SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S.Sos ) Dalam Bidang Bimbingan Konseling Islam
Disusun Oleh:
RABIATUL BARIRAH BINTI ACHMAD MU’IDI B43212067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vi
dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam Mengatasi Masalah Kurang Percaya Diri Mahasiswa Penyandang Obesitas.
Permasalahan yang diangkat dalam masalah ini adalah (1) Bagaimana aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam menangani masalah kurang percaya diri mahasiswa penyandang obesitas, (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa penyandang obesitas.
Terapi Kognitif Behavioral adalah cara penerapan yang menitikberatkan pada kasus konseli berupa cara fikir negatif konseli tentang kekurangan yang ada pada diri konseli sehingga menyebabkan dirinya merasa kurang percaya diri karena ditertawai oleh orang lain dan merasa kurang yakin untuk mengembangkan potensi diri dan bakat yang ada pada diri konseli.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif Behavioral untuk meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa penyandang obesitas. Serta membandingkan keadaan konseli sebelum dan sesudah proses mendapatkan konseling melalui terapi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumentasi hasil observasi dan wawancara dari konseli serta informan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dalam penggunaan Terapi Kognitif Behavioral untuk meningkatan rasa percaya diri mahasiswa penyandang obesitas. Setelah mendapatkan terapi konseli menunjukkan tanda ada perubahan meskipun belum maksimal.
PERSETUJUAN PEMBIMBING………..ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI………...iii
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN………..iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..….v
ABSTRAKSI………....vi
KATA PENGANTAR………....vii
DAFTAR ISI………..…..ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1
B. Rumusan Masalah………5
C. Tujuan Penelitian……….….5
D. Manfaat Penelitian………6
E. Definisi Konsep………7
F. Sistematika Pembahasan………13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Teoritik………..……..…..15
1. Bimbingan Konseling Islam………....15
2. Terapi Kognitif Behavioral……….25
3. Percaya Diri……….33
4. Obesitas………...39
B. Penelitian Terdahulu………..41
digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id digili .uins .a .id
F. Teknik Analisis Data………..54
G. Teknik Keabsahan Data……….56
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian……….60
1. Deskripsi Konselor………..60
2. Deskripsi Konseli………61
3. Deskripsi Masalah Konseli………..61
B. Deskripsi Hasil Penelitian………..62
1. Identifikasi Masalah………63
2. Proses Bimbingan Dan Konseling Islam……….66
3. Hasil Bimbingan Dan Konseling Islam………...70
C. Analisa Data………...71
1. Aplikasi Bimbingan Dan Konseling Islam……….…….71
2. Hasil Bimbingan Konseling Islam………..74
3. Alur Konsep………76
4. Sistematika perubahan………77
D. Konfirmasi Temuan Dengan Teori………78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….82
B. Saran………...83
DAFTAR PUSTAKA……….84
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masyarakat banyak mendatangi restauran yang menyajikan fast food atau makanan-makanan cepat saji yang takarannya belum tentu dapat
dikatakan sehat. Makanan yang seperti itu biasanya mengandung kalori yang
tidak seimbang dan memiliki sedikit serat bahkan makanan semacam ini sering
disebut makanan yang tidak bergizi. Orang akan cenderung makan lebih banyak
karena serat yang ada dalam makanan sedikit. Inilah yang akan menyebabkan
kegemukan atau obesitas.
Secara sederhana, obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya
lemak dalam tunuh sebagai akibat berlebihannya masukan kalori.Secara klinis
seseorang dinyatakan mengalami obesitas bila terdapat kelebihan berat badan
sebesar 15% atau lebih dari berat badan idealnya. Dengan pengukuran lebih
ilmiah, penentuan obesitas didasarkan pada proporsi lemak terhadap berat badan
total seseorang. Pada pria muda normal, rata-rata lemak tubuhnya adalah 12%,
sedang pada wanita muda sekitar 26%. Pria yang memiliki lemak tubuh lebih dari
20% dari berat tubuh totalnya dinyatakan obes.sementara itu, wanita baru
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Obesitas yang diderita oleh beberapa orang dalam masyarakat tanpa
menimbulkan masalah kesehatan, tentunya tidak perlu ada perhatian besar
terhadapnya. Obesitas cukup banyak dijumpai dengan segala pengaruh negatifnya.
Pelbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa obesitas dapat meningkatkan risiko
timbulnya berbagai macam penyakit kencing manis, gout, penyakit kantung
empedu, aterosklerosis, koroner dan tekanan darah tinggi. Di samping itu,
obesitas juga menjadi faktor penyulit pada penyakit saluran nafas seperti
emfisema, bronchitis kronis dan asma, meningkatkan resiko pembedahan,
mempersulit kehamilan dan akhirnya meskipun tidak selalu, dapat
memperpendek harapan hidup seseorang.
Obesitas tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan namun juga
menimbulkan masalah psikologis. Seseorang yang mengalami masalah obesitas
cenderung dijauhi oleh teman-temannya. Terkadang seseorang dengan resiko
obesitas menjadi korban bullying verbal. Ini menyababkan seseorang dengan
resiko obesitas mengalami depresi, rasa putus asa, kurang percaya diri, pendiam,
tersinggung, merasa tersisih dan menjauh dari kehidupan sosial. Obesitas akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap segala
kelebihan aspek yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu untuk bisa untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Menurut
Dr. Rob Yeung, kepercayaan diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan
yang tepat dan efisien, walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut.
pendek untuk meraih tujuan jangka panjang, walaupun apa yng perlu anda harus
lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang mungkin akan membuat anda
merasa tidak nyaman. Untuk menjadi percaya diri adalah tentang bagaimana
belajar mengatasi perasaan-perasaan tersebut agar anda dapat meraih tujuan
jangka panjang.2
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
salah satunya adalah penampilan fisik. Penampilan fisik sangat erat hubungannya
dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Surya
menyatakan bahwa seseorang akan percaya diri ketika orang tersebut menyadari
bentuk tubuhnya yang sangat ideal dan orang tersebut merasa puas melihat
bentuk tubuhnya.
Sebaliknya jika seseorang memandang tubuhnya tidak ideal seperti
wajahnya kurang menarik atau badannya terlalu gemuk, maka orang tersebut
menjadi sibuk memikirkan kondisi fisiknya sehingga potensi diri yang ada di
dalam diri orang tersebut menjadi terpendam dan tidak diwujudkan karena rasa
kurang percaya diri untuk menampilkan potensi diri dan kemampuan yang ada di
khalayak masyarakat.
Sikap kurang percaya diri bagi seseorang yang mengalami obesitas bisa
diatasi dengan terapi kognitif behavioral. Terapi Kognitif-Behavioral (TKB) atau
Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling
yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id cara memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Pendekatan kognitif berusaha
memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk
pembicaraan diri terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara sehingga
sulit untuk dapat
menentukan tujuan hidup saya).
Selain itu, terapi juga memfokuskan pada upaya membelajarkan klien agar
dapat memiliki cara berpikir yang lebih positif dalam berbagai peristiwa
kehidupan dan tidak hanya sekedar berupaya mengatasi penyakit atau gangguan
yang sedang dialaminya. Dengan kata lain, Konseling Kognitif memfokuskan
pada kegiatan mengelola dan memonitor pola fikir klien sehingga dapat
mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar dapat diperoleh emosi
yang lebih positif. Sedangkan Konseling Behavioral memfokuskan pada kegiatan
(tindakan) yang dilakukan klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang
dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian
konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan
tindakan yang tidak dikehendaki.
Dari situlah, peneliti akan melakukan sebuah upaya bantuan dalam bentuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka
penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif
Behavioral dalam menangani masalah kurang percaya diri mahasiswa
penyandang obesitas?
2. Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif
Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa
penyandang obesitas?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi
Kognitif Behavioral dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa
obesitas.
2. Untuk mengetahui hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, di harapakan dapat bermanfaat secara teoritis
dan praktis bagi para pembacanya. Adapun manfaat dari penelitian ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan Konseling Islam bagi peneliti yang lain dalam hal meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa obesitas
melalui Terapi Kognitif Behavioral.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses
konseling dalam hal mengatasi rasa kurang percaya diri mahasiswa
obesitas.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu menangani masalah kurang
percaya diri mahasiswa obesitas. Dan juga untuk mahasiswa Bimbingan
dan Konseling Islam sebagai calon konselor.
b.Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses
konseling dalam mengatasi masalah kurang percaya diri mahasiswa
E. Definisi Konsep
1) Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.3
Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori
dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian
bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami
kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan
menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan
getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang
dihadapinya.4
Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul
Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami
adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada
setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama
yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah SAW kedalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an,
dan Al Hadits.5
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan
Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa
bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan
kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya
dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.
2) Terapi Kognitif Behavioral
Terapi kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Theraphy (CBT)
adalah terapi yang berfokus utama pada faktor kognitif (pikiran, keperayaan,
sikap, dan harapan) dan juga faktor perilaku (tindakan, hal-hal yang
dilakukan). Secara implicit, pendekatan kognitif behavioral bertujuan untuk
memahami serta mengakui arti penting dari emosi (termasuk di dalamnya
suasana hati dan perasaan) dan hubungan antarpribadi (baik yang ada di masa
kini maupun masa lalu). Pada intinya, premis dasar pendekatan kognitif
behavioral adalah bahwa kondisi keberadaan seseorang ditentukan oleh
fikirannya.6 Terapi kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Theraphy
(CBT) juga merupakan penanganan yang diarahkan pada pembelajaran untuk
melawan fikiran negatif yang diketahui sangat efektif dalam mengelola emosi
5 Drs. Syamsul Munir Amin M.A,Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23
sembari mencari solusi terhadap berbagai tantangan hidup.7 Tujuan dari terapi
kognitif behavioral atau Cognitive Behavioral Therapies (CBT) juga untuk
membenahi perilaku dan cara pandang seseorang.8
Para ahli neuro-linguistic programming dan cognitive behavioral
theraphy (CBT) menjagokan kekuatan berfikir positif selama beberapa dekade.
Dan topik ini kembali digunakan kembali karena studi-studi dari riset baru
yang disebut positive psychology membuktikan bahwa seseorang dapat
mengubah fikirannya secara total. Dan menurut ahli terapi CBT yaitu
Christine Wilding menyatakan bahwa dengan latihan, seseorang dapat
mengubah kebiasaan berfikir negatif secara lebih mudah.9 Terapi CBT juga
dapat disebut dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini akhir-akhir ini
menjadi semakin popular di kalangan masyarakat sebagai salah satu jenis
terapi psikologia yang sangat efektif untuk mencegah berbagai masalah
psikologis, seperti tubuh yang sering kali mengalami berbagai penyakit, maka
fikiran dan emosi seseorang juga dapat terkena penyakit, baik ringan maupun
berat, sehingga memerlukan suatu terapi yang efektif untuk penyembuhannya.
CBT adalah salah satu bagian dari psikoterapi sebagai suatu teknik berbentuk
terapi secara (healing talks) yang simple dan dapat dipelajari oleh siapapun.
Dengan CBT, gaya hidup dapat berubah drastis dan membuat hidup dapat
lebih sehat secara fisik da mental. CBT dapat menolong seseorang untuk
membuang dan menyembuhkan semua penyakit depresi, perasaan
7 W. Robbert Nay,Mengelola Kemarahan, (Jakarta: Serambi, 2007), hal. 64
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ketidaknyamanan secara psikolgis, dan semua simtom-simtom psikologis yang
mengganggu.10
Teori Cognitive-Behavior menurut Oemarjoedi, pada dasarnya
meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses
Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk
semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi
faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan
bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki
potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana
pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah
laku yang menyimpang, maka CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir,
merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan
mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah
tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.11
3) Percaya diri
Percaya diri berarti merasa positif tentang apa yang dapat dilakukan dan
tidak mengkhawatirkan apa yang tidak dapat dilakukan, tetapi memiliki
kemauan untuk belajar. Percaya diri adalah pelumas yang mempelancar roda
hubungan antara diri sendiri dengan kemampuan atau bakat, keahlian, potensi,
10 Neil Adrin,Healing Talks Keajabian Kata-kata, ( Jakarta: Puspa Swara, 2014), hal. iii 11 Idat Muqodas, Cognitive-Behavior Therapy: Solusi Pendekatan Praktek Konseling di
dan cara bagaimana memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.12 Percaya
diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dan efisien,
walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut.
Kepercayaan diri adalah apa yang perlu anda lakukan dalam waktu
jangka pendek untuk meraih tujuan jangka panjang, walaupun apa yang perlu
anda harus lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang mungkin akan
membuat anda merasa tidak nyaman.13 Metode CBT sangat berguna bagi
klien untuk dapat memecahkan masalah yang telah lama membelitnya, seperti
kurang memiliki rasa percaya diri.14
Adapun faktor yang menyebabkan ketidakpercayaan diri juga
dipengaruhi oleh kondisi fisik setiap individu, perubahan kondisi fisik
berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony mengatakan penampilan fisik
merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.
Lauster juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa
rendah diri.15
Adapun faktor terbentuknya kepercayaan diri meliputi konsep diri, harga
diri dan kondisi fisik. Faktor yang berasal dari luar meliputi pendidikan,
pekerjaan, lingkungan dan pengalaman hidup. Faktor-faktor inilah yang
membentuk kepercayaan diri sehingga ciri-ciri kepercayaan diri dari setiap
individu terbentuk. Orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif memiliki
ciri-ciri antara lain, yakin akan kemampuan diri sendiri, mandiri dalam bertindak
12 Martin Perry,Confidence Boosters, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 9 13 Rob Yeung,Confidence,(Jakarta: Daras Books, 2014), hal. 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dan mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, serta
memiliki keberanian mengungkapkan pendapat.16
4) Obesitas
Obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam
tubuh sebagai akibat berlebihannya masukan kalori. Obesitas juga merupakan
suatu keadaan dimana terdapatnya penimbunan lemak berlebihan yang
diperlukan untuk fungsi tubuh manusia. Obesitas ini merupakan faktor risiko
untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative, misalnya penyakit
jantung, hipertensi, dan lain sebagainya. Cara obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (Body Mass Index)
atau Indeks Massa Tubuh dengan rumus:
BMI = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan² (m ²)
Dan penentuan berat badannya adalah, sebagai berikut:
a. BMI > 20, berarti berat badan kurang
b. BMI 20-24, berarti berat badan normat atau sehat
c. BMI 25-29, berarti gemuk atau kelebihan berat badan
d. BMI > 30, berarti sangat gemuk atau obesitas.17
Dalam masalah kegemukan (obesitas), faktor keturunan memang
berperan. Anak dari orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan
16 Bow M. Percaya diri dalam psikologi. diakses 15 Januari 2013
obesitas sebanyak 40%, sedangkan dari kedua orangtua yang obesitas
mempunyai kecenderungan obesitas sebanyak 70% sampai 90%. Faktor
utama kegemukan (obesitas) adalah makan secara berlebihan, terutama makan di luar waktu makan (ngemil).18 Kegemukan (obesitas) juga dapat
dikatakan sebagai sebuah penyakit yang serius yang dapat mengakibatkan
masalah emosional dan sosial.19
F. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan
yang meliputi:
1. Bagian awal
Bagian awal terdiri dari : judul penelitian (sampul), persetujuan pembimbing
skripsi, pengesahan tim penguji, pernyataan pertanggungjawaban penulisan
skripsi, motto, persembahan, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi.
2. Bagian inti
Bab pertama: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua : Kerangka teoritik meliputi kajian pustaka yang membahas
tentang pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, Pengertian Terapi
Kognitif Behavioral, Pengertian Percaya Diri, Pengertian Obesitas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bab ketiga : Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif komparatif. Yaitu suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan
realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat
Bab keempat : Penyajian dan analisis data yang meliputi penyajian data,
analisis, dan pembahasan. Penyajian dan analisis data berisi tentang hasil dari
studi tentang Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Kognitif
Behavioral dalam Mengatasi Masalah Kurang Percaya Diri Mahasiswa
Penyandang Obesitas.
Bab kelima : Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di mana pada
bagian ini akan membahas tentang kesimpulan, saran dan lampiran-lampiran.
3. Bagian akhir
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritik
1. Bimbingan Konseling Islam
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.1
Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori
dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian
bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami
kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan
menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan
getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang
dihadapinya.2
Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul
Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami
adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada
setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama
1Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam ,(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah
Saw.kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.3
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan
Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan
berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan
potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi
problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk
dari Allah SWT.
a. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam bisa dikelompokkan menjadi
tiga sifat:
i. Secara tradisional, Bimbingan dan Konseling Islam dapat
digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:
Fungsi remedial atau rehabilitative, yang berkaitan dengan penyesuaian diri, penyembuhan masalah
psikologis, pemulihan kesehatan mental dan mengatasi
gangguan emosional.
Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan bantuan peningkatan
ketrampilan-ketrampilan maupun kecakapan hidup.
Fungsi Preventif (Pencegahan), upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan
program-program yang dapat digunakan untuk
mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko
hidup yang tidak perlu.
ii. Secara umum, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat
digolongkan pada lima bentuk, yaitu:
Fungsi Pemahaman(Understanding)
Fungsi Pengendalian(Control)
Fungsi Pengembangan( Development)
Fungsi Peramalan(Prediction)
Fungsi Pendidikan(Educationj)
iii. Secara Spesifik, fungsi Bimbingan dan Konseling Islam dapat
digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:
Fungsi Pencegahan(Prefention)
Fungsi Penyembuhan dan Perawatan(Treatment)
Fungsi Penyucian diri(sanctification).
Fungsi Pembersihan(purification).4
4 Aswadi,Iyadah da Ta
’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam,(Surabaya: Dakwah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam
i. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim hanya
merupakan kebahagiaan sementara, kebahagiaan akhiratlah
yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat
merupakan kebahagiaan abadi yang amat banyak.
ii. Asas Fitrah
Manusia menrut Islam, dilahirkan dalam atau membawa fitrah,
yaitu berbagi kemampuan potensi bawaan dan kecenderungan
sebagai muslim atau beragama Islam. Fitrah kerap kali
diartikan sebagai bakat, kemampuan atau potensi diri.
iii. Asas Lillahi Ta’ala
Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata-mata
karena Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing
melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa pamrih,
sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta
bimbingan dan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena
semua pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah karena dan
iv. Asas bimbingan seumur hidup
Manusia hidup tidak akan ada yang sempurna dan selalu
bahagia, mungkin saja manusia akan mengalami kesulitan dan
kesusahan. Oleh karena itulah bimbingan dan konseling Islam
diperlukan sebagai pendidikan seumur hidup selama hayat
masih dikandung badan, karena belajar menurut Islam wajib
dilakukan oleh semua orang Islam tanpa membedakan usia.
v. Asas kesatuan jasmaniah rohaniah
Manusia itu dalam hidupnya didunia merupakan satu kesatuan
jasmaniah-rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam
memperlakukan konselinya sebagai makhluk
jasmaniah-rohaniah, tidak memandangya sebagai makhluk
biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Akan tetapi
membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan
jasmaniah-rohaniah.
vi. Asas keseimbangan rohaniah
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan berpikir,
merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu,
serta juga akal. Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui
apa-apa yang perlu diketahuinya dan apa-apa yang perlu
dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak
menerima begitu saja tetapi juga tidak menolak begitu saja.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id norma dengan semua kemampuan rohani, bukan cuma
mengikuti hawa nafsunya.
vii. Asas kemaujudan individu
Bimbingan dan konseling Islam, berlangsung pada citra
manusia menurut Islam, memandang seorang individu
merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu
mempunyai hak dan perbedaan dari individu yang lainnya.
viii. Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk sosial, maka dalam bimbingan
dan konseling Islam sosialitas manusia diakui dengan
memperhatikan hak individu juga diakui dalam batas tanggung
jawab sosial.
ix. Asas kekhalifahan manusia
Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan,
sebab problem-problem kehidupan kerap muncul dari
ketidakseimbangan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
x. Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,
keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain Islam
menghendaki manusia berlaku ‚adil‛ terhadap hak dirinya
sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan,
xi. Asas pembinaan akhlaqul-karimah
Bimbingan dan konsleing Islam membantu konseli dalam
memelihara, mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat
yang baik dari konseli tersebut.
xii. Asas kasih sayang
Bimbingan dan konsleing Islam dilakukan berlandaskan kasih
sayang, sebab dengan kasih sayanglah bimbingan dan
konseling akan berhasil.
xiii. Asas saling menghargai dan menghormati
Dalam bimbingan dan konseling Islam kedudukan pembimbing
atau konselor dengan yang dibimbing atau konseli pada
dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya saja,
yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu
menerima bantuan. Hubungan yang terjalin merupakan
hubungan yang salin menghormati sesuai dengan kedudukan
masing-masing sebagai makhluk Allah.
xiv. Asas musyawarah
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas
musyawarah artinya antara konselor dengan konseli terjadi
dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xv. Asas keahlian
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dilakukan oleh
orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian
dibidang tersebut. Baik keahlian secara metodologi dan
teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang
yang menjadi permasalahan (obyek garapan/materi) bimbingan
dan konseling.5
c. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan dan Konseling Isam memiliki beberapa unsur atau
komponen yang paling terkait dan berhubungan satu sama lain, yaitu:
i. Konselor
Konselor adalah orang yang bermakna bagi konseli, konselor
menerima apa adanya dan bersedia sepenuh hati membantu
konseli mengatasi masalahnya disaat yang amat kritis sekalipun
dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak
menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya
jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.
5 Aunur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konsling dalam Islam, cet.III, (Yogyakarta : UII
ii. Konseli
Konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena
dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya.
Sekalpun konseli adalah individu yang memperoleh bantuan,
dia bukan objek atau individu yang pasif atau yang tidak
memiliki kekuatan apa-apa. Dalam konteks konseling individu
adalah subyek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki
kemauan untuk berubah dan pelaku bagi perubahan dirinya.
iii. Masalah
Menurut Sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah
suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok
menjadi rugi atau sakit dalam melakukan sesuatu.6
d. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam.
Dalam memberikan bimbingan terdapat langkah sebagai berikut:
i. Identifikasi
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal klien beserta
gejala-gejala yang tampak. Dalam langkah ini, konselor
masalah apa yang sedang dihadapi oleh pribadi individu.
6 Aswadi, Iyadah Dan Ta
’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Suabaya :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id ii. Diagnosis
Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah
yang dihadapi anak berdasarkan latar belakangnya. Dalam
langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data
menggunakan berbagai studi terhadap anak, menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul,
ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.
iii. Prognosis
Langkah prognosis yaitu langkah untuk menetapkan jenis
bantuan yang akan dilaksanakan untuk membim bing anak.
Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan
dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya
dan latar belakangnya. Langkah prognosis ini, ditetapkan
bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan
dan berbagai faktor.
iv. Langkah Terapi/Treatment
Langkah terapi yaitu pelaksanaan bantuan atau bimbingan.
Langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam
langkah prognosis. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak
waktu, proses yang kontinyu, dan sistematis, serta memerlukan
v. Langkah Evaluasi danFollow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui
sejauh manakah terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai
hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat
perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih
jauh.7
2. Terapi Kognitif Behavioral
Terapi berarti “usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit.8 Therapy yang berarti
“perlakuan atau cara-cara menyembuhkan penyakit yang diderita oleh seorang
individu.” Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi kata therapy berarti
“suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan satu
kondisi patologis.9
a. Makna Secara Terminologi
Pengertian terapi secara terminologis yang dikemukakan oleh para ahli antara
lain adalah.10
a. Kartini Kartono mengatakan “Terapi ialah metode penyembuhan dari
gangguan-gangguan kejiwaan”.
7 Emikomocca.blogspot.co.id/2014/05/langkah-langkah bimbingan dan
konseling.html?m=1 (diakses pada tanggal 18 april 2016)
8 Jahrul M Echal dan Hasan Shadili.Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta. Gramedia Pusat Utama, 1995). hal, 112
9 Chaplin.C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995). Hal,34
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. Singgih D. Gunarsa merumuskan pengertian terapi sebagai berikut:
Perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.
c. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan psychotherapy tidak
tercantum, tetapi ada perkataan psychotherapeutic yang diartikan
sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan
teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis. Dengan demikian
perawatan melalui teknik psikoterapi adalah perawatan yang secara
umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan
psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau
hambatan kepribadian.
d. Andi Mappiare AT, mengatakan “Terapi adalah suatu proses berjangka
panjang berkenaan dengan rekonstruki pribadi.”
e. Abdul Aziz Ahyadi mengatakan terapi ialah “perawatan dengan
menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal
dari kehidupan emosional, dimana seorang ahli secara sengaja
menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan
menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada,
meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang
positif.
f. James P. Chaplin yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir :
mengartikan terapi dari dua sudut pandang. Pertama: secara khusus
adalah penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental
secara luas adalah mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama
melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau
teman. Maka sudah jelaslah bahwa pengertian terapi adalah
pengobatan alam pikiran dan perawatan gangguan psikis melalui
metode psikologis.
Adapun definisi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan
pendekatan belajar terhadap terapi yang menggabungkan teknik kognitif dan
behavioral. Terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik
yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak
hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap
mendasarinya.11 Pengertian Cognitive Behavior yang lain yaitu teknik
modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif. Ahli terapi membantu
individu mengganti interpretasi yang irasional terhadap suatu peristiwa dengan
interpretasi yang lebih realistik. Atau, membantu pengendalian reaksi emosional
yang terganggu, seperti kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara
yang lebih efektif untuk menginterpretasikan pengalaman mereka.12
Cognitive Behavioral merupakan perpaduan dari dua pendekatan
dalam psikoterapi yaitu Cognitive Therapy dan Behavioral Therapy. Terapi
kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif
memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam
berpikir atau pikiran yang irasional menjadi rasional.
11 Nevid,Rathus, Dan Greene, 2003
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Terapi tingkah laku membantu individu untuk membentuk perilaku
baru dalam memecahkan masalahnya. Pendekatan Cognitive Behavioral tidak
berfokus pada kehidupan masa lalu dari individu akan tetapi memfokuskan pada
masalah saat ini dengan tidak mengabaikan masa lalu. Secara umum, proses
konseling Cognitive Behavioral adalah pembukaan, tahapan inti dan terminasi
(pengakhiran). Seseorang harus mampu mengubah cara berfikir dan prilakunya
sendiri demi mencapai masa depan yang dia inginkan.
b. Konsep Dasar Pendekatan Cognitive Behavior
TeoriCognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus-Kognisi-Respon (SKR),
yang saling berkait dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia,
dimana proses kognitif akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
bagaimana manusia berpikir, merasa, dan bertindak.13
c. Tujuan Konseling CBT
Tujuan dari konseling Cognitive-Behavior (Oemarjoedi, 2003: 9)
yaitu mengajak konseli untuk menentang pikiran dan emosi yang salah
dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka
tentang masalah yang dihadapi. Konselor diharapkan mampu menolong konseli
untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis dalam diri konseli dan secara
kuat mencoba menguranginya.
Dalam proses konseling, beberapa ahli CBT (NACBT, 2007;
Oemarjoedi,2003) berasumsi bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting
dalamkonseling. Oleh sebab itu CBT dalam pelaksanaan konseling lebih
menekankan kepada masa kini dari pada masa lalu, akan tetapi bukan berarti
mengabaikan masa lalu. CBT tetap menghargai masa lalu sebagai bagian dari
hidup konseli dan mencoba membuat konseli menerima masa lalunya, untuk
tetap melakukan perubahan pada pola pikir masa kini untuk mencapai perubahan
di waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, CBT lebih banyak bekerja pada
status kognitif saat ini untuk dirubah dari status kognitif negatif menjadi status
kognitif positif.
d. Fokus Konseling CBT
CBT merupakan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi
atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan
dirinya baik secara fisik maupun psikis dan lebih melihat ke masa depan
dibanding masa lalu. Aspek kognitif dalam CBT antara lain mengubah cara
berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi konseli belajar
mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek
behavioral dalam CBT yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah
perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id e. Prinsip-prinsip Cognitive Behavior Theraphy (CBT)
Walaupun konseling harus disesuaikan dengan karakteristik atau
permasalahan konseli, tentunya konselor harus memahami prinsip-prinsip yang
mendasari CBT. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip ini dapat mempermudah
konselor dalam memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses
konseling dari setiap sesi, serta penerapan teknik-teknik CBT. Berikut adalah
prinsip-prinsip dasar dari CBT berdasarkan kajian yang diungkapkan oleh Beck :
i. Didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari permasalahan
konseli dan konseptualisasi kognitif konseli.
Formulasi konseling terus diperbaiki seiring dengan perkembangan
evaluasi dari setiap sesi konseling. Pada momen yang strategis, konselor
mengkoordinasikan penemuan-penemuan konseptualisasi kognitif konseli
yang menyimpang dan meluruskannya sehingga dapat membantu konseli
dalam penyesuaian antara berfikir, merasa dan bertindak.
ii. Didasarkan pada pemahaman yang sama antara konselor dan konseli
terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.
Melalui situasi konseling yang penuh dengan kehangatan, empati,
peduli, dan orisinilitas respon terhadap permasalahan konseli akan
membuat pemahaman yang sama terhadap permasalahan yang dihadapi
konseli. Kondisi tersebut akan menunjukan sebuah keberhasilan dari
iii. Memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif.
Menempatkan konseli sebagai tim dalam konseling maka keputusan
konseling merupakan keputusan yang disepakati dengan konseli. Konseli akan
lebih aktif dalam mengikuti setiap sesi konseling, karena konseli
mengetahui apa yang harus dilakukan dari setiap sesi konseling.
iv. Berorientasi pada tujuan dan berfokus pada permasalahan.
Setiap sesi konseling selalu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat pencapaian tujuan. Melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon
konseli terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu tujuannya, dengan
kata lain tetap berfokus pada permasalahan konseli.
v. Berfokus pada kejadiaan saat ini.
Konseling dimulai dari menganalisis permasalahan konseli pada saat
ini dan di sini (here and now). Perhatian konseling beralih pada dua keadaan.
Pertama, ketika konseli mengungkapkan sumber kekuatan dalam melakukan
kesalahannya. Kedua, ketika konseli terjebak pada proses berfikir yang
menyimpang dan keyakinan konseli dimasa lalunya yang berpotensi merubah
kepercayaan dan tingkahlaku ke arah yang lebih baik.
vi. Merupakan edukasi, dengan tujuan mengajarkan konseli untuk menjadi
terapis pada dirinya sendiri dan menekankan pada pencegahan.
Sesi pertama CBT mengarahkan konseli untuk mempelajari sifat dan
permasalahan yang dihadapinya termasuk proses
konseling cognitive-behavior serta model kognitifnya karena CBT meyakini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menetapkan tujuan konseli, mengidentifikasi dan mengevaluasi proses berfikir
serta keyakinan konseli. Kemudian merencanakan rancangan pelatihan untuk
perubahan tingkah lakunya.
vii. Berlangsung pada waktu yang terbatas.
Pada kasus-kasus tertentu, konseling membutuhkan pertemuan antara 6
sampai 14 sesi. Agar proses konseling tidak membutuhkan waktu yang
panjang, diharapkan secara kontinyu konselor dapat membantu dan melatih
konseli untuk melakukanself-help.
viii. Yang terstruktur.
Struktur ini terdiri dari tiga bagian konseling. Bagian awal,
menganalisis perasaan dan emosi konseli, menganalisis kejadian yang terjadi
dalam satu minggu kebelakang, kemudian menetapkan agenda untuk setiap
sesi konseling. Bagian tengah, meninjau pelaksanaan tugas rumah (homework
asigment), membahas permasalahan yang muncul dari setiap sesi yang telah
berlangsung, serta merancang pekerjaan rumah baru yang akan dilakukan.
Bagian akhir, melakukan umpan balik terhadap perkembangan dari setiap sesi
konseling. Sesi konseling yang terstruktur ini membuat proses konseling lebih
dipahami oleh konseli dan meningkatkan kemungkinan mereka mampu melakukanself-help di akhir sesi konseling.
ix. Mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan menanggapi
pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka.
Setiap hari konseli memiliki kesempatan dalam pikiran-pikiran
mereka. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi pikirannya serta
menyesuaikan dengan kondisi realita serta perspektif adaptif yang
mengarahkan konseli untuk merasa lebih baik secara emosional, tingkahlaku
dan mengurangi kondisi psikologis negatif. Konselor juga menciptakan
pengalaman baru yang disebut dengan eksperimen perilaku. Konseli dilatih
untuk menciptakan pengalaman barunya dengan cara menguji pemikiran
mereka (misalnya: jika saya melihat gambar labalaba, maka akan saya merasa
sangat cemas, namun saya pasti bisa menghilangkan perasaan cemas tersebut
dan dapat melaluinya dengan baik). Dengan cara ini, konselor terlibat dalam
eksperimen kolaboratif. Konselor dan konseli bersama-sama menguji
pemikiran konseli untuk mengembangkan respon yang lebih bermanfaat
dan akurat.
x. Menggunakan berbagai teknik untuk merubah pemikiran, perasaan, dan
tingkah laku.
Pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk sokratik memudahkan konselor
dalam melakukan konseling cognitive-behavior. Pertanyaan dalam bentuk
sokratik merupakan inti atau kunci dari proses evaluasi konseling. Dalam
proses konseling, CBT tidak mempermasalahkan konselor menggunakan
teknik-teknik dalam konseling lain seperti kenik Gestalt, Psikodinamik,
Psikoanalisis, selama teknik tersebut membantu proses konseling yang lebih
saingkat dan memudahkan konelor dalam membantu konseli. Jenis teknik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id masalah yang sedang ditangani, dan tujuan konselor dalam sesi konseling
tersebut.
3. Percaya Diri
Percaya diri berarti merasa positif tentang apa yang dapat dilakukan dan tidak
mengkhawatirkan apa yang tidak dapat dilakukan, tetapi memiliki kemauan untuk
belajar. Percaya diri adalah pelumas yang mempelancar roda hubungan antara diri
sendiri dengan kemampuan atau bakat, keahlian, potensi, dan cara bagaimana
memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.14
Percaya diri adalah kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dan efisien,
walaupun akan terlihat sulit pada saat tersebut. Kepercayaan diri adalah apa yang
perlu anda lakukan dalam waktu jangka pendek untuk meraih tujuan jangka panjang,
walaupun apa yang perlu anda harus lakukan dalam waktu jangka pendek terkadang
mungkin akan membuat anda merasa tidak nyaman.15
Ciri-ciri dari seseorang yang memiliki tingkat percaya diri yang baik adalah
berani menerima dan menghadapi penolakan orang, tidak terdorong menunjukkan
sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok, mempunyai
pengendalian diri yang baik dan emosinya stabil, mempunyai cara pandang yang
positif terhadap diri sendiri, percaya akan kompetensi diri sehingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain.
Rasa percaya diri akan memberi dampak yang positif dalam beberapa area
psikologis manusia, antara lainnya adalah dengan percaya diri yang tinggi, akan lebih
mudah mengendalikan diri dalam sesuatu keadaan yang menekan, dapat menguasai
diri untuk bertidak tenang dan dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan
suatu tindakan. Rasa percaya diri yang tinggi juga akan mempermudah seseorang
memusatkan perhatiannya pada hal-hal tertentu tanpa merasa terlalu khawatir akan hal
lainnya yang mungkin merintangi rencana tindakannya.
Selain itu, seseorang dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak mudah patah
semangat atau frustasi dalam berupaya meraih cita-cita dan cenderung tetap berusaha
sekuat tenaga sampai usahanya membuahkan hasil. Dengan rasa percaya diri yang
tinggi, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat,
terus berusaha mengembangkan strategi dan membuka berbagai peluang bagi dirinya.
MetodeCognitive Behavioral Theraphy (CBT) sangat berguna bagi klien untuk dapat
memecahkan masalah yang telah lama membelitnya, seperti halnya kurang memiliki
rasa percaya diri.16
Beberapa istilah yang terkait dengan persoalanpede ini. Di antaranya :
Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan,
bagaimana Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda
mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.
Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda,
sejauhmana Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri
Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau
berharga di dalam diri Anda
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to
succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda
meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang
disebut denganspecific self-efficacy.
Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas
kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk
berhasil.Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy .
a. Rasa Percaya Diri dalam Dimensi Agama
Dalam agama Islam sebagaimana firman Allah yang tercantum pada QS
At Tiin:4-8, QS Al Bayyinah:7 dan QS Al Israa:70 “bahwa Allah menciptakan
manusia khususnya orang beriman, adalah dalam sebaik-baiknya makhluk dari
semua makhluk yang diciptakan oleh Allah.”
Dengan dasar ayat-ayat tersebut diatas pada hakikatnya dimata Allah
orang yang beriman adalah orang yang dimuliakan oleh Allah dan dinilaiNya
sebagai makhluk yang terbaik. ini sebetulnya sudah cukup bagi orang yang
beriman untuk tetap percaya diri dalam menghadapi permasalahan tanpa harus
merasa rendah diri dan takut karena Allah sebagai Sang Pencipta semua makhluk
dibumi ini mendudukkannya pada tempat yang mulia.
Orang beriman tidak pantas merasa rendah diri dihadapan manusia,
padahal Allah mencintainya. Jika itu terjadi sama dengan mengecilkan
malu pada Allah tapi justru lebih takut dan malu pada sesama manusia. Ini
adalah pemahaman yang salah karena lebih mempertimbangkan pendapat
manusia daripada pandangan dan penilaian Allah. Dengan dasar itulah maka
orang beriman seharusnya bersikap selalu merasa besar hati dalam menghadapi
segala permasalahan, tidak takut dan penuh rasa percaya diri dalam berkarya,
bertindak dan memperjuangkan agama Allah bahkan semuanya harus dilandasi
dengan riang gembira karena apapun hasilnya, dimata Allah tetap mulia.
Tahan uji dan tidak mudah putus asa karena yakin bahwa sebagai orang
beriman akan selalu mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah, selalu
berpikinan positif (husnudhon) dan menghindarkan diri dari prasangka negatif
(su’udhon), selalu bersyukur terhadap nikmat Allah dan memanfaatkan nikmat
tersebut apa adanya tanpa harus mengeluh terhadap apa yang tidak diterimanya
karena semuanya adalah qadar dan Allah yang harus diterima dengan ridho
sebagai ujian. Selalu berusaha memperbaiki diri sendiri dalam segala urusan dan
selalu berbuat untuk kebaikan . Rasa percaya diri harus dilatih dan ditumbuhkan,
sehingga manusia bangga akan diriiya sendiri (tidak sombong), dengan rakhmat
dan nikmat Allah yang telah diberikan pada manusia.
b. Masalah Kurangnya Rasa Percaya Diri
Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan
diri memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah
terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id rendah atau telah kehilangan kepercayaan, cenderung merasa / bersikap sebagai
berikut :
i. Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara
sungguh-sungguh.
ii. Tidak memiliki keputusan melangkah yangdecissive (ngambang).
iii. Mudah frustasi ataugive-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.
iv. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.
v. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab.
vi. Canggung dalam menghadapi orang.
vii. Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan
mendengarkan yang meyakinkan.
viii. Sering memiliki harapan yang tidak realistis.
ix. Terlalu perfeksionis.
x. Terlalu sensitif (perasa).
Sikap pasif yaitu sikap yang tidak tegas dalam melakukan berbagai
tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa
diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan.
Sikap agresif dalam hal ini yaitu memaksakan gagasan, tidak mau menerima
masukan dari orang lain dan cenderung mengundang perdebatan daripada
menyelesaikan masalah, padahal sikap menentang dan mengabaikan ide-ide
orang lain berarti menghambat tercapainya keputusan yang tepat dan akurat.
i. Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain, banyak
keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui kekurangannya.
ii. Self centred (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak
peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala
sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan
lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini akan
menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya.
iii. Cynical (sinis/suka mengolok-olok), yaitu senang meledek orang lain
dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,
kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain juga tidak senang
padanya.
iv. Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak
pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gagal dalam
melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali diperhitungkan
terlalu serius dan dilihat sebagai bukti ketidakmampuan dirinya. Walaupun
memiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi gagal untuk bisa
memperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gagal dalam memanfaatkan
kelebihannya karena sudah membayangkan kegagalan yang ada
dihadapannya.r
4. Obesitas
Obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya lemak dalam tubuh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BMI = Berat Badan (kg) : Tinggi
dimana terdapatnya penimbunan lemak berlebihan yang diperlukan untuk fungsi
tubuh manusia. Obesitas ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis
penyakit degenerative, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan lain sebagainya.
Cara obyektif untuk mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI
(Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh dengan rumus:
Dan penentuan berat badannya adalah, sebagai berikut:
a.BMI > 20, berarti berat badan kurang
b.BMI 20-24, berarti berat badan normat atau sehat
c.BMI 25-29, berarti gemuk atau kelebihan berat badan
d.BMI > 30, berarti sangat gemuk atau obesitas.17
Dalam masalah kegemukan (obesitas), faktor keturunan memang berperan.
Anak dari orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan obesitas sebanyak 40%,
sedangkan dari kedua orangtua yang obesitas mempunyai kecenderungan obesitas
sebanyak 70% sampai 90%. Faktor utama kegemukan (obesitas) adalah makan secara berlebihan, terutama makan di luar waktu makan (ngemil).18 Kegemukan (obesitas)
juga dapat dikatakan sebagai sebuah penyakit yang serius yang dapat mengakibatkan
masalah emosional dan sosial.19
17 Ning Harmanto, SHK: Ibu Sehat dan Cantik dengan Herbal, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), hal. 37
18 Suharjo B. Cahyono,Gaya Hidup & Penyakit Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal. 88
B. Penelitian Terdahulu
a. Judul : Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi
Interpersonal pada Siswa-Siswi Smp Dharma Wanita 9 Taman (Warda
Norma Ayuni).
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah kaum perempuan yang
mempunyai masalah tubuh yang tidak ideal cenderung merasa tidak percaya
diri dan merasa cemas untuk mendapatkan pasangan. Dari segi fisik,
kegemukan mengakibatkan individu seringkali merasa terganggu
pergerakannya, tidak nyaman dan leluasa dalam melakukan pergerakan
sedangkan dari psikologis kegemukan mengakibatkan individu akan merasa
tidak percaya diri dengan tampilannya yang kurang sempurna dan merasa
dirinya tidak bisa menarik perhatian lawan jenis.
Persamaan : Penulis sama-sama mencari cara untuk meningkatkan rasa
kurang percaya diri.
Perbedaan : Peneliti yang satu menggunakan Terapi Kognitif Behavioral dan
metode kualitatid deskriptif komparatif bagi mengatasi masalah tersebut dan
penulis yang satunya memakai metode kuantitatif bagi mengatasi masalah
tersebut.
b. Judul : Hubungan Antara Obesitas dengan Kecemasan Memperoleh
Pasangan Hidup pada Perempuan Dewasa Awal (Eni Yulianingsih).
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah perempuan yang
memiliki masalah obesitas cenderung merasa cemas untuk memperoleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id perempuan dewasa awal yang memiliki masalah obesitas dalam memperoleh
pasangan hidup.
Persamaan : Penulis sama-sama memakai terapi kognitif dalam penelitian
masing-masing.
Perbedaan : Penulis satunya memakai metode penelitian kualitatif deskriptif
dan penulis yang satunya memakai metode penelitian kuantitatif Table Proses Bimbingan Konseling Islam
No Proses Sesi
1 Assesment dan Diagnosa 1
2 Mencari akar permasalahan yang bersumber dari emosi negatif,
penyimpangan proses berfikir
2
3 Konselor bersama konseli menyusun rencana intervensi dengan
memberikan konsekuensi pola fikir dan tingkah laku positif dan
negatif terhadap klien
3
4 Membina kembali keyakinan yang menyimpang 4
5 Intervensi tingkah laku 5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif komparatif. Yaitu
suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang kompleks yang
ada di masyarakat.1
Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Sedangkan
menurut Danzin dan Lincoln, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.2
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna
dari pada generalisasi.
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang
tampak.3
Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya. Menurut Bogdan dan Biklen mengajukan ada 5
ciri, yaitu :4
1. Latar Alamiah, dilakukan pada kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
Penelitian lebih menekankan pada proses dari pada produk atauout come.
3. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
4. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang
teramati).
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai
variable yang timbul di masyarakat yang menjadi obyek penelitian itu.5
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif adalah karena
dengan penelitian ini mampu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas
terhadap situasi satu dengan situasi yang lain, atau dapat menemukan pola-pola
hubungan antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat menemukan
hipotesis dan teori. Yaitu menggambarkan para penyandaang obesitas.
3 Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif” (Bandung: Alfabeta, 2008), 1. 4 Ibid., 9-10.
B. Subyek Dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek di dalam Penelitian ini adalah seorang Mahasiswa Prodi
Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Ampel Surabaya yang bernama
Mohamed Angah Nazrin Bin Mohamed Zamri. Angah merupakan mahasiswa
yang sedang menyandang obesitas (kegemukan). Saat ini usia Angah ialah 21
tahun. Dan Angah sering merasa tidak percaya diri saat berhadapan dengan
orang yang mentertawainya dan Angah juga merasa tidak percaya diri untuk
mengembangkan potensi diri yang ada dalam dirinya. Adapun identitas
subyek penelitian lebih lengkap akan dijelaskan dalam penyajian dan analisis
data.
2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah pada kurang percaya diri
mahasiswa penyandang obesitas di Surabaya.
C. Sumber Data Dan Lokasi Penelitian
1. Sumber Data
Untuk menghasilkan data yang akurat dan valid perlu adanya sumber
data yang tepat, dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah:
a. Subyek penelitian, data yang diperoleh adalah diskripsi tentang
mahasiswa penyandang obesitas kuliah di Surabaya. Hal ini diperoleh
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
b. Dokumentasi, data yang diperoleh adalah data tentang kurang percaya diri
mahasiswa di lingkungan Surabaya serta berbagai dokumen penting lainnya
yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang terkumpul dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Data Primer, dalam hal ini data yang dihimpun adalah diskripsi tentang
mahasiswa penyandang obesitas kuliah di Surabaya. Hal ini diperoleh
melalui melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.
b. Data skunder, adalah informan yang dipilih peneliti. Data dihimpun
melalui wawancara yang dijadikan pendukung dalam menggali dan
melengkapi data penelitian ini.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melalui tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Yaitu tahap yang dilakukan sebelum melakukan penelitian. Pada tahap
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Menyusun Rancangan Penelitian6
Dalam hal ini, peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat matrik usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan.7
Dalam hal ini, yang dilakukan peneliti adalah sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih dahulu telah menggali informasi tentang obyek yang akan diteliti (meski secara informal), kemudian timbul ketertarikan pada diri peneliti untuk menjadikannya sebagai obyek penelitian, karena dirasa sesuai dengan disiplin keilmuan yang peneliti tekuni selama ini.
c. Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti mengurus izin bagi pelaksanaan penelitian. 8
Dalam hal ini, sebelum melakukan penelitian (secara formal),
peneliti terlebih dahulu meminta surat izin kepada mahasiswa Malaysia
untuk melakukan penelitain. Karena penelitian hanya melibatkan
mahasiswa Surabaya, peneliti tidak perlu meminta permohonan ijin kepada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
d. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti hendaknya menyiapkan tidak hanya perlengkapan fisik,
tetapi segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan.9 Dalam hal
ini, dalam upaya mengumpulkan informasi dari obyek yang diteliti,
peneliti menggunakan alat bantu berupa buku dan alat tulis untuk mencatat
hasil wawancara antara peneliti dengan informan.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua tahap pekerjaan
lapangan, yaitu: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, dan 2)
Memasuki lapangan.10 Artinya, sebelum memutuskan untuk melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu telah memahami tentang latar penelitian,
kemudian peneliti mempersiapkan diri secara matang dan serius untuk
mengkaji penelitian ini. Baru kemudian peneliti terjun ke lapangan untuk
mencari informasi yang berkaitan dengan masalah yang dijadikan rumusan
masalah.