PENGARUH CINTA KEDUNIAAN
TERHADAP SESEORANG (1)
Oleh: Saad Abdul Wahid
Artinya:
1. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus (10): 7-8).
2. ……. Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. (An-Nahl (16): 106-107).
3. Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang pada hari itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat pula menolong bapaknya sedikitpun, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu dalam mentaati Allah. (Luqman (31): 33).
4. Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan Allah, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (At-Taubah (9): 24).
5. Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran (3): 14).
Tafsir Mufradat:
ASY-SYAHAWAT: bentuk jama’ dari “asy-syahwah”, berasal dari kata “syahaa – yasyhuu”, yang berarti : ingin mendapat kenikmatan; keinginan nafsu.
Dalam al-Qur’an kata tersebut diulang sebanyak lima kali, dua kali diungkapkan dalam bentuk mufrad, yaitu pada surat al-A’raf (7): 81:
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk memenuhi keinginan nafsumu bukan kepada wanita…..
Dan pada surat an-Naml (27): 55:
Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk memenuhi keinginan nafsumu, bukan mendatangi wanita……?
Tiga kali diungkapkan dalam bentuk jama’, yaitu : a. Pada surat Ali Imran (3): 14:
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada apa yang diinginkan…..
b. Pada surat an-Nisa’ (4): 27:
c. Pada surat Maryam (19): 59:
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan mengikuti keinginan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
Yang dimaksud dengan “syahwah” pada ayat tersebut ialah keinginan hawa nafsu, kecuali kata “syahwah” yang disebutkan pada surat an-Nisa’(3): 14; yang dimaksudkan dengan ‘syahwah” pada ayat tersebut ialah benda yang disenangi.
Al-Maragiy dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa yang dimaksudkan dengan “hubbusy-syahawat”, ialah mencintai sesuatu dengan cinta yang sangat mendalam sehingga tidak dapat melihat adanya keburukan dan kekurangan padanya. Maka orang yang dihinggapi sifat tersebut tidak mungkin dapat meninggalkannya, sekalipun barang yang dicintainya itu tidak bermanfaat, atau mendatangkan penyakit yang amat berbahaya. Seperti cinta terhadap rokok, minuman keras, judi, zina dan sebagainya.(Al-Maragiy, 1969, III: 108).. Mu’tazilah membagi syahawat menjadi: mahmudah (terpuji), mazmumah (tercela), mubahah (dibolehkan), dan muharramah (diharamkan). Rasyid Rida, III: 239).
Tafsir Ayat:
Ayat pertama, yaitu ayat 7 dan 8, surat Yunus, termasuk ayat makkiyah, sebab seluruh ayat surat Yunus adalah makkiyyah, kecuali ayat 94 dan95. (al-Qasimiy, 1978, IX: 4). Pada ayat sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa manusia semuanya akan kembali kepada Allah. Dialah yang menciptakan mereka, mematikan mereka dan membangkitkan mereka pada hari kebangkitan untuk memberikan balasan kebaikan kepada orang-orang yang beriman dengan seadil-adilnya dan memberikan azab kepada orang-orang yang ingkar. Kemudian pada ayat ini, Allah menegaskan kembali bahwa orang-orang yang merasa puas dengan kehidupan di dunia dan ingkar terhadap Allah dan hari kebangkitan serta tidak mengharapkan bertemu dengan Allah, akan menjadi penghuni neraka karena dosa-dosa mereka selama di dunia, seperti dosa syirk, khurafat, takhayyul, mengikuti keinginan hawa nafsu dan dosa lainnya yang mengotori diri mereka.
Ancaman Allah terhadap orang-orang yang lebih mencintai keduniaan daripada keakhiratan diulang tidak kurang dari 82 kali. Ini menunjukkan bahwa kecintaan yang berlebihan kepada keduniaan, sehingga melalaikan kewajiban kepada Allah ancamannya sangat berat.
Ayat kedua, yaitu an-Nahl (16): 107-108, yang juga termasuk ayat makkiyyah, lebih mempertegas ancaman Allah terhadap orang yang lebih mencintai keduniaan dari keakhiratan.
Ketika menafsirkan ayat ini, al-Qasimiy mengutip secara singkat pernyataan ar-Raziy: Seharusnya manusia menyadari bahwa mereka hidup di dunia ini adalah bagaikan pedagang yang membeli kebahagiaan akhirat dengan ketaatan kepada Allah SWT, bukan dengan keduniaan yang mereka usahakan selama hidup, sebab keduniaan tersebut akan ditinggalkan dan musnah. Maka sangat rugilah jika melalaikan keakhiratan, sebab akan memperoleh azab yang sangat pedih dari Allah SWT. (Al-Qasimiy, 1978, X: 162) Ayat ketiga, yaitu ayat 33 surat Luqman, yang juga tergolong ayat makkiyyah,
hanyalah kenikmatan sesaat jika dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat, bahkan hanya merupakan tipu daya syaitan yang memperdayakan siapa saja yang lemah iman, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya dalam surat: Ali Imran (3): 14, 185, An-Nisa (4): 77, al-An’am (6): 32, al-A’raf (7): 51, al-Kahf (18): 45, 46, al-‘Ankabut (29): 64, asy-Syura (42): 20, az-Zukhruf (43): 35.
Sumber: