• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum BankIndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum BankIndonesia"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONSFREQUENTLY ASKED QUESTIONS FREQUENTLY ASKED QUESTIONS SURAT EDARAN

SURAT EDARANSURAT EDARAN

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 1BANK INDONESIA NO. 1BANK INDONESIA NO. 1BANK INDONESIA NO. 11111////101010/DASP10/DASP/DASP/DASP PERIHAL

PERIHAL PERIHAL

PERIHAL PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

MENGGUNAKAN KARTU MENGGUNAKAN KARTU MENGGUNAKAN KARTU

---

1. Perubahan apakah yang terdapat pada Surat Edaran Bank Indonesia ini bila dibandingkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia mengenai Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) sebelumnya?

Bila dibandingkan dengan Surat Edaran sebelumnya, terdapat beberapa perubahan antara lain sebagai berikut:

a. Surat Edaran ini menyatukan seluruh materi pengaturan pelaksanaan PBI APMK secara lengkap dalam satu Surat Edaran, sedangkan sebelumnya peraturan pelaksanaan PBI APMK dituangkan dalam 3 (tiga) buah Surat Edaran yang berbeda.

b. Pengaturan dalam Surat Edaran ini bersifat lebih fokus, yaitu antara lain pada kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin sebagai penyelenggara APMK (khususnya terkait dengan pemenuhan persyaratan kehandalan sistem yang harus disediakan oleh calon penyelenggara) dan aspek pengawasan terhadap penyelenggaraan kegiatan APMK.

c. Apabila dibandingkan dengan Surat Edaran sebelumnya, terdapat beberapa definisi yang disesuaikan (redefinisi), khususnya terkait dengan definisi berbagai penyelenggara APMK. Hal ini pada gilirannya dapat mengakibatkan berubahnya posisi (reposisi) suatu penyelenggara APMK yang telah menjalankan kegiatannya berdasarkan Surat Edaran lama, misalnya yang dulunya sebagai Perusahaan Penyelenggara Kliring menjadi Prinsipal.

2. Berapakah batas paling banyak nilai nominal dana yang dapat ditransfer antar Penerbit Kartu ATM melalui mesin ATM dan berapakah batas paling banyak nilai nominal dana untuk penarikan tunai melalui mesin ATM baik dengan kartu ATM atau Kartu Kredit?

d. Batas paling banyak nilai nominal dana yang dapat ditransfer antar Penerbit Kartu ATM melalui mesin ATM adalah sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per rekening dalam satu hari dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Batas paling banyak nilai nominal dana berlaku untuk transfer dana antar

Penerbit melalui ATM dimana rekening pengirim dan rekening penerima berada pada Penerbit yang berbeda; dan

2) Batas paling banyak nilai nominal dana tidak berlaku untuk transfer dana intra Penerbit kartu ATM dimana rekening pengirim dan rekening penerima berada pada Penerbit yang sama.

e. Batas paling banyak nilai nominal dana untuk penarikan tunai melalui mesin ATM baik dengan kartu ATM atau Kartu Kredit adalah sebesar Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per rekening dalam satu hari.

3. Berapakah persentase minimum pembayaran oleh Pemegang Kartu?

(2)

4. Kapan batas waktu pemenuhan kewajiban bagi Penerbit di Indonesia untuk menggunakan teknologi chip pada Kartu Kredit, Kartu ATM, dan/atau Kartu Debet yang mereka terbitkan?

a. Untuk Kartu Kredit baru maupun penggantian Kartu Kredit lama (renewal) wajib telah menggunakan teknologi chip paling lambat tanggal 31 Desember 2009. Dengan demikian per 1 Januari 2010 seluruh transaksi Kartu Kredit di wilayah Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit di Indonesia harus diproses dengan menggunakan teknologi chip.

b. Waktu implementasi penggunaan teknologi chip untuk Kartu ATM dan Kartu Debet didasarkan pada hasil kesepakatan industri Penyelenggara Kartu ATM dan Kartu Debet.

5. Berapa jumlah digit PIN untuk Kartu ATM dan Kartu Debet yang diatur pada ketentuan ini?

Bank Indonesia menetapkan jumlah digit PIN untuk masing-masing Kartu ATM dan Kartu Debet yang diterbitkan di Indonesia paling sedikit 4 (empat) digit.

6. Dalam rangka pengawasan oleh Bank Indonesia, apakah terdapat laporan jenis baru yang wajib disampaikan oleh Prinsipal, Penerbit, Acquirer, Penyelenggara Kliring dan/atau Penyelenggara Penyelesaian Akhir?

a. Laporan Hasil Audit Teknologi Informasi yang dilakukan secara berkala paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun;

b. Laporan rencana kerjasama dengan Pihak Lain yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum perjanjian kerjasama ditandatangani;

c. Laporan realisasi/pelaksanaan kerjasama dengan Pihak Lain yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian kerjasama;

d. Laporan produk baru Kartu Kredit, Kartu ATM dan/atau Kartu Debet yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kerja sebelum produk baru tersebut diterbitkan;

e. Laporan insiden (incident report) yaitu laporan terjadinya gangguan pada sistem dan upaya yang telah dilakukan untuk menanggulanginya. Laporan ini wajib disampaikan sesegera mungkin melalui telepon atau faksimili, yang selanjutnya diikuti dengan laporan tertulis paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah kejadian; dan

f. Laporan perubahan data/informasi seperti perubahan nama, alamat kantor, perubahan pengurus (direksi dan/atau dewan komisaris), perubahan dokumen pokok-pokok hubungan bisnis (business arrangement), perubahan pengaturan hak dan kewajiban para pihak, perubahan perjanjian kerjasama dan perubahan para pihak yang bekerjasama, serta perubahan prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa, yang wajib disampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak dilakukannya perubahan.

(3)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan penerapan sistem informasi pada anggaran biaya produksi, maka perusahaan akan lebih mudah untuk mengetahui penghitungan keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam setiap

untuk mengetahui Perbedaan Perilaku Sebelum dan Sesudah Penyuluhan CTPS dengan Metode Audiovisual Terhadap Siswa SDN 10 Lambung tahun 2016, penelitian ini dilakukan dengan

Berdasarkan penelitian sebelumnya(Sukmawati, 2010) di Maros dan penelitian (Nasution, 2009)di Jakarta menunjukkan bahwa balita yang tidak mendapat imunisasi sesuai

Faktor ekstrenal, yaitu lingkungan keluarga ; ada kaitan yang positif antara keyakinan orang tua dengan keyakinan anak terhadap kemampuannya, iklim kelas ; konsep diri

Penicillium marneffei PCR/hibridizáció specifikus próbával (18S rDNS), specifikus primerek (egyszerű, seminested, nested PCR) RFLP ( Hae III), RAPD (6 primer kombináció),

Hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik multivariat membuktikan bahwa dengan memperhitungkan variabel riwayat pajanan asap obat nyamuk dan

lokasi penelitian pada posisi sudut inklinasi jendela 10 o masih mencapai standard kenyamanan meskipun konsentrasi CO 2 naik turun secara drastis pada waktu-. waktu

Pemeriksaan ultrasonography sangat membantu dalam penegakkan diagnosis, terlebih bila dikombinasi dengan pemeriksaan HCG, untuk konfirmasi adanya kantong