: clinical spor t psychologist yakni psikolog yang beker ja untuk

Sport psychologist

Applied Experim ent al

Clinical Educat ional

(6)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 6 membantu memulihkan gangguan-gangguan kejiw aan yang diakibatkan at au mempengar uhi ketahanan mental ser ta educational spor t psychologist yang ber tugas ber sama pelatih untuk mer umuskan metode dan teknik kepelatihan yang efektif dar i sudut pandang psikologi.

(7)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 7 Motivasi Pada Atlet

Definisi

Motivasi ber asal dar i kata “mover e” yang ber ar ti ber ger ak atau ber pindah. Dar i kata itu kemudian diper oleh kata motif dan motivasi. Motif adalah sesuatu yang ber fungsi untuk meningkatkan dan memper tahankan ser ta menentukan ar ah dar i per ilaku seseor ang. Sedangkan motivasi adalah per w ujudan dar i motif-motif yang dimiliki oleh seseor ang. Wann (1997) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah pr oses peningkatan kondisi emosional dalam dir i or ganisme yang membantu untuk mengar ahkan dan memper tahankan per ilaku.

Ber dasar dua definisi di atas, bisa ditar ik kesimpulan bahw a motivasi adalah segal a sesuatu yang menjadi alasan bagi seseor sang untuk melakukan dan memper tahankan per ilaku ter tentu yang dicir ikan dengan adanya pr oses inter nal dalam dir i seseor ang. Definisi ini menekankan bahw a sebenar nya motivasi bisa ber bentuk apa saja baik ber asa dar i dalam dir i maupun dar i luar dir i seseor ang.

Jenis motivasi

Deci & Ryan (2000) membagi motivasi menjadi 2, yaitu: yakni motivasi intr insik dan motivasi ekstr insik.

1. Motivasi intr insik

Adalah melakukan aktivit as dengan tujuan untuk mencapai kepuasan atas aktivitas itu sendir i tanpa memper hatikan konsekuensi yang muncul dar i aktivitas ter sebut. Hal ini ber ar ti motivasi instr insik adalah motivasi yang muncul kar ena keinginan untuk menikmati aktivitas t er sebut. Definisi lain dar i motivasi intr insik adalah motivasi yang datang dar i dalam dir i individu dan sedikit dipengar uhi oleh kondisi lingkungan sekitar .

Tipe Motivasi Intr insik

Mengapa motivasi intr insik penting bagi seor ang atlet? Tidakkah cukup diber i uang saja agar par a atlet mau untuk menunjukkan kehebatannya? Jaw abannya mungkin r elatif, tapi menilik kasus di atas, uang ter nyata bi sa penting, tapi bisa juga tidak. Motivasi Intr insik penting kar ena setiap individu mempunyai individual differ ences yang membedakan dengan or ang lain. Individual differ ences ini meliputi kesenangan, tingkat kepuasan, kemampuan penyesuaian dir i, tingkat emosi, ker entanan dan sebagainya.

(8)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 8 penting dalam pr oses latihan. Par a pemain har us mempunyai motivasi intr insik jenis ini untuk memastikan bahw a mer eka selalu ter libat dalam pr oses latihan dengan baik. Untuk selalu menggugah motivasi ini, par a pelatih juga har us selalu kr eatif menciptakan metode latihan yang selalu member i sesuatu yang bar u kepada par a pemain. Jika pelatih gagal member i sesuatu yang bar u, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh par a pemain akan luntur per lahan-lahan.

2. Motivasi Intr insik yang ber kaitan dengan pencapaian (Accomplishment). Manusia selalu mempunyai nalur i untuk mencapai sesuatu. Bahkan secar a ekstr em, or ang yang sudah kaya r aya pun tidak per nah ber henti untuk menger uk har ta. Ini membuktikan bahw a setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahr aga, at let sebenar nya juga mempunyai hal ser upa. Motivasi intr insik tipe ini seseor ang melakukan aktivitas kar ena t er dor ong oleh kesenangan mencoba untuk melampaui dir inya sendir i. Ar tinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seor ang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membaw a unsur kompetisi dalam pr oses latihan. Par a pemain juga har us selalu mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar mer eka selalu ter fasilitasi untuk melew ati pencapaian yang sudah per nah diper oleh.

3. Motivasi Intr insik untuk merasakan stimulasi (Stimulation).

Jenis ini mendor ong seseor ang untuk ter libat dalam sebuah aktivitas dalam r angka mer asakan kenikmatan yang sensasional. Par a atlet panjat t ebing, pendaki gunung dan sebagainya adalah contoh or ang-or ang yang selalu ingin mer asakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk atlet lain, bar angkali dengan mendapat pencapaian ter tinggi, maka pengalaman sensasional ini akan ter capai. Bayangkan jika seseor ang ber hasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah, par a atlet har us selalu dir angsang untuk selalu mengeset sasar annya setinggi mungkin.

2. Motivasi Ekstr insik

Motivasi ekstr insik bi asa didefinisikan motivasi yang datang dar i luar individu. Dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseor ang ter sebut dikendalikan oleh objek-objek yang ber asal dar i luar individu. Contoh-contoh motivasi yang ber sifat ekstr insik adalah: hadiah, tr ofi, uang, pujian, dan sebagainya.

Tipe motivasi Ekstr insik:

Motivasi ekstr insik tidak selamanya hanya ber sifat sement ar a, tapi dengan penanganan yang t epat, motivasi ekstr insik bisa member i kekuatan yang tidak kalah dengan motivasi intr iksik. Ber ikut ini beber apa tingkatan motivasi ekstr insik:

1. Exter nal r egulation.

(9)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 9 atlet sedang ber ada dalam fase r egulasi ekst er nal adalah ketika mer eka mengatakan, “Saya akan per gi ber latih har i ini kar ena saya tidak ingin dicadangkan oleh pelatih pada per tandingan mendatang!”

Dalam ucapan ini t ampak bahw a pemain t er sebut datang ke latihan hanya kar ena dia takut tidak ber main di tim inti. Jadi motivasinya bukan kar ena memang dia membutuhkan latihan. Bagaimana seandainya sang pelatih sudah cinta mati kepadanya? Tentu saja dia akan ser ing mangkir latihan, kar ena toh nggak latihan saja dia tetap akan main di tim utama.

2. Intr ojected r egulation.

Dalam tipe kedua dar i motivasi ekstr insik ini pemain mulai menginter nalisasi alasan-alasan dar i per ilakunya. Inter nalisasi alasan ini menggantikan kontr ol dar i luar seper ti dalam exter nal r egulation. Dia menggantikan kontr ol ekster nal dengan sesuat u yang ber asal dar i dalam dir i. Masih dalam konteks latihan, pemain yang mempunyai int r oject ed r egulat ion ini akan mengatakan, “Saya ber latih kar ena saya akan mer asa ber salah seandainya tidak datang.”

Dengan kat a lain, meskipun sumber nya masih ber asal dar i luar , tapi pemain sudah mulai menggunakan unsur yang ber asal dar i dalam dir inya, yakni r asa ber salah. Tapi sekali lagi, bukan di dasar kan atas kebutuhan akan latihan yang ber asal dar i dalam dir inya.

3. Regulated thr ough identification

Setelah melew ati pr oses inter nalisasi, seor ang pemain mempunyai pilihan atas per ilaku-per ilaku yang akan dia lakukan. Per ilaku-per ilaku ter sebut akan dibandingkan dan dinilai mana yang layak untuk dilakukan. dalam fase ini, motivasi ekstr insik telah ber ger ak ke ar ah r egulat ed t hr ough ident ificat ion, yakni munculnya per ilaku-per ilaku yang dinilai dan menjadi pilihan untuk dilakukan. Pemain sudah bisa mengidentifikasi per ilaku yang har us diambil.

Dalam ucapan, pemain yang sudah mempunyai motivasi ekstr insik tipe ini akan mengatakan, “ Saya memilih untuk ber latih kar ena ber latih akan membantuku tampil lebih baik untuk per tandingan mendatang.” Contoh itu menggambar kan bahw a pemain t er sebut sudah mulai memiliki kesadar an akan pilihan didasar kan atas nilai at au sesuatu yang lebih baik.

4. Integr ated r egulation

(10)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 10 ber dasar kan fungsi-fungsi yang ber hubungan dengan ber bagai macam aspek dar i dir i seseor ang. Seor ang atlet sudah memilih untuk tetap tinggal di r umah dibanding jalan-jalan ber sama teman-teman, sehingga atlet ter sebut akan si ap menghadapi per tandingan esok har i.

Ada pilihan-pilihan aktivitas lain yang muncul ber samaan dengan aktivitas yang sehar usnya dilakukan oleh seor ang pemain. Dalam tahap ini, ber ar ti memang motivasi ekst er nal mencapai titik efektifnya kar ena selain menjadi pengatur per ilaku atlet, motivasi ekster nal ini juga sudah member i kesadar an bagi seor ang atlet akan per ilaku yang sehar usnya dia lakukan.

Teknik meningkatkan Motivasi

Ber ikut ini beber apa aplikasi teor i dalam konteks sehar i-har i untuk meningkatkan motivasi atlet (Whitehead, 1995).

Tekankan pada penguasaan teknik secar a individual (individua master y). Motivasi intr insik memang lebih efektif, sehingga penguasaan kemampuan sebagai dasar motivasi intr insik har us lebih banyak dit ekankan. Penekanan ini diw ujudkan dalam bentuk umpan balik atau masukan-masukan dengna konkr et. Pelatih yang hanya ber fokus pada kesalahan cender ung akan mengur angi nilai dar i masukannya dan kemungkinan membuat par a atlet menjadi str ess. Contoh, saat member i masukan dan umpan balik, pelatih har us member i penekanan pada per kembangan per sonal yang t elah dibuat (mis, “Kamu benar -benar sudah mulai menguasai teknik memukul dengan benar ”). Also,sw eet en bitter medicine by pr efacing comments w ith a competence-pr omoting intr oduction (e.g., “If you w ant to make that good shot gr eat—w hy not tr y to . . .”).

Jangan ter lalu membandingkan antar teman latihan

Membandingkan antar teman latihan cender ung akan mer usak motivasi par a atlet . Hal ini disebabkan oleh r asa ketidakpuasan dan munculnya r asa malu sehingga akan menyebabkan timbulknya r asa fr ustr asi dar i atlet ter sebut. Ketika seor ang atlet t er lalu ser ing dibandingkan, maka har ga dir i atlet ter sebut menjadi ter ganggu. Untuk itu, dar i pada membanding-bandingkan antar teman l atihan, lebih bai k menekankan lebih detil untuk member ikan masukan secar a tekni s kepada atlet ter sebut.

Member ikan banyak pilihan saat latihan.

Secar a konseptual, motivasi intr insik menekankan pada keingintahuan ser ta penguasaan. Untuk itu, pr oses latihan har us ber var iasi sehingga atlet mempunyai banyak pilihan. Pilihan inilah yang akan membuat par a atlet menyesuaikan dir i dengan kemampuannya, sehingga per sepsi atas penguasaan mat er i menjadi lebih baik.

(11)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 11 mendapatkan sensasi dar i teknik yang dijalankan. Bentuk r ew ar d atau iming-iming akan cender ung membuat atlet menjadi ter dor ong untuk mendapatkan hadiah ter sebut. Untuk itulah pr oses pember ian r ew ar d har us tepat sasar an.

Buat latihan menjadi menyenangkan.

Latihan yang menyenangkan akan membuat tekanan menjadi ber kur ang. Keinginan untuk semakin tahu dan semakin bisa akan muncul jika situasi latihan menyenangkan.

Jangan mengubah situasi latihan menjadi membosankan.

Pr oses latihan pada dasar nya adalah aktivitas yang menyenangkan, t api pelatih ter kadang membuat pr oses latihan menjadi sesuatu yang menjemukan kar ena ber bagai macam penyebab. Penyebab yang paling umum adalah var iasi latihan yang tidak cukup menar ik. Pelatih sehar usnya menciptakan var iasi-var iasi latihan yang bi sa mer angsang par a atlet untuk selalu ber usaha dan ber kompetisi. Jika pr oses latihan tidak banyak menuntut ker ja par a atlet , maka pr oses latihan ter sebut akan ber ubah menjadi menjemukan.

Tingkatkan pehamanan terhadap tujuan latihan dengan melatihkan nilai-nilai utama dalam olahr aga ter sebut.

(12)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 12 Kecemasan dalam Olahr aga

A. Pendahuluan

Kecemasan adalah kondisi yang umum dihadapi oleh siapa saja saat akan menghadapi sesuatu yang penting, ter masuk juga par a atlet. Rasa cemas muncul kar ena ada bayangan-bayangan yang salah ber kaitan dengan per tandingan yang akan dihadapi. Gambar an tentang musuh yang lebih kuat, tentang kondisi fisik yang tidak cukup bagus, even yang sangat besar atau semua or ang menar uh har apan yang ber lebihan bisa mengakibatkan adanya kecemasan yang ber lebi han.

Kecemasan tidak selalu mer ugikan, kar ena pada dasar nya r asa cemas ber fungsi sebagai mekanisme kontr ol ter hadap dir i untuk tetap w aspada t er hadap apa yang akan ter jadi. Namun, jika level kecemasan sudah ti dak ter kontr ol sehingga telah mengganggu aktivitas tubuh, maka hal itu jelas akan sangat mengganggu.

Secar a seder hana kecemasan at au dalam bahasa psikologi biasa disebut dengan anxiet y di definisikan sebagai aktivasi dan peningkatan kondisi emosi (Bir d, 1986). Peningkatan dan aktivasi ini didahului oleh sebuah kekhaw atir an dan kegelisahan atas apa yang akan ter jadi. Dalam konteks per tandingan, tentu saja ber kaitan dengan law an dan har apan-har apan baik yang ber asal dar i dir i sendir i maupun or ang lain. s

B. Definisi Ar ousal, Cemas dan Str ess

Secar a umum, ada tiga istilah yang penggunaannya mir ip satu sama lainnya, yakni Ar ousal, Anxiet y (kecemasan), dan St r ess. Ketiga hal ter sebut tidak jar ang saling tumpang tindih. Sebelum membahas tentang kecemasan lebih lanjut, ter lebih dahulu kita bahas definisi dar i ketiga istilah ter sebut.

Ar ousal adalah aktivasi fisiologi dan psikologi secar a umum yang ber var iasi dar i tidur nyenyak sampai kesengangan yang sangat intens (Gould & Kr ane, 1992 dalam Jar vis, 1999). Pada saat seseor ang dalam kondisi tidur , atau melamun atau sedang ber sant ai, maka or ang ter sebut bisa dikat akan sedang ber ada dalam kondisi ar ousal yang r endah, sedangkan ketika seseor ang sedang menonton film komedi yang sangat lucu, atau mar ah atau sedih, maka dia dikatakan sedang dalam kondisi ar ousal yang tinggi.

Anxiety (kecemasan) adalah kondisi emosi negatif ditandai per asaan gugup, kuatir dan takut dan diikuti oleh aktivasi atau ar ousal dalam tubuh (Weinber g & Gould, 1995 dalam Jar vis, 1999). Bisa dikatakan bahw a kecemasan adalah ar ousal yang tidak nyaman. Cemas adalah kombinasi antar a intensitas per ilaku dan ar ah dar i emosi yang lebih ber sifat negatif (Bir d, 1986).

Str ess adalah pr oses dimana seor ang individu mer asa mener ima tekanan dan

(13)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 13 tuntutan yang sulit untuk kita penuhi dan akan ber dampak ser ius jika tidak dilaksanakan. Jika str es ber langsung lama dan dengan kuantitas ser ta kualitas yang tinggi, maka akan menjadi gangguan emosi yang ber bahaya.

C. Jenis-Jenis Kecemasan

1. State and tr ait anxiety

Spielber ger (1966, dalam Jar vis, 1999) membagi kecemasan menjadi 2, yaitu St at e Anxiet y dan Tr ait anxiet y:

a. St at e anxiet y at au biasa di sebut sebagai A-state. A-state ini adalah kondisi cemas ber dasar kan situasi dan per istiw a yang dihadapi. Ar tinya situasi dan kondisi lingkunganlah yang menyebabkan tinggi r endahnya kecemasan yang dihadapi. Sebagai contoh, seor ang atlet akan mer asa sangat tegang dalam sebuah per ebutan gelar juar a dunia. Sebaliknya, tidak begitu tegang saat menjalani per tandingan dalam kejuar aan nasional.

b. Tr ait anxiet y atau biasa disebut dengan A-tr ait. Tr ait anxiet y adalah level kecemasan yang secar a alamiah dimiliki oleh seseor ang. Masing-masing or ang mempunyai potensi kecemasan yang ber beda-beda. Dalam A-tr ait ini tingkat kecemasan yang menjadi bagian dar i kepr ibadian masing-masing atlet. Ada atlet yang mempunyai kepr ibadian yang per agu begitupun sebaliknya.

2. Kecemasan somatis dan kognitif

Selain pembedaan di atas, kecemasan bi sa dibedakan menjadi dua lagi, yakni kecemasan somatis (somat ic anxiet y) dan kecemasan kognitif (cognit ive anxiet y).

a. Kecemasan somatik (somat ic anxiet y) adalah per ubahan-per ubahan fisiologis yang ber kaitan dengan munculnya r asa cemas. Somat ic anxiet y ini mer upakan tanda-tanda fisik saat seseor ang mengalami kecemasan. Tanda-tanda-tanda ter sebut antar a lain: Per ut mual, ker ingat dingin, kepala ter asa ber at, muntah-muntah, pupil mata melebar , otot menegang dan sebagainya. Untuk mengukur kecemasan jeni s ini dibutuhkan pemahaman yang mendalam dar i atlet ter hadap kondisi tubuhnya. Atlet har us selalu sadar dengan kondisi fisik yang mer eka r asakan.

b. Kecemasan Kognitif (cognit ive anxiet y) adalah pikir an-pikir an cemas yang muncul ber samaan dengan kecemasan somatis. Pikir an-pikir an cemas ter sebut antar a lain: kuatir , r agu-r agu, bayangan kekalahan at au per asaan malu. Pi kir an-pikir an ter sebut yang membuat seseor ang selalu mer asa dir inya cemas. Kedua jenis r asa cemas ter sebut ter jadi secar a ber samaan, ar tinya keti ka seor ang atlet mempunyai ker agu-r aguan saat akan beagu-r tanding, maka dalam w aktu yang beagu-r samaan dia akan mengalami kecemasan somatis, yakni dengan adanya per ubahan-per ubahan fisiologis.

(14)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 14 Hubungan Antar Ar ousal dan Penampilan

a. Hipotesis U-ter baik

Teor i aw al yang menjelaskan tent ang anxiet y ini adalah Hipotesis U-ter baik. Dalam teor i ini anxiet y dikatakan member i pengar uh yang besar ter hadap penampilan. Setiap tugas atau ger akan mempunyai tingkat ar ousal ter tentu untuk mencapai optimum. Seor ang atlet akan tampil dan mengeksekusi ger akan dengan sangat baik jika ber ada di level optimum ar ousal tadi. Jika ar ousal ber ada di baw ah titik optimum ter sebut, maka penampilan tidak akan maksimal.

b. Dr ive Theor y

Menur ut teor i dr ive (dor ongan), ada 3 faktor yang mempengar uhi penampilan atlet, yaitu: tingkat ker umitan tugas (task complexity), ar ousal dan kebiasaan (Lear ned habits). Menur ut teor i ini, semakin tinggi ar ousal yang dialami atlet, maka penampilannya akan selalu meningkat. Hubungan antar a ar ousal dan penampilan difor mulasikan sebagai ber ikut:

Per fomance = Habit str ength (ar ousal) X dr ive

(15)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 15 Hubungan antar a Kecemasan dan Penampilan

a. Model Catastr ophe

Model ini mer upakan penyempur naan dar i hipotesis U-ter balik. Menur ut teor i ini, ter kadang seor ang atlet mengalami penur unan secar a dr astis dalam penampilannya meskipun tingkat ar ousalnya masih cukup tinggi. Penur unan dr astis inilah yang disebut dengan catastr ophe.

b. Zone of Optimal Functioning

Teor i lain yang mer upakan pengembangan dar i teor i Hipotesis U-ter balik adalah teor i Zone of Optimal Functioning (ZOF). Menur ut teor i ini, masing-masing individu mempunyai zona optimal ter sendir i yang mengakibat kan masing-masing individu mempunyai dampak atas anxi ety yang ber beda-beda.

Menur ut gambar di atas, atlet A mempunyai level kecemasan yang r endah, atlet B mempunyai level kecemasan menengah dan atlet C mempunyai level kecemasan yang tinggi. Teor i ini membaw a dampak bahw a seor ang pelatih har us benar -benar memahami kondisi mental par a atletnya untuk menentukan pr ogr am yang sesuai dengan dir inya.

E. Penyebab Kecemasan

(16)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 16 A. Faktor Lingkungan

1. Jenis per tandingan yang diikuti

Jenis per tandingan akan sangat menentukan bagaimana kecemasan seor ang atlet muncul. Sebagai contoh, seor ang pemain sepakbola tentu saja akan lebih mer asa cemas dibandingkan dengan per tandingan per sahabatan. Hal ini dikar enakan tekanan ter hadap par a pemain untuk level piala dunia lebih ber at dibandingkan dengan per tandingan per sahabatan. Namun, level kompetisi ini juga ditentukan oleh per sepsi individual dar i par a atlet. Ada atlet yang menganggap penting untuk satu level kompetisi, tapi ada pula yang menganggapnya kur ang penting.

2. Har apan atas penampilan

Har apan bisa datang dar i dir i sendir i maupun or ang lain. Har apan menjadi sumber kecemasan ketika seor ang atlet tidak mer asa mampu atau siap dalam menghadapi per tandingan. Har apan ini juga ditentukan oleh level per tandingan dan law an yang dihadapi. Har apan yang ter lalu besar dengan l aw an yang ber at ser ta ber tanding di level kompetisi yang ketat, maka atlet akan sangat mungkin mengalami r asa cemas.

3. Ketidakpastian

Ketidakpastian disini bisa diar tikan sebagai ketidaktahuan atlet ter hadap apa yang akan dihadapi dalam per tandingan. Hal ini bi sa disebabkan oleh kekuatan law an yang tidak ter deteksi at au kondisi lapangan atau bahkan situasi penonton yang akan menyaksikan. Ketidakpastian cender ung membuat seor ang atlet menjadi r agu-r agu dan tidak mempunyai dasar untuk memper siapkan dir i.

B. Faktor Individu 1. Tr ait Anxiety

Faktor individu per tama yang sangat mempengar uhi tingkat kecemasan seor ang atlet adalah kondisi tr ait anxiety-nya. Tr ait anxiety adalah kecender ungan level kecemasan yang mer upakan bagian dar i kepr ibadian seor ang atlet. Jika atlet ter sebut mempunyai tr ait anxiety yang tinggi, maka sangat mungkin atlet ter sebut akan lebih mudah mer asa cemas ketimbang atlet yang mempunyai tingkat tr ait anxiety yang r endah.

Tr ait anxiety mer upakan hasil belajar dalam jangka w aktu yang sangat lama. Faktor keluar ga dan lingkungan ter dekat sangat mempengar uhi level tr ait anxiety dar i seor ang atlet. Jika dar i kecil atlet ter sebut mendapat contoh yang membuat dia takut, r agu-r agu, cemas atau kuatir , maka atlet ter sebut r elatif akan menir u dan mencontoh yang akhir nya per lahan akan masuk menjadi bagian dar i cir i kepr ibadian.

2. Self esteem dan self Efficacy (keper cayaan dir i)

(17)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 17 F. Mengatasi Kecemasan

Secar a umum, kecemasan muncul kar ena per sepsi yang ter lalu ber lebihan. Kar ena melibatkan per sepsi yang mer upakan pr oses kognitif, maka pr oses penanganan yang paling ser ing dilakukan adalah memper baiki pr oses kognitif dar i seor ang atlet. Ber ikut ini beber apa teknik untuk mengatasi kecemasan.

1. Relaksasi

Metode ini mendasar kan pada adanya hubungan yang saling mempengar uhi antar a kecemasan somatis (somatic anxiety) dan kecemasan kognitif (cognitive anxiety). Hal ini ber ar ti bahw a ketika seseor ang mengalami kecemasan, maka fisiknya akan mer espon yakni dengan munculnya ketegangan-ketegangan otot. Untuk mengatasinya maka otot -otot tubuh har us dibuat r ileks dan menghilangkan ketegangan. Teknik inilah yang disebut sebagai teknik r elaksasi.

2. Imager y

Imager y disebut juga sebagai visualisasi. Teknik imager y adalah sebuah pr oses membuat bayangan secar a nyata tanpa didahului oleh adanya stimulus dar i luar . Pr oses pembayangan ini lebih diutamakan melibatkan inder a-inder a yang dimiliki oleh manusia. Pr oses imager y ini penting dalam r angka memper siapkan mental sekaligus otot untuk menghadapi per tandingan. Dengan membuat gambar an yang tepat ber kaitan dengan apa yang akan dilakukan, maka seor ang atlet bisa mengur angi r asa kuatir nya.

3. Goal Setting

Membuat tar get penting untuk meningkatkan per for ma. Menggunakan teknik pembuatan tar get akan mengar ahkan pikir an seor ang atlet untuk mencapai sesuai tar getnya dan tidak memikir kan hal lain yang tidak ber kaitan dengan tar get. Ada beber apa syar at agar teknik goal setting ini ber fungsi maksimal, yaitu:

1. Tar get har us spesifik. 2. Tar get har us bisa diukur .

3. Tar get yang r elatif sulit akan lebih baik ketimbang tar get yang ter lalu mudah. 4. Tar get jangka pendek akan ber guna untuk mencapai tar get jangka panjang.

5. Tar get yang menyasar ppenampilan akan lebih baik ketimbang tar get yang memfokuskan pada hasil.

6. Tar get har us dituliskan dan selalu diaw asi.

7. Tar get har us mendapat kesepakatan dar i atlet dan pelatih.

Ketujuh panduan ter sebut har us ter penuhi untuk memastikan ber hasilnya teknik goal setting ini. Jika atlet ber fokus pada tar getnya, maka kecemasan akan r elatif ter atasi kar ena atlet akan ber konsentr asi penuh pada tar get yang har us dicapai.

4. Self Talk

(18)
(19)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 19 Per caya Dir i dan Penampilan Atlet

Apa yang ter jadi jika seor ang atlet mer asa kehilangan keper cayaan dir inya? Kalah sebelum ber tanding mungkin akan menjadi hasil yang di dapat. Namun, bagaimana jika ada atlet mempunyai r asa per caya dir i yang ber lebih? Kekalahan akan membuatnya r untuh seketika. Atlet yang mer asa tidak per caya dir i, atau ser ing disebut diffident, mer upakan akibat dar i ketidakyakinannya pada kemampuan yang dia miliki. Atlet ter sebut memper sepsi dir inya ter lalu r endah sehingga kemampuan optimalnya tidak tampak. Dengan kata lain, atlet ter sebut mer emehkan dir inya sendir i. Untuk kasus seper ti ini, sebuah kesalahan kecil akan menimbulkan malapetaka, kar ena akan mengukuhkan per sepsi tentang ketidakmampuannya.

Kasus yang tidak kalah mer ugikannya adalah ketika seor ang atlet mempunyai keper cayaan dir i yang melampaui batas atau over confidence. Dengan kata lain, atlet ter sebut mempunyai keyakinan yang ter lalu ber lebih mengenai kemampuan aslinya (Wann, 1997). Over confidence inipun tidak kalah ber bahaya dar i kekur angan r asa per caya dir i. Akibat keper cayaannya yang tidak sesuai dengan kondisi nyata, atlet ter sebut akan cender ung untuk mengur angi atau bahkan malas ber latih. Efeknya adalah penur unan per for ma pada saat kompetisi. Dan kar ena atlet dengan r asa per caya dir i yang ber lebihan ini biasanya tidak per nah membayangkan kekalahan, maka pada saat har us mener ima kekalahan yang muncul adalah r asa fr ustasi yang ber lebihan.

Oleh kar ena itulah, seor ang atlet har us tetap menjaga r asa per caya dir inya (self confidence) pada titik yang optimal. Mer eka har us memandang secar a r asional kemampuannya. Seor ang atlet yang mempunyai r asa per caya dir i optimal biasanya mampu menangani situasi yang sulit dengan baik. Mer eka akan mengembangkan sikap yang r asional, mau beker ja ker as, melakukan per si apan yang memadai dan juga mempunyai banyak alter natif untuk memecahkan kesulitan yang muncul (Dosil, 2006).

Teor i Keper cayaan dir i

Per caya dir i sendir i ser ing diar tikan sebagai gambar an atas kemampuan pr ibadi yang ber kaitan dengan tujuan ter tentu. Definisi yang lain, keper cayaan dir i adalah keyakinan atau tingkat kepasti an yang dimiliki oleh seseor ang tentang kemampuannya untuk bisa sukses dalam olahr aga (Wann, 1997). Ar tinya ada unsur keyakinan akan kemampuan dir i yang ber singgungan dengan kondisi r iil per tandingan atau tujuan yang akan dicapai.

Self Efficacy

Teor i yang membahas tentang keper cayaan dir i disampaikan oleh Alber t Bandur a. Bandur a menyampaikan teor i yang ber nama t eor i Self efficacy. Keper cayaan dir i adalah penilaian seseor ang ter hadap kemampuan mer eka untuk mengor ganisasi dan mengeksekusi seti ap bagian dar i aksi yang dibutuhkan untuk mencapai penampilan yang diinginkan. Hal ini tidak hanya menggunakan keter ampilan yang dimiliki tapi dengan pandangan tentang apa yang bisa dilakukan seseor ang dengan keter ampilan apapun yang dimiliki. (Bandur a 1986: 391 dalam Biddle & Mutr ie 2001)

(20)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 20 Sumber -sumber keper cayan dir i menur ut Bandur a (dalam Biddle & Mutr ie, 2001)

Kesuksesan dan keber hasilan penampilan sebel umnya

Keber hasilan penampilan sebelumnya akan sangat ber pengar uh ter hadap kondisi keper cayaan dir i seor ang atlet. Jika dalam per tandingan-per tandingan sebelumnya atlet ter sebut ber main baik dan menang, maka keper cayaan dir i atlet ter sebut akan meningkat. Namun, jika per tandingan-per tandingan sebelumnya atlet ter sebut ber main jelek dan mengalami kekalahan, maka akan sangat mungkin keper cayaan dir inya pun akan ber kur ang.

Imitasi dan modeling

Faktor kedua yang mempengar uhi per sepsi tentang kemampuan seor ang atlet adalah hasil dar i imitasi dan modelling. Imitasi adalah pr oses menir u ser ta mengidentifikasi dir inya seolah-olah tokoh atau model yang diidolakan. Aktivitas menir u ini ber pengar uh ter hadap

Keper cayaan dir i kar ena atlet ter sebtu akan menganggap dir inya sebagus model yang dia tir u, oleh kar ena itu dia akan mer asa mampu untuk menyelesaikan semua tantangan di depannya.

Per suasi ver bal dan sosi al

Sumber lain dar i keper cayaan dir i dar i seor ang atlet adalah adanya per suasi ver bal maupun per suasi sosial. Dalam hal ini, per an pelatih, or ang tua at au or ang-or ang ter dekat sangat penting. Per suasi ver bal adalah ucapan-ucapan yang keluar dar i pelatih atau or ang-or ang yang ber pengar uh ter hadapnya. Jika ucapan-ucapan yang keluar adalah ucapan-ucapan cemooh, maka hal itu akan ber pengar uh ter hadap keper cayaan dir i atlet ter sebut. Sebaliknya, jika ucapan-ucapan itu ber sifat positif dan member i masukan, maka atlet ter sebut juga akan ter angkat.

Penilaian atas kondisi fisiologis

Ini adalah penilaian yang dilakukan oleh atlet sendir i. Sebelum ber tanding, seor ang atlet akan mer asakan per ubahan pada fi siknya, yakni jantung yang ber detak lebih kencang, muncul ker ingat, atau mulut menjadi ker ing. Jika per ubahan-per ubahan fisiologis ini dinilai negatif oleh atlet ter sebut, maka dia akan mengalami penur unan keper cayaan dir i. Tapi jika atlet mnilai per ubahan-per ubahan ter sebut membaw a ar ti yang positif, maka atlet ter sebut akan mer asakan keper cayaan dir i yang meningkat.

Selain keempat faktor di atas Davies & Amstr ong (1989) member i tambahan beber apa faktor yang dianggap ber pengar uh ter hadap keper cayaan dir i seor ang atlet. Faktor -faktor ter sebut adalah:

Kepr ibadian

Kepr ibadian dianggap sebagai faktor yang penting dalam mempengar uhi keper cayaan dir i seor ang atlet. Kepr ibadian ini mencakup banyak hal, antar a lain intr over t (ter tutup), ektr over t, egois, penakut dan sebagainya.

Efektivitas latihan

(21)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 21 dar i atlet. Salah satu metode latihan yang har us diter apkan adalah goal setting atau membuat tar get. Atlet yang ter bi asa diber i t ar get akan ber usaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugasnya, sehingga secar a mental atlet menjadi lebih siap menghadapi tantangan dalam per tandingan. r elaksasi, seseor ang akan mer asa dir inya lebih nyaman. Oleh kar ena itu atlet ter sebut akan lebih mudah dalam mengontr ol setiap ger ak tubuhnya. Ter kontr olnya setiap ger ak tubuh akan membuat atlet ter sebut mer asa yakin dengan penampilannya.

Per siapan & Pr ogr am yang kompetitif

Per siapan menjadi kunci dasar setiap atlet untuk bisa tampil optimal. Per siapan yang dimaksudkan disini adalah per siapan baik fisik, teknik, taktik dan mental. Per siapan har us disesuaikan dengan kebutuhan kompetisi. Per siapan yang baik adalah yang mampu mendekatkan atlet ke situasi per tandi ngan sesungguhnya. Per an pelatih untuk menentukan pr ogr am yang tepat sangat vital dalam hal ini.

Latihan mental

Latihan mental disebut juga dengan Psychological Skill Tr aining. Di sebut latihan mental kar ena pada dasar nya kondisi mental seper ti halnya kondisi fisi k seseor ang yang mengalami naik tur un. Latihan mental mencakup: Imager y atau visualisasi, Self talk, r elaksasi, dan goal setting. Latihan har us dilakukan secar a ber ulang-ulang dalam jangka w aktu yang panjang. Ratt anakoses, et al (2009) membuktikan bahw a latihan mental, khususnya imager y, member i dampak yang sangat positif t er hadap peningkatan r asa per caya dir i dar i atlet. Lebi h jauh, penelitian ini tidak menemukan adanya per bedaan antar a atlet pr ia dan w anita, ar tinya kemampuan imager y yang baik akan ber dampak pada keper cayaan dir i baik untuk pr ia maupun w anita.

Modelling

Modelling adalah pr oses belajar dengan menggunakan model sebagai acuan. Modelling ini bisa t er jadi dimana saja dan kepada si apa saja. Salah satu teknik modelling seder hana yang bisa diter apkan dalam pr oses latihan adalah menggunakan pelatih sebagai model. Jadi pelatih yang har us menjadi contoh dan model bagi par a atlet. Oleh kar ena itu, seor ang pelatih har us mampu mendemonstr asikan ger akan-ger akan olahr aga ter sebut ser ta mampu menjadi contoh yang baik. Selain pelatih, atlet -atlet yang sudah lebih matang dan ber pr estasi bisa menjadi model. Tidak har us ber temu secar a langsung, tapi menggunakan video atau dengan foto-foto akan membuat atlet mer asa dir inya cukup yakin bahw a dia mempunyai teknik seper ti yang digunakan oleh idolanya.

(22)
(23)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 23 Pemusatan Per hatian (Attentional Focus)

Guntur Utomo

Saya telah belajar untuk menghilangkan pikir an-pikir an yang tidak per lu.…di lintasan. Saya sekedar ber konsentr asi. Saya ber konsentr asi pada sesuatu yang bisa saya lakukan—di lintasa, di per lombaan, diblok star t, pada hal yang saya ker jakan. Penonton mulai mengabur dan pelar i lainnya hilang dan sekar ang hanya ada saya dan lintasan (Michael Johnson, thr ee times Olympic gold-medallist in 400 m, and nine times a w or ld athletics gold-medallist)

Kutipan di atas mer upakan salah satu bukti bet apa pentingnya pemusatan per hatian dalam olahr aga. Pemusatan per hatian (attentional focus) dalam olahr aga memegang per an yang sangat dominan dalam eksekusi ger akan-ger akan dalam olahr aga. Uehar a et al (2008) membuktikan bahw a fokus yang baik mampu melatihkan ger akan chipping bola pada pemain sepakbola dengan efisi en. Penelitian yang dilakukan pada pemain yang belum per nah atau tidak mempunyai kemampuan chipping bola ter sebut membuktikan bahw a fokus per hatian bisa menjembatani seor ang pemain belajar ger akan dengan lebih efektif. Selain itu, per nyataan dar i Michael Johnson pada kutipan di aw al membuktikan bahw a seor ang atlet mutlak har us memusatkan per hatian pada saat dia melakukan per tandingan. Pemusatan per hatian mer upakan elemen kognitif dar i seseor ang. Pada saat sedang melakukan per tandingan, ada banyak hal yang sangat mungkin menjadi penyebab hilangnya per hatian pada sesuatu yang penti ng, misalnya sor akan penonton, instr uksi pelatih, cuaca at au bahkan dir inya sendir i. Di dalam situasi seper ti itu, yang per lu dilakukan oleh seor ang atlet adalah memilih satu hal dan memusatkan per hatiannya penuh pada hal ter sebut.

Dimensi Pemusatan Perhatian

Menur ut par a ahli, ada 4 dimensi dalam pemusatan per hatian, yakni : 1. Konsentr asi

(24)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 24 3. memilah w aktu

Akan sangat sulit memang memilih satu infor masi yang dibutuhkan dalam jangka w aktu yang lama ter utama pada olahr aga-olahr aga per mainan ber egu. Pada satu satu, seor ang pemain sepakbola, misalnya, har us memuskan per hatiannya pada bola, kemudian pada teman lalu pada gaw ang law an. Hal inilah yang membuat pembagian w aktu yang tepat menjadi penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk pr oses ini dibutuhkan latihan yang panjang agar par a pemain mampu untuk memilih dan menentukan w aktu yang tepat untuk per hatian yang penting.

4. Waspada (Vigilance)

Dimensi yang keempat adalah kew aspadaan yang diar tikan sebagai kemampuan untuk memper tahankan fokus dengan tidak mengesampingkan infor masi-infor masi yang penting untuk ger akan-ger akan ber ikutnya.

Tipe-tipe per hatian

Tipe per hatian ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu luasan (Br oad/ Nar r ow ) dan ar ah (inter nal/ ekster nal), ber ikut ini penjelasan mengenai kombinasi tipe-tipe per hatian ter sebut.

1. Nar r ow Inter nal Focus (Fokus Inter nal Sempit)

Nar r ow inter nal focus adalah fokus pada aspek-aspek inter nal dan kinestetik dar i penampilan. Tipe per hatian ini biasa disebut juga dengan “body check” kar ena memang ber fokus pada dir i sendir i dan kondisi tubuhnya layaknya or ang yang sedang mengontr ol kondisi fisiknya. Contohnya, seor ang peselancar melakukan analisis ter hadap posisi ber dir inya saat ber ada di atas ombak, seor ang pelar i jar ak jauh mengecek tingkat keletihannya.

2. Br oad Inter nal Focus (Fokus Inter nal Luas)

Br oad inter nal fokus member i per hatian pada pikir an-pikir an analitis dan pengembangan str at egi, dan sangat r elevan untuk hampir semua cabang olahr aga. Pada tipe pemusatan per hatian ini, seor ang atlet har us memper timbangkan semua hal yang ber guna untuk penampilannya. Sebagai contoh, seor ang pemain bola voli har us memper timbangkan semua kemungkinan yang bisa ter jadi pada saat per tandingan, mulai dar i ger akan tangan, per ger akan lar i dan kemungkinan-kemungkinan lompatan yang har us dilakukan. Contoh lain adalah pemain sepakbola yang har us seger a member i umpan dan disaat yang ber samaan har us ber ger ak mencar i r uang.

3. Nar r ow Exter nal Focus (Fokus Ekster nal Sempit)

(25)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 25 pusat dar i tipe per hatian ini sangat sempit dan ter kadang hanya pada benda-benda yang sangat kecil.

4. Br oad Exter nal Focus (Fokus Ekter nal Luas)

Br oad ekter nal fokus atau fokus ekter nal pada lingkungan yang luas ini member atkan per hatian pada banyak hal yang ada disekililing atlet ter sebut. Tipe ini dilakukan biasanya untuk melakukan analisis ter hadap lingkungan sekitar , seper ti ar ah angin, kecepatan angin, suhu atau kondisi law an. Tipe ini sangat ber guna juga untuk dilakukan oleh seor ang kiper yang har us membaca ar ah ser angan law an sekaligus memper hatikan per ger akan par a penyer ang law an.

Pr insip-Prinsip Konsentr asi

1. Disengaja dan membutuhkan usaha mental

Oliver Kahn, mantan kiper nasional Jer man dan Bayer n Muenchen (Br odkin, 2001 dalam Mor an, 2004) menyatakan, “Jika kamu tidak menyiapkan dir imu secar a mental, maka akan mustahil untuk memper tahankan konsistensi dalam st andar yang tinggi.” Melakukan konsentr asi at au memusatkan per hatian bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja melainkan membutuhkan usaha untuk mencapainya. Konsentr asi yang baik adalah

(26)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 26 konsentr asi yang secar a sengaja dilakukan dan dilatihkan ber ulang-ulang sehingga pada saat per tandingan, seor ang atlet akan lebih mudah untuk melakukannya.

2. Hanya bisa pada satu fokus dalam satu waktu

Meskipun seor ang atlet mampu untuk memper hatikan beber apa hal dalam, namun ter nyata manusia hanya mampu memusatkan per hatian pada satu hal dalam satu w aktu. Hal ini ter jadi kar ena dalam satu w aktu otak melakukan analisis satu per satu dan tidak ber samaan.

3. Ber pikir dan ber tindak yang sama

Konsentr asi yang efektif adalah konsentr asi yang sama dengan apa yang sedang dilakukan. Sebagai contoh, seor ang atlet angkat besi hanya akan mendapatkan konsentr asi yang efektif jika dia melakukan pemusatan per hatian pada hal-hal yang ber kaitan dengan apa yang sedang dilakukannya, yakni mengangkat bar bel. Jika per hatiannya t er tuju pada hal lain, misalnya penonton, maka konsentr asi nya tidak akan efektif dan akan ber dampak tidak baik pada penampilannya.

4. Ber konsentr asi pada hal yang sedang dihadapi

Banyak penelitian membuktikan jika seor ang atlet ber konsentr asi pada hal -hal yang belum ter jadi atau hal-hal yang ada di masa depan, maka konsentr asinya menjadi tidak efektif. Hal ini disebabkan kar ena sebenar nya apa yang belum ter jadi belum bisa dikontr ol, sehingga justr u cender ung mengganggu konsentr asi.

5. Mengenali potensi pengalih per hatian

(27)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 27 Teknik mengasah Konsentr asi

Kemampuan konsentr asi bukanlah kemampuan baw aan melainkan har us dilatihkan. Memang kecender ungan tipe-tipe kepr ibadian seseor ang mempunyai pengar uh ter hadap kemampuan konsentr asi , namun hal itu tidak menjamin atlet ter sebut mempunyai konsentr asi yang baik. Oleh kar ena itulah, konsentr asi har us dilatih secar a ber ulang-ulang dalam w aktu yang lama untuk mendapatkan hasil ter baik. Ber ikut ini beber apa teknik yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan konsentr asi.

1. Membuat tar get penampilan yang spesifik

Langkah per tama yang bisa dilakukan adal ah membuat tar get penampilan yang spesifik. Beber apa per temuan lalu telah dibahas t entang pentingnya goal setting (penyusuan tar get) untuk mengatasi beber apa per soalan mental. Konsep goal setting ini bisa diter apkan juga untuk melatih konsentr asi. Salah satu syar at yang har us dipenuhi adalah tar get har us menitikber atkan pada penampilan dan eksekusi ger ak dan bukan pada hasil. Salah satu contoh, atlet lompat tinggi har us membuat tar get melakukan tumpuan dengan teknik yang lebih baik saat akan melompat, atau pelar i jar ak jauh menyusun tar get untuk memper baiki ayunan tangan saat ber lar i. Tar get -tar get semacam itu akan membantu seor ang atlet untuk memusatkan pikir annya.

(28)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 28 Rutinitas pr a-penampilan (pr e-per for mance r outine) adalah aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sebelum atau sesudah melakukan ger akan. Petenis yang memantul-mantulkan bola sebelum melakukan ser ve, atau seor ang penjaga gaw ang yang selalu menendang-nendang gaw ang sebelum melakukan tendangan gaw ang adalah beber apa contoh r utinitas pr a-penampilan.

Paling tidak ada 3 jenis r utinitas dalam olahr aga, yaitu: Pr e-event r outines (r utinitas sebelum per tandingan). Rutinitas ini dilakukan sebelum per tandingan ber lansung, bisa dimalam har i atau dalam per jalanan menuju tempat per tandingan. Tim Nasional Spanyol yang menjuar ai Piala Dunia Afr ika Selat an 2010 mempunyai r utinitas yakni mendengar kan lagu yang sama pada saat di dalam bus menuju stadion. Ter bukti r utinitas ini membantu par a pemain untuk ber konsentr asi selain menambah motivasi mer eka. Rutinitas kedua adalah pr e-per for mance r outine (Rutinitas sebelum eksekusi ger akan), contoh petenis dan penjaga gaw ang di atas mer upakan contoh dar i r utinitas kedua ini. Rutinitas ketiga adalah Post-mistake r outine (Rutinitas pasca membuat kesalahan). Rutinitas ini membantu atlet untuk seger a melupakan kesalahan yang bar u saja dilakukan.

3. Kata-kata pemicu

Kata-kat a pemicu adalah kata-kat a biasa yang dibuat untuk mengingatkan dir i sendir i sekaligus untuk meningkatkan konsentr asi. Apa yang dituliskan dalam kat a-kata ter sebut bisa ber upa kata-kata atau kalimat yang ber si fat motivasional seper ti: “Ar ahkan bola ke bagian Backhandnya, at au pukul bagian per utnya,” dan sebagainya. Kata-kata ini akan mengingatkan seor ang atlet untuk ter us ter fokus pada apa yang akan dilakukan.

4. Latihan mental

(29)

Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 29 Daftar Bacaan

Biddle. S.J.H., & Mutr ie. N. (2001) Psychology of Physical act ivit y: Det er minant , well-being and int er vent ions, 2nd edit ion. Routledge Co. Madison Avenue. New Yor k.

Bir d, A. M. (1986). Psychology and Spor t Behavior. Times Mir r or / Mosby. St Louis. USA

Davies, D. & Amstr ong, M., (1989) Psychological Fact or s in compet it ive spor t . The Falmer Pr ess. Philadelpha.

Dosil, J. 2006. The Spor t Psychologist ’s Handbook. A Guide for Spor t - Specific Per for mance Enhancement . John Wiley & Sons. West Sussex.

http:/ / w w w .pponline.co.uk/ Peak Per for mance

Jar vis, M. (2006) Spor t Psychology. A st udent 's handbook. East Sussex. Routledge

Mor an, A.P. (2004) Spor t and Exer cise Psychology; A cr itical intr oduction. Routledge. New Yor k

Rr attanakoses, R., Omar -Fauzee, M. S., Geok, S.K., Abdullah, M.C., Choosakul, C., Nazar uddin, M.N., Nor din, H. 2009. Evaluat ing t he Relat ionship of Imager y and Self-Confidence in Female and Male At hlet es. Eur opean Jour nal of Social Sciences – Vol 10, No 1

Ryan, R.M., & Deci, E. L. (2000). Intr insic and Extr insic Motivations: Classic Definitions and New Dir ections. Cont empor ar y Educat ional Psychology, 25, 54-67

Valler and, R. J. (2004). Intr insic and Extr insic Motivation in Spor t. Encyclopedia of Applied Psychology, Vol. 2

Wann, D.J. (1997) Spor t Psychology. Upper Saddle River , New Jer sey.

Gambar

Gambar 1. Bagan berbagai macam jenis psikolog olahraga

Referensi

Dokumen terkait

This document was created with free TRIAL version of eXPert PDF.This watermark will be removed after purchasing the licensed full version of eXPert PDF. Please visit

Junaida (2007 : 167) define conjunction as a word connector used to join words,.. phrases, and clauses in a sentence, while Arnold and Raymond (2003 :

[r]

Maka Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Subulussalam Tahun Anggaran 2015 telah menetapkan sebagai PEMENANG PENGADAAN LANGSUNG PEKERJAAN JASA

[r]

Sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonik tipe HC-SR04, merupakan salah satu jenis sensor ultrasonik yang umum digunakan dalam perancangan sederhana alat ukur

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Hasil uji validasi yang dilakukan terhadap tablet memenuhi persyaratan validasi metode, untuk isoniazid diperoleh % recovery = 101,22% dengan Relative Standart recovery (RSD) =