Renstra TIRBR BPPT
2015-2019
RENSTRA TIRBR BPPT
Tahun 2015-2019
KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA
(TIRBR)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Tahun 2016
Pengarah Kepala BPPT Penanggung Jawab Deputi Bidang TIRBR
Tim Penyusun Wimpie Agoeng Noegroho
Joko Purwono Rusmadi Suyuti Adhi Dharma Permana
Hens Saputra Hari Setiapraja
Fadilah Hasim Mulyadi Sinung Harjono Cuk Supriadi Ali Nandar
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI
Dalam Rancangan Teknokratis Renstra BPPT 2015-2019 ini, yang dimaksud dengan:
1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi
sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa
unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung
menjadi solusi terhadappersoalan yang dihadapi saat ini.
2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan,
yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang
komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu
diantaranya prototipe, pilot plant, pilot project.
3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam
bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan
teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi
teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan
pemula berbasis teknologi).
4. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi
yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme
kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan
kemandi-rian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat
menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla
O'Dell&Grayson C. Jackson].
5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga
menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan
atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta
tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian
daerah/nasional.
6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku
kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri,
daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan
terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi
mutakhir di nasional/dunia.
9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi
yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan.
Peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi.
10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi
yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang
tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level),
per-kiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual
(knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan
dampak tek-nologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau
implikasi strategi/kebijakan atau rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional
ataupun publik.
11. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa
dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan
produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu
memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak
atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan
kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access
bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya
Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.
12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau
mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk
konteks tertentu di Indonesia.
14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian
terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat
terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil
studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi,
membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan
teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria
tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib).
15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu
objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan
dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan
pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang
akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan
untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan
hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan
dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.
16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan
kapasitas 10% dari pabrik skala normal dan merupakan implementasi dari desain
yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun ha-nya
digunakan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan data kinerja dan operasional.
17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang
dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk
menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak
pelaksanaan program dan keekonomisannya.
18. Rekomendasi adalah layanan teknologiberupa masukan dan atau penyampaian
pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau
yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu
adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu
dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus
dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta
Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini
19. Advokasi adalah layanan teknologidalam bentuk saran-saran dan memberi
pertim-bangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu
teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk
merekomen-dasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan
suatu teknologi atau metodologi.
20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan
memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga,
badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.
21. Konsultansi adalah layanan teknologidalam hal memberikan suatu petunjuk,
pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan
suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.
22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis
merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang
tertentuyang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.
23. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan
per-mintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak
atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,
sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang
melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.
24. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan
permin-taan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau
Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,
sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang
melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.
25. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau
observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta,
BAB I Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005-2025
adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun
ter-hitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. RPJPN ditetapkan dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Diharapkan seluruh
upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling
melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
RPJPN 2005–2025 secara ekplisit memuat bahwa persaingan yang makin tinggi
pada masa yang akan datangmenuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek
dalam rangka menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan yang dihadapi dalam
me-ningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional adalah meningkatkan
kontribusi Iptek dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;
memenuhi kebutuh-an kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi
kebijakan Iptek dengan kebi-jakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan
masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi
degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta
meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan
prasarana, maupun pembiayaan Iptek.
Kondisi penguasaan dan pemanfaatan teknologi saat ini telah mengalami peningkatan. Meskipun demikian, kontribusi teknologi secara nasional untuk
meningkat-kan daya saing bangsa dinilai masih belum memadai. Hal ini antara lain ditunjukmeningkat-kan oleh
masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum
efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya
budaya Iptek di masyarakat, serta terbatasnya sumber daya Iptek.
Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini
dikembangkan.Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis
BAB I Pendahuluan
pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang
diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.
1.1. Kondisi Umum
1.1.1 Global
Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan menjadi tantangan sekali-gus
peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan
peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:
Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan
Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.
Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk
manufaktur dalam tren meningkat.
Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31
Desember 2015.
Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan,
sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih
tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan
penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah
produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan
regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat
membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan
menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.
Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu
menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan
pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan
iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing
perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang
tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan
BAB I Pendahuluan
1.1.2 Nasional
Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas,
Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi dayasaing Indonesia jika
diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan
laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada
tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya
saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam
(26) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia
Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2014-2015
Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar
yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur,
Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan
Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan
Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi(Gambar 1.2).
Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan
langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:
1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita
BAB I Pendahuluan
2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan
Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi,
Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan
3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan
Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur,
Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.
Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar
Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan
Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7)
dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum
berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan
teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai belum
memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk
menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk
yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.
1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014
Pada periode 2010-2014 telah dilakukan kegiatan kerekayasaan teknologi yang hasilnya
telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian BPPT
selama periode 2010-2014 yang Kedeputian TIRBR terlibat secara aktif dan berkontribusi
antaralain:
A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek
BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset dibawah koordinasi Kemenristek, sejak tahun
2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan
membangun pusat-pusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada
BAB I Pendahuluan
dan Komunikasi serta Pusat Rekayasa Teknologi Hankam; Klaster 4 : Pusat Rekayasa
Geostech (Geo Engineering Science and Technology); Klaster 5 : Pusat Rekayasa Teknologi
Energi; Klaster 6 : Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi. Pusat Rekayasa ini melengkapi
Laboratoria yang telah ada yaitu: Balai Inkubator Teknologi (BIT), Balai Besar Teknologi
Modifikasi Cuaca (BB-TMC), Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla), Balai
Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL), Balai Bioteknologi (BBIO), Balai Jaringan
Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai Teknologi Polimer (BTP), Balai Teknologi Bahan
Bakar dan Rekayasa Desain (BTB2RD), Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE),
Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP), Balai Teknologi Mesin
Perkakas, Produksi dan Otomasi (BT MEPPO), Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS),
Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3).
B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
1) Bidang Prioritas
a) Prioritas Nasional
Prioritas 5: Program Aksi di Bidang Pangan
PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PUPUK BERIMBANG
Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral, Pupuk Lepas lambat
(SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi
Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati Majemuk.
Dalam Tahun 2013 dihasilkanrekomendasi inventarisasi bahan baku industri
pupuk, teknologi proses, dan peralatan industri pupuk, serta kebijakan industri pupuk
nasionaluntuk mendukung program revitalisasi industri pupuk nasional. Pada Tahun
2014 dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project pupuk SRF-NPK di
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.Dimana secara kualitas telah dihasilkan pupuk
SRF-NPK granul yang lebih baik, dan secara kuantitas kapasitas produksi telah
mencapai10.000 ton/tahun.
Prioritas 8: Energi
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SKALA KECIL UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA
Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
BAB I Pendahuluan
seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad
(genera-tor), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet ejector), dan lain-lain. dengan
target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.
Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di
Kamojang Jawa Baratbekerjasama dengan PT. Pertamina Geo-thermal Energy dan
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, serta PT. PLN. Pilot plant PLTP
binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan panas bumi Wayang
Windu Jawa Barat bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd.Tahun 2012
diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 3MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle
100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW,
Pengujian Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.
b) Prioritas Nasional Lainnya
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
PESAWAT UDARA NIR AWAK UNTUK SKUADRON TNIAU
Bekerjasama dengan Balitbang Kemenhan telah dilaksanakan demo flight Pesawat
Udara Nir Awak (PUNA) Wulung disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan,
Menteri Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Kepala Staf TNI, dan para undangan pada
tanggal 11 Oktober 2012 bertempat di Landasan udara militer Halim
Perdanakusu-mah. Demo flight berhasil dilakukan sehingga Menteri Pertahanan dan Keamanan
membuat keputusan bahwa PUNA Wulung-BPPT segera digunakan untuk
memperkuat skuadron Pesawat Terbang Tanpa Awak TNI AU di Kalimantan. PUNA
Wulung memiliki kemampuan jangkauan sistem komunikasi sejauh 150 km secara
autonomous dengan ketinggian 10.000 kaki untuk memperkuat Skuadron UAV TNI AU
di daerah perbatasan Kalimantan.
Pengembangan prototipe PUNA tipe jangkauan jarak menengah dengan
Telemetry, Command and Control (TCC) telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013.
Kemudian pada tahun 2014 telah diproduksi PUNA Wulung oleh industri
BAB I Pendahuluan
1. Capaian Lainnya
1. Bidang Hankam :
KAPAL RAWA (SWAMP BOAT)
Pada tahun 2013-2014 Kedeputian TIRBR-BPPT diminta oleh Dislitbang TNI-AL
dan PT. Mega Perkasa Engineering (PT. MPE) untuk melakukan rancang bangun
dan rekayasa Kapal Rawa (swamp boat) yang mampu beroperasi sesuai dengan
kebutuhan TNI-AL. Konstruksi kapal rawa yang dikembangkan adalah 100%
marine grade alumunium dengan bagian bawah lambung dilapisi dengan lembaran
ultra-high molecular weight polyethylene.
KALKULATOR TEMBAK MORTIR
Dalam rangka penguasaan teknologi alutsista munisi, Kedeputian TIRBR
bekerja-sama dengan Pussenif dan PT. Pindad melakukan kerekayasaan teknologi Mesin Hitung mortir yang dinamakan KOMBAT. KOMBAT adalah perangkat komputer
portable yang diperlukan oleh satuan penembak mortir untuk menentukan arah,
azimut dan kekuatan lontar pucuk mortir agar tepat mengenai sasaran. KOMBAT
dirancang tahan cuaca dan dilengkapi perangkat lunak perhitungan balistik serta
strategi tempur TNI untuk menggantikan ploating board yang merupakan alat
bantu manual maupun morcos yang merupakan alat bantu elektronik penembak
mortir buatan Marconi-Inggris. KOMBAT dapat melayani hingga 6 pucuk mortir
sekaligus untuk beberapa target tembak sejauh hingga 7 km.
2. Bidang Transportasi
PENDAMPINGAN TRANS JAKARTA
Strategi BPPT dalam menumbuhkembangkan Industri otomotif lokal agar menjadi
wahana penciptaan lapangan kerja bagi anak negeri optimaladalah dengan
IPR-based platform local special purpose vehicle. Dalam konteks ini, Kedeputian TIRBR
BPPT melakukan berbagai kegiatan rancang bangun dan rekayasa kendaraan
umum massal yang akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa transportasi dan
diproduksi oleh industri nasional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2008
BAB I Pendahuluan
KONEKTIVITAS DAN LOGISTIK
Kedeputian TIRBR BPPT bersama dengan KemenPU, KemenHub, Pemprov dan
Kabupaten/Kota terkait, perguruan tinggi serta industri dalam negeri melakukan
rekayasa sistem tranportasi konektivitas Koridor Sumatera – Jawa yang mengacu
pada konsep memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan
terhubung secara global. Khususnya dalam mendukung rencana pengembangan
Kawasan Strategis dan Infastruktur Selat Sunda.
KONEKTIVITAS KORIDOR SUMATERA
Kedeputian TIRBR BPPT melakukan kajian mikro keberadaan pelabuhan Teluk
Nibung yang merupakan pelabuhan pengumpan sentra strategis perdagangan
antar daerah/pulau, pusat distribusi dan pemasaran berbagai macam
barang.Output kajian ini telah dimanfaatkan untuk merevitalisasi keberadaan
Pelabuhan Teluk Nibung sebagai masukan pengembangan Renstra Kota
Tanjungbalai. Ruang lingkup kegiatan ini juga mencakup kajian dinamika pantai
berupa uji model fisik dermaga untuk mengetahui pola sedimentasi dan scouring
di sekitar dermaga yang disebabkan gelombang dan arus yang uji simulasinya
dilakukan di BPDP.
AUTOMATIC CONTAINER TRANSPORTER (ACT)
Pada tahun 2013 Kedeputian TIRBR-BPPT memberikan advisory terhadap
program pembangunan ACTbersama dengan konsorsium monorail BUMN dimana
PT. Pelindo 3 (Persero) sebagai mitra. ACT adalah moda transpotasi angkutan
kontainer berbasis teknologi monorail, yang teknologi boogie-nya telah
dikem-bangkan BBPT sejak tahun 2006. Implementasi ACT di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya yang menghubungkan Prapat Kurung dan Pelabuhan Teluk Lamong.
POLASPASIAL KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTUR PANTAI TELUK SEMARANG
Upaya peningkatan konektivitas di Pulau Jawa dalam mendukung mobilitas
penduduk dan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan
layanan logistik dan prasarana transportasi yang memadai.Dalam pengembangan
BAB I Pendahuluan
SISTEM LOGISTIK NASIONAL
Dalam rangka menyiapkan sistem logistik Batubara, pada tahun 2013, Kedeputian
TIRBR-BPPT melakukan kajian kelayakan lokasi dermaga dan alur navigasi untuk
distribusi logistik batubara PT. PLN Batubara.Sejalan dengan penyusunan konsep
konektivitas sistem transportasi, Kedeputian TIRBR membuat rancangan rinci
infrastruktur transportasi pelabuhan yang terdiri dari wharf atau pier untuk
tambat 2 (dua) buah kapal tongkang LNG dengan panjang masing-masing 300 feet
dan mooring jetty.
3. Bidang Basis manufaktur
PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PABRIK GULA TERPADU GLENMORE
Kedeputian TIRBR melalui PTIM sebagai koordinator bersama PTIP & MEPPO
memberikan jasa pendampingan off farm kepada PTPN XII dalam pembangunan
pabrik gula Glenmore kapasitas awal 6.000 Ton Tebu perhari (TTH) expandable to
8.000 TTH yang berbasis defecation re-melt carbona-tion technology. Kegiatan
yang dilakukan BPPT meliputi pembuatan Process Flow Diagram (PFD), P&ID,
Front End Engineering Design (FEED) sebagai rekomendasi teknis pada proses
tender EPC, FASOS & FASUM. Capaian utama keterlibatan BPPT adalah telah
dimanfaatkannya rekomendasi teknologi rancang bangun dan rekayasa Pabrik
Gula sehingga seluruh konsultan dan kontraktor pembangunan PG Glenmore
dilaksanakan oleh industri permesinan dalam negeri.
PERINTISAN INDUSTRI TURBIN NASIONAL
BPPT telah menjalin kerjasama dengan KemenPerin dan PT NTP sejak 2005 dalam
pengembangan turbin uap skala kecil.Dukungan diberikan BPPT agar NTP mampu
menjadi turbine manufacturer. Pengembangan turbin dilakukan dengan metode
reverse engineering dan proses produksi menggunakan sistem cluster yang
meli-batkan industri scanning (Henindo),casting (Barata, Pindad, Metinca, Itokoh),
forging (Texmaco), fabrikasi (Baja Pratama), pemesinan CNC (Cipta Engineering,
Prabu Dimuntur, Cipta Sinergi), pemipaan (TOP-F), heat exchanger (PT Silas).
Jenis turbin yang dikembangkan adalah: turbin single stage back pressure
450 HP untuk industri agro, turbin multistage back pressure 2 MW dan 4 MW
BAB I Pendahuluan
PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PUPUK KALTIM5
Pada Pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim 5 kapasitas 2500 mtpd ammonia and
3500 mtpd urea, BPPT melaksanakan pendampingan teknis dengan ruang lingkup
Kaltim-5 Project, coal boiler, Kaltim Pasifik Ammonia, Proyek Perluasan Kaltim
dan review vendor list.
DISAIN PROSES PABRIK PUPUK KISERIT
Untuk mengimplementasikan hasil penelitian awal dalam teknologi produksi
kiserit makatekMIRA Kementerian ESDM bekerjasama dengan BPPT telah
dilakukan desain proses pembuatan Kiserit dari Mineral Dolomit sebagai perhitungan awal atau Basic Design yang akan menjadi acuan untuk pembuatan Detail Engineering Design (DED) yang siap untuk pembangunan Pabrik Kiserit
kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.
SILENT GENSET
Kedeputian TIRBR bekerjasama dengan industri lokal menghasilkan inovasi
enclosure genset pada tahun 2013 yang mampu meredam tingkat kebisingan
gensetdiesel 20 KVA hingga di bawah 65 dB pada kondisi tanpa beban hingga
beban penuh (kategori super silent). Inovasi ini sepenuhnya hasil karya dalam
negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita pada impor.
1.1.4.Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari beberapa
perspektif seperti ditampilkan pada tabel di bawah :
Tabel 1.1 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif
1. Lembaga Pemerintah
Pihak-pihak yang berkepentingan
atau memiliki harapan terhadap
perkembangan kinerja dan
Presiden
dan Kabinet
Kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi
untuk meningkatkan daya
BAB I Pendahuluan
Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif
a. Pelanggan/Customer
Pihak yang menggunakan
produk dan pelayan BPPT
Industri Ketersediaan sumber daya
teknologi untuk melakukan
inovasi, pendalaman proses
pertambahan nilai, dan
pem-baruan proses produksi utk
meningkatkan keuntungan.
Pemerintah ketersediaan sumber daya
teknologi/ rekomendasi
kebijakan untuk
meningkat-kan pelayanan publik
b. Aliansi
Lembaga yang bekerjasama
dengan BPPT sebagai partner
yang mempunyai tujuan,
sasar-an dsasar-an interes bersama
Lembaga,
pengetahuan dan teknologi
3. Masyarakat DPR,
Masyarakat
Umum
Keluaran dan produk BPPT
dapat dimanfaatkan secara
luas, meningkatkan kualitas
hidup, lingkungan dan
ekonomi secara keseluruhan.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Identifikasi potensi dan permasalahan Kedeputian TIRBR dilakukan untuk menganalisis
permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi dalam
rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.
1.2.1. Potensi
Potensi Kedeputian TIRBRyang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan
prasarana setelah reorganisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 1 April 2016 secara
keseluruhan berjumlah 671 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan
BAB I Pendahuluan
orang, Master berjumlah 161 orang, Sarjana berjumlah 351 orang dan S0 berjumlah
111 orang.
Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan
pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016
No. UNIT KERJA JUMLAH PERSONIL (orang)
S3 S2 S1 S0 JUMLAH
1. PTRIM 10 23 11 1 45
2. PTIP 4 12 25 5 46
3. PTIPK 9 9 39 5 62
4. PTSPT 4 20 24 3 51
5. B2TKS 10 39 72 29 150
6. B2TA3 3 11 47 13 74
7. BT2MP 6 20 31 11 68
8. BTH 4 14 49 22 89
9. BTIPDP 3 5 19 16 43
10. BTMEPPO - 5 32 6 43
JUMLAH 51 161 351 111 674
Selanjutnya distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat
pada Tabel 1.3. Prosentase pegawai TIRBR dengan jabatan fungsional Perekayasa
adalah 60%, kemudian Peneliti sekitar 6%, Teknisi Litkayasa sebesar 8% dan
Fungsional lainnya seperti Arsiparis, Pranata Humas, Perencana dan Analisis
Kepegawaian memiliki proporsi 2%.
Tabel 1.3: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional
pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016
No. UNIT
KERJA
JUMLAH PERSONIL (orang)
Peneliti Perekayasa Litkayasa Fungsional
Lainnya JFU
1. PTRIM 5 36 1 1 2
2. PTIP - 37 - 1 8
3. PTIPK 1 42 1 - 18
4. PTSPT 2 37 1 2 9
5. B2TKS 18 70 11 6 44
6. B2TA3 3 38 9 1 23
BAB I Pendahuluan
Infrastruktur kedeputian TIRBR dalam menunjang kegiatannya yang berada di bawah
Unit Pusat adalah Laboratoria Delphi, Hankam, Proses serta fasilitas Desain dan
Komputasi (Desain Institut Indonesia). Selanjutnya didukung pula oleh fasilitas
labo-ratoria yang dikelola 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis yang berada di Kawasan
Puspiptek – Serpong, di Surabaya, dan di Yogyakarta sebagai berikut: Balai Besar
Tek-nologi Kekuatan Struktur, Balai Besar TekTek-nologi Aerodinamika, Aeroelastika,
Aeroakustika, Balai Teknologi Hidrodinamika, Balai Teknologi Termodinamika Motor
dan Propulsi, Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, serta
Balai Teknologi Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi.
3) Kegiatan kedeputian TIRBR menggunakan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK)
secara menyeluruh yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well
structured)dan terdokumentasi (well documented) yang dilandasi dengan
implementasi Sistem Inovasi.
4) Kedeputian TIRBR memiliki jaringan (networking) yang luas
Kemitraan Kedeputian TIRBR dalam kegiatan industri dan swasta serta masyarakat
tercermin dari kegiatan kerjasama/MoU pengkajian dan penerapan teknologi industri
antara Kedeputian Bidang TIRBR dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta,
BUMN, Industri, Universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK.
1.2.2. Permasalahan
Identifikasi permasalahan di kedeputian TIRBR berdasarkan pelaksanaan Peraturan
Presiden Republik IndonesiaNomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) ditemukan beberapa aspek strategis dan permasalahan
utama antara lain :
o Bidang Teknologi Industri Hankam: kelemahan yang terlihat adalah masih
kurangnya produk alpalhankam yang dapat diserap oleh TNI sebagai pengguna, yang
kebanyakan belum memenuhi opsreq TNI sehingga tidak dapat dilakukan proses
pengadaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena lemahnya penguasaan
teknologi pada proses pengembangan produk alpalhankam dan kompetensi SDM, di
samping belum lengkapnya sarana prasarana laboratoria yang mendukung kegiatan
pengembangan tersebut, secara umum hasil teknologi produk alpalhankam industri
nasional masih dalam tingkat technology readyness level (TRL) yang masih rendah .
BAB I Pendahuluan
terbitnya UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan yang memberikan
peluang besar pada kemandirian industri pertahanan. Pada Perpres no 2 tahun 2015
tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah menepati komitmentnya terhadap isi UU no
16 tahun2012 tersebut dengan memberikan dukungan anggaran pengembangan
terhadap program prioritas industri pertahanan yang jumlahnya 7 produk strategis
seperti Pengembangan Jet Tempur KFx-IFx, Pembangunan Kapal selam, Industri
propelan, pengembangan roket nasional, pengembangan rudal nasional,
pengembangan radar nasional, pengembangan tank sedang dan berat seperti tertuang
dalam lampiran perpres tsb diatas. Di sisi lain dari anggaran belanja pengadaan
alpalhankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan
produk alpalhankam dalam negeri (PDN). Alokasi PDN inilah yang mendorong
percepatan pengembangan produk alpalhankam prioritas agar pada kurun 5 tahun ini
dapat diproduksi dan memenuhi opsreq user TNI.
Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan
peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada
umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya
volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban
jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya
saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang
merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi.
Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya
jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon – Jakarta) dan mengurangi beban
jaringan jalan seperti Pantura.
Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah
menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman,
tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan utama dalam transportasi
darat khususnya kereta api adalah keselamatan. Hasil laporan Kementerian
BAB I Pendahuluan
o Bidang Teknologi Industri Permesinan, Neraca ekspor-impor barang modal
pada tahun 2013 menunjukkan defisit yang cukup besar seperti terlihat pada Tabel
1.3.
Tabel 1.3. Neraca Ekspor-Impor Barang Modal Tahun 2014
2014
No Sektor Ekspor Impor
1 Alat Berat 749,405,048 2,342,426,253
2 Peralatan Konstruksi 18,231,359 766,035,269
3 Alat Mesin Pertanian 12,544,541 109,494,382
4 Peralatan Energi 95,903,462 1,659,358,385
5 Peralatan Pabrik 467,872,330 3,556,019,315
6 Peralatan Listrik 684,434,642 902,084,344
Sumber: Kemenperin, 2016.
Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar
merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya
merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi
impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur
peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri, penyiapan
industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan
jasa keuangan dalam membiayai seluruh aktifitas industri terkait.
Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa,
smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan masih
memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk tersebut.Beberapa
industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi
produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu
ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan
ditujukan/difokuskan pada inovasi design & engineering, peningkatan
kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan dukungan/layanan dalam
meningkatkan kemampuan industri permesinan dalam negeri.
Bidang Teknologi Rekayasa Industri MARITIM. Untuk mewujudkan
BAB I Pendahuluan
global belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal
baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70% dan fasilitas peralatan
galangan untuk perawatan kapal yang obsolete. Biaya pembuatan kapal yang mahal
di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan
kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri. Kebijakan pemerintah telah
diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan
pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya adalah PP 69 th 2015, yang diikuti
dengan Kepmen KEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal tax
allowance untuk impor komponen bangunan kapal. Namun semua kebijakan tersebut
belum dapat berjalan secara optimal. Selanjutnya, Bappenas merencanakan
pembangunan sektor kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan
pembangunan pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk
ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub.
Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub
minimal – 12 m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal – 7 m,
Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut),
Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut
diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya
pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri
Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal TEU’s serta desain
BAB II Tujuan dan Sasaran Program
BAB 2
TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
Kedeputian bidang TIRBR berdasarkan Perka BPPT no.009 Tahun 2015
mempunyai tugas pokok Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa. Adapun fungsinya adalah
melaksanakan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan
pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun
dan rekayasa, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa dan pelaksanaan tugas
sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.
Selanjutnya Renstra revisi TIRBR mengacu kepada Visi BPPT yaitu Pusat
Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan Teknologi untuk
Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa, serta melaksanakan
Misi ke lima BPPT yaitu Melaksanakan pengkajian & penerapan teknologi yang
menghasilkan inovasi & layanan teknologi dibidang teknologi industri rancang
bangun dan rekayasa.
2.1 Tujuan
Berdasarkan TUPOKSINANG dan dengan mempertimbangkan perubahan konstelasi
lingkungan strategis sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, serta
mengacu pada Visi dan Misi BPPT, maka ditetapkan tujuan program Kedeputian
TIRBR BPPT periode RPJMN 2015-2019 sebagai berikut:
Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan
daya saing dan kemandirian bangsa
Tujuan ini dijabarkan melalui sasaran strategis dengan indikator yang terukur.
Sasaran strategis TIRBR 2015-2019 di jabarkan dalam dua hal pokok yaitu:
1. Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.
BAB II Tujuan dan Sasaran Program
2.2 Sasaran Program
Sasaran Program Kedeputian TIRBR BPPT Tahun 2015-2019 merupakan
penjabaran lebih detail dari Tujuan TIRBR BPPT dengan indikator dan target yang
terukur. Sasaran Program dan indikator kinerja programnya adalah sebagai berikut
:
Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)
untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan
Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan di bidang TIRBR.
2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan di bidang TIRBR
Terwujudnya Terwujudnya layanan teknologi di bidang Rancang Bangun dan
Rekayasa (TIRBR) untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian
bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Layanan teknologi
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
BAB 3
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN
2015-2019 telah dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas dalam pemerintahan ke
depan, disebut NAWA CITA. Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait dengan
program di Kedeputian TIRBR adalah:
Nawacita 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.
Nawacita 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.
Nawacita 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama
bangsa-bangsa Asia lainnya.
Nawacita 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong , serta arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 maka yang menjadi sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya
kapasitas iptek yang di jabarkan sebagai berikut:
1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang mendukung: daya saing sektor produksi barang dan jasa;
keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta penyiapan masyarakat
Indonesia menyongsong kehidupan global.
2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana prasarana, kelembagaan, dan jaringan.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis
BPPT untuk mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT
pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri
melalui :
1) Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi
dalam bidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material,
transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan
dan pertanian, sistim inovasi untuk pembangunan taman tekno dan
sains, dan inkubasi teknologi.
2) Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian dan
penerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium
3) Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman
Tekno dan Taman Sains.
b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:
Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi
dalam bidang teknologi:obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam
dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.
c. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi
Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:
a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga) program utama yaitu:
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui
pembidangan teknologi yang ada di BPPT
c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional
d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka BPPT merumuskan Tujuan,
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang akan dilaksanakan
dalam kurun waktu 2015-2019 kedepan, seperti di tunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS)
TUJUAN SASARAN STRATEGIS IKSS
T1 Meningkatkan inovasi dan
SS1 Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
IKSS1 Jumlah Inovasi yang dihasilkan
IKSS2 Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan
SS2 Terwujudnya layanan teknologi untuk
mendukung peningkatan daya saing dan
kemandirian bangsa
IKSS 3 Jumlah Layanan Teknologi
IKSS 4 Indeks Kepuasan Masyarakat
T2 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi
SS3 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi
IKSS5 Indeks Reformasi Birokrasi
IKSS 6 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK
IKSS 7 Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja
3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian TIRBR
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis
Kedeputian TIRBR BPPT, serta mengacu revisi Renstra BPPT dan kebijakan BPPT
bahwa Kedeputian TIRBR mengkoordinasikan program 4 (empat) bidang teknologi
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
adalah Mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa
melalui penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi
dalam bidang teknologi Maritim, Transportasi, Permesinan dan Hankam.
Strategi Pelaksanaan Program Kedeputian TIRBR 2015-2019adalah :
Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang
dilaksana-kan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi nasional
Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten
Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas
kedeputian secara matriks
Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai KUMPULAN
KEGIATAN YANG TERINTEGRASI UNTUK MENCAPAI DAYA SAING INDUSTRI DAN KEMANDIRIAN BANGSA
SECARA HOLISTIK SERTA DILAKSANAKAN SECARA SINERGI KOMPLEMENTARI OLEH SELURUH POTENSI
BANGSA DALAM SUATU SISTEM INOVASI.Selanjutnya sesuai hasil analisa kebutuhan, maka terdapat empat bidang kegiatan di TIRBR yaitu:
Bidang Teknologi Industri Hankam:
1. Inovasi dan layanan teknologi Drone
2. Inovasi dan layanan teknologi Rudal.
3. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Cepat Rudal 4. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Selam.
Bidang Teknologi SistemSarana dan PrasaranaTransportasi:
1. Inovasi dan layanan teknologi Sistem Transportasi.
2. Inovasi dan layanan teknologi Inovasi Teknologi Moda dan Prasarana
Transportasi Darat
Bidang Teknologi Industri Permesinan:
1. Inovasi dan layanan teknologiPeralatan Pabrik.
2. Inovasi dan layanan teknologi Mesin Perkakas dan Tooling System.
Bidang Teknologi Industri Rekayasa Maritim:
1. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
Gambar 3.1. Alur Penentuan Program PPT di Kedeputian TIRBR
Kegiatan utama tersebut ditentukan mengikuti alur seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1. Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (PPT) menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit, khususnya
tetapi tidak terbatas pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN
2015-2019. Impact/benefit tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian
(program Eselon 1), seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan
lampirannya.
1.3. Kerangka Kelembagaan
Kerangka Kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan
SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT 2015-2019
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan
visi/misi BPPT;
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari
duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam
melaksanakan program-program pembangunan nasional;
4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.
Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan
diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:
1) Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam organisasi BPPT;
2) Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;
3) Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;
4) Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi
(letak) kekuasaan pembuatan keputusan;
5) Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.
Struktur organisasi BPPT berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Nomor : 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
Gambar 3.2. Bagan Organisasi BPPT Sesuai Perka BPPT Nomor 009 Tahun 2015
Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:
1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan konstruksi dan pertambangan;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin dan alat peralatan kelistrikan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.
3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan tugas
melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan sarana transportasi
dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem transportasi; b.pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana
transportasi darat;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi moda sarana transportasi darat.
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana transportasi darat; dan
e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi.
3. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas melaksanakan
pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi rekayasa industri maritim
dengan fungsinya adalah :
a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa industri kapal niaga;
b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi bangunan lepas pantai;
c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi infrastruktur galangan dan pelabuhan;
d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri maritim; dan e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan
1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;
2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;
3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong; 4. Balai Teknologi Hidrodinamika (UPT-BPPH), di Surabaya;
5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP), di Jogyakarta; dan
6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi (BTMEPPO).
Selanjutnya terkait program reorganisasi BPPT, maka bagan organisasi TIRBR
BPPT digambarkan pada Gambar 3.3.
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
BAB 4
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan di
Kedeputian TIRBR 2015-2019,dokumen utama yang menjadi adalah Peraturan
Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Renstra BPPT 2015-2019 yang antara lain
sebagai berikut :
Program prioritas yang dimuat dalam Buku 1:
o Bidang Teknologi Rekayasa Industri Maritim: Inovasi dan layanan teknologi
industri perkapalan
o Bidang Teknologi Industri Hankam: Mendukung pelaksanaan kebijakan
pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan.
Program lain dimuat dalam buku 2:
o Bidang Teknologi Industri Transportasi :
a. Inovasi & Layanan Teknologi Transportasi untuk Konektivitas & Logistik nasional baik antar koridor ekonomi dan perkotaan
b. Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi & Industri KA
o Bidang Teknologi Industri Permesinan :
a. Inovasi & Layanan Teknologi Industri pengolah sumber daya alam, yaitu
industri pengolah industri gula.
b. Inovasi & Layanan TeknologiIndustri Mineral hasil pertambangan c. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat
tenaga kerja: industri mesin – permesinan, tekstil, alat transportasi, alat
kelistrikan, elektronika dll
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
dengan Indikator Kinerja Utama BPPT dan atau indikator kinerja lain yang relevan.
Pada tingkat Eselon I atau Kedeputian, maka sasaran menggambarkan hasil
(outcome) pada bidangnya yang direpresentasikan dengan Indikator Kinerja Utama
Eselon I (Indikator Kinerja Program) dan indikator kinerja lain yang relevan. Formulasi
Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Utama kedeputian
TIRBR di tunjukkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1. Formulasi Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator
Kinerja Utama TIRBR
Penjabaran Target Kinerja kedeputian TIRBR 2015-2019 yang meliputi inovasi yang
dihasilkan, rekomendasi yang di manfaatkan, layanan teknologi dan indek kepuasan
masyarakat ditunjukkan pada Gambar 4.2.
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
Keterangan target kegiatan yang merupakan IKU pertahun TIRBR periode 2015-2019
yang di tunjukkan pada Gambar 4.2 adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan.
1 inovasi produk drone wulung dari unit PTIPK pada tahun
2015
2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine
CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap dari
PTIPK yang dihasilkan pada tahun 2017
1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW dari unit PTIP pada
tahun 2018
2 inovasi berupa 1 produk drone I MALE-x dari PTIPK dan 1
prototip sistem perlintasan sebidang (sistek keselamatan
transportasi kereta api) dari PTSPT yang dihasilkan pada
tahun 2019
2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.
1 rekomendasi DED FEED pabrik gula dari unit PTIP
1 rekomendasi berupa DED KCR dari PTIPK yang dihasilkan
pada tahun 2017
2 rekomendasi yaitu: 1 DED Marina Tanjung Layang dari
PTRIM dan 1 prototipe teknologi transportasi berbasis
Intelligent Transportation System (ITS) dari unit PTSPT yang
dihasikan pada tahun 2018
3 rekomendasi yaitu: 1 DED kepelabuhan dan dinamika pantai dan desain standar kapal kontainer TEU’s dari PTRIM serta 1 standarisasi desain dan sistem uji jembatan dari unit
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
4. Indeks Kepuasan Masyarakat.
Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan
pengguna teknologi yang dilayani oleh Balai di Kedeputian TIRBR.
Capaian Kinerja BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan berjenjang dari
capaian kinerja Eselon I dan capaian kinerja Eselon II Unit/Satuan Kerja sebagai hasil
dari pelaksanaan program dan kegiatan. Penjabaran kegiatan dan sistem kerja
matrik untuk pelaksanaan kegiatan PPT pada Kedeputian TIRBR di tunjukkan pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Unit Pelaksana kegiatan PPT di Kedeputian TIRBR
4.2 Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif
dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang di laksanakan
yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun sebelumnya, yang
kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda
pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada output/keluaran serta
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut
maupun yang baru; volumen target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi
terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.
Perhitungan pada KPJM yang melalui perhitungan khususnya di tahun 2015
yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non
operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya
terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu
dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan
kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing
output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume
komponen di kalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.
Lampiran Perpres No. 2 RPJMN 2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015-2019
menjadi acuan asumsi dasar pendanaan kegiatan-kegiatan inovasi dan layanan
teknologi diatas. Alokasi baseline anggaran program kedeputian TIRBR berdasarkan
lampiran PerpresNo. 2/2015 terbagi ke dalam 11 (sebelas) kode/nomor program
seperti di perlihatkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Matriks Baseline Pendanaan TIRBR 2015-2019
No Kode Unit Kerja Perpres No. 2 / 2015 Keterangan
1 3459 B2TKS*) 491.7 Ind. Hankam
2 3464 BTMEPPO ") 30.3
3 3467 BTIPDP 47.0
4 3471 BT2MP*) 159.0 Ind. Hankam
5 3487 PTIP 27.5
6 5866 PTRIM
7 3490 PTIPK 220.2 Ind. Hankam
8 3494 TRANSPORTASI MASSAL 30.0 Perkapalan
9 3495 PTSPT 27.3
BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan
Anggaran diatas merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan
Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan
kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik dapat di
ringkaskan pada tabel di bawah.
Tabel 4.2 Baseline Pendanaan BPPT 2015-2019
KODE PROGRAM / KEGIATAN RPJM I (2015-2019) perpres
2015 2016 2017 2018 2019
081.01 Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41
Pelayanan Internal untuk mendukungan
inovasi dan layanan teknologi unit teknis 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41 081.02 Program Peningkatan Sarana Dan
Prasarana Aparatur Negara 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23
Pengadaan dan Peningkatan fasilitas
Laboratoria BPPT 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23
Pembangunan dan Pengembangan Fasilitas
BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41
081.06 Program Pengkajian dan Penerapan
Teknologi 517,3 506,56 695,41 661,58 710,31
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang
Agroindustri dan Bioteknologi 68,1 74,9 97,75 112,08 113,77
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang
Informasi, Energi dan Material 100,1 93,9 163,49 190,88 185,88
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang
Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 105,3 130,5 163,88 133,69 103,74
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang
Pengembangan Sumberdaya Alam 114,0 105,8 140,87 160,16 164,18
Inovasi dan Layanan Teknologi bidang Sistem
Inovasi 73,8 41,2 61,28 64,77 64,00
Pelayanan Eksternal untuk mendukungan
inovasi dan layanan teknologi unit teknis 56,0 60,1 68,14 73.25 78,74