• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA REVISI 2 TIRBR 2015 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RENSTRA REVISI 2 TIRBR 2015 2019"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Renstra TIRBR BPPT

2015-2019

(2)

RENSTRA TIRBR BPPT

Tahun 2015-2019

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

(TIRBR)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Tahun 2016

Pengarah Kepala BPPT Penanggung Jawab Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun Wimpie Agoeng Noegroho

Joko Purwono Rusmadi Suyuti Adhi Dharma Permana

Hens Saputra Hari Setiapraja

Fadilah Hasim Mulyadi Sinung Harjono Cuk Supriadi Ali Nandar

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis Renstra BPPT 2015-2019 ini, yang dimaksud dengan:

1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi

sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa

unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung

menjadi solusi terhadappersoalan yang dihadapi saat ini.

2. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan,

yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang

komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu

diantaranya prototipe, pilot plant, pilot project.

3. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam

bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan

teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi

teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan

pemula berbasis teknologi).

4. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi

yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme

kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan

kemandi-rian bangsa serta adanya teknologi canggih atau baru yang dapat

menjadikan produk berupa barang atau jasa lebih unggul dari yang lain [Carla

O'Dell&Grayson C. Jackson].

5. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga

menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan

atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta

tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian

daerah/nasional.

6. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku

kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri,

daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat

(11)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

7. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

8. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan

terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi

mutakhir di nasional/dunia.

9. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi

yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan.

Peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi.

10. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi

yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang

tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level),

per-kiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual

(knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan

dampak tek-nologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau

implikasi strategi/kebijakan atau rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional

ataupun publik.

11. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa

dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan

produktifitas dan daya saing serta peningkatan kualitas, dalam hal ini yaitu

memberikan fasilitas hubungan, keterkaitan, jejaring, kemitraan antara dua pihak

atau lebih. Intermediasi juga menjembatani berbagai pihak terkait dengan

kepentingan tertentu (dalam konteks teknologi, serta memberikan delivery access

bagi industri, instansi pusat/pemda/masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya

Iptek dari BPPT/ Lembaga Iptek lainnya dari Dalam dan Luar Negeri.

12. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau

mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di

(12)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk

konteks tertentu di Indonesia.

14. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian

terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat

terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil

studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi,

membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan

teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria

tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib).

15. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu

objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan

dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan

pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang

akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan

untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan

hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan

dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

16. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan

kapasitas 10% dari pabrik skala normal dan merupakan implementasi dari desain

yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun ha-nya

digunakan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan data kinerja dan operasional.

17. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang

dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk

menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak

pelaksanaan program dan keekonomisannya.

18. Rekomendasi adalah layanan teknologiberupa masukan dan atau penyampaian

pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau

yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu

adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu

dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus

dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta

(13)

Istilah Dan Penjelasan Dalam Dokumen Ini

19. Advokasi adalah layanan teknologidalam bentuk saran-saran dan memberi

pertim-bangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu

teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk

merekomen-dasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan

suatu teknologi atau metodologi.

20. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan

memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga,

badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang

berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

21. Konsultansi adalah layanan teknologidalam hal memberikan suatu petunjuk,

pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan

suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk

mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

22. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis

merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang

tertentuyang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

23. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan

per-mintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak

atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,

sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang

melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.

24. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan

permin-taan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau

Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana,

sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang

melaksana-kan dan dilaksanamelaksana-kan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.

25. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau

observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta,

(14)

BAB I Pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005-2025

adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun

ter-hitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. RPJPN ditetapkan dengan maksud

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah,

masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai

dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Diharapkan seluruh

upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling

melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

RPJPN 2005–2025 secara ekplisit memuat bahwa persaingan yang makin tinggi

pada masa yang akan datangmenuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek

dalam rangka menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan yang dihadapi dalam

me-ningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional adalah meningkatkan

kontribusi Iptek dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman;

memenuhi kebutuh-an kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi

kebijakan Iptek dengan kebi-jakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan

masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi

degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta

meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan

prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi penguasaan dan pemanfaatan teknologi saat ini telah mengalami peningkatan. Meskipun demikian, kontribusi teknologi secara nasional untuk

meningkat-kan daya saing bangsa dinilai masih belum memadai. Hal ini antara lain ditunjukmeningkat-kan oleh

masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum

efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya

budaya Iptek di masyarakat, serta terbatasnya sumber daya Iptek.

Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini

dikembangkan.Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis

(15)

BAB I Pendahuluan

pemerintah yang berfungsi sebagai sumber dan infrastruktur teknologi nasional yang

diperlukan untuk mendorong perkembangan dan daya saing perekonomian nasional.

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan menjadi tantangan sekali-gus

peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan

peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

 Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan

Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

 Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk

manufaktur dalam tren meningkat.

 Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31

Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan

pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan,

sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih

tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan

penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah

produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan

regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat

membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan

menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu

menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan

pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan

iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing

perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang

tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan

(16)

BAB I Pendahuluan

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas,

Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi dayasaing Indonesia jika

diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan

laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada

tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya

saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam

(26) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Indonesia

Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia 2014-2015

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar

yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur,

Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan

Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan

Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi(Gambar 1.2).

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan

langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita

(17)

BAB I Pendahuluan

2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan

Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi,

Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan

Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur,

Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar

Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan

Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7)

dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum

berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan

teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai belum

memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk

menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk

yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Pada periode 2010-2014 telah dilakukan kegiatan kerekayasaan teknologi yang hasilnya

telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian BPPT

selama periode 2010-2014 yang Kedeputian TIRBR terlibat secara aktif dan berkontribusi

antaralain:

A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek

BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset dibawah koordinasi Kemenristek, sejak tahun

2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan

membangun pusat-pusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada

(18)

BAB I Pendahuluan

dan Komunikasi serta Pusat Rekayasa Teknologi Hankam; Klaster 4 : Pusat Rekayasa

Geostech (Geo Engineering Science and Technology); Klaster 5 : Pusat Rekayasa Teknologi

Energi; Klaster 6 : Pusat Inovasi dan Bisnis Teknologi. Pusat Rekayasa ini melengkapi

Laboratoria yang telah ada yaitu: Balai Inkubator Teknologi (BIT), Balai Besar Teknologi

Modifikasi Cuaca (BB-TMC), Balai Teknologi Survei Kelautan (Balai Teksurla), Balai

Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL), Balai Bioteknologi (BBIO), Balai Jaringan

Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai Teknologi Polimer (BTP), Balai Teknologi Bahan

Bakar dan Rekayasa Desain (BTB2RD), Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE),

Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP), Balai Teknologi Mesin

Perkakas, Produksi dan Otomasi (BT MEPPO), Balai Besar Kekuatan Struktur (B2TKS),

Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (BBTA3).

B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

1) Bidang Prioritas

a) Prioritas Nasional

Prioritas 5: Program Aksi di Bidang Pangan

PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PUPUK BERIMBANG

Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral, Pupuk Lepas lambat

(SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi

Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati Majemuk.

Dalam Tahun 2013 dihasilkanrekomendasi inventarisasi bahan baku industri

pupuk, teknologi proses, dan peralatan industri pupuk, serta kebijakan industri pupuk

nasionaluntuk mendukung program revitalisasi industri pupuk nasional. Pada Tahun

2014 dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project pupuk SRF-NPK di

Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.Dimana secara kualitas telah dihasilkan pupuk

SRF-NPK granul yang lebih baik, dan secara kuantitas kapasitas produksi telah

mencapai10.000 ton/tahun.

Prioritas 8: Energi

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SKALA KECIL UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA

Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

(19)

BAB I Pendahuluan

seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur turbin), PT. Pindad

(genera-tor), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet ejector), dan lain-lain. dengan

target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) secara maksimal.

Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di

Kamojang Jawa Baratbekerjasama dengan PT. Pertamina Geo-thermal Energy dan

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, serta PT. PLN. Pilot plant PLTP

binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan panas bumi Wayang

Windu Jawa Barat bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd.Tahun 2012

diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 3MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle

100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW,

Pengujian Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.

b) Prioritas Nasional Lainnya

Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

PESAWAT UDARA NIR AWAK UNTUK SKUADRON TNIAU

Bekerjasama dengan Balitbang Kemenhan telah dilaksanakan demo flight Pesawat

Udara Nir Awak (PUNA) Wulung disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan,

Menteri Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Kepala Staf TNI, dan para undangan pada

tanggal 11 Oktober 2012 bertempat di Landasan udara militer Halim

Perdanakusu-mah. Demo flight berhasil dilakukan sehingga Menteri Pertahanan dan Keamanan

membuat keputusan bahwa PUNA Wulung-BPPT segera digunakan untuk

memperkuat skuadron Pesawat Terbang Tanpa Awak TNI AU di Kalimantan. PUNA

Wulung memiliki kemampuan jangkauan sistem komunikasi sejauh 150 km secara

autonomous dengan ketinggian 10.000 kaki untuk memperkuat Skuadron UAV TNI AU

di daerah perbatasan Kalimantan.

Pengembangan prototipe PUNA tipe jangkauan jarak menengah dengan

Telemetry, Command and Control (TCC) telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013.

Kemudian pada tahun 2014 telah diproduksi PUNA Wulung oleh industri

(20)

BAB I Pendahuluan

1. Capaian Lainnya

1. Bidang Hankam :

 KAPAL RAWA (SWAMP BOAT)

Pada tahun 2013-2014 Kedeputian TIRBR-BPPT diminta oleh Dislitbang TNI-AL

dan PT. Mega Perkasa Engineering (PT. MPE) untuk melakukan rancang bangun

dan rekayasa Kapal Rawa (swamp boat) yang mampu beroperasi sesuai dengan

kebutuhan TNI-AL. Konstruksi kapal rawa yang dikembangkan adalah 100%

marine grade alumunium dengan bagian bawah lambung dilapisi dengan lembaran

ultra-high molecular weight polyethylene.

 KALKULATOR TEMBAK MORTIR

Dalam rangka penguasaan teknologi alutsista munisi, Kedeputian TIRBR

bekerja-sama dengan Pussenif dan PT. Pindad melakukan kerekayasaan teknologi Mesin Hitung mortir yang dinamakan KOMBAT. KOMBAT adalah perangkat komputer

portable yang diperlukan oleh satuan penembak mortir untuk menentukan arah,

azimut dan kekuatan lontar pucuk mortir agar tepat mengenai sasaran. KOMBAT

dirancang tahan cuaca dan dilengkapi perangkat lunak perhitungan balistik serta

strategi tempur TNI untuk menggantikan ploating board yang merupakan alat

bantu manual maupun morcos yang merupakan alat bantu elektronik penembak

mortir buatan Marconi-Inggris. KOMBAT dapat melayani hingga 6 pucuk mortir

sekaligus untuk beberapa target tembak sejauh hingga 7 km.

2. Bidang Transportasi

 PENDAMPINGAN TRANS JAKARTA

Strategi BPPT dalam menumbuhkembangkan Industri otomotif lokal agar menjadi

wahana penciptaan lapangan kerja bagi anak negeri optimaladalah dengan

IPR-based platform local special purpose vehicle. Dalam konteks ini, Kedeputian TIRBR

BPPT melakukan berbagai kegiatan rancang bangun dan rekayasa kendaraan

umum massal yang akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa transportasi dan

diproduksi oleh industri nasional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2008

(21)

BAB I Pendahuluan

 KONEKTIVITAS DAN LOGISTIK

Kedeputian TIRBR BPPT bersama dengan KemenPU, KemenHub, Pemprov dan

Kabupaten/Kota terkait, perguruan tinggi serta industri dalam negeri melakukan

rekayasa sistem tranportasi konektivitas Koridor Sumatera – Jawa yang mengacu

pada konsep memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan

terhubung secara global. Khususnya dalam mendukung rencana pengembangan

Kawasan Strategis dan Infastruktur Selat Sunda.

 KONEKTIVITAS KORIDOR SUMATERA

Kedeputian TIRBR BPPT melakukan kajian mikro keberadaan pelabuhan Teluk

Nibung yang merupakan pelabuhan pengumpan sentra strategis perdagangan

antar daerah/pulau, pusat distribusi dan pemasaran berbagai macam

barang.Output kajian ini telah dimanfaatkan untuk merevitalisasi keberadaan

Pelabuhan Teluk Nibung sebagai masukan pengembangan Renstra Kota

Tanjungbalai. Ruang lingkup kegiatan ini juga mencakup kajian dinamika pantai

berupa uji model fisik dermaga untuk mengetahui pola sedimentasi dan scouring

di sekitar dermaga yang disebabkan gelombang dan arus yang uji simulasinya

dilakukan di BPDP.

AUTOMATIC CONTAINER TRANSPORTER (ACT)

Pada tahun 2013 Kedeputian TIRBR-BPPT memberikan advisory terhadap

program pembangunan ACTbersama dengan konsorsium monorail BUMN dimana

PT. Pelindo 3 (Persero) sebagai mitra. ACT adalah moda transpotasi angkutan

kontainer berbasis teknologi monorail, yang teknologi boogie-nya telah

dikem-bangkan BBPT sejak tahun 2006. Implementasi ACT di Pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya yang menghubungkan Prapat Kurung dan Pelabuhan Teluk Lamong.

 POLASPASIAL KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTUR PANTAI TELUK SEMARANG

Upaya peningkatan konektivitas di Pulau Jawa dalam mendukung mobilitas

penduduk dan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan

layanan logistik dan prasarana transportasi yang memadai.Dalam pengembangan

(22)

BAB I Pendahuluan

 SISTEM LOGISTIK NASIONAL

Dalam rangka menyiapkan sistem logistik Batubara, pada tahun 2013, Kedeputian

TIRBR-BPPT melakukan kajian kelayakan lokasi dermaga dan alur navigasi untuk

distribusi logistik batubara PT. PLN Batubara.Sejalan dengan penyusunan konsep

konektivitas sistem transportasi, Kedeputian TIRBR membuat rancangan rinci

infrastruktur transportasi pelabuhan yang terdiri dari wharf atau pier untuk

tambat 2 (dua) buah kapal tongkang LNG dengan panjang masing-masing 300 feet

dan mooring jetty.

3. Bidang Basis manufaktur

 PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PABRIK GULA TERPADU GLENMORE

Kedeputian TIRBR melalui PTIM sebagai koordinator bersama PTIP & MEPPO

memberikan jasa pendampingan off farm kepada PTPN XII dalam pembangunan

pabrik gula Glenmore kapasitas awal 6.000 Ton Tebu perhari (TTH) expandable to

8.000 TTH yang berbasis defecation re-melt carbona-tion technology. Kegiatan

yang dilakukan BPPT meliputi pembuatan Process Flow Diagram (PFD), P&ID,

Front End Engineering Design (FEED) sebagai rekomendasi teknis pada proses

tender EPC, FASOS & FASUM. Capaian utama keterlibatan BPPT adalah telah

dimanfaatkannya rekomendasi teknologi rancang bangun dan rekayasa Pabrik

Gula sehingga seluruh konsultan dan kontraktor pembangunan PG Glenmore

dilaksanakan oleh industri permesinan dalam negeri.

 PERINTISAN INDUSTRI TURBIN NASIONAL

BPPT telah menjalin kerjasama dengan KemenPerin dan PT NTP sejak 2005 dalam

pengembangan turbin uap skala kecil.Dukungan diberikan BPPT agar NTP mampu

menjadi turbine manufacturer. Pengembangan turbin dilakukan dengan metode

reverse engineering dan proses produksi menggunakan sistem cluster yang

meli-batkan industri scanning (Henindo),casting (Barata, Pindad, Metinca, Itokoh),

forging (Texmaco), fabrikasi (Baja Pratama), pemesinan CNC (Cipta Engineering,

Prabu Dimuntur, Cipta Sinergi), pemipaan (TOP-F), heat exchanger (PT Silas).

Jenis turbin yang dikembangkan adalah: turbin single stage back pressure

450 HP untuk industri agro, turbin multistage back pressure 2 MW dan 4 MW

(23)

BAB I Pendahuluan

 PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PUPUK KALTIM5

Pada Pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim 5 kapasitas 2500 mtpd ammonia and

3500 mtpd urea, BPPT melaksanakan pendampingan teknis dengan ruang lingkup

Kaltim-5 Project, coal boiler, Kaltim Pasifik Ammonia, Proyek Perluasan Kaltim

dan review vendor list.

 DISAIN PROSES PABRIK PUPUK KISERIT

Untuk mengimplementasikan hasil penelitian awal dalam teknologi produksi

kiserit makatekMIRA Kementerian ESDM bekerjasama dengan BPPT telah

dilakukan desain proses pembuatan Kiserit dari Mineral Dolomit sebagai perhitungan awal atau Basic Design yang akan menjadi acuan untuk pembuatan Detail Engineering Design (DED) yang siap untuk pembangunan Pabrik Kiserit

kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.

SILENT GENSET

Kedeputian TIRBR bekerjasama dengan industri lokal menghasilkan inovasi

enclosure genset pada tahun 2013 yang mampu meredam tingkat kebisingan

gensetdiesel 20 KVA hingga di bawah 65 dB pada kondisi tanpa beban hingga

beban penuh (kategori super silent). Inovasi ini sepenuhnya hasil karya dalam

negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita pada impor.

1.1.4.Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari beberapa

perspektif seperti ditampilkan pada tabel di bawah :

Tabel 1.1 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif

1. Lembaga Pemerintah

Pihak-pihak yang berkepentingan

atau memiliki harapan terhadap

perkembangan kinerja dan

Presiden

dan Kabinet

Kontribusinya terhadap

perkembangan ekonomi

untuk meningkatkan daya

(24)

BAB I Pendahuluan

Pemangku Kepentingan Lembaga Ekspektasi/Perspektif

a. Pelanggan/Customer

Pihak yang menggunakan

produk dan pelayan BPPT

Industri Ketersediaan sumber daya

teknologi untuk melakukan

inovasi, pendalaman proses

pertambahan nilai, dan

pem-baruan proses produksi utk

meningkatkan keuntungan.

Pemerintah ketersediaan sumber daya

teknologi/ rekomendasi

kebijakan untuk

meningkat-kan pelayanan publik

b. Aliansi

Lembaga yang bekerjasama

dengan BPPT sebagai partner

yang mempunyai tujuan,

sasar-an dsasar-an interes bersama

Lembaga,

pengetahuan dan teknologi

3. Masyarakat DPR,

Masyarakat

Umum

Keluaran dan produk BPPT

dapat dimanfaatkan secara

luas, meningkatkan kualitas

hidup, lingkungan dan

ekonomi secara keseluruhan.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permasalahan Kedeputian TIRBR dilakukan untuk menganalisis

permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi dalam

rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.

1.2.1. Potensi

Potensi Kedeputian TIRBRyang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan

prasarana setelah reorganisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 1 April 2016 secara

keseluruhan berjumlah 671 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan

(25)

BAB I Pendahuluan

orang, Master berjumlah 161 orang, Sarjana berjumlah 351 orang dan S0 berjumlah

111 orang.

Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan

pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016

No. UNIT KERJA JUMLAH PERSONIL (orang)

S3 S2 S1 S0 JUMLAH

1. PTRIM 10 23 11 1 45

2. PTIP 4 12 25 5 46

3. PTIPK 9 9 39 5 62

4. PTSPT 4 20 24 3 51

5. B2TKS 10 39 72 29 150

6. B2TA3 3 11 47 13 74

7. BT2MP 6 20 31 11 68

8. BTH 4 14 49 22 89

9. BTIPDP 3 5 19 16 43

10. BTMEPPO - 5 32 6 43

JUMLAH 51 161 351 111 674

Selanjutnya distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat

pada Tabel 1.3. Prosentase pegawai TIRBR dengan jabatan fungsional Perekayasa

adalah 60%, kemudian Peneliti sekitar 6%, Teknisi Litkayasa sebesar 8% dan

Fungsional lainnya seperti Arsiparis, Pranata Humas, Perencana dan Analisis

Kepegawaian memiliki proporsi 2%.

Tabel 1.3: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional

pada masing-masing Unit Kerja per 1 April 2016

No. UNIT

KERJA

JUMLAH PERSONIL (orang)

Peneliti Perekayasa Litkayasa Fungsional

Lainnya JFU

1. PTRIM 5 36 1 1 2

2. PTIP - 37 - 1 8

3. PTIPK 1 42 1 - 18

4. PTSPT 2 37 1 2 9

5. B2TKS 18 70 11 6 44

6. B2TA3 3 38 9 1 23

(26)

BAB I Pendahuluan

Infrastruktur kedeputian TIRBR dalam menunjang kegiatannya yang berada di bawah

Unit Pusat adalah Laboratoria Delphi, Hankam, Proses serta fasilitas Desain dan

Komputasi (Desain Institut Indonesia). Selanjutnya didukung pula oleh fasilitas

labo-ratoria yang dikelola 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis yang berada di Kawasan

Puspiptek – Serpong, di Surabaya, dan di Yogyakarta sebagai berikut: Balai Besar

Tek-nologi Kekuatan Struktur, Balai Besar TekTek-nologi Aerodinamika, Aeroelastika,

Aeroakustika, Balai Teknologi Hidrodinamika, Balai Teknologi Termodinamika Motor

dan Propulsi, Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, serta

Balai Teknologi Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi.

3) Kegiatan kedeputian TIRBR menggunakan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK)

secara menyeluruh yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well

structured)dan terdokumentasi (well documented) yang dilandasi dengan

implementasi Sistem Inovasi.

4) Kedeputian TIRBR memiliki jaringan (networking) yang luas

Kemitraan Kedeputian TIRBR dalam kegiatan industri dan swasta serta masyarakat

tercermin dari kegiatan kerjasama/MoU pengkajian dan penerapan teknologi industri

antara Kedeputian Bidang TIRBR dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta,

BUMN, Industri, Universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK.

1.2.2. Permasalahan

Identifikasi permasalahan di kedeputian TIRBR berdasarkan pelaksanaan Peraturan

Presiden Republik IndonesiaNomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) ditemukan beberapa aspek strategis dan permasalahan

utama antara lain :

o Bidang Teknologi Industri Hankam: kelemahan yang terlihat adalah masih

kurangnya produk alpalhankam yang dapat diserap oleh TNI sebagai pengguna, yang

kebanyakan belum memenuhi opsreq TNI sehingga tidak dapat dilakukan proses

pengadaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena lemahnya penguasaan

teknologi pada proses pengembangan produk alpalhankam dan kompetensi SDM, di

samping belum lengkapnya sarana prasarana laboratoria yang mendukung kegiatan

pengembangan tersebut, secara umum hasil teknologi produk alpalhankam industri

nasional masih dalam tingkat technology readyness level (TRL) yang masih rendah .

(27)

BAB I Pendahuluan

terbitnya UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan yang memberikan

peluang besar pada kemandirian industri pertahanan. Pada Perpres no 2 tahun 2015

tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah menepati komitmentnya terhadap isi UU no

16 tahun2012 tersebut dengan memberikan dukungan anggaran pengembangan

terhadap program prioritas industri pertahanan yang jumlahnya 7 produk strategis

seperti Pengembangan Jet Tempur KFx-IFx, Pembangunan Kapal selam, Industri

propelan, pengembangan roket nasional, pengembangan rudal nasional,

pengembangan radar nasional, pengembangan tank sedang dan berat seperti tertuang

dalam lampiran perpres tsb diatas. Di sisi lain dari anggaran belanja pengadaan

alpalhankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan

produk alpalhankam dalam negeri (PDN). Alokasi PDN inilah yang mendorong

percepatan pengembangan produk alpalhankam prioritas agar pada kurun 5 tahun ini

dapat diproduksi dan memenuhi opsreq user TNI.

Bidang Teknologi Industri Transportasi: perkembangan wilayah dan

peningkatan interaksi antar kota-kota di Jawa dan Sumatera dan Indonesia pada

umumnya sebagai turunan kegiatan ekonomi mengakibatkan makin tingginya

volume lalu lintas pada jalan-jalan primer (provinsi dan nasional). Tingginya beban

jalur Pantura Jawa yang ditandai dengan banyaknya titik-titik kemacetan

mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang pada gilirannya akan memperlemah daya

saing produk. Rendahnya tingkat penggunaan jalur rel untuk angkutan barang

merupakan bukti belum optimalnya pemanfaatan prasarana transportasi.

Pemanfaatan jalur rel diperkirakan akan mengurangi biaya transport (utamanya

jarak jauh – Surabaya – Semarang – Cierebon – Jakarta) dan mengurangi beban

jaringan jalan seperti Pantura.

Kereta api merupakan moda transportasi primadona yang akan terus bertambah

menjadi tulang punggung sistem transportasi nasional yang aman, selamat, nyaman,

tepat waktu dan efisien. Namun demikian, permasalahan utama dalam transportasi

darat khususnya kereta api adalah keselamatan. Hasil laporan Kementerian

(28)

BAB I Pendahuluan

o Bidang Teknologi Industri Permesinan, Neraca ekspor-impor barang modal

pada tahun 2013 menunjukkan defisit yang cukup besar seperti terlihat pada Tabel

1.3.

Tabel 1.3. Neraca Ekspor-Impor Barang Modal Tahun 2014

2014

No Sektor Ekspor Impor

1 Alat Berat 749,405,048 2,342,426,253

2 Peralatan Konstruksi 18,231,359 766,035,269

3 Alat Mesin Pertanian 12,544,541 109,494,382

4 Peralatan Energi 95,903,462 1,659,358,385

5 Peralatan Pabrik 467,872,330 3,556,019,315

6 Peralatan Listrik 684,434,642 902,084,344

Sumber: Kemenperin, 2016.

Jumlah impor barang modal dan kendaraan bermotor dalam jumlah sangat besar

merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi industri permesinan. Upaya

merebut pangsa pasar barang modal dan kendaraan bermotor dengan substitusi

impor perlu didukung oleh kesiapan teknologi & SDM, penyiapan industri manufaktur

peralatan barang modal dan alat angkut, penyiapan rantai pasok industri, penyiapan

industri komponen pengganti (spare parts), penyiapan jasa purna jual serta dukungan

jasa keuangan dalam membiayai seluruh aktifitas industri terkait.

Beberapa produk industri permesinan seperti turbin uap, motor listrik, pompa,

smelter, mesin perkakas CNC, motor bakar (engine), kendaraan angkutan masih

memerlukan dukungan kesiapan desain & engineering produk tersebut.Beberapa

industri DN sudah memiliki kemampuan produksi tetapi penguasaan teknologi

produksi untuk produk dengan kompleksitas dan presisi tinggi masih perlu

ditingkatkan.Untuk itu, program di bidang teknologi permesinan

ditujukan/difokuskan pada inovasi design & engineering, peningkatan

kemampuan/penguasaan teknologi produksi dan dukungan/layanan dalam

meningkatkan kemampuan industri permesinan dalam negeri.

Bidang Teknologi Rekayasa Industri MARITIM. Untuk mewujudkan

(29)

BAB I Pendahuluan

global belum mampu bersaing karena tidak adanya standard dalam pembuatan kapal

baru, kandungan komponen impor yang mencapai 70% dan fasilitas peralatan

galangan untuk perawatan kapal yang obsolete. Biaya pembuatan kapal yang mahal

di Indonesia membuat perusahaan pelayaran nasional lebih memilih untuk memesan

kapal baru atau membeli kapal bekas dari luar negeri. Kebijakan pemerintah telah

diupayakan melalui Pemberlakuan Inpres 5 Tahun 2005, yang dikenal dengan

pemberlakuan asas cabotage. Regulasi lainnya adalah PP 69 th 2015, yang diikuti

dengan Kepmen KEU no. 93 Th. 2015 yang di antaranya mengatur perihal tax

allowance untuk impor komponen bangunan kapal. Namun semua kebijakan tersebut

belum dapat berjalan secara optimal. Selanjutnya, Bappenas merencanakan

pembangunan sektor kepelabuhanan sebagai dukungan untuk mempersiapkan

pembangunan pelabuhan internasional yang berkapasitas besar dan modern untuk

ekspor berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai International Seaport-Hub.

Perencanaan lainnya adalah Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan hub

minimal – 12 m, Peningkatan kedalaman perairan pelabuhan feeder minimal – 7 m,

Peningkatan fasilitas dan peralatan pelabuhan utama (hub dan feeder Tol Laut),

Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut

diatas, Kedeputian TIRBR memfokuskan program pengkajian teknologi maritimnya

pada Inovasi dan layanan Teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan dan Industri

Perkapalan melalui penyediaan desain standard kapal TEU’s serta desain

(30)

BAB II Tujuan dan Sasaran Program

BAB 2

TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

Kedeputian bidang TIRBR berdasarkan Perka BPPT no.009 Tahun 2015

mempunyai tugas pokok Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang teknologi industri rancang bangun dan rekayasa. Adapun fungsinya adalah

melaksanakan perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan

pembinaan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi industri rancang bangun

dan rekayasa, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengkajian dan

penerapan teknologi industri rancang bangun dan rekayasa dan pelaksanaan tugas

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala.

Selanjutnya Renstra revisi TIRBR mengacu kepada Visi BPPT yaitu Pusat

Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan Teknologi untuk

Meningkatkan Daya Saing Industri dan Kemandirian Bangsa, serta melaksanakan

Misi ke lima BPPT yaitu Melaksanakan pengkajian & penerapan teknologi yang

menghasilkan inovasi & layanan teknologi dibidang teknologi industri rancang

bangun dan rekayasa.

2.1 Tujuan

Berdasarkan TUPOKSINANG dan dengan mempertimbangkan perubahan konstelasi

lingkungan strategis sebagaimana telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, serta

mengacu pada Visi dan Misi BPPT, maka ditetapkan tujuan program Kedeputian

TIRBR BPPT periode RPJMN 2015-2019 sebagai berikut:

Meningkatkan inovasi dan layanan teknologi dalam mendukung peningkatan

daya saing dan kemandirian bangsa

Tujuan ini dijabarkan melalui sasaran strategis dengan indikator yang terukur.

Sasaran strategis TIRBR 2015-2019 di jabarkan dalam dua hal pokok yaitu:

1. Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa.

(31)

BAB II Tujuan dan Sasaran Program

2.2 Sasaran Program

Sasaran Program Kedeputian TIRBR BPPT Tahun 2015-2019 merupakan

penjabaran lebih detail dari Tujuan TIRBR BPPT dengan indikator dan target yang

terukur. Sasaran Program dan indikator kinerja programnya adalah sebagai berikut

:

 Terwujudnya inovasi di bidang Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR)

untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dengan

Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan di bidang TIRBR.

2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan di bidang TIRBR

 Terwujudnya Terwujudnya layanan teknologi di bidang Rancang Bangun dan

Rekayasa (TIRBR) untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian

bangsa dengan Indikator Kinerja Programnya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Layanan teknologi

(32)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

BAB 3

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,

KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri

dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam RPJMN

2015-2019 telah dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas dalam pemerintahan ke

depan, disebut NAWA CITA. Dari 9 Agenda Prioritas tersebut yang terkait dengan

program di Kedeputian TIRBR adalah:

 Nawacita 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

 Nawacita 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan.

 Nawacita 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama

bangsa-bangsa Asia lainnya.

 Nawacita 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi pembangunan Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong , serta arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 maka yang menjadi sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya

kapasitas iptek yang di jabarkan sebagai berikut:

1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek yang mendukung: daya saing sektor produksi barang dan jasa;

keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; serta penyiapan masyarakat

Indonesia menyongsong kehidupan global.

2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana prasarana, kelembagaan, dan jaringan.

(33)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis

BPPT untuk mendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT

pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan layanan teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri

melalui :

1) Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi

dalam bidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material,

transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan

dan pertanian, sistim inovasi untuk pembangunan taman tekno dan

sains, dan inkubasi teknologi.

2) Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian dan

penerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium

3) Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman

Tekno dan Taman Sains.

b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:

Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi

dalam bidang teknologi:obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam

dan kelautan, lingkungan dan kebencanaan.

c. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:

a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga) program utama yaitu:

(34)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui

pembidangan teknologi yang ada di BPPT

c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional

d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka BPPT merumuskan Tujuan,

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang akan dilaksanakan

dalam kurun waktu 2015-2019 kedepan, seperti di tunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran

Strategis (IKSS)

TUJUAN SASARAN STRATEGIS IKSS

T1 Meningkatkan inovasi dan

SS1 Terwujudnya inovasi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa

IKSS1 Jumlah Inovasi yang dihasilkan

IKSS2 Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan

SS2 Terwujudnya layanan teknologi untuk

mendukung peningkatan daya saing dan

kemandirian bangsa

IKSS 3 Jumlah Layanan Teknologi

IKSS 4 Indeks Kepuasan Masyarakat

T2 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi

SS3 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, akuntabel dan berkinerja tinggi

IKSS5 Indeks Reformasi Birokrasi

IKSS 6 Opini penilaian laporan keuangan oleh BPK

IKSS 7 Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian TIRBR

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis

Kedeputian TIRBR BPPT, serta mengacu revisi Renstra BPPT dan kebijakan BPPT

bahwa Kedeputian TIRBR mengkoordinasikan program 4 (empat) bidang teknologi

(35)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

adalah Mendukung peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa

melalui penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi

dalam bidang teknologi Maritim, Transportasi, Permesinan dan Hankam.

Strategi Pelaksanaan Program Kedeputian TIRBR 2015-2019adalah :

 Program merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang

dilaksana-kan secara sinergi komplementari bersama mitra dalam sistem inovasi nasional

 Dilaksanakan dengan sistem tatakerja kerekayasaan secara konsisten

 Melibatkan seluruh potensi sumberdaya di BPPT secara lintas unit dan lintas

kedeputian secara matriks

Berdasarkan kepada strategi diatas, program didefinisikan sebagai KUMPULAN

KEGIATAN YANG TERINTEGRASI UNTUK MENCAPAI DAYA SAING INDUSTRI DAN KEMANDIRIAN BANGSA

SECARA HOLISTIK SERTA DILAKSANAKAN SECARA SINERGI KOMPLEMENTARI OLEH SELURUH POTENSI

BANGSA DALAM SUATU SISTEM INOVASI.Selanjutnya sesuai hasil analisa kebutuhan, maka terdapat empat bidang kegiatan di TIRBR yaitu:

Bidang Teknologi Industri Hankam:

1. Inovasi dan layanan teknologi Drone

2. Inovasi dan layanan teknologi Rudal.

3. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Cepat Rudal 4. Inovasi dan layanan teknologi Kapal Selam.

Bidang Teknologi SistemSarana dan PrasaranaTransportasi:

1. Inovasi dan layanan teknologi Sistem Transportasi.

2. Inovasi dan layanan teknologi Inovasi Teknologi Moda dan Prasarana

Transportasi Darat

Bidang Teknologi Industri Permesinan:

1. Inovasi dan layanan teknologiPeralatan Pabrik.

2. Inovasi dan layanan teknologi Mesin Perkakas dan Tooling System.

Bidang Teknologi Industri Rekayasa Maritim:

1. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur Kepelabuhanan.

(36)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

Gambar 3.1. Alur Penentuan Program PPT di Kedeputian TIRBR

Kegiatan utama tersebut ditentukan mengikuti alur seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 3.1. Program Lembaga BPPT berupa Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (PPT) menghasilkan luaran dalam bentuk impact atau benefit, khususnya

tetapi tidak terbatas pada fokus kegiatan yang tencantum dalam buku 1 RPPJMN

2015-2019. Impact/benefit tersebut merupakan hasil dari outcomes kedeputian

(program Eselon 1), seperti yang termaktub dalam Buku 1 RPJMN, Buku 2 dan

lampirannya.

1.3. Kerangka Kelembagaan

Kerangka Kelembagaan BPPT (struktur organisasi, ketatalaksanaan dan pengelolaan

SDM) yang digunakan untuk melaksanakan Rencana Strategis BPPT 2015-2019

mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang

pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi dan

visi/misi BPPT;

(37)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

3) Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari

duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam

melaksanakan program-program pembangunan nasional;

4) Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.

Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan

diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda

dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-unsur

sebagai berikut:

1) Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam organisasi BPPT;

2) Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;

3) Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang

mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;

4) Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi

(letak) kekuasaan pembuatan keputusan;

5) Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.

Struktur organisasi BPPT berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Nomor : 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja

(38)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

Gambar 3.2. Bagan Organisasi BPPT Sesuai Perka BPPT Nomor 009 Tahun 2015

Dalam Perka BPPT No. 009 Tahun 2015 tersebut, KedeputianTIRBR terdiri atas 4 (empat) pusat yaitu:

1. PUSAT TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (PTIPK) dengan tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi industri pertahanan dan keamanan dan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra udara;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra laut;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan pertahanan dan keamanan matra darat;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program, dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan Keamanan.

(39)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin penggerak dan peralatan sistem produksi;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi alat peralatan konstruksi dan pertambangan;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi mesin dan alat peralatan kelistrikan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi industri permesinan; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Industri Permesinan.

3. PUSAT TEKNOLOGI SISTEM DAN PRASANANA TRANSPORTASI (PTSPT) dengan tugas

melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi sistem dan sarana transportasi

dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi sistem transportasi; b.pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi prasarana

transportasi darat;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi moda sarana transportasi darat.

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi sistem dan prasarana transportasi darat; dan

e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di lingkungan Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi.

3. PUSAT TEKNOLOGI REKAYASA INDUSTRI MARITIM (PTRIM) dengan tugas melaksanakan

pengkajian dan penerapan teknologi dibidang teknologi rekayasa industri maritim

dengan fungsinya adalah :

a. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi rekayasa industri kapal niaga;

b. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi bangunan lepas pantai;

c. pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi infrastruktur galangan dan pelabuhan;

d. penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi rekayasa industri maritim; dan e. pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di

(40)

BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi Dan Kelembagaan

1. Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) di Serpong;

2. Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika (B2TA3) di Serpong;

3. Balai Teknologi Motor dan Propulsi (BT2MP), di Serpong; 4. Balai Teknologi Hidrodinamika (UPT-BPPH), di Surabaya;

5. Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP), di Jogyakarta; dan

6. Balai Teknologi Mesin Perkakas Teknik Produksi dan Otomasi (BTMEPPO).

Selanjutnya terkait program reorganisasi BPPT, maka bagan organisasi TIRBR

BPPT digambarkan pada Gambar 3.3.

(41)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

BAB 4

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan di

Kedeputian TIRBR 2015-2019,dokumen utama yang menjadi adalah Peraturan

Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Renstra BPPT 2015-2019 yang antara lain

sebagai berikut :

 Program prioritas yang dimuat dalam Buku 1:

o Bidang Teknologi Rekayasa Industri Maritim: Inovasi dan layanan teknologi

industri perkapalan

o Bidang Teknologi Industri Hankam: Mendukung pelaksanaan kebijakan

pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan.

 Program lain dimuat dalam buku 2:

o Bidang Teknologi Industri Transportasi :

a. Inovasi & Layanan Teknologi Transportasi untuk Konektivitas & Logistik nasional baik antar koridor ekonomi dan perkotaan

b. Inovasi & Layanan Teknologi Keselamatan Transportasi & Industri KA

o Bidang Teknologi Industri Permesinan :

a. Inovasi & Layanan Teknologi Industri pengolah sumber daya alam, yaitu

industri pengolah industri gula.

b. Inovasi & Layanan TeknologiIndustri Mineral hasil pertambangan c. Industri penghasil barang konsumsi kebutuhan dalam negeri yang padat

tenaga kerja: industri mesin – permesinan, tekstil, alat transportasi, alat

kelistrikan, elektronika dll

(42)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

dengan Indikator Kinerja Utama BPPT dan atau indikator kinerja lain yang relevan.

Pada tingkat Eselon I atau Kedeputian, maka sasaran menggambarkan hasil

(outcome) pada bidangnya yang direpresentasikan dengan Indikator Kinerja Utama

Eselon I (Indikator Kinerja Program) dan indikator kinerja lain yang relevan. Formulasi

Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Utama kedeputian

TIRBR di tunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Formulasi Sasaran Program, Indikator Kinerja Program dan Indikator

Kinerja Utama TIRBR

Penjabaran Target Kinerja kedeputian TIRBR 2015-2019 yang meliputi inovasi yang

dihasilkan, rekomendasi yang di manfaatkan, layanan teknologi dan indek kepuasan

masyarakat ditunjukkan pada Gambar 4.2.

(43)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

Keterangan target kegiatan yang merupakan IKU pertahun TIRBR periode 2015-2019

yang di tunjukkan pada Gambar 4.2 adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Inovasi yang dihasilkan.

 1 inovasi produk drone wulung dari unit PTIPK pada tahun

2015

 2 inovasi, yaitu:1 inovasi prototipe low cost turning machine

CNC dari PTIP dan 1 inovasi produk drone alap-alap dari

PTIPK yang dihasilkan pada tahun 2017

 1 inovasi produk prototip TUBP 4 MW dari unit PTIP pada

tahun 2018

 2 inovasi berupa 1 produk drone I MALE-x dari PTIPK dan 1

prototip sistem perlintasan sebidang (sistek keselamatan

transportasi kereta api) dari PTSPT yang dihasilkan pada

tahun 2019

2. Jumlah Rekomendasi yang dimanfaatkan.

 1 rekomendasi DED FEED pabrik gula dari unit PTIP

 1 rekomendasi berupa DED KCR dari PTIPK yang dihasilkan

pada tahun 2017

 2 rekomendasi yaitu: 1 DED Marina Tanjung Layang dari

PTRIM dan 1 prototipe teknologi transportasi berbasis

Intelligent Transportation System (ITS) dari unit PTSPT yang

dihasikan pada tahun 2018

 3 rekomendasi yaitu: 1 DED kepelabuhan dan dinamika pantai dan desain standar kapal kontainer TEU’s dari PTRIM serta 1 standarisasi desain dan sistem uji jembatan dari unit

(44)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

4. Indeks Kepuasan Masyarakat.

Indeks Kepuasan Masyarakat diperoleh dari hasil survai kepuasan

pengguna teknologi yang dilayani oleh Balai di Kedeputian TIRBR.

Capaian Kinerja BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan berjenjang dari

capaian kinerja Eselon I dan capaian kinerja Eselon II Unit/Satuan Kerja sebagai hasil

dari pelaksanaan program dan kegiatan. Penjabaran kegiatan dan sistem kerja

matrik untuk pelaksanaan kegiatan PPT pada Kedeputian TIRBR di tunjukkan pada

Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Unit Pelaksana kegiatan PPT di Kedeputian TIRBR

4.2 Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar efektif

dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang di laksanakan

yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun sebelumnya, yang

kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program terhadap agenda

pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada output/keluaran serta

(45)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta komponen yang berlanjut

maupun yang baru; volumen target pada masing-masing tingkatan serta evaluasi

terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

Perhitungan pada KPJM yang melalui perhitungan khususnya di tahun 2015

yang sudah dilakukan di awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non

operasional dengan dasar mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya

terhadap capaian kinerja yang sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu

dengan mempertimbangkan alokasi dari masing-masing program, yang merupakan

kompilasi alokasi per kegiatan sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing

output, sedangkan untuk tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume

komponen di kalikan dengan satuan biaya dan inflasinya.

Lampiran Perpres No. 2 RPJMN 2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015-2019

menjadi acuan asumsi dasar pendanaan kegiatan-kegiatan inovasi dan layanan

teknologi diatas. Alokasi baseline anggaran program kedeputian TIRBR berdasarkan

lampiran PerpresNo. 2/2015 terbagi ke dalam 11 (sebelas) kode/nomor program

seperti di perlihatkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Matriks Baseline Pendanaan TIRBR 2015-2019

No Kode Unit Kerja Perpres No. 2 / 2015 Keterangan

1 3459 B2TKS*) 491.7 Ind. Hankam

2 3464 BTMEPPO ") 30.3

3 3467 BTIPDP 47.0

4 3471 BT2MP*) 159.0 Ind. Hankam

5 3487 PTIP 27.5

6 5866 PTRIM

7 3490 PTIPK 220.2 Ind. Hankam

8 3494 TRANSPORTASI MASSAL 30.0 Perkapalan

9 3495 PTSPT 27.3

(46)

BAB IV Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan

Anggaran diatas merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan

Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan

kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik dapat di

ringkaskan pada tabel di bawah.

Tabel 4.2 Baseline Pendanaan BPPT 2015-2019

KODE PROGRAM / KEGIATAN RPJM I (2015-2019) perpres

2015 2016 2017 2018 2019

081.01 Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41

Pelayanan Internal untuk mendukungan

inovasi dan layanan teknologi unit teknis 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41 081.02 Program Peningkatan Sarana Dan

Prasarana Aparatur Negara 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23

Pengadaan dan Peningkatan fasilitas

Laboratoria BPPT 65,5 100,0 182,78 196,49 211,23

Pembangunan dan Pengembangan Fasilitas

BPPT 373,4 432,56 497,05 534,33 574,41

081.06 Program Pengkajian dan Penerapan

Teknologi 517,3 506,56 695,41 661,58 710,31

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Agroindustri dan Bioteknologi 68,1 74,9 97,75 112,08 113,77

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Informasi, Energi dan Material 100,1 93,9 163,49 190,88 185,88

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Industri Rancang Bangun dan Rekayasa 105,3 130,5 163,88 133,69 103,74

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang

Pengembangan Sumberdaya Alam 114,0 105,8 140,87 160,16 164,18

Inovasi dan Layanan Teknologi bidang Sistem

Inovasi 73,8 41,2 61,28 64,77 64,00

Pelayanan Eksternal untuk mendukungan

inovasi dan layanan teknologi unit teknis 56,0 60,1 68,14 73.25 78,74

Gambar

Gambar 1.1.  Peringkat Daya Saing
Tabel 1.1  Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan
Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1.3. Neraca Ekspor-Impor Barang Modal Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses ini diperlukan sistem kontrol level pada alat penghasil tegangan listrik limbah detergen agar dapat menjaga kestabilan level permukaan air dari tabung sesuai

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian bahan amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah, serta mengetahui daya toleransi tiga

Void setup berisi perintah yang akan dieksekusi hanya satu kali sejak Arduino dihidupkan, dan pada umumnya void setup ini digunakan untuk menentukan

- Setelah dilakukan pembiusan, sterilisasi daerah operasi, dan pemasangan infus, hewan diangkat dengan seksama ke meja operasi oleh pembantu

$JHUDWLQD ULSDULD (XSDWRULXP ULSDULXP \DQJ PHQGRPLQDVL NDZDVDQ NROHNVL GL .HEXQ 5D\D %DOL ,QYDVL VSHVLHV DVLQJ GLSHUEXUXN GHQJDQ NRQGLVL SHUXEDKDQ LNOLP PHQMDGLNDQQ\D VHEDJDL

Laporan skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Pelayanan pada Puskesmas Rejosari Berbasis Web dan SMS Gateway ” telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan suatu

Tabungan Tasaqur ini menggunakan akad mudharabah muthlaqah, yaitu akad kerja sama antara shahibul maal (anggota) dengan mudharib (KSPPS Binama) dimana pihak

qlim tarrun ioti, vang ditetapkan berdasarkan Keoutusan Kepara Unit Layanan p"r,iloaan raoupggl rvrr"r. Hasil Evaluasi Harga