• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TRIWULAN II

KAJIAN EKO N O M I

REGIONAL

(2)

VISI BANK INDONESIA :

“ M enjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara

nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

yang rendah dan stabil”

MISI BANK INDONESIA :

“ M encapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan st abilitas

sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang

berkesinambungan”

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

“ Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan

pegaw ai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas

Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas, dan

(3)

BUKU

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Riau ini merupakan terbitan rutin

triw ulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi

Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau pada triw ulan II– 2010 dengan penekanan kajian pada

kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi, M oneter

dan Perbankan, Sistem Pembayaran, Kependudukan dan Kesejahteraan serta

Perkiraan Perkembangan Ekonomi Daerah pada triw ulan III-2010. Analisis dilakukan

berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data ekspor-impor yang

diolah oleh Kantor Pusat Bank Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait

lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KER ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau, dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

sangat diharapkan.

Pekanbaru, Agustus 2010

BANK INDONESIA PEKANBARU

Hari Utomo Pemimpin

(4)
(5)

HALAMAN

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Grafik ... xi

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xv

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

BAB 1. KONDISI EKONOM I M AKRO REGIONAL ... 10

1. 2. Kondisi Umum... PDRB Sisi Penggunaan... 10 12 2.1. Konsumsi ... 14

2.2. Investasi ... 16

2.2.1. M igas ... 16

2.2.2. Non M igas ... 17

2.3. Ekspor dan Impor... 19

2.3.1. Termasuk M igas ... 19

2.3.2. Non M igas ... 19

2.3.2.1. Ekspor non M igas... 20

2.3.2.2. Impor non M igas... 20

3. PDRB Sisi Penaw aran... 24

3.1. Sekt or Pertanian... 25

3.2. Pertambangan dan Penggalian... 27

(6)

3.2.1. M igas... 27

3.2.2. Non M igas... 27

3.3. Industri Pengolahan... 28

3.4. Bangunan... 30

3.5. Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)... 31

3.6. Pengangkutan dan Komunikasi... 31

BOKS 1 DAM PAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UM KM PROVINSI RIAU BAB 2. PERKEM BANGAN INFLASI DAERAH ... 33

1. Kondisi Umum... 33

2. 3. Perkembangan Inflasi Tahunan... Perkembangan Inflasi Triw ulanan... 34 37 BOKS 2 REALISASI INVESTASI DALAM M ENDORONG PERTUM BUHAN EKONOM I RIAU BAB 3. PERKEM BANGAN PERBANKAN DAERAH... 42

1. Kondisi Umum... 42

2. Perkembangan Dana dan SBI ... 43

3. Perkembangan Perbankan ... 44

3.1. Bank Umum ... 45

3.1.1. Jaringan Kantor... 45

3.1.2. Perkembangan Aset ... 46

3.1.3. Kredit ... 47

3.1.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit... 47

3.1.3.2. Konsentrasi Kredit ... 48

3.1.3.3.Undisbursed Loan dan Persetujuan Kredit Baru... 52

3.1.3.4. Risiko Kredit ... 54

3.1.4. Kondisi Likuiditas ... 56

3.1.4.1. Dana Pihak Ketiga (DPK)... 56

(7)

3.1.5. Intermediasi Perbankan ... 59

3.1.5.1. Perkembangan LDR ... 59

3.1.5.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UM KM ... 60

3.1.6. Profitabilitas ... 62

3.1.6.1. Spread Bunga ... 62

3.1.6.2. Pendapatan Bunga dan Beban Bunga 63

3.1.6.3. Perkembangan Laba Rugi ... 65

3.1.7. Bank Umum Syariah ... 65

3.2. Bank Perkreditan Rakyat... 68

BAB 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH... 69

1. Kondisi Umum ... 69

2. Realisasi APBD... 2.1 Realisasi Pendapatan ... 2.2. Realisasi Belanja... 70 70 71 BAB 5 PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN... 73

1. Kondisi Umum ... 73

2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai... 2.1. Aliran Uang M asuk dan Keluar (Inflow -Outflow )... 2.2. 2.3. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar ... Uang Palsu ... 74 74 75 76 3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai... 3.1. Transaksi Kliring... 2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 77 77 79 BAB 6 TINGKAT KESEJAHTERAAN DAERAH... 80

1. Kondisi Umum ... 80

2. Ketenagakerjaan Daerah... 81

3. Kesejahteraan Daerah...

3.1. Kemiskinan ...

3.2. Nilai Tukar Petani (NTP)...

85

85

(8)

BAB 7 PROSPEK PEREKONOM IAN DAERAH... 92

1. Prospek Perekonomian Regional... 92

2. Prakiraan Inflasi... 93

(9)

HALAMAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy) ... 14

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau (Tanpa M igas) Sisi Penggunaan (yoy) ... 14

Tabel 1.3. Pertumbuhan Komponen Konsumsi di Provinsi Riau (yoy) ... 14

Tabel 1.4. Pertumbuhan Komponen Investasi di Provinsi Riau (yoy) ... 17

Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Non M igas Provinsi Riau ... 20

Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Non M igas (dalam USD juta) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit... 21

Tabel 1.7. Perkembangan Volume Ekspor Non M igas (dalam ribu Ton) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit ... 22

Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Impor Non M igas (dalam USD Juta) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit ... 23

Tabel 1.9. Perkembangan Volume Impor Non M igas (dalam Ribu Ton) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit ... 23

Tabel 1.10. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral (yoy) ... 25

Tabel 1.11. Pertumbuhan Sektor Pertanian Riau (yoy) ... 25

Tabel 1.12. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi M enurut Sub Round di Riau 26 Tabel 1.13. Pertumbuhan Sektor Perdagangan Riau (yoy) ... 31

Tabel 1.14. Pertumbuhan Sub Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (yoy) ... 32

Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Pekanbaru M enurut Kelompok ... 36

Tabel 2.2. Inflasi (qtq) M enurut Kelompok Barang & Jasa di Kota Pekanbaru dan Dumai Triw ulan II 2010 ... 38

(10)

Tabel 2.3. Lima (5) Komoditas yang M emberikan Sumbangan Tertinggi Terhadap

Perubahan IHK di Kota Pekanbaru Dalam triw ulan II 2010 ... 41

Tabel 2.4. Distribusi Raskin di Provinsi Riau ... 41

Tabel 3.1. Perkembangan Bank di Provinsi Riau ... 45

Tabel 3.2 Jaringan Kantor Bank Umum di Provinsi Riau Per Juni 2010 ... 46

Tabel 3.3. Posisi Kredit di Provinsi Riau (Rp juta) ... 47

Tabel 3.4. Perkembangan Pangsa Kredit Subsektor Perdagangan di Provinsi Riau .... 50

Tabel 3.5. Kredit M enurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta) ... 51

Tabel 3.6. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Per Dati II di Provinsi Riau (Rp juta) ... 52

Tabel 3.7. Persetujuan Kredit Baru di Provinsi Riau (Rp juta) ... 53

Tabel 3.8 NPLs Per Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta) ... 55

Tabel 3.9. NPLs Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau ... 55

Tabel 3.10. Perkembangan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Riau (Rp miliar) ... 56

Tabel 3.11. Perkembangan Kepemilikan Dana Pihak Ketiga di Provinsi Riau (Rp juta).. 57

Tabel 3.12 Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau ... 58

Tabel 3.13. Perkembangan Alat Likuid dan Non Core Deposit ... 59

Tabel 3.14. Perkembangan Kredit UM KM di Provinsi Riau (Rp juta) ... 61

Tabel 3.15. Sebaran Kredit UM KM M enurut Jenis Penggunaan ... 61

Tabel 3.16. Sebaran Kredit UM KM M enurut Sektor Ekonomi (Rp juta) ... 62

Tabel 3.17. Indikator Kinerja Utama Perbankan Syariah di Provinsi Riau (Rp juta) ... 66

Tabel 3.18 Perkembangan Usaha BPR/BPRS di Provinsi Riau (Rp juta) ... 68

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Provinsi Riau Semester I 2010 (Rp miliar) ... 70

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau Semester I 2010 (Rp miliar) ... 71

Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Provinsi Riau semester I 2010 (Rp miliar) ... 71

Tabel 5.1. Perkembangan BI-RTGS di Provinsi Riau Triw ulan II 2010 ... 79

(11)

Tabel 6.2. Penduduk yang Bekerja M enurut Lapangan Usaha Utama ... 84

Tabel 6.3. Penduduk Usia Kerja M enurut Status Pekerjaan Utama ... 85

Tabel 6.4. Perkembangan Jumlah Penduduk M iskin di Provinsi Riau ... 86

Tabel 6.5. Perkembangan Garis Kemiskinan di Provinsi Riau ... 88

Tabel 6.6. Perkembangan Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di Provinsi Riau ... 89

Tabel 7.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triw ulan III 2010 ... 93

(12)
(13)

HALAMAN

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,% ) ... 12

Grafik 1.2. Sumbangan Pertumbuhan M enurut Sisi Penggunaan ... 13

Grafik 1.3. Sumbangan Pertumbuhan (Tanpa Unsur M igas) M enurut Sisi Penggunaan ... 13

Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen ... 15

Grafik 1.5. Komponen IKES ... 15

Grafik 1.6. Konsumsi Bahan Bakar di Provinsi Riau ... 16

Grafik 1.7. Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Riau ... 16

Grafik 1.8. Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Riau ... 16

Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Riau ... 16

Grafik 1.10. Pengadaan Semen di Provinsi Riau dan Wilayah Sumatera... 18

Grafik 1.11. Penjualan Kendaraan Bermotor Jenis Pick Up dan Truck di Riau.. 18

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Investasi di Provinsi Riau ... 18

Grafik 1.13. Impor Barang M odal ... 18

Grafik 1.14. Ekspor Non M igas Kelompok M inyak dan Lemak Nabati di Riau M enurut Negara Tujuan ... 21

Grafik 1.15. Sumbangan Pertumbuhan M enurut Sektoral (yoy,% ) ... 24

Grafik 1.16. Sumbangan Pertumbuhan (Tanpa Unsur M igas) M enurut Sektoral (yoy,% ) ... 24

Grafik 1.17. Nilai Lifting M inyak Bumi M enurut Kab./Kota di Provinsi Riau... 27

Grafik 1.18. Nilai Lifting Gas Bumi M enurut Kab./Kota di Provinsi Riau ... 27

Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Batubara Provinsi Riau ... 28

(14)

Grafik 1.20. Pergerakan Harga Batubara Dunia (2004=100) ... 28

Grafik 1.21. Nilai dan Volume Ekspor M inyak Olahan Nabati Provinsi Riau .... 29

Grafik 1.22. Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Provinsi Riau ... 29

Grafik 1.23. Pergerakan Harga CPO dan Karet Dunia (2004=100)... 30

Grafik 1.24. Nilai dan Volume Ekspor Pulp Provinsi Riau ... 30

Grafik 1.25. Tingkat Hunian Hotel Berbintang 3,4,5 di Provinsi Riau... 31

Grafik 1.26. Penjualan Kendaraan Bermotor Roda 2 di Provinsi Riau... 31

Grafik 1.27. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang di Bandara SSK II ... 32

Grafik 1.28. Arus Kedatangan dan Keberangkatan Pesaw at di Bandara SSK II ... 32

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Pekanbaru, Dumai dan Nasional ... 34

Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi Kota Pekanbaru Triw ulan II 2010 (yoy) ... 35

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Dumai Triw ulan II 2010 (yoy) ... 35

Grafik 2.4. Inflasi Kelompok Bahan M akanan Kota Pekanbaru dan Dumai Triw ulan II 2010 (yoy) ... 36

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Rerata Emas di Pasar Dunia ... 37

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Triw ulanan Kota Pekanbaru, Dumai dan Nasional ... 37

Grafik 2.7. Inflasi Kelompok Bahan M akanan Kota Pekanbaru dan Dumai (qtq) ... 38

Grafik 2.8. Inflasi Kelompok Sandang Kota Pekanbaru dan Dumai Triw ulan II 2010 (qtq) ... 39

Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pekanbaru (qtq) ... 39

Grafik 2.10. Indeks Ekspektasi Harga dan Inflasi Aktual ... 40

Grafik 3.1. Perkembangan Dana Perbankan ... 44

Grafik 3.2. Perkembangan DPK dan SBI di Provinsi Riau (Rp triliun) ... 44

(15)

Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Triw ulanan (qtq) M enurut Jenis

Penggunaan di Provinsi Riau Tahun 2007-2010 ... 48

Grafik 3.5. Pangsa Kredit M enurut Jenis Penggunaan di Provinsi Riau ... 49

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Subsektor Perdagangan di Provinsi Riau .. 50

Grafik 3.7. Jumlah Undisbursed Loan Perbankan Provinsi Riau (Rp triliun) ... 52

Grafik 3.8. Perkembangan NPLs Gross di Provinsi Riau ... 54

Grafik 3.9. Perkembangan Rasio Alat Likuid Terhadap NCD ... 59

Grafik 3.10. Perkembangan LDR di Provinsi Riau ... 60

Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata Tertimbang Kredit dan Deposito (% ) ... 63

Grafik 3.12. Komposisi Pendapatan Bunga ... 64

Grafik 3.13. Komposisi Beban Bunga ... 64

Grafik 3.14. Perkembangan Laba Rugi (Rp juta) ... 65

Grafik 3.15. Pembiayaan Syariah M enurut Sektor Ekonomi ... 66

Grafik 3.16. Pembiayaan Syariah M enurut Jenis Penggunaan... 67

Grafik 4.1. Pangsa dan Realisasi Sub Komponen Belanja Operasi Semester I 2010 ... 72

Grafik 4.2. Pangsa dan Realisasi Sub Komponen Belanja M odal Semester I 2010 ... 72

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow ... 74

Grafik 5.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) di Bank Indonesia Pekanbaru (Rp juta) ... 75

Grafik 5.3. Perkembangan Peredaran Uang Palsu di Riau ... 77

Grafik 5.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau Tahun 2007-2010 ... 78

Grafik 5.5. Perkembangan Penolakan Cek/BG di Provinsi Riau Tahun 2007-2010 ... 78

(16)

Grafik 6.2. Angkatan Kerja M enurut Lapangan Usaha (% ) ... 84

Grafik 6.3. Perkembangan Persentase Penduduk M iskin di Provinsi Riau ... 87

Grafik 6.4. Perkembangan Komponen Nilai Tukar Petani di Provinsi Riau .... 90

Grafik 6.5. Perkembangan Grow th Nilai Tukar Petani di Provinsi Riau ... 91

Grafik 6.6. Perkembangan NTP Sekt oral di Provinsi Riau ... 91

Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Konsumen Kota pekanbaru Triw ulanan ... 94

(17)

A.

INFLASI DAN PDRB

II III IV I II

M AKRO

Indeks Harga Konsumen :

- Kota Pekanbaru 112,78 114,70 115,04 115,95 117,95

- Kota Dumai 116,46 120,56 119,18 119,49 122,60

Laju Inflasi Tahunan (yoy, % ) :

- Kota Pekanbaru 3,68 2,20 1,94 2,26 4,58

- Kota Dumai 2,74 3,22 0,80 1,81 5,27

PDRB - harga konstan (Rp juta) 23.278.540,18 23.617.694,26 23.879.358,90 23.595.138,70 23.777.641,18

- Pertanian 3.987.835,64 4.077.029,27 4.124.045,19 3.981.007,11 4.108.775,52

- Pertambangan & Pengganlian 11.764.608,54 11.716.802,69 11.715.236,69 11.699.192,54 11.531.193,46

- Industri Pengolahan 2.534.870,11 2.620.349,40 2.736.035,27 2.626.059,42 2.683.480,85

- Listrik, gas dan Air Besih 50.811,56 50.000,67 52.279,11 52.532,77 53.296,46

- Bangunan 786.373,99 818.773,24 863.342,41 829.422,69 859.825,48

- Perdagangan, Hotel, dan restoran 2.016.435,39 2.104.758,02 2.076.985,74 2.117.743,82 2.208.415,32

- Pengangkutan dan Komunikasi 682.514,08 701.670,44 725.080,36 727.659,61 746.016,55

- Keuangan, Persew aan, dan Jasa 304.753,66 319.526,19 338.647,82 328.622,00 335.688,76

- Jasa 1.150.337,21 1.208.784,34 1.247.706,32 1.232.898,73 1.250.948,76

Pertumbuhan PDRB (yoy ) 2,12 1,54 2,97 2,79 2,14

Pertumbuhan PDRB (yoy % , tanpa unsur migas) 6,43 5,57 7,20 5,93 6,68

Nilai Ekspor Non M igas (USD Juta) 1.772,53 1.971,47 2.356,73 1.929,39 1.975,99

Volume Ekspor Non M igas (ribu Ton) 3.388,69 3.903,25 4.263,49 3.539,91 3.405,11

Nilai Impor Non M igas (USD Juta) 298,82 841,89 276,22 278,22 316,23

Volume Impor Non M igas (ribu Ton) 339,62 530,70 457,65 619,89 577,16

INDIKATOR 2009 2010

B.

PERBANKAN

III IV Tw I Tw II

BANK UM UM (Rp Triliun)

Total Aset 39,34 38,89 41,60 41,46

Dana Pihak Ketiga 31,63 30,88 33,87 34,32

- Giro 8,80 7,08 9,66 9,56

- Tabungan 13,66 15,42 14,50 15,34

- Deposito 9,17 8,38 9,71 9,42

Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek* ) 33,58 35,36 35,20 39,83

- M odal Kerja 13,72 14,87 13,94 15,97

- Investasi 10,11 10,42 10,29 12,12

- Konsumsi 9,75 10,07 10,97 11,75

- LDR (% ) 106,16 114,50 103,92 116,08

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank 23,15 24,08 24,90 26,38

- M odal Kerja 8,45 8,80 8,45 8,80

- Investasi 6,42 6,67 7,28 7,94

- Konsumsi 8,28 8,60 9,18 9,65

- LDR 68,95 68,11 70,75 66,23

BANK PERKERDITAN RAKYAT / S (Rp Juta)

Aset 613.877 640.255 667.558 688.582

Dana Pihak Ketiga 412.227 419.357 443.025 482.608

Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek 391.860 398.674 431.138 468.466

Kredit UM KM 391.860 398.674 431.138 468.466

Rasio NPL Gross (% ) 8,86 7,16 8,24 7,82

LDR 95,06 95,07 97,32 97,07

(18)

C.

SISTEM PEM BAYARAN

II III IV Tw I Tw II SISTEM PEM BAYARAN

Posisi Kas Gabungan (Rp juta) 2.405.924 3.092.359 1.689.619 345.153 1.928.533 Inflow (Rp juta) 200.426 220.114 634.027 109.674 118.221 Outflow (Rp juta) 2.606.350 3.312.472 2.323.646 454.827 2.046.754 Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 44.354 53.690 181.220 67.545 47.302 Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 37.579 12.105 50.435 52.164 51.035 Volume Transaksi RTGS (lembar) 19.514 14.421 59.499 55.943 58.176 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 596,49 198,44 813,46 855,15 823,15 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 309,75 236,41 959,66 917,10 938,31 Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 77.474 89.141 87.075 74.954 111.944 Volume Tolakan Cek/BG Kosong 3.396 4.259 4.091 3.559 4.729 Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 1.230 1.461 1.404 1.229 1.806 Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 54 70 66 58 76

(19)

I. GAM BARAN UM UM

Pemulihan

ekonomi global masih terus berlanjut meskipun diw arnai tekanan

di pasar keuangan global dan kekhaw atiran terhadap sustainabilitas pemulihan

ekonomi Eropa. Hal tersebut juga diikuti oleh perekonomian domestik yang

terus menunjukkan kinerja yang terus membaik dan disertai dengan tetap

terjaganya stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan. Selain itu, stabilitas

sistem perbankan nasional masih tetap terjaga yang disertai dengan mulai

meningkatnya pertumbuhan kredit nasional. Namun demikian, kinerja

perekonomian Riau belum tumbuh sebagaimana perkiraan sebelumnya.

RIN GKASAN

EKSEKUTIF

Kinerja perekonomian domestik terus membaik, namun perekonomian Riau belum t umbuh sesuai perkiraan

(20)

II. ASSESM EN M AKROEKONOM I REGIONAL

• Kinerja perekonomian Riau pada triw ulan II-2010 secara umum belum

tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Secara tahunan (yoy),

pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau sebesar 2,14% , mengalami

perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 2,79% . Kondisi ini utamanya disebabkan kontraksi yang terjadi

pada sektor pertambangan yaitu sebesar 1,98% (yoy) dari triw ulan

sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,08% .

• M eskipun demikian, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat masih mengalami peningkatan yaitu mencapai

6,68% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan I-2010 maupun

periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 5,93% (yoy)

dan 6,43% (yoy). Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya

pertumbuhan industri pengolahan, selain turut didukung oleh terjaganya

permintaan domestik yang utamanya ditopang oleh konsumsi rumah

tangga.

• Dari sisi penggunaan, komponen konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi yang cukup berarti dan tercatat mengalami pertumbuhan yang

relatif stabil pada triw ulan laporan yaitu sebesar 8,88% , meningkat

dibandingkan dengan triw ulan I-2010 yang mencapai 8,29% . Sementara

itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah masih relatif baik yaitu tercatat

sebesar 6,77% , lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya

yaitu sebesar 5,96% . Pertumbuhan konsumsi pemerintah ini diperkirakan

terkait dengan belanja pemerintah terhadap beberapa pembangunan

infrastruktur dalam rangka PON 2012 yang akan diadakan di Provinsi Riau.

• Dalam triw ulan laporan, ekspor non migas mengalami pertumbuhan terendah diantara komponen lainnya yaitu sebesar 2,01% (yoy). Hal ini

disebabkan oleh penurunan volume ekspor komoditas minyak olahan yang

utamanya didominasi oleh CPO ke w ilayah Asia dan Eropa yang merupakan

mitra dagang utama Provinsi Riau. Kondisi ini diperkirakan terjadi karena

adanya faktor penundaan penjualan terkait dengan menurunnya harga

Pertumbuhan triw ulan II-2010 melambat yang didorong oleh kontraksi pada sektor pertambangan

Dengan

mengeluarkan unsur migas pertumbuhan ekonomi Riau mengalami peningkatan

(21)

CPO dunia pada triw ulan laporan. Selain itu diindikasikan juga turut

dipengaruhi oleh adanya kebijakan registrasi penggunaan bahan kimia

serta aturan penggunaan biodisel atau Uni Eropa Directive, dimana

biodiesel yang bersumber dari minyak saw it atau CPO tidak dikategorikan

sebagai produk biodiesel yang bisa mengisi pasar Eropa dengan alasan

tertentu.

• Secara sektoral, kinerja sektor pertanian Provinsi Riau secara umum masih memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap perekonomian Riau.

Sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya yaitu mencapai 3,21% dari 2,99% pada triw ulan

sebelumnya.

• Di sisi lain, sektor pertambangan juga memiliki pangsa yang cukup berarti, namun demikian pertumbuhan sektor ini belum menunjukkan

kecenderungan membaik dibandingkan dengan periode-periode

sebelumnya. Pada triw ulan laporan pertumbuhan sektor ini mengalami

kontraksi sebesar 1,98% , menurun dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 0,08% . Kondisi ini disebabkan

oleh kinerja sektor migas yang kurang produktif karena faktor alamiah

terkait dengan semakin banyaknya sumur-sumur tua., sehingga volume

lifting minyak bumi di Provinsi Riau cenderung mengalami penurunan.

III. ASSESM EN INFLASI

• Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Provinsi Riau yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Pekanbaru dan Kota Dumai masing-masing

tercatat sebesar 4,58% dan 5,27% . Tingkat inflasi Kota Pekanbaru dan

Dumai secara umum mulai mengikuti pergerakan tingkat inflasi nasional

yang berada pada kecenderungan meningkat setelah mencapai titik

terendahnya pada akhir tahun 2009

• Inflasi kota Pekanbaru pada triw ulan II-2010 tercatat berada dibaw ah inflasi nasional yang mencapai 5,05% (yoy), sedangkan inflasi di Kota Dumai Pertambangan

memiliki pangsa yang cukup berarti, namun pertumbuhannya belum menunjukkan kecenderungan membaik

Inflasi Kota

(22)

berada di atas inflasi nasional. Sementara itu, secara triw ulanan (qtq) kota

di Provinsi Riau secara umum berada diatas tingkat inflasi nasional dengan

inflasi tertinggi terjadi di Kota Dumai yaitu sebesar 2,60% . Sedangkan

inflasi (qtq) kota Pekanbaru pada triw ulan II-2010 tercatat sebesar 1,72% ,

lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 0,79% .

Kondisi ini utamanya dipicu oleh inflasi bahan makanan (volatile foods) terutama cabe merah terkait dengan gangguan pasokan akibat fenomena

anomali iklim. Di sisi lain, inflasi administered price juga relatif tinggi seiring

dengan kebijakan konversi minyak tanah ke LPG yang mengakibatkan andil

bahan bakar rumah tangga cukup tinggi terhadap inflasi pada triw ulan

laporan.

IV. ASSESM EN KEUANGAN

• Perkembangan perbankan Provinsi Riau pada triw ulan laporan secara umum cukup baik. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya jumlah dana

yang dihimpun yang diikuti dengan meningkatnya kredit yang disalurkan.

• Jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan Provinsi Riau telah mencapai Rp34,80 triliun atau meningkat 1,34% dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya. Peningkatan terjadi pada bank umum maupun BPR yaitu

masing-masing tercatat sebesar 1,31% dan 8,93% . Pangsa dari BPR masih

tergolong kecil yaitu hanya sebesar 1,39% dari total dana yang dihimpun,

sementara pangsa dari bank umum mencapai 98,61% . Namun demikian,

pangsanya mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya seiring dengan lebih tingginya pertumbuhan dana pada BPR di

Provinsi Riau.

Inflasi dipicu oleh volatile foods

terutama cabe merah dan adiminestered price

(23)

• Peningkatan penghimpunan dana oleh perbankan diikuti juga dengan peningkatan penyaluran kredit yaitu dari Rp25,31 triliun menjadi Rp26,85

triliun, atau tumbuh sebesar 5,99% pada triw ulan laporan. Peningkatan

penyaluran kredit ini terjadi pada kelompok bank milik pemerintah maupun

kelompok bank milik sw asta yaitu masing-masing tumbuh sebesar 3,19%

dan 12,11% . Namun dengan memperhitungkan kredit berdasarkan lokasi

proyek, maka jumlah kredit yang disalurkan telah mencapai Rp38,06 triliun.

Kredit yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar Rp468,47 miliar, juga

tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya.

• Pengelolaan risiko kredit dalam triw ulan laporan masih tetap terjaga, masih berada di baw ah batas maksimal yang diizinkan oleh Bank Indonesia yaitu

5% , meskipun mengalami sedikit penurunan yang tercermin dari

meningkatnya NPLs bank umum di Provinsi Riau dari 2,67% menjadi

3,28% . Dengan memperhitungkan Pembentukan Pencadangan Aktiva

Produktif (PPAP), rasio NPLs Net juga masih mengalami peningkatan dari

1,74% menjadi 2,15% pada triw ulan laporan. Di sisi lain, NPLs BPR masih

berada pada tingkat yang cukup tinggi yaitu sebesar 7,82% , berada diatas

ketentuan maksimum yang dizinkan oleh Bank Indonesia, namun demikian

rasio ini sudah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya.

• M enurut jenis penggunaan, komposisi kredit konsumsi masih

mendominasi, namun pangsanya sudah mulai mengalami penurunan.

Komposisi kredit bank umum untuk konsumsi secara umum masih

disalurkan kepada kredit perumahan dan ruko/rukan, terutama perumahan

type 70 ke baw ah. Selanjutnya sebagian besar kredit investasi disalurkan

kepada sektor pertanian terutama subsektor perkebunan. Sementara itu,

penyaluran kredit modal kerja utamanya disalurkan pada sektor

perdagangan diikuti oleh sektor pertanian.

• Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, kredit masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan yaitu mencapai 21,35% dari total kredit, dengan

jumlah nominal mencapai Rp5,63 triliun. Berdasarkan subsektornya, maka Peningkatan

penghimpunan dana diikut i degan peningkatan penyaluran kredit

NPLs perbankan masih tetap berada pada tingkat yang terjaga

(24)

sebagian besar disalurkan kepada subsektor perdagangan eceran yaitu

mencapai Rp2,58 triliun atau 45,83% dari total kredit kepada sektor

perdagangan, namun pangsanya cenderung mengalami penurunan sejak

triw ulan I-2010 yang lalu. Pergeseran terjadi pada subsektor pengumpul

perdagangan dalam negeri yang pada triw ulan laporan mencapai Rp2,55

triliun atau 45,23% dari total sektor perdagangan.

• Sejak triw ulan I-2010 yang lalu terjadi peningkatan yang signifikan pada subsektor pengumpul barang dagangan dalam negeri. Pangsa subsektor ini

dalam kurun w aktu 3 (tiga) tahun terakhir secara rata-rata hanya tercatat

sebesar 2,66% , namun sejak triw ulan I-2010 yang lalu, pangsanya secara

rata-rata meningkat menjadi 46,10% . Kondisi ini telah mendorong

menurunnya pangsa subsektor perdagangan eceran sejak triw ulan I-2010

secara rata-rata menjadi 44,96% , setelah secara persisten pangsanya terus

mendominasi secara rata-rata selama 3 (tiga) tahun terakhir yaitu mencapai

62,17% . Pangsa subsektor distribusi juga mengalami penurunan yang

berarti yaitu dari 15,16% menjadi 0,20% .

• Sektor lain yang juga menyerap kredit cukup besar adalah sektor pertanian yaitu mencapai Rp4,04 triliun, namun pangsanya mengalami penurunan

dari 17,06% menjadi 15,31% . Dari jumlah tersebut sebesar Rp3,75 triliun

(92,89% ) disalurkan kepada subsektor tanaman perkebunan. Besarnya

penyaluran kredit kepada subsektor ini tidak terlepas dari prospek

perkebunan kelapa saw it di Provinsi Riau dan besarnya lahan pengolahan

kelapa saw it di Provinsi Riau. Selain itu, Provinsi Riau dianggap semakin

prospektif dengan adanya peluang pengembangan tanaman perkebunan

dengan adanya penetapan Riau sebagai salah satu pusat klaster industri

hilir kelapa saw it di Indonesia yaitu Kota Dumai dan Kuala Enok.

• Jumlah alat likuid bank umum pada triw ulan laporan mencapai Rp2,30 triliun, mengalami penurunan sebesar 8,67% dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya. Penurunan didorong oleh berkurangnya simpanan

perbankan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 21,12%

sehingga jumlahnya menjadi Rp1,12 triliun, meskipun kas bank umum

Kredit kepada sektor perdagangan utamanya disalurkan pada subsektor perdagangan eceran

(25)

mengalami peningkatan sebesar 7,43% sehingga jumlahnya menjadi

Rp1,18 triliun.

Di sisi lain Non Core Deposit (NCD)1

bank umum mengalami peningkatan

dari Rp9,34 triliun menjadi Rp9,76 triliun (4,37% ) seiring dengan

meningkatnya jumlah dana yang dihimpun. Peningkatan terjadi pada

komponen tabungan dan deposito 1-3 bulan yaitu masing-masing sebesar

5,77% dan 8,97% , sementara itu komponen giro mengalami penurunan

sebesar 1,07% , seiring dengan menurunnya jumlah giro yang dihimpun

oleh bank umum.

• M argin yang diterima oleh bank umum masih berada pada tingkat yang tinggi, namun sudah mulai mengalami penurunan dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya yaitu dari 7,69% menjadi 7,12% . Hal ini terjadi

karena pada triw ulan laporan, suku bunga kredit mengalami penurunan,

sebaliknya suku bunga dana (deposito) mengalami peningkatan.

• Laba yang diperoleh oleh bank umum Provinsi Riau pada triw ulan laporan tercatat sebesar Rp383,20 miliar, mengalami penurunan sebesar 20,72%

dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Setelah memperhitungkan

transfer dan pajak, maka labanya mengalami sedikit peningkatan yaitu

menjadi Rp384,00 miliar, namun masih tetap lebih rendah dibandingkan

dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai Rp483,72 miliar atau

menurun sebesar 20,61% . Penurunan laba pada triw ulan laporan

diperkirakan terjadi karena meningkatnya rasio BOPO (rasio Beban

Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dari 75,06% menjadi

77,86% pada triw ulan laporan Alat likuid perbankan

mengalami penurunan sementara NCD mengalami peningkatan

M argin yang diterima perbankan masih cukup t inggi namun sudah mulai mengalami

(26)

V.

PROSPEK PEREKONOM IAN DAERAH

• Pertumbuhan ekonomi Riau pada triw ulan III-2010 diperkirakan masih akan mengalami perlambatan disebabkan oleh rendahnya produktivitas pada

sektor migas yaitu akan berada pada kisaran 2,00% -2,30% . Sementara,

dengan mengeluarkan unsur migas, perekonomian Riau diperkirakan akan

mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu akan berada pada kisaran

6,70% -6,85% .

• Dari sisi penggunaan, kondisi ini diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peningkatan ekspor non migas Riau sejalan dengan

terus membaiknya kondisi negara mitra dagang utama. Hal ini juga turut

didorong oleh meningkatnya permintaan domestik yang berasal dari

peningkatan pendapatan masyarakat terkait dengan faktor Ramadhan dan

Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triw ulan III-2010.

• Pada sisi sektoral, kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan triw ulan laporan seiring

dengan mulai masuknya musim panen saw it. Diperkirakan bahw a masa

puncak panen Tandan Buah Segar (TBS) akan jatuh pada bulan Agustus

sampai dengan November sehingga diperkirakan akan meningkatkan

kinerja sektor pertanian Riau. M eskipun demikian, adanya Letter of Intent

antara Indonesia dengan Norw egia mengenai kebijakan penghentian izin

baru yang mengkonversi lahan gambut dan hutan alam, diperkirakan akan

memberikan tekana terhadap laju produksi TBS pada triw ulan yang akan

datang.

• Pergerakan tingkat harga di Kota Pekanbaru pada triw ulan III-2010 diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan triw ulan laporan. Sedangkan kota Dumai

diperkirakan akan mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan inflasi yang terjadi di Kota Pekanbaru.

1

Non Core Deposit merupakan dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan 30% deposito berjangka w aktu 1-3 bulan.

Pertumbuhan ekonomi Riau triw ulan III-2010 masih aka mengalami perlambatan, namun pertumbuhan tanpa migas akan

mengalami peningkatan

(27)

• Faktor pendukung meningkatnya inflasi pada triw ulan III-2010 adalah pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 yang umumnya jatuh

pada triw ulan III-2010 serta diikuti oleh membaiknya kondisi perekonomian

secara umum (tanpa unsur migas) yang mendorong penciptaan lapangan

kerja melalui peningkatan investasi.

• Sementara itu, tekanan kenaikan inflasi pada triw ulan III-2010 juga dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu ekspektasi dunia usaha terhadap

kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang akan meningkatkan biaya produksi

dan harga jual serta adanya preferensi atau kecenderungan penggunaan

minyak tanah di masyarakat akibat adanya kendala secara teknis dalam

program konversi minyak tanah bersubsidi ke LPG. Hal ini diperkirakan

akan menyebabkan bahan bakar rumah tangga memberikan andil cukup

signifikan terhadap inflasi triw ulan III-2010 jika tidak ada penanganan yang

cukup strategis dari pemerinrah setempat.

• Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut, inflasi Kota Pekanbaru pada triw ulan III-2010 secara tahunan (yoy) akan berada pada kisaran

4,70% -5,30% . Sementara, inflasi triw ulanan (qtq) diperkirakan akan

berada pada kisaran 1,49% -1,69% . Kenaikan TDL juga

akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap inflasi triw ulan III-2010

(28)

10

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

(29)

1.

KONDISI UM UM

Kondisi

perekonomian Riau pada triw ulan laporan secara umum menunjukkan

perkembangan yang kurang begitu menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi Riau

dalam triw ulan II-2010 secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 2,14% (yoy) atau

lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai

6,20% (yoy).

Bab 1

KO N D ISI EKO N O M I

(30)

M enurut sisi sektoral, sebagaimana triw ulan-triw ulan sebelumnya, kondisi ini masih

dipengaruhi oleh penurunan lifting minyak dan gas (migas) bumi di Provinsi Riau

akibat menipisnya cadangan migas serta usia sumur minyak yang sudah tua. Di sisi

lain, kondisi tersebut juga turut dipengaruhi oleh minimnya investasi pada sektor ini

sehingga mengakibatkan pertumbuhan sektor tersebut mengalami kontraksi

sebesar 1,98% (yoy).

M eskipun demikian, dengan mengeluarkan unsur migas, kondisi perekonomian di

Provinsi Riau tetap menunjukkan kecenderungan membaik yang ditandai dengan

pertumbuhan sebesar 6,68% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,60% (yoy). Hal ini

disebabkan oleh adanya peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan non

migas meskipun pada triw ulan laporan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa

saw it yang merupakan komoditas ekspor non migas utama Riau relatif menurun.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia1, diketahui bahw a

perusahaan perkebunan saw it tetap akan memanen TBS untuk kemudian diolah

menjadi CPO meskipun terdapat penurunan harga TBS. Hal ini dikarenakan dari

segi bisnis lebih menguntungkan untuk menyimpan hasil olahan TBS menjadi CPO

daripada menunda hasil panen, serta didukung adanya optimisme terhadap

perbaikan perekonomian global yang akan berimbas pada kenaikan harga CPO

dunia. Adanya isu-isu negatif tentang pemutusan kontrak pembelian CPO oleh

beberapa perusahaan asing juga relatif tidak berpengaruh signifikan terhadap

sektor industri pengolahan di Riau. Industri pengolahan karet dalam triw ulan

laporan tercatat mengalami kenaikan kapasitas produksi sekitar 5% seiring dengan

membaiknya kondisi beberapa pabrik pengolahan karet lama dan telah

beroperasinya pabrik pengolahan karet baru.

Disamping itu, pertumbuhan ekonomi Riau pada triw ulan ini juga turut didukung

oleh terjaganya permintaan domestik yang utamanya ditopang oleh konsumsi

rumah tangga. Dalam triw ulan laporan, pertumbuhan konsumsi di Provinsi Riau

tercatat sebesar 8,49% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triw ulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 7,89% . Di sisi lain, ekspor non migas yang pada

triw ulan sebelumnya tumbuh cukup tinggi mengalami perlambatan dalam triw ulan

1
(31)

laporan. Pertumbuhan ekspor non migas tercatat sebesar 2,01% atau melambat

dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yaitu sebesar 7,66%

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,% )

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

2.

PDRB SISI PENGGUNAAN

Kinerja ekonomi Riau dalam triw ulan II-2010 dibandingkan dengan periode

sebelumnya secara umum masih menunjukkan kecenderungan melambat. Hal ini

utamanya disebabkan oleh minimnya tingkat investasi terutama pada sektor migas

dan adanya penurunan volume ekspor minyak olahan nabati terkait dengan

penurunan harga CPO pada triw ulan laporan. M eskipun demikian, permintaan

domestik yang utamanya berasal dari konsumsi rumah tangga masih tercatat

mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.

Investasi di Provinsi Riau dalam triw ulan II-2010 mengalami perlambatan sebesar

0,50% (yoy). Hal ini terjadi seiring dengan kontraksi pertumbuhan investasi di

sektor migas yaitu sebesar 9,74% atau lebih tinggi dibandingkan kontraksi yang

terjadi pada periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,99% . I II III IV I II III IV I II

2008 2009 2010

Riau 3,45 6,97 6,78 5,37 5,11 2,12 1,54 2,97 2,79 2,14

Nasional 6,21 6,30 6,25 5,27 4,53 4,08 4,16 5,43 5,70 6,20

Riau (tanpa migas) 7,98 8,35 8,54 7,38 6,55 6,43 5,57 7,20 5,93 6,68

Nasional (tanpa migas) 6,70 6,72 6,73 5,70 4,93 4,46 4,51 5,85 6,10 6,60

-1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

(32)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, pertumbuhan ekonomi Riau

utamanya didorong oleh konsumsi dengan sumbangan sebesar 7,24% terhadap

pertumbuhan ekonomi pada triw ulan laporan. Konsumsi dalam triw ulan laporan

tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan komponen

lainnya yaitu sebesar 8,49% (yoy), diikuti oleh investasi yaitu sebesar 7,98% . Relatif

tingginya pertumbuhan investasi pada triw ulan laporan diindikasikan terkait

dengan masih berlangsungnya pembangunan infrastruktur dalam mendukung

pelaksanaan PON ke-18 pada tahun 2012 di Provinsi Riau seperti jembatan, main

stadium, perluasan Bandara Sultan Syarif Kasim II serta pelebaran ruas jalan.

Dalam triw ulan laporan, ekspor non migas Provinsi Riau mengalami pertumbuhan

terendah diantara komponen ekspor lainnya yaitu sebesar 2,01% . Hal ini

dipengaruhi oleh penurunan volume ekspor minyak olahan nabati yang utamanya

didominasi oleh CPO, akibat adanya faktor penundaan penjualan terkait dengan

penurunan harga CPO dunia pada triw ulan laporan. Disamping itu, kondisi tersebut

juga diindikasikan turut dipengaruhi oleh adanya kebijakan registrasi penggunaan

bahan kimia (REACH2) serta aturan penggunaan biodisel atau Uni Eropa Directive

sehingga mengakibatkan ekspor ke w ilayah Eropa yang merupakan salah satu

negara mitra dagang utama Provinsi Riau relatif menurun.

2 Registration, evaluation, authorization and restriction of chemical

2,14 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2005 2006* 2007* 2008* * 2009* * *2010* * *

%

%

Konsumsi Investasi Ek spor Impor g.PDRB (rhs)

6,68 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2005 2006* 2007* 2008* * 2009* * *2010* * *

%

%

Konsumsi Investasi Ek spor Impor g.PDRB (rhs)

Grafik 1.2. Sumbangan Pertumbuhan M enurut Sisi Penggunaan

(33)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Ket erangan : (* * ) angka sementara, (* * * ) angka sangat sementara

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau (Tanpa Unsur M igas) Sisi Penggunaan (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Ket erangan : (* * ) angka sementara, (* * * ) angka sangat sementara

2.1.

Konsumsi

Secara umum, pangsa konsumsi di Provinsi Riau yang terdiri dari konsumsi rumah

tangga, konsumsi lembaga, dan konsumsi pemerintah masih memiliki porsi yang

cukup besar dalam struktur PDRB. Pangsa komponen konsumsi dalam triw ulan

laporan mencapai 44,75% , mengalami penurunan dibandingkan dengan pangsa

konsumsi pada triw ulan sebelumnya yang mencapai 45,56% . Konsumsi rumah

tangga yang memiliki pangsa terbesar tumbuh relatif stabil sebesar 8,88% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai

8,29% . Sementara itu, konsumsi sw asta nirlaba pada triw ulan laporan masih

mengalami kontraksi sebesar 5,20, lebih tinggi dibandingkan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,95% . Konsumsi pemerintah pada triw ulan laporan tercatat

mengalami kenaikan dari 5,96% pada triw ulan I-2010 menjadi 6,77% pada

triw ulan II-2010 yang diindikasikan terkait dengan mulai direalisasikannya sejumlah

proyek pembangunan infrastruktur.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Komponen Konsumsi di Provinsi Riau (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Keterangan : (* * ) angka sementara, (* * * ) angka sangat sementara

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi 7,61 8,59 7,42 9,79 8,71 6,72 9,93 10,33 7,89 8,49 Invest asi 0,74 3,87 2,61 3,51 11,87 8,72 5,08 3,58 6,66 0,50 Ekspor 4,62 8,57 9,14 4,48 -1,57 -2,47 -5,85 -5,04 2,93 3,10 Impor 8,91 9,60 8,48 7,59 2,42 4,81 0,37 -3,25 14,57 11,34

Tot al 3,45 6,97 6,78 5,37 5,11 2,12 1,54 2,97 2,79 2,14

2009* * * 2010* * *

Komponen 2008* *

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi 7,61 8,59 7,42 9,79 8,71 6,72 9,93 10,33 7,89 8,49 Invest asi 12,09 14,51 20,04 23,35 6,16 9,42 2,07 -0,66 17,38 7,98 Ekspor 5,50 7,17 8,15 3,44 -1,76 5,36 -1,76 5,31 7,66 2,01 Impor 7,16 10,34 11,74 14,42 2,70 7,29 3,97 6,23 15,65 6,09

Tot al 7,98 8,35 8,54 7,38 6,55 6,43 5,57 7,20 5,93 6,68

2009* * * 2010* * *

Komponen 2008* *

I II III IV I II III IV I II

Konsumsi M asyarakat 7.26 8.74 7.29 10.22 9.92 6.43 10.20 8.99 8.29 8.88 Konsumsi Sw asta Nirlaba 7.53 7.75 7.06 8.61 23.86 25.08 19.35 8.01 (4.95) (5.20) Konsumsi Pemerintah 9.78 7.68 8.23 7.25 0.65 7.65 7.88 18.69 5.96 6.77

7.61

8.59 7.42 9.79 8.71 6.72 9.93 10.33 7.89 8.49 Total Konsumsi

2010* * *

2008* * 2009* * *

(34)

Kondisi perekonomian yang mulai membaik diimplikasikan menjadi salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi secara umum

sebagaimana ditunjukkan pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKES) triw ulan laporan yang menunjukkan kenaikan. Hal

ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh keyakinan masyarakat terhadap

peningkatan penghasilan (gaji/omzet) dalam 3-6 bulan mendatang sehingga

mengakibatkan kecenderungan pembelian barang-barang pada triw ulan laporan

relatif meningkat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya.

Jumlah pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) dan Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB) di Provinsi Riau yang utamanya didominasi oleh

kendaraan roda dua masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,97% dan

2,59% dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Sementara, konsumsi energi

seperti bahan bakar rumah tangga, bahan bakar kendaraan bermotor dan listrik

pada triw ulan laporan juga menunjukkan trend yang meningkat.

Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.5. Komponen IKES

Sumber : Survei Konsumen BI Pekanbaru Sumber : Survei Konsumen BI Pekanbaru

Secara spesifik, peningkatan cukup tinggi terjadi pada konsumsi listrik rumah

tangga yang tercatat tumbuh sebesar 14,95% (yoy) atau lebih tinggi baik

dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya maupun periode yang

sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 12,34% dan 10,36% . Beberapa

faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah suplai listrik yang membaik

serta relatif tingginya suhu udara di Provinsi Riau selama bulan April dan M ei yang

mendorong pemakaian peralatan elektronik seperti kipas angin dan penyejuk

ruangan. Di sisi lain, kredit konsumsi yang merupakan alternatif sumber dana 40

50 60 70 80 90 100 110

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

IKK IKES

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(35)

Grafik 1.8. Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Riau

dalam melakukan konsumsi cenderung menunjukkan perlambatan dibandingkan

dengan triw ulan sebelumnya.

Sumber : PT. Pertamina Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Riau

Sumber : PT. PLN Wilayah Riau Sumber : LBU BI

2.2.

Investasi

2.2.1. M igas

Pertumbuhan investasi pada triw ulan laporan mengalami perlambatan yaitu sebesar

0,50% . Kondisi ini diindikasikan terkait dengan kondisi sumur minyak yang sudah

kurang produktif serta minimnya dukungan infrastruktur sehingga mengakibatkan

minat investor pada sektor migas relatif berkurang. M eskipun demikian, pada

triw ulan laporan diketahui bahw a eksplorasi Blok Langgak oleh PT. Sarana 12.500 13.000 13.500 14.000 14.500 15.000 15.500 16.000 16.500 17.000 17.500 115.000 120.000 125.000 130.000 135.000 140.000 145.000 150.000 155.000 160.000 M a r-0 9 A p r-0 9 M e i-0 9 Ju n -0 9 Ju l-0 9 A g u st -0 9 S e p -0 9 O k t-0 9 N o p -0 9 D e s-0 9 Ja n -1 0 F e b -1 0 M a r-1 0 A p r-1 0 M e i-1 0

M inyak Tanah BBM kendaraan bermotor

0 5000 10000 15000 20000 25000 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 F e b -0 9 M a r-0 9 A p r-0 9 M e i-0 9 Ju n -0 9 Ju l-0 9 A g u st -0 9 S e p -0 9 O k t-0 9 N o p -0 9 D e s-0 9 Ja n -1 0 F e b -1 0 M a r-1 0 A p r-1 0 M e i-1 0 PKB BBN-KB -20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 ri b u K w h %

Rumah Tangga (kanan) yoy (kiri)

-5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 -2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

% R p m il ia r

K. Konsumsi (kiri) yoy (kanan)

Grafik 1.6. Konsumsi Bahan Bakar di Provinsi Riau

Grafik 1.7. Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Riau

(36)

Pembangunan Riau (SPR) bekerja sama dengan Kingsw ood Capital telah dimulai

dengan nilai investasi mencapai sekitar USD2 juta.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Komponen Investasi di Provinsi Riau (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Keterangan : (* * ) angka sementara, (* * * ) angka sangat sementara

2.2.2. Non M igas

Sementara itu, perkembangan investasi non migas Riau pada triw ulan laporan

masih berada pada tingkat cukup tinggi, yang tercermin dari tingginya

pertumbuhan tahunan (yoy) yaitu sebesar 7,98% meskipun relatif melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan I-2010 yang mencapai 17,38% .

Pesatnya pertumbuhan investasi ini sejalan dengan percepatan pembangunan

infrastruktur dalam mendukung pelaksanaan PON ke-18 tahun 2012 seperti

gedung olahraga (main stadium), Bandara Sultan Syarif Kasim II serta jembat an Siak

III dan IV yang masih berlangsung sampai dengan saat ini. Disamping itu, sektor

perkebunan yang merupakan basis perkenomian Riau juga tetap menjadi sasaran

investor baik domestik maupun asing berupa pembukaan lahan baru, replanting

serta pembangunan pabrik biodiesel oleh PTPN V.

Beberapa indikator yang mencerminkan pertumbuhan investasi non migas

diantaranya adalah meningkatnya penjualan semen dan kendaraan bermotor niaga

seperti truck dan pick up. Pertumbuhan penjualan semen di Provinsi Riau dalam

triw ulan laporan tercatat sebesar 13,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

triw ulan sebelumnya yang mencapai 40,12% (yoy) namun masih lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan II-2009 yang mengalami kontraksi

sebesar 11,56% (yoy). Secara umum, angka penjualan semen di Provinsi Riau masih

lebih tinggi dibandingkan dengan angka pertumbuhan penjualan semen di

Sumatera yang tercatat sebesar 12,36% (yoy) pada triw ulan laporan. Sementara

itu, pertumbuhan jumlah kendaraan baru jenis truk dan pick up yang tercermin dari

pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Baru (BBN-KB) dan Pajak Kendaraan

I II III IV I II III IV I II

Investasi 0,74 3,87 2,61 3,51 11,87 8,72 5,08 3,58 6,66 0,50

- M igas -6,65 -3,45 -10,20 -11,86 16,33 8,15 8,04 8,18 -0,99 -5,67 - Non M igas 12,09 14,51 20,04 23,35 6,16 9,42 2,07 -0,66 17,38 7,98

0,74 3,87 2,61 3,51 11,87 8,72 5,08 3,58 6,66 0,50 2008* * 2009* * *

Keterangan 2010* * *

(37)

Bermotor (PKB) sampai dengan bulan M ei 2010 masih menujukkan trend yang

meningkat.

Sumber : Asosiasi Sem en Indonesia Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Riau

Di sisi lain, kredit investasi yang merupakan salah satu aspek pendukung kegiatan

investasi dalam triw ulan laporan mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup

tinggi. Pertumbuhan kredit investasi di Provinsi Riau secara tahunan (yoy) tercatat

sebesar 27,76% , merupakan yang tertinggi selama kurun w aktu 3 (tiga) tahun

terakhir. Kondisi ini diperkirakan sejalan dengan pesatnya pertumbuhan

pembangunan infrastruktur di Provinsi Riau selama kurun w aktu tersebut.

Sedangkan volume impor barang modal seperti bahan mentah dan pupuk juga

menunjukkan trend yang sejalan dengan pertumbuhan investasi pada triw ulan

laporan.

Sumber : LBU BI Sumber : DSM3

BI

3 0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 1.000.000 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 Ja n -0 7 M a r-0 7 M e i-0 7 Ju l-0 7 S e p -0 7 N o p -0 7 Ja n -0 8 M a r-0 8 M e i-0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o p -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M e i-0 9 Ju l-0 9 S e p -0 9 N o p -0 9 Ja n -1 0 M a r-1 0 M e i-1 0

Sumat era (k anan) Riau (k iri)

-200 400 600 800 1.000 1.200 -1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 F e b -0 9 M a r-0 9 A p r-0 9 M e i-0 9 Ju n -0 9 Ju l-0 9 A g u st -0 9 S e p -0 9 O k t-0 9 N o p -0 9 D e s-0 9 Ja n -1 0 F e b -1 0 M a r-1 0 A p r-1 0 M e i-1 0 PKB (kiri) BBN-KB (kanan) (10,00) (5,00) -5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 -1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

% R p m il ia r

K. Investasi (kiri) yoy (kanan)

(100,00) (50,00) -50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 -20 40 60 80 100 120 140 Ja n -0 8 M a r-0 8 M e i-0 8 Ju l-0 8 S e p -0 8 N o p -0 8 Ja n -0 9 M a r-0 9 M e i-0 9 Ju l-0 9 S e p -0 9 N o p -0 9 Ja n -1 0 M a r-1 0 M e i-1 0

ribu Ton g.yoy (kanan)

Grafik 1.10. Pengadaan Semen di Provinsi Riau dan Wilayah Sumatera

Grafik 1.11. Penjualan Kendaraan Bermotor Jenis Pick Up dan Truck di Riau

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Investasi di Riau

(38)

2.3.

Ekspor dan Impor

2.3.1. Termasuk M igas

Dalam triw ulan laporan, komponen ekspor termasuk migas tumbuh (yoy) sebesar

3,10% , atau relatif meningkat dibandingkan dengan triw ulan-triw ulan sebelumnya

yang menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini dikarenakan adanya

penurunan harga minyak dunia sehingga mengakibatkan permintaan relatif

meningkat.

Sementara itu, komponen impor termasuk migas tercatat mengalami pertumbuhan

(yoy) sebesar 11,34% at au melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 14,57% . Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga pada

beberapa komoditas impor non migas yang memiliki pangsa terbesar dalam

komponen impor.

2.3.2. Non M igas

Ekspor non migas Provinsi Riau pada triw ulan laporan tercatat tumbuh melambat

sebesar 2,01% dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang mencapai 7,66% .

Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume ekspor komoditas minyak olahan

nabati yang utamanya berasal dari CPO. Berdasarkan informasi liason, diketahui

bahw a selama triw ulan II-2010, perusahaan melakukan penundaan penjualan

akibat harga jual CPO di pasaran yang menunjukkan kecenderungan menurun.

Disamping itu, kondisi ini juga diindikasikan turut dipenaruhi oleh faktor kebijakan

registrasi bahan baku serta penggunaan biodiesel di Uni Eropa yang

mengakibatkan volume ekspor komoditas CPO ke w ilayah Eropa relatif turun.

Nilai kumulatif ekspor non migas provinsi Riau pada semester I-2010 tercatat

sebesar USD3.905,32 juta atau naik sebesar USD667,78 juta dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan net ekspor non

migas mengalami kenaikan sebesar 25,25% menjadi USD3.422,97 juta. Volume

ekspor non migas sampai dengan semester I-2010 juga tercatat mengalami

kenaikan sebesar 2,01% menjadi 6.945,02 ribu ton dibandingkan dengan periode

(39)

Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Non M igas Provinsi Riau

Sumber : DSM BI

Sementara itu, nilai impor non migas periode pada semester I-2010 tercatat

mengalami penurunan sebesar 4,40% dibandingkan dengan periode sebelumnya

menjadi USD482,35 juta. M eskipun demikian, volume impor non migas tercatat

mengalami kenaikan hampir 2 kali lipat yaitu dari 603,16 ribu ton pada semester

II-2009 menjadi 1.197,05 ribu ton pada semester II-2010. Kenaikan ini utamanya

didorong oleh impor komoditas utama seperti pupuk buatan pabrik serta mesin

dan peralatan yang diperkirakan untuk menunjang investasi di Provinsi Riau.

2.3.2.1.

Ekspor Non M igas

Struktur nilai ekspor non migas Provinsi Riau menurut kelompok Standards

International Trading Classification (SITC) dalam triw ulan laporan relatif tidak berubah, dimana pangsa ekspor masih didominasi oleh kelompok minyak dan

lemak nabati, barang manufaktur dan barang mentah. Nilai ekspor non migas

kelompok minyak dan lemak nabati dalam triw ulan II-2010 mencapai

USD1.12 miliar atau mengalami penurunan sebesar 7,05% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan nilai ekspor tertinggi secara

tahunan dialami oleh kelompok mineral, minyak dan gas bumi yang dalam triw ulan

laporan tercatat sebesar USD43,37 juta atau naik tiga (3) kali lipat dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan ekspor barang manufaktur tercatat tumbuh sebesar

39,09% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triw ulan sebelumnya

yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 15,78% . Ekspor Kelompok barang

mentah dalam triw ulan laporan juga tercatat mengalami kenaikan yang cukup

tinggi yaitu dari USD199,25 juta dan USD307,24 juta atau naik lebih dari dua (2)

kali lipat.

2009 2010 % USD (juta)

Ekspor

Nilai (USD juta ) 3.237,54 3.905,32 20,63 667,78

Volume (ribu Ton) 6.808,40 6.945,02 2,01 136,62

Impor

Nilai (USD juta ) 504,57 482,35 -4,40 -22,23

Volume (ribu Ton) 603,16 1.197,05 98,46 593,89

Net Ekspor (USD juta) 2.732,96 3.422,97 25,25 690,01

(40)

Tabel 1.6. Perkembangan Nilai Ekspor Non M igas (dalam USD juta) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit

Sumber : DSM BI

M enurut volumenya, perkembangan

volume ekspor non migas dalam

triw ulan mengalami hal yang kurang

menggembirakan. Pertumbuhan

volume ekspor non migas dalam

triw ulan laporan tercatat tumbuh

sebesar 0,48% atau melambat

dibandingkan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 8,65% . Kondisi

ini utamanya didorong oleh

menurunnya volume ekspor minyak

dan lemak nabati, dalam hal ini

didominasi oleh CPO. Pertumbuhan kelompok minyak dan lemak nabati dalam

triw ulan laporan tercatat sebesar 1,44 juta ton atau turun 23,62% dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan

ekspor ke w ilayah Asia dan Eropa yang merupakan pasar utama ekspor CPO

Provinsi Riau karena kebijakan perusahaan untuk menunda penjualan akibat

penurunan harga CPO. Selain itu, adanya penurunan ekspor ke w ilayah Eropa

diindikasikan terkait dengan adanya kebijakan registrasi penggunaan bahan kimia

(REACH4) serta adanya aturan penggunaan biodisel atau Uni Eropa Directive. Dalam

kebijakan Uni Eropa Directive tersebut, biodisel yang bersumber dari minyak saw it

atau CPO tidak dikategorikan sebagai produk biodisel yang bisa mengisi pasar

Eropa dengan alasan tertentu.

4 Registration, evaluation, authorization and restriction of chemical

I II IIII IV I II 2009 2010 2009 2010

1 M akanan dan Hew an Bernyaw a 29.35 31.21 29.81 17.28 38.95 30.41 1.76 1.54 0.58 -2.57 2 Tembakau dan M inuman 10.12 13.63 12.74 12.80 17.96 13.66 0.77 0.69 99.69 0.23 3 Barang M entah 143.51 132.04 130.15 225.52 199.25 307.24 7.45 15.55 -51.24 132.69 4 M ineral, M inyak dan Gas Bumi 16.06 14.04 27.18 20.31 40.02 43.37 0.79 2.19 23.39 208.85 5 M inyak dan Lemak Nabati 957.10 1,202.59 1,416.74 1,738.10 1,275.02 1,117.80 67.85 56.57 -30.33 -7.05 6 Bahan Kimia 95.77 99.07 81.99 66.67 81.06 143.71 5.59 7.27 -23.78 45.05 7 Barang M anufaktur 210.57 228.00 240.74 267.81 269.85 317.13 12.86 16.05 -15.78 39.09 8 M esin dan Peralatan 1.87 50.76 32.08 8.01 5.68 2.09 2.86 0.11 2180.06 -95.88 9 Berbagai Hasil Olahan M anufakt ur 0.65 1.18 0.02 0.23 1.60 0.59 0.07 0.03 63.96 -50.58 10 Koin, bukan mat a uang - - - - - - 0.00 0.00 -

-1,465.01

1,772.53 1,971.47 2,356.73 1,929.39 1,975.99 -28.31 11.48

No Kelompok SITC Share (% )

100 Total

2010

2009 Pertumbuhan (% )

-200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00

I II IIII IV I II

2009 2010 ri b u T o n Afrika Amerika Australia Eropa Asia

Grafik 1.14. Ekspor Non M igas Kelompok M inyak dan Lemak Nabati di

(41)

Di sisi lain, pertumbuhan volume ekspor kelompok barang mentah (pulp, natural

rubber, latex) yang memiliki pangsa relatif besar tercatat mengalami kenaikan sebesar 22,38% setelah pada triw ulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar

18,76% . Sementara itu, pertumbuhan kelompok barang manufaktur seperti kertas

olahan dalam triw ulan laporan tercatat tumbuh sebesar 6,08% atau mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 14,35% . Kondisi ini diindikasikan seiring dengan terbatasnya pasokan kayu

yang berkaitan dengan pemberlakuan undang-undang ilegal logging.

Tabel 1.7. Perkembangan Volume Ekspor Non M igas (dalam ribu Ton) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit

Sumber : DSM BI

Pertumbuhan volume ekspor tertinggi pada triw ulan laporan dialami oleh

kelompok mineral, minyak dan gas bumi yang tercatat mengalami peningkatan

lebih dari 2 kali lipat yaitu dari 302,66 ribu ton menjadi 706,85 ribu ton. Hal ini

diperkirakan terkait dengan kebutuhan energi yang meningkat terutama di negara

India dan Cina yang merupakan konsumen terbesar.

2.3.2.2.

Impor Non M igas

Struktur impor non migas provinsi Riau sebagian besar atau lebih dari 60% masih

didominasi kelompok bahan kimia serta mesin dan peralatan. Secara spesifik, nilai

impor kelompok bahan kimia yang didominasi oleh pupuk kimia memiliki pangsa

terbesar yaitu mencapai 36,60% . Nilai impor kelompok tersebut pada triw ulan

laporan tercatat sebesar USD115,74 juta atau mengalami kenaikan dua kali lipat

dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi diindikasikan sejalan adanya

upaya peningkatan kapasitas produksi ataupun ekstensifikasi lahan pada industri

pengolahan non migas terutama sektor perkebunan di Provinsi Riau.

I II IIII IV I II 2009 2010 2009 2010

1 M akanan dan Hew an Bernyaw a 319.23 291.91 290.36 291.03 262.98 231.32 7.43 6.79 1.11 -20.76 2 Tembakau dan M inuman 1.04 1.23 1.15 1.15 1.57 1.18 0.04 0.03 68.15 -4.08 3 Barang M entah 419.58 391.42 334.63 480.61 347.72 479.04 9.82 14.07 -18.76 22.38 4 M ineral, M inyak dan Gas Bumi 283.16 302.66 542.42 406.27 706.85 691.76 19.97 20.32 31.84 128.56 5 M inyak dan Lemak Nabati 1,899.77 1,879.54 2,244.12 2,615.30 1,738.70 1,435.60 49.12 42.16 9.15 -23.62 6 Bahan Kimia 181.01 168.96 146.81 115.04 127.83 205.22 3.61 6.03 34.90 21.46 7 Barang M anufaktur 313.80 340.25 342.53 353.76 351.06 360.92 9.92 10.60 14.35 6.08 8 M esin dan Peralatan 1.04 9.97 1.22 0.33 1.14 0.02 0.03 0.00 6397.49 -99.77 9 Berbagai Hasil Olahan M anufakt ur 1.08 2.75 0.02 0.01 2.05 0.04 0.06 0.00 3626.31 -98.54 10 Koin, bukan mat a uang - - - - - - 0.00 0.00 -

-3,419.71

3,388.69 3,903.25 4,263.49 3,539.91 3,405.11 8.65 0.48 Pertumbuhan (% ) 2009

No Kelompok SITC 2010 Share (% )

(42)

Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Impor Non M igas (USD jut a) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit

Sumber : DSM BI

Sementara itu, nilai impor kelompok mesin dan peralatan tercatat sebesar

USD62,98 juta atau turun 15,66% dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Sedangkan nilai impor barang mentah yang tercatat sebesar

USD58,91 juta atau naik 19,25% secara tahunan.

M enurut volumenya, komposisi impor non migas Provinsi Riau secara umum juga

masih didominasi oleh bahan kimia (50,32% ) dan barang mentah (26,42% ).

Pertumbuhan tahunan volume impor bahan kimia dalam triw ulan laporan

mengalami kenaikan lebih dari dua (2) kali lipat atau lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pertumbuhan triw ulan I-2010 yang tercatat mengalami kontraksi sebesar

58,08% . Sebaliknya, pertumbuhan volume impor barang mentah justru tercatat

mengalami penurunan sebesar 11,01% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan

dengan triw ulan sebelumnya yang mengalami kenaikan sebesar 51,20% (yoy).

Kondisi tersebut secara umum mengindkasikan bahw a sektor industri pengolahan

non migas di Provinsi Riau masih berada pada tingkat pertumbuhan yang cukup

baik.

Tabel 1.9. Perkembangan Volume Impor Non M igas (dalam Ribu Ton) Riau M enurut Kode SITC 2 Digit

Sumber : DSM BI

I II IIII IV I II 2009 2010 2009 2010

1 M akanan dan Hew an Bernyaw a 7.53 7.72 8.13 9.26 19.50 17.37 7.01 5.49 0.56 124.92 2 Tembakau dan M inuman 0.03 0.07 0.34 0.30 0.15 0.38 0.05 0.12 -45.43 461.56 3 Barang M entah 34.76 49.40 63.69 40.14 41.46 58.91 14.90 18.63 84.92 19.25 4 M ineral, M inyak dan Gas Bumi - - - - - - - 0.00 - -5 M inyak dan Lemak Nabati - 4.49 6.78 - 9.49 16.44 3.41 5.20 1397.38 265.89 6 Bahan Kimia 62.31 43.64 81.60 69.64 92.19 115.74 33.14 36.60 -71.86 165.21 7 Barang M anufaktur 16.13 110.84 22.97 19.70 25.53 30.85 9.18 9.75 293.58 -72.17 8 M esin dan Peralatan 81.12 74.67 650.12 125.06 77.98 62.98 28.03 19.92 -74.57 -15.66 9 Berbagai Hasil Olahan M anufakt ur 3.87 7.99 8.25 12.11 11.90 13.57 4.28 4.29 -10.70 69.86 10 Koin, bukan mat a uang - 0.00 - - - - 0.00 0.00 -

-206

299 842 276 278.22 316.23 -43.27 5.83

Pertumbuhan (% ) 2009

No Kelompok SITC 2010 Share (% )

Total 100

I II IIII IV I II 2009 2010 2009 2010

1 M akanan dan Hew an Bernyaw a 14,62 10,55 12,57 16,06 29,45 23,13 4,75 4,01 0,32 119,28 2 Tembakau dan M inuman 0,06 0,12 0,60 0,52 0,37 0,65 0,06 0,11 -48,17 443,42 3 Barang M entah 125,92 171,37 205,45 142,83 168,55 152,51 27,19 26,42 51,20 -11,01 4 M ineral, M inyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - -5 M inyak dan Lemak Nabati - 6,00 10,00 - 12,20 20,00 1,97 3,46 - 233,40 6 Bahan Kimia 85,03 111,32 211,25 180,48 323,33 290,41 52,16 50,32 -58,08 160,88 7 Barang M anufaktur 22,72 24,95 40,48 61,64 63,17 73,15 10,19 12,67 -25,26 193,20 8 M esin dan Peralatan 13,48 9,65 43,92 43,16 12,82 9,99 2,07 1,73 -51,04 3,52 9 Berbagai Hasil Olahan M anufakt ur 1,71 5,66 6,43 12,96 10,01 7,33 1,62 1,27 187,58 29,54 10 Koin, bukan mat a uang - 0,00 - - - - - - -

-263,55

339,62 530,70 457,65 619,89 577,16 -27,31 69,94

Total 100

(43)

3.

PDRB SEKTORAL

Perkembangan ekonomi sektoral Riau sampai dengan triw ulan II-2010 secara

umum relatif tidak berbeda dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya dimana

sektor pertambangan migas yang menguasai pangsa terbesar dalam PDRB masih

mengalami trend penurunan atau mengalami kontraksi. Sektor pertambangan

migas dalam triw ulan laporan tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,19% atau

lebih tinggi dibandingkan dengan triw ulan I-2010 yang tercatat sebesar 0,08% .

Sementara itu, dengan mengeluarkan unsur migas, sektor pertambangan tumbuh

melambat sebesar 9,03% dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya. Hal ini

secara teknis dipengaruhi menurunnya produksi minyak dan gas bumi di Provinsi

Riau akibat usia sumur minyak yang mulai tidak produktif. Di sisi lain, sektor

pertanian dan industri pengolahan yang merupakan basis perekonomian Riau

Gambar

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional (yoy,% )
Grafik 1.7. Penjualan Kendaraan Bermotor di Provinsi Riau
Grafik 1.15. Sumbangan Pertumbuhan Menurut Sektoral
Grafik 1.19. Nilai dan Volume Ekspor Batubara Provinsi Riau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kestabilan yang ada pada pola batang segitiga dapat diperluas ke dalam tiga dimensi. Pada rangka batang bidang, bentuk segitiga sederhana merupakan dasar, sedangkan

Di dalamnya tidak ada ketentuan seperti yang diminta oleh panitia dalam nomor 5 poin d, e, f dan l di RKS (hal 48). Kami menganggap panitia cenderung kepada mengarahkan

Sehubungan dengan pelaksanaan Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat dan berdasarkan Berita Acara Hasil Prakualifikasi

Pembuktian kualifikasi merupakan salah satu rangkaian dari proses pemilihan penyedia jasa konsultansi, ketidakhadiran Saudara pada waktu dan tempat yang telah

Pada hari ini SELASA tanggal TIGA PULUH bulan JUNI tahun DUA RIBU LIMA BELAS bertempat di Sekretariat Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Timor Tengah Selatan,

This study aimed to obtain objective information regarding: the mathematical description of the learning process with the PjBL model of task group project and the PjBL model of

[r]

Tidak menyampaikan Metode penetapan premi beserta perusahaan reasuransi yang digunakan, berikut kejelasan peringkat rating. Asuransi Intra Asia 7.223.224.093,00 Memenuhi