• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK

PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : Amin Mahamboro

09208241021

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran” Yogyakarta ini telah disetujui oleh pembimbing untuk

diujikan

Yogyakarta, 28 Oktober 2015 Pembimbing 1

Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. NIP. 19671126 199203 2 001

Pembimbing II

Drs. Pujiwiyana NIP. 19671221 199303 1 001

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Amin Mahamboro NIM : 09208241021

Prodi : Pendidikan Seni Musik

Fakultas : Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.Sepanjang pengetahuan saya, karya ilmiah ini tidak berisi materi yang ditulisoleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuandengan mengikuti tata cara dan etika penelitian karya ilmiah yang lazim.

Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar,sepenuhnyamenjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2015 Peneliti,

(5)

v

MOTTO

“There is no distance between past

and future, be as yourself

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Edi Nugroho dan Ibu Sukani tersayang, serta adik, Aushof

Zufar Kaloka.

2. Teman teman sahabattercinta yang selalu mensupportsaya.

3. Keluarga besar Seni Musik UNY lintas angkatan yang selalu

memberi canda, tawa dan semangat. terimakasih karena telah

memberikan banyak masukan dan motivasi selama saya

menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Seni Musik UNY.

4. Teman teman tiup seni musik UNY, yang selalu mensupport

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan YME atas segala karunianya yang telah memberikan hadiah berupa berkah dan nikmatNya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah direncanakan olehNYA.

Skripsi dengan judul ”METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI

PONDOK PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA” disusun guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan yang terjalin dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dra. Heni Kusumawati, M.Pdselaku pembimbing I dan Drs. Pujiwiyanaselaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, waktu, motivasi dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan hingga selesainya skripsi ini.

(8)

viii

dan memberikan semua informasi mengenai penelitian ini. Serta keluarga besar Hadrah Sunan Pandanaran yang menyediakan waktu dan motivasinya untuk skripsi ini.

3. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 28 Oktober2015

(9)

ix

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Metode Pembelajaran ... 7

B. Seni Musik Hadrah ... 15

C. Tinjauan Pondok Pesantren ... 28

D. Penelitian yang Relevan ... 29

E. Pertanyaan Penelitian ... 30

BABIII METODE PENELITIAN... 32

A. Pendekatan Penelitian ... 32

B. Setting Penelitian... 33

C. Sumber Data Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Objek Penelitian ... 36

G. Keabsahan Data ... 36

(10)

x

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(11)

xi

Gambar18 : Cara memegang terbang, dari depan dan belakang ... 63

Gambar19 : Bentuk pola ritme pada terbang untuk latihan pukulan dasar ... 63

Gambar 20 : Praktek pola pukulan tikah ... 63

Gambar 21 : Praktek pola pukulan reginjing ... 64

(12)

xii

(13)

xiii

DAFTAR ISTILAH Accidental : secara kebetulan atau tidak sengaja.

Ashar : waktu shalat wajib pada petang hari antara habis waktu dzuhur

dan terbenam matahari.

Audio : Sajian dalam bentuk suara

Countour : pola ciri-ciriyang terjadi pada pola nada.

Dzuhur : waktu shalat wajib pada saat tengah hari.

Intruksional : bersifat pengajaran, petunjuk.

Membranofone : yaitu alat yang sumber bunyinya berasal dari membran atau selaput kulit, sebagai contoh adalah : kendang, bedug, rebana. Mood : suasana hati.

Rebana : gendang berbentuk bundar dan pipik yang merupakan khas

melayu.

Reward : penghargaan.

Santri : sebutan bagi seseorang yang merngikuti ilmu pendidikan islam

di suatu tempat yang dinamakan pesantren.

Semarak : ber seri, gilang gemilang.

Seragam : sama ragam.

Shalawatan : puji-pujian atau doa untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Symbal : instrumen perkusi yang terbuat dari piringan logam

Verbalistis : bersifat lisan.

Visualisasi : pengungkapan suatu gagasan dengan bentuk gambar.

Zikir : sebuah aktifitas ibadah dalam umat muslim untuk mengingat

(14)

xiv

METODE PEMBELAJARAN HADRAH DI PONDOK

PESANTREN SUNAN PANDANARAN YOGYAKARTA

Oleh: Amin Mahamboro

NIM 09208241021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode pembelajaran yang digunakan pada pelatihan permainan hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Penelitian ini secara khusus dilakukan pada pembelajaran dasar dari pembelajaran hadraPondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Penelitian ini difokuskan pada metode pembelajaran yang digunakan pelatih dalam lagu dasar “ya rabbi sholi ala Muhammad”. Data dalam penelitian diperoleh dengan cara (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi. Alat bantu yang digunakan peneliti berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, catatan lapangan, dan alat perekam audio visual. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penyimpulan. Adapun uji keabsahan data menggunakan triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta adalah metode ceramah, demonstrasi, tanya-jawab, tugas, dan latihan atau drill. Pemilihan metode ini berdasarkan jenis pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yaitu pembelajaran praktik. Melalui penelitian ini peneliti menemukan metode pembelajaran yang menarik yang digunakan pelatih, yaitu metode pendekatan sebaya. Dalam pelatihanya tidak bisa dipungkiri metode pendekatan sebaya juga mempengaruhi santri menjadi pemain hadrah yang percaya diri dan terampil, berkreativitas tinggi dalam pengembangan permainan instrumen hadrah itu sendiri.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kebudayaan di zaman sekarang sudah menunjukan kemajuanya. Terutama tentang seni budaya yang mencakup kesenian, walaupun di iringi perubahan struktur sosial yang menjadi sebab adanya perbedaan sudut pandang tentang cara kehidupan masyarakat untuk berkesenian. Hal ini di buktikan dengan sudah adanya pembelajaran seni budaya, khusunya pembelajaran seni musik baik di sekolah maupun lembaga pendidikan lain. Menurut Koentjaraningrat (1997: 19) Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan prilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindranya (yaitu penglihat, penghidu, pengecap, perasa, dan pendengar).

(16)

2

Kesenian tradisional khususnya kesenian Islam di Indonesia mulai menunjukan perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir. Maraknya perlombaan musik di bidang kesenian islam menjadi bukti bahwa kesenian islam di indonesia telah di akui keberadaanya dan berkembang secara pesat. Sering sekali di jumpai kelompok kesenian Islam baik dari kalangan orang tua sampai kalangan remaja bahkan kanak kanak, serta dari organisasi besar seperti dari perguruan tinggi sampai organisasi kecil seperti oraganisasi masjid di suatu desa. Banyaknya sekolah maupun lembaga pendidikan dalam mengikuti perlombaan musik memberikan dampak positif terhadap perkembangan pembelajaran musik yang ada di lembaga pendidikan lain seperti pondok pesantren. Salah satu pembelajaran musik untuk pondok pesantren adalah pembelajaran musik hadrah.

Hadrah merupakan kesenian musik islam dimana dalam permainannya menggunakan beberapa alat musik yang di tabuh yang di mainkan secara bersama-sama. Kesenian Hadrah dalam kamus serapan bahasa Melayu mempunyai arti sejenis dzikir yang menggunakan rompang atau rebana kecil. Banyak orang menyebutnya dengan kesenian terbangan(rebana) atau sholawatan yang mana merupakan kesenian Islam di bidang seni musik digabungaan seni sastra dan juga seni gerak.

(17)

3

yang dijelaskan sebelumnya bahwa kesenian bermusik mengalami perkembangan, masuknya alat musik modern tidak mempengaruhi minat para santri yang mengikuti kegiatan ini

Permainan hadrah di pondok pesantren inibersifat kelompok yang setiap kelompok bisa dibedakan dalam tahap belajar.Kegiatan hadrah di pondok ini merupakan kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan dua minggu sekali, yakni pada hari Jumat dan juga Minggu siang.namun itu tidak rutin, menyesuaikan dengan acara di pondok pesantren.

Pengajaran hadrah dalam pondok pesantren ini pada proses latihanya, pelatih memberi latihan yang sama di setiap tahapan belajar. Materi yang di berikan ialah lagu dasar dan lagu yang akan di pakai dalam sebuah pertunjukan ataupun perlombaan. Pelatih mengajarkan kepada santri bagaimana cara memainkan yang kemudian santri yang sudah paham tenang permainan itu kemudian ikut membantu pelatih melatih teman santri yang lain yang belum bisa. Hal ini secara tidak langsung membantu santri belajar tentang kekompakan , bekerjasama dan bersosialisasi.

(18)

4

yang menarik perhatian peneliti untuk mempelajari lebih jauh tentang pembelajaran musik hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta serta metode yang diterapkan pelatih di dalam proses pembelajaran hadrah di tempat itu.

Berikut sebagian prestasi yang pernah diraih antara lain adalah sebagai berikut : 1) Juara I musabaqah tilawatil barjanji tingkat DIY – Jawa tengah di tahun 2008; 2) Juara I Kompetisi IPPNU tahun 2008; 3) Juara I lomba rebana di Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga tahun 2008 tingkat Propinsi DIY-Jawa Tengah; 4) Juara regional tingkat Propinsi DIY tahun 2008-2009;

Dari prestasi-prestasi tersebut, Pondok Pesantren Sunan Pandananran memang merupakan sekolah yang memiliki perkembangan musik Hadrah yang cukup maju.Ini menjadi alasan peneliti memilih lembaga pendidikan tersebut sebagai objek penelitian dengan judul Metode Pembelajaran Hadrah Di Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta.

B. Fokus Masalah

(19)

5

Penelitian ini berfokus pada metode pembelajaran hadrah yang diterapkan oleh pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang meliputi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi ajar yang diberikan kepada santri, dan bagaimana materi tersebut diajarkan kepada peserta didik.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. untuk mendeskripsikan metode yang digunakan dalam pembelajaran musik hadrah yang meliputi materi pembelajaran dan proses pembelajaran yang diberikan oleh instruktur di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

2. Untuk mendokumentasikan kesenian hadrah karena masih kurangnya buku pendukung tentang kesenian tersebut serta menjaga kelestarian dan keberadaannya

D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis :

a. Menambah wawasan masyarakat tentang kesenian hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

(20)

6

c. Dapat dijadikan sumber informasi tentang kekurangan dan kelebihan metode-metode pembelajaran hadrah tersebut ketika telah diterapkan di lapangan, khususnya di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

2. Secara praktis:

a. Bagi kelompok hadrah sendiri ialah sebagai masukan untuk perkembangan hadrah serta bahan evaluasi di pondok pesantren tersebut

b. Bagi Mahasiswa pendidikan seni musik sendiri sebagai bahan acuan metode pembelajaran yang di pergunakan yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran saat mendampingi sebuah peserta didik

(21)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran

1. Metode Pembelajaran

Metode secara umum dapat di artikan sebagai cara atau strategi untuk mencapai tujuan dan kegunaan tertentu. Metode menurut pendapat Suryobroto (1986: 3) adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pula pencapaian tersebut.Sedangkan dalam istilah pembelajaran Masjid (2007: 138) mengatakan bahwa metode ialah jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada peserta didik, atau segala macam pembelajaran. Dari pendapat diatas dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didik.

Hakikat guru dalam hal ini menurut Zain dkk (2003: 112) adalah tenaga didik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dalam suatu proses belajar mengajar siswa memerlukan seseorang guru sebagai sumber bahan dalam menyampaikan materi serta sejumlah ilmu pengetahuan guna berkembangnya pendidikan anak dan sumber daya manusia.

(22)

8

sentral dalam proses belajar mengajar. Sebagai pihak yang yang ingin meraih cita-cita serta memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.

Sedangkan materi dalam kajian ini seperti yang di jabarkan Ibrahim dan Nana (2003: 100) materi pembelajaran merupakan suatu yang disajikan guna untuk di olah dan kemudian di pahami siswa dalam rangka pencapaian tujuan intruksional yang telah di tetapkan.

Bisa di tarik kesimpulan bahwa pola terjadinya sebuah interaksi belajar adalah terjadinya interaksi edukatif tiga unsur penting yaitu antara guru dan siswa dengan materi ajar yang berperan sebagai perantaranya.Dalam bidang pembelajaran di sekolah bisa dikatakan beberapa faktor diatas merupakan hal penting yang ikut berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam hal ini metode yang di maksud adalah cara interaksi guri dengan peserta didik tersebut. Guru dituntut untuk lebih peka dalam memilih atau menentukan suatu metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun macam-macam metode yang digunakan menurut Madyo (1986: 15), sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan instruksional khusus dalam pengajaran seni musik dapat berupa demonstrasi, tanya jawab, tugas dan ceramah yang tiap metodenya harus saling topang menopang dengan kelebihan dan kekurangannya.

(23)

9 a. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi menurut Syah (2002: 208) adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun dengan media pengajaran. Mulyasa (2011: 107) menegaskan bahwa melalui metode demontrasi, guru memperlihatlan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Dapat dikatakan dari dua pendapat tersebut metode demonstrasi adalah memberi contoh secara visualisasi atau peragaan sebuah materi ajar kepada peserta didik.

Seorang guru seharusnya tidak hanya terpaku pada teori sajadalam metode demonstrasi, melainkan praktik, seperti contoh bernyanyi, bermain alat musik atau bahkan memperagakan apa yang menjadi topik dalam pembelajaran. Guru diharapkan mampu memberi contoh nyata dalam pembelajaran musik tersebut dengan baik. Seperti halnya dengan pendapat Moedjiono (1993: 73) bahwa guru dalam kegiatan belajar mengajar seringkali harus menunjukkan dan memperagakan keterampilan fisik atau yang lain.

(24)

10 b. Metode Tanya Jawab

Menurut Djamarah dan Zain (1997: 107) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. Masjid (2007: 138) menambahkan bahwa Metode tanya jawab adalah pengajuan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksud untuk merangsang untuk berpikir dan membimbingnya untuk mencapai kebenaran.

Metode tanya jawab digunakan sebagai acuan berhasilnya peserta didik menerima pelajaran, sampai sejauh mana peserta didik bisa menerima materi yang telah diajarkan. Selain sebagai tolak ukur pencapaian, metode tanya jawab memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih memahami pelajaran yang belum dimengerti dengan cara bertanya. Cara bertanya jawab juga menimbulkan motivasi untuk bersaing antar peserta didik dan secara bersamaan melatih peserta didik berpikir dan berbicara.

(25)

11 c. Metode Tugas

Sagala (2005: 219) menerangkan. Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentuagar murid melakukan kegiatan yang kemudian di pertanggung jawabkan. Lebih lanjut di jelaskan ismail (2008 :21) mengatakan bahwa tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh, lebih luas dari itu, tugas bisa dikerjakan dimana saja. Dengan tujuan merangsang anak untuk aktif belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode tugas ialah penyampaian materi ajar oleh guru yang diberikan oleh guru agar murid melakukan kegiatan belajar untuk kemuadian di pertanggungjawabkan tujuan dari metode ini yaitu agar peserta didik tetap aktif belajar.

d. Metode Ceramah

(26)

12

mengenalkan hal-hal baru yang berisi garis besar informasi pembelajaran berupa pengertian atau penjelasan.

Kemampuan guru dan kecakapan guru dalam metode ini sangatlah berperan penting dalam prosesnya.Seperti penjelasan di atas, guru menjadi sosok informatif yang berperan penting demi pembelajaran selanjutnya.Namun metode ini secara tidak langsung membuat peserta didik menjadi pasif.

Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa metode ceramah ini adalah metode yang memang sering di pandang sebelah mata, membuat peserta didik pasif. Sebenarnya metode ini tidak dapat di tinggalkan, seperti contoh jika dalam metode tanya jawab ada yang kurang bisa di raih. Maka metode ini sebagai pelengkap dan akan berhasil jika dikombinasikan dengan metode lain.

(27)

13

metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

2. Pembelajaran andragogi

Andragogi berasal dari kata andros datau aner yang berarti orang dewasa, Kemudian agogos berarti memimpin. Andragogi berarti memimpin orang dewasa. Andragogi adalah aktivitas yang merupakan hasil dari kecakapan kreatif dan kelihaian seseorang yang terkait dengan rasa estetika, terikat dengan kepribadian, karakter atau watak si pendidik (Marzuki, 2012: 166).Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat Danim (2010: 166) bahwa andragogi adalah ilmu tentang bagaimana membantu orang dewasa.

Marzuki (2012: 127) mangatakan bahwa andragogi esensinya adalah membantu orang dewasa agar mampu belajar dan menjadi pembelajar. Dalam penerapanya sendiri pelatihberperan sebagai fasilitator, dimana ada kala peserta didik menjadi pembelajar dan pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan diriya akan sesuatu. Satu sama lain bisa saling berperan menjadi sumber belajar.

(28)

14

membuat dirinya sendiri puas serta motifasi untuk belajarpun, datang dari dirinya sendiri.

3. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajarandimana para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satus aman lain dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2010: 4)sependapat dengan Sugiyanto (2010: 37), yang menjelaskan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar

Dari pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa cooperative learning adalah sistim pembelajaran dimana para peserta didik saling bekerja sama demi tercapainya tujuan pembelajaran, dimana posisi pesertadidik yang sudah paham akan materi mempunyai tanggung jawab terhadap peserta didik yang kurang paham terhadap materi. Menciptakan komunikasi dan interaksi sosial antar peserta didik serta untuk memotifasi antara peserta didik untuk saling membantu agar tercapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

4. Pendidikan Nonformal

(29)

15

(Marzuki 2012: 137). Pendidikan non formal ialah kegiatan yang terorganisasi dan sistematis di luar sistem persekolahan yang mapan (Sudjana 2004: 22)

Menurut pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa semua bentuk pendidikan yang di selenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Berbeda dengan pembelajaran formal,dalam hal ini tenaga pengajar, fasiltas, cara penyampaian dan waktu yang di pakai serta komponen lainya di sesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.

B. Seni Musik Hadrah 1. Seni Musik

Menurut Sudarsono (1992: 1) Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang mengandung ritme, harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang dan waktu sedangkan menurut Jamalus (1988: 1) seni musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan.

(30)

16

sehingga membentuk sesuatu yang indah yang merupakan bentuk ekspresi ungkapan rasa indah manusia

Unsur-unsur musik terdiri atas beberapa kelompok secara bersamaan menjadi kesatuan yang membentuk lagu atau komposisi musik (Jamalus, 1988: 7).Unsur-unsur tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah komposisi.berikut unsur musik menurut jamalus :

a. Unsur pokok 1) Irama

Dalam suatu karya seni, ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukan kehadiran sesuatu yang terjadi secara berulang-ulang secara teratur (Djelantik, 1999: 40). Irama dalam musik terbentuk dari sekelompok bunyi diam dengan bermacam-macam lama waktu atau panjang-pendek membentuk pola (Jamalus,1988:8). sepeerti contoh pada gambar 2.1

Gambar 1.Irama

(31)

17 2) Harmoni

Harmoni atau paduan nada ialah bunyi gabungan dua nada atau lebih, yang berbeda tingginya dan kita dengar serentak (Jamalus, 1988: 30). Djelantik (1988: 41) juga berpendapat dengan harmoni dimaksudkan adanya keselarasan antara bagian-bagian atau komponen yang disusun untuk menjadi kesatuan bagian-bagian itu tidak saling bertentangan

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa harmoni ialah perpaduan nada yang dibunyikan secara bersamaan akan menghasilkan keselarasan bunyi.

Nada-nada yang harmonis mempunyai frekuensi getaran yang tertentu, yang disebut oktaf, terts dan kwint yang perpaduannya disebut akord.Contoh akord bisa dilihat pada contoh gambar 2.

Gambar 2. Akord

3) Melodi

(32)

18

Melodik contour, meliputi frase dan arah jangkauan. Frase adalah penjang pendeknya sebuah melodi yang di tandai dengan adanya penggalan-penggalan

Melodik Countunity meliputi : ritme, pola, metrum, sistem nada dan motif. Frase melodi adalah unsur melodi yang harus memiliki kesan yang utuh dan estetis.

Melodik themes yaitu gagasan atau ide pokok yang tertuang dari lagu sebagai dasar pembentukan melodi.Unsur tema melodi juga merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah lagu.

Ada tiga kemungkinan gerakan melodi yaitu : gerakan naik (Gambar 3), gerakan turun (Gambar 4) dan gerakan tetap (Gambar 5).

(33)

19 b. Unsur ekspresi

Ekpresi dalam suatu musik adalah bagaimana seseorang mengungkapkan atau menyampaikan perasaan yang tersirat dari sebuah lagu. Jamalus (1988 : 38) mengatakan bahwa ekpresi musik ialah ungkapan pikiran dan perasaan yang mencakup semua nuansa.

Unsur unsur ekpresi meliputi tempo dan dinamik 1) Tempo

Jamalus (1988 : 38) mengatakan bahwa tempo adalah kecepatan suatu lagu dan perubahan-perubahan kecepatan lagu itu. dari pernyataan di atas bisa diambil kesimpulan bahwa tempo di dalam musik adalah waktu yang berhubungan dengan cepat dan lambatnya suatu lagu dinyanyikan

Macam-macam tempo menurut jamalus:

Presto : cepat sekali Allegro : cepat Allegreto : agak cepat Moderato : sedang Andante : agak lembut Andagio : lambat Largo : lambat sekali Accelerando : makin cepat Rittardando : makin lambat

(34)

20 2) Dinamik

Dinamik adalah keras lembutnya lagu tersebut di mainkan atau di nyanyikan (Soeharto, 1975: 33). Hal yang sama Menurut Jamalus (1988: 39) istilah dinamik di artikan tanda untuk menyatakan tingkat volume suara. Untuk menentukan dinamik sebuah lagu dugunakan istilah dan tanda dinamik berupa huruf-huruf singkatan, sedangkan tanda dinamik berupa gambar.

Macam-macam istilah dan tanda dinamik menurut Jamalus (1988: 39)

2. Alat musik dalam Hadrah

(35)

21

yang menjadi chiri khas dari permainan hadrah adalah alat musik perkusi yang sering di sebut juga alat musik rebana. Alat musik hadrah termasuk dalam alatmusik perkusi karenacaramembunyikannya dengan di pukul.

Perkusi merupakan alat musik yang di pukul (atau digoyangkan, di tumpuk, dsb) untuk membunyikanya (prier, 2011: 159).selain itu pendapat yang sama juga dikemukkakan oleh Banoe (2003: 311) yang menyatakan bahwa perkusi adalah ragam alat yang cara membunyikanya dengan cara dipukul, di guncang atau saling memukul sesamanya.

Ensiklopedi musik menyebutkan bahwa Hadrah merupakan salah satu permainan alat musik membranofon, terutama rebana yang permainannya disertai oleh nyayian dengan syair-syair islamiyah. Rebana menurut Jaelani (2007 : 175) berasal dari kata rabbana yang berarti wahai tuhan kami (satu doa dan pujian terhadap tuhan). Istilah hadrah juga sering disebut, rebana, trebang, sadrah. Rebana pada awalnya adalah sebagai instrumen dalam menyanyikan lagu keagamaan berupa puji-pujian terhadap Allah SWT.dan Rosul-rosulnya.

(36)

22

a. Alat musik perkusi ritmis adalah alat musik yang tidak mempunyai nada, biasanya berfungsi sebagai pembentuk ritme. Sebagai contoh alat musik ritmis antara lain: drum, konga, tambourin.

b. Alat musik perkusi melodis adalah alat musik yang bernada, berfungsi untuk memainkan nada-nada ataupun melodi. Sebagai contoh alat musik melodis adantara lain: marimba, xylophone, glockenspiel.

Teknik permainan dalam memainkan alat musik tentunya berbeda-beda, seperti penjelasan sebelumnya, alat musik perkusi merupakan alat musik yang di pukul. Dalam permainannya, alat musik perkusi ada yang dimainkan dengan stik atau alat pukul tertentu, sebagai contoh: drum, marimba, gong, bass pada permainan hadrah juga menggunakan alat pemukul. Ada juga dengan menggunakan istilah handdrumming, atau tanpa alat pukul dan langsung dengan telapak tangan, sebagai contoh yaitu konga, kendhang, dan juga semua alat hadrah kecuali bass. Teknik memukul alat musik hadrah yaitu dengan cara slapping (Indaya, 2015) teknik slap yaitu memukul seperti sedang mencolek dengan ujung jari.

(37)

23

dalam suatu karya seni musik berdasarkan cara memainkan instrumen beserta pengulangan dan perubahanya sehingga menghasilkan suatu komposisi musik yang bermakna.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan teknik permainan adalah memainkan suatu karya seni dengan baik dan benar sehingga menghasilkan suatu karya yang bermakna.

Contoh teknik pukulan pada instrumen musik perkusi, antara lain:

a. Paradidle, yaitu teknik pukulan tunggal pada perkusi, dimainkan secara bergantian antara kanan dan kiri atau di atur dengan tanda-tanda aksen guna mendapatkan efek berlawanan atau pentimpan tekanan (Banoe, 2003: 323) b. Roll, yaitu pukulan bergetar ; pukulan berkepanjangan ;

rofel pada alat musik pukul dengan cara pukulan dua tangan dengan stik bergetar atau bergantian (Banoe, 2003: 360)

c. Stroke, yaitu pukulan ; sentuhan keras (Banoe, 2003: 394)

(38)

24

bunyi yang di hasilkan oleh alat musik terbang sendiri yaitu tak dan tlang. Teknik cara memukul tak ini dilakukan dengan cara memukul bagian tengah trebang dengan terbuka seluruhnya, sedangkan teknik pukulan tlang dengan cara memukul bagian pinggir badan trebang(Wrahatnala, 2010: 97).

Jaelani (2007: 146) menjelaskan bahwa Kumpulan hadrah mempunyai antara lapan hingga sepuluh gendang rebana, sebuah gendang peningkah dan sebuah gong.Bisa di katakan Permainan hadrah dimainkan secara ansambel. Dalam Ensiklopedi Musik (1992 :130) Ensemble/Ansambel adalah kelompok orang-orang yang menyanyi dengan atau tanpa iringan instrumen. Atau juga kelompok pemain musik, dengan atau tanpa nyanyi.Menurut kamus musik (Banoe, 2008:133) ansambel adalah kelompok musik dalam satuan kecil.Permainan bersama dalam satuan kecil alat musik.Bisa diartikan bahwa sekelompok alat musik yang disajikan secara bersamaan, baik itu vokal, alat musik bahkan campuran vokal dan alat musik (satu jenis atau lebih).

(39)

25

Rebana mempunyai berbagai macam ukuran dengan nama-nama dan penggunaan yang berbeda.Menurut Ja’far (1987: 89) rebana yang

paling kecil disebut ketimpring kurang lebih sebesar piring makanan, sedangkan rebana yang agak besar disebut rebana hadrah dan qosidah. Pada rebana hadrah terdapat tiga pasang kepingan logam pada bagian kayunya yang berjarak sistematis, sedang dalam qosidah tidak ada kepingan seperti itu (Ja’far, 1987 :90).

Alat yang dipergunakan dalam kesenian hadrah diantaranya adalah bass, dumbuk, rebana hadrah, tam dan keprak.Bass dan tam adalah pembentuk tempo lagu dalam kesenian ini sedangkan rabana hadrah dan keprak menjadi pengisi iringan.

(40)

26

Gambar 7. Dumbuk (dok. Mahamboro, 2015)

Gambar 8. Keprak (atas) dan Rebana hadrah (bawah) (dok. Mahamboro, 2015)

(41)

27 C. Tinjauan Pondok Pesantren

Istilah Pondok Pesantren dalam pemakaian sehari hari seringkali disebut pondok saja yang kental akan pendidikan islamnya, di zaman dahulu hanya diidentikan dengan kaum yang memakai sarung dan peci, yang di ketuai oleh seorang kyai. Malik (2007: 8) menjelaskan bahwa pondok pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.

Tujuan pendidikan pesantren menurut Djaelani (1982: 13) ialah menjadikan pribadi muslim pancasilais dan pribadi pancasilais muslim yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang sejalan dengan kebutuhan pembangunan negara di segala bidang. Sehingga kemudian terwujudlah cita-cita menjadikan masyarakat beragama yang berpancasila dan masyarakat pancasila yang beragama.

(42)

28 D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relefan yang berisi literatur-literatur tentang objek bahasan atau objek penelitian dengan harapan membantu peneliti dalam meneliti penelitian ini. Seperti penelitian oleh Yuliantoro Eko Yuwono, mahasiswa Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta angkatan tahun 2005 yang berjudul “Metode

Pembelajaran Musik Ansambel Yang di Terapkan Dalam Komunitas (pe)Musik Akustik di Gereja Banteng Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil yaitu diketahuinya metode yang digunakan oleh pelatih yaitu mengkombinasikan antara metode ceramah, metode demonstrasi, metode latihan individu atau drill dan metode latihan bersama dengan menggunakan metode Kodaly.

(43)

29

Pada Kelas X dan XI di SMK Negeri Kasihan Bantul.Penelitian ini sangatlah membantu peneliti untuk mendiskripsikan metode pembelajaran musik hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

Dari penelitian tersebut menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan tentang metode pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, karena penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, dan penelitian tersebut di atas sama – sama mendeskripsikan tentang pembelajaran. Dari penelitian Yuliantoro

Eko Yuwono dan Oktavina kris Narami ini dapat membantu untuk melihatcara pengambilan data dari narasumber serta pentingnya penerapan

metode yang sesuai dengan tingkatan pengetahuan peserta didik.

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu pertanyaan utama dan pertanyaan tambahan. Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah fokus

dari masalah penelitian yang dikaji, yakni tentang metode pembelajaran yang digunakan pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, sedangkan pertanyaan tambahan meliputi materi pembelajaran, serta proses pembelajaran hadrahtersebut.

(44)

30

(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang metode pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandananran Yogyakarta ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.Penelitian deskriptif dalam penelitian ini peneliti menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan atau status fenomena yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang di pondok pesantren yang diamati.Sebagaimana pendapat dari Sukmadinata (2009: 72) bahwa “Penelitian kualitatif deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling

(46)

32 B. Setting Penelitian

Penelitian tentang Metode Pembelajaran hadrah ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Pemilihan tempat ini dengan pertimbangan bahwa Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang aktif di dalam kegiatan hadrah.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan pertengahan bulan Juni 2015.Dalam penelitian ini tak lepas dari interaksi antara ketua hadrah, pelatih, santri sebagai peserta didik.

C. Sumber Data Penelitian

Pembelajaran kesenian Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Sumber data dalam penelitian ini adalah grup Hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang terdiri dari ketua hadrah, pelatih serta santri selaku peserta didik.

Ketua hadrah dalam kelompok Hadrah Sunan Pandananran Yogyakarta adalah Gus Azka Syakbana. Ketua hadrah tersebut dijadikan sumber data karena beliau merupakan keturunan dari pendiri pondok pesantren sunan pandananran dan tahu tentang sejarah hadrah pondok pesantren sunan pandanaran.

(47)

33

data karena beliau merupakan pelatih hadrah utama dan juga mantan santri yang ikut dalam kelompok hadrah Sunan Pandanaran Yogyakarta.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen tunggal dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2014: 168) bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Sugyiono (2010: 222) menambahkan bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

E. Teknik Pengumpulan data

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Observasi

(48)

34

Peneliti mengamati objek yang mencakup hal umum yang berkaitan langsung dengan pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang tidak lepas dari faktor penunjang dan faktor kesukaran yang terdapat dalam proses pembelajaran hadrah serta jenis alat yang digunakan dalam proses pembelajaran Hadrah tersebut.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.Moleong dalam (Sukardi 2006: 53) menjelaskan bahwa wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dan yang di wawancarai. Tahap wawancara ini dilakukan kepada beberapa narasumber yaitu: 1) Azka Sya’bana sebagai Ketua hadrah di Pondok Pesantren Sunan

Pandanaran Yogyakarta; 2) Samsul Arifin sebagai pelatih hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang pembelajaran pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, khususnya metode yang digunakan oleh pelatih.

3. Dokumentasi

(49)

35

digunakan dalam penelitian ini untuk lebih menguatkan data yang sudah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara. Sependapat dengan Burhan (2008 :121) menjelaskan pada intinya metode dokumenter adalah metode yang di gunakan untuk menelusuri data historis.; Studi dokumentasi digunakan agar lebih menguatkan data yang sudah didapat dari observasi.

Data dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan diantaranya dari : 1). Perpustakaan daerah Yogyakarta, 2). Perpustakaan FBS dan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, 3) Perpustakaan ISI Yogyakarta serta artikel dari internet.

F. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah metode yang digunakan pelatih dalam pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, dimana data-datanya didapat dari narasumber, yaitu guru atau pelatih yang terjun langsung didalam proses pembelajaran drumband tersebut.

G. Teknik Analisis Data

(50)

36

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan model interaktif. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penyimpulan (conclusion drawing/verification). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data tentunya dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini demi memudahkan penganalisaan data dari banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.Penulis memilih data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.Data yang diambil dan digunakan adalah data yang merujuk pada pembahasan utama dalam penelitian ini, yaitu tentang metode pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

Data tentang metode pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang di dapat peneliti pun tidak sedikit. Data yang di reduksi oleh peneliti ialah permainan pada lagu “ya rabbishalli ala muhammad” dan juga permainan dasar di tim hadrah

(51)

37 2. Displai Data

Setelah data di reduksi, peneliti memproses data dengan cara mendisplai data. Displai dalam penelitian ini adalah penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat secara menyeluruh tentang pokok bahasan.Sependapat dengan Sukardi (2006 :73) bahwa pada penelitian ini peneliti berusaha menyusun data yang relefan, sehingga menjadi informasi yang dapat disipulkan dan memiliki makna tertentu.

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu data disajikan secara naratif atau uraian singkat. Penyajian ini berfungsi untuk mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan yang meliputi tentang pemilihan cara yang digunakan dalam pelaksanaan metode pembelajaranHadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

3. Kesimpulan

(52)

38

dipakai oleh pelatih Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.

H. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data kualitatif dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010: 268). Trianggulasi untuk pengujian kredibilitas Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dari berbagai sumber, dengan menggunakan sumber, cara dan waktu. oleh sebab itu penelitian ini menggunakan tiga trianggulasi, yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi teknik dan trianggulasi waktu yang kemudian menghasilkan data yang valid.

1. Triangulasi sumber

(53)

39

Gambar 9. Trianggulasi sumber

Trianggulasi sumber dalam penelitian ini peneliti mengacu pada sumber data yang di peroleh dari pemain, sumber dari pengelola serta sumber dari pelatih. Peneliti mencari kebenaran dengan membandingkan hasil perolehan data dari ketiga itu. Sehingga diperoleh data yang valid

2. Triangulasi teknik

Peneliti dalam penelitian ini melakukan pengambilan data seperti yang di jelaskan sebelumnya, yaitu melalui berbagai teknik.Teknik pengambilan data yang di pakai adalah teknik wawancara, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Dengan kata lain triangulasi teknik ialahdemi mendapatkan hasil yang valid menggunakan tiga teknik pengambilan data yang kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan sumber data untuk data yang lebih valid.Seperti pendapat Sugiyono (2010: 274) bahwa trianggulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Pemain

Pengelola

(54)

40

Gambar 10. Trianggulasi teknik

Peneliti melakukan pengambilan data baik dengan pelatih, pengelola dan santri melalui wawancara, observasi serta dokumentasi. Di waktu yang berbeda peneliti melakukan observasi untuk mengamati kegiatan hadrah tersebut seperti apa, yang kemudian di cocokan dengan hasil wawancara serta pendokumentasiannya. Hasil dari ketiga teknik tersebut kemudian diambil kesimpulan. Sehingga diperoleh hasil wawancara di sertai bukti dari ketiganya.

3. Triangulasi waktu

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi waktu demi mendapatkan data yang valid. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam waktu atau situasi yang berbeda dan bersifat momentum ataupunaccidental.Seperti pendapat Sugiyono(2010: 274) bahwa trianggulasi waktu yaitu dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Hal ini

Wawancara

Observasi

(55)

41

bertujuan untuk menentukan kredibiltas data ketika mood sumber data segar,bukan ketika jenuh. Peneliti sering meneliti ulang bahkan menanyakan kembali sehingga diperoleh kebenaran data sehingga ditemukan kepastian datanya.

(56)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Pandanaran Yogyakarta

Kegiatan hadrah di Pondok Persantren Sunan Pandanaran telah dilaksanakan sejak tahun 75-an. Dan mulai diadakan seperti kaderisasi dan kejelasan aktifitas hadrah di tahun 96-an. Seperti wawancara yang telah peneliti lakukan sebelumnya kepada narasumber yang menunjukan bahwa hadrah sudah berkembang sejak cukup lama seperti halnya yang dikatakan oleh Gus Azka selaku ketua hadrah pondok pesantren yang menyebutkan :

“Hadrah sunan pandanaran ini berdiri sekitar tahun 75 lalu, Berdiri berbarengan berdirinya pondok pesantren.kalau tepatnya untuk hadrah yang dibentuk secara menegement itu dan terorganisasi sekitar tahun 97, untuk dilaksanakannya pertama kali ya sudah lama, Sebelum saya di lahirkan disini saja, hadrah sudah ada.Namun tidak ada pelatihan rutin dan juga kaderisasi, Cuma nanti kalo ada acara di pondok ada santri yang bisa main ya main, Yang jelas dari tahun 97an kegiatan Hadrah ini sudah ada dan semakin taun makin teratur.”

Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanarandilaksanakan dua kali dalam satu minggu, yakni setiap hari jum’at dan sabtu dengan durasi masing – masing satu jam pertemuan

(57)

43

santri, Hal ini disampaikan olehGus Azka selaku ketua hadrah, yang menyebutkan bahwa :

Tujuan Sekarang, tujuan kita yaitu dakwah islamiah kepada sesama dan hiburan bagi santri-santri selain itu juga wadah bagi santri-santri yang berminat dalam seni kebudayaan islam.”

Serta Bpk. Syamsul selaku pelatih yang mengungkapkan bahwa:

“Tujuan hadrah disini yaitu untuk syiar.Kan anak-anak muda jaman sekarang itu tertarik dengan musik, kita kemudian berpikir untuk bagaimana anak-anak itu bisa mengetahui tentang islam misalnya dari syiir-syiir, tentang makna-makna dalam islam kita bersyiar melalui hadrah ini.”

Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran telah berkembang dari tahun ke tahun. Sejak Samsul mengampu, telah banyak cara pengajaran yang dilakukan. Cara mengajar juga disesuaikan dengan kondisi santri, mulai dari mampu atau tidaknya santri mengikuti pembelajaran hingga sampai pada keefektifan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini seperti yang diungkapkan Bpk.

(58)

44

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah banyak cara atau metode yang telah diterapkan oleh pelatih dalam pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran tersebut.

Dengan berkembangnya hadrah saat ini secara tidak langsung memotivasi pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran untuk mampu berfikir lebih kreatif, mampu mengajarkan santri untuk lebih mudah mengikuti proses pelatihannya, mampu membuat aktif para santri, mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Hal inilah yang telah dilakukan oleh Bpk. Samsul selaku pelatihhadrah dalam membimbing santri didiknya dalam mengikuti pelatihan hadrah.

Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran juga menjadi salah satu kegiatanfavorit.Dapat dilihat dari seluruh santri yang mengikuti kegiatan initanpa disuruh ataupun dipaksa. Seperti penjelasan dari Gus Azka bahwa:

“Di dalam hadrah ini, kita dari pengurus bahkan tidak mewajibkan mereka ikut kegiatan, namun sangat banyak yang ikut dalam kegiatan ini, di setiap tahun ajaran baru pasti banyak yang mengikuti.Bahkan ada yang sudah bisa, fasih dalam permainanya.”

(59)

45

mengembangkan semua permainan setelah di demontrasikan oleh pelatih. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:

“santri kita golongkan menjadi dua, yaitu untuk santri pemula dan santri yang masuk di tim inti. Yang di dalam pelatihannya, santri di tim inti di tuntut mengembangkan kemampuanya serta ke kreatifitasanya sedangkan santri pemula hanya berlatih supaya bisa.”

Demi mendukung proses pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, pondok tersebut memiliki fasilitas yang cukup memadai, dengan alat – alat hadrah lengkap antara lain seperti terbang, bass, darbuga, tam dan keprak dengan ukuran yang sangatlah berbeda beda. Terbangberukuran 13inchi, bass dengan diameter 20inchi, tam 10inchi, darbuga dengan diameter 8inchi,dan keprak 9inchi.

(60)

46

Gambar 11.Terbang(dok. Mahamboro, 2015)

Bass dan tam berperan penting dalam setiap pembelajaran ini bahkan dalam permainan hadrah itu sendiri, Permainan bass dan tam berfungsi mengatur tempo dan ritmis,

(61)

47

Gambar 13.Tam(dok. Mahamboro, 2015)

Pada awal pembelajaran, santri di bebeaskan pelatih untuk memilih sendiri instrumen yang akan digunakan. Namun dalam instrumen Darbuga dimainkan oleh santri pilihan.Santri dipilih oleh pelatih yang dianggap mampu dalam hal memainkannya. Perlatih memilih santri yang paling cepat bisa menangkap yang pelatih ajarkan. karena dalam permainannya menggunakan teknik permainan paradidle dua tangan. Dalam latihan DarbugaPelatih tidak memberi notasi angka pada permainan darbuga ini, namun pelatih mendemontrasikan gerakan simple dan nantinya harus di kembangkan sendiri oleh santri.

(62)

48

Keprak dalam permainan hadrah maksimal dimainkan 2 orang dan dalam permainan besar maksimal 4 orang, karena jika terlalubanyak hanya akan menurtup suara instrumen lain. Bentuk keprak hampir sama dengan instrumen terbang namun berdiameter lebih kecil dan keprak tidak mempunyai symbal. Dalam permainannya keprak tidak dimainkan sesering permainan terbang. Fungsi keprak dalam permainannya ialah sebagai pemanis di setiap permainannya sehingga bisa terkesan lebih rancak atau semarak dengan pola pukulan sama dengan terbang.

Gambar 15.Keprak (dok. Mahamboro, 2015)

(63)

49

Materi ajar seperti pembelajaran teori seperti membaca notasi tetap diberikankepada santri, namun hanya di selipkan ketika pelatihan berlangsung. Notasi yang digunakan pelatih berbeda dengan notasi pada teori musik secara umum, dalam pembelajaran hadrah di pondok pesantren pandanaran ini menggunakan notasi huruf. Dijelaskan oleh Samsul melalui wawancara yang hasilnya adalah sebagai berikut :

“Proses pembelajaran disini sangat jelas dengan teori dan praktik, namun teori disini tidak begitu lama, kita memilih untuk eksekusi kepada prakteknya langsung, baru ketika ada kesukaran, metode ceramah kita gunakan, metode demontrasi kita gunakan demi kejelasan materi seperti notasinya hanya menggunakan notasi huruf.”

Setelah paham dengan cara-cara yang benar dan latian memainkan alat, kemudian dilanjutkan dengan materi lagu.Materi lagu dasar yang diberikan untuk pertama yakni “Yarobbi Shali Ala Muhammad“.Walaupun

nantinya mereka bebas memilih lagu untuk dilatih secara bersama-sama yang kemudian di tampilkan jika ada perlombaan atau acara.Mengingat materi lagu yang sangatlah luas, maka dalam penelitian ini yang telah diteliti hanya mengacu pada satu lagu, yaitu materi lagu dasar “Yarobbi Shali Ala Muhammad“.

Pelatih memberi contoh kepada santri dengan menyanyikan iramanya. Dengan metode demonstrasi dimana dengan metode ini santri lebih cepat menangkap materi.

(64)

50

naikanuntuk inti lagu dan kemudian turun untuk mengahiri lagu. Biasa ditandai dari awal lagu sampai vokal masuk, naikan ditandai dengan suara dua dan tiga vokal masukdan turun ditandai dengan tambah semaraknya lagu untuk mengakhiri lagu. Berikut dijelaskan oleh Bpk. Samsul:

“dalam permainan hadrah, kita menggunakan istilah “biasa” untuk mengawali lagu, ketika vokal masuk masih kita sebut”biasa”. Kemudian istilah “naik” untuk klimak lagu, ditandai dengan backing vokal masuk. Dan yang terakhir adalah turun, digunakan untuk menutup lagu.”

Pelatih menggunakan simbol-simbol dalam pelatihan pembelajaran hadrah dengan maksud agar mempermudah santri untuk lebih mudah memainkan dan menerima materi yang disampaikan. Simbol yang digunakan dalam prosesnya tidak lainadalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.Simbol Dalam Proses Pembelajaran Hadrah

No Simbol Keterangan

1.

Simbol “D” dan “T” digunakan pelatih dalam semua instrumen hadrah

(65)

51

2. Metode Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta

Metode adalah sebuah cara yang dilakukan oleh pelatihdidalam sebuah pembelajaran yang bertujuan supaya proses pembelajaran berjalan lancar dan efektif.Dalam istilah pembelajaran Masjid (2007: 138) mengatakan bahwa metode ialah jalan yang kita lalui untuk memberikan kepahaman atau pengertian kepada peserta didik. Seperti pendapatSuryobroto (1986: 3) bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pula pencapaian tersebut.

(66)

52

Dari hasil wawancara tersebut serta menurut pengamatan selanjutnya yang lebih lanjut yang telah dilakukan peneliti, telah diketahuimetode pembelajaran hadrah yang digunakan di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.Metode tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain.

Metode ceramah yang digunakan oleh pelatih untuk memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran. Kegiatan ceramah yang dilakukan oleh pelatih antara lain yakni ceramah untuk mengawali kegiatan pembelajaran, ceramah untuk menjelaskan materi pembelajaran seperti materi lagu, teknik cara memukul dan memegang yang benar di awal maupun ditengah pembelajaran, dan ceramah untuk mengakhiri pelajaran. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Bpk. Samsul yaitu:

“Metode ceramah biasanya digunakan ketika membuka latihan mas. Biasanya juga sebelum santri memainkan alat saya lihat cara pegangnya benar atau tidak. Kemudian digunakan juga untuk menjelaskan materi pelajaran, taklepas ketika metode demonstrasi saya terapkan, terkadang metode ceramah juga secara tidak langsung di diterapkan, karena kan kadang ada beberapa santri yang masih belum paham materi.”

Kegiatan ceramah yang dilakukan pelatih yaitu untuk mengucapkan salam sapa kepada santridalam mengawali latihan hadrah, berdo’a sebelum latihan dimulai, bertanya kepada santri apakah masih ingat

(67)

53

Kegiatan yang dilakukan pelatih sebelumnya dalam menjelaskan materi yang akan dilatihkan kepada santri yaitu menjelasan tentang teori musik yang dalam hal ini pembelajarannya hanya disisipkan di sela pembelajaran praktik. Materi yang diajarkan hanya sebatas pengenalan yang kemudian langsung dilanjutkan dengan materi praktik, cara memainkan instrumen hadrah, cara memegang, serta penyampaian materi lagu.

Materi lagu yang di ajarkan tidak lepas dari lagu dasar serta tidak di luar kemampuan santri untuk santri pemula dan juga yang akan di tampilkan untuk tim inti hadrah sunan pandanaran.lagu yang diberikan hanya dengan ritmis – ritmis yang sederhana saja untuk santri pemula. Lagu yang akan di mainkan oleh tim inti mengikuti yang akan di tampilkan dan oleh santri sendiri mereka kembangkan dan diberi variasi permainan yang tak lepas dari pantauan pelatih.Seperti yang dijelaskan oleh Bpk. Samsul, yakni :

“Lagu sebenarnya saya ambil yang permainannya mudah untuk santri pemula,kita sesuaikan dengan kemampuan santri pemula. Lagu untuk tim inti hadrah, ritmisnya awalnya sederhana kemudian kita aransemen sendiri yang kemudian oleh para santri di variasi sehingga lebih menarik ketika di mainkan . Kalau saya memberi materi yang terlalu rumit diawal ya kasihan para santri.Biarkan mereka mengembangkan permainannya menurut bagaimana santri suka, tentuya tetap saya bimbing bagus tidak variasinya, tidak ngawur. Sampai aransemennya sudah jadi dan siap dimainkan.”

(68)

54

variasi dalam permainannya, dan kemudian bersiap do’a untuk mengahiri

kegiatan.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul sebelumnya, metode ceramah tidak lepas begitu saja dari metode yang lain, digunakan ketika melakukan demonstrasi alat musik, terkadang digunakan pelatih ketika santriyang di rasa kurang paham dengan materi yang telah didemonstrasikan oleh pelatih.Pelatih menanyakan bagian mana yang belum bisa dipahami oleh santri.

Metode demonstrasi dilakukan oleh pelatih hadrah yang memberikan contoh praktik materi yang akan dipelajari, cara memukul, memegang, bahkan variasi, misalnya memainkan pukulan-pukulan pada terbang, tam, keprak, bass, dan dumbuk. Demonstrasi yang diberikan adalah contoh cara memainkan ritmis setap alatnya. Pelatih memberikan contoh dari tempo lambat kemudian memberikan waktu para santri dengan mengikuti seperti yang telah dicontohkan pelatih, sampai pada akhirnya tempo secara perlahan mulai dipercepat hingga sesuai dengan yang telah ditentukan.Dengan metode demontrasi ini, pembelajaran hadrah dapat diterima dan dipelajari dengan mudah oleh santri. Metode ini digunakan pelatih dalam pembelajaran hadrah yaitu pelatih memberikan contoh cara memainkan ritmis hadrah yang kemudian santri menirukannya.

(69)

55

mempraktekkannya.Dalam hal ini, setelah santri bisa dan mahir menirukan teknik permaiana yang di ajarkan pelatih, kemudian pelatih memberikan kesempatan pada santri untuk memainkan sendiri serta mengembangkan materi yang telah dicontohkan.Pelatih memberikan kesempatan kepada santriseperti umpan balik kepada mereka.Dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan permainannya, santri seperti ditantang oleh pelatih “bisa di apakan materi itu”.

Dari hasil penelitian banyak santri secara aktif dan senang mengikuti pembelajaran tersebut serta bekerjasama bahkan bersaing dalam mencari pengembangannya.

Setelah metode demontrasi dan tanya jawab di diterapkan oleh pelatih,yang kemudian dilakukan pelatih adalah melanjutkan pelatihan dengan pemberian tugas, pemberian tugas kepada para santri disini hanyalah pemberian tugas untuk mencari pengembangan terhadap permainan alatnya yang kemudian pada latihan berikutnya para santri sudah siap terhadap teknik yang mereka mainkan.Setelahitu kemudian menyatukan permainan di latihan selanjutnya.

(70)

56

“dalam latiannya kami memberikan tugas kepada santri yang mana tugas itu adalah mencari pengembangan supaya tidak seperti yang saya ajarkan. Disini seperti santri bisa mengajarkan kepada santri yang lain yang belum bisa kemudian mencari pemecahan secara bersama, secara bebas seperti tidak ada pengawasan dari saya.”

Setelah masing masing variasi di satukan dan dan jadilah permainan hadrah yang menarik, metode selanjutnya adalah metode latihan atau drill. Metode latihan atau drill dalam pembelajaran hadrah sangatlaah berperan penting, karena drill merupakan bentuk latihan yang bertujuan untuk memperdalam keterampilan musik dalam bermain instrumen musik serta supaya tidak berubah-ubah ketika dimainkan di minggu berikutnya atau bahkan ketika dimainkan di atas panggung, seperti yang telah dijelaskan oleh Bpk. Samsul, yakni:

“Metode drill sudah tentu digunakan. Karena kalau drill kan melatih santrisupaya dapat lebih terampil memainkan alat tersebut. Permainannya dilatih secara berulang–ulang agar santri secara langsung merekam ritmis yang dimainkan serta hafal urutan permainannya sehingga ketika dimainkan di atas panggung tidak rubah rubah urutanya atau sudah paten.”

Dengan penggunaan drill ini diharapkan santri dapat lebih maksimal lagi dalam berlatih sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai.

(71)

57

supaya santri menganggap pelatih hanya teman merekadengan tujuan supaya proses pelatihan berjalan santai. Santri tidak terbebani seperti diawasi oleh guru. Seperti penjelasan metode tugas sebelumnya, dimana ada jam di luar jam pelatian dimana para santri berlatih dengan santri lain dengan tujuan santri bisa lebih santai dalam pelatihannya. Seperti penjelasan Bpk. Samsul sebagai berikut:

“saya menganggap mereka ini teman-teman saya, seperti melaksanakan tugas bersama. Beda seperti masnya kuliah, ada tugas gini dan masnya harus mengerjakan, disini pelatih hanya bersifat fasilitator dan pemberi solusi yang nanti solusi itu dikembalikan lagi ke mereka. Selain itu ketika diluar jam latihan ini, mereka para santri saling mengajarkan satu sama lain, sehingga seperti sistem tutor sebaya, masnya pasti tau kalau belajar dengan teman akan terlihat santai dan cepat diterima.”

3. Proses Pembelajaran Hadrah di Pondok Pesantren Sunan PandanaranYogyakarta.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan narasumber yaitu Bpk. Samsul selaku pelatih hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 3 april 2015, proses pelatihan dan penerapan metode pembelajaran pada pelatihan bisa di diskripsikan sebagai berikut.

(72)

58

hari Minggu. Masing-masing pertemuan memiliki durasi dimulai pukul satu siang sampai pukul tiga sore.

Semua kegiatan hadrah Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta merupakan kegiatan pembelajaran praktik. Banyaknya santri yang mengikuti kegiatan hadrah, tidak memungkiri bahwa alat musik hadrah yang dipakai juga begitu banyak. Demi menunjang pembelajaran hadrah, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran memiliki alat yang begitu banyak sehingga tidak menjadi kendala dalam pelatihanya.

Proses pembelajaran hadrah di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta yang diberikan oleh pelatih yaitu pembelajaran teori dan pembelajaran praktik yang terbagi atas latihan seksional dan latihan bersama.

Bpk. Samsul selaku pelatih menjelaskan bahwa:

“Proses pembelajaran disini sangat jelas dengan teori dan praktik.Namun teori disini tidak begitu lama, kita memilih untuk eksekusi kepada prakteknya langsung.Teorinya di sisipkan di sela-sela praktik. Pada praktiknya juga dipisah–pisah dulu, vokal dipaskan kemudian bass dan tam, dan seterusnya sehingga semuanya bisa digabung.”

Adapun penjelasannya untuk proses pembelajaran teori dan praktik dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Teori

(73)

59

hadrah di pondok pesantren ini. Pada prosesnya, pembelajaran teori hanya digunakan dan diselipkan di tengah tengah praktek berlangsung. Hal ini disampaikan oleh Bpk. Samsul:

“Teori yang kita gunakan tidak seperti teori musik umum, notasinya hanya menggunakan notasi huruf.Kalau teorinya seperti teori musik yang telah umum dipelajari ya anaknya kesulitan. Membedakan nilai nada juga akan kesulitan. Makanya sedikit – sedikit teorinya di sisipkan di sela praktik.”

Pada pembelajaran teori, seperti penjelasan sebelumnya, notasi yang digunakan tetaplah notasi ”D” (dung) dan “T” (tak). Notasi

tersebut selalu digunakan di setiap alat musik hadrah kecuali vokal. Teori pada vokal hanya di ajarkan untuk lirik, pelalfalan panjang pendek sebuah kalimat serta artikulasi dalam menyuarakan.

Materi lagu juga diajarkan dalam pembelajaran teori, dimana pelatih mengenalkan yang tak lepas dari pelatih menyanyikan lagu dasar “ya rabbishalli ala muhammad”.

b. Pembelajaran Praktik

(74)

60 1). Latihan Seksional

a). Latihan Seksional vokal

Latihan seksional untuk vokal yang pertama ialah pelatih menerangkan bagaimana artikulasi lagu tersebut.Pelatih memberi contoh nyanyiannya sehingga tidak ada salah pengucapan.Setelah itu pelatih memberi kesempatan santri untuk mencobanya.Santri diberi waktu untuk mengenal lagu tersebut dahulu.Pelatih selanjutnya mengajarkan cara membagi suara supaya terkesan “lebar” dalam permainannya. Pembagian yang dipakai pelatih ialah menggunakan nada dasar, suara duadan suara 1 oktaf lebih rendah.

Metode yang dipakai pelatih sangat jelas sekali.Metode demonstrasi dalam memberi contoh laguya, memberi contoh dalam pemecahan suara. Metode ceramah dalam latihan vokal ialah ketika pelatih menjelaskan tentang carapembagian suara. Metode drill ketika santri sudah di ajarkan nyanyian tersebut santri kemudian latihan lagu tersebut supaya hafal dan kemudian setelah diberi contoh oleh pelatih dalam pemecahan suara, santri kemudian berlatih lagi supaya benar dalam menyanyikannya.

Berikut adalah materi lagu pada vokal :

(75)

61

Gambar 16.Materi lagu pada vocal pada suara satu, dua, dan tiga. Lagu tersebut di ulang-ulang karena dalam materi dasar Yarabbi Shali Ala Muhammad adalah lagu syiar, memuja nabi Muhammad S.A.W. di ulang berkali-kali menurut aba-aba dari pemimpin vokal.

b). Latihan Seksional terbang

Latihan dalam seksional terbangpertama adalah latihan memegang alat supaya nyaman dan ketika dalam konteks pertunjukan secara visual supaya seragam dan selaras dengan yang lain. Cara memegang pada instrumen terbang yang yaitu dengan tangan kiri menyangga ke atas dan tangan kanan digunakan sebagai pemukul membran. Pada permainannya, pemain instrumen ini bisa dengan duduk maupun berdiri, tergantung kebutuhan pertunjukannya.

Gambar

Gambar 1.Irama
Gambar 5. Gerakan tetap
Gambar 6. Bass Hadrah (dok. Mahamboro, 2015)
Gambar 8. Keprak (atas) dan Rebana hadrah (bawah) (dok. Mahamboro, 2015)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dokumen profil Pondok Pesantren Sunan Drajat 2010, Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977 di desa Banjarwati kecamatan Paciran

nuansa gerak dan ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap kemampuan motorik anak tersebut. Murid pondok pesantren pada dasarnya sudah dapat dilihat seberapa jauh

PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN

Temuan penelitian di Pondok Pesantren Anwarul Huda dan Pondok Pesantren Sabilurrosyad adalah: pertama memiliki 5 tahap dalam proses internalisasi fikih ibadah melalui pembelajaran

Berdasarkan dokumen profil Pondok Pesantren Sunan Drajat 2010, Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977 di desa Banjarwati kecamatan Paciran

Dalam penelitian ini, agar data yang diperoleh dari lokasi penelitian di Pondok Pesantren Pa nggung dan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in Ngunut bisa memperoleh

Di Pondok Pesantren Roudlotul Qurro lingkungan dan hari berbahasa Arab diberlakukan pada setiap hari sabtu dan untuk sanksi bagi santri yang tidak menggunakan

• Merancang Pesantren Budaya sebagai Pusat Kegiatan Pondok Pesantren yang dapat mewadahi segala aktivitas santri di sekitar lokasi pondok pesantren di Singosari. • Menyusun