• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI KOGNITIF BEHAVIORAL DALAM MENGATASI MASALAH KURANG PERCAYA DIRI MAHASISWA PENYANDANG OBESITAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI KOGNITIF BEHAVIORAL DALAM MENGATASI MASALAH KURANG PERCAYA DIRI MAHASISWA PENYANDANG OBESITAS."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos ) Dalam Bidang Bimbingan Konseling Islam

Disusun Oleh:

RABIATUL BARIRAH BINTI ACHMAD MU’IDI B43212067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

vi

dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam Mengatasi Masalah Kurang Percaya Diri Mahasiswa Penyandang Obesitas.

Permasalahan yang diangkat dalam masalah ini adalah (1) Bagaimana aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam menangani masalah kurang percaya diri mahasiswa penyandang obesitas, (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa penyandang obesitas.

Terapi Kognitif Behavioral adalah cara penerapan yang menitikberatkan pada kasus konseli berupa cara fikir negatif konseli tentang kekurangan yang ada pada diri konseli sehingga menyebabkan dirinya merasa kurang percaya diri karena ditertawai oleh orang lain dan merasa kurang yakin untuk mengembangkan potensi diri dan bakat yang ada pada diri konseli.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral untuk meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa penyandang obesitas. Serta membandingkan keadaan konseli sebelum dan sesudah proses mendapatkan konseling melalui terapi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumentasi hasil observasi dan wawancara dari konseli serta informan.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dalam penggunaan Terapi Kognitif Behavioral untuk meningkatan rasa percaya diri mahasiswa penyandang obesitas. Setelah mendapatkan terapi konseli menunjukkan tanda ada perubahan meskipun belum maksimal.

(7)

PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI………...iii

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN………..iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..….v

ABSTRAKSI………....vi

KATA PENGANTAR………....vii

DAFTAR ISI………..…..ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah………5

C. Tujuan Penelitian……….….5

D. Manfaat Penelitian………6

E. Definisi Konsep………7

F. Sistematika Pembahasan………13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Teoritik………..……..…..15

1. Bimbingan Konseling Islam………....15

2. Terapi Kognitif Behavioral……….25

3. Percaya Diri……….33

4. Obesitas………...39

B. Penelitian Terdahulu………..41

(8)

digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id

F. Teknik Analisis Data………..54

G. Teknik Keabsahan Data……….56

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian……….60

1. Deskripsi Konselor………..60

2. Deskripsi Konseli………61

3. Deskripsi Masalah Konseli………..61

B. Deskripsi Hasil Penelitian………..62

1. Identifikasi Masalah………63

2. Proses Bimbingan Dan Konseling Islam……….66

3. Hasil Bimbingan Dan Konseling Islam………...70

C. Analisa Data………...71

1. Aplikasi Bimbingan Dan Konseling Islam……….…….71

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam………..74

3. Alur Konsep………76

4. Sistematika perubahan………77

D. Konfirmasi Temuan Dengan Teori………78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….82

B. Saran………...83

DAFTAR PUSTAKA……….84

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, masyarakat banyak mendatangi restauran yang menyajikan fast food atau makanan-makanan cepat saji yang takarannya belum tentu dapat

dikatakan sehat. Makanan yang seperti itu biasanya mengandung kalori yang

tidak seimbang dan memiliki sedikit serat bahkan makanan semacam ini sering

disebut makanan yang tidak bergizi. Orang akan cenderung makan lebih banyak

karena serat yang ada dalam makanan sedikit. Inilah yang akan menyebabkan

kegemukan atau obesitas.

Secara sederhana, obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya

lemak dalam tunuh sebagai akibat berlebihannya masukan kalori.Secara klinis

seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila terdapat kelebihan berat badan

sebesar 15% atau lebih dari berat badan idealnya. Dengan pengukuran lebih

ilmiah, penentuan obesitas didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan

total seseorang. Pada pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12%,

sedang pada wanita muda sekitar 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari

20% dari berat tubuh totalnya dinyatakan obes.sementara itu, wanita baru

(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Obesitas yang diderita oleh beberapa orang dalam masyarakat tanpa

menimbulkan masalah kesehatan, tentunya tidak perlu ada perhatian besar

terhadapnya. Obesitas cukup banyak dijumpai dengan segala pengaruh negatifnya.

Pelbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko

timbulnya berbagai macam penyakit kencing manis, gout, penyakit kantung

empedu, aterosklerosis, koroner dan tekanan darah tinggi. Di samping itu,

obesitas juga menjadi faktor penyulit pada penyakit saluran nafas seperti

emfisema, bronchitis kronis dan asma, meningkatkan resiko pembedahan,

mempersulit kehamilan dan akhirnya meskipun tidak selalu, dapat

memperpendek harapan hidup seseorang.

Obesitas tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan namun juga

menimbulkan masalah psikologis. Seseorang yang mengalami masalah obesitas

cenderung dijauhi oleh teman-temannya. Terkadang seseorang dengan resiko

obesitas menjadi korban bullying verbal. Ini menyababkan seseorang dengan

resiko obesitas mengalami depresi, rasa putus asa, kurang percaya diri, pendiam,

tersinggung, merasa tersisih dan menjauh dari kehidupan sosial. Obesitas akan

mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.

Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala

kelebihan aspek yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa

mampu untuk bisa untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Menurut

Dr. Rob Yeung, kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan

yang tepat dan efisien, walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut.

(11)

pendek untuk meraih tujuan jangka panjang, walaupun apa yng perlu anda harus

lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang mungkin akan membuat anda

merasa tidak nyaman. Untuk menjadi percaya diri adalah tentang bagaimana

belajar mengatasi perasaan-perasaan tersebut agar anda dapat meraih tujuan

jangka panjang.2

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang

salah satunya adalah penampilan fisik. Penampilan fisik sangat erat hubungannya

dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Surya

menyatakan bahwa seseorang akan percaya diri ketika orang tersebut menyadari

bentuk tubuhnya yang sangat ideal dan orang tersebut merasa puas melihat

bentuk tubuhnya.

Sebaliknya jika seseorang memandang tubuhnya tidak ideal seperti

wajahnya kurang menarik atau badannya terlalu gemuk, maka orang tersebut

menjadi sibuk memikirkan kondisi fisiknya sehingga potensi diri yang ada di

dalam diri orang tersebut menjadi terpendam dan tidak diwujudkan karena rasa

kurang percaya diri untuk menampilkan potensi diri dan kemampuan yang ada di

khalayak masyarakat.

Sikap kurang percaya diri bagi seseorang yang mengalami obesitas bisa

diatasi dengan terapi kognitif behavioral. Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau

Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling

yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh

(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha

memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk

pembicaraan diri terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga

sulit untuk dapat

menentukan tujuan hidup saya).

Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar

dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa

kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan

yang sedang dialaminya. Dengan kata lain, Konseling Kognitif memfokuskan

pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat

mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat diperoleh emosi

yang lebih positif. Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan

(tindakan) yang dilakukan klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang

dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian

konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan

tindakan yang tidak dikehendaki.

Dari situlah, peneliti akan melakukan sebuah upaya bantuan dalam bentuk

(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka

penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif

Behavioral dalam menangani masalah kurang percaya diri mahasiswa

penyandang obesitas?

2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif

Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa

penyandang obesitas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan diatas maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi

Kognitif Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa

obesitas.

2. Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif

(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, di harapakan dapat bermanfaat secara teoritis

dan praktis bagi para pembacanya. Adapun manfaat dari penelitian ini

diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan Konseling Islam bagi peneliti yang lain dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa obesitas

melalui Terapi Kognitif Behavioral.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan

Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses

konseling dalam hal mengatasi rasa kurang percaya diri mahasiswa

obesitas.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu menangani masalah kurang

percaya diri mahasiswa obesitas. Dan juga untuk mahasiswa Bimbingan

dan Konseling Islam sebagai calon konselor.

b.Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan

Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses

konseling dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa

(15)

E. Definisi Konsep

1) Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.3

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori

dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian

bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami

kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan

menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan

getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang

dihadapinya.4

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul

Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami

adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada

setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama

yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai

yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah SAW kedalam

(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an,

dan Al Hadits.5

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan

Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa

bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah

yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan

kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya

dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah

Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

2) Terapi Kognitif Behavioral

Terapi kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Theraphy (CBT)

adalah terapi yang berfokus utama pada faktor kognitif (pikiran, keperayaan,

sikap, dan harapan) dan juga faktor perilaku (tindakan, hal-hal yang

dilakukan). Secara implicit, pendekatan kognitif behavioral bertujuan untuk

memahami serta mengakui arti penting dari emosi (termasuk di dalamnya

suasana hati dan perasaan) dan hubungan antarpribadi (baik yang ada di masa

kini maupun masa lalu). Pada intinya, premis dasar pendekatan kognitif

behavioral adalah bahwa kondisi keberadaan seseorang ditentukan oleh

fikirannya.6 Terapi kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Theraphy

(CBT) juga merupakan penanganan yang diarahkan pada pembelajaran untuk

melawan fikiran negatif yang diketahui sangat efektif dalam mengelola emosi

5 Drs. Syamsul Munir Amin M.A,Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23

(17)

sembari mencari solusi terhadap berbagai tantangan hidup.7 Tujuan dari terapi

kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Therapies (CBT) juga untuk

membenahi perilaku dan cara pandang seseorang.8

Para ahli neuro-linguistic programming dan cognitive behavioral

theraphy (CBT) menjagokan kekuatan berfikir positif selama beberapa dekade.

Dan topik ini kembali digunakan kembali karena studi-studi dari riset baru

yang disebut positive psychology membuktikan bahwa seseorang dapat

mengubah fikirannya secara total. Dan menurut ahli terapi CBT yaitu

Christine Wilding menyatakan bahwa dengan latihan, seseorang dapat

mengubah kebiasaan berfikir negatif secara lebih mudah.9 Terapi CBT juga

dapat disebut dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini akhir-akhir ini

menjadi semakin popular di kalangan masyarakat sebagai salah satu jenis

terapi psikologia yang sangat efektif untuk mencegah berbagai masalah

psikologis, seperti tubuh yang sering kali mengalami berbagai penyakit, maka

fikiran dan emosi seseorang juga dapat terkena penyakit, baik ringan maupun

berat, sehingga memerlukan suatu terapi yang efektif untuk penyembuhannya.

CBT adalah salah satu bagian dari psikoterapi sebagai suatu teknik berbentuk

terapi secara (healing talks) yang simple dan dapat dipelajari oleh siapapun.

Dengan CBT, gaya hidup dapat berubah drastis dan membuat hidup dapat

lebih sehat secara fisik da mental. CBT dapat menolong seseorang untuk

membuang dan menyembuhkan semua penyakit depresi, perasaan

7 W. Robbert Nay,Mengelola Kemarahan, (Jakarta: Serambi, 2007), hal. 64

(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ketidaknyamanan secara psikolgis, dan semua simtom-simtom psikologis yang

mengganggu.10

Teori Cognitive-Behavior menurut Oemarjoedi, pada dasarnya

meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses

Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk

semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi

faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan

bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki

potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana

pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah

laku yang menyimpang, maka CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir,

merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,

memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan

mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah

tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.11

3) Percaya diri

Percaya diri berarti merasa positif tentang apa yang dapat dilakukan dan

tidak mengkhawatirkan apa yang tidak dapat dilakukan, tetapi memiliki

kemauan untuk belajar. Percaya diri adalah pelumas yang mempelancar roda

hubungan antara diri sendiri dengan kemampuan atau bakat, keahlian, potensi,

10 Neil Adrin,Healing Talks Keajabian Kata-kata, ( Jakarta: Puspa Swara, 2014), hal. iii 11 Idat Muqodas, Cognitive-Behavior Therapy: Solusi Pendekatan Praktek Konseling di

(19)

dan cara bagaimana memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.12 Percaya

diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dan efisien,

walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut.

Kepercayaan diri adalah apa yang perlu anda lakukan dalam waktu

jangka pendek untuk meraih tujuan jangka panjang, walaupun apa yang perlu

anda harus lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang mungkin akan

membuat anda merasa tidak nyaman.13 Metode CBT sangat berguna bagi

klien untuk dapat memecahkan masalah yang telah lama membelitnya, seperti

kurang memiliki rasa percaya diri.14

Adapun faktor yang menyebabkan ketidakpercayaan diri juga

dipengaruhi oleh kondisi fisik setiap individu, perubahan kondisi fisik

berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony mengatakan penampilan fisik

merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.

Lauster juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa

rendah diri.15

Adapun faktor terbentuknya kepercayaan diri meliputi konsep diri, harga

diri dan kondisi fisik. Faktor yang berasal dari luar meliputi pendidikan,

pekerjaan, lingkungan dan pengalaman hidup. Faktor-faktor inilah yang

membentuk kepercayaan diri sehingga ciri-ciri kepercayaan diri dari setiap

individu terbentuk. Orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif memiliki

ciri-ciri antara lain, yakin akan kemampuan diri sendiri, mandiri dalam bertindak

12 Martin Perry,Confidence Boosters, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 9 13 Rob Yeung,Confidence,(Jakarta: Daras Books, 2014), hal. 21

(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dan mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, serta

memiliki keberanian mengungkapkan pendapat.16

4) Obesitas

Obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam

tubuh sebagai akibat berlebihannya masukan kalori. Obesitas juga merupakan

suatu keadaan dimana terdapatnya penimbunan lemak berlebihan yang

diperlukan untuk fungsi tubuh manusia. Obesitas ini merupakan faktor risiko

untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative, misalnya penyakit

jantung, hipertensi, dan lain sebagainya. Cara obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (Body Mass Index)

atau Indeks Massa Tubuh dengan rumus:

BMI = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan² (m ²)

Dan penentuan berat badannya adalah, sebagai berikut:

a. BMI > 20, berarti berat badan kurang

b. BMI 20-24, berarti berat badan normat atau sehat

c. BMI 25-29, berarti gemuk atau kelebihan berat badan

d. BMI > 30, berarti sangat gemuk atau obesitas.17

Dalam masalah kegemukan (obesitas), faktor keturunan memang

berperan. Anak dari orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan

16 Bow M. Percaya diri dalam psikologi. diakses 15 Januari 2013

(21)

obesitas sebanyak 40%, sedangkan dari kedua orangtua yang obesitas

mempunyai kecenderungan obesitas sebanyak 70% sampai 90%. Faktor

utama kegemukan (obesitas) adalah makan secara berlebihan, terutama makan di luar waktu makan (ngemil).18 Kegemukan (obesitas) juga dapat

dikatakan sebagai sebuah penyakit yang serius yang dapat mengakibatkan

masalah emosional dan sosial.19

F. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan

yang meliputi:

1. Bagian awal

Bagian awal terdiri dari : judul penelitian (sampul), persetujuan pembimbing

skripsi, pengesahan tim penguji, pernyataan pertanggungjawaban penulisan

skripsi, motto, persembahan, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi.

2. Bagian inti

Bab pertama: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua : Kerangka teoritik meliputi kajian pustaka yang membahas

tentang pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, Pengertian Terapi

Kognitif Behavioral, Pengertian Percaya Diri, Pengertian Obesitas.

(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bab ketiga : Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

deskriptif komparatif. Yaitu suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan

realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat

Bab keempat : Penyajian dan analisis data yang meliputi penyajian data,

analisis, dan pembahasan. Penyajian dan analisis data berisi tentang hasil dari

studi tentang Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif

Behavioral dalam Mengatasi Masalah Kurang Percaya Diri Mahasiswa

Penyandang Obesitas.

Bab kelima : Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di mana pada

bagian ini akan membahas tentang kesimpulan, saran dan lampiran-lampiran.

3. Bagian akhir

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Teoritik

1. Bimbingan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.1

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori

dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian

bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami

kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan

menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan

getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang

dihadapinya.2

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul

Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami

adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada

setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama

1Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam ,(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15

(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah

Saw.kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.3

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan

Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan

berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan

potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi

problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan

Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk

dari Allah SWT.

a. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam bisa dikelompokkan menjadi

tiga sifat:

i. Secara tradisional, Bimbingan dan Konseling Islam dapat

digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

 Fungsi remedial atau rehabilitative, yang berkaitan dengan penyesuaian diri, penyembuhan masalah

psikologis, pemulihan kesehatan mental dan mengatasi

gangguan emosional.

(25)

 Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan bantuan peningkatan

ketrampilan-ketrampilan maupun kecakapan hidup.

 Fungsi Preventif (Pencegahan), upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan

program-program yang dapat digunakan untuk

mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko

hidup yang tidak perlu.

ii. Secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat

digolongkan pada lima bentuk, yaitu:

 Fungsi Pemahaman(Understanding)

 Fungsi Pengendalian(Control)

 Fungsi Pengembangan( Development)

 Fungsi Peramalan(Prediction)

 Fungsi Pendidikan(Educationj)

iii. Secara Spesifik, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat

digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

 Fungsi Pencegahan(Prefention)

 Fungsi Penyembuhan dan Perawatan(Treatment)

 Fungsi Penyucian diri(sanctification).

 Fungsi Pembersihan(purification).4

4 Aswadi,Iyadah da Ta

’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam,(Surabaya: Dakwah

(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam

i. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim hanya

merupakan kebahagiaan sementara, kebahagiaan akhiratlah

yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat

merupakan kebahagiaan abadi yang amat banyak.

ii. Asas Fitrah

Manusia menrut Islam, dilahirkan dalam atau membawa fitrah,

yaitu berbagi kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan

sebagai muslim atau beragama Islam. Fitrah kerap kali

diartikan sebagai bakat, kemampuan atau potensi diri.

iii. Asas Lillahi Ta’ala

Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata

karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing

melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih,

sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta

bimbingan dan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena

semua pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah karena dan

(27)

iv. Asas bimbingan seumur hidup

Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu

bahagia, mungkin saja manusia akan mengalami kesulitan dan

kesusahan. Oleh karena itulah bimbingan dan konseling Islam

diperlukan sebagai pendidikan seumur hidup selama hayat

masih dikandung badan, karena belajar menurut Islam wajib

dilakukan oleh semua orang Islam tanpa membedakan usia.

v. Asas kesatuan jasmaniah rohaniah

Manusia itu dalam hidupnya didunia merupakan satu kesatuan

jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam

memperlakukan konselinya sebagai makhluk

jasmaniah-rohaniah, tidak memandangya sebagai makhluk

biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Akan tetapi

membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan

jasmaniah-rohaniah.

vi. Asas keseimbangan rohaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berpikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu,

serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui

apa-apa yang perlu diketahuinya dan apa-apa yang perlu

dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak

menerima begitu saja tetapi juga tidak menolak begitu saja.

(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id norma dengan semua kemampuan rohani, bukan cuma

mengikuti hawa nafsunya.

vii. Asas kemaujudan individu

Bimbingan dan konseling Islam, berlangsung pada citra

manusia menurut Islam, memandang seorang individu

merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

mempunyai hak dan perbedaan dari individu yang lainnya.

viii. Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, maka dalam bimbingan

dan konseling Islam sosialitas manusia diakui dengan

memperhatikan hak individu juga diakui dalam batas tanggung

jawab sosial.

ix. Asas kekhalifahan manusia

Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan,

sebab problem-problem kehidupan kerap muncul dari

ketidakseimbangan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.

x. Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain Islam

menghendaki manusia berlaku ‚adil‛ terhadap hak dirinya

sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan,

(29)

xi. Asas pembinaan akhlaqul-karimah

Bimbingan dan konsleing Islam membantu konseli dalam

memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat

yang baik dari konseli tersebut.

xii. Asas kasih sayang

Bimbingan dan konsleing Islam dilakukan berlandaskan kasih

sayang, sebab dengan kasih sayanglah bimbingan dan

konseling akan berhasil.

xiii. Asas saling menghargai dan menghormati

Dalam bimbingan dan konseling Islam kedudukan pembimbing

atau konselor dengan yang dibimbing atau konseli pada

dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya saja,

yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu

menerima bantuan. Hubungan yang terjalin merupakan

hubungan yang salin menghormati sesuai dengan kedudukan

masing-masing sebagai makhluk Allah.

xiv. Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas

musyawarah artinya antara konselor dengan konseli terjadi

dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak

(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xv. Asas keahlian

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dilakukan oleh

orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian

dibidang tersebut. Baik keahlian secara metodologi dan

teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang

yang menjadi permasalahan (obyek garapan/materi) bimbingan

dan konseling.5

c. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Isam memiliki beberapa unsur atau

komponen yang paling terkait dan berhubungan satu sama lain, yaitu:

i. Konselor

Konselor adalah orang yang bermakna bagi konseli, konselor

menerima apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu

konseli mengatasi masalahnya disaat yang amat kritis sekalipun

dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak

menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya

jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.

5 Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konsling dalam Islam, cet.III, (Yogyakarta : UII

(31)

ii. Konseli

Konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena

dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya.

Sekalpun konseli adalah individu yang memperoleh bantuan,

dia bukan objek atau individu yang pasif atau yang tidak

memiliki kekuatan apa-apa. Dalam konteks konseling individu

adalah subyek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki

kemauan untuk berubah dan pelaku bagi perubahan dirinya.

iii. Masalah

Menurut Sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah

suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok

menjadi rugi atau sakit dalam melakukan sesuatu.6

d. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam.

Dalam memberikan bimbingan terdapat langkah sebagai berikut:

i. Identifikasi

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal klien beserta

gejala-gejala yang tampak. Dalam langkah ini, konselor

masalah apa yang sedang dihadapi oleh pribadi individu.

6 Aswadi, Iyadah Dan Ta

’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Suabaya :

(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ii. Diagnosis

Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah

yang dihadapi anak berdasarkan latar belakangnya. Dalam

langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data

menggunakan berbagai studi terhadap anak, menggunakan

berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul,

ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

iii. Prognosis

Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis

bantuan yang akan dilaksanakan untuk membim bing anak.

Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan

dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya

dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan

bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan

dan berbagai faktor.

iv. Langkah Terapi/Treatment

Langkah terapi yaitu pelaksanaan bantuan atau bimbingan.

Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam

langkah prognosis. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak

waktu, proses yang kontinyu, dan sistematis, serta memerlukan

(33)

v. Langkah Evaluasi danFollow Up

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui

sejauh manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai

hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat

perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih

jauh.7

2. Terapi Kognitif Behavioral

Terapi berarti “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang

sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit.8 Therapy yang berarti

“perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang

individu.” Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi kata therapy berarti

“suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu

kondisi patologis.9

a. Makna Secara Terminologi

Pengertian terapi secara terminologis yang dikemukakan oleh para ahli antara

lain adalah.10

a. Kartini Kartono mengatakan “Terapi ialah metode penyembuhan dari

gangguan-gangguan kejiwaan”.

7 Emikomocca.blogspot.co.id/2014/05/langkah-langkah bimbingan dan

konseling.html?m=1 (diakses pada tanggal 18 april 2016)

8 Jahrul M Echal dan Hasan Shadili.Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta. Gramedia Pusat Utama, 1995). hal, 112

9 Chaplin.C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995). Hal,34

(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Singgih D. Gunarsa merumuskan pengertian terapi sebagai berikut:

Perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.

c. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan psychotherapy tidak

tercantum, tetapi ada perkataan psychotherapeutic yang diartikan

sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan

teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian

perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara

umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan

psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau

hambatan kepribadian.

d. Andi Mappiare AT, mengatakan “Terapi adalah suatu proses berjangka

panjang berkenaan dengan rekonstruki pribadi.”

e. Abdul Aziz Ahyadi mengatakan terapi ialah “perawatan dengan

menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal

dari kehidupan emosional, dimana seorang ahli secara sengaja

menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan

menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada,

meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang

positif.

f. James P. Chaplin yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir :

mengartikan terapi dari dua sudut pandang. Pertama: secara khusus

adalah penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental

(35)

secara luas adalah mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama

melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau

teman. Maka sudah jelaslah bahwa pengertian terapi adalah

pengobatan alam pikiran dan perawatan gangguan psikis melalui

metode psikologis.

Adapun definisi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan

pendekatan belajar terhadap terapi yang menggabungkan teknik kognitif dan

behavioral. Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik

yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak

hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap

mendasarinya.11 Pengertian Cognitive Behavior yang lain yaitu teknik

modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu

individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan

interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional

yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara

yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalaman mereka.12

Cognitive Behavioral merupakan perpaduan dari dua pendekatan

dalam psikoterapi yaitu Cognitive Therapy dan Behavioral Therapy. Terapi

kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif

memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam

berpikir atau pikiran yang irasional menjadi rasional.

11 Nevid,Rathus, Dan Greene, 2003

(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Terapi tingkah laku membantu individu untuk membentuk perilaku

baru dalam memecahkan masalahnya. Pendekatan Cognitive Behavioral tidak

berfokus pada kehidupan masa lalu dari individu akan tetapi memfokuskan pada

masalah saat ini dengan tidak mengabaikan masa lalu. Secara umum, proses

konseling Cognitive Behavioral adalah pembukaan, tahapan inti dan terminasi

(pengakhiran). Seseorang harus mampu mengubah cara berfikir dan prilakunya

sendiri demi mencapai masa depan yang dia inginkan.

b. Konsep Dasar Pendekatan Cognitive Behavior

TeoriCognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran

manusia terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus-Kognisi-Respon (SKR),

yang saling berkait dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia,

dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan

bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak.13

c. Tujuan Konseling CBT

Tujuan dari konseling Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 9)

yaitu mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah

dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka

tentang masalah yang dihadapi. Konselor diharapkan mampu menolong konseli

untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri konseli dan secara

kuat mencoba menguranginya.

(37)

Dalam proses konseling, beberapa ahli CBT (NACBT, 2007;

Oemarjoedi,2003) berasumsi bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting

dalamkonseling. Oleh sebab itu CBT dalam pelaksanaan konseling lebih

menekankan kepada masa kini dari pada masa lalu, akan tetapi bukan berarti

mengabaikan masa lalu. CBT tetap menghargai masa lalu sebagai bagian dari

hidup konseli dan mencoba membuat konseli menerima masa lalunya, untuk

tetap melakukan perubahan pada pola pikir masa kini untuk mencapai perubahan

di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, CBT lebih banyak bekerja pada

status kognitif saat ini untuk dirubah dari status kognitif negatif menjadi status

kognitif positif.

d. Fokus Konseling CBT

CBT merupakan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi

atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan

dirinya baik secara fisik maupun psikis dan lebih melihat ke masa depan

dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain mengubah cara

berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi konseli belajar

mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek

behavioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi

permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah

perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta

(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id e. Prinsip-prinsip Cognitive Behavior Theraphy (CBT)

Walaupun konseling harus disesuaikan dengan karakteristik atau

permasalahan konseli, tentunya konselor harus memahami prinsip-prinsip yang

mendasari CBT. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini dapat mempermudah

konselor dalam memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses

konseling dari setiap sesi, serta penerapan teknik-teknik CBT. Berikut adalah

prinsip-prinsip dasar dari CBT berdasarkan kajian yang diungkapkan oleh Beck :

i. Didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari permasalahan

konseli dan konseptualisasi kognitif konseli.

Formulasi konseling terus diperbaiki seiring dengan perkembangan

evaluasi dari setiap sesi konseling. Pada momen yang strategis, konselor

mengkoordinasikan penemuan-penemuan konseptualisasi kognitif konseli

yang menyimpang dan meluruskannya sehingga dapat membantu konseli

dalam penyesuaian antara berfikir, merasa dan bertindak.

ii. Didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli

terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.

Melalui situasi konseling yang penuh dengan kehangatan, empati,

peduli, dan orisinilitas respon terhadap permasalahan konseli akan

membuat pemahaman yang sama terhadap permasalahan yang dihadapi

konseli. Kondisi tersebut akan menunjukan sebuah keberhasilan dari

(39)

iii. Memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif.

Menempatkan konseli sebagai tim dalam konseling maka keputusan

konseling merupakan keputusan yang disepakati dengan konseli. Konseli akan

lebih aktif dalam mengikuti setiap sesi konseling, karena konseli

mengetahui apa yang harus dilakukan dari setiap sesi konseling.

iv. Berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan.

Setiap sesi konseling selalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui

tingkat pencapaian tujuan. Melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon

konseli terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tujuannya, dengan

kata lain tetap berfokus pada permasalahan konseli.

v. Berfokus pada kejadiaan saat ini.

Konseling dimulai dari menganalisis permasalahan konseli pada saat

ini dan di sini (here and now). Perhatian konseling beralih pada dua keadaan.

Pertama, ketika konseli mengungkapkan sumber kekuatan dalam melakukan

kesalahannya. Kedua, ketika konseli terjebak pada proses berfikir yang

menyimpang dan keyakinan konseli dimasa lalunya yang berpotensi merubah

kepercayaan dan tingkahlaku ke arah yang lebih baik.

vi. Merupakan edukasi, dengan tujuan mengajarkan konseli untuk menjadi

terapis pada dirinya sendiri dan menekankan pada pencegahan.

Sesi pertama CBT mengarahkan konseli untuk mempelajari sifat dan

permasalahan yang dihadapinya termasuk proses

konseling cognitive-behavior serta model kognitifnya karena CBT meyakini

(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menetapkan tujuan konseli, mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berfikir

serta keyakinan konseli. Kemudian merencanakan rancangan pelatihan untuk

perubahan tingkah lakunya.

vii. Berlangsung pada waktu yang terbatas.

Pada kasus-kasus tertentu, konseling membutuhkan pertemuan antara 6

sampai 14 sesi. Agar proses konseling tidak membutuhkan waktu yang

panjang, diharapkan secara kontinyu konselor dapat membantu dan melatih

konseli untuk melakukanself-help.

viii. Yang terstruktur.

Struktur ini terdiri dari tiga bagian konseling. Bagian awal,

menganalisis perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi

dalam satu minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap

sesi konseling. Bagian tengah, meninjau pelaksanaan tugas rumah (homework

asigment), membahas permasalahan yang muncul dari setiap sesi yang telah

berlangsung, serta merancang pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan.

Bagian akhir, melakukan umpan balik terhadap perkembangan dari setiap sesi

konseling. Sesi konseling yang terstruktur ini membuat proses konseling lebih

dipahami oleh konseli dan meningkatkan kemungkinan mereka mampu melakukanself-help di akhir sesi konseling.

ix. Mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggapi

pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka.

Setiap hari konseli memiliki kesempatan dalam pikiran-pikiran

(41)

mereka. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi pikirannya serta

menyesuaikan dengan kondisi realita serta perspektif adaptif yang

mengarahkan konseli untuk merasa lebih baik secara emosional, tingkahlaku

dan mengurangi kondisi psikologis negatif. Konselor juga menciptakan

pengalaman baru yang disebut dengan eksperimen perilaku. Konseli dilatih

untuk menciptakan pengalaman barunya dengan cara menguji pemikiran

mereka (misalnya: jika saya melihat gambar labalaba, maka akan saya merasa

sangat cemas, namun saya pasti bisa menghilangkan perasaan cemas tersebut

dan dapat melaluinya dengan baik). Dengan cara ini, konselor terlibat dalam

eksperimen kolaboratif. Konselor dan konseli bersama-sama menguji

pemikiran konseli untuk mengembangkan respon yang lebih bermanfaat

dan akurat.

x. Menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan

tingkah laku.

Pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk sokratik memudahkan konselor

dalam melakukan konseling cognitive-behavior. Pertanyaan dalam bentuk

sokratik merupakan inti atau kunci dari proses evaluasi konseling. Dalam

proses konseling, CBT tidak mempermasalahkan konselor menggunakan

teknik-teknik dalam konseling lain seperti kenik Gestalt, Psikodinamik,

Psikoanalisis, selama teknik tersebut membantu proses konseling yang lebih

saingkat dan memudahkan konelor dalam membantu konseli. Jenis teknik

(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masalah yang sedang ditangani, dan tujuan konselor dalam sesi konseling

tersebut.

3. Percaya Diri

Percaya diri berarti merasa positif tentang apa yang dapat dilakukan dan tidak

mengkhawatirkan apa yang tidak dapat dilakukan, tetapi memiliki kemauan untuk

belajar. Percaya diri adalah pelumas yang mempelancar roda hubungan antara diri

sendiri dengan kemampuan atau bakat, keahlian, potensi, dan cara bagaimana

memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.14

Percaya diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dan efisien,

walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut. Kepercayaan diri adalah apa yang

perlu anda lakukan dalam waktu jangka pendek untuk meraih tujuan jangka panjang,

walaupun apa yang perlu anda harus lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang

mungkin akan membuat anda merasa tidak nyaman.15

Ciri-ciri dari seseorang yang memiliki tingkat percaya diri yang baik adalah

berani menerima dan menghadapi penolakan orang, tidak terdorong menunjukkan

sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, mempunyai

pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil, mempunyai cara pandang yang

positif terhadap diri sendiri, percaya akan kompetensi diri sehingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain.

Rasa percaya diri akan memberi dampak yang positif dalam beberapa area

psikologis manusia, antara lainnya adalah dengan percaya diri yang tinggi, akan lebih

(43)

mudah mengendalikan diri dalam sesuatu keadaan yang menekan, dapat menguasai

diri untuk bertidak tenang dan dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan

suatu tindakan. Rasa percaya diri yang tinggi juga akan mempermudah seseorang

memusatkan perhatiannya pada hal-hal tertentu tanpa merasa terlalu khawatir akan hal

lainnya yang mungkin merintangi rencana tindakannya.

Selain itu, seseorang dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak mudah patah

semangat atau frustasi dalam berupaya meraih cita-cita dan cenderung tetap berusaha

sekuat tenaga sampai usahanya membuahkan hasil. Dengan rasa percaya diri yang

tinggi, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat,

terus berusaha mengembangkan strategi dan membuka berbagai peluang bagi dirinya.

MetodeCognitive Behavioral Theraphy (CBT) sangat berguna bagi klien untuk dapat

memecahkan masalah yang telah lama membelitnya, seperti halnya kurang memiliki

rasa percaya diri.16

Beberapa istilah yang terkait dengan persoalanpede ini. Di antaranya :

Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan,

bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda

mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.

Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda,

sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri

Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau

berharga di dalam diri Anda

(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to

succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda

meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang

disebut denganspecific self-efficacy.

Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas

kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk

berhasil.Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy .

a. Rasa Percaya Diri dalam Dimensi Agama

Dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang tercantum pada QS

At Tiin:4-8, QS Al Bayyinah:7 dan QS Al Israa:70 “bahwa Allah menciptakan

manusia khususnya orang beriman, adalah dalam sebaik-baiknya makhluk dari

semua makhluk yang diciptakan oleh Allah.”

Dengan dasar ayat-ayat tersebut diatas pada hakikatnya dimata Allah

orang yang beriman adalah orang yang dimuliakan oleh Allah dan dinilaiNya

sebagai makhluk yang terbaik. ini sebetulnya sudah cukup bagi orang yang

beriman untuk tetap percaya diri dalam menghadapi permasalahan tanpa harus

merasa rendah diri dan takut karena Allah sebagai Sang Pencipta semua makhluk

dibumi ini mendudukkannya pada tempat yang mulia.

Orang beriman tidak pantas merasa rendah diri dihadapan manusia,

padahal Allah mencintainya. Jika itu terjadi sama dengan mengecilkan

(45)

malu pada Allah tapi justru lebih takut dan malu pada sesama manusia. Ini

adalah pemahaman yang salah karena lebih mempertimbangkan pendapat

manusia daripada pandangan dan penilaian Allah. Dengan dasar itulah maka

orang beriman seharusnya bersikap selalu merasa besar hati dalam menghadapi

segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya,

bertindak dan memperjuangkan agama Allah bahkan semuanya harus dilandasi

dengan riang gembira karena apapun hasilnya, dimata Allah tetap mulia.

Tahan uji dan tidak mudah putus asa karena yakin bahwa sebagai orang

beriman akan selalu mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah, selalu

berpikinan positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negatif

(su’udhon), selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat

tersebut apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yang tidak diterimanya

karena semuanya adalah qadar dan Allah yang harus diterima dengan ridho

sebagai ujian. Selalu berusaha memperbaiki diri sendiri dalam segala urusan dan

selalu berbuat untuk kebaikan . Rasa percaya diri harus dilatih dan ditumbuhkan,

sehingga manusia bangga akan diriiya sendiri (tidak sombong), dengan rakhmat

dan nikmat Allah yang telah diberikan pada manusia.

b. Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri

Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan

diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah

terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat

(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai

berikut :

i. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara

sungguh-sungguh.

ii. Tidak memiliki keputusan melangkah yangdecissive (ngambang).

iii. Mudah frustasi ataugive-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.

iv. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.

v. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab.

vi. Canggung dalam menghadapi orang.

vii. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan

mendengarkan yang meyakinkan.

viii. Sering memiliki harapan yang tidak realistis.

ix. Terlalu perfeksionis.

x. Terlalu sensitif (perasa).

Sikap pasif yaitu sikap yang tidak tegas dalam melakukan berbagai

tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa

diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan.

Sikap agresif dalam hal ini yaitu memaksakan gagasan, tidak mau menerima

masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan daripada

menyelesaikan masalah, padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-ide

orang lain berarti menghambat tercapainya keputusan yang tepat dan akurat.

(47)

i. Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain, banyak

keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar

masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui kekurangannya.

ii. Self centred (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak

peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala

sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan

lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini akan

menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya.

iii. Cynical (sinis/suka mengolok-olok), yaitu senang meledek orang lain

dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,

kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain juga tidak senang

padanya.

iv. Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak

pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gagal dalam

melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali diperhitungkan

terlalu serius dan dilihat sebagai bukti ketidakmampuan dirinya. Walaupun

memiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi gagal untuk bisa

memperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gagal dalam memanfaatkan

kelebihannya karena sudah membayangkan kegagalan yang ada

dihadapannya.r

4. Obesitas

Obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam tubuh

(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BMI = Berat Badan (kg) : Tinggi

dimana terdapatnya penimbunan lemak berlebihan yang diperlukan untuk fungsi

tubuh manusia. Obesitas ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis

penyakit degenerative, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan lain sebagainya.

Cara obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI

(Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh dengan rumus:

Dan penentuan berat badannya adalah, sebagai berikut:

a.BMI > 20, berarti berat badan kurang

b.BMI 20-24, berarti berat badan normat atau sehat

c.BMI 25-29, berarti gemuk atau kelebihan berat badan

d.BMI > 30, berarti sangat gemuk atau obesitas.17

Dalam masalah kegemukan (obesitas), faktor keturunan memang berperan.

Anak dari orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan obesitas sebanyak 40%,

sedangkan dari kedua orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan obesitas

sebanyak 70% sampai 90%. Faktor utama kegemukan (obesitas) adalah makan secara berlebihan, terutama makan di luar waktu makan (ngemil).18 Kegemukan (obesitas)

juga dapat dikatakan sebagai sebuah penyakit yang serius yang dapat mengakibatkan

masalah emosional dan sosial.19

17 Ning Harmanto, SHK: Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), hal. 37

18 Suharjo B. Cahyono,Gaya Hidup & Penyakit Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal. 88

(49)

B. Penelitian Terdahulu

a. Judul : Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi

Interpersonal pada Siswa-Siswi Smp Dharma Wanita 9 Taman (Warda

Norma Ayuni).

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah kaum perempuan yang

mempunyai masalah tubuh yang tidak ideal cenderung merasa tidak percaya

diri dan merasa cemas untuk mendapatkan pasangan. Dari segi fisik,

kegemukan mengakibatkan individu seringkali merasa terganggu

pergerakannya, tidak nyaman dan leluasa dalam melakukan pergerakan

sedangkan dari psikologis kegemukan mengakibatkan individu akan merasa

tidak percaya diri dengan tampilannya yang kurang sempurna dan merasa

dirinya tidak bisa menarik perhatian lawan jenis.

Persamaan : Penulis sama-sama mencari cara untuk meningkatkan rasa

kurang percaya diri.

Perbedaan : Peneliti yang satu menggunakan Terapi Kognitif Behavioral dan

metode kualitatid deskriptif komparatif bagi mengatasi masalah tersebut dan

penulis yang satunya memakai metode kuantitatif bagi mengatasi masalah

tersebut.

b. Judul : Hubungan Antara Obesitas dengan Kecemasan Memperoleh

Pasangan Hidup pada Perempuan Dewasa Awal (Eni Yulianingsih).

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah perempuan yang

memiliki masalah obesitas cenderung merasa cemas untuk memperoleh

(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perempuan dewasa awal yang memiliki masalah obesitas dalam memperoleh

pasangan hidup.

Persamaan : Penulis sama-sama memakai terapi kognitif dalam penelitian

masing-masing.

Perbedaan : Penulis satunya memakai metode penelitian kualitatif deskriptif

dan penulis yang satunya memakai metode penelitian kuantitatif Table Proses Bimbingan Konseling Islam

No Proses Sesi

1 Assesment dan Diagnosa 1

2 Mencari akar permasalahan yang bersumber dari emosi negatif,

penyimpangan proses berfikir

2

3 Konselor bersama konseli menyusun rencana intervensi dengan

memberikan konsekuensi pola fikir dan tingkah laku positif dan

negatif terhadap klien

3

4 Membina kembali keyakinan yang menyimpang 4

5 Intervensi tingkah laku 5

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif komparatif. Yaitu

suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang kompleks yang

ada di masyarakat.1

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan

menurut Danzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi

dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.2

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna

dari pada generalisasi.

Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang

(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang

tampak.3

Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya

dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan dan Biklen mengajukan ada 5

ciri, yaitu :4

1. Latar Alamiah, dilakukan pada kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

Penelitian lebih menekankan pada proses dari pada produk atauout come.

3. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

4. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati).

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai

variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu.5

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah karena

dengan penelitian ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas

terhadap situasi satu dengan situasi yang lain, atau dapat menemukan pola-pola

hubungan antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat menemukan

hipotesis dan teori. Yaitu menggambarkan para penyandaang obesitas.

3 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif” (Bandung: Alfabeta, 2008), 1. 4 Ibid., 9-10.

(53)

B. Subyek Dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek di dalam Penelitian ini adalah seorang Mahasiswa Prodi

Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama

Mohamed Angah Nazrin Bin Mohamed Zamri. Angah merupakan mahasiswa

yang sedang menyandang obesitas (kegemukan). Saat ini usia Angah ialah 21

tahun. Dan Angah sering merasa tidak percaya diri saat berhadapan dengan

orang yang mentertawainya dan Angah juga merasa tidak percaya diri untuk

mengembangkan potensi diri yang ada dalam dirinya. Adapun identitas

subyek penelitian lebih lengkap akan dijelaskan dalam penyajian dan analisis

data.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah pada kurang percaya diri

mahasiswa penyandang obesitas di Surabaya.

C. Sumber Data Dan Lokasi Penelitian

1. Sumber Data

Untuk menghasilkan data yang akurat dan valid perlu adanya sumber

data yang tepat, dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah:

a. Subyek penelitian, data yang diperoleh adalah diskripsi tentang

mahasiswa penyandang obesitas kuliah di Surabaya. Hal ini diperoleh

(54)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

b. Dokumentasi, data yang diperoleh adalah data tentang kurang percaya diri

mahasiswa di lingkungan Surabaya serta berbagai dokumen penting lainnya

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

1. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang terkumpul dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Data Primer, dalam hal ini data yang dihimpun adalah diskripsi tentang

mahasiswa penyandang obesitas kuliah di Surabaya. Hal ini diperoleh

melalui melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.

b. Data skunder, adalah informan yang dipilih peneliti. Data dihimpun

melalui wawancara yang dijadikan pendukung dalam menggali dan

melengkapi data penelitian ini.

D. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Pra Lapangan

Yaitu tahap yang dilakukan sebelum melakukan penelitian. Pada tahap

ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Menyusun Rancangan Penelitian6

Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.

(55)

b. Memilih Lapangan Penelitian

Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.7

Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih dahulu telah menggali informasi tentang obyek yang akan diteliti (meski secara informal), kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuan yang peneliti tekuni selama ini.

c. Mengurus Perizinan

Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin bagi pelaksanaan penelitian. 8

Dalam hal ini, sebelum melakukan penelitian (secara formal),

peneliti terlebih dahulu meminta surat izin kepada mahasiswa Malaysia

untuk melakukan penelitain. Karena penelitian hanya melibatkan

mahasiswa Surabaya, peneliti tidak perlu meminta permohonan ijin kepada

(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik,

tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.9 Dalam hal

ini, dalam upaya mengumpulkan informasi dari obyek yang diteliti,

peneliti menggunakan alat bantu berupa buku dan alat tulis untuk mencatat

hasil wawancara antara peneliti dengan informan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tahap pekerjaan

lapangan, yaitu: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, dan 2)

Memasuki lapangan.10 Artinya, sebelum memutuskan untuk melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu telah memahami tentang latar penelitian,

kemudian peneliti mempersiapkan diri secara matang dan serius untuk

mengkaji penelitian ini. Baru kemudian peneliti terjun ke lapangan untuk

mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang dijadikan rumusan

masalah.

E . Teknik Pengumpulan Data<

Gambar

GAMBAR 4.1 TRIANGULASI SUMBER
Tabel 1.1Jenis, sumber data dan teknik pengumpulan data
Tabel 3.1 Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Eksekusi suatu instruksi memerlukan operasi aritmatika atau logika terhadap data.. Write Data

Sementara itu kadar logam dasar (Cu, Pb, Zn) ditunjukkan dari conto TPM_04A dengan kadar yang tinggi pada temperatur mineralisasi antara 200°C-300°C, salinitas yang paling tinggi (3,3

Berdasarkan hasil statistik hipotesis dalam penelitian ini diterima, artinya motivasi berpengaruh signifikan terhadap hubungan gaya kepemimpinan dengan kinerja

Merujuk pada Rencana Strategis yang bersifat umum maka dalam Rencana Operasional secara rinci akan dipaparkan rencana program studi mencakup misi, tujuan, sasaran

Adapun penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berasal dari siswa itu sendiri yaitu berkaitan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prakonsepsi), tahap

Kemadirian bagi seorang santri sudah menjadi keniscayaan, kemandirian terlihat dari santri dituntut mampu melaksanakan beberapa tugas dengan sendiri tanpa

Penerapan Pasal 368 dan 369 KUHP dan UU ITE dalam tindak pidana pemerasan dan pengancaman lewat SMS, handphone, telah memenuhi unsur objektif suatu tindak