BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Kajian Teori 1. Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang
harus dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu merupakan semua penemuan dan ciptaan manusia, baik
material maupun nonmaterial, yang ditemukan, diciptakan,
diperkembangkan, dan diwariskan dalam kehidupan bersama. Kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. (Koentjaraningrat, 1984).
Koentjaraningrat membagi kebudayaan atas 7 unsur: (1) bahasa,
(2) sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan
teknologi, (5) sistem mata pencaharian hidup, (6) sistem religi, dan (7)
kesenian. Kesemua unsur kebudayaan tersebut mewujud ke dalam bentuk
sistem budaya adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan),
sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan
unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan). (Koentjaraningrat, 1983)
Kebudayaan mencakup pengertian sangat luas. Kebudayaan
dalamnya berisi struktur-struktur yang saling berhubungan, sehingga
merupakan kesatuan yang berfungsi sebagai pedoman dalam kehidupan.
adanya kait mengait diantara unsur-unsur itulah sehingga dapat dikatakan
bahwa kebudayaan adalah sebagai sistem. Artinya, kebudayaan merupakan
kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud dan unsur-unsur yang
berkaitan satu dengan yang lain. (Tri Widiarto. 2009:10)
Kebudayaan memiliki nilai, yaitu merupakan salah satu unsur dari
sistem budaya yang dimiliki satu kesatuan sosial, seperti keluarga, klen, atau
marga, dan suku bangsa. Sistem budaya itu sendiri merupakan seperangkat
nilai yang dianggap baik, seperti kepercayaan, gagasan, adat, tradisi, aturan,
norma dan hukum. Semua unsur ini saling berhubungan sebagai suatu
sistem. (Tri Widiarto. 2003:16)
Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di
paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan
mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari
bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari
kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang
faktanya telah mempengaruhi kebudayaan lain.
2. Tradisi
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal
yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan
dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena
tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. (wikipedia.org. diunduh : 16
Januari 2013).
Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah
adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya informasi ini, suatu tradisi
dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau
kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam
suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara atau model
“tindakan” yang sudah ada merupakan pilihan yang terbaik untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan persoalan. Biasanya sebuah tradisi tetap saja
dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain.
Dengan informasi semua itu akan jelas bagi pewaris.
Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak
hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan
tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Jika tradisi dihilangkan
maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir pada saat itu juga.
Setiap suatu tindakan atau perbuatan menjadi tradisi biasanya jika
telah teruji tingkat efektivitas dan efisiensinya. Tentu saja telah teruji oleh
berbagai kalangan dan waktu. Efektivitas dan efisiensinya selalu mengikuti
perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan
tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektivitasnya dan
efisiensinya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan
pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan
cocok jika sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang mewarisinya.
Peranan tradisi terutama sangat nampak pada masyarakat pedesaan
walaupun kehidupan tradisi terdapat pula pada masyarakat kota. masyarakat
desa dapat didentifikasikan sebagai masyarakat agraris, maka sifat
masyarakat seperti itu cenderung tidak berani berspekulasi dengan alternatif
yang baru. Tingkah laku masyarakat selalu pada pola-pola tradisi yang telah
lalu (Bastomi, 1986 : 14)
Tradisi juga selalu dibangun dengan cara simbolik pada masa
sekarang, dan bukannya sesuatu yang diturunkan dari masa ke masa.
Definisi tradisi dalam kebudayaan selalu berkaitan antara masa sekarang dan
ditemukan dimasa lalu yang dibayangkan secara simbolik dan terus menerus
Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah tradisional.
Tradisional merupakan sikap mental dalam memberikan respon terhadap
berbagai persoalan dalam masyarakat berdasarkan tradisi. Didalamnya
terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu
berpegang teguh atau berpedoman pada tradisi. Tradisi selalu di kontrol oleh
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain
tradisional adalah setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan
berdasarkan tradisi.
Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu tindakannya adalah
betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku. Sebaliknya, dia akan merasakan bahwa
tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat jika
ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.
Berdasarkan pengalaman (kebiasaan)nya dia akan tahu persis mana tindakan
yang menguntungkan dan mana yang tidak. Di mana saja masyarakatnya
tindakan cerdas atau kecerdikan seseorang bertitik tolak pada tradisi
masyarakatnya.
Dari uraian tersebut akan dapat dipahami bahwa sikap tradisional
adalah bagian terpenting dalam sitem tranformasi nilai-nilai kebudayaan.
Artinya jika ada perubahan di dalam masyarakat, namun anggota masyarakat
tidak serta merta meninggalkan tradisinya. Tradisi tetap berfungsi sebagai
alat kontrol sosial. Kita harus menyadari bahwa warga masyarakat berfungsi
dinamis. Artinya proses mentransfer atau pewarisan kebudayaan merupakan
interaksi langsung (berupa pendidikan) dari generasi tua kepada generasi
muda berdasarkan nilai dan norma yang berlaku.
3. Upacara Adat Tradisional
Upacara pada dasarnya merupakan bentuk perilaku masyarakat
yang menunjukkan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat
menjelaskan tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara, kita
dapat melacak tentang asal usul baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda,
kejadian alam, dan lain-lain. (Wikipedia.org. di unduh 15 Mei 2013)
Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat
kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, perbuatan atau
perayaan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa
penting.
Adat adalah peraturan hidup sehari-hari. Ketentuan yang mengatur
tingkah anggota masyarakat dalam segala aspek kehidupan manusia.
Upacara adat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah upacara adat
yang bersifat tradisional. Mengenai pengertian upacara adat yang bersifat
tradisional para ahli berpendapat sebagai berikut :
“Upacara tradisonal adalah serangkaian perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat yang mengalir dalam kelompok
masyarakat. Di dalam pelaksanaan upacara tradisional ini, semua perbuatan
yang dilakukan berdasarkan ketentuan dari adat sebelumnya yang telah
dianut masyarakat setempat.”
“Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya.”
(Purwadi, 2005:1)
Manusia adalah makhluk budaya yang mengandung pengertian
bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku
manusia. Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan manusia
terhadap dunianya, lingkungan serta masyarkatnya, seperangkat nilai yang
menjadi landasan pokok untuk menentukan sikap terhadap dunia luarnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upacara tradisional
merupakan bagian dari kebudayaan. Sedangkan kebudayaan itu tidak lepas
dari manusia karena manusia adalah mahluk berbudaya.
Dalam pelaksanaannya upacara adat tradisional termasuk dalam
golongan adat yang tidak mempunyai akibat hukum, hanya saja apabila
tidak dilakukan oleh mayarakat maka timbul rasa kekhawatiran akan terjadi
sesuatu yang menimpa dirinya.
4. Kematian
Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa
dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati
secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena
hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering digunakan adalah
meninggal, wafat, tewas, atau mati.
Kematian melenyapkan segala kemampuan manusia. Kematian
adalah sesuatu yang belum dimengerti manusia, suatu pengalaman yang
tidak dapat terjejaki. Manusia merasa tidak aman dan tidak berdaya bila
menghadapi kematian, musuh yang begitu menakutkan, musuh yang tidak
memandang usia kekayaan maupun kedudukan. (Gladys Hunt : 1987)
Kematian adalah pengalaman yang tidak bisa disangkal dalam
kehidupan manusia. Semua orang pastinya menyadari hal ini, kematian tidak
pernah tebang pilih akan siapa yang akan dijemputnya. Dengan kata lain,
kematian adalah sebuah keniscayaan. Siapa kita, darimanapun kita berasal,
pada waktunya akan berhadapan dengannya. Tidak ada orang yang bisa
menghalanginya.
Penyebab-penyebab kematian :
a. Seiring penuaan usia makhluk hidup, tubuh mereka akan
perlahan-lahan mulai berhenti bekerja.
b. Jika tubuh tidak mampu melawan penyakit, atau tidak diobati.
c. Kecelakaan seperti tenggelam, tertabrak, terjatuh dari ketinggian,
dan lain-lain.
d. Lingkungan dengan suhu yang sangat dingin atau yang terlalu
panas.
e. Pendarahan yang diakibatkan luka yang parah.
g. Diserang dan dimakan (pembunuhan).
h. Infeksi dari gigitan hewan berbisa maupun hewan yang terinfeksi
virus berbahaya.
i. Kematian disaat tidak terbangun dari tidur.
j. Kematian sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar.
(wikipedia.org. diunduh : 13 Februari 2013)
Kematian menurut ilmu kedokteran, berarti berhentinya secara
total kinerja organ-organ tubuh pada semua mahluk hidup. Secara etimologi
death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian. Berdasarkan ketentuan medis seorang manusia dianggap telah
mati jika jantungnya sudah tidak berfungsi lagi sebagai pengedar darah ke
seluruh tubuh, otaknya mulai membusuk dalam waktu seperempat jam
karena tidak memperoleh darah, dan seluruh badan tidak dapat digerakan
lagi dalam keadaan dingin.
Setiap manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini dengan
kematiannya. Kematian dengan segala misterinya merupakan pengalaman
manusia yang hidup. Kematian merupakan bagian dari lingkungan biologis
hidup manusia. Karenanya realitas kematian merupakan saat yang tidak bisa
ditawar atau dihindari oleh manusia yang hidup.
B. Upacara Kematian
Upacara kematian atau penguburan adalah suatu cara untuk mengurus
diperlakukan dengan baik dan hormat memantulkan nilai kemanusiaan.
Upacara-upacara penguburan mencerminkan struktur nilai dari orang-orang yang
melaksanakan upacara-upacara kematian tersebut.
Setiap upacara menyatukan sutu pandangan terhadap manusia, suatu sikap
terhadap kematian dan harapan akan masa datang. Meskipun bentuk dari
upacara-upacara kematian tersebut bisa beraneka ragam intisarinya kerap sama. Sikap
kitalah, lebih dari sekedar upacara yang kita ikuti, yang menyatakan pandangan
kita tentang manusia.
Upacara kematian bukan hanya diadakan untuk kepentingan orang yang
mati, melainkan juga untuk orang-orang yang hidup. Dengan menghormati orang
yang mati, kita menyatakan kepada orang-orang yang mengasihinya dan
ditinggalkan bahwa kita menghargainya dan menaruh perhatian kepada mereka
yang masih hidup.
C. Tewah
Upacara Tewah merupakan suatu upacara kematian tradisional yang
artinya prosesi mengantar arwah atau jenazah nenek, kakek, ayah, ibu, adik,
kakak dan sebagainya di dalam perjalanannya ke alam akhirat. Tewah
dilaksanakan sebagai ungkapan balas budi kepada orang yang meninggal tersebut.
Ungkapan tersebut berupa harapan agar orang yang meninggal tersebut
dimudahkan jalannya menuju sorga atau tempatnya yang abadi. Esensi yang lain,
yaitu sebagai simbolis hubungan diri orang Lamandau dengan para leluhur,
Menurut kepercayaan Kaharingan arwah orang mati yang belum
melaksanakan upacara Tewah tidak dapat sampai memasuki tempat peristrahatan
terakhirnya (sorga). Dengan demikian bagi anggota kerluarga yang hidup apabila
belum melaksanakan upacara Tewah untuk arwah keluarga yang telah meninggal
dunia, berarti mereka masih mempunyai beban. (Depdikbud. 1985:46)
Apabila dalam suatu desa ada rencana untuk melaksanakan Tewah, maka
mereka akan membentuk suatu panitia dan memilih diantara mereka yang
dipandang mampu sebagai ketua. Setelah ketua dipilih maka kemudian ditetapkan
rencana-rencana untuk memulai upacara Tewah tersebut.
Keberadaan upacara Tewah harus dilihat dari masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang. Sebab sebagian kebudayaan daerah ada yang menjadi
unggulan di masa lalu, namun di masa kini menjadi musnah. Prosesi upacara
Tewah biasanya dilakukan tepat ketika orang tersebut meninggal dan ada pula
yang menunggu waktu hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Hal ini
dilakukan berdasarkan kemampuan biaya atau dana untuk melaksanakan upacara
Tewah ini. Upacara Tewah termasuk upacara tradisional yang membutuhkan dana
yang sangat tinggi dalam pelaksanaanya.
D. Upacara Tradisional
Salah satu tradisi di masyarakat Lamandau adalah upacara-upacara adat
yang dikemas secara tradisional yang disebut juga upacara tradisional. Upacara
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga
masyarakat pendukunganya dengan jalan mempelajarinya.
Upacara tradisional merupakan suatu kegiatan sosial yang melibatkan
warga masyarakat pendukungnya dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan
keselamatan, yang mendukung aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan
dilaksanakan oleh warga masyarakat. Upacara-upacara tradisional merupakan
perwujudan dari proses sosialisasi dalam masyarakat tradisional sebagai kegiatan
sosial yang melibatkan masyarakat pendukungnya dan dapat menimbulkan
pengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kehidupan lain, seperti: gotong
royong, solidaritas, kekeluargaan ketaqwaan dan keagamaan.
Dalam komunitas masyarakat terjadi suatu proses komunikasi secara
timbale balik , komunikasi dengan Tuhan, Dewa, dan Penguasa gaib dinampakkan
dalam bentuk simbol-simbol yang menyertai upacara-upacara sesaji. Demikian
halnya komunikasi sesame warga yang dinampakkan melalui simbol-simbol yang
mengandung pesan-pesan agama, nilai-nilai etis serta norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Selain pengertian yang dikemukakan di atas, upacara tradisional sebagai
suatu kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat pendukungnya dalam
usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan, yang mengandung
aturan-aturan yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh warga masyarakat. Disamping
itu terdapat pula pengertian lain yang mengenal upacara tradisional, yaitu kegiatan
yang dilakukan secara tertib, memiliki pola, tumbuh serta menyebar melalui
E. Tujuan Upacara Tradisional
Pelaksanaan upacara tradisional dilakukan sebagai wujud penghormatan
atas budaya warisan nenek moyang yang turun temurun harus dilestarikan, karena
tanpa adanya usaha pelestarian dari masyarakat maka budaya warisan nenek
moyang yang beruoa upacara tradisional itu akan punah dan tinggal cerita. Sangat
disayangkan apa bila hal itu terjadi mengingat dijaman sekarang negeri ini
menglami krisis moral yang sebenarnya dapat kita cegah dengan pelestarian
upacara tradisional, karena pelaksanaan upacara tradisional dapat memupuk rasa
persaudaraan dan menumbuhkan nilai-nilai luhur penting bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia.
Tujuan umum dari pelaksanaan upacara adat adalah untuk membentuk
individu dan masyarakat yang berbudi luhur. Secara khusus upacara tradisional
dilakukan sebagai wujud penghormatan dan penghargaan kepada yang gaib.
Menurut Koetjaraningrat (1967) rasa cinta, hormat, dan bakti adalah pendorong
bagi manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencari
hubungan dengan dunia gaib.
Upacara tradisional dimaksudkan untuk mencapai kehidupan yang
tenteram dan sejahtera, diberi kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Selain itu, upacara tradisional juga dimaksudkan untuk menghindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan, dijauhkan dari malapetaka yang dikhawatirkan akan
menimpa masyarakat apabila tidak dilaksanakan.
Penyelenggaraan upacara tradisional ditujukan sebagi media untuk
dalam upacara itu juga terkandung nilai-nilai luhur yang sebenarnya ditujukan
untuk menuntun masyarakat agar menjadi pribadi yang beradab dan berbudaya
sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang baik untuk mewujudkan stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.
Menurut Koentjaraningrat (1967), beberapa perbuatan yang berkenaan
dengan saat berlangsungnya upacara ini seringkali menjadi spontanitas bagi orang
–orang yang melakukannya, meraka menganggap bahwa perbuatan atau kegiatan
tersebut sudah menjadi kebiasaan dan memang perlu untuk dilakukan, kegiatan
tersebut diantaranya adalah :
1. Bersesaji
Bersesaji adalah perbuatan-perbuatan untuk menyajikan makanan,
benda-benda, dan sebagainya yang ditujukan kepada dewa-dewa, roh-roh nenek
moyang, atau mahluk halus. Hal ini dianggap menjadi suatu perbuatan
kebiasaan, dan dianggap seolah-olah suatu aktivitas yang secara otomatis akan
menghasilkan apa yang dimaksud.
2. Berkorban
Berkorban merupakan pembunuhan binatang melalui upacara. Kadang maksud
dari pembunuhan binatang itu disajikan dan dipersembahkan kepada
dewa-dewa, tetapi dalam kegiatannya warga masyarakat atau peserta upacara
tersebutlah yang memakan binatang yang dikorbankan itu, bukan para dewa.
3. Berdoa
Berdoa adalah unsur yang banyak terdapat dalam berbagai upacara tradisional,
merupakan sikap dan gerak menghormati serta merendahkan diri terhadap para
leluhur, para dewata, ataupun terhadap Tuhan.
4. Makan bersama
Makan bersama merupakan suatu unsur yang amat penting dan selalu
dilaksanakan dalam banyak upacara.
5. Menari dan bernanyi
Menari merupakan unsur penting dalam banyak upacara keagamaan. Jalan
pikiran yang ada dibelakang perbuatan ini rupanya memaksa alam bergerak.
6. Berprosesi
Berprosesi atau berpawai juga merupakan suatu perbuatan yang amat umum
dalam banyak religi di dunia. Pada prosesi sering dibawa benda-benda keramat
seperti patung dewa-dewa, lambang-lambang, totem, benda-benda sakti dan
sebagainya dengan maksud supaya kesaktian yang memancar dari benda-benda
itu bisa member pengaruh kepada keadaan sekitar tempat tinggal manusia, dan
terutama pada tempat-tempat yang dilalui pawai itu. Upacara ini sering juga
maempunyai maksud yang pada dasarnya sama tetapi dilakukan dengan cara
yang lain yaitu mengusir makhluk halus, hantu, dan segala kekuatan yang
menyebabkan penyakit serta bencana dari skitar tempat tinggal manusia.
7. Berpuasa
Berpuasa sebagai suatu perbuatan keagamaan yang ada dalam hampir semua
agama dan kepercayaan diseluruh dunia, tidak membutuhkan suatu uraian
panjang lebar. Dasar pikiran yang ada di belakang perbuatan ini bisa
Berpuasa dalam berbagai religi dilakukan untuk waktu satu bulan atau lebih
secara berulang dengan masa antara yang agak lama misalnya satu tahun atau
masa antara singkat misalnya satu kali dlam seminggu, atau berupa
penghindaran atau pantangan tetap terhadap beberapa macam makanan
tertentu.
8. Intoxikasi (meracuni)
Terdiri dari perbuatn-perbuatan untuk memabukan atau menghilangkan
kesadaran diri para pelaku upacara. Dengan demikian maka pelaku upacara
sering melihat bayangan atau khayalan.
9. Bertapa
Bertapa ada dalam agama-agama dan religi-religi yang mempunyai konsepsi
bahwa rohani itu penting dari jasmani. Dengan demikian ada pendirian bahwa
hasrat-nafsu jasmani dari manusi itu bisa ditekan, maka jiwa akan menjadi lebih
bersih dan suci. Sebenarnya jalan pikiran ini sering merupakan suatu latar
belakang dari berpuasa, sehingga berpuasa itu dapat disebut suatu bentuk lunak
dari bertapa.
10.Bersemedi
Bersemedi adalah macam perbuatan serba religi yang bertujuan memusatkan
perhatian si pelaku kepada maksudnya atau kepada hal-hal suci.
Rangkaian kegiatan upacara tradisional merupakan unsur pokok di dalam
dilangsungkan akan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan yang telah
disebutkan.
Namun tidak semua kegiatan secara terperinci dilakukan pada saat
pelaksaan upacara tradisional. Ada yang terdiri dari dari semua kegiatan yang
telah disebutkan diatas tetapi ada pula yang hanya melakukam beberapa dari
kegiatan tersebut karena disesuaikan dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan
upacara tradisional tersebut.
F. Komponen-Komponen Upacara Tradisional
Ada empat komponen yang ada dalam upacara tradisional menurut
Koentjaraningrat (1992 : 141-12) yaitu :
1. Tempat upacara
Sesuatu yang keramat biasanya berada di tempat yang khusus dan
tidak boleh didatangi orang yang berkepentingan, malahan mereka yang
berkepentingan tidak boleh sembarangan ditempat upacara. Mereka harus
hati-hati dan memperhatikan berbagai macam larangan dan pantangan.
Kuburan biasanya merupakan tempat keramat yang bisa digunakan sebagai
sarana orang bisa dengan mudah berhubungan dengan roh-roh nenek
moyang yang sudah meninggal, lading atau sawah juga sering digunakan
sebagai tempat upacara yang berhubungan dengan bercocok tanam.
2. Saat-saat upacara
Saat-saat upacara biasanya dirasa sebagai saat yang genting gawat
gaib. Jadi dapat berakibatk kemasukan roh. Dalam kehidupan manusia juga
terdapat saat-saat genting misalnya waktu hamil, kelahiran, kematian,
perkawinan dan lain sebagainya.
Ada pula waktu-waktu genting yang timbul karena bahaya
misalnya wabah penyakit menular, bencana alam, atau waktu-waktu ada
perperangan. Segala bahaya iitu sering dianggap oleh orang berpangkal pada
suatu peristiwa dalam dunia gaib. Saat-saat upacara tersebut dalam ilmu
antropologi disebut upacara-upacara waktu kritis atau upacara-upacara untuk
melalui waktu kritis (Koentjaraningrat dalam skripsi Tunas Nyana Surya :
2010).
3. Benda-benda upacara
Benda-benda upacara merupakan alat-alat yang dipakai dalam
menjalankan upacara tradisional. Alat-alat itu bisa berupa alat-alat seperti
wadah atau tempat sajian, sendok, pisau dan lainnya. Bendera dan senjata
juga sering digunakan untuk sajian. Alat-alat upacara lazimnya digunakan
adalah patung-patung yang berfungsi sebagai lambang dewa atau roh nenek
moyang yang menjadi tujuan upacara.
4. Peserta Upacara
Pemimpin upacara dalam berbagai religi dan suatu bangsa di dunia
biasanya dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu pendeta, dukun, dan
syaman. Pendeta adalah orang yang karena suatu pendidikan yang lama
menjadi ahli dalam hal melakukan pekerjaan sebagai pemuka upacara
menamakan dukun, tetapi istilah tersebut dipakai untuk golongan dukun
yang memimpin upacra khusus. (Purwadi: 2007). Dalam masyarakat
lamandau atau dayak pada umumnya peserta upacara tradisi biasanya warga
sekitar yang di pimpin oleh kepala desa setempat dan dibantu oleh Demang
atau Domang yang seorang pemuka adat setempat.
G. Solidaritas
Solidaritas dapat diartikan kesatuan kepentingan, simpati, dan lain-lain.
Sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama. Solidaritas bisa didefinisikan:
perasaan atau ungkapan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan
bersama.
Solidaritas adalah integrasi, tingkat dan jenis integrasi, ditunjukkan oleh
masyarakat atau kelompok dengan orang dan tetangga mereka Hal ini mengacu
pada hubungan dalam masyarakat . hubungan sosial bahwa orang-orang mengikat
satu sama lain. Istilah ini umumnya digunakan dalam sosiologi dan ilmu-ilmu
sosial lainnya.
Solidaritas adalah kesepakatan bersama dan dukungan: kepentingan dan
tanggung jawab antar individu dalam kelompok, terutama karena diwujudkan
dalam dukungan suara bulat dan tindakan kolektif untuk sesuatu hal.
Apa yang membentuk dasar dari solidaritas bervariasi antara masyarakat.
Dalam masyarakat sederhana mungkin terutama berbasis di sekitar nilai-nilai
kekerabatan dan berbagi. Dalam masyarakat yang lebih kompleks terdapat
H. Penelitian yang Relevan
Berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang relevan dengan bahasan
dalam penelitian ini : Skripsi Tunas Nyana Surya, dalam penelitian yang berjudul
Upacara Nyadran Kali dan Maknanya dalam Membina Kerukunan Masyarakat di Desa Bumi Harjo Kelurahan Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tentang makna dan hubunganya terhadap kerukunan masyarakat setempat.
Dari penelitian tersebut nampak bahwa ada relevansinya dengan tema
penelitian yang akan penulis angkat yaitu : Upacara Tewah dan Maknanya dalam
Membina Rasa Solidaritas Masyarakat di Desa Cuhai Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah.
Perbedaan penelitian adalah terdapat pada lokasi penelitian. Lokasi
penelitian skripsi Tunas Nyana Surya adalah berada di pulau Jawa, sedangkan