SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh :
Ahmad Kamal Abdul Jabbar
NIM. B06211039
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
vii
ABSTRAK
Ahmad Kamal Abdul Jabbar, B06211039, 2016. Tren Meme Dan Ruang Kebebasan Dalam Fanpage Meme Comic Indonesia. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata kunci: Tren, Ruang Kebebasan, Meme
Meme comic menjadi tren dikalangan masyarakat Indonesia akhir-kahir ini. Berbagai peristiwa dan fenomena terjadi tidak luput dari perannya. Banyak yang memahami meme sebagai komposisi antara gambar yang diikuti dengan tulisan-tulisan yang mengundang gelak tawa. Namun lelucon yang berlebihan seringkali menuntun sang penutur ke ranah hukum.
Rumusan masalah yang diusung, (1) Apa motif yang menjadi dasar digunakannya tren meme sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi didalam Meme Comic Indonesia, (2) Bagaimana cara berekspresi melalui meme didalam Meme Comic Indonesia. Pendekatan yang digunakan ialah studi kualitatif deskriptif, dengan teknik analisis yang diusung oleh Miles dan Huberman.
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6
F. Definisi Konsep ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 16
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian ... 17
3. Jenis dan Sumber Data ... 20
4. Tahapan Penelitian ... 21
5. Teknik Pengumpulan Data ... 22
6. Teknik Analisis Data ... 23
ix
I. Sistematiak Pembahasan ... 25
BAB II : KAJIAN TEORETIS ... 26
A. Kajian Pustaka ... 26
1. Konsep Dasar Meme ... 26
2. Perkembangan Meme di Indonesia ... 39
3. Motif dan Motivasi ... 35
4. Kebebasan Berpendapat ... 37
B. Kajian Teori ERG dan Pers Pancasila ... 39
1. Meme Dalam Perspektif Anggota Meme Comic Indonesia ... 61
2. Momen dan Kesan Pertama Terhadap Meme ... 64
3. Alasan Penggunaan Meme Oleh Anggota Meme Comic Indonesia ... 66
4. Terkait Keterlibatan Orang Lain Dalam Karya Meme .... 69
5. Antisipasi Dalam Menghadapi Protes Pihak Lain ... 73
BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN ... 78
A. Analisis Data ... 78
1. Pemahaman Anggota Meme Comic Indonesia Terhadap Meme ... 78
2. Motif Dalam Menggunakan Meme ... 79
3. Cara Berekspresi Melalui Meme ... 82
x
B. Konfirmasi Dengan Teori ... 87
1. Konfirmasi Motif Dengan Teori ERG ... 87
2. Konfirmasi Cara Berekspresi Meme Comic Indonesia Dengan Sistem Sistem Pers Indonesia ... 91
3. Konfirmasi Dengan Persepsi Keislaman ... 97
BAB V : PENUTUP ... 100
A. Simpulan ... 100
B. Rekomendasi ... 101
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 16 Bagan 2.1 Gafik penggunaan sosial media dari seluruh dunia
pada Agustus 2015 ... 31 Bagan 2.2 Ilustrasi sederhana asumsi teori ERG ... 42 Bagan 3.1 Struktur kepengurusan dan tanggung jawab
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo Meme Comic Indonesia ... 54 Gambar 4.1 Repost Romario atas unggahan gambar MCI
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Internet telah menjelma menjadi sebuah jaringan komputer paling luas
dan paling besar didunia. Sekarang, komputer pun sudah menjadi sarana
pergerakan gagasan.1 Banyak hal yang berubah sejak hadirnya internet.
Seperti pesan yang dapat dikirim melali Short Message Service (SMS), Surat
yang mengalami inovasi menjadi Elelctronic mail (E-mail), dan lain
sebagainya. Ide-ide dan gagasan pun dapat disalurkan melalui media online,
baik berupa blog, koran elektronik, dan salah satu yang baru ialah meme.
Sejak beberapa bulan lalu, dunia maya dikejutkan dengan melejitnya
popularitas meme yang tidak sedikit mengundang sensasi. Banyak isu-isu
hangat yang diangkat kedalamnya menggunakan cara dan bahasa yang khas
dan tak jarang mengundang gelak tawa para netizen. Tidak sedikit pula
nama-nama menjadi terkenal karenanya. Sebut saja politikus H. Abraham Lunggana,
S.H. atau akrab disapa Haji Lulung yang mendadak menjadi artis dunia maya
dan dikenal banyak orang melalui #SaveHajiLulung karena perseteruannya
dengan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Jika
mengingat lebih jauh, mungkin bisa diingat ketika Bripka Dewi Sri Mulyani,
anggota Satlantas Polrestabes Bandung tersohor bak artis papan atas hanya
karena salah satu ucapannya dalam salah satu acara dokumenter yang
mengisahkan keseharian polisi “86”. Saking tenarnya, komposer Eka
Gustiwana hingga membuat single dengan judul yang sama dengan kata-kata
1
yang membuat Bripka Dewi Sri terkenal, “Disitu Kadang saya Sedih”. Media
massa dari berbagai lini pun turut ramai memberitakannya. Mulai media cetak,
elektronik, hingga media online tidak mau ketinggalan memberitakannya.2
Adapun akar dari segala sensasi yang terjadi tersebut ialah tidak lain ulah tren
baru yang biasa disebut Meme Comic (baca: mim komik) yang berkembang
pesat di dunia maya, khususnya di media sosial.
Kata meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada
tahun 1976 dalam bukunya The Selfish Gene. Dalam bukunya, Richard
Dawkins menggunakan kata meme untuk menyebut replikator barunya. Meme
senidiri berasal dari bahasa Yunani “Mimeme” dan disederhanakan
penyebutannya menjadi satu suku kata “meme” (baca: mim) seperti kata gene.3
Ide dasar meme di Indonesia merupakan adaptasi dari gagasan lima
orang pemuda hongkong yaitu Ray Chan, Chris Chan, Marco Fung, Brian Yu,
dan Derek Chan. Mereka ingin membuat sebuah bentuk hiburan baru yang
ringan dan mudah diterima oleh khalayak. Benar saja, melalui website yang
mereka namai 9GAG4, berhasil menyedot 500.000 pengunjung tiap bulannya.
Karena kesuksesannya, gagasan 9GAG berhasil diadaptasi kedalam beberapa
negara berbeda diseluruh dunia. Di Indonesia yang pertama kali menggunakan
konsep ini sekarang dikenal sebagai Meme Comic Indonesia (MCI), di
2
http://news.metrotvnews.com/read/2015/03/06/367521/ini-dia-kumpulan-meme-haji-lulung |
http://andalas.co/91-berita-haji-lulung-santai-tanggapi-meme-yang-mengolok-olok-dirinya.html | http://www.jpnn.com/read/2015/03/07/291002/Dihajar-Bully,-Ini-Reaksi-Haji-Lulung
3
Richard Dawkins, The Selfish Gene, (New York: Oxford University Press, 1976), hlm. 192. 4
Spanyol muncul dengan nama Veomeme, di Serbia dengan nama
Memefikacija, dan lain sebagainya.5
Dalam perkembangannya, meme telah memberikan sebuah jalan baru
untuk mengkombinasikan beberapa unsur seperti kreatifitas, seni, pesan, dan
humor kedalam budaya internet.6 Kini, untuk mengekspresikan perasaan,
merepresentasikan kondisi, dan mengkritisi sebuah fenomena pun dapat
dituangkan kedalam meme tersebut. Namun terkadang kadar yang disalurkan
kedalam ekspresi tersebut melebihi batas kewajaran sehingga menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan.
Sebagai contoh, Jika pada kasus meme yang menyindir kota bekasi
pada akhirnya ditanggapi sebagai evaluasi oleh Wali Kota Rahmat Effendi.7
Lain halnya dengan kasus penghinaan Arsyad terhadap Presiden Jokowi yang
sempat berbuntut panjang. Meskipun pada akhirnya sang penghina
dibebaskan, tentu hal ini menjadi pelajaran dan sorotan tersendiri bagi publik.
Sebagian kecil contoh tersebut memberikan pandangan seolah tren meme
memberikan ruang kebebasan yang luas. Seakan publik kurang menyadari
resiko-resiko yang dapat terjadi atas suatu perbuatan di dunia maya.
Memang jika dilihat jauh kebelakang, fanspage Meme Comic
Indonesia dalam situs jejarign sosial Facebook pada awal pembuatannya
didasarkan pada alasan personal sang kreator. Admin P, begitu ia disebut,
sedang mengalami kejenuhan pada waktu itu, statusnya yang hanya sebatas
5
Wella, ”Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face” Terhadap Frekuensi Kunjungan Website
9gag”, Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.
6
Abdul Aziz Turhan Kariko, Humorous Writing Excercise Using Internet Memes On English Classes, Jakarta: Binus University.
7
pelajar membuat rutinitas sehari-hari tidak begitu beragam, sehingga membuat
ia merasa perlu aktifitas baru yang bisa ia gunakan untuk menghabiskan
waktunya yang berharga tanpa membuangnya sia-sia. Selain itu,
kesendiriannya sebagai seorang remaja yang butuh kasih sayang semakin
menguatkan rasa jenuhnya. Meskipun pada mulanya tujuan pembuatan MCI
hanya untuk dirinya sendiri, namun pada akhirnya MCI menjadi booming dan
dengan cepat mendapat banyak perhatian para pengguna Facebook berkat
saran kecil-kecilan yang didapatkan Admin P dari teman sekolahnya.8
Alasan yang mendasari pembuatan MCI diatas, serta fungsinya sebagai
sarana hiburan, telah membuatnya menjadi halaman hiburan yang populer.
Peneliti melihat beberapa poin yang membedakan media konvensional lainnya
dengan meme tersebut. Pertama, MCI yang dibuat berdasarkan fenomena
sehari-hari menjadikan ia dekat dengan masyarakat, yang pada akhirnya
menjadikan MCI sebagai media baru yang mudah diterima dan disukai oleh
publik. Kedua, posisinya yang dekat dengan masyarakat dan sistem repost
yang diterapkan oleh MCI menjadikannya tidak hanya diisi oleh hiburan biasa,
namun juga hal-hal lain seperti sindiran terhadap fenomena yang terjadi
ditengah masyarakat. Tergantung kepada kreatifitas sang kreator hendak
membuat meme seperti apa. Ketiga, format penulisan yang bebas
menjadikannya sebagai media semua kalangan, siapapun bisa berpartisipasi,
hal ini otomatis tidak menuntut sang pembuat untuk mempunyai prestasi atau
jenjang pendidikan tertentu. Lain halnya dengan media konvensional yang
cenderung mementingkan sistematika penulisan. Keempat, kemudahan proses
8
pembuatan, penyebaran, dan akses menjadikan penyebaran meme cenderung
bebas dan tidak terkontrol, hal ini menjadikan meme dianggap sebagai media
bagi mereka yang diabaikan suaranya untuk meneriakkan pendapatnya. Lain
halnya dengan media konvensional yang perlu melalui berbagai tahap tertentu
sebelum akhirnya dapat dikonsumsi oleh publik. Kelima, dengan segala
kemudahan proses penciptaan, penyebaran dan akses, menjadikan anonimitas
kreator tetap terjaga. Sehingga semakin lama meme berada di internet maka
semakin sulit pula asal-usulnya ditelusuri. Berbeda sekali dengan media
konvensional yang mengharuskan jelasnya sumber dan penyusun informasi
sebelum disebarkan. Keenam, bentuk kemasan meme baik dari pemilihan
layout gambar maupun kata-katanya yang sederhana dan unik memberikan
kesan kasual dan informal sehingga mudah dimengerti sekaligus menghibur
bagi siapapun.
Hal-hal demikianlah yang semakin menguatkan peneliti untuk
merealisasikan adanya penelitian tentang mengapa publik menjadikan meme
sebagai ruang kebebasan mereka untuk berekspresi.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan bahwa
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa motif anggota Meme Comic Indonesia menggunakan tren meme
sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah ditentukan, maka dapat
ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menjelaskan motif anggota Meme Comic Indonesia menggunakan
tren meme sebagai ruang kebebasan untuk berekspresi.
2. Untuk menjelaskan cara berekspresi melalui meme didalam Meme Comic
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan mampu menjadi
referensi bagi pengembangan keilmuan di bidang ilmu komunikasi, khususnya
dalam bidang komunikasi massa. Selain itu, untuk kedepannya penelitian ini
juga diharapkan dapat menambah kekayaan khazanah penelitian di Indonesia
dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian lainnya
yang akan datang.
Sedangkan secara praktis, adanya penelitian ini diharapkan mampu
menambah pengetahuan tentang tren dunia maya, khususnya meme comic, dan
mampu menunjukkan kebebasan yang selayaknya diterapkan didalam
bermasyarakat melalui dunia maya. Sehingga siapapun yang turut membaca
hasil penelitian ini diharapkan nantinya akan lebih melek dan waspada ketika
berselancar di dunia maya, khususnya dalam dunia media sosial.
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Tidak dapat dipungkiri lagi jika telah banyak penelitian dilakukan oleh
berbagai kalangan di berbagai tempat dan untuk berbagai tujuan. Sehingga
kesamaan konsep dengan penelitian lain yang telah dilakukan. Beberapa
penelitian terdahulu mengenai meme memang telah ada. Namun belum ada
yang mengusung tema tren meme dan ruang kebebasan yang pernah digarap.
Berikut ialah beberapa penelitian yang mempunyai kemiripan konsep sebagai
bahan referensi dan bukti akan orisinalitas penelitian ini. Abdul Aziz Turhan
Kariko sebelumnya telah melakukan studi dengan judul Humorous Writing
Exercise Using Internet Memes On English Classes. Abdul Aziz dalam
penelitian ini membahas tentang penemuan meme oleh pengguna internet dan
mencoba menggali mengapa meme dianggap menarik bagi mereka. Jika
dibandingkan dengan penelitian ini, penelitian Aziz lebih menggali kepada
apa yang mendasari mereka untuk tertarik dengan meme, sedangkan yang coba
ditelusuri penelitian ini ialah apa yang mendasari orang menggunakan meme
untuk berekspresi. Dapat dikatakan rumusan masalah yang diusung selangkah
didepan karena mereka yang menggunakan meme untuk berekspresi tentunya
awalnya sudah mengenal meme dan tidak menutup kemungkinan mereka
sudah menerima daya tarik dari meme itu sendiri. Kemudian, penelitian Abdul
Aziz ini berusaha mendekonstruksi apa itu internet meme dan apa efek yang
dihasilkannya, terutama pada bagaimana hubungan antara gambar, teks, dan
makna yang terhubung satu sama lain untuk membentuk pesan sosial, politik,
emosi publik, atau sekedar membuat humor yang menghibur. Tentu ini
memperkuat perbedaan dengan penelitian yang baru akan dilaksanakan ini.
dan menghubungkan antara gambar, teks, dan makna menggunakan
semiotika.9
Penelitian yang juga membahas tentang meme selanjutnya dilakukan
oleh Wella, dengan judul “Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face”
Terhadap Frekuensi Kunjungan Website 9GAG”.10
Dengan mengusung
metode kuantitatif untuk menguji hipotesa penulis, penelitian ini
menghasilkan pernyataan Rage Face hanya berpengaruh pada kunjungan awal
saja tetapi tidak pada kunjungan-kunjungan berikutnya. Penelitian ini lebih
bersifat eksperimental dengan menguji hubungan penggunaan salah satu
varian meme terhadap ketertarikan pengunjung terhadap situs hiburan. Sangat
berbeda sekali dengan riset yang akan diangkat oleh peneliti yang lebih
cenderung kepada penggalian motif seseorang untuk menggunakan meme
sebagai media kebebasan berekspresi.
Berikutnya yakni penelitian yang berjudul “Penggunaan Internet
Meme Dari Situs 9gag Sebagai Pesan Nonverbal Pada Hubungan Antar
Pribadi Dalam Electronically-Mediated Interpersonal Communication” oleh
Shauma Sabila.11 Riset ini bertujuan untuk melihat bagaimana penggunaan
internet meme yang digunakan sebagai bentuk pesan nonverbal dalam CMC
dan EMIC oleh para anggota komunitas virtual pecinta internet meme dalam
media sosial Facebook, Meme Comic Indonesia (MCI), dan akan melihat
motivasi, penggunaan pesan, bentuk internet meme yang digunakan, serta
9
Abdul Aziz Turhan Kariko, Humorous Writing Excercise Using Internet Memes On English Classes, Jakarta: Binus University.
10
Wella, Pengaruh Ilustrasi Visual Meme “Rage Face” Terhadap Frekuensi Kunjungan Website
9gag, Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya.
11Shauma Sabila, “
Penggunaan Internet Meme Dari Situs 9gag Sebagai Pesan Nonverbal Pada Hubungan Antar Pribadi Dalam Electronically-Mediated Interpersonal Communication”,
hubungan yang terjadi dari pemakaian internet meme oleh para anggota
komunitas MCI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internet meme
digunakan karena dianggap sebagai saluran yang memiliki kehadiran sosial
yang cukup untuk membangun sebuah hubungan sosial secara online.
Penggunaannya cukup efektif jika digunakan dengan pesan humor dan pesan
emosional, serta bentuk internet meme yang digunakan didominasi oleh dua
kumpulan meme besar yaitu Advice Animal dan Rage Comic. Hubungan yang
dihasilkan dari interaksi menggunakan internet meme adalah hubungan yang
interaktif serta menarik dan dapat berkanjut kepada hubungan didunia nyata.
Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa penelitian oleh Shauma Sabila
lebih tertuju kepada penggunaan meme sebagai media membangun hubungan
antar pribadi didalam dunia maya. Tidak sama tentunya dengan penelitian
yang akan dijalankan ini.
Selanjutnya Made Nunik Sayani juga pernah menerapkan analisis
semiotik terhadap meme di situs 9GAG.com melalui risetnya yang berjudul
Semiotic Analysis of Memes in 9GAG.com. Studi ini menguji 2 jenis meme
yakni “Poker Face” dan meme “Okay”.12 Lebih lanjut Made Nunik
menjelaskan bahwa berdasar pada penanda dari setiap meme, dapat diketahui
setiap petanda atau konsep abstrak yang terkandung didalamnya. Meme
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda ketika digunakan dalam
unggahan. “Poker Face” mengindikasikan wajah seseorang dengan ekspresi
datar, tidak menunjukkan emosi tertentu dan hanya tetap diam karena sesuatu
yang menyebabkan seseorang bingung untuk menunjukkan ekspresi apa
12
terhadap kondisi atau situasi tersebut. Sedangkan meme “Okay”,
mengindikasikan ekspresi sedih, lelah, atau dipaksa menerima sesuatu.
Komparasi dengan penelitian ini tentu berawal dari metode yang diusung dan
membawa pada tujuan yang berbeda. Semiotik yang mencoba menggali
penanda dan petanda didalam sebuah pesan berbeda dengan kualitatif yang
berusaha menggali makna dibalik pesan.
F. Definisi Konsep 1. Tren
Strategic Trends Programme memberikan definisi tentang tren
sebagai “A discernable pattern of change”.13 Tren didefinisikan sebagai
pola perubahan yang dapat dilihat. Sedangkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia memberikan pengertian bahwa tren ialah gaya mutakhir. Dalam
konteks penelitian ini, tren yang dimaksud berhubungan dengan
popularitas dari internet meme yang mengagumkan di Indonesia. Peneliti
membatasi tren meme yang digunakan dalam penelitian ini ialah para
anggota Meme Comic Indonesia yang sempat membuat atau mengonsumsi
meme mulai dari tahun 2012 hingga akhir tahun 2015.
2. Meme
Seperti yang telah disinggung diatas, kata meme pertama kali
diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada tahun 1976 dalam bukunya The
Selfish Gene. Dalam bukunya, Richard Dawkins menggunakan kata meme
untuk menyebut replikator barunya. Ia menyebutkan bahwa ia butuh kata
atau sebutan untuk mendefinisikan lahirnya budaya dengan anggapan
13
terjadinya merupakan bentukan dari banyak replikator. Meme sendiri
berasal dari bahasa Yunani“Mimeme” dan disederhanakan penyebutannya
menjadi satu suku kata “meme” (baca: mim) seperti kata gene.14 Pertama
kali kata meme diperkenalkan memang melalui buku genetika Dawkins
tersebut. Dia menyebut meme sebagai sesuatu yang mereplika apapun,
baik budaya, sifat, atau yang lain, selain dari faktor genetika. Agak
menyimpang bila dihubungkan dengan penelitian ini namun memang
begitulah adanya.
Sedangkan dalam konteks penelitian ini, meme yang dimaksud
biasanya berupa kombinasi antara gambar dan teks dengan konten yang
mempunyai tujuan bermacam-macam. Selain itu, seperti yang telah
diungkit sebelumnya bahwa tren meme yang dibahas dalam penelitian ini
hanyalah sebatas anggota Meme Comic Indonesia yang sempat membuat
atau mengonsumsi mulai tahun 2012 hingga 2015 saja. Jika dahulu meme
merupakan media hiburan yang murni memberikan humor, sekarang ia
mengalami pengembangan fungsi mengarah kepada humor yang bersifat
aspiratif, kontekstual, dan juga condong kepada tindakan sindiran atau
bullying.
3. Kebebasan
Pada kehidupan sehari-hari seringkali seseorang dihadapkan pada
aturan dan pilihan, seperti aturan dalam tempat kerja, ditempat-tempat
tertentu, atau aturan dalam melaksanakan sesuatu. Tidak jarang pula
14
sebagian dari orang lain yang ingin merasakan kebebasan. Kebebasan
merupakan kata dasar bebas yang mendapat imbuhan ke-an.
Mahsun Mahfud berpendapat, “kebebasan dapat dirumuskan
sebagai keleluasaan untuk bertindak atau tidak bertindak berdasar pilihan
yang tersedia bagi seseorang.”15 Meminjam pengertian kebebasan dari
Mahsun Mahfud tersebut, dapat dikatakan bahwa kebebasan bersifat tidak
mengekang karena bebas berarti leluasa untuk bertindak, dan bergerak ke
segala arah karena tidak didasarkan pada pilihan tertentu. Namun Anwar
Arifin berpendapat bahwa didunia ini kebebasan tidak ada yang mutlak.
Karena kebebasan seseorang akan dibatasi oleh kebebasan orang lain.
Justru kebebasan yang dibenarkan dalam kehidupan demokratis ialah
kebebasan terbatas. Karena harus ada penghargaan yang wajar atas atas
hak masing-masing orang. Sehingga dalam hal ada kejadian
penyalahgunaan kebebasan, ada bentuk bertanggung jawaban. Dengan
demikian, dapat dijelaskan bahwa kebebasan itu ada batasnya, yaitu
tanggung jawab.16
Dalam konteks penelitian ini, ruang kebebasan yang dimaksud
ialah kebebasan dalam beropini di dunia maya, khususnya melalui meme
yang sedang tren saat ini. Sudah terdapat Undang-Undang yang
melindungi kebebasan untuk berpendapat didunia maya. Yaitu pada
Peraturan Pemerintah Penggantu Undang-Undang no. 9 Tahun 1998
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum. Dijelaskan
15
Mahsun Mahfud, Hakikat Kebebasan Berpikir dan Etika, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner vol. 6, Januari-Juni 2007, hlm. 168.
16
didalamnya bahwa seseorang berhak mendapatkan perlindungan hukum
dalam mengeluarkan pikiran secara bebas, termasuk penyampaian melalui
media elektronik, selama itu menghargai hak asasi manusia yang lainnya.
4. Motif
Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak
dapat dipisahkan. Menurut Hamzah B. Uno, istilah motivasi berasal dari
kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.17
Sedangkan menurut pendapat M. Ngalim purwanto, motif adalah suatu
dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.18 Hal ini diperjelas oleh
Sudibyo Setyobroto, bahwa motif adalah sumber penggerak dan
pendorong tingkah laku individu untuk memenuhi kebutuhan dalam
mencapai tujuan tertentu.19
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau
perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari
tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu
pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk
mempunyai tujuan.
Motivasi adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut tergerak
17
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3.
18
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 60 19
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu.20 Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik, motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.21 Motivasi
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.22
Mengacu kepada beberapa pendapat di atas dan tidak lepas dari
obyektif penelitian ini, maka pengertian motif yang dipakai didalam
penelitian ini ialah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan
perbuatan sehingga tercapai suatu kebutuhan yang diinginkan.
G. Kerangka Pikir Penelitian
Tren meme yang ada ditengah masyarakat dunia maya saat ini tidak
lain adalah bentuk dari sebuah inovasi baru. Terkait cara menyalurkan
pendapat atau ide serta gagasan terhadap sebuah kondisi yang mulanya
disampaikan hanya melalui media-media umum seperti media cetak atau
elektronik, kini dapat pula disampaikan melalui sebuah ilustrasi gambar dan
teks yang sederhana dan bersifat humoris.
Karena pada mulanya meme comic yang digunakan sebagai media
hiburan murni yang mengusung tema humor, dan sekarang berkembang
menjadi sarana untuk merepresentasikan sebuah fenomena atau kritik terhadap
20
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 71 21
Oemar Hamalik, Studi Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung: CV Mandar Maju, 1992), hlm. 173 22
kondisi, maka tidak dapat dikatakan sebagai menyindir atau bullying. Meme
hanya merepresentasikan fenomena atau kondisi yang memang sudah satir.
Adapun fokus penelitian atau rumusan masalah dalam penelitian ini,
sebagaimana dicantumkan sebelumnya, yakni berusaha menjelaskan motif
yang mendasari Meme Comic Indonesia dalam menggunakan meme sebagai
ruang kebebasan mereka berekspresi, serta menjelaskan bagaimana cara
mereka berekspresi menggunakan meme tersebut. Sejalan dengan hal tersebut,
untuk mendalami motif peneliti menggunakan Teori ERG milik Clayton
Alderfer. Teori yang dikemukakan Psikolog Amerika kelahiran 1 September
1940 ini merupakan bentuk revisi atas Teori Hirarki Kebutuhan milik
Abraham Maslow. 23 Sedangkan untuk menganalisis cara berekspresi, peneliti
menggunakan aturan Sistem Pers Indonesia pasca orde baru tumbang yang
termaktub didalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999 tentang pers. Hal ini
dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian konteks teori dengan obyek
yang akan didalami. Alur kerangka penelitian ini dapat digambarkan kedalam
bagan berikut ini.
23
Bagan 1.1: Kerangka pikir penelitian
H. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini dapat
diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif deskriptif analisis kritis.
Metode kualitatif yakni sebuah proses penyelidikan untuk memahami
masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik yang
dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara
terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.24
Adapun deskriptif ialah penelitian yang menggambarkan sifat-sifat
atau karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Sehingga yang dimaksud deskriptif tidak ditujukan untuk menguji hipotesa
tertentu, melainkan menggambarkan suatu gejala atau kejadian yang ada.
24
Setelah dideskripsikan, gejala atau keadaan tersebut akan dianalisis secara
kritis dengan studi perbandingan atau yang relevan terhadap permasalahan
yang dikaji.
Jenis dan metode ini dianggap tepat untuk digunakan dalam
penelitian ini karena subyek yang diteliti mengandung masalah yang
belum jelas. Disamping itu, penelitian ini berusaha untuk memahami
makna yang ada dibalik realita yang tampak.
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian
Penelitian yang mengusung tema tren meme ini melibatkan subyek
penelitian yaitu administrator sekaligus pengikut dari fanspage Meme
Comic Indonesia (MCI). Para pengikut turut dipilih karena dianggap
mempunyai peran terhadap kreasi meme. Pada fanspage ini, selain
mengunggah meme yang diciptakan para administrator, digunakan sistem
repost juga, yaitu mengunggah meme buatan para pengikut kedalam
timeline, sehingga dapat dikatakan salah satu kreator meme dalam halaman
MCI ini ialah para fans/pengikut itu sendiri. Selain itu, hal ini juga sebagai
bentuk penerapan apa yang diakatakan oleh Moleong dalam bukunya
Metode Penelitian Kualitatif bahwa dalam riset kualitatif sangat erat
kaitannya dengan faktor kontekstual. Jadi maksud sampling ini ialah tidak
untuk menjaring informasi sebanyak mungkin, melainkan untuk merinci
tidak ada yang dinamakan dengan sampel acak, melainkan tertuju
(purposive sampling).25
Peneliti membagi petak-petak informan kedalam 2 kategori utama,
yang pertama ialah kategori orang yang turut membuat meme. Tujuannya,
untuk mendapatkan data tentang motif dan cara berekspresi dari sudut
pandang pembuat meme. Adapun yang menjadi informan pada kategori ini
ialah:
a. Admin S, laki-laki ini ialah salah satu admin senior didalam MCI.
b. Admin NH, merupakan gadis yang juga termasuk jajaran admin
didalam komunitas fanpage admin MCI
c. Haykal fikri, ialah pengikut MCI yang juga secara aktif turut
membuat meme dalam kehidupan sehari-harinya.
Kemudian, kategori 2 informan ialah mereka yang tidak banyak
turut membuat meme, dan hanya mengonsumsinya saja. Hal ini bertujuan
untuk menggali data dari perspektif mereka tentang motif mereka dalam
menggunakan meme sebagai ruang kebebasan ekspresi mereka. Adapun
yang menjadi informan dalam kategori ini ialah:
a. Rif’at Hamid Rahman, ialah seorang pelajar dan juga pengikut
MCI dan bahkan perkembangan meme yang antusias dalam
mengikutinya.
b. Faris Addaukas, seorang pelajar sekaligus merupakan salah satu
penggerak tren meme didalam lingkungan pergaulannya.
25
c. Rizky Yuniarta, statusnya sebagai pekerja kantor dan konsumen
pasif MCI diperlukan untuk menggali perspektif informasi yang
berbeda.
d. Mohammad Aang Humaidi, seorang guru dan merupakan salah
satu pelopor adanya tren lomba meme dilingkungan pergaulannya.
e. M. Haris Syarifuddin, merupakan mahasiswa aktif yang juga
pengikut MCI, informasi darinya juga diharapkan dapat membantu
menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.
Sedangkan obyek didalam penelitian ini beada dalam wilayah
kajian komunikasi massa, dimana peneliti berusaha menggali motif dan
cara berekspresi para anggota dari komunitas Meme Comic Indonesia.
Selanjutnya, mengenai lokasi penelitian, karena yang diteliti ialah sebuah
komunitas virtual, maka alamat lokasi penelitian ini berupa alamat virtual
MCI dialam facebook, alamat tersebut dapat dilacak melalui kolom
pencarian dengan mengetikkan “Meme Comic Indonesia”, atau dengan
mengetikkan alamat secara lengkap Meme Comic Indonesia
(http://www.facebook.com/MemeComicIndonesi) kedalam addressbar
browser. Sedangkan untuk menjangkau para informan, peneliti
menggunakan sarana E-mail dan media percakapan lainnya untuk dapat
melakukan korespondensi. Hal tersebut dinilai efektif mengingat anggota
komunitas tersebar diberbagai daerah, serta lebih fleksibel karena dapat
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
wawancara dengan pihak subyek penelitian. Sedangkan data sekunder
yang diperoleh dari segala dokumen, foto, video, atau jenis data
lainnya yang mendukung penelitian dilakukan dengan cara
pengamatan mendalam. Sedangkan berkaitan dengan proses
wawancara, akan dilakukan dengan berbagai media sesuai dengan
kondisi, kehendak, dan kemampuan informan.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari beberapa informan yang telah
ditentukan berdasarkan pada kompetensinya untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada tercapainya tujuan
penelitian. Karena tidak semua pengikut dapat dijadikan sebagai
informan penelitian, melainkan beberapa orang yang dianggap sesuai
dan kompeten untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari pencarian referensi
di berbagai tempat dan cara. Penelusuran di internet, mencari data di
perpustakaan, serta dokumen-dokumen, foto, atau video yang
4. Tahapan Penelitian
a. Tahap Pra-Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian
Pada tahap ini peneliti berusaha melihat fenomena yang terjadi
disekitar dengan penelusuran informasi dan berbagai cara lainnya
sehingga peneliti memperoleh judul dan permasalahan yang
menarik untuk diangkat.
2) Memilih lapangan penelitian
Pada tahap ini peneliti mencari bidang yang dianngap tepat untuk
digali informasinya. Tentunya yang berhubungan dan dianggap
mempunyai jawaban akan permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
3) Mengurus perizinan
Setelah memperoleh lapangan penelitian, peneliti mencoba
mengetahui apakah bidang tersebut mempunyai izin akses tertentu
sehingga dapat dijangkau untuk kemudian digali informasinya.
4) Memilih informan
Setelah tahap tersebut, peneliti akan memilih informan yang
kompeten dan dianggap mampu menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan sebelumnya.
b. Tahap Lapangan
1) Mulai masuk lokasi penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal peneliti terjun kedalam lapangan
bersosialisasi dengan para anggota komunitas Meme Comic
Indonesia dengan bergabung dan turut dalam aktifitas didalamnya.
Hal tersebut bertujuan untuk menjalin kedekatan dan diharapkan
mampu menimbulkan respon yang baik terhadap beberapa
permintaan peneliti, meliputi ketersediaan dan respon jawaban
yang baik pula.
2) Menggali data dan informasi lapangan
Pada tahap ini peneliti akan berusaha menggali informasi dari
informan sedalam, setajam, dan sebanyak mungkin demi
terjawabnya rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
Disinilah kecakapan dan kecermatan peneliti diperlukan, semakin
cakap dalam mengkritisi jawaban makan dipercaya akan semakin
banyak dan tajam pula data yang diperoleh dari lapangan.
c. Tahap penulisan laporan.
Pada akhirnya, peneliti akan menuliskan hasil penggalian dan
interpretasi data dari lapangan kedalam sebuah format laporan. Tidak
menutup kemungkinanpada tahap ini peneliti masih akan mencari data
lain untuk melengkapi laporan tersebut. Data dapat berasal dari sumber
data primer ataupun sumber data sekunder.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna
peneliti sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, tetapi juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam.26
b. Dokumentasi
Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record,
yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik. Dokumen
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan.27 Tetapi perlu
dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas tinggi.
Sebagai contoh banyak foto yang tidak merepresentasikan kondisi
aslinya karena dibuat karena kepentingan tertentu. Demikian pula jenis
dokumen lain yang ditulis secara subyektif atau untuk dirinya sendiri.28
6. Teknik analisis data
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas analisis data
dalam penelitian dapat dilakukan kepada tiga langkah berikut ini: 29
a. Reduksi Data (Data Reduction), yaitu proses merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dari data,
dicari tema dan polanya. Dengan begitu data akan menjadi lebih jelas
dan lebih mudah untuk disajikan.
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 231.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005), hlm. 216-217.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 240.
29
b. Penyajian Data (Data Display), adalah langkah selanjutnya setelah
data direduksi. Dalam penelitian kualitatif, data disajikan dalam bentuk
tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian
data ini, data tersusun kedalam pola yang berhubungan, sehingga akan
semakin mudah difahami.
c. Conclusion Drawing/Verification, yakni penarikan kesimpulan dan
verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah apabila ditemukan bukti/data lain yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif ini, uji keabsahan data akan dievaluasi
menggunakan uji kredibilitas. Dimana didalamnya terkandung triangulasi,
diskusi dengan teman sejawat, dan menggunakan bahan referensi.
Triangulasi disini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara, kondisi, dan waktu. Sedangkan diskusi
dengan teman sejawat dilakukan dengan rekan sesama peneliti yang
melakukan riset dibidang yang sama. Sehingga peneliti bersama rekan
dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.
Adapun yang dimaksud dengan bahan referensi disini ialah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Bentuknya dapat beragam, rekaman wawancara, foto kejadian, atau data
I. Sistematika Pembahasan
Peneliti membuat sistematika pembahasan agar penelitian yang
dilakukan dapat dengan mudah dipahami isinya baik oleh peneliti sendiri serta
pembaca, sistematika pembahasan tersebut terdiri dari:
BAB I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil
penelitian terdahulu, definisi konsep tentang meme, konsep
kebebasan, dan motif, kerangka pikir penelitian, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
BAB II: Kajian teoretis. Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang berupa pembahasan yang berkaitan dengan sejarah meme, konsep dasar
meme, dan perkembangannya kini di Indonesia, serta kajian teori
ERG milik Clayton Alderfer.
BAB III: Paparan data hasil penelitian. Bab ini berisi tentang profil data penelitian, meliputi profil subyek, obyek, dan lokasi penelitian.
selain itu juga berisi tentang paparan deskripsi hasil wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
BAB IV: Interpretasi hasil penelitian. Bab ini berisi tentang analisis data berdasarkan pada hasil wawancara dan observasi serta dokumentasi
sebelumnya, serta mengkonfirmasi temuan tersebut dengan Teori
ERG yang dikemukakan Clayton Alderfer.
26
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Dasar Meme
Kata meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins pada
1976 melalui bukunya The Selfish Gene. Dawkins, yang merupakan
seorang ahli Biologi, membutuhkan nama untuk replikator barunya, dalam
bukunya, Dawkins berkata:
We need a name for the new replicator, a noun that conveys the idea of a unit of imitation. „Mimeme’ comes from a suitable Greek
root, nut i want a monosyllable that sounds a bit like „gene’. I hope
my classicist friends will forgive me if i abbreviate mimeme to
meme.
Examples of memes are tunes, idea, catch-phrases, clothes fashions, ways of making pots or of building arches. Just as genes propogate themselves in the gene pool by leaping from body to body via sperms or eggs, so memes propagate themselves in the meme pool by leaping from brain to brain via a process which, in the broad sense, can be called imitation.30
Ide diatas menjelaskan bagaimana Dawkins menggunakan kata
meme, yang mulanya berasal dari bahasa Yunani “mimeme”, sebagai
sebutan bagi satuan terkecil dari sebuah budaya yang mirip seperti gen.
Unit ini mampu berkembang-biak, layaknya gen yang berkembang dengan
memperbanyak diri dari satu tubuh ke tubuh lainnya melalui sperma atau
telur, meme berkembang-biak dari satu pikiran kepada pikiran yang lain
melalui proses imitasi.
30
Salah satu contoh dari meme menurut Dawkins ialah ide, lagu,
gaya berpakaian, atau cara untuk melakukan sesuatu. N. K. Humphrey
bahkan menuliskan bahwa seharusnya meme dianggap sebagai struktur
yang hidup, tidak hanya secara metafora, namun juga secara teknis.31
Saintis lainnya, Dan Sperber, lebih memahami meme sebagai
replikator kebudayaan (cultural replicator), dan mengistilahkannya
kedalam kata representation. Ia menjelaskan bahwa replikator ialah simbol
dan asosiasi didalam pikiran manusia. Lebih jauh mengenai itu, Sperber
menjelaskan bahwa ada dua jenis utama representation, yakni mental
representation yang pengaruhnya bersifat internal dan tidak kasat mata,
seperti keyakinan dan agama. Kemudian ada public representation yang
pengaruhnya bersifat eksternal (kasat mata), seperti lukisan atau gaya
berpakaian. Sperber menambahkan dengan adanya cultural representation
sebagai percampuran dari dua jenis sebelumnya.32
Secara garis besar, pemahaman terhadap meme (atau
representation) antara Sperber dan Dawkins sama. Namun pada satu sisi,
Sperber membawa representation kepada level baru yang lebih tinggi. Jika
Dawkins menganggap meme lebih kepada virus yang menyebar didalam
satu populasi pada satu masa generasi (seperti epidemi), maka Sperber
berpandangan bahwa representation (sebutan Sperber terhadap meme)
punya dua cara untuk berkembang-biak. Cara yang pertama yakni
berkembang secara vertikal, menular dari satu generasi ke generasi
31
Richard Dawkins, The Selfish Gene, (New York: Oxford University Press, 1976), hlm. 192. 32
selanjutnya, seperti yang gen lakukan. Cara kedua yakni berkembang
secara horizontal, menular dari satu pikiran kepada pikiran yang lain pada
satu masa generasi, seperti yang dilakukan oleh virus. Selain dua
pengertian diatas, berikut terdapat dua ahli yang turut menyumbang
pengertian terhadap konsep meme:33
Nama Definisi
Daniel Dennet Meme is the name of any item of cultural evolution
M. Olesen Meme is any form of cultural phenomenon that can be copied from one mind to another
Tabel 2.1 Pengertian Meme menurut dua ahli
Tabel diatas sedikit member gambaran dua ahi tentang meme.
Menurut Daniel Dennet, meme adalah nama/sebutan bagi setiap item dari
evolusi kebudayaan. Sedangkan Olesen berpendapat bahwa meme ialah
bentuk dari fenomena budaya yang bisa dicopy dari satu pikiran kepada
pikiran yang lain. Nampaknya, Dennet lebih menggambarkan meme secara
luas dan konklusif dengan menyebutnya sebagai hal yang berperan dalam
evolusi budaya. Agak berlawanan dengan Olesen yang representasi
tentang meme-nya masih mirip dengan pengertian dari Dawkins dan
Sperber diatas.
Melalui empat gambaran yang diberikan para ahli diatas, jika
ditarik satu garis besar tentang apa itu meme, dapat dipahami bahwa
penjelasan tentang meme itu sendiri ialah:
33
a. Meme ialah satuan terkecil dari budaya yang mampu
berkembang-biak dengan cara mengkopi dirinya melalui satu pikiran kepada
pikiran yang lain (imitation).
b. Berdasarkan bentuknya, meme mempunyai 2 bentuk utama dan
satu bentuk tambahan sebagai konsekuensi kombinasi antara dua
bentuk utama. Masing-masing ialah mental representation, public
representation, dan yang ketiga ialah cultural representation.
c. Meme dapat berkembang-biak melalui dua kanal. kanal vertikal
(parental transmission), yakni dengan berkembang dari satu
generasi kepada generasi selanjutnya seperti gen. Alur horizontal
(procelytic transmission), yakni berkembang dalam satu populasi
pada satu masa generasi, seperti virus.
2. Perkembangan Meme di Indonesia
Perkembangan teknologi komunikasi internet menggeser cara dan
kebiasaan masyarakat dalam berinteraksi. Yang mulanya lebih suka
berkumpul dan bercengkerama didunia nyata, kini menjadi lebih gemar
berkumpul didalam komunitas didunia maya, sehingga proses komunikasi
pun tidak berjalan sama lagi ketika internet belum berkembang. Bagi
meme, komunikasi merupakan jalan untuk mengembang-biakkan dirinya
menuju pikiran yang lain. Kondisi yang seperti ini akhirnya memberikan
jalan bagi meme untuk berkembang kepada level yang lebih modern,
bergeser dari cara komunikasi konvensional menuju cara yang lebih maju
Internet Meme (yang selanjutnya akan disingkat kedalam IM),
menurut Knobel & Lankshear seperti dikutip oleh Buchel, adalah istilah
terkenal untuk menyebut ide tertentu yang dengan cepat terkenal dan
menyebar, biasa diwujudkan dalam bentuk teks, gambar, pergeseran gaya
bahasa, atau beberapa unsur kebudayaan yang lain.34 Sedangkan
Bauckhage mendeskripsikan IM sebagai,”phenomena that rapidly gain
popularity or notoriety35 on internet”, atau dapat diartikan sebagai suatu
fenomena yang mendapat popularitas dengan cepat didalam internet.36
Pengertian yang disajikan diatas sedikit dapat memberikan
gambaran tentang apa itu IM. Pertama, IM berkembang-biak didalam
media elektronik berbasis Internet. Dapat melalui E-mail, media sosial,
blog, atau platform lainnya. Kedua, IM dapat berupa video, gambar, teks,
dan rekaman suara. Namun selain itu, ia juga bisa melampaui batas-batas
sosial dan kebudayaan, keberhasilan persebarannya selalu tidak terduga
dan diluar perkiraan, dan salah satu bentuk yang menjadi wujud
persebarannya adalah berupa humor atau lelucon.
Indonesia dengan kepadatan penduduknya, serta gaya hidup yang
konsumtif menjadikannya sebagai negara dengan jumlah pengguna
internet yang masif. Facebook, yang pada bulan Agustus 2015 tercatat
sebagai halaman media sosial yang paling banyak digunakan diseluruh
34
Branislav Buchel, Internet Memes as Means of Communication, (Brno: Masaryk University, 2012), hlm. 29.
35
Mendapat kemasyhuran/popularitas karena sesuatu yang kurang baik. 36
dunia37, saat ini juga menjadi salah satu media sosial yang paling sering
digunakan/diakses Indonesia.
Bagan 2.1 Gafik penggunaan sosial media dari seluruh dunia pada Agustus 2015.
Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat sekitar 65%
penduduk Indonesia menggunakan media sosial Facebook. Jumlah ini
menjadikan indonesia masuk kedalam ranking 4 negara dengan jumlah
pengguna Facebook terbanyak USA, Brazil, dan India.38
Adapun meme-meme yang populer diluar negeri sangatlah banyak
ragam dan jumlahnya, sebut saja Good Guy Greg meme, The Success Baby
meme, Bad Luck Bryan, Philosoraptor meme, dan sebagainya. Tidak
jarang juga diantaranya yang diadopsi dan dipakai di Indonesia. Berikut
37
Diakses dari statista.com pada 15 Oktober 2015 pukul 00.15 WIB 38
beberapa penjelasan mengenai karakter meme yang dihimpun dari
halaman situs database meme online knowyourmeme.com.39
a. Success Kid
Gambar aslinya diambil seorang fotografer bernama Laney Griner
pada anaknya yang berumur 11 bulan, Sammy, pada 26 Agustus 2007.
Digunakan sebagai meme dengan nama The Success Kid, namun
terkadang juga dikenal sebagai I Hate Sandcastle. Foto yang
menunjukkan bayi yang memakai kaos berwarna hijau-putih dengan
ekspresi wajah puas, namun juga seperti menunjukkan raut wajah
frustasi terhadap sesuatu. Kondisi ini juga berpengaruh pada
penggunaannya sebagai meme, yang terkadang digunakan untuk
mengekspresikan rasa puas terhadap hasil yang diluar perkiraan, atau
frustasi karena suatu hal.
b. Philosoraptor
Meme Philosoraptor berasal dari dua kata, philosoper (filsuf) dan
Velociraptor (salah satu spesies dinosaurus). Digambarkan dengan
hanya memperlihatkan wajah Velociraptor dengan satu jari dibawah
dagu, menyimbolkan bahwa ia sedang berfikir akan sesuatu, atau
mempertanyakan sesuatu. Pada dasarnya, ide Philosoraptor diciptakan
untuk desain kaos oleh Sam Smith pada 2008. Philosoraptor
direpresentasikan sebagai dinosaurus yang suka menanyakan segala
sesuatu tentang alam semesta. Biasanya diikuti dengan teka-teki,
isu-isu filosofis, atau parodi antara keduanya.
39
c. Yo Dawg Heard You
Meme Yo Dawg ialah foto seseorang yang pernah membawakan acara
televisi Pimp My Ride bernama Xzibit. Digambarkan Xzibit memakai
kaos hitam dengan kalung, ia sedang tertawa karena sesuatu yang aneh
atau lucu. Foto tersebut bersumber dari studio foto yang sebenarnya
digunakan untuk mempromosikan drama olahraga bernama Gridiron
Gang, yangmana didalamnya Xzibit berperan sebagai Malcolm Moore.
Dalam penggunaannya sebagai meme, ada formula template frasa yang
diulang-ulang. Formula tersebut pada dasarnya memang sering
diucapkan oleh Xzibit, namun dibuat parodinya sebagai bahan humor
dalam meme. Frasa tersebut normalnya akan tersusun seperti,”{yo,
sup} dawg, i herd you like X, so i put X in your Y, so you can VERB
while you VERB”. Namun akan mengalami perubahan struktur
seperti,”{yo, sup} dawg, i herd you like X, so i put X in your X, so you
can X while you X”. Perubahan struktur tersebut disesuaikan dengan
konteks humor yang ingin disajikan. Contohnya,”yo dawg, i herd you
like car, so i put car i your car, so you can drive while you drive”.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya menggunakan
Facebook sebagai media sosialnya, banyak terinspirasi dari website luar
dan telah melakukan banyak adaptasi. Diantaranya dari segi bahasa,
penyesuaian karakter, serta penyesuaian humor yang pas dengan selera
masyarakat indonesia. Beberapa meme yang sempat ramai dan terkenal di
Mad Dog, dan lain-lain. Berikut beberapa diantaranya yang berhasil
dihimpun peneliti, lengkap dengan penjelasan dan penggunaannya.
a. Amin Richman
Hingga saat ini belum dapat dijumpai sumber yang mampu
mendeskripsikan darimana asal dan siapa identitas asli dari Amin
Richman ini. Namun yang jelas, ia digambarkan sebagai sesosok orang
kaya baru (OKB) yang selalu menyombongkan diri melalui hartanya.
Direpresentasikan sebagai seorang pria bertubuh bongsor dengan
kedua tangan didadanya, mengenakan penutup kepala dari kain,
mengenakan headset, serta wajahnya menunjukkan ekspresi „sok’.
b. Mad Dog
Pada mulanya, Mad Dog ialah nama salah satu karakter dalam film
The Raid. Salah satu dialognya yang mengajak lawannya untuk
bertarung dengan tangan kosong tiba-tiba menjadi terkenal begitu saja.
Melalui jargon “greget”, Yayan Ruhian (nama asli pemean Mad Dog),
digambarkan sebagai orang yang suka melakukan hal-hal yang tidak
biasa serta terkesan ekstremis ketika melakukan sesuatu.
c. Sudah Kuduga
Dion Cecep Supriadi mendadak terkenal karena fotonya yang bergaya
“manis” banyak beredar didunia maya. Foto yang diambil ketika Dion
menjadi mahasiswa pada 2005 tersebut digunakan para penggiat meme
dengan kata-kata dugaan, kemudian diikuti kalimat „hmm.. sudah
kuduga’ secara konsisten. Kombinasi lelucon dengan ekspresi wajah
tersebut menjadi pembicaraan netizen di Indonesia. Berikut beberapa
contoh penerapan meme Sudah Kuduga.
d. Meme Haji Lulung
Nama aslinya ialah Abraham Lunggana, sebagai Wakil Ketua DPRD
Jakarta, haji Lulung harusnya ialah sosok orang yang disegani. Namun
apa yang terjadi ketika rapat medasi antara DPRD dan Gubernur
Jakarta malah menunjukkan tidak demikian, berulang kali haji Lulung
salah menyebutkan UPS (Uninterruptible Power Supply) sebagai USB
(Universal Serial Bus). Inilah yang kemudian membuat haji lulung
ramai disindir diberbagai media, termasuk media sosial. Selain
membahas tentang kesalahan penyebutan UPS, didalam meme, haji
Lulung kerap digambarkan sebagai sosok yang „terlalu’ berkuasa.
3. Motif dan Motivasi
Motif biasa dianalogikan dengan kata motivasi. Keduanya memang
memiliki akar kata yang sama yakni “motif”. Adapun yang dimaksud
dengan motivasi adalah “pendorong”; suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau
tujuan tertentu.40 Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik, motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.41 Motivasi
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
40
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 71 41
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya.42
Motif dan motivasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak
dapat dipisahkan. Menurut Hamzah B. Uno, istilah motivasi berasal dari
kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri
individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.43
Sedangkan menurut pendapat M. Ngalim purwanto, motif adalah suatu
dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.44 Hal ini diperjelas oleh
Sudibyo Setyobroto, bahwa motif adalah sumber penggerak dan
pendorong tingkah laku individu untuk memenuhi kebutuhan dalam
mencapai tujuan tertentu.45
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
motif mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan atau
perbuatan manusia yang dapat diartikan sebagai latar belakang dari
tingkah laku manusia itu sendiri. Motif merupakan suatu keadaan tertentu
pada diri manusia yang mengakibatkan manusia itu bertingkah laku untuk
mempunyai tujuan.
Menurut Elida Prayitno, ada dua tipe motivasi yaitu motivasi
Instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Keduanya dapat dijelaskan berikut ini. 46
42
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3
43
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), halm. 3.
44
M. Ngalim purwanto, Psikologi Pendidikan, Cet. 20 (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 60 45
Sudibyo Setyobroto, Psikologi Olahraga, (Jakarta: PT Anem Kosong, 1989), hlm. 24 46
a. Motivasi Instrinsik, Menurtut Thornburgh, motivasi instrinsik
adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri (internal) individu.
b. Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang keberadaannya karena
pengaruh rangsangan dari luar. Menurut E. Mulyasa, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri
seseorang. Faktor lingkungan dapat pula berperan sebagai bagian
yang mempengaruhi motivasi seseorang.
4. Kebebasan Berpendapat
Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan kebebasan/ruang kebebasan ialah kebebasan untuk
berpendapat. Indonesia sebagai negara hukum telah mengatur kebebasan
rakyatnya dalam berpendapat atau mengemukakan opininya, seperti yang
tercantum pada UU no 9 tahun 1998. Meskipun ada redaksi kata bebas
disana, perlu digarisbawahi adanya batasan bertanggung jawab pula.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebebasan yang ada di Indonesia adalah
bebas yang harus dipertanggung-jawabkan akibatnya.
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan seseorang untuk
dapat berkomunikasi menggunakan alat tertentu dan dengan fitur-fitur
tertentu. Adapun yang paling populer saat ini ialah teknologi internet yang
memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan seseorang yang
lain di seluruh penjuru dunia, asalkan tersambung kedalam jaringannya.
Kondisi ini sempat menjadikan salah paham banyak masyarakat. Salah
sempat tersandung kasus pencemaran nama baik, hingga perbuatan tidak
menyenangkan. Beberapa yang paling populer ialah kasus penghinaan
Presiden Indonesia Joko Widodo melalui meme yang bernada menyindir.
Namun ketika ditangkap, sang pelaku hanyalah anak dibawah umur dan
akhirnya dibebaskan.
Bercermin pada kejadian diatas, perlu diketahui bahwa pada
dasarnya masih ada saja masyarakat yang masih kurang menyadari adanya
bahaya dibalik kebebasan yang mereka ekspresikan. Undang-Undang no. 9
tahun 1998 menjelaskan dengan gamblang bahwa warga negara yang
menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk mengeluarkan
pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum, namun juga
diikuti dengan sikap tanggung jawab atas kebebasan yang dilakukannya.
Sempat menerapkan berbagai teori media pers yang ada didunia,
kini Indonesia menganut “sistem pers bebas” yang berlaku sejak tahun
1999. Melalui Undang-Undang no. 40 tahun 1999, ketentuan untuk
memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha dan Penerbitan Pers) ditiadakan.
Kemudian kebebasan pers ini disempurnakan lagi di era kepemimpinan
Presiden Abd. Rahman Wahid dengan membubarkan Departemen
Penerangan yang pada era Presiden Soekarno dan Soeharto ditugaskan
mengawasi penerbitan pers dan bahkan melakukan pencabutan SIUPP.
Sehingga pers mengalami kebebasan dalam arti bebas dari pengawasan
pemerintah. Kondisi ini memberikan implikasi sosial, politik, ekonomi,
dan pertahanan keamanan yang mendasar. Kebebasan tersebut tidak hanya
masalah hak asasi manusia yang terkait dengan hal-hal pribadi (privacy),
pada titik inilah tren meme di Indonesia akan didalami kedepannya.47
B. Kajian Teori ERG dan Pers Pancasila 1. Teori ERG
Teori ERG merupakan salah sau teori kebutuhan yang
dikembangkan oleh Clayton Alderfer sebagai revisi atas teori sebelumnya,
yakni Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.
Istilah ERG merupakan sngkatan dari Existence-Relatedness-Growth, atau
jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia artinya eksistensi-hubungan-
pertumbuhan.
Pada dasarnya, teori psikolog Amerika kelahiran tahun 1940 ini
memiliki kesamaan kategori kebutuhan dengan Maslow, namun Alderfer
membuatnya lebih sederhana dengan beberapa revisi. Teori ERG
menyusutkan 5 kebutuhan manusia menjadi tiga. Kebutuhan antara satu
orang dengan yang lainnya berbeda, demikian pula dengan prioritasnya.
Satu orang dapat memiliki skala prioritas yang sepenunya berbeda dengan
orang yang lain.48 Lebih lanjut Alderfer menjelaskan tiga kebutuhan
manusia tersebut ialah:
a. Kebutuhan Eksistensi/Keberadaan (Existence Needs)
Kebutuhan eksistensi merupakan kebutuhan yang mencakup semua
bentuk kebutuhan fisik dan kemanan, dengan kata lain ialah
47
Anwar Arifin, Opini Publik, (Depok: Gramata, 2010), halm. 52-60 48
kebutuhan akan tetap hidup. Kebutuhan ini identik dengan level 1
(fisiologis) dan 2 (rasa aman) hirarki milik Maslow
b. Kebutuhan Hubungan (Relatedness Needs)
Adalah kebutuhan yang mencakup semua kebutuhan yang
melibatkan hubugan sosial dan hubungan antar pribadi. Kebutuhan
ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow.
c. Kebutuhan Tumbuh (Growth Needs) kebutuhan ini mencakup
kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh
yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan.
Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari
Maslow.
Alderfer berpendapat bahwa pemenuhan atas ketiga kebutuhan
tersebut dapat dilakukan secara simultan, artinya bahwa hubungan
kebutuhan dari teori ini tidak bersifat hirarki. Menurut Aldag dan Strearns,
Alderfer merevisi teori Maslow dengan cara:49
a. Dia membuktikan bahwa tiga kategori kebutuhan membentuk
hirarki hanya dalam pengertian yang meningkatkan keabstrakan
atau mengurangi kekonkretan. Setelah bergerak dari kebutuhan
eksistensi ke kebutuhan hubungan lalu ke kebutuhan pertumbuhan,
cara untuk memenuhi kebutuhan menjadi berkurang dan menjadi
kurang konkret.
b. Alderfer menyadari bahwa sementara memenuhi kebutuhan
eksistensi dan hubungan, kebutuhan tersebut dapat dibuat kurang
49
berarti, tidak seperti pada kebutuhan pertumbuhan. Malah
sebaliknya, kebutuhan pertumbuhan menjadi lebih penting setelah
dipenuhi. Setelah seseorang mampu untuk kreatif dan produktif, ia
akan meningkatkan pertumbuhan dan sekali lagi, dia akan menjadi
tidak puas.
c. Alderfer menerangkan bahwa kita mungkin pertama memusatkan
pada kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan cara
konkret dan kemudian mengurusnya dengan lebih banyak cara
untuk menuju kepuasan. Bagaimanapun, Alderfer menambahkan
gagasan tentang kekecewaan (frustration). Kekecewaan terjadi
ketika seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pada
tingkat tertentu secara hakiki yang menyebabkan ia “mundur” dan
memusatkan pada kebutuhan yang lebih konkret. Apabila
seseorang itu tidak bisa memenuhi kebutuhan hubungan, maka dia
akan memusatkan pada kebutuhan eksistensi.
Lebih lanjut, Alderfer juga mengemukakan bahwa jika kebutuhan
di tingkat yang lebih tinggi buruk maka seorang individu mungkin kembali
untuk meningkatkan kepuasan dari kebutuhan tingkat rendah. Ini disebut
frustasi-regresi dari aspek teori ERG. Adapun asumsi dasar dari teori ini
ialah:
a. Semakin berkurang masing-masing tingkat kebutuhan dipuaskan,