• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ibadah Kebaktian Umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono T1 152010015 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritual Ibadah Kebaktian Umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono T1 152010015 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada abad ke-20, agama Buddha mulai bangkit kembali di Pulau Jawa dengan datangnya Bikkhu Narada Thera dari Srilanka pada bulan Maret 1934. Selama keberadaannya di Pulau Jawa, Bikkhu Narada Thera telah melakukan kegiatan, seperti: Memberikan khotbah dan pelajaran Buddha Dharma di beberapa tempat di Jakarta, Bogor, Bandung dan Solo. Memberkahi penanaman pohon Bodhi di pekarangan Candi Borobudur pada tanggal 10 Maret 1934. Membantu pendirian Java Buddhist Association (Perhimpunan Agama Buddha) yang pertama di Bogor dan Jakarta. Bikkhu Narada Thera juga menjalin kerja sama yang erat dengan para biksu dari kelenteng Kim Tek Ie, Kwan Im Tong, dan Toeng San Tong di Jakarta; Kelenteng Boen Tek Bio di Bogor; Kelenteng Kwan Im Tong di Bandung; Kelenteng Tien Kok Sie di Solo; dan perhimpunan-perimpunan Theosofie di Jakarta, Bogor, Bandung dan Solo. Serta melantik para upasaka dan upasika di tempat-tempat yang dikunjunginya. Nama-nama para perintis bangkitnya kembali agama Buddha di Pulau Jawa, antara lain Pendeta Josias van Dienst, Deputy Director General

Buddhist Mission, Java Section yang pusatnya berada di Taton, Birma. Kwee

Tek Hoay, Direktur dan Pimpinan Redaksi Majalah Moestika Dharma, Jakarta (Yoest, 2008 : 24-25).

(2)

2 perhimpunan itu dipindahkan ke Jakarta. Ketua Umum PERBUDI berturut-turut dijabat oleh Sosro Utomo, Sadono, Soemantri MS dan Soeraji Ariakertawijaya. Pada tahun 1970, PERBUDI berubah nama menjadi PERBUDHI, sebagai gabungan dari PERBUDI, PUUI (Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia), GPBI (Gerakan Pemuda Buddhis Indonesia), dan Wanita Buddhis Indonesia. Antara tahun 1963-1965, terdapat perbedaan pendapat dan pandangan di kalangan pimpinan umat Buddhis, sehingga banyak didirikan organisasi Buddhis yang baru (Yoest, 2008 : 25-26).

Pada tahun 1969 Ven. Chau Kun Phre Dhepvoravethi datang dari Wat Paknam, Thonburi, Bangkok. Melalui Bikkhu Jinaratama, Ven. Chau Kun Phre Dhepvoravethi mengirimkan buku-buku suci Tripitaka dalam bahasa Pali dan Inggris, serta patung-patung Buddha dari kuningan untuk wihara-wihara di Banten, Bogor, Garut, Muntilan, Purworejo, Bali, Ujung Pandang, Samarinda, Palembang, Jambi dan tempat-tempat lainnya (Yoest, 2008 : 27).

Pada tahun 1969 empat dhammaduta dari Thailand datang ke Indonesia untuk membantu mengembangkan agama Buddha. Keempat dhammaduta itu adalah : Ven. Phra Kru Pallad Attachariya, Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prateen Khemadasi dan Ven. Phra Maha Sujib Khemacharo (Yoest, 2008 : 27). Bermula dari kedatangan empat dhammaduta tersebut, agama Buddha semakin berkembang di wilayah Jawa Tengah dan akhirnya sampai ke daerah Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.

(3)

3 Kidul, Desa Bedono Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang yang lahir di Bedono pada tahun 1929. Pada tahun itulah sekaligus menandai awal masuknya agama Buddha di Desa Bedono. Sebelum memeluk agama Buddha, Kirtoharjo menganut agama Islam, tetapi hanya Islam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kirtoharjo terpanggil untuk mempelajari agama Buddha dengan ajaran-ajaran yang ada didalamnya. Ia adalah penganut agama Buddha yang pertama kali pada tahun 1969. Awalnya ia mendalami agama Buddha dibawah bimbingan Romo Prawirowirono, seorang pandita agama Buddha Mahayana versi Jawa yang bertempat tinggal di Salatiga. Bimbingan kerohanian berlangsung satu kali dalam seminggu, dengan cara ia mendatangi tempat Romo Prawirowirono. Namun kadang kala Romo berkenan datang bersama rombongan dari Salatiga untuk memberikan bimbingan agama Buddha di Desa Bedono dan sekitarnya (M. Bandiyono, 2004 : 4-5).

(4)

4 Berawal dari sinilah pertumbuhan dan perkembangan agama Buddha dimulai. Pada tahun 1981 didirikanlah Wihara Vajra Bumi Honocoroko yang berlokasi di pelataran belakang rumah Romo Kirtoharjo di Dusun Wawar Kidul, Desa Bedono dengan aliran (sekte) umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan. Pelaksanaan ritual ibadah kebaktian setiap hari Selasa malam di Wihara Vajra Bumi Honocoroko ini memiliki perbedaan dengan ritual ibadah di Wihara Dhamma Surya yang beralamat di Dusun Janggleng Desa Tlogowungu Kecamatan Kaloran Kabupaten Semarang. Ritual ibadah di Wihara Dhamma Surya ini memakai parita-parita suci. Sedangkan ritual ibadah di Wihara Vajra Bumi Honocoroko ini memakai mantra-mantra suci. Serta keunikan yang paling menonjol yang hanya ada di Wihara Vajra Bumi Honocoroko yaitu sebelum pelaksanaan ibadah dimulai akan diadakan karawitan (memainkan gamelan) terlebih dahulu. Selama pelaksanaan ritual ibadah kebaktian juga diiringi dengan incing, tambur dan ketuk yang berguna untuk menyelaraskan suara. Kegiatan Sekolah Minggu diadakan untuk membina anak-anak dalam bidang seni budaya dengan berlatih karawitan sebagai pelestarian budaya Jawa. Hal inilah yang menarik untuk diteliti.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono?

(5)

5 C.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono serta pengaruh budaya Jawa dalam ritual ibadah kebaktian umat Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis

a. Dapat menambah pengalaman secara langsung dan menggali pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai hal agama Buddha.

b. Memberikan gambaran tentang keberadaan umat beragama Buddha dengan segala aktivitasnya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

c. Menambah wawasan dalam menambah ilmu yang diperoleh secara teoritis dalam praktik nyata di lapangan.

d. Memberikan nilai-nilai edukatif, toleransi antar umat beragama.

e. Memberikan sumbangan praktis kepada dunia pendidikan khususnya mengenai studi tentang perkembangan agama di Indonesia.

2. Manfaat praktis

(6)

6 b. Memperkenalkan lokasi penelitian kepada masyarakat luas sehingga

keberadaannya menjadi lebih terkenal.

Referensi

Dokumen terkait

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dalam hal ini peran kader dan anggota PKK dalam penerapan SIM

Pengukuran luas daun untuk mengetahui efek timbal menunjukkan hasil yang kurang signifikan dari minggu pertama hingga minggu ke dua dan baru pada minggu ke tiga

Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nor dan Pearson (2007) yang memberikan dampaak negative atau tidak mempengaruhi dalam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalis Kebasahan Surat Edaran Gubernur DIY PA.VIII/NO.K.898/I/A 1975 mengenai pelepasan hak milik atas tanah bagi

Mengajarkan anak bagaimana bertingkah laku, mengerti petunjuk, peraturan, dan perintah orang dewasa agar anak melakukan melakukan sesuai dengan tingkah laku yang diinginkan.

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian adalah : a) register bukti kas keluar (voucher register), jika dalam pencatatan utang, perusahaan

Rumusan masalah dalam penelitian adalah untuk mendeteksi arah mata angin menggunakan sensor rotari berbasis mikrokontroller. Perangkat lunak yang digunakan meliputi