• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI

WRINGINANOM GRESIK SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh : SITI NADZIROH

NIM : B03212024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Nadziroh, 2016, Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Tempramental Anak di Wringinanom Gresik.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini1). Bagaimana Proses Bimbingan dan Konseling Islam yang diterapkan untuk anak Tempramental di Wringinanom Gresik? 2). Bagaimana Hasil pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang diterapkan pada anak di Wringinanom Gresik?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Dalam menganalisis model Bimbingan dan Konseling Islam tempramental data yang digunakan meliputi hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang disajikan pada penyajian data dan analisis data. Penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan data kualitatif dengan cara menyusun dan mengelompokan data yang ada sesuai dengan rumusan masalah.

Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah Konselor berusaha menunjukkan kepada klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinannya, dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap baik. Kedua, memberikan motivasi kepada klien agar dapat menilai perilakunya dan dapat merubah sikapnya. Ketiga, Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide negatif, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri. Dan yang keempat, konselor berusaha menantang klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan yang benar, dan menolak kehidupan yang fiktif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah sifat temperamental dari perilaku yang dilakukan klien memiliki kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling terhadap klien dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada prilaku klien.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN. ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 6

E. Definisi konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Tahap-tahap Penelitian ... 15

4. Jenis dan Sumber Data ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 22

7. Teknik pemeriksaan dan Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II : BIMBINGAN KONSELING ISLAM, ANAK TEMPERAMENTAL A.Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam ... 28

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 28

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 32

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 34

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 35

5. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 38

6. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 40

7. Terapi Behavior ... 42

8. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 45

9. Tujuan Pembelajaran Behavioral ... 46

10.Manfaat Teori ... 47

11.Langkah-langkah Konseling Behavioral ... 49

B.Tinjauan Tentang Anak Temperamental ... 51

(8)

2. Pengertian dan Ciri-ciri Anak Temperamental ... 52

3. Faktor-faktor yang Menjadikan Anak Temperamental ... 53

C.Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 54

BAB III :BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 57

1. Deskripsi Lokasi ... 57

2. Deskripsi Konselor ... 61

3. Deskripsi Klien ... 63

4. Deskripsi Masalah ... 65

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

1. Deskripsi Proses Bimbingan dan Konseling Islam Pada Anak Temperamental ... 66

2. Deskripsi Hasil Akhir proses Bimbingan dan Konseling Islam Temperamental Anak ... 81

BAB IV : ANALISIS DATA PROSES BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK 1. Analisi Data Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Temperamental Anak ... 83

2. Analisi Hasil Akhir Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior ... 96

BAB V : PENUTUP A.Kesimpulan ... 100

B.Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Temperamen adalah kombinasi sifat-sifat yang diwarisi dari orang tua kepada anak. Tidak ada seorangpun yang tahu di mana letak temperamen, tetapi tampaknya ia ada di suatu tempat dalam pikiran atau pusat emosi (sering dirujuk sebagai hati). Dari sana, bersama-sama dengan ciri-ciri manusia lainnya, dihasilkan penampakan dasar. Sebagaian besar dari kita lebih menyadari ekspresinya dari pada fungsinnya.1 Sedangkan temperamental sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu kebiasaan atau sikap seseorang yang memiliki kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif. Temperamental juga biasa disebut seseorang atau sesuatu yang rentan terhadap perubahan seketika, dan dapat bereaksi secara liar.2

Temperamen seseorang membuat ia ramah, atau murung introver, temperamen mendorong sebagaian orang menyukai seni dan music, sementara yang lain menyukai olah raga atau industri. Anak-anak yang lahir dari orang tua yang sama mungkin mempunyai temperamen yang berbeda sama sekali. Temperamen bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi perilaku kita, keluarga, pendidikan, jenis kelamin, dan motivasi juga besar pengaruhnnya terhadap tindakan-tindakan di sepanjang hidup kita. Akan tetapi, temperamen

1

Kusuma, Riza, Kepribadian-Watak-Tempramental, 2009. 2

(10)

2

mendominasi hidup kita tidak hanya karena ia mempengaruhi kita pada awalnya, tetapi sebagaimana struktur tubuh, warna mata dan ciri fisik lainnya, temperamen juga bersifat menetap dalam kehidupan seseorang. Seorang ekstrover dia mungkin bisa mengurangi sifat ekstrovernya, tetapi dia akan selalu merupakan seorang yang ramah. Demikian juga, meskipun seorang introver dapat hilang sifat pemalunya dan bertindak lebih agresif, dia tidak akan pernah berubah menjadi ekstrover.

Temperamen menjadi garis pedoman perilaku setiap orang, pola-pola yang akan mempengaruhi seseorang sepanjang hidupnya. Pada satu sisi adalah kekuatannya, dan disisi lain adalah kelemahannya. Manfaat utama mempelajari empat tempramen dasar adalah untuk menemukan kekuatan dan kelemahan kita yang paling nyata, sehingga dengan pertolongan Allah kita dapat mengatasi kelemahan dan manfaat kekuatannya dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan hidup kita secara maksimal.

(11)

3

dalam realitasnya, tempramen dapat dikategorikan sebagai sebuah ungkapan perasaan. Kami tegaskan bahwa orang yang mempunyai sifat temperamental tentu saja mempunyai jiwa yang sensitive, tetapi orang yang sensitive tidak selalu temperamental. Hal ini menegaskan adanya perbedaan kedua sifat tersebut.

Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan tempramen sebagai sinonim personality. Menurutnya character mengesankan suatu aturan tingkah laku dengan mana orang atau perbuatanya akan dinilai orang sering digambarkan memiliki character yang baik atau jelek. Karakter bersebrangan dengan kepribadian yang menggambarkan deskripsi tingkah laku yang bebas dari penilaian (“karakter adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak menilai”). Tempramen mengacu ke disposisi yang berkait erat dengan determinan biologic atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran penting dalam tempramen, sebagai bahan baku bersama-sama kecerdasan dan fisik membentuk kepribadian.3

Sejarah perkembangan dan tokoh-tokah terapi behaviornya sendiri yakni terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, Inggris sebgai awal radikal menentang prospektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa tehnik pengkondisian prilaku yang efektif dan merupakan alternative untuk terapi psikoanalitik.

3

(12)

4

Tokoh-tokoh terapi behavioral ini adalah BF Skinner dan Allbert Bandura. BF Skinner merupakan seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Skinner tidak mempercayai manusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya, tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandanganya pada sikap akibat antara tujuan, kondisi lingkungan, dan prilaku yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan menerapkanya dalam dirinya sendiri. Allbert Bandura dan rekan-rekanya yang merintis dalam bidang social modeling dan memperkenalkanya sebagai suatu proses yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran.

(13)

5

orang tua tidak membelikanya motor meskipun orang tuanya mampu untuk membelikanya motor.

Secara fisik Abdul memang anak yang mengalami pertumbuhan yang baik, memiliki badan yang sehat dan tidak mempunyai kekurangan fisik apapun. Secara psikis dia merupakan anak yang kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif, seperti hal yang diungkapkan oleh temanya Rian bahwa Abdul ini sering berkelahi egois, dan merasa bahwa orang tuanya tidak adil terhadap dirinya

Kedua orang tuanya sangat membedakanya dengan Shofiyah anak pertama mereka, akibatnya dari perlakuan orang tuanya itu Abdul menjadi anak yang tempramen. Ketika dia diperintah untuk mengerjakan sesuatu oleh orang tuanya mesti dia sulit untuk melaksanakannya. Contohnya saja ketika diperintah untuh belajar dia sulit sekali mendengarkan/menuruti perintah itu, mesti harus disuruh beberapa kali serta menunggu waktu berjam-jam, baru dia mengerjakannya. Terkadang orang tuanya sangat jengkel dari perilaku anaknya itu, berbagai cara dilakukan seperti diperintah untuk belajar, menurut Abdul di seperrti itu karena orang tuanya yang terlal membedakanya.

(14)

6

merugikan pada dirinya, berikut orang tuanya pun akan terbawa oleh akibatnya. Maka dari itu penulis ingin mengangkat masalah ini sebagai objek penelitian dengan judul : “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Behavior untuk Mengatasi Sifat Temperamental anak di Wringinanom Gresik”. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringinanom Gresik?

2. Bagaimana hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik. 2. Untuk mengetahui hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi

behavior untuk mengatasi sifat temperamental anak di Wringianom Gresik. D.Manfaat Penelitian

(15)

7

1. Secara Teoritis

a. Menambah khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi peneliti yang lain dalam hal mengatasi anak tempramental dengan menggunakan Terapi Behavior.

b. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain khususnya dalam mengatasi anak yang mempunyai sifat tempramental.

c. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan Bimbingan dan Konseling Islam dalam mengatasi anak yang mempunyai sifat tempramental.

2. Manfaat Praktis

a. dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang mengatasi anak yang mempunyai sifat temperamental.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan pada peneliti selanjutnya pada kajian yang sama dengan ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam dibidang Bimbingan Konseling mengenai cara mengatasi sifat tempramental pada anak.

3. Bagi penulis

Dengan penelitian ini membantu peneliti sebagai wahana latihan

(16)

8

E.Definisi Konsep

Pada dasarnya, definisi konsep adalah salah satu unsur terpenting dalam suatu penelitian yang merupakan definisi singkat dari sejumlah fakta ataupun gejala-gejala yang telah diamati. Oleh sebab itu teori dan konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu adanya ruang lingkup dan batasan masalahnya, sehingga pembahasannya tidak akan melebar kemana-kemana.

Sesuai dengan judul yang peneliti tulis di atas, maka perlunya ada pembahasan konsep dari judul yang ada yaitu: “BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI BEHAVIOR UNTUK MENGATASI SIFAT TEMPERAMENTAL ANAK DI WRINGINANOM GRESIK”.

Agar dapat memahami judul di atas, maka penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat di dalam judul yang telah dituliskan. Isitilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling Islam

(17)

9

Menurut Aunur Rahim Faqih, “Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah SWT yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan, petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”.4 Sedangkan menurut Ahmad Mubarok, “Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.5

Biasanya kata Bimbingan dan Konseling sering disebut bersama, sehingga menciptakan istilah majemuk “Bimbingan dan Konseling”. Hal yang demikian itu menggambarkan adanya hubungan yang erat diantara keduanya. Konseling merupakan salah satu dari pelayanan bimbingaan disamping pelayanan-pelayanan yang lain. Artinya pelayanan bimbingan akan tercakup pula didalamnya proses wawancara konseling, sebab pelayanan bimbingan tidak akan pernah terjadi tanpa terjadinya tatap muka antara konselor-klien, dan dalam tatap muka tersebut dibicarakan bersama masalah

4

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII PRESS,

2004), hal. 4. 5

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus Cet 1, (Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2004), hal. 4-5.

(18)

10

yang dihadapi klien. Sebaliknya dalam layanan konsleing realisasi terhadap tujuan bimbingan merupakan inti pokok.6

2. Terapi Behavioral

Gerald Corey menjelaskan bahwa teraphy behavioral adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psiko teraphy yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Pendekatan, tehnik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar. Teraphy behavior adalah salah satu tehnik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.7

a. Bentuk terapi behavior;

Sistematis desensitiasi (teori pavlov), adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya.

b. Indikator-indikator temperamental ialah;

1) Sifat seseorang yang mudah marah (temperamental) dalam setiap kali bersikap, bertingkah laku, dan kebiasaan setiap hari dengan kata lain sifat dasar seseorang mudah marah dan tersinggung.

2) Adanya aturan atau setandar yang dipegang teguh dan dilanggar orang lain.

6

Sjahudi Syirodj, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Surabaya: Revka petra media, 2012), hal. 4-24.

7

(19)

11

3) Merasa terganggu karena diusik orang lain dalam melakukan sesuatu hal tertentu.

4) Merasa diperlakukan kurang adil.8

3. Tempramental

Psikologi anak banyak menaruh perhatian terhadap aspek-aspek praktis pada tingkah laku anak serta perkembangan kepribadian pada umumnya dengan masalah-masalah yang timbul. Ciri-ciri kepribadian yang menjurus keperbuatan melanggar norma-norma (temperamental) dicari kaitanya dengan keadaan-keadaan khusus pada segi jasmaninya keturunan yang tidak memperlihatkan prestasi yang memuaskan, misalnya dalam kecerdasan, juga para psikolog banyak mengemukakan pendapat-pendapatnya. Gesell dan Thomson (1941) mengemukakan pentingnya proses kematangan yang tentu berhubungan dengan hal-hal biologis.9

Disini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat tempramen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembanagan, karena tempramen bergantung pada konstelasi hormone-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon ini tetap selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembanagan. Watak sangat

8

http://uvunkachmed.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-kepibadian-watak-dan.html

9

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), hal. 38.

(20)

12

bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan dan pengalaman).

Istilah kepribadian dan watak sering dipergunakan secara bertukar-tukar, namun Allport memberi pengertian berikut: character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi menegakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai “kepribadian”.

F.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang di pergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Untuk itu, agar dapat menghasilkan penelitian yang baik, penulis menggunakan beberapa metode penelitian yang diperlukan dalam penulisan Sekripsi ini.

Adapun beberapa metode yang penulis pergunakan antara lain : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(21)

13

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.10

Jadi pendekatan kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi secara umum.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus. Penelitian study kasus (case study) adalah jenis penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.

Tujuan penulis menggunakan jenis penelitian study kasus yang berupa sebuah kasus tentang bagaimana bimbingan konseling islam dengan terapi behavioar untuk mengatasi sifat temperamental anak di wringinanom gresik.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan oleh adanya data-data yang didapatkan nantinya adalah data kualitatif berupa kata-kata atau tulisan tidak berbentuk angka dan untuk mengetahui serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu,

10

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009). Hal:6

(22)

14

yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.11

2. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah Abdul yang berumur 17 thn yang mempunyai sifat temperamental, yang membutuhkan arahan sedangkan lokasi penelitian yang dipilih peneliti yakni Ds. Sembung rt/rw 05/04 Kec. Wringinanom Kab. Gresik. Dalam hal ini peran orang tua (Bpk Romli), kerabat terdekat (Budhe salamah), tetangga (teman sepermainan Rian) sangat berpengaruh. Sedangkan saya selaku peneliti adalah salah satu mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yaitu Siti Nadziroh. Untuk lokasi penelitian ini bertempat di Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik.

3. Tahap-tahap Penelitian

Untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, tahap-tahap yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif menjadi 3 tahap tahapan. Yaitu;

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Dalam tahap penyusunan rancangan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mencari dan menelaah fenomena yang dianggap sangat penting untuk diteliti, selanjutnya untuk mempelajari literatur serta penelitian yang lain dan relevan dengan model bimbingan konseling islam pada

11

(23)

15

anak tempramental. Kemudian merumuskan latar belakang, tujuan, dan merumuskan masalah serta menyiapkan rancangan yang diperlukan untuk penelitian yang akan dilaksanakan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti. 3) Mengurus Perizinan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan berkas-berkas perizinan yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang berwenang untuk memberikan izin untuk melakukan penelitian tersebut. Kemudian melaksanakan penelitian dan melakukan langkah-langkah selanjutnya yang sesuai dengan kaidah ilmiah.

4) Menjajaki dan memilih lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang sekitar, situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.12 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki dengan lapangan dengan mencari informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaakan informan

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Karena itulah informan harus benar-benar orang yang mempunyai

12

(24)

16

pengetahuan atau informasi tentang hal-hal yang dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penelitian ini.

6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan lain-lain. 7) Persoalan etika penelitian

Persoalan etika penelitian timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.13 Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada pada objek penelitian.

8) Tahap Kegiatan Lapangan

Setelah pekerjaan pra lapangan dianggap cukup, maka peneliti bersiap-siap untuk masuk ke lokasi penelitian dengan membawa perbekalan yang disiapkan sebelumnya. Agar bisa masuk ke lokasi penelitian dengan mulus, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan, yakni:

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2. Memasuki lapangan

3. Berperan serta dalam mengumpulkan data 4. Tahap analisa data14

13

J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 134. 14

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),hal. 285.

(25)

17

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini meliputi berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula dalam suatu proses penelitian.15

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer

Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh penulis di lapangan yaitu informasi dari Klien seorang anak SMA yang mempunyai sifat tempramental, informasi juga bisa dari informan atau orang tua klien dimana orang tua klien ini sangat pengaruh dengan data primer karena orang tua klien yang merawatnya sejak lahir, serta konselor yang melakukan konseling data primer yang digali ini meliputi biografi klien, masalah klien sekaligus menggali data tentang kebiasaan klien dirumah.

15

(26)

18

2) Data Sekunder

Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua tidak diusahakan sendiri oleh peneliti dan sebagai pelengkap data primer. Sumber data yang diperoleh dari Orang tua (Bapak Romli) data dari ayah ini yakni kebiasaan klien, kerabat dekat (Budhe Salamah) sikapya saat bersama keluarga ,Teman tetangga (Sepermainan Rian) data yang diperoleh dari klien ini meliputi sikapnya ketika bermain.

5. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan. Dimana teknik ini untuk mempermudah dalam memperoleh data, sehubungan dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan.16

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut: a. Observasi

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan panca indra secara aktif, terutama penglihatan dan pendengaran.17

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati anak temperamental yang bertempat tinggal di Ds. Sembung rt/rw 05/04 Kec. Wringinanom Kab. Gresik yang meliputi: keadaan atau kondisi anak, kegiatan klien di rumah, dan proses konseling yang dilakukan.

16

Moh. Nashir. Metode Penelitian. (Jakarta: PT.Ghalia Indonesia. 1985). Hal: 211 17

(27)

19

b. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.18 Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari peneliti sendiri.

Dalam wawancara ini dilakukan secara efektif, yakni dalam waktu yang sesingkat-singkatnya informasi sebanyak-banyaknya dan menggunakan bahasa yang jelas agar data yang diperoleh obyektif dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini maka peneliti melakukan wawancara kepada informan:

1) Klien (Abdul Rohman)

Wawancara ini nantinya dilakukan konselor dengan klien, menggali data tentang riwayat anak tempramental

2) Orang tua (Bapak Romli)

Wawancara anatara konselor dengan orang tua (Bapak Romli) yakni mengenai prilaku anak keseharian

3) Kerabat dekat (Budhe Salimah)

Wawancara yang akan dilakukan antara kerabat dekat (budhe salimah) menggali data tentang keadaan anak

lingkungan klien

18

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012) Hal. 231.

(28)

20

4) Tetangga (Teman sepermainan Rian)

Wawancara pada tahap ini yaitu tentang prilaku klien dengan teman-temannya.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.19 Dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya.

Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu obyek atau suasana penelitian. Peneliti dengan mempelajari dokumen-dokumen seperti surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan lainnya. tersebut dapat mengenal budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh obyek yang diteliti.20

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

19

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Bumi aksara. 1995). Hal: 73

20

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 224-225.

(29)

21

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis data Sumber data TPD

1

a. Identitas Kilen

b. Usia Klien

c. Pendidikan Klien

d. Problem dan gejala yang di alami

e. Proses Konseling yang di la kukan

Klien

W + O+ D

2

Kebiasaan klien Kondisi keluarga, dan ekonomi keluarga

Klien,informan (orang tua,Budhe,

teman sepermainan)

W+O

3

Proses pelaksanaan Bimbingan konseling islam yang diterapkan pada anak temperamental

Konselor+inform an+ klien

W+O+ D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

(30)

22

6. Teknik Analisis Data

Tahap analisis data peneliti melakukan pemprosesan dan pengaturan seluruh data yang telah didapatkan dan mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, serta satuan uraian dasar yang mendeskripsikan tentang keadaan obyek penelitian yang diteliti.

Untuk mengetahui data tentang bimbingan konseling islam dengan terapi behavior dalam mengatasi sifat temperamental anak di Wringinanom Gresik, peneliti menganalisis Kebiasaan klien yakni kecenderungan keras, mudah marah, mudah emosi, dan tidak melihat situasi yang ada, seringnya orang tersebut sensitif.

Kondisi keluarga, sekolah dan ekonomi keluarganya dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara memaparkan tentang apa yang didapatkan atau apa yang terjadi dilokasi penelitian sehingga memperoleh data-data yang menyeluruh tentang Bimbingan Konseling Islam dengan terapi behavior dalam mengatasi sifat tempramental anak di Wringinanom Gresik.

7. Teknik KeabsahanData

(31)

23

dalam situasi yang berbeda. Ada tiga teknik agar data dapat memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas,21 yaitu:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

Dengan kata lain perpanjangaan keikut-sertaan berarti, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

Oleh karena itu keikutsertaan dan keterlibatan peneliti dalam mengumpulkan data sangat menentukan untuk penelitian ini peneliti melibatkan diri dalam setting bimbingan konseling islam yang dilakukan konselor pada klien (anak tempramental), misalnya keterlibatan peneliti tidak hanya sekali dua kali, yakni hingga terkumpul data yang memadai.

Dalam hal ini yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya: 1. Mengajak klien untuk mengobrol

2. Mengikuti dan memahami klien di rumahnya

3. Menemani klien dalam menjalani sebagian aktivitasnya.

21

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitafif, (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 145.

(32)

24

b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Seperti yang diuraikan, maksud perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti. Berbeda dengan hal itu, ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.22

Ketekunan pengamatan disini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam yang dilakukan oleh konselor kepada anak tempramental. Pengamatan yang tekun dan teliti dilakukan untuk mengetahui model bimbingan konseling yang diterapkan pada anak tempramental, dan alasan bimbingan konseling yang diterapkan yang diterapkan kepada anak tempramental.

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)hal. 329-330.

(33)

25

c. Melakukan Trianggulasi.

Trianggulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian. Tujuan trianggulasi ialah untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang. Ada empat macam Trianggulasi yaitu:

1. Data Triangulation

Yaitu trianggulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa sumber tentang data yang sama. Klien, rang tua (Ayah), kerabat dekat (Budhe), dan tetangga (Teman sepermaianan).

2. Investigator Triangulation

Investigator triangulation adalah pengujian data yang dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari beberapa peneliti dalam mengumpulkan data yang semacam.

3. Theory Triangulation

Theory triangulation yaitu analisis data dengan menggunakan beberapa perspektif teori yang berbeda.

4. Methodological Triangulation yaitu pengujian data dengan jalan membandingkan data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda tentang data yang semacam.23

23

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, ,

(34)

26

Dalam hal ini, peneliti dapat mengecek hasil temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Oleh sebab itu peneliti melakukan triangulasi dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan agar kepercayaan data dapat dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini meliputi:

BAB I :PENDAHULUAN

Merupakan pendaduluan yang terdiri dari latar belakang masalah, yang berisikan alasan atau permasalah yang mendasari penulisan skripsi, latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, motode penelitian, dan serta sistematika pembahasan.

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

(35)

27

temperamental, Bimbingan Konseling Islam, dengan Terapi Behavior Untuk Mengatasi Sifat Temperamental pada Anak, penelitian terdahulu yang relevan. BAB III :PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini diuraikan yang isinya meliputi deskripsi umum objek penelitian meliputi: deskripsi lokasi penelitian, deskripsi konselor, deskripsi klien, deskripsi masalah, serta deskripsi hasil penelitian.

BAB IV :ANALISIS DATA

Pada bab ini akan memaparkan mengenai analisis data yang meliputi bimbingan konseling islam dengan terapi behavioral yang diterapkan pada anak temperamnetal dan proses pelaksanaanya.

BAB V :PENUTUP

Pada bab ini merupakan pembahasan yang terakhir dari penelitian ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

(36)

28

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, ANAK TEMPRAMENTAL

A.TINJAUAN TENTANG BIMBINGAN KONSELING ISLAM 1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Istilaﱢ ﺳbimbinﱡanﺴ sebaﱡaimana diperﱡunakan dalam buku-buku

leteratur merupakan terjemaﱢan dari istilaﱢ ﺳguidanceﺴ dalam baﱢasa inﱡﱡris.

Dalam kamus baﱢasa inﱡﱡris, kata ﱡuidance dikaitkan denﱡan kata asalnnya

guideﺴ yanﱡ diartikan sebaﱡai ;

a. Showing the way artinnya menunjukkan jalan,

b. Leading artinya memimpin,

c. Conducting artinnya menuntun,

d. Giving Intruction artinnya memberi petunju,

e. Regulating artinya menﱡatur,

ﱠ. Giving advice artinya memberi nasiﱢat.26

Disini seolaﱢ-olaﱢ membimbinﱡ seseoranﱡ itu ﱢanyalaﱢ memberi

penﱡetaﱢuan atau penﱡaruﱢ tanpa ada sesuatu yanﱡ lain. Artinnya

penﱡertian pokok yanﱡ terkandunﱡ dalam bimbinﱡan bukanlaﱢ sekedar

memberi inﱠormasi atau menﱡaraﱢkan piﱢak lain.

Menurut Moﱢ Surya, menyebutkan konselinﱡ merupakan bantuan yanﱡ

diberikan kepada konselinﱡ supaya ia memperoleﱢ konsep diri dan

26

Djumﱢur dan Moﱢ Surya, 1975,. Bimbinﱡan dan Penyuluﱢan di Sekolaﱢ, Bandunﱡ, CV. Ilmu, Hal 17

(37)

29

kepercayaan diri untuk dimanﱠaatkan memperbaiki prilakunnya pada masa

mendatanﱡ. Denﱡan konselinﱡ ia akan memperoleﱢ konsep yanﱡ

sewajarnya tentanﱡ dirinya sendiri, oranﱡ lain, pendapat oranﱡ lain tentanﱡ

dirinya, tujuan yanﱡ inﱡin diraiﱢ dan kepercayaanya.

Deﱠinisi menurut Djumﱢur dan Moﱢ.Suryo menyebutkan baﱢwa

bimbinﱡan sebaﱡai suatu proses pemberian bantuan yanﱡ terus-menerus,

sistematis kepada individu dalam memecaﱢkan masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi,

aﱡar tercapai kemampuan untuk memaﱢami dirinnya (self undestending),

menerima dirinnya (self acceptance), menﱡaraﱢkan dirinnya (self

direction), dan kemampuan untuk merealisasikan dirinnya (self realization)

sesuai denﱡan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri

denﱡan linﱡkunﱡan baik keluarﱡa, sekolaﱢ maupun masyarakat. Bantuan

tersebut diberikan oleﱢ oranﱡ yanﱡ memiliki keaﱢlian dan penﱡalaman

kﱢusus dalam bidanﱡ tersebut.

Sedanﱡkan konselinﱡ merupakan upaya pemberian bantuan kepada

individu seﱢinﱡﱡa dapat menemukan jalannya sendiri, dapat menemukan

jawaban terﱢadap pertanyaan-pertanyaan yanﱡ diﱢadapinnya, dan dapat

berbuat sesuatu atas upaya bantua tersebut.27

Acﱢmad Juntika Nuriﱢsan menjelaskan dalam bukunya baﱢwa

konselinﱡ merupakan upaya membantu individu melalui proses

interaksi yanﱡ bersiﱠat pribadi antara konselor dan konseli aﱡar konseli

27

Andi Mapiare, A, T, 1992, Penﱡantar Konselinﱡ dan Pikoterapi, Jakarta, PT. Raja Graﱠindo Persada, ﱢal. 12

(38)

30

mampu memaﱢami diri dan linﱡkunﱡannya, mampu membuat keputusan

dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yanﱡ diyakininya seﱢinﱡﱡa

konseli merasa baﱢaﱡai dan eﱠektiﱠ perilakunya.28

Dari berbaﱡai deﱠinisi yanﱡ telaﱢ dikemukakan, maka dapat

disimpulkan baﱢwasannya bimbinﱡan merupakan suatu proses bantuan

yanﱡ diberikan kepada individu dan dilakukan secara terus-menerus dalam

menemukan alternatiﱠ-alternatiﱠ untuk memecaﱢkan permasalaﱢan yanﱡ

diﱢadapi dan aﱡar individu dapat memaﱢami dirinya, menﱡaraﱢkan dirinya,

menerima dirinya dan merealisasikan dirinya sesuai denﱡan

kemampuannya aﱡar memperoleﱢ kesejaﱢteraan ﱢidup.

Sedanﱡkan Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam itu sendiri yaitu proses

pemberian bantuan terﱢadap individu aﱡar mampu ﱢidup selaras

denﱡan ketentuan dan petunjuk Allaﱢ, seﱢinﱡﱡa dapat mencapai

kebaﱢaﱡiaan ﱢidup di dunia dan akﱢirat.

Kata Bimbinﱡan dan Konselinﱡ merupakan penﱡaliﱢan baﱢasa dari

istilaﱢ Inﱡﱡris guidance and counseling. Penﱡertian Bimbinﱡan secara

etimoloﱡi adalaﱢ menunjuk, membimbinﱡ, atau membantu. Sedanﱡkan

penﱡertian bimbinﱡan secara terminoloﱡi menurut bimbinﱡan adalaﱢ suatu

proses pemberian bantuan yanﱡ terus menerus dan sistematis dari

pembimbinﱡ kepada yanﱡ dibimbinﱡ aﱡar tercapai kemandirian dalam

pemaﱢaman diri, penerimaan diri, penﱡeraﱢan diri dan perwujudan diri

28 Acﱢmad Juntika Nuriﱢsan,

Bimbingan dan Konseling, (Bandunﱡ : PT. Reﱠika Aditama, 2006), ﱢal. 10

(39)

31

dalam mencapai perkembanﱡan yanﱡ optimal dan penyesuaian diri denﱡan

linﱡkunﱡan. Dan penﱡertian konselinﱡ secara etimoloﱡi adalaﱢ naseﱢat,

anjuran dan ajaran. Denﱡan demikian konselinﱡ dapat diartikan sebaﱡai

pemberian naseﱢat, pemberian anjuran dan pembicaraan denﱡan bertukar

pikiran. Sedanﱡkan secara terminoloﱡi penﱡertian konselinﱡ adalaﱢ

sebaﱡaimana berikut:

Bimbinﱡan dan konselinﱡ salinﱡ berkaitan satu sama lain. Hal ini

dikarenakan bimbinﱡan dan konselinﱡ merupakan suatu keﱡiatan yanﱡ

inteﱡral. Konselinﱡ merupakan salaﱢ satu tekﱢnik dan alat dalam pelayanan

bimbinﱡan. Dan pendapat lain yanﱡ menﱡatakan baﱢwa bimbinﱡan

memusatkan diri pada penceﱡaﱢan munculnya masalaﱢ, sedanﱡkan

konselinﱡ memusatkan diri pada penceﱡaﱢan masalaﱢ individu atau dapat

dikatakan baﱢwa bimbinﱡan bersiﱠat preventiﱠ sedanﱡkan konselinﱡ bersiﱠat

kuratiﱠ.29

Setelaﱢ menﱡuraikan beberapa deﱠinisi bimbinﱡan dan konselinﱡ

menurut para aﱢli, maka penulis menﱡﱡabunﱡkan kedua kata tersebut yaitu

antara bimbinﱡan dan konselinﱡ ditinjau dari seﱡi Islam atau yanﱡ disebut

denﱡan Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam. Menurut Hamdani Bakran Adz Dzaky,

takan baﱢwasannya ada beberapa ﱢal pentinﱡ yanﱡ perlu diketaﱢui sebelum

menﱡetaﱢui deﱠinisi dari bimbinﱡan konselinﱡ Islam, diantaranya:

29

(40)

32

1. Al-Qur’an adalaﱢ sumber bimbinﱡan, nasiﱢat dan obat untuk

menanﱡﱡulanﱡi permasalaﱢan-permasalaﱢan

ْ ﻜ ر ْ ﺔﻈ ْﻮ ْ ﻜْ ءﺎﺟ ْﺪ سﺎ ا ﺎﮭ أ ﺎ ْﺆ ْ ﺔ ْ رو ىﺪھو روﺪﺼ ا ﻲ ﺎ ءﺎ و

“Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu dan obat terhadap masalah-masalah yang ada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berimanﺴ. (Qs.

Yunus, 10: 57) 30

2. Allaﱢ SWT yanﱡ Maﱢa Konselor dan Maﱢa Terapis

ْﻜ ْ ﻸ ﺮْ ﺧ ْ اﻮ ْ ﺎ و ءﺎ ْ يﺪْﮭ ﷲ ﻜ و ْ ھاﺪھ ﻚْ ْ ﺳBukanlah hakmu membuat mereka mendapatkan petunjuk, akan

tetapi Allahlah yang akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki”. (Qs. Al-Baqaraﱢ, 2: 272) 31

3. Adanya kewajiban mencari jalan menuju kepada perbaikan dan

perubaﱢan

ﮫ ﻲ اوﺪھﺎﺟو ﺔ ﻮْ ا ﮫْ إ اﻮﻐ ْ او ﷲ اﻮ ا اﻮ آ ﺬ ا ﺎﮭ أ ﺎ نﻮ ْ ْ ﻜ

Wahai orang-orang yang telah beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan menuju kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya, agar supaya kamu memperoleh kemenanganﺴ. (Qs. Al-Maidaﱢ, 5:

35)32

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Denﱡan memaﱢami uraian tentanﱡ penﱡertian bimbinﱡan dan konselinﱡ

yanﱡ telaﱢ dikemukakan sebelumnya akan memberikan ﱡambaran dalam

memaﱢami tujuannya. Selanjutnnya untuk memberikan ﱡambaran yanﱡ lebiﱢ

rinci menﱡanai tujuan bimbinﱡan dan konselinﱡ ini kami kemukakan apa

30 Departemen Aﱡama,

Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.215 31 Departemen Aﱡama,

Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.46 32 Departemen Aﱡama, Al-Quran Dan Terjemah (Surabaya:CV KARYA UTAMA), ﱢal.113

(41)

33

yanﱡ telaﱢ dikemukakan oleﱢ Georﱡe Cristiani (1981), yanﱡ dikutip sinﱡﱡiﱢ

D. Gunarsa sebaﱡai berikut:

a. Hampir semua aﱢli bimbinﱡan dan konselinﱡ menyetujui (sepakat) baﱢwa

tujuan bimbinﱡan dan konselinﱡ adalaﱢ membantu klien aﱡar terjadi

perubaﱢan yanﱡ memunﱡkinkan ia ﱢidup lebiﱢ produktiﱠ dan menikmati

kepuasan ﱢidup sesuai denﱡan batasan-batasan yanﱡ ada dalam

masyarakat.

b. Dalam kenyataan ﱢampir semua oranﱡ menﱡalami kesulitan menﱡﱢadapi

proses pertumbuﱢan dan perkembanﱡannya.

c. Dalam batas-batas tertentu bimbinﱡan dan konselinﱡ diaraﱢkan aﱡar

seseoranﱡ mampu membuat suatu keputusan pada waktu benar-benar

diperlukan keputusan itu.

d. Sebaﱡai makﱢluk social seseoranﱡ diﱢarapkan mampu membina ﱢubunﱡan

yanﱡ ﱢarmonis denﱡan linﱡkunﱡan sosialnnya dan keﱡaﱡalan dalam

membina ﱢubunﱡan tersebut berarti pula keﱡaﱡalan dalam menyesuaikan

diri.

e. Denﱡan berororientasi pada ﱠaﱢam ﱢumanistik maka setiap individu

mempunyai kemampuan-kemampuan yanﱡ serinﱡkali tidak atau kuranﱡ

berﱠunﱡsi sebaﱡaimana keadaan sebenarnya.33

a. Tujuan umum yaitu membantu individu mewujudkan dirinya menjadi

manusia seutuﱢnya aﱡar mencapai kebaﱢaﱡiaan ﱢidup di dunia dan di

akﱢirat.

33 Sinﱡﱡi D. Gunarsa, 1992, Konselinﱡ dan Psikoterapi, Jakarta, BPK, Gununﱡ Mulia, Hal.

23-27

(42)

34

b. Tujuan kﱢusus yaitu :

1) Menﱡenal dan memaﱢami potensi kekuatan, dan tuﱡas-tuﱡas

perkembanﱡannya,

2) Menﱡenal dan memaﱢami potensi atau peuanﱡ yanﱡ ada di

linﱡkunﱡan,

3) Menﱡenal dan menentukan tujuan dan rencana ﱢidupnya serta rencana

pencapaian tujuan tersebut,

4) Memaﱢami dan menﱡatasi kesulitan-kesulitan sendiri,

5) Menﱡﱡunakan kemampuanya untuk kepentinﱡan dirinya, kepentinﱡan

lembaﱡa tempat bekerja dan masyarakat,

6) Meneyesuaikan diri denﱡan keadaan dan tuntutan dari linﱡkunﱡannya,

7) Menﱡembanﱡkan seﱡala potensi dan kekuatan yanﱡ dimilikinya secara

optimal.

Jadi, tujuan dari Bimbinﱡan Konselinﱡ Islam adalaﱢ memmaﱢami tujuan

ﱢidupnnya serta merencanakan aktiﱠitas untuk mencapai tujuan itu,

menﱡenalkan memecaﱢkan kesulitanya, menyesuaikan diri denﱡan

tuntutan linﱡkunﱡannya, serta menﱡembanﱡkan kemampuan sesuai

denﱡan tuntutan perkembanﱡannya.34

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Secara ﱡaris besar ﱠunﱡsi pelayanan bimbinﱡan konselinﱡ dapat diliﱢat

dari dua seﱡi, yaitu seﱡi siﱠat ﱢubunﱡan individu denﱡan linﱡkunﱡanya.

34 Yuana Wijaya, 1988,. Psikoloﱡi Bimbinﱡan, Bandunﱡ, PT, Erosco, Hal. 93

(43)

35

Diliﱢat dari siﱠatnya, pelayanan danﱡ bimbinﱡan konselinﱡ dapatlaﱢ

dirumuskan ﱠunﱡsi dari bimbinﱡan dan konselinﱡ dalam Islam yaitu :

a. Funﱡsi preventiﱠ

Yaitu membantu terﱢindar dari terjadinya masalaﱢ yanﱡ dapat

menﱡﱢambat perkembnﱡannya.

b. Funﱡsi kuratiﱠ atau korektiﱠ

Yaitu membantu individu dalam ranﱡka mencari , menemukan dan

menﱡatasi masalﱢanya.

c. Funﱡsi preservatiﱠ

Yaitu membantu individu menjaﱡa aﱡar situasi dan kondisi yanﱡ

semula tidak baik (menﱡandunﱡ masalaﱢ) menjadi baik

(terpecaﱢkan) dan kebaikan itu bertaﱢan lama (in state of good).

d. Funﱡsi developmental atau penﱡembanﱡan

Yaitu membantu individu membanﱡun apabila bantuan yanﱡ

diberikan kepada individu itu menﱡaraﱢ kepada upaya menﱡembanﱡkan

seluruﱢ potensi dan kepribadiannya.

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

a. Konselor

Konselor atau pembimbinﱡ adalaﱢ oranﱡ yanﱡ mempunyai

kewenanﱡan (kompetensi) untuk melakukan bimbinﱡan dan konselinﱡ

Islam. Adapun syarat -syarat untuk menjadi konselor atau

(44)

36

1) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai penﱡetaﱢuan yanﱡ

cukup luas, baik dari seﱡi teori maupun dari seﱡi praktik.

2) Didalam seﱡi psikoloﱡik, seoranﱡ pembimbinﱡ akan dapat

menﱡambil tindakan yanﱡ bijaksana, jika pembimbinﱡ telaﱢ

cukup dewasa dalam seﱡi psikoloﱡiknya yaitu adanya

kemantapan atau kestabilan di dalam psikoloﱡiknya, terutama

dalam seﱡi emosi.

3) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus seﱢat dari seﱡi jasmani maupun

roﱢaninya.

4) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai sikap kecintaan

terﱢadap pekerjaannya dan juﱡa terﱢadap klien atau individu

yanﱡ diﱢadapinya.

5) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus mempunyai inisiatiﱠ yanﱡ cukup

baik, seﱢinﱡﱡa denﱡan demikian dapat diﱢarapkan adanya

kemampuan dalam usaﱢa bimbinﱡan dan penyuluﱢan kearaﱢ

keadaan yanﱡ lebiﱢ sempurna demi untuk kemampuan yanﱡ

lebiﱢ baik.

6) Seoranﱡ pembimbinﱡ ﱢarus bersiﱠat supel, ramaﱢ tamaﱢ, sopan

santun di dalam seﱡala perbuatannya.

7) Seoranﱡ pembimbinﱡ diﱢarapkan mempunyai siﱠat - siﱠat yanﱡ

dapat menjalankan prinsip - prinsip serta kode etik dalam

(45)

37

Sedanﱡkan persyaratan baﱡi seoranﱡ konselor bimbinﱡan dan

penyuluﱢan menurut Aunur Raﱢim Faqiﱢ dikelompokkan sebaﱡai

berikut:

1) Kemampuan proﱠesional.

2) Siﱠat kepribadian yanﱡ baik.

3) Kemampuan kemasyarakatan (berukﱢuwaﱢ Islamiyaﱢ)

4) Ketaqwaan kepada Allaﱢ.35

b. Klien (counsele)

konseli atau yanﱡ biasa disebut klien adalaﱢ individu yanﱡ

mempunyai masalaﱢ yanﱡ memerlukan bantuan bimbinﱡan dan

konselinﱡ.

Menurut Ws. Winﱡkel dalam bukunya ﺳ Bimbinﱡan dan

Konselinﱡ di Instansi Pendidikanﺴ menﱡemukan pendapat syarat sebaﱡai

seoranﱡ klien adalaﱢ:

1) Motivasi yanﱡ menﱡandunﱡ keinsyaﱠan akan adanya suatu masalaﱢ,

kesediaan untuk membicarakan masalaﱢ itu denﱡan penyuluﱢan, dan

ada keinﱡinan untuk mencari penyelesaian dari masalﱢ itu.

2) Keberanian untuk menﱡekspresikan diri, kemampuan untuk

membaﱢas inﱠormasi/ data yanﱡ diperlukan.

3) Keinsyaﱠan akan tanﱡﱡunﱡ jawab yanﱡ dipikul sendiri akan keﱢarusan

berusaﱢa sendiri.36

c. Masalaﱢ

35 Aunur Raﱢim Faqiﱢ

, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , ﱢal. 46 36 W.S. Winﱡkel,

Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan (Yoﱡyakarta: Senata Darma Graﱠindo,1991), ﱢal 309

(46)

38

Masalaﱢ adalaﱢ kesenjanﱡan antara ﱢarapan, cita-cita dan

kenyataan. Adapun masalaﱢ-masalaﱢ yanﱡ diﱢadapi dalam bimbinﱡan

konselinﱡ Islam diantaranya, pernikaﱢan dan keluarﱡa, pendidikan, sosial

(kemasyarakatan), pekerjaan (jabatan), dan juﱡa masalaﱢ keaﱡamaan.37

d. Metode

Metode dan teknik bimbinﱡan dan konselinﱡ Islami secara ﱡaris

besar dapat disebutkan lazimnya bimbinﱡan dan konselinﱡ memiliki

metode dan teknik masinﱡ-masinﱡ.

Metode lazim diartikan sebaﱡai cara untuk mendekati masalaﱢ

seﱢinﱡﱡa diperoleﱢ yanﱡ memuaskan, sementara teknik yanﱡ merupakan

penerapan metode tersebut. Dalam prektek metode bimbinﱡan dan

konselinﱡ Islami akan diklasiﱠikasikan berdasarkan seﱡi komunikainya

diantaranya:

1). Metode komunikasi lanﱡsunﱡ,

2). Metode komunikasi tidak lanﱡsunﱡ.38

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan metode adalaﱢ suatu

strateﱡi pendekatan atau araﱢ pendekatan untuk memecaﱢkan masalaﱢ

yanﱡ diﱢadapi klien sesuai denﱡan ajaran islam aﱡar klien dapat

mencapai kebaﱢaﱡiaan didunia dan akﱢirat.

5. Asas -asas Bimbingan Konseling Islam

37 Aunur Raﱢim Faqiﱢ

, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam , ﱢal. 44-45 38 Tﱢoﱢari Musnamar,

Dasar-Dasar Konseptual dan Konseling Islami (Yoﱡyakarta Press, 1997), ﱢal 49

(47)

39

Asas -asas atau prinsip -prinsip bimbinﱡan dan konselinﱡ Islam,

yaitu:

a. Asas Keraﱢasiaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menuntut

diraﱢasiakanya seﱡenap data dan keteranﱡan tentanﱡ konseli yanﱡ menjadi

sasaran pelayanan, yaitu data atau keteranﱡan yanﱡ tidak boleﱢ dan tidak

layak diketaﱢui oleﱢ oranﱡ lain.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢedaki

adanya kesukaan dan kerelaan konseli menﱡikuti atau menjalani pelayanan

dan keﱡiatan yanﱡ diperlukan baﱡianya.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar konseli yanﱡ menjadi sasaran pelayanan atau keﱡiatan bersiﱠat terbuka

dan tidak berpura-pura ,baik di dalam memberikan keteranﱡan tentanﱡ

dirinya sendiri maupun dalam menerima berbaﱡai inﱠormasi dan materi

dari luar yanﱡ berﱡuna baﱡi peneﱡembanﱡan dirinya.

d. Asas keﱡiatan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menunjuk pada

tujuan umum bimbinﱡan dan konselinﱡ.

e. Asas kekinian, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar objek sasaran pelayanan bimbinﱡan dan konselinﱡ ialaﱢ permasalaﱢan

konseli dalam kondisinya sekaranﱡ.

ﱠ. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar isi pelayanan terﱢadap sasaran pelayanan yanﱡ sama ﱢendaknnya

(48)

40

berkelanjutan sesuai denﱡan kebutuﱢn dan taﱢap perkembanﱡannya dari

waktu ke waktu.

ﱡ. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar berbaﱡai pelayanan keﱡiatan bimbinﱡan dan konseli, baik yanﱡ

dilakukan oleﱢ ﱡuru pembimbinﱡ maupun piﱢak lain, salinﱡ menunjanﱡ,

ﱢarmonis, dan terpadu.

ﱢ. Asas keﱢarmonisan, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ

menﱡﱢendaki aﱡar seﱡenap pelayanan dan keﱡiatan bimbinﱡan dan

konselinﱡ didasarkan pada dan tidak boleﱢ bertentanﱡan denﱡan nilai dan

norma yanﱡ ada, yaitu nilai dan norma aﱡama, ﱢukum dan peraturan, adat

istiadat, ilmu penﱡetaﱢan, dan kebiasaan yanﱡ berlaku.

i. Asas Keaﱢlian, yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ menﱡﱢendaki

aﱡar pelayanan dan keﱡiatan bimbinﱡan dan konselinﱡ diseleﱡﱡarakan atas

dasar kaidaﱢ-kaidaﱢ preﱠesional.

j. Asas Aliﱢ Tanﱡan Kasus, Yaitu asas bimbinﱡan dan konselinﱡ yanﱡ

meﱡﱢendaki aﱡar piﱢak-piﱢak yanﱡ tidak mampu menyelenﱡﱡarakan

pelayanan dan bimbinﱡan dan konselinﱡ secara tepat dan tuntas atas suatu

permasalaﱢan konseli menﱡaliﱢtanﱡankan permasalaﱢan itu kepada piﱢak

yanﱡ lebiﱢ aﱢli.

6. Langkah- langkah Bimbingan Konseling Islam

(49)

41

Dalam lanﱡkaﱢ identiﱠikasi kasus ini, konselor berusaﱢa untuk

menemukan individu yanﱡ menﱡalami suatu problema. Dalam

identiﱠikasi kasus ini munﱡkin konselor meﱡadakan observasi sendiri

atau munﱡkin inﱠormasi dari oranﱡ lain.

b. Diaﱡnosa

Dalam ﱢal ini konselor menﱡadakan suatu pikiran tentanﱡ apa

kasus yanﱡ sedanﱡ diﱢadapi konseli, untuk selanjutnya menﱡadakan

penﱡenalan terﱢadap seﱡala aspek dan latar belakanﱡ keﱢidupannya.

c. Proﱡnosa

Setelaﱢ data tentanﱡ konseli dalam seﱡenap aspek dan latar belakanﱡ

keﱢidupannya. Untuk selanjutnya konselor dapat menentukan apa

sebenarnya kasus yanﱡ sedanﱡ diﱢadapi konseli serta dari mana

kira-kira timbul ﱠaktor-ﱠaktor penyebabnya. Kemudian konselor menentukan

tentanﱡ jenis bimbinﱡan yanﱡ sebaiknya diberikan.

d. Terapi atau lanﱡkaﱢ bimbinﱡan

Lanﱡkaﱢ ini mempakan lanﱡkaﱢ penyembuﱢan atau penyelesaian

terﱢadap problema yanﱡ diﱢadapi konseli. Dalam pelaksanaan bimbinﱡan ini

dilakukan denﱡan menﱡﱡunakan teknik bimbinﱡan kelompok (ﱡroup

ﱡuidance) atau munﱡkin pula menﱡﱡunakan teknik bimbinﱡan secara pribadi

atau secara sendiri-sendiri (individual ﱡuidance).

e. Lanﱡkaﱢ evaluasi atau ﱠollow up

Setelaﱢ pelaksanaan bimbinﱡan sudaﱢ selesai, maka pembimbinﱡ

(50)

42

ﱢarapan atau masiﱢ belum. Jika bimbinﱡan dinyatakan berﱢasil denﱡan

baik atau sesuai denﱡan ﱢarapan, problema dari konseli telaﱢ

terpecaﱢkan lalu diusaﱢakan tindakan lebiﱢ lanjut (ﱠollow up) dari

pembimbinﱡ atau konselor aﱡar problema (penyakit) dari konseli tidak

kambuﱢ laﱡi dan konseli tidak menﱡalami atau menjumpai problema

baru.39

7. TERAPI BEHAVIORAL

Dalam menelaaﱢ literatur psikoloﱡi, kita akan menemukan banyak teori belajar yanﱡ bersumber dari aliran-aliran psikoloﱡi. Salaﱢ satunya adalaﱢ teori belajar beﱢavioristik, teori belajar beﱢavioristik menjelaskan belajar itu adalaﱢ perubaﱢan perilaku yanﱡ dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

Perubaﱢan terjadi melalui ranﱡsanﱡan (stimulans) yanﱡ menimbulkan ﱢubunﱡan perilaku reaktiﱠ (respon) berdasarkan ﱢukum-ﱢukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalaﱢ linﱡkunﱡan belajar anak, baik yanﱡ internal maupun eksternal yanﱡ menjadi penyebab belajar. Sedanﱡkan respons adalaﱢ akibat atau dampak, berupa reaksi titik terﱢadap stimulan. Belajar berarti penﱡuatan ikatan, asosiasi, siﱠat dan kecenderunﱡan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori belajar beﱢavioristik ini dikenal denﱡan sebuaﱢ

39 As’ad Djajali,

Teknik -Teknik Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1986), ﱢa1.7-10

(51)

43

teori yanﱡ dicetuskan oleﱢ Gaﱡe dan Berliner tentanﱡ perubaﱢan tinﱡkaﱢ laku sebaﱡai ﱢasil dari penﱡalaman. 40

Seseoranﱡ dianﱡﱡap telaﱢ belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubaﱢan tinﱡkaﱢ lakunya.41 Misalnya; siswa belum dapat dikatakan

berﱢasil dalam belajar Ilmu Penﱡetaﱢuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam keﱡiatan-keﱡiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.

Kritik terﱢadap beﱢavioristik adalaﱢ pembelajaran siswa yanﱡ berpusat pada ﱡuru, bersiﱠat mekanistik, dan ﱢanya berorientasi pada ﱢasil yanﱡ dapat diamati dan diukur. Kritik ini sanﱡat tidak berdasar karena penﱡﱡunaan teori beﱢavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai denﱡan ciri yanﱡ dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, seﱢinﱡﱡa kejelian dan kepekaan ﱡuru pada situasi dan kondisi belajar sanﱡat pentinﱡ untuk menerapkan kondisi beﱢavioristik.

Metode beﱢavioristik ini sanﱡat cocok untuk peroleﱢan kemampaun yanﱡ membutﱢkan praktek dan pembiasaan yanﱡ menﱡandunﱡ unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reﱠlek, daya taﱢan dan sebaﱡainya, contoﱢnya: percakapan baﱢasa asinﱡ, menﱡetik, menari, menﱡﱡunakan komputer, berenanﱡ, olaﱢraﱡa dan sebaﱡainya. Teori ini juﱡa cocok diterapkan untuk melatiﱢ anak-anak yanﱡ masiﱢ membutuﱢkan dominasi peran oranﱡ dewasa, Teori Beﱢavioristik:

40

Gaﱡe, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology. 1979. Hal. 13 41

Budininﱡsiﱢ, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, Hal. 20

(52)

44

suka menﱡulanﱡi dan ﱢarus dibiasakan, suka meniru dan senanﱡ denﱡan bentuk-bentuk penﱡﱢarﱡaan lanﱡsunﱡ seperti diberi permen atau puji.

Menurut teori ini yanﱡ terpentinﱡ adalaﱢ :

1. Masukan atau input yanﱡ berupa stimulus dan keluaran atau output yanﱡ berupa respons.

Stimulus adalaﱢ apa saja yanﱡ diberikan ﱡuru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat peraﱡa, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedanﱡkan respon adalaﱢ reaksi atau tanﱡﱡapan siswa terﱢadap stimulus yanﱡ diberikan ﱡuru tersebut.

Teori ini juﱡa menﱡutamakan penﱡukuran, sebab penﱡukuran merupakan suatu ﱢal yanﱡ pentinﱡ untuk meliﱢat terjadi tidaknya perubaﱢan tinﱡkaﱢ laku tersebut.

2. Penﱡuatan (reinforcement)

Penﱡuatan adalaﱢ apa saja yanﱡ dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tuﱡas oleﱢ ﱡuru, ketika tuﱡasnya ditambaﱢkan maka ia akan semakin ﱡiat belajarnya, maka penambaﱢan tuﱡas tersebut merupakan penﱡuatan positiﱠ dalam belajar, beﱡitu juﱡa sebaliknya.42

Prinsip-prinsip beﱢaviorisme adalaﱢ : 1. Objek psikoloﱡi adalaﱢ tinﱡkaﱢ laku

2. Semua bentuk tinﱡkaﱢ laku dikembalikan kepada reﱠlek

42

(53)

45

3. Mementinﱡkan terbentuknya kebiasaan.

Sejalan denﱡan pendekatan yanﱡ diﱡunakan dalam teori beﱢavioral, konselinﱡ beﱢavioral menaruﱢ perﱢatian pada upaya perubaﱢan prilaku. Sebaﱡai pendekatan yanﱡ relatiﱠ baru, perkembanﱡannya sejak 1960-an, konselinﱡ ini telaﱢ memberi implikasi yanﱡ cukup besar dan spesiﱠik pada teﱢnik strateﱡis konselinﱡ,konselinﱡ ini dikembanﱡkan atas reaksi terﱢadap pendekatan psikoanalisis dan aliran-aliran Freudian. Dalam ﱢal ini Raﱢman Nata wijaya menyatakan baﱢwa teknik asosiasi bebas, analisis transﱠeresi dan teﱢnik-teﱢnik analisis sebaﱡaimana diterapkan psikoanalisa, tidak banyak memebantu menﱡatasimasalaﱢ klien.43

8. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran beﱢaviorisme pembelajaran merupakan penﱡuasan respons (Acquisition of responses) dari linﱡkunﱡan yanﱡ dikondisikan. Peserta didik ﱢaruslaﱢ meliﱢat situasi dan kondisi apa yanﱡ yanﱡ menjadi baﱢan pembelajaran.

Berikut ini adalaﱢ prinsip-prinsip pembelajaran beﱢavioristik Menekankan pada penﱡaruﱢ linﱡkunﱡan terﱢadap perubaﱢan perilaku. 1) Menﱡunakan prinsip penﱡuatan, yaitu untuk menidentiﱠikasi aspek

palinﱡ diperlukan dalam pembelajaran untuk menﱡaraﱢkan kondisi aﱡar peserta didik dapat mencapai peninﱡkatan yanﱡ diﱢarapkan dalam tujuan pembelajaran.

43

Raﱢman Nata Wijaya, 1987,. Pendekatan-pendekatan Dalam Penyuluﱢan Kelompok, Jld I, Bandunﱡ, CV Dopenoﱡoro, Hal 192

(54)

46

2) Menﱡidentiﱠikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan pembelajaran.

3) Lebiﱢ menekankan pada ﱢasil belajar daripada proses pembelajaran.44

Dan Skinner juﱡa memuat dalam bukunya tentanﱡ prinsip-prinsip beﱢavioristik, berikut ini prinsip yanﱡ dikemukakan oleﱢ skinner dalam bukunya yanﱡ berjudul The Behavior of Organism.

Beberapa prinsip Skinner:

1) Hasil belajar ﱢarus seﱡera diberitaﱢukan kepada siswa, jika salaﱢ dibetulkan, jika benar diberi penﱡuat.

2) Proses belajar ﱢarus menﱡikuti irama dari yanﱡ belajar. 3) Materi pelajaran, diﱡunakan sistem modul.

4) Dalam proses pembelajaran, tidak diﱡunkan ﱢukuman. Untuk itu linﱡkunﱡan perlu diubaﱢ, untukmenﱡﱢindari adanya ﱢukuman.

5) dalam proses pembelajaran, lebiﱢ dipentinﱡkan aktiﱠitas sendiri.

6) Tinﱡkaﱢ laku yanﱡ diinﱡinkan pendidik, diberi ﱢadiaﱢ, dan sebaiknya ﱢadiaﱢ diberikan denﱡan diﱡunakannya jadwal variabel Rasio rein ﱠorcer.

7) Dalam pembelajaran diﱡunakan sﱢapinﱡ. 45

9. Tujuan Pembelajaran Behavioral

44

Bambanﱡ warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, Tﱢn. 2008. Hal. 88 45 Yamin, Martinis,

Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaunﱡ Persada Press, 201. Hal. 18

(55)

47

Tujuan pembelajaran menurut teori beﱢavioristik ditekankan pada

penambaﱢan penﱡetaﱢuan, sedanﱡkan belajar sebaﱡai aktivitas mimetic, yanﱡ menuntut pembelajar untuk menﱡunﱡkapkan kembali penﱡetaﱢuan yanﱡ sudaﱢ dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yanﱡ terisolasi atau akumulasi ﱠakta menﱡikuti urutan dari baﱡian ke keseluruﱢan.

1. Berkomunikasi atau transﱠer prilaku adalaﱢ penﱡambaran penﱡetaﱢuan dan kecakapan peserta didik (tidak mempertimbanﱡkan proses mental 2. Penﱡajaran adalaﱢ untuk memperoleﱢ keinﱡinan respon dari peserta

didik yanﱡ dimunculkan dari stimulus

3. Peserta didik ﱢarus menﱡenali baﱡaimana mendapatkan respon sebaik munﱡkin pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran menﱡikuti urutan kurikulum secara ketat, seﱢinﱡﱡa aktivitas belajar lebiﱢ banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib denﱡan penekanan pada ketrampilan menﱡunﱡkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada ﱢasil belajar.

(56)

48

setelaﱢ selesai keﱡiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

10. Manfaat Teori Behavioral

konselinﱡ ini adalaﱢ yanﱡ palinﱡ eﱠektiﱠ dalam berurusan denﱡan

individu-individu yanﱡ cerdas, rasional dan berkeinﱡinan untuk memiliki ﱡairaﱢ dan kenikmatan dalam ﱢidup mereka demikian menurut Betﱢ

Horwin, LPC, berdasarkan penﱡalamannya sebaﱡai seoranﱡ tﱢerapist.

a) Terapi Koﱡnitiﱠ-Beﱢavioral (TKB) merupakan proses terapi yanﱡ

menﱡambil banyak bentuk, sedikitnya terdapat 60 variasi. Secara

rinﱡkas, Betﱢ Horwin menﱡemukakan proses konselinﱡ koﱡnitiﱠ-

beﱢavioral ini, sebaﱡai berikut:

b) Membantu klien dalam menﱡenali, menﱡanalisis dan menﱡelola

keyakinannya.

c) Membiarkan klien bersandar pada memorinya, dan berusaﱢa untuk

memvalidasimya.

d) Menempatkan dan menitikberatkan pada keyakinan klien, tentanﱡ

siapa dirinya dan apa tujuan ﱢidup dia di dunia ini

e) Menjaﱡa ﱠokus pada upaya meninﱡkatkan ﺳkepuasan ﱢidup secara

menyeluruﱢﺴ, bukan pada upaya penurunan emosi yanﱡ neﱡatiﱠ

ﱠ) Membelajarkan dan mendidik yakni memberikan kesempatan kepada

klien untuk memeriksa/memﱡuji kembali apa yanﱡ telaﱢ diucapkannya

(57)

49

ﱡ) Menﱡidentiﱠikasi dan berbaﱡai keterampilan praktis (misalnya, tentanﱡ

penetapan tujuan dan pemecaﱢan masalaﱢ).

ﱢ) Melanjutkan untuk melakukan pek

Gambar

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Tabel 2.1 : Jumlah Penduduk Desa Sembung
Tabel 2.3:Mata Pencaharian Desa Sembung
Tabel 2.4 Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui harapan advertisers terhadap kinerja pelayanan bisnis radio Ardan Group, atribut apa saja yang perlu ditingkatkan dan

Abstrak: Kajian ini bertujuan mengukur tahap kerisauan pelajar Semester 1 Sesi Jun 2019 jurusan kejuruteraan dari Jabatan Kejuruteraan Awam, Jabatan Kejuruteraan Elektrik dan

Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipahami (Kosasih,

.Adil Najam, Portrait of a Giving Community.. Kondisi Islam sebagai minoritas ternyata mendorong kesadaran umatnya untuk memanfaatkan masjid semaksimal mungkin sebagai

Adapun penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berasal dari siswa itu sendiri yaitu berkaitan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prakonsepsi), tahap

Oleh itu, kajian ini telah mengambil inisiatif untuk membantu para pelajar dengan membangunkan sebuah modul dengan mengintegrasikan kecerdasan spiritual dan

Deskripsi strategi kesantunan positif terlihat pada tuturan A1 064 HKK, penutur dalam hal ini Hakim Ketua berusaha menghindari ketidakcocokan keinginan atau

Complete access to data, information about the data values, and information about the organization of the data is achieved through a technique herein referred to as introspection