KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM TINJAUAN TEORI
DEVITO PADA BIMBINGAN PERWALIAN MAHASISWA
ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)
Oleh :
FAISAL FIRMANSYAH
NIM. B06212008
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Faisal Firmansyah, B06212008, 2016. Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan Perwalian Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi, Bimbingan Perwalian
Penelitian ini bertujuan Agar dapat memahami bagaimana komunikasi antarpribadi mahasiswa ilmu komunikasi dalam bimbingan perwalian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara, dengan teknik analisis deskriptif. Data penelitian yang terkumpul dideskriptifkan secara mendetail kemudian dikorelasikan dengan teori-teori pola komunikasi dan juga teori komunikasi antarpribadi selanjutnya diinterpretasikan dalam kesimpulan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
9. Kriteria Kualitas Penelitian ... 27
I. Sistematika Penulisan ... 28
BAB II KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN BIMBINGAN PERWALIAN MAHASISWA A. Komunikasi Antarpribadi ... 30
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 30
2. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antarpribadi ... 37
3. Tipe Komunikasi Antarpribadi ... 40
4. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 44
5. Model Komunikasi Antarpribadi ... 48
6. Keefektifan Komunikasi Antarpribadi ... 49
B. Bimbingan Perwalian Mahasiswa ... 52
1. Pengertian Bimbingan ... 53
3. Dosen Wali ... 56
C. Teori Komunikasi Antarpribadi ... 58
BAB III KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DITINJAU DARI TEORI DEVITO A. Profil Data ... 60
1. Sejarah Singkat UIN Sunan Ampel Surabaya ... 60
2. Visi, Misi dan Tagline ... 63
3. Lokasi Strategis ... 63
4. Profil Program Studi Ilmu Komunikasi ... 64
5. Visi dan Misi Program Studi Ilmu Komunikasi ... 64
B. Proses Bimbingan Perwalian ... 65
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Analisis Data ... 76
B. Konfirmasi dengan Teori ... 78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perguruan tinggi adalah sebuah wadah yang terdiri dari beberapa macam
elemen yang salah satu unsur utamanya adalah terjadinya komunikasi atau
interaksi antara mahasiswa dengan dosen.
Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama
melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain,
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Komunikasi adalah proses
yang melibatkan seseorang untuk memakai tanda-tanda alamiah yang universal
atau simbol-simbol dari hasil konvensi manusia. Simbol-simbol itu dalam bentuk
verbal maupun nonverbal yang secara sadar atau tidak sadar digunakan demi
tujuan menerangkan makna tertentu terhadap orang lain, juga dapat
mempengaruhi orang lain untuk berubah.1 Komunikasi bisa diartikan proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (verbal) ataupun tidak
langsung (nonverbal) melalui media.
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir
setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini
1
2
terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang tanpa komunikasi maka akan terisolasi.2
Masalah-masalah sosial selalu ada kaitanya dengan psikologi
komunikasi.Dimana biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi perilaku
manusia.Maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan
aktifitas sosialnya selalu berdasarkan pedoman kepada nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat itu sendiri.Artinya nilai-nilai itu sangat banyak mempengaruhi
tindakan dan prilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.
Komunikasi Antarpribadi adalah “komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.Sedangkan menurut Miller
dan Nicholson, dalam pergaulan antar manusia selalu terjadi penyesuaian pikiran
yang mengandung pengertian bersama. Komunikasi bukan sekedar
menyampaikan pesan namun komunikasi juga harus menentukan kadar hubungan
intrerpersonalnya (relationship).3
Komunikasi tersebut pada umumnya dapat dilihat dari dua sisi, yakni sisi
formal dan sisi non formal.Jika dilihat dari sisi yang non formal tugas dosen
adalah membantu mahasiswa untuk mendapatkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai
sosial di luar kegiatan formal tadi, seperti menanamkan kepribadian dan jati diri
mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat. Sedangkan jika
dilihat dari sisi formalnya komunikasi yang dilakukan dosen kepada
2
Ahmad sihabudin, Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), h. 14
3
3
mahasiswanya adalah pada saat mengajar di kelas, bimbingan skripsi, bimbingan
perwalian akademik dan lain sebagainya.
Secara teoritis sangat mudah melihat dan memaparkan interaksi dosen
dengan mahasiswa, khususnya dosen wali dalam bimbingan perwaliannya, salah
satunya saja dalam bimbingan perwalian dosen wali bertugas untuk menandatangi
KHS atau nilai – nilai yang diperoleh mahasiswa dan menyerahkan ke wakil
dekan I melalui petugas yang ditunjuk.
Komunikasi sendiri memiliki pengertian sebagai bentuk atau hubungan
dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat,
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipaham.4Dimensi pola komunikasi terdiri
dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang
berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan5
Dari fenomena diatas nampak terdapat komunikasi dua arah (komunikasi
sebagai interaksi) antara mahasiswa dengan dosen walinya.Seperti yang di
ungkapkan oleh salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014 di
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, bahwa ketika dosen wali
menandatangani KHS atau nilai- nilai yang diperoleh dosen juga memberikan
bimbingan dan nasehat kepada mahasiswa baik diminta maupun tidak mengenai
berbagai masalah yang dihadapi selama masa kuliahnya, menumbuhkan kebiasaan
dengan cara belajar yang efektif.6
Namun ada juga mahasiswa yang dalam bimbingan perwaliannya
mengalami kesulitan, seperti sulitnya mendapatkan nasehat dan bimbingan dari
4
Djamarah, S. B, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Renika Cipta, 2004, h.38
5
Soenarto,Keluargaku Permata Hatiku, Jakarta, Jagadnita Publishing, 2006, h.1
6
4
dosen walinya, atau bahkan untuk meminta tanda tangan dosen wali utnuk KHS
atau nilai – nilai yang diperoleh, karena kendala kesibukan dan sikap dosen yang
berbeda-beda.7Dalam hal – hal yang bersifat teknis ini terutama dalam kegiatan
mengelolah dan melaksanakan interaksi belajar seperti yang sudah disebut diatas
maka dosen disebut sebagai tenaga professional dibidang pendidikan.
Dalam proses pendidikan sering juga kita jumpai kegagalan – kegagalan,
seperti yang telah dipaparkan diatas yang mana dosen wali sulit ditemui
dikarenakan kendala waktu dan sifat dosen yang berbeda- beda. Hal ini biasanya
dikarenakan lemahkan sistem komunikasi. Untuk itu dalam dunia pendidikan
khususnya dalam perkuliahan sangat perlu yang namanya mengembangkan
berbagai komunikasi antarpribadi yang efektif dalam proses pembelajaran,
khususnya dalam bimbingan perwalian.
Oleh karena itupenulis ingin mendalami arti dari perwalian antara
mahasiswa dengan dosen wali dan bagaimanakomunikasi antarpribadi mahasiswa
dengan bimbingan perwaliannya sendiri dengan di spesifikasikan pada mahasiswa
angkatan tahun ajaran 2014/2015 di jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana komunikasi antarpribadi dalam bimbingan perwalian antara dosen
wali dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan tahun ajaran 2014/2015
Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN Sunan Ampel Surabaya.
7
5
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat memahami bagaimana komunikasi antarpribadi mahasiswa ilmu
komunikasi dalam bimbingan perwalian
D. Manfaat Hasil Penelitian
Adapula kegunaan/manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini digunakan agar mahasiswa dan dosen yang ada di lingkungan
kampus atau perguruan tinggi terutama jurusan Ilmu Komunikasi dapat
semakin memahami pentingnya komunikasi antarpribadi mahasiswa dengan
dosen wali dalam bimbingan perwalian.
2. Penelitian ini dilakukan untuk merubah pola pikir mahasiswa terhadap dosen
walinya dalam bimbingan perwalian, begitu pula sebaliknya.
3. Penelitian ini untuk menemukankomunikasi antarpribadi mahasiswa yang
efektif dengan dosen walinya dalam bimbingan perwalian.
4. Penelitian komunikasi antarpribadi ini nantinya akan berhasil menemukan
cara yang efektif dalam membangun relasi antara mahasiswa dengan dosen
walinya dalam bimbingan perwalian, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
E. Penelitian Terdahulu
Sejauh penelusuran penulis terhadap karya ilmiah yang bertemakan
Komunikasi antarpribadi Mahasiswa dalam Bimbingan Perwalian belum
ditemukan, namun memang terdapat banyak karya ilmiah yang mengambil tema
tentang Komunikasi Antarpribadi. Sehingga dalam skripsi ini tidak
6
antarpribadi. Sebab memang hampir tidak ada yang membahas komunikasi
antarpribadi dalam bimbingan perwalian, atau memberikan analisis kritis dengan
worldview yang tepat.
Dalam bentuk skripsi di antaranya seperti yang ditulis Ida Rizki Amilia
dengan judul, “Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa TPA Al- Islamiyah”
pada tahun 2014.8Dalam skripsi ini hasilnya adalah secara dominan komunikasi
interpersonal guru dan siswa cenderung mengarah pada keakraban dan kedekatan
antara komunikator dan komunikan berani membuka hati dan sikap menerima
keterusterangan antara keduanya.
Hanya saja dalam skripsi ini penulis lebih memfokuskan untuk
mendeskripsikan mengenai komunikasi antarpribadi guru dengan muridnya
sedangkan peneliti disini mengkaji masalah yang lebih fokus yakni komunikasi
antarpribadi mahasiswa dalam bimbingan perwalian.
Begitu pula dengan skripsi milik Laila Safitri Lubis dengan judul “Peran
Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif ” pada tahun 2010. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah komunikasi
antarpribadi orang tua dengan anak terfokuskan pada bentuk positif.9Hasil
penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antara orang tua dan anaknya di
Kelurahan Karang Berombak sangat berperan dalam hal membentuk perilaku
positif sejak dini kepada sang anak. Komunikasi yang senantiasa dilakukan orang
tua baik itu verbal dan nonverbal dapat membuat anak untuk berperilaku positif
8
Ida Rizki Amilia, “Komunikasi Interpersonal Guru dan Siswa TPA Al - Islamiyah”, (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Pemangunan Nasional “VETERAN”, 2014).
9
7
terutama perilaku mandiri, percaya diri, dan keterbukaan.Kemandirian ini ditandai
dengan mampunya anak untuk mengerjakan sesuatu hal sendiri yang berhubungan
dengan kegiatannya sehari-hari. Percaya diri sudah dapat ditunjukkan dengan
perilaku sang anak yang mampu berbaur dengan lingkungannya secara baik, dan
keterbukaan yang paling menonjol ditandai dengan perilaku anak yang gemar
bercerita tentang kegiatannya dan apa yang dialaminya seharian kepada orang
tuanya. Orang tua menggunakan cara mereka masing-masing untuk mendidik dan
mengasuh anak mereka. Untuk dapat menanamkan perilaku positif pada diri sang
anak dibutuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif dan berlangsung dua arah
artinya anak mengerti apa yang diinginkan oleh orang tua dan sebaliknya orang
tua berusaha untuk memahami anak mereka agar terjalin komunikasi yang baik
dan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam skripsi ini penulis lebih memfokuskan untuk mendeskripsikan
mengenai komunikasi antarpribadi Orangtua terhadap anak sedangkan peneliti
disini mengkaji masalah yang lebih fokus yakni komunikasi antarpribadidalam
bimbingan perwalian mahasiswa angkatan 2014 di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
F. Definisi Konsep Penelitian
1. Komunikasi Antarpribadi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication
yang berasal dari Bahasa Latin communication dan bersumber dari kata
8
komunikan memiliki persepsi yang sama tentang apa yang sedang
dikomunikasikan.
Komunikasi merupakan suatu proses pembagian makna atau ide – ide
diantaranya dua orang atau lebih dan mereka saling pengertian tentang pesan
yang disampaikan.
Namun sebelum mendefinisikan komunikasi antarpribadi perlu
membedakan antara komunikasi non-antarpribadi dengan komunikasi
antarpribadi.Menurut miller dan stainberg (1975) membedakan antara
keduanya itu berdasarkan tingkatan analisis yang digunakan untuk mengetahui
prediksi. Menurut mereka terdapat 3 tingkatan analisis dalam melakukan
prediksi, yaitu :
1) Analisis pada tingkat kultural (reaksi)
“Kultur” merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi atau
bisa disebut segala sikap atau perbuatan yang dilakukan atau di aplikasikan
ketika berkomunikasi, seperti : kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak
isyarat, nada suara, ekspresi wajah, penggunaan waktu ruang dan materi,
dan cara dia mempertahankan diri. Kesemua itu merupakan sistem-sistem
komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dibaca secara
tepat, apabila seseorang akrab dengan perilaku, dalam konteks sejarah,
sosial, dan kultural.
Terdapat 2 macam kultur, yang pertama heterogenousadalah
perbedaan-perbedaan dalam perilaku dan nilai-nilai yang dianutnya,
sedangkan homogenousadalah apabila orang-orang di suatu kultur
9
Jadi apabila analisis pada tingkat kultural komunikator melakukan
prediksi terhadap reaksi penerima atau receiversebagai akibat menerima
pesan dengan menggunakan dasar kultural.10
2) Analisis pada tingkat sosiologi
Apabila prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau
receiverterhadap pesan-pesan yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima di dalam kelompok sosial tertentu, maka
komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologi. Keanggotaan
kelompok merupakan golongan orang-orang yang memiliki karakteristik
tertentu yang sama, apakah atas dasar kemauannya sendiri atau karena
beberapa kriteria yang dikenakan oleh yang melakukan prediksi.11
3) Analisis pada tingkat psikologi
Apabila prediksi mengenai reaksi pihak lain atau terhadap
penerima perilaku komunikasi kita didasarkan pada analisis dari
pengalaman-pengalaman belajar individual yang unik. Maka prediksi itu
didasarkan pada tingkat analisis psikologi. 2 orang yang sering berinteraksi
dan mendasarkan prediksinya mengenai satu sama lain. Terutama pada data
psikologis secara khusus menegaskan bahwa mereka mengenal satu sama
lain.
Penegasan ini berarti mereka telah mendapatkan pengertian
didalam karakteristik yang unik mengenai kepribadian satu sama lain.
Meskipun pengertian semacam itu sulit didapat perolehan mereka
10
Muhammad Budyatna, dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi AntarPribadi, (Jakarta : Kencana Perdana Media Group, 2012), h.2
11
10
membantu ke dalam komunikasi yang tidak di temukan pada kontak yang
dangkal berdasarkan prediksi kultural dan sosiologis.
Seringkali interaksi yang di dasarkan pada prediksi psikologis
menyebabkan orang lain menilainya sebagai sesuatu yang aneh.12
Oleh sebab itu apabila prediksi mengenai hasil komunikasi didasarkan
pada tingkat analisis kultural dan sosiologis, maka komunikator terlibat
didalam komunikasi non antarpribadi, namun apabila prediksi terutama
didasarkan pada tingkat analisis psikologi maka komunikator terlibat dalam
komunikasi antarpribadi.
Pada tingkat komunikasi antarpribadi prediksi dengan dasar psikologis
tentang hasil komunikasi dapat disamakan dengan pemedaan rangsangan atau
“stimulus discrimination” .
Jarang sekali ada interaksi awal bersifat antarpribadi, karena pada awal
seseorang bertemu mereka segan untuk memuat prediksi semacam itu, dan juga
sering kali sebagai hal yang tidak mungkin.Sedikit sekali di masyarakat kita
komunikasi yang dapat di karakterisasikan sebagai antarpribadi, karena setiap
orang berbeda-beda dalam kemampuannya untuk berkomunikasi.
Komunikasi antarpribadi terjadi apabila seseorang mendasarkan
prediksinya tentang reaksi orang lain dengan data psikologis, sedangkan
hubungan antarpribadi memerlukan paling sedikit 2 orang berkomunikasi
antarpribadi.13
12
Ibid, h.4
13
11
Jadi Komunikasi Antarpribadi adalah, “komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menagkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Sedangkan menurut Miller dan Nicholson, dalam pergaulan antar
manusia selalu terjadi penyesuaian pikiran yang mengandung pengertian
bersama.
Komunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan namun komunikasi
juga harus menentukan kadar hubungan intrerpersonalnya (relationship).
Bentuk komunikasi antarpribadi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Pertama, Komunikasi Diadik (dyadic communication), yakni
komunikasi yang berlangsung antar dua orang (komunikator dan komunikan)
Kedua, Komunikasi triadic (triadic communication), yakni komunikasi
antarpriadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang atau lebih, yakni
komunikator dan 2 komunikan.14
2. Bimbingan Perwalian Mahasiswa
Bimbingan memiliki pengertian upaya pembimbing untuk membantu
mengoptimalkan individu.Model bimbingan yang berkembang saat ini adalah
bimbingan perkembangan. Visi bimbingan perkembangan bersifat
edukatif,pengembanagan, dan outreach. Edukatif karena titik berat layanan
bimbingan perkembangan di tekankan pada pencegahan dan pengembangan,
bukan korektif atau terapeutik. Pengembangan karena titik sentral sasaran
bimbingan perkembangan adalah perkemangan optimal seluruh aspek
14
12
kepribadian individu dengan strategi atau upaya pokoknya memberikan
kemudahan perkembanagan.Outreach karena target populasi layanan
bimbingan perkembangan tidak terbatas pada individu yang bermasalah, tetapi
semua individu berkenaan dengan semua aspek kepribadiannya dalam semua
konteks kehidupan.
Dengan pemberian layanan bimbingan mereka lebih produktif, dapat
menikmati kesejahteraan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang
berarti pada lembaga tempat mereka bekerja serta masyarakat pada umumnya
pemberian bimbingan juga membantu mereka mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal.15
Perwalian, dalam hal ini menuju kepada dosen wali dalam perkuliahan
tugas dosen wali adalah :
• Memberikan bimbingan dan nasehat kepada mahasiswa baik diminta
maupun tidak mengenai berbagai masalah yang dihadapi selama masa
pendidikannya, menumbuhkan kebiasaan dan cara belajar yang efektif.
• Menyetujui dan mendatangani Kartu Rencana Studi (KHS) yang telah
disusun oleh mahasiswa.
• Mendatangani KHS atas nilai-nilai yang diperoleh mahasiswa dan
menyerahkan ke wakil dekan 1 melalui petugas yang ditunjuk.
• Mengisi kartu evaluasi tiap mahasiswa yang format dan pelaksanaannya di
tetapkan oleh fakultas masing-masing.
15
13
• Mengevaluasi keberhasilan studi mahasiswa sesuai dengan ketentuan
tahapan evaluasi serta membuat laporan dan rekomendasi tentang
mahasiswa yang perlu mendapat peringatan akademik.16
G. Kerangka Pikir Penelitian
Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir
setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini
terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia yang tanpa komunikasi maka akan terisolasi.17
Komunikasi antara dosen walinya termasuk salah satu hal yang berperan
penting dalam perkuliahan, karena peran dosen wali disini sebagai pembimbing
khusus selama di perguruan tinggi, dan sudah seharusnya komunikasi antara
mahasiswa dengan dosen walinya terjalin dengan harmonis, dapat saling pertukar
pikiran, dan pendapat.18
Sehingga dalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka teori
Devito.Teori Devito secara umum membahas tentang komunikasi antarpribadi.
Komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator
berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan sehingga terdapat
interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan,
16
Diakses melalui website http://laciarsip.wordpress.com/dosen-wali/tugas-dosen-wali/ pada Tanggal 1 April 2016
17
Ahmad sihabudin, komunikasi Antar Budaya (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2011), h. 14
18
14
keduanya aktif dalam proses pertukaran informasi yang berlangsung dalam
interaksi.19
Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial
dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses
saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan
karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang
memiliki suatu pribadi.
Dalam kerangka pikir penulis, maka penulis membuat bagan sebagaimana
yang sudah tercantum di bawah :
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Pola Komunikasi antarpribadi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Sunan Ampel Surabaya
15
H. Metode Penelitian
1. JenisPenelitian
Penelitian inimerupakanpenelitiankualitatifyangbersifatdeskriptif. Yang
mana penelitian kualitatif itu sendiri memiliki pengertian penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.20
Penelitiandeskriptif lapangan inibertujuanuntuk menggambarkandan
menginterpretasiobjeksesuaiapaadanya. 21 Penelitiandilakukan untuk
menggambarkanukuran data secara lebih dalam dengantekniktriangulasipada
komunikasi antarpribadi dalam bimbingan perwalian mahasiswa ilmu
komunikasi sepertisaatpenelitian berlangsung,
Analisissecarakualitatifdigunakanuntuk memberideskripsiberupa
kata-kata terhadaphasilpenelitian, sedangkan jika dilihat dari sumber datanya
penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research), yang
mengambil lokasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya, yang mana berarti sumber data tersebut meliputi:
1. Data Primer
Data premier adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
dari obyek peneltian yaitu Komunikasi Antarpribadi Dalam Bimbingan
Perwalian Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Data Sekunder
20
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), h. 5
21
16
Data sekunder adalah datapendukung yang di dapat dari data
primer. Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
buku-buku atau literatur yang ada relefansinya dengan kajian penelitian.
2. Tempatdan WaktuPenelitian
Penelitian ini dilakukandi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya, Jl. A. Yani no. 117 Surabaya,
selama3,5bulanyangdilaksanakanpadaTanggal1 5 April -1 Agustus 2016.
3. SumberPenelitian
Sumberpenelitian iniadalah komunikasi antarpribadi dalam bimbingan
perwalian.Dengansubjekpenelitian Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya tahun ajaran 2014/2015.Pemilihansubjekini
dilakukandenganteknik purposive sampling.MenurutSugiyono, teknik
inimengambilsamplesumberdataberdasarkanpada pertimbangantertentu.22
Alasanpemilihanmahasiswa angkatan tahun ahjaran
2014/2015,salahsatunyakarena dari faktor periode selama bersama dosen
walinya mereka lebih bisa mengerti dan dapat menilai dosen walinya sendiri,
segi psikologis mahasiswa angkatan tahun ajaran 2014/2015 lebih
tanggap,haliniberhubungandengan fokuspenelitiantentang komunikasi
antarpriadi dalam bimbingan perwalian mahasiswa dengan dosen walinya.
22
17
4. FokusPenelitian
Penelitianinidifokuskanpada komunikasi antarpribadi dalam bimbingan
perwalian.Adapunfokuspenelitian tersebut dijabarkan menjadi:
1. Bimbingan perwalian dalam mengoperasikan siakad, persetujuan KRS dan
KHS, memberikan nasehat kepada mahasiswa baik diminta maupun tidak
mengenai berbagai masalah yang dihadapi selama masa pendidikannya,
Mengevaluasi keberhasilan studi mahasiswa serta membuat laporan dan
rekomendasi tentang mahasiswa yang perlu mendapat peringatan akademik.
2. Komunikasi antarpribadi terfokuskan pada bimbingan perwalianMahasiswa
Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya
3. Hasil analisis komunikasi antarpribadi dalam bimbingan perwalian
mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
5. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Kualitatifadalah
metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber informasiyang bisa
digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secarakomprehensif
berbagai aspek individu, kelompok, suatu program,organisasi, atau peristiwa
secara sistematis, 23 dengan menggunakan pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen.24
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secarea langsung hakikat
23
Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group., h.65
24
18
hubungan antara penelitian dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, seperti saja penelitian yang penulis
teliti mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukandosen Program Studi
Ilmu Komunikasi pada saat bimbingan perwaliandengan mahasiswa. Di mana
setiap dosen memiliki aturan, karakteristik,gaya yang berbeda dalam
bimbingan perwaliannya walaupun dalam satukonsentrasi studi yang sama
sekalipun. Secara spesifik peneliti akan mengidentifikasikan pola yang
digunakan dosen Ilmu Komunikasi dalam melakukan bimbingan perwalian.
6. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penulisan penelitian ini adalah Mahasiswa Ilmu
Komunikasi angkatan 2014/2015. Adapun jumlah seluruh mahasiswa Ilmu
Komunikasi angkatan 2014/2015 adalah sejumlah 122 orang, sedangkan yang
menjadi dosen wali adalah dosen tetap Fakultas Dakwah dan Komunikasi
khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang berjumlah 15 orang dosen wali
dalam jumlah keseluruhan, yang selanjutnya disebutsebagai sumber penelitian.
Jumlah informan dan individu yang dijadikan informan adalah orang-orang
yang menurut peneliti memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian,
orang-orang dengan peran tertentu yang tentu saja yang mudah diakses.
Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang (subjek) secara
pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang
proses dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa
19
perwalian. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang
dalam pendekatan lainnya akan hilang.
Data populasi di atas, hanya diambil 3 mahasiswa dari masing-masing
dosen wali yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi khusunya jurusan
Ilmu Komunikasi secara acak, dikarenakan jika diambil dari keseluruan
jumlah mahasiswa angkatan tahun ajaran 2014/2015 terlalu banyak informan
dan terlalu banyak yang memiliki jawaban yang sama, jadi hanya di ambil
yang leih prioritas saja.
Sedangkan untuk dosen wali hanya diambil 8 dosen wali dari jurusan
Ilmu Komunikasi, karena 1 dosen telah berhenti selama 2 tahun yang lalu
untuk melanjutkan studinya, dan 1 lagi tidak memiliki wali mahasiswa
angkatan tahun ajaran 2014/2015, sedangkan 5 lainnya memiliki kesibukan
yang sangat padat diluar kampus sehingga tidak dapat ditemui dan tidak dapat
memuat jadwal wawancara.
Berikut data dosen wali beserta mahasiswanya sesuai dengan konsentrasi
studi yang ingin diteliti :
1. Advan Navis Zubaidi, S.ST, M.Si,
Mahasiswa 1 : Al – Islaniyah (B96214111)
Mahasiswa 2 : Rilla Hesti P (B96214104)
Mahasiswa 3 : Umi Kulsum Z (B96214107)
2. Agoes Moh. Moefad, Drs., SH, M.Si.
Mahasiswa 1 : Rosita (B76214085)
Mahasiswa 2 : Romadhoni Kusnul K (B76214084)
20
3. Ali Nurdin, S.Ag, M.Si.
Mahasiswa 1 : Choirul Bariyah (B76214062)
Mahasiswa 2 : Clarissa Aisyah Putri (B76214063)
Mahasiswa 3 : Destifan Tomi (B76214064)
4. Lilik Hamidah, S. Ag, M. Si
Mahasiswa 1 : Kholid Fauzi (B76214076)
Mahasiswa 2 : Iis Ariska (B76214073)
Mahasiswa 3 : Fitria Yuninda M.R (B76214070)
5. M. Hamdun Sulhan, M.Si, Drs. H.
Mahasiswa 1 : M. Haqqir Ridho (B96214100)
Mahasiswa 2 : Evita Nanda K (B96214033)
Mahasiswa 3 : Hafidh Abdul (B96214096)
6. Nikmah Hadiati Salisah, S.Ip., M.Si.
Mahasiswa 1 : Siti Zainab (B76214051)
Mahasiswa 2 : Nia Dian Rofi (B76214047)
Mahasiswa 3 : M. Ibrahim Amin (B76214045)
7. Rahmad Harianto, S.IP, M.Med.Kom
Mahasiswa 1 : Siti Mur Alfiana W (B96214135)
Mahasiswa 2 : Wakhidatul K (B96214136)
Mahasiswa 3 : Kharisul Hamam (B96214126)
8. Muchlish, S.Sos, M.SI
Mahasiswa 1 : Deddy Hudanto (B96214114)
Mahasiswa 2 : Eli Rochmawati (B96214115)
21
7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian lapangan yang dikaji ini merupakan penelitian kualitatif
sehingga peneliti akan menggunakan metode-metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Instrumen Penelitian
Berdasarkantopik penelitianyangditeliti,makadipilih beberapa
instrumenyang digunakan untuk mengumpulkan datasebagaiberikut:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai
permasalahan dalam penelitian dengan membaca literatur yang relevan
untuk mendukung, seperti buku-buku, jurnal, dan internet
mengenaikecemasan berkomunikasi, ketidakpastian, komunikasi
antarpribadi dalam bimbingan skripsi.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
1) Wawancara
Wawancaramerupakan suatumetodeuntuk
memperolehdatayangdilaksanakansecara lisan (tanyajawab) dengan
narasumber. 25 Untuk memperolehinformasi yang relevan dengan
penelitian, wawancara yangdilakukanakandibimbing
olehsejumlahpertanyaan yangtelahdisusundalam formatwawancara.Pada
penelitianini,wawancara dilakukankepadaDosen Waliuntuk memberikan
keterangan terkait pola komunikasi antarpribadi dalam bimbingan
perwalian khususnya bimbingan siakad, persetujuan KHS dan KRS,
25
22
memberikan nasehat kepada mahasiswa baik diminta maupun tidak
mengenai berbagai masalah yang dihadapi selama masa pendidikannya,
Mengevaluasi keberhasilan studi mahasiswa serta membuat laporan dan
rekomendasi tentang mahasiswa yang perlu mendapat peringatan
akademik.
Hasil wawancarainiselanjutnya digunakandalam
pembahasandatapenelitiansebagaidata sekunder.Adapun
pedomanwawancara yangdigunakanterdiridari14itempertanyaan untuk
dosen wali(Lampiran), dan 12 item pertanyaan untuk mahasiswa Ilmu
Komunikasi angkatan tahun ajaran 2014/2015 (Lampiran).
c. Dokumentasi
Dokumenmerupakancatatanperistiwayang sudah
berlalu.Dokumenbisaberbentuk tulisan,gambar, atau
karya-karyamonumentaldari seseorang. 26 Padapenelitian
ini,dokumentasidigunakanuntuk mengumpulkandatamahasiswa Ilmu
Komunikasi angakatan 2014/2015 dan dosen tetap Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya,sertamendokumentasikan
pelaksanaan kegiatan penelitian.
d. Observasi
Observasimerupakanteknikdalam pengumpulandata yang
dilakukandengancaramengadakanpengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis. 27 Dalam penelitianini,peneliti
menggunakanobservasi tak berstruktur,dimanaobservasiyang
26
Sugiyono,Metode PenelitianKuantitatif,Kualitatifdan R&D,(Bandung:Alfabeta,2011),h.240
27
23
dilakukantidak dipersiapkansecarasistematistentang apayangakan
diobservasi, tetapi hanyaberuparambu-rambu pengamatansaja.
Observasipadapenelitian inidigunakan untuk mengamatidan
mencatatkejadian-kejadian faktual yang terjadi
selamapelaksanaanAnalisis komunikasi antarpribadi dalam bimbingan
perwalian.Catatan ini selanjutnya jugadigunakansebagaidata sekunder.
2. Analisis Data
Moleong mendefinisikan analisis data sebagai proses
pengorganisasian danmengurutkan data ke dalam pola, kategoridan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data. Bodgan & Biklen mengemukakan
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalanbekerja
dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola,mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.28
Tahap analisis data memegang peran penting dalam riset kualitatif,
yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini
menggunakan teknikanalisis data kualitatif dimana analisis data yang
digunakan bila data-data yangterkumpul dalam riset adalah data kualitatif
berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi, baik yang diperoleh
dari wawancara mendalam maupun observasi Melalui data kualitatif, data
28
24
yang diperoleh dari lapangan diambilkesimpulan yang berifat khusus kepada
yang bersifat umum kemudian disajikandalam bentuk narasi.29
Oleh karena itu penulis menggunakan reduksi data yang merupakan
proses pengumpulan data penelitian,seorang peneliti dapat kapan saja
menemukan waktu untukmendapatkan data yang banyak, apabila peneliti
mampu menerapkanmetode observasi, wawancara atau dari berbagai
dokumen yangberhubungan dengan subjek yang diteliti. Artinya, peneliti
harusmampu merekam data lapangan dalam bentuk catatan-catatan
lapangan(field note).Harus ditafsirkan atau diseleksi masing-masing data
yangrelevan dengan fokus masalah yang diteliti.Selama proses reduksi data
peneliti dapat melanjutkan ringkasan,pengkodean, menemukan tema.
Reduksi data berlangsung selamapenelitian di lapangan sampai pelaporan
penelitan selesai. Reduksidata merupakan analisis yang menajamkan untuk
mengorganisasikandata dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi
untukdijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang akan diteliti30Maka,
peneliti akan mengumpulkan data yangdiperlukan melalui metode
wawancara dengan subyek yang akanditeliti.
8. Alur Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif ini pengumpulan data dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
25
Langkahpertamadalam penelitian ini,melakukanobservasi dan
wawancara secara informal mengenai proses komunikasi antarpribadi
dalam bimbingan perwalian dengan salah satu mahasiswa ilmu
komunikasi angkatan tahun 2014/2015 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.Kemudianmelakukan
identifikasimasalah dan menetapkansubjek penelitian berdasarkan kriteria
yangdiharapkan.
b. Melakukan kajian pustaka
Kajianpustakadilakukandalam menggaliinformasi
mengenaimacam-macam pola komunikasi antarpribadi serta pengertianbimbingan dan
macam-macam jenis bimbingan dalam perwalian
c. Pembuatan pedoman wawancara berkaitan denganproses komunikasi dan
bimbingan dalam perwalian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengobservasiproses bimbingan perwalian yang diterapkan oleh dosen
wali jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN
Sunan Ampeldanmembuat catatanlapangan.
b. Dilanjut dengan mewawancarai setiap dosen jurusan Ilmu Komunikasi
yang di prioritaskan adalah dosen tetap yang secara otomatis menjadi
dosen wali mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya angkatan tahun
ajaran 2014/2015 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.
26
tahun ajaran 2014/2015 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.
d. Mencocokkan kefalidan hasil data yang diperoleh dari wawancara secara
mendalam dengan dosen wali di juruan Ilmu Komunikasi dan juga dengan
mahasiswa Ilmu Komunikasi angkaan tahun ajaran 2014/2015 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Tahap Penyajian dan Pelaporan
Penyajian data kepada yang telah diperoleh dimasukan kedalammatriks
atau dalam daftar kategori setiap data yang didapat.Penyajiandata biasanya
dalam bentuk teks naratif.Biasanya, dalam penelitiankita mendapat data yang
banyak.Data tersebut tidak mungkin kitapaparkan keseluruhan.Untuk itu,
dalam penyajian data peneliti dapatdianalisis oleh peneliti untuk disusun
secara sistematis sehingga datayang diperoleh dapat menjelaskan atau
menjawab masalah yangditeliti. Maka dalam display data tidak disarankan
peneliti terlalu cepatmengambil kesimpulan.31
Tahap pelaporan merupakan tahap akhir dari proses penelitian, tahap
ini di kemukakan proses berlangsungnya dan hasil penelitian.Adapun
analisis hasil penelitian pada jenis penelitian kualitatif ini
adalahmencaridanmenyusun secara sistematisdata yang
diperolehdarihasilwawancara, catatan lapangan ataupun instrumenyang lain,
dengancaramengorganisasikandatakedalam kategori,menjabarkannya,
melakukansintesa,menyusunkedalam pola,danmembuat
kesimpulansehinggamudahdipahamiolehdirisendirimaupun orang
31
27
lain.32Berikutini adalahlangkah-langkahanalisis data dalampenelitian ini:
a. Data HasilWawancara dengan dosen wali
• Menyalin transkip hasilwawancara
• Menganalisishasilwawancarasecara deskriptif untuk membandingkan
jawaban yangtelahdiperolehmelalui observasi.
b. Data Hasil Wawancar dengan Mahasiswa
• Menyalin transkip hasilwawancara
• Menganalisishasilwawancarasecara deskriptif untuk membandingkan
jawaban yangtelahdiperolehmelalui observasi, dan wawancara
dengan dosen wali masing-masing.
c. Membuat kesimpulan dari hasilwawancara
Pengambilan keputusan merupakan analisis lanjutan dari
reduksidata dan display data sehingga data dapat disimpulkan dan
penelitimasih dapat menerima masukan. Penarikan kesimpulan
sementaramasih dapat diuji kembali dengan data di lapangan dengan
caramerefleksikan kembali, peneliti dapat bertukar pikiran dengan
temansejawat, triangulasi sehingga kebenaran ilmiah tercapai33.
9. Kriteria Kualitas Penelitian
Dalam buku metode penelitian komunikasi Deddy
Mulyanamengemukakan mengenai keandalan (reliabilitas) penelitian
kualitatif.Dalam penelitian kuantitatif (objektif) konsistensi antar peneliti
32
Sugiyono,MetodePenelitianKuantitatif,Kualitatif,danR&D,h.244.
33
28
sangatdiharapkan. Jika dua peneliti mendapatkan kesimpulan yang berbeda
ataubahkan bertentangan penelitian mereka atau fenomena yang sama
denganwaktu yang berbeda, pasti penelitian tersebut dikatakan salah.
Dalampenelitian kualitatif menggunakan konsep kealamiahan
(kecermatan,kelengkapan, dan orisinalitas) data, yaitu kesesuaian antara apa
yangmereka rekam sebagai data dan apa yang sebenarnya terjadi
dilapangan.Konsekuensinya dua orang peneliti independen bisa saja
mendapatkantemuan yang berbeda.Hasil keduanya pun dapat diandalkan
ataudigunakan.Kritik kecermatan atau orisinalitas data yang mereka
perolehdapat diajukan jika peneliti mendapat hasil yang bertentangan.
Hanyamelalui wawancara yang mendalam dan pengalaman berperan serta
yangintensif, kita dapat merekam data sealamiah mungkin, dengan
melukiskanapa yang subjek penelitian alami, rasakan, dan pikiran.34
I. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disusun sedemikian
rupa,sehingga diharapkan akan menjadi beberapa bagian yang sistematis dan
salingmelengkapi serta bersifat komprehensif.Bagian depan adalah bagian
formalitas yang terdiri dari : halaman judul,surat pernyataan,halaman pengesahan,
halaman motto, kata pengantar, daftar isi, dan translate.
Selanjutnya, sistematika pembahasannya dibagi sebagai berikut :
BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang didalamnya
mencakup penegasan istilah dan penegasan judul penelitian,
34
29
rumusanmasalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi oprasional,
penelitian terdahulu,metode penelitian yangterdiri darijenis
penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data,dan
metode analisis data serta pada bab ini diakhiri dengan
sistematikapembahasan.
BAB II: Setelah masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
dipaparkan, dilanjutkan dengan pembahasan BAB II, yaitu tentang
komunikasi antarpribadi mahasiswa dalam bimbingan perwalian, dan
pengertian bimbingan perwalian.
BAB III: Pada bab ini, akan di tampilkan paparan data penelitian yang mana
dalam paparan data penelitian ini mencakup: profil data dan
deskripsi data.
BAB IV: Interpretasi hasil penelitian dalam bab ini membahas tentang analisis
data dan konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V : Selanjutnya akan disimpulkan dalam bab V, yang sekaligus akan
dicantumkan juga rekomendasi yang sekiranya dapat dijadikan
masukan oleh mahasiswa dengan dosen walinya dalam bimbingan
perwalian, khususnya pada mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi
BAB II
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN BIMBINGAN PERWALIAN
MAHASISWA
A. Komunikasi Antarpribadi
1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Proses komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan
sehingga menghasilkan respon dari penerima pesan. Dari proses komunikasi, akan
timbul pola, model, bentuk dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan erat dengan
proses komunikasi.1
Devito dalam terjemahan Agus Maulana mengatakan bahwa dalam setiap
hubunganakan memiliki sebuah jaringan atau arus komunikasi. Jaringan
komunikasimerupakan saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari
satuorang ke orang lain. Jaringan komunikasi ini merupakan jenis umum
polakomunikasi. Ada lima pola komunikasi yang terbentuk sesuai dengan
aruskomunikasinya, lima pola tersebut yaitu2:
1. Pola Rantai
Pola ini menganggap bahwa tidak semua orang dapat menjadisentral dalam
proses komunikasi. Biasanya pola komunikasi rantaiini bersifat sangat kaku
karena proses komunikasinya berjalanotoriter seperti dalam sebuah organisasi
yang memerlukanketelitian, atau pengawasan ketat (militer).
1
S Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 1994, h.25
2
31
2. Pola Roda (Wheel)
Pola ini menjadikan semua laporan, instruksi, perintah terpusathanya pada
satu orang dan tidak ada proses komunikasi antara satudan lainnya.
3. Pola Roda (Circle)
Pola lingkaran ini mengatakan bahwa proses komunikasi yangterjadi pada
semua anggota komunikasi yang memiliki jabatan ataujenjang yang sama,
sehingga komunikasi ini akan berhenti adajenjang atau jabatan yang lebih tinggi.
4. Pola Bebas (All Channel)
Pola ini mengembangkan pola lingkaran, di mana dalamberkomunikasi
semua orang dapat berkomunikasi secara bebas danterbuka, memiliki kesetaraan,
dan ada proses timbal balik dalamkomunikasi ini.
5. Pola Huruf “Y”
Pola ini tidak jauh beda dengan pola rantai yang memilikiseseorang sebagai
sentral dalam berkomunikasi.3
Penjelasan mengenai pola komunikasi adalah dasar teori yangdigunakan
peneliti untuk mengetahuikomunikasi antarpribadi padaproses perwalian dalam
bimbingan perwalian oleh dosen wali. Karena, pada proses komunikasidalam
bimbingan perwalian antara dosen wali satu dengan lainnya biasanyamemiliki pola
komunikasi yang sama, yang idealnya sebagai pembimbingatau mentor, bahkan ada
juga dosen wali yang memiliki pandangan dan cara tersendiri dalam membimbing
atau mementorin mahasiswa yang di bimbingnya masing-masing.
3
32
Sebelum membahas secara dalam arti dari komunikasi antarpribadi, maka disini
akan membahas tentang pengertian dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi secara
luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang
ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas dari
sekedar wawancara.Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu,
sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi.4
Sedangkan secara sempitnya pengertian komunikasi adalah sebagai pesan yang
dikirimkan oleh seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar
untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima.Dalam setiap bentuk komunikasi
setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang berupa kata-kata
(bersifat verbal) atau berupa ekspresi atau ungkapan tertentu atau gerak tubuh (berupa
nonverbal).5
Secara kontekstual, komunikasi antarpribadi digambarkan sebagai suatu
komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi,
saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan pengertian
secara konstekstual saja tidak cukup untuk mendefinisikan komunikasi antarpribadi
karena setiap interaksi antara individu satu dengan individu lain memiliki arti yang
bereda-beda.
Menurut M. Ghojali Bagus dalam buku ajar psikologi komunikasi, komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan kepada pihak lain untuk mendapatkan
4
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakaya, 2005, Ibid, h.9
5
33
umpan balik bersifat langsung (face to face) yang biasa disebut dengan komunikasi
diadik atau melalui media.6
Effendi mengemukakan, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar
komunikator dengan komunikan.Komunikasi yang seperti ini dianggap paling efektif
dalam upaya mengubah perilaku, sikap atau pendapat seseorang karena sifatnya yang
berupa percakapan.Komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu
juga.7
Ari Muhammad menyatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses
pertukaran informasi diantara seorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui responnya.8
Menurut Devito komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai proses
penerimaan pesan dan pengiriman pesan antara dua orang atau antara sekelompok
kecil orang secara spontan atau informal.9
Sedangkan menurut Mulyana, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
hanya dua orang, seperti suami istri, sahabat dekat, guru-murid, dosen dengan
mahasiswa, dan sebagainya.10
Beberapa pengertian tentang komunikasi antarpribadi diatas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian informasi, pikiran dan
sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik antara
6
M. Ghojali Bagus. A.P, S.Psi, Buku Ajar Psikologi Komunikasi, Surabaya : Fakultas Psikologi Unair, 2010
7
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2003, h.30
8
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi,Jakarta : Bumi Aksara, 2005, h.159
9
Joseph A Devito, Komunikasi Antarmanusia, 5th.ed. Terjemahan; Agus Maulana (et.al.), Jakarta: Karisma Publishing, 2011, h.15
10
34
komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian,
mengenai masalah yang dibicarakan yang nantinya akan menghasilkan suatu
perubahan perilaku atau situasi.
Cara berkomunikasi yang dimaksudkan merujuk pada kualitas
berkomunikasiyaitu:11
a. Keterbukaan
Aspek keterbukaan merupakan dasar yang paling penting dalamproses
berkomunikasi. Di mana pada proses keterbukaan ini antarakomunikator
dan komunikan bisa saling jujur untukmengungkapkan apa yang ingin
mereka katakan, atau bagaimanaperasaan mereka sehinga di antara
komunikator dan komunikanproses komunikasinya berjalan dengan baik.
b. Empati
Menurut Henry Backrack empati adalah kemampuan seseorangmengetahui
apa yang sedang dialami oleh orang lain. Orang yangberempati mengerti
perasaan, harapan, dan cara memotivasi orangtersebut, sehingga orang
yang memiliki rasa empati akan mengertibagaimana mereka
menyampaikan pesan kepada orang lain.
c. Perilaku Suportif
Jika komunikasi ingin berjalan dengan baik, dibutuhkan juga sikapuntuk
saling mendukung. Karena, komunikasi tidak akan terbukajika seseorang
tidak memiliki rasa mendukung. Orang akanmenjadi defensif yaitu seperti
11
35
memiliki rasa ketakutan, harga dirirendah, dan kecemasan sehingga akan
menghambat proseskomunikasi.
d. Sikap Positif
Sikap positif mengacu pada dua hal yaitu pada diri kita sendiri danorang
lain, di mana jika kita memiliki sikap positif akan diri kitasendiri akan
terpancarkan melalui komunikasi kita dengan carakita memberikan
dorongan-dorongan yang positif, tidak denganmenjatuhkan atau membuat
komunikan menjadi minder atau merasa berbeda.
e. Kesetaraan
Aspek ini mengacu pada kesadaran antara komunikator dankomunikan
memiliki rasa mengakui bahwa kedua belah pihaksama-sama bernilai,
berharga, dan penting.Kesetaraan inimengurangi kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.12
Merujuk pada pengertian pola komunikasi dan komunikasiinterpersonal, Pola
komunikasi interpersonal dalam penelitian ini adalahkecenderungan atau gejala
umum yang menggambarkan caraberkomunikasi di antara dua individu yang secara
spontan dan informal dimana setiap individunya dapat menerima umpan balik secara
verbalmaupun nonverbal. Pola komunikasi interpersonal ini dapat dilihat
padakomunikasi yang dilakukan dosen dan mahasiswa pada prosespembimbingan
skripsi yang mana pada proses pembimbingan tersebutsetiap dosen memiliki ciri atau
pola yang pada umumnya sama namun carapenyampaiannya yang berbeda-beda.
12
36
Komunikasi yang digunakan punkomunikasi secara tatap muka di mana komunikasi
yang berlangsungsifatnya dua arah yang memiliki karakteristik:13
a. Melibatkan dua orang
Proses komunikasinya bersifat pribadi karena hanya melibatkan tidak
lebih dari dua orang.
b. Menghasilkan umpan balik atau feedback
Dua orang yang melakukan komunikasi tersebut
sama-samamendapatkan pesan atau umpan balik dari hasil komunikasi
yangmereka lakukan.Sehingga pada akhirnya, umpan balik membuatdua
orang yang berkomunikasi tersebut saling mengerti.
c. Tidak harus tatap muka
Komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan denganmenggunakan
alat bantu komunikasi, misal seperti telepon, email,sms, atau alat bantu
lainnya.
d. Menghasilkan pengaruh atau effect
Komunikan akan mendapatkan pengaruh dari hasil komunikasiyang
telah dilakukan, pengaruh tersebut lebih kepada tindakannyata dari orang
atau individu tersebut.
e. Tidak harus menggunakan kata-kata
Dua orang atau individu yang melakukan komunikasi
interpersonalsaling bisa menangkap reaksi masing-masing, misalnya:
bahasatubuh. Bahasa tubuh yang ditangkap, dapat membuat orang
13
37
lainmengerti secara tidak langsung reaksi yang dihasilkan dari bahasatubuh
tersebut.14
2. Komponen-komponen dalam Komunikasi Antarpribadi
Dari pengertian diatas maka dapat mengasilkan suatu
komponen-komponen dalam komunikasi antarpribadi, menurut Suranto A.W menyebutkan
beberapa komponen-komponen dalam komunikasi antarpribadi, diantaranya:15
a. Sumber / komunikator
Komunikator merupakan orang yang mempunyai kebutuhkan
berkomunikasi, maksudnya yang ingin membagi keadaan internal sendiri baik
yang bersifat emosional maupun informasional kepada orang lain
(komunikan).Dalam hal komunikasi antarpribadi komunikator adalah individu
yang menciptakan, atau yang menyampaikan pesan.16
b. Encoding
Adalah suatu aktifitas internal pada komunikator yang bersifat
symbol-simbol verbal maupun nonverbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata
bahasa serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan.17
c. Pesan
Pesan adalah seperangkat symbol-simbol baik itu nonverbal maupun
yang bersifat verbal atau gabungan keduanya yang mewakili keadaan khusus
14
Ibid, h.23
15
Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, h.9
16
Ibid, h.7
17
38
komunikator untuk disampaikan kepada komunikan.Pesan merupakan unsur
yang sangat penting dalam aktifitas komunikasi karena pesan itulah yang
disampaikan komunikator untuk diterima oleh komunikan kemudian
diinterpretasikan.18
d. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari komunikator ke
penerima.Dalam komunikasi antarpribadi penggunaan saluran sering disebut
juga dengan mediasemata-mata karena situasi dan kondisi yang tidak
memungkinkan untuk bertemu atau tatap muka.19
e. Penerima / komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima, memahami dan
menginterpretasikan pesan. Dalam proses komunikasi penerima menerima
pesan melakukan pula interpretasi kemudian memberikan umpan balik atau
respon. Dari umpan balik tersebut dapat mengetahui keefektifan aktifitas
komunikasi tersebut, apakah makna pesan komunikasi dapat diterima oleh
komunikan dan komunikator.20
f. Decoding
Decoding dapat diartikan sebagai pentafsiran komunikan ketika
mendapatkan pesan dari komunikator.21
39
Respon adalah tanggapan oleh penerima pesan atau
komunikan.Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negative sesuai
keputusan yang diberikan oleh komunikan.Respon positif berarti sesuai yang
dikehendaki komunikator, sedangkan respon netral adalah tanggapan yang
tidak diterima maupun tidak ditolak oleh penerima pesan / komunikan, dan
respon negative adalah respon menolak, atau komunikan tidak sesuai dengan
komunikator.
h. Konteks Komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam konteks tertentu, paling tidak,
terdapat tiga dimensi dalam komunikasi, yaitu ruang, waktu, dan
nilai.Dimensi ruang dalam komunikasi yaitu dimana lokasi aktifitas
komunikasi tersebut dilakukan, seperti lapangan, ruangan, dan lain
sebagainya.Dan dimensi waktu adalah waktu terjadinya komunikasi tersebut,
seperti pagi, siang, sore, malam.Sedangkan dimensi nilai adalah nilai yang
dihasilkan dari komunikasi tersebut, seperti nilai budaya, adat, maupun
informasi dan lain sebagainya.22
Oleh karena itu, proses komunikasi berdasarkan komponen-komponen
yang ada dalam komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: terdapat seorang
komunikator yang ingin menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima
pesan) pesan tersebut diekspresikan (encoding) melalui lambing dan bahasa,
bahasa tersebut bisa sebagai simbol matematik, diagram, dan lain sebagainya.
Pesan disampaikan melalui perantara, berbagai media dapat digunakan seperti
22
40
media percakapan, tatap muka, telpon, memo - memo tulis dan berbagai media
lainnya. Terdapat satu atau lebih penerima pesan. Jika seseorang menerima pesan,
maka pesan itu ditafsirkan dan diinterpretasikan kemudian di tanggapi (decoding).
3. Tipe Komunikasi Antarpribadi
Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (terjemahan Deddy Mulyana dan
Gemirasari) menjelaskan bahwa komunikasi antarmanusia muncul dalam
beberapa tipe situasi yang berbeda yang apabila dikaitkan dengan karakteristik
komunikasi interpersonal yang bersifat diadik (face to face) maka dapat
dikemukakan tiga tipe komunikasi antarpribadi, yaitu :
a. Komunikasi Dua Orang
Komunikasi dua orang mencakup segala jenis hubungan antarpribadi,
antara satu orang dengan orang lain, mulai dari hubungan yang paling singkat
(kontak) biasa, sampai hubungan yang bertahan lama.Contoh dari komunikasi
dua orang adalah suami – istri, guru – murid, pimpinan dan bawahan, dsan
sebagainya.Ciri – ciri komunikasi dua orang ini biasanya pihak-pihak yang
terlibat komunikasi berada dalam jarak dekat.23
Kontak merupakan salah satu tipe komunikasi dua orang yang
berlangsung singkat, karena diantara dua orang itu barangkali hanya saling
bertegur sapa, memandang, tersenyum, dan sebagainya.Namun, demikian,
kontak dapat berlanjut pada terjadinya komunikasi dua orang yang lebih
mendalam, seperti persahabat, bimbingan, dan kerjasama.
23
41
Dalam komunikasi dua orang ini memiliki dua kategori, yang pertama
komunikasi yang bersifat terbuka, biasanya komunikasi ini disebut dengan
komunikasi dokter dengan pasien, karena sifat keterukaan pasien yang mau
menceritakan tentang penyakitnya, dan dokter yang terbuka memberikan
solusi. Dan yang kedua komunikasi yang bersifat tertutup, seperti proses
introgasi. Introgasi atau pemeriksaaan adalah interaksi antara seseorang yang
ada dalam control, dimana satu pihak meminta atau ahkan menuntut informasi
dari yang lain, sementara pihak lain justru berusaha menyimpan informasi dari
yang benar. Sikap tertutup pihak yang di introgasi di tunjukkan dengan
sulitnya penyampaian jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang diterima.
Komunikasi diadik atau dua orang ini bersifat sebagai interaksi intim
dan longgar.Interaksi intim ditandai oleh adanya kedekatan hubungan kedua
belah pihak yaitu dengan adanya kedekatan emosional yang kuat diantara
keduanya misal, saudara kandung, orang tua dengan anak dan
sebagainya.Interaksi diantara dua orang dikatakan bersifat longgar jika
interaksi itu semata-mata hanya untuk kebutuhan fungsional, tidak ada ikatan
emosional seperti pengawas jalan dan pengguna lalu lintas.24
Komunikasi antarpribadi dua orang dapat terjadi secara primer maupun
sekunder.Apabila peserta yang melakukan komunikasi dapat bertemu dan
bertatap muka maka hal itu dikatakan bersifat primer.Sedangkan jika suatu
24
42
komunikasi itu memerlukan perantara yang berupa orang perorangan dan
media maka komunikasi tersebut bersifat sekunder.25
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu tipe komunikasi antrapribadi dimana dua
orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misal, seorang
pemimpin mewawancarai seorang karyawan untuk mencari informasi yang
mengenai suatu pekerjaan. Dalam komunikasi antarpribadi tipe wawancara ini
arah distriusi pesannya bersifat relatif tetap. Pewawancara bertindak sebagai
perancang dan pencipta pertanyaan, sedangkan terwawancara bertindak
sebagai penerima pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut.
Keefektifan wawancara diukur dari sejauh mana informasi yang ingin
dikumpulkan telah tercapai. Oleh karena itu dibutuhkan pedoman wawancara
supaya informasi-informasi penting dapat diperoleh dari pihak terwawancara.
Jadi fungsi pedoman wawancara adalah untuk mengontrol fokus materi
wawancara itu sendiri. keefektifan wawancara juga dilihat dari mutu jawaban
apakah terwawancara bersedia menjawabnya dengan baik atau tidak.26
c. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi
antarpribadi, dimana beberapa orang terlibat dalam satu pembicaraan. Contoh,
diskusi, musyawarah dan sebagainya.27
25
Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, h.17
26
Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, h.18
27
43
Komunikasi kelompok kecil memiliki tiga makna, yang pertama
jumlah anggota kelompok itu memang hanya sedikit orang, kedua diantara
para anggota kelompok itu saling mengenal, dan yang terakhir pesan yang
dikomunikasikan bersifat khusus, terbatas bagi anggota sehingga tidak
sembarang orang dapat bergabung dalam kelompok itu. Kelompok
mempunyai tujuan dan melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya
karena kelompok mempunyai dua tanda psikologis yaitu setiap anggota
kelompok merasa terikat dengan kelompok dan nasib anggota kelompok
saling bergantung satu sama lain. 28
Adapun komunikasi antarmanusia tipe lainnya adalah komunikasi
organisasi, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Yang mana ketiganya ini
selalu terjadi dengan banyak manusia.
Pengertian komunikasi organisasi ini adalah sebagai pertunjukan pesan
dan penafsiran diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi
dalam suatu lingkungan.29
Dan pengertian dari komunikasi publik adalah pertukaran pesan
dengan sejumlah orang yang berbeda dalam organisasi atau yang di luar
organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang
akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka diantara organisasi dan lingkungan
28
Ibid, h.19
29
44
eksternalnya dan diantara satu orang anggota organisasi dengan sejumlah besar
anggota organisasi yang sama. Komunikasi publik ini memiliki tipe hanya
seorang yang dapat menerima pesan kepada publik.30
Terakhir adalah komunikasi massa, yang mana proses pesan sampai ke
audien melalui media massa seperti televisi, radio atau koran untuk mengirim
pesan kepada audien yang luas untuk tujuan memeri informasi menghibur, atau
memujuk. Kemampuan untuk menjangkau ribuan massa atau bahkan jutaan
orang merupakan ciri dari komunikasi massa.31
4. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
a. Menemukan Diri Sendiri
Menemukan diri sendiri adalah salah satu dari tujuan komunikasi
antarpribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan antarpribadi maka kita akan
banyak belajar hal mengenai diri kita maupun orang lain (lawan bicara).
Komunikasi antarpribadi memberikan kita kesempatan untuk memicarakan
tentang diri kita, atau sesuatu yang kita sukai dan yang menarik untuk
didiskusikan. 32
Dalam konteks ini, komunikasi antarpribadi dalam bimbingan
perwalian, makadapat mendiskusikan mengenai bimbingan selama
perkuliahan, tingkat prestasi, dan sebagaimnya tentang bimbingan perwalian.
Dengan mendiskusikan dalam bimbingan, maka kita dapat menemukan
30
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, jakarta : Bumi Aksara, 2000, h.197
31
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008, h.453
32
45
sesuatu yang baru dari orang lain (dosen pembimbing) dan bahkan dari diri
sendiri.
b. Menemukan Dunia Luar
Hanya dari komunikasi antarpribadi yang dapat menjadikan kita dapat
memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi
dengan kita, dapat mengetahui berbagai informasi baru. Meskipun banyak
jumlah informasi yang didapat dari media massa, namun, penjelaskan tetap
menggunakan komunikasi antarpribadi, seperti dalam bimbingan perwalian,
sering kali kitajumpai informasi-informasi penting dari siakad, namun tetap
ada yang namanya bimbingan siakad, guna untuk memperjelas
informasi-informasi yang didapat dari media siakad.33
c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain.Banyak dari kita mengabadikan
waktu komunikasi antarpribadi untuk membentuk dan menjaga hubungan
sosial.34
d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Melalui komunikasi antarpribadi banyak waktu yang kita pergunakan
untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, seperti memilih bidang studi yang diinginkan
dalam dunia pendidikan atau dalam bimbingan KHS, dan percaya bahwa
33
Ibid, h.166
34