• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengurangan Tindakan Bullying dengan Metode Psikodrama pada Siswa Kelas VI SDN Bawen 03 Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 T1 132010067 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengurangan Tindakan Bullying dengan Metode Psikodrama pada Siswa Kelas VI SDN Bawen 03 Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 T1 132010067 BAB IV"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Persiapan Penelitian

Pada tanggal 8 November 2013, penulis mengurus surat permohonan penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Bawen 03 di Lingkungan Berokan Bawen. Kemudian pada

tanggal 14 November 2013 penulis menyerahkan surat tersebut kepada Kepala Sekolah SD Negeri Bawen 03. Kepala Sekolah SD Negeri Bawen 03 memberikan ijin

penelitian kepada penulis.

Tabel 4.1.

Jadwal penelitian di SD Negeri Bawen 03

No Hari Tanggal Keterangan

1. Sabtu 06 Juli 2013 Uji coba instrumen 1. Sabtu 16 November 2013 Pretest penelitian

2. Rabu 20 November 2013 Sesi 1

3. Sabtu 23 November 2013 Sesi 2

5. Senin 25 November 2013 Sesi 3

(2)

7. Sabtu 30 November 2013 Sesi 5

8. Senin 2 Desember 2013 Sesi 6

9. Rabu 4 Desember 2013 Sesi 7

10. Sabtu 7 Desember 2013 Sesi 8

11. Senin 9 Desember 2013 Post-test penelitian

4.2. Gambaran Subjek Penelitian

SD Negeri Bawen 03 merupakan sekolah yang terletak di lingkungan Berokan

Bawen. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 16 siswa kelas VI SDN Bawen 03, yaitu 12 siswa dari kategori tinggi dan 4 siswa dalam kategori sangat tinggi. Selanjutnya mereka dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 8

siswa pada kelompok eksperimen dan 8 siswa lainnya pada kelompok kontrol. Dari total 35 siswa terdapat 14 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki.

4.3. Pelaksanaan Penelitian 4.3.1. Pre-test (Tes Awal)

Dalam penelitian ini tes awal (pre-test) dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 November 2013 dengan membagikan skala sikap tindakan bullying yang terdiri dari 23 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Astia

(3)

siswa lainnya sebagai kelompok kontrol. Kemudian kelompok eksperimen akan diberi perlakuan/treatment permainan peran psikodrama sedangkan

kelompok kontrol tidak diberi perlakuan sama sekali.

Tabel 4.2

Data Skor Pre Test Bullying Kelompok Eksperimen

No Nama Jenis Kelamin Skor Kategori

1. AG Laki-laki 84 Sangat tinggi

2. NC Laki-laki 75 Tinggi

3. SY Laki-laki 74 Tinggi

4. RF Laki-laki 78 Sangat tinggi

5. KV Laki-laki 67 Tinggi

6. OK Laki-laki 71 Tinggi

7. KP Laki-laki 66 Tinggi

8. AJ Laki-laki 71 Tinggi

Jumlah 586

Rata-rata 73,25

Pada tabel skor pretest bullying jumlah kelompok eksperimen

sebanyak 8 siswa yang terdiri dari laki-laki semua, dengan skor terendah 66 dan skor tertinggi 84. Jumlah skor kelompok eksperimen 586 dengan rata-rata 73,25. Dari 8 siswa terdiri 6 siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan 2

(4)

Tabel 4.3.

Data Skor Pre Test Bullying Kelompok Kontrol

No Nama Jenis kelamin Skor Kategori

1. BG Laki-laki 75 Tinggi

2. IB Laki-laki 79 Sangat tinggi

3. DM Laki-laki 70 Tinggi

4. AD Laki-laki 74 Tinggi

5. BN Laki-laki 83 Sangat tinggi

6. HD Laki-laki 67 Tinggi

7. YG Laki-laki 67 Tinggi

8. RD Laki-laki 71 Tinggi

Jumlah 586

Rata-rata 73,25

Pada tabel skor pretest bullying jumlah kelompok kontrol sebanyak 8

siswa yang terdiri dari laki-laki semua, dengan skor terendah 67 dan skor tertinggi 79. Jumlah skor kelompok kontrol 586 dengan rata-rata 73,25. Dari 8 siswa terdiri dari 6 siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan 2 siswa

(5)

Tabel 4.4

Mean Rank Pre Test Tindakan Bullying Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Total

Score

kelompok eksperimen 8 8.50 68.00

kelompok kontrol 8 8.50 68.00

Total 16

Pada tabel jumlah subjek untuk kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol masing-masing sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol = 8,50. Sedangkan jumlah

ranking untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol = 68,00.

Tabel 4.5

Hasil Uji Mann-Whitney U Pre Test Tindakan Bullying Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Test Statisticsb

Skor

Mann-Whitney U 32.000

Wilcoxon W 68.000

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) .1000

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .1000

a

(6)

Pada tabel diatas dapat diketahui hasil uji Mann-Whitney U= 32.000 dengan koefisien Asymp.Sig.(2-tailed) 0,1000 > 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tindakan bullying pada kelompok eksperimen dengan tindakan bullying pada kelompok kontrol,

sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan pemberian treatment atau perlakuan dengan metode psikodrama.

4.3.2. Treatment (Perlakuan)

Dalam pelaksanaan eksperimen penulis tidak terikat waktu, sehingga

eksperimen dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan penulis dengan pihak sekolah, yaitu seminggu 3x pertemuan setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu atau

bisa juga hari lain sesuai dengan kebutuhan penulis dan tidak mengganggu proses belajar siswa kelas VI. Treatment yang diberikan dengan memberikan layanan melalui permainan peran psikodrama dengan topik pembahasan seputar bullying.

Kegiatan eksperimen ini dilaksanakan mulai tanggal 20 November 2013 sampai 07 Desember 2013. Berikut ini urutan penyajian topik yang akan diberikan pada

(7)

Tabel 4.6 Topik Layanan

Sesi Frekuensi Topik Yang ingin dicapai Metode

1 1 x 45 menit

- Pengertian bullying. - Contoh kasus-kasus bullying di media. - Menceritakan pengalaman masing-masing.

- Memahami arti bullying.

- Terbuka dalam menceritakan masalah yang dialami sebenarnya.

- Ceramah - Tanya jawab - Permainan - Sharing

2-3 2 x 45 menit

- Jenis-jenis bullying. - Menyebutkan bentuk-bentuk bullying. - bermain psikodrama

- Ceramah - Psikodrama - Sharing 4-5 2 x 45

menit

- Faktor-faktor penyebab bullying.

- Karakteristik pelaku bullying.

- Menyebutkan faktor-faktor penyebab bullying. - Menyebutkan sifat-sifat pelaku bullying.

- Ceramah - Sharing

- Psikodrama

6-7 2 x 45 menit

- Konsekuensi/ dampak bullying.

- Memahami dampak bullying.

- Menguraikan dengan kata-kata sendiri dampak dan bahaya bullying bagi korban, pelaku,

penonton, dan nama sekolah.

- Ceramah - Tanya jawab - Psikodrama

8 1 x 45 menit

- Kebijakan sekolah tentang bullying. - Menyikapi bullying.

- Menyebutkan kebijakan sekolah tentang bullying. - Dapat menyikapi secara tepat ketika terjadi bullying.

- reinforcement terhadap perilaku yang lebih adaptif.

- Ceramah - Tanya jawab - Psikodrama

(8)

1) Sesi Pertama (1 x 45 menit)

Rabu, 20 November 2013.

Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan menanyakan kabar siswa, memimpin doa dan menjelaskan pengertian

psikodrama sebagai salah satu metode dalam layanan bimbingan kelompok, tahap-tahapannya, tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan

tersebut. Pemimpin kelompok memperkenalkan diri kemudian menyuruh para siswa memperkenalkan diri. Agar suasana menjadi lebih akrap, pemimpin kelompok memberikan suatu permainan yang disebut “nama rantai”, para

siswa bergiliran memperkenalkan diri dengan nama depan menggunakan nama sendiri dan diikuti nama teman lain secara berurutan, siswa yang mendapatkan giliran terakhir akan memperkenalkan diri dengan nama yang

paling panjang karena menyebutkan namanya sendiri dan nama semua temannya secara berurutan. Setelah terjalin hubungan yang lebih akrab

didalam kelompok tersebut, pemimpin kelompok mengungkapkan kembali kegiatan yang akan dilaksanakan.

Kegiatan dalam sesi pertama ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan sharing. Topik permasalahan yang pertama adalah

“pengertian bullying dan kasus-kasus bullying di media massa. Tujuan dari

(9)

kegiatan layanan dan supaya siswa mampu menjelaskan pengertian bullying dan berbagi pengalaman tentang tindakan bullying yang pernah mereka alami

dan rasakan terutama yang terjadi di sekolahnya secara terbuka.

Awalnya pemimpin kelompok menjelaskan pengertian bullying dari

berbagai pandangan serta kasus-kasus bullying antar siswa yang terjadi di Indonesia. Anggota kelompok terlihat mendengarkan dengan seksama kemudian para anggota juga aktif bertanya serta secara bergantian

menceritakan konflik-konflik yang pernah mereka alami dan yang ingin dikemukakan dalam permainan psikodrama dalam pertemuan berikutnya.

Kesimpulan dalam kegiatan sesi I ini adalah semua anggota kelompok pernah menjadi pelaku maupun korban dari bullying. Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi I akan segera berakhir,

pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari para anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai

dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.

2) Sesi Kedua (1 x 45 menit)

Sabtu, 23 November 2013

Pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan menanyakan kabar siswa, memimpin doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan

(10)

Kegiatan pada pertemuan yang kedua ini adalah membahas mengenai aspek-aspek/jenis-jenis bullying yang sering terjadi di sekolah. Tujuan pemberian

topik ini agar siswa dapat menyebutkan jenis-jenis dari tindakan bullying.

Sebelum kegiatan ini dimulai pemimpin kelompok mengajak siswa untuk

melakukan permainan “kata berangkai”, dimana salah satu anggota

mengucapkan 1 kata dilanjutkan dengan teman lain yang meneruskan abjad terakhir menjadi kata baru dengan cepat dan spontan hingga semua selesai

menyebutkannya, permainan ini bertujuan supaya siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan selanjutnya. Pada tahap proses penulis

memfokuskan pada topik yang akan dibahas. Pembahasan topik menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan teknik psikodrama (teknik creative

imagery dan role reverals). Tahap Pertama, penulis menjelaskan jenis-jenis bullying dan memberikan uraian singkat mengenai hakikat dan tujuan dari psikodrama. Anggota kelompok diminta untuk mengajukan pertanyaan

apabila ada hal-hal yang belum jelas. Selanjutnya anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil dan diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik yang pernah mereka alami yang ingin mereka

kemukakan dalam permainan psikodrama. Kemudian penulis membagi peran kepada tiap kelompok dengan cerita yang berbeda. Kelompok pertama akan

(11)

antusias. Tahap Kedua, penulis memberikan skenario psikodrama kepada kedua kelompok dan memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari dan

menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok bertugas untuk menampilkan cerita yang diberikan oleh penulis. Inti cerita

yang akan dimainkan adalah:

1. Cerita pertama mengisahkan ada siswa yang pendiam dan ukuran

tubuhnya lebih kecil dari siswa lainnya, dia merupakan anak dari

seorang penjual gorengan yang belum mempunyai seragam sekolah. Teman-teman sering mengejekinya. Dia hanya bisa diam saat

teman-temannya menghinanya, namun suatu ketika dia diejek, ada satu teman yang membantu siswa tersebut sehingga anak yang sering diejek menjadi berani menjawab ejekan teman-temannya. Pembagian

pemainnya Kv sebagai korban, Kp sebagai teman yang menengahi, Ok dan Nc sebagai pelaku.

2. Cerita kedua, ketika jam istirahat ada dua siswa yang sedang berjalan

menuju ke kantin, tetapi tiba-tiba dari belakang ada satu teman yang iseng menjambak rambutnya. Kemudian ada seorang teman yang

berani menegurnya dengan tegas. Akhirnya anak yang iseng itu meminta maaf pada teman yang telah ia jambak. Pembagian

(12)

Setelah permainan peran psikodrama selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin

kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan

yang bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “jangan suka mengejek kalau tidak mau diejek dan jangan suka menjambak kalau tidak mau

dijambak, karena menjadi korban sangatlah menyakitkan, dan suatu saat nanti apapun yang kita lakukan sekarang, perbuatan atau buruk pasti akan kembali

pada kita sendiri.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi II akan segera berakhir, pemimpin kelompok

menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.

3) Sesi Ketiga (1 x 45 menit)

Senin, 25 November 2013

(13)

untuk melakukan ice breaking domikado” yaitu dengan menyanyikan lagu

domikado sambil menepuk tangan teman disebelahnya.

Selanjutnya anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai yang mereka kehendaki, kemudian pemimpin kelompok memberikan

skenario psikodrama dan meminta kedua kelompok mempersiapkan diri sekitar 15 menit untuk memperagakan cerita yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan yang pernah dialami.

Kelompok pertama beranggotakan 4 siswa, Ag sebagai pelaku, Kv sebagai korban dan Sy sebagai pelapor dan Ok sebagai guru. Kelompok pertama

bermain peran dengan jalan cerita. “Cerita pertama mengisahkan ada satu siswa yang ditakuti karena suka memalak uang jajan dan makanan siswa lain. Siswa lain tidak berdaya melawan karena tubuh siswa tersebut besar. Suatu

saat akan merampas uang dan makanan teman lain, ada satu siswa yang berani menegur dan mangadukannya kepada guru dan ia mendapat peringatan jika

tetap seperti itu akan dikeluarkan dari sekolah. Setelah kejadian tersebut siswa itu tidak lagi memalak uang jajan dan dapat meminta makanan dengan lebih

sopan.”

Kelompok kedua beranggotakan 4 siswa, Rk sebagai pelaku, Kp sebagai korban, Nc sebagai penegur, dan Aj sebagai penonton. Kelompok

kedua bermain peran dengan jalan cerita. “Ketika jam istirahat ada satu anak

(14)

Kemudian ada satu teman yang melihat kejadian itu dan berani menegur temannya secara tegas. Akhirnya pelaku meminta maaf pada korban.” (kedua

kelompok menggunakan teknik cermin dan role reverals).

Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu

diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang

bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka memalak kalau

kita tidak mau dipalak dan jangan suka melukai oranglain apabila kita tidak ingin dilukai (menendang, menyenggol), karena suatu saat nanti apapun yang kita lakukan sekarang pasti akan kembali pada kita sendiri.” Kegiatan terakhir

pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi III akan segera berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota

kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya pemimpin kelompok

(15)

4) Sesi Keempat (1 x 45 menit)

Rabu, 27 November 2013

Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan tersebut. Sebelum

memulai kegiatan, pemimpin kelompok memberikan ice breaking “angin

berhembus” agar suasana menjadi lebih hangat. Sebelum kegiatan dimulai,

pemimpin kelompok memberikan pemanasan supaya anggota kelompok dapat masuk dalam masalah yang sedang dibahas dengan memberikan penjelasan

tentang “faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying. Pemimpin

kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertanya apabila ada materi yang belum jelas dan tentang materi-materi yang sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang

disampaikan oleh pemimpin kelompok, selanjutnya melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu permainan psikodrama sesi ke IV dengan menggunaka teknik

cermin dan role reverals.

Tahap Pertama, anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil

dan diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik yang pernah mereka alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan psikodrama. Kemudian penulis membagi peran kepada tiap kelompok dengan

(16)

dengan 4 orang pemain dan kelompok kedua akan memperagakan cerita kedua dengan 8 pemain. Siswa menanggapi uraian dan penjelasan penulis dengan

antusias. Tahap Kedua, penulis memberikan skenario psikodrama kepada kedua kelompok dan memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari dan menyiapkan

perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok bertugas untuk menampilkan cerita yang diberikan oleh penulis. Inti cerita yang akan dimainkan

adalah:

1. Cerita pertama, ketika pelajaran dikelas, ada satu anak yang dilempari

bola kertas oleh teman-temannya, lalu anak tersebut tidak meladeninya

dan langsung mengadukan perbuatan teman-temannya kepada gurunya. Akhirnya teman-temannya ditegur oleh gurunya dan minta maaf kepada anak itu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Korbannya Kp,

pelaku Ag dan Rk, sedangkan Sy sebagai penonton.

2. Cerita kedua, pada waktu jam istirahat ada gerombolan siswa kelas VI

yang mendatangi dan mengejar-ngejar beberapa siswa kelas V. Setelah mendapatkannya, kemudian siswa-siswa kelas V tersebut diblejeti (dilepasi pakaiannya) oleh siswa kelas VI. Selanjutnya ada satu siswa

kelas V yang melihat kejadian itu langsung melaporkan kepada gurunya. Akhirnya siswa kelas VI tersebut didatangi guru dan dimarahi sehingga

(17)

Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok

memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang

bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok

menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka melempari

kertas/ barang apapun ke kepala atau tubuh oranglain dan jangan melecehkan

adik-adik kelas kita dengan cara memblejeti karena ketika menjadi korban sangat tersiksa dan malu, pikirkan dahulu sebelum berbuat.” Kegiatan terakhir

pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi IV akan segera berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota

kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya pemimpin kelompok menutup kegiatan dengan doa.

5) Sesi Kelima ( 1x 40 menit )

Sabtu, 30 November 2013

Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan tersebut. Sebelum memulai kegiatan, pemimpin kelompok memberikan ice breaking

(18)

pemimpin kelompok memberikan pemanasan agar anggota kelompok dapat masuk dalam masalah yang sedang dibahas dengan memberikan penjelasan

tentang “karakteristik pelaku bullying. Pemimpin kelompok juga

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertanya apabila

ada materi yang belum jelas dan tentang materi-materi yang sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang disampaikan oleh pemimpin kelompok, selanjutnya melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu

permainan psikodrama sesi ke V dengan menggunakan teknik cermin.

Tahap Pertama, anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok

kecil dan diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik yang pernah mereka alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan psikodrama. Kemudian penulis membagi peran kepada tiap kelompok dengan

cerita yang berbeda. Kelompok pertama akan memperagakan cerita kedua dan kelompok kedua akan memperagakan cerita pertama. Siswa menanggapi

uraian dan penjelasan penulis dengan antusias. Tahap Kedua, penulis memberikan skenario psikodrama kepada kedua kelompok dan memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari dan menyiapkan perlengkapan yang

dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok bertugas untuk menampilkan cerita yang diberikan oleh penulis. Inti cerita yang akan dimainkan dalam cerita

yang pertama adalah “pada saat jam istirahat ada 2 anak kelas VI yang

(19)

anak yang berani menolak dan mengancam juga akan mengadukan kelas VI tersebut pada guru. Akhirnya kelas VI menjadi takut dan meminta maaf

kepada siswa kelas V. Pembagian pemainnya Sy, Ag sebagai pelaku, Kp sebagai korban dan Rk sebagai penengah”. Sedangkan inti cerita kedua yaitu

“pada saat istirahat ada 2 anak yang sedang bermain, tiba-tiba ada 1 temannya

yang mengganggu mereka akhirnya mereka pun bertengkar dan segera dilerai oleh teman lainnya. Pembagian pemainnya Ok sebagai pelaku, Nc dan Kv

sebagai korban, dan Aj sebagai penengah.

Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu

diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang

bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok

menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu tindakan bullying

yang kita lihat jangan pernah takut untuk mengadukan pada guru kita, karena dengan begitu kita akan menolong korban dan memutus tindakan bullying

yang tidak baik tersebut.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok

mengiformasikan bahwa kegiatan sesi V akan segera berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan

(20)

6) Sesi Keenam ( 1x 40 menit)

Senin, 02 Desember 2013

Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka dengan doa dan menjelaskan maksud pertemuan tersebut. Sebelumnya, penulis terlebih dahulu

memberi ice breaking “apa kabar?” agar anggota kelompok dapat merasa

lebih nyaman. Selanjutnya penulis memberikan materi tentang “konsekuensi

bullyingsebelum memasuki sesi ke VI supaya anggota kelompok dapat masuk dalam masalah yang sedang dibahas. Pemimpin kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertanya tentang

hal yang belum jelas ataupun mengenai materi-materi yang sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang disampaikan oleh pemimpin kelompok, kemudian melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu sesi ke

VI dari psikodrama dengan menggunakan teknik role reverals.

Sebelum psikodrama dilaksanakan, pemimpin kelompok membacakan

anggota dari kelompok masing-masing. Setiap kelompok kembali diberi tugas seperti pada sesi sebelumnya, tetapi dengan cerita yang berbeda dan karakter

yang bergantian. Dengan tugas yang sama, pada saat kelompok lain yang maju, kelompok yang lain bertindak sebagai penonton yang bertugas untuk memberikan saran, masukan, maupun tanggapannya. Urutan bermain peran

(21)

pada urutan pertama. Mereka diberi waktu 15 menit untuk mempelajari dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Inti cerita yang akan dimainkan

adalah:

1) Drama kelompok pertama, pada saat bermain tiba-tiba teman kamu

mengejekmu secara berulang-ulang dengan sebutan yang tidak baik. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Pemainnya Kv sebagai korban, Aj dan Ok sebagai pelaku, dan Nc sebagai penonton.

2) Drama kelompok kedua, kamu jajan dikantin, saat akan menuju ke

kelas, temanmu mendatangimu dan meminta paksa makanan dan uang

yang kamu punya. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Pemainnya Kp sebagai korban, Sy dan Ag sebagai pelaku dan Rk sebagai penengah.

Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu

diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok

memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok

menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu tindakan bullying

yang kita lihat dan alami jangan pernah takut untuk menegur dan menengahi mereka, karena dengan begitu kita akan menolong korban dan memutus

(22)

pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan

jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.

7) Sesi Ketujuh (1 x 40 menit)

Rabu, 04 Desember 2013

Pemimpin kelompok membuka pertemuan dengan menanyakan kabar siswa, dan memimpin doa. Sebelum kegiatan dimulai, pemimpin kelompok

mengajak anggota kelompok untuk melakukan ice breaking marina menari

di menara”. Selanjutnya anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok

kecil sesuai yang mereka kehendaki, kemudian pemimpin kelompok memberikan skenario psikodrama dan meminta kedua kelompok

mempersiapkan diri sekitar 15 menit untuk memperagakan cerita yang sudah dipersiapkan sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan yang pernah dialami para anggota kelompok.

Kelompok pertama beranggotakan 4 siswa, Ok dan Rk sebagai pelaku dan korban, Kv sebagai pelapor, Nc sebagai penonton. Kelompok pertama bermain peran dengan jalan cerita. Cerita pertama “pada saat pelajaran

(23)

Kelompok kedua beranggotakan 4 siswa, Ag dan Sy sebagai pelaku, Kp sebagai korban, Aj sebagai penengah. Kelompok kedua bermain peran dengan

jalan cerita “ketika berada di dalam kelas kamu melihat ada temanmu sedang

diganggu dan sedang mendapat perlakuan bullying oleh segerombolan

teman-temanmu. Apa yang akan kamu lakukan?” (menggunakan teknik cermin dan

role reverals).

Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu

diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok

memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang bersifat menyerang atau menjatuhkan protagonis. Selanjutnya anggota

kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka

melukai oranglain apabila kita tidak ingin dilukai, karena suatu saat nanti apapun yang kita lakukan sekarang pasti akan kembali pada kita sendiri cepat

atau lambat.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi VII akan segera berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada

(24)

8) Sesi Kedelapan ( 1x 45 menit)

Sabtu, 07 Desember 2013

Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka dengan doa dan menjelaskan maksud pertemuan tersebut. Sebelumnya, penulis terlebih dahulu

memberi ice breaking “break the rule” agar anggota kelompok dapat merasa lebih nyaman. Selanjutnya penulis memberikan materi yang terakhir yaitu

tentang “kebijakan sekolah tentang bullyingsebelum memasuki sesi ke VIII

supaya anggota kelompok dapat masuk dalam masalah yang sedang dibahas. Pemimpin kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

untuk bertanya tentang hal yang belum jelas ataupun mengenai materi-materi yang sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang disampaikan oleh pemimpin kelompok, kemudian melanjutkan kegiatan

berikutnya yaitu sesi ke VIII dari psikodrama.

Sebelum psikodrama dilaksanakan, pemimpin kelompok membacakan

anggota dari kelompok masing-masing. Setiap kelompok kembali diberi tugas seperti pada sesi sebelumnya, tetapi dengan cerita yang berbeda dan karakter

yang bergantian. Dengan tugas yang sama, pada saat kelompok lain yang maju, kelompok yang lain bertindak sebagai penonton yang bertugas untuk memberikan saran, masukan, maupun tanggapannya. Mereka diberi waktu 15

(25)

Teknik psikodrama yang digunakan dalam sesi ini adalah teknik cermin dan

role reverals. Inti cerita yang akan dimainkan adalah:

1) Ketika di dalam kelas ada 1 anak yang diejek dan diganggu temanmu

karena tidak bisa mengerjakan tugas dari guru sampai keduanya

bertengkar, lalu apa yang akan kamu lakukan? Pembagian pemainnya, Kp dan Kv sebagai pemain utama, Ag dan Nc sebagai pelerai.

2) Pada saat istirahat, ada teman sekelasmu yang meminta uang secara paksa

padamu tetapi kamu hanya diam saja, lalu dia mengancam akan memukulimu sepulang sekolah nanti, apa yang akan kamu lakukan?

Pemain, Aj sebagai pelaku, Sy sebagai korban, Ok sebagai penegah. 3) Ketika jam istirahat kamu melihat teman-temanmu memalak dan

mengejek adik kelasmu, apa yang akan kamu lakukan? Pemain, Kp dan

Kv sebagai korban, Aj dan Sy sebagai pelaku, Ok sebagai penegah.

Setelah ketiga kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu

diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang

bersifat menyerang atau menjatuhkan protagonis/pemain utama. Selanjutnya

anggota kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu

(26)

tindakan bullying yang tidak baik tersebut.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi VIII akan segera berakhir,

pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan

jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.

4.3.3. Post-Test ( Tes Akhir)

Post test diberikan pada hari Senin, 09 Desember 2013 kepada 16 siswa kelas VI SDN Bawen 03. Pada kegiatan ini, penulis membagikan skala sikap tindakan

bullying yang berjumlah 23 item yang diadaptasi dari Astia (2011) berdasarkan teori Sejiwa. Penulis kemudian mengolah hasil skala sikap yang telah diisi siswa dengan

menggunakan teknik analisis Mann Whitney.

4.4. Analisis Data

Setelah dilakukan treatment/perlakuan dengan metode psikodrama pada tanggal 20 November 2013 sampai 07 Desember 2013 dan setelah memberikan post

(27)

Tabel 4.7.

Skor Pre Test dan Post Test Bullying Kelompok Eksperimen

No Kode Nama PreTest Post Test

1. AG 84 66

2. NC 75 59

3. SY 74 58

4. KV 67 51

5. RK 78 52

6. OK 71 57

7. KP 66 56

8. AJ 71 57

Jumlah 586 456

Rata-rata 73,25 57

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan skor dari 586 menjadi 456 dan pengurangan rata-rata dari 73,25 menjadi 57.

Tabel 4.8.

Skor Pre Test dan Post Test Bullying Kelompok Kontrol

No Kode Nama PreTest Post Test

1. BG 75 72

2. IB 79 78

3. DM 70 66

4. AD 74 68

5. BN 83 78

6. HD 67 62

7. YG 67 63

8. RD 71 67

Jumlah 586 554

Rata-rata 73,25 69,25

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan skor dari 586 menjadi 554 dan pengurangan rata-rata dari 73,25 menjadi 69,25. Namun

(28)

Tabel 4.9

Mean Rank Pre test dan Post Test Tindakan Bullying

Pada Kelompok Eksperimen

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Totalskore Pretest 8 12.44 99.50

Postest 8 4.56 36.50

Total 16

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah subyek sebanyak 8 siswa. Skor

rata-rata ranking pada pre test 12,44 dan skor rata-rata ranking untuk post test 4,56. Jumlah ranking pada pre test 99,50 dan jumlah ranking pada post test 36,50.

Tabel 4.10

Uji Mann Whitney U Pre Test dan post Test Tindakan Bullying

Pada Kelompok eksperimen

Test Statisticsb

Totalskore

Mann-Whitney U .500

Wilcoxon W 36.500

Z -3.315

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .000

a

a. Not corrected for ties.

(29)

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai hitung Mann-Whitney U= 500 dan koefisien Asymp.Sig. (2-tailed) 0,001< 0,05. Perhitungan statistik tersebut

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying siswa pada kelompok eksperimen antara pre test dan post test. Perbedaan tersebut

menunjukkan ada penurunan tindakan bullying siswa pada kelompok eksperimen setelah diberi treatment/perlakuan dengan metode psikodrama.

Tabel 4.11

Mean Rank Post Test Tindakan Bullying

Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Postest Eksperimen 8 4.81 38.50

Kontrol 8 12.19 97.50

Total 16

Pada tabel jumlah subyek untuk kelompok eksperimen sebanyak 8 siswa dan jumlah subyek pada kelompok kontrol juga 8 siswa. Skor ranking

rata-rata untuk kelompok eksperimen = 4,81 dan skor ranking rata-rata untuk kelompok kontrol = 12,19. Jumlah ranking untuk kelompok eksperimen =

(30)

Tabel 4.12

Uji Mann Whitney U Post Test Tindakan Bullying

Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Test Statisticsb

Postest

Mann-Whitney U 2.500

Wilcoxon W 38.500

Z -3.105

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok

Dari tabel diatas dapat diketahui nilai hitung Mann Whitney U = 2.500 dan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05. Perhitungan statistik

tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying siswa antara kelompok eksperimen dan kontrol. Perbedaan tersebut

menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan/treatment

[image:30.612.102.530.133.680.2]

dengan metodepsikodrama.

Tabel 4.13

Pengurangan Skor Tindakan Bullying

Kategori Range

Jumlah siswa yang memperoleh treatment

Pre test Post test

Eks Kon Eks Kon

Sedang 42-59 - - 7 -

Tinggi 60-77 6 6 1 6

Sangat tinggi 78-95 2 2 - 2

(31)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ada 16 siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol. Pada saat pre test kedua kelompok sama-sama berada

dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Dari kelompok eksperimen pada saat

pre test terdapat 6 siswa dalam kategori tinggi dan 2 siswa dalam kategori sangat tinggi. Terjadi perubahan pada saat post test menjadi 7 siswa yang masuk dalam kategori sedang dan 1 siswa masuk dalam kategori tinggi. Pada kelompok kontrol jumlah siswa dan kategori pada pre test maupun post test

tidak terdapat perubahan. Artinya ada pengurangan tindakan bullying pada kelompok eksperimen secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa metode

psikodrama dapat digunakan untuk mengurangi tindakan bullying pada siswa kelas VI SDN Bawen 03.

4.5. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Metode psikodrama

dapat mengurangi tindakan bullying secara signifikan pada siswa kelas VI SDN

Bawen 03”. Berdasarkan hasil analisis uji Mann- Whitney U Post test yang dapat

dilihat pada tabel 4.10, menunjukkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05 yang artinya ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying siswa pada kelompok

eksperimen. Mean Rank pada kelompok eksperimen berkurang dari 12,44 menjadi 4,56. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan berupa pengurangan skor tindakan

(32)

4.6. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang telah dilaksanakan pada saat pre test,

tidak ada perbedaan tindakan bullying yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,1000 >

0,05. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode psikodrama selama delapan kali pertemuan, terjadi pengurangan tindakan bullying pada siswa kelas VI SDN Bawen 03 secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Asymp.

Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05 untuk pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Untuk mengetahui apakah pengurangan yang signifikan tersebut dikarenakan

perlakuan metode psikodrama atau karena faktor lain dari luar, maka diadakan pengujian dengan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05, ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode psikodrama. Jadi hasil post test menunjukkan bahwa metode

psikodrama dapat digunakan untuk mengurangi tindakan bullying. Adanya pengurangan tindakan bullying dapat dikatakan berhasil karena dari hasil observasi selama layanan dengan permainan peran psikodrama, kelompok eksperimen

mengikuti kegiatan tersebut dengan sangat antusias, gembira, dan memahami topik yang diberikan serta dapat mengaplikasikan materi yang telah didapat pada saat

(33)

Pada kegiatan psikodrama, siswa yang sebagian besar merupakan pelaku

bullying mempraktekkan situasi secara spontan dimana siswa dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi korban bullying. Sehingga siswa tersebut dapat merasakan ketidaknyamanan sebagai korban dari tindakan bullying, dengan begitu

mereka akan merasa jera dan tidak akan lagi membully teman maupun adik kelasnya. Suasana yang diciptakan, dikendalikan oleh pemimpin kelompok sehingga membuat siswa tidak takut untuk bereksperimen dengan perilakunya yang baru. Setelah

pertunjukkan psikodrama selesai, mereka bertugas menilai dan menanggapi tentang pertunjukkan psikodrama yang telah dilakukan oleh kelompok lain, pemimpin

kelompok menengahi selanjutnya anggota maupun pemimpin kelompok bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan psikodrama tersebut.

Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Moreno (dalam

Romlah, 2001) yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia itu spontan dan kreatif, tetapi spontanitas dan kreativitas ini berkuarang atau hilang karena kesalahan

dalam hubungan antar pribadi atau karena hambatan kebudayaan. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Corey (dalam, Romlah, 2001) yang menyatakan bahwa di dalam psikodrama klien memerankan situasi-situasi

dramatis yang dialaminya pada waktu lalu, sekarang, dan yang diantisipasi akan dialami pada waktu yang akan datang, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian

(34)

dialami agar klien dapat mengenali perasaan-perasaannya dan dapat mengungkapkan

perasaannya sepenuhnya sehingga terbuka jalan untuk terbentuknya perilaku baru.

Tidak hanya berhenti disitu, seminggu setelah layanan selesai tepatnya pada hari Kamis, 19 Desember 2013 yang dimulai sejak pukul 09.00 – 11.00 WIB, penulis

melakukan kegiatan pemantapan dengan memberikan layanan klasikal kepada seluruh siswa kelas VI. Kegiatan ini bertujuan agar semua siswa kelas VI dapat mengetahui tentang dampak dari tindakan bullying dan memerangi bullying sekecil

apapun itu. Sebelumnya penulis memberikan ice breaking agar siswa merasa rileks. Kemudian penulis memberikan materi seputar bullying mulai dari pengertian

bullying, jenis-jenis bullying, faktor-faktor penyebab bullying, karakteristik pelaku bullying, konsekuensi bullying, dan juga kebijakan sekolah tentang bullying. Penulis menghimbau agar semua siswa bertindak tegas apabila melihat atau menjadi korban

bullying, jika tidak berani melawan maka penulis menganjurkan untuk segera melaporkan tindakan bullying yang terjadi kepada guru supaya diberi sanksi yang

tegas sehingga pelaku menjadi jera. Selain itu penulis juga menampilkan video tentang “yomodoku” (salah satu ilmu bela diri), dan menghimbau supaya siswa kelas VI dapat menyalurkan hobinya dalam kegiatan yang lebih positif. Para siswa terlihat

sangat antusias dengan layanan yang diberikan. Penulis juga melakukan wawancara dengan guru kelas, siswi kelas VI serta siswa kelas V. Dari hasil pemantapan pada

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.3.
Tabel 4.6 Topik Layanan
Tabel 4.8.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ruang Dem ont rasi yang represent at ive, Ruang laborat orium keperawat an dasar &amp; Medikal Bedah, Ruang Laborat orium Keperaw at an Anak yang t erdiri dari Unit pem

Selain itu, Laboratorium Fakultas Peternakan dan Perikanan juga dilengkapi dengan Laboratorium Lapang berupa Experimental Farm dan Pabrik Pakan Ternak.

Paling tidak ada 2 (dua) pilihan yang harus diputuskan ketika meng- hadapi fenomena “perubahan”, yaitu bersikap pasif dalam menghadapinya dengan resiko akan ada kemungkinan

Melalui kerjasama dan pembinaan di bidang olahraga harus terus ditingkatkan, baik kualitas maupun kuantitasnya, khususnya dalam membina atlet agar berprestasi

Pasar Giri Mulya KecatwtarlGiri Mulya, pasar Bukit Berlian Kecatrrt&amp;rrr. tllok Kupai, Pasar Fajar Baru t&lt;ecarnata,n

As a consequence of hard training at or close to lactate threshold for a number of weeks, two main adaptations occur providing evidence of improved

Sehinga diharapkan Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas