• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Kesiapan Pemda dan BLUD dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual dan Evaluasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3. Kesiapan Pemda dan BLUD dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual dan Evaluasi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN PEMDA DAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

DALAM IMPLEMENTASI AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DAN EVALUASI

Oleh:

Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA

Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan dan

Anggota Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

S U M A T E R A K A L I M A N T A N

J A V A

(2)

Kepala

Satker

Kepala

Satker

Kuasa BUN

Kuasa BUN

Pengguna

Anggaran (PA)

Pengguna

Anggaran (PA)

Kuasa PA

Kuasa PA

BENDAHARA

BENDAHARA PPKPPK PPSPMPPSPM

delegatif

Perintah bayar

Tanggungjawab Fungsional

delegatif

penugasan

PRESIDEN

PRESIDEN

Menteri

Menteri

Perintah bayar Menteri Keuangan

KPPN

Ex Officio

Bendahara Umum Negara (BUN)

(3)

SUMBER DAN PELIMPAHAN KEWENANGAN

KEUANGAN NEGARA/DAERAH

Sumber Kewenangan

Kewenangan

atributif

adalah

kewenangan yang melekat dan

diberikan kepada suatu institusi

atau pejabat yang berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

Kewenangan

delegatif

adalah

kewenangan yang berasal dari

pendelegasian kewenangan dari

institusi atau pejabat yang lebih

tinggi tingkatannya kepada unit atau

pejabat dibawahnya

Pelimpahan Kewenangan

Bersifat Delegatif ,pendelagasian

wewenang dari pejabat yang lebih

tinggi kepada pejabat yang dibawah

secara penuh, sehingga wewenang

dan tanggungjawab beralih kepada

pejabat yg dilimpahkan wewenang

dan tindakan penerima wewenang

sepenuhnya

menjadi

perbuatan

hukum penerima wewenang

Bersifat Mandatory, pemberi mandat

(4)

PA/KPA

PPK

PPSPM

A T A U

KPA PPSPM PPK

BENDAHARA

M E R A N G K A P

PERANGKAPAN PEJABAT PERBENDAHARAAN

4

Keterangan:

1. PA/KPA dapat merangkat sebagai PPK atau

sebagai PPSPM

2. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM

Keterangan:

1. KPA tidak boleh merangkap sebagai

bendahara

2. PPSPM tidak boleh merangkat sebagai

bendahara

(5)

TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB

PEJABAT PERBENDAHARAAN

1. Otorisator adalah PPK yaitu pejabat yang melaksanakan

kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan

dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan

pengeluaran atas beban APBD. Kewenangan ini dikenal

sebagai kewenangan

otorisator.

2. Ordonantor adalah PPSPM bertindak sebagai

ordonator

berwenang untuk melakukan pengujian atas tindakan

yang dilakukan oleh

otorisator

(PPK) dan selanjutnya

memerintahkan pembayaran melalui penerbitan SPM.

(6)

PA/KPA

Kuasa

BUD

Pencairan

Dana

Pelaksanaan Komitmen

Pembebanan dan Perintah

Bayar

Perjan

jian

Penga daan barang/

jasa

Prestasi kerja

Perintah

Bayar

Pembeban

Pengujian

tagihan

Pengujian

Pencairan Dana

Penagihan

SPP

Alur Pelaksanaan Belanja

WetmatigheidRechtmatigheid

Wetmatigheid

Rechtmatigheid

Pencairan

Dana

(7)

PENGUJIAN TAGIHAN ATAS BEBAN APBN/D

Wetmatigheid (Sah Menurut Aturan), , Pengujian wetmatigheid dilakukan untuk mencari tahu terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah tagihan atas beban anggaran belanja negara itu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau tidak, dan apakah dana yang digunakan untuk membayar tagihan atas beban anggaran belanja negara itu tersedia dalam DPA atau tidak.

Rechtmatigheid (Sah Menurut Administrasi), , Pengujian rechmatigheid dilakukan untuk mencari tahu terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah para pihak yang mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja negara itu secara formal adalah sah. Untuk keperluan pengujian   rechmatigheid  ini, maka kepada para pihak penagih diminta untuk menunjukkan adanya surat-surat bukti, sehingga tagihan dapat dipertanggungjawabkan. Surat-surat bukti ini antara lain meliputi Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian/Kontrak, Kuitansi, Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan dan lain sebagainya

Doelmatigheid (Sah Menurut Fisik/Material) , Pengujian Doelmatigheid dilakukan untuk mencari tahu

terhadap jawaban atas pertanyaan, apakah maksud/tujuan (output) dari suatu pekerjaan sebagai pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan itu sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan indikator keluaran Sub Kegiatan yang tertuang dalam DPA atau tidak. Sebagai contoh, apabila ada pekerjaan pengadaan barang/jasa, maka hasil pengadaan berupa sejumlah (satuan) barang/jasa memang nyata-nyata ada sesuai dengan spesifikasi yang diminta dalam SPK/Kontrak. Termasuk juga pengujian adanya pemborosan atau tidak, sebagai contoh untuk perjalanan dinas yang tidak terlalu prioritas, dan atau pembelian/penggantian ban kendaraan yang masih baru/layak digunakan.

•Pengujian  Rechmatigheid dan Wetmatigheid    PPSPM dan Bendahara  kebenaran formiil atau secara administrasi .

(8)

KUASA BUD

KUASA BUD

KEPALA DAERAH

(PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUDA)

KEPALA DAERAH

(PEMEGANG KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUDA)

KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH

PPKD Selaku BUD

(KEPALA BPKAD)

PPKD Selaku BUD

(KEPALA BPKAD)

KUASA PA

KUASA PA

BENDAHARA

BENDAHARA

PPK-SKPD

PPK-SKPD

PPTK

PPTK

PENGGUNA ANGGARAN

(KEPALA SKPD)

PENGGUNA ANGGARAN

(KEPALA SKPD)

SEKRETARIS DAERAH

(KOORDINATOR PENGELOLAAN KEUDA)

SEKRETARIS DAERAH

(9)

PEMBAYARAN LS MELALUI BENDAHARA PENGELUARAN

Atas Beban APBN

Gaji dan Tunjangan

Gaji Susulan

Uang Duka Wafat/Tewas,

Uang Lembur

Uang Makan ,

Honorarium Tetap/Vakasi

Perjalanan dinas

Atas Beban APBD

Gaji dan Tunjangan

(10)

Basis Akrual

Basis Akrual

Basis Akrual

Basis Akrual

Basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi

diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat

terjadinya transaksi tersebut,

tanpa memperhatikan waktu kas

diterima atau dibayarkan.

Basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi

diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat

terjadinya transaksi tersebut,

tanpa memperhatikan waktu kas

diterima atau dibayarkan.

Pada saat pemerintah mempunyai hak untuk melakukan penagihan

dari hasil kegiatan pemerintah. Dalam konsep akrual basis menjadi

hal yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima.

Karenanya, dalam basis akrual kemudian muncul adanya estimasi

piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas

belum diterima.

Pada saat pemerintah mempunyai hak untuk melakukan penagihan

dari hasil kegiatan pemerintah. Dalam konsep akrual basis menjadi

hal yang kurang penting mengenai kapan kas benar-benar diterima.

Karenanya, dalam basis akrual kemudian muncul adanya estimasi

piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal kas

belum diterima.

Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah

terjadi, sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar

sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai

starting point

munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar.

Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah

terjadi, sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar

sudah terjadi, maka titik ini dapat dianggap sebagai

starting point

munculnya biaya meskipun biaya tersebut belum dibayar.

(11)

Cakupan Akuntansi Berbasis Akrual

a. Pengakuan pendapatan dan beban pada

saat terjadinya transaksi,

b. Pengakuan periodesasi pendapatan dan

beban dan

c. Pengakuan pendapatan dan beban

non-cash.

(12)

Minimal mengatur:

1.Format LK,

2. Kebijakan akuntansi,

3. Prosedur akuntansi,

4. Bagan akun standar,

5. Jurnal standar,

6. Entitas pelaporan dan

entitas akuntansi,

7. Dokumen sumber

Sistem Akuntansi Pemda

Kebijakan

Akuntansi

Kebijakan

Akuntansi

LRA, LO, Neraca, LPE & CaLK

SA-SKPD

LRA, LP-SAL, LO, Neraca, LPE,

LAK & CaLK

SA-PPKD

LRA, LP-SAL, LO, Neraca, LPE,

LAK, & CaLK Pemda

SA-Konsolidasian

Struktur SA Pemda

Perkada

Perkada

Peraturan Terkait KEUDA (Cth.

Permendagri No 64 Tahun 2013

PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP 1. Pengakuan 2. pengukuran 3. Pelaporan 4. pengungkapan

(13)

Pengakuan Pendapatan LO

Pengakuan Pendapatan LO

1. Pada saat penerimaan kas untuk pendapatan yang bersifat self

assesment (pajak hotel dan pajak restoran) dan pendapatan

restribusi tanpa penetapan.

2.

Pada saat

terjadinya transaksi untuk pendapatan

yang bersifat

official assesment dengan

penerbitan SKP (PBB), SKP kurang

bayar pendapatan transfer, bagi hasil pajak dan keputusan

pembebanan TP/TGR.

3.

Periodesasi pendapatan atas penerimaan kas untuk beberapa

periode

(14)

Pengakuan Beban

Pengakuan Beban

1. Beban belanja yang bersifat langsung diakui saat kewajiban

timbul yaitu beban pemeliharaan, pegawai, bunga, transfer,

hibah dan bansos (penerbitan SPM).

2. Pada saat pembayaran oleh bendahara pengeluaran atau

bendahara pengeluaran pembantu untuk belanja UP dan TUP

3. Beban belanja yang bersifat pemakaian diakui secara

periodik sesuai pemakaiannya yaitu beban persediaan.

4. Beban belanja yang bersifat penurunan nilai diakui secara

periodik seperti penyusutan, amortisasi dan penyisihan

piutang.

(15)

Penyajian Kembali (

Restatement

) Neraca

Penyajian Kembali (

Restatement

) Neraca

Penyajian kembali (

restatement

) adalah perlakuan akuntansi

terhadap pos-pos dalam neraca yang perlu dilakukan penyajian

kembali pada awal periode ketika pemerintah daerah untuk pertama

kali akan mengimplementasikan kebijakan akuntansi dari semula

basis kas menuju akrual menjadi basis akrual penuh.

Penyajian kembali diperlukan untuk pos pos neraca yang

kebijakannya belum mengikuti basis akrual penuh.

Untuk penyusunan neraca ketika pertama kali disusun dengan basis

akrual, neraca akhir tahun periode sebelumnya masih menggunakan

basis kas menuju akrual (

cash toward accrual

).

(16)

INTI RESTATEMENT

Pasal 9 Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, Pemerintah Derah

menyajikan kembali LRA,Neraca dan LAK tahun sebelumnya

pada tahun pertama penerapan SAP Berbasis Akrual.

Dalam penjelasan selanjutnya diklarifikasi penyesuaian kembali

hanya untuk Neraca saja, tidak untuk LRA dan LAK.

Penyesuaian Neraca 31 Desember 2014 untuk implementasi

akuntansi akrual mulai 1 Januari 2015

Penyesuaian untuk menghasilan Neraca Neraca 1 Januari 2015

sesuai Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 diperlukan

terhadap beberapa akun.

Restatement tidak mempengaruhi Neraca posisi 31 Desember

(17)

1. Paragraf 59 PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap menyatakan bahwa “Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintahan menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional”

2. Surat Ketua KSAP kepada Dirjen Bina Keuangan Daerah Nomor S-47/K.1/KSAP/IX/2015 tanggal 6 September 2015:

a. Pemda membuat Neraca Awal per 1 Januari 2015 basis Akrual dengan menggunakan saldo akhir neraca per 31 Desember 2014 dengan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar sesuai dengan lampiran I PP 71 Tahun 2010;

b. Pemerintah Daerah menyusun Peraturan Kepala Daerah untuk mengatur Kebijakan Akuntansi dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah;

c. Perubahan Kebijakan Akuntansi diungkapkan dalam CaLK;

d. Menyiapkan dokumen terkait inventarisasi dan aset tetap;

e. Data dan dokumen atas beban dibayar dimuka yang sebelumnya diakui sebagai belanja;

f. Data terkait piutang yang menampilkan nilai wajar setelah dikurangi penyisihan piutang;

g. Data atas utang bunga akibat adanya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo;

h. Informasi lainnya atas data klasifikasi ekuitas yang berbeda penyajiannya dengan basis akrual serta perubahan metode yang diperlakukan pada investasi jangka panjang maupun perubahan metode pencatatan persediaan saat penerapan basis akrual.

17

(18)

3.

Restatement

LRA

a.

LRA menggunakan basis kas;

b.

LRA Tahun 2014 tidak perlu dilakukan

restatement.

4.

Restatement

LO

a.

Entitas tidak perlu membuat LO tahun 2014;

b.

LO tahun 2015 tidak perlu dikomparasi dengan LO 2014, karena penyajian LO tahun

2015 baru disajikan pertama kalinya;

c.

LO tahun 2015 perlu dianalisis untuk melihat kemungkinan adanya “beban dibayar

dimuka” yang telah dibayar dan dilaporkan pada LRA tahun 2014 maupun LRA tahun

2015;

d.

Melakukan penyesuaian atas kemungkinan adanya beban yang masih terhutang pada

akhir tahun 2015

18

(19)

PSAP 10 (PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI)

a. Par. 37. Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.

b. Par. 38. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.

c. Par. 39. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.

d. Par 40. Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan (b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.

e. Par. 41. Timbulnya suatu kebijakan untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan kebijakan akuntansi. Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan revaluasi.

(20)

PENGARUH PENYAJIAN KEMBALI

TERHADAP TRANSAKSI ASET TETAP

Basis Akuntansi Penyajian Kembali Tidak Penyajian Kembali

CTA (2014) Ekuitas Dana Investasi Ekuitas Dana Investasi

  Aset Tetap (AT) Aset Tetap (AT)

     

Akrual (2015 Akumulasi Penyusutan AT  

  Defisit Penghapusan AT*)

Aset Tetap Defisit Penghapusan AT *)Aset Tetap

Alternatif : Koreksi Ekuitas

Akumulasi Penyusutan AT

Akumulasi Penyusutan AT Defisit Penghapusan AT*)

Aset Tetap

Perbedaan transaksi penghapusan aset tetap CTA VS Akrual *) Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional pada LO

(21)

PENGHENTIAN/PELEPASAN ASET TETAP

21

Jurnal untuk mencatat reklasifikasi dari Aset Tetap menjadi Aset Lainnya pada tanggal 30 Agustus 2015 :

Tanggal Uraian Debet Kredit

30/08/2015 Aset Lainnya 200.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 120.000.000

Peralatan dan Mesin 200.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya 120.000.000

Jurnal untuk mengeluarkan Aset Lainnya dari neraca pada tanggal 10 Oktober 2015 :

Tanggal Uraian Debet Kredit

30/08/2015 Beban Non Operasional 80.000.000 Akumulasi Penyusutan Aset Aset Lainnya 120.000.000

(22)

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Pengertian dan

Tujuan

Pengertian dan

Tujuan

menyajikan informasi kenaikan atau

penurunan ekuitas tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

menyajikan informasi kenaikan atau

penurunan ekuitas tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Struktur dan Isi

Struktur dan Isi

1. Ekuitas awal

2. Surplus/defisit-LO pada periode

bersangkutan

3. Koreksi-koreksi yang langsung

menambah/mengurangi ekuitas.

4. Ekuitas akhir

1. Ekuitas awal

2. Surplus/defisit-LO pada periode

bersangkutan

(23)
(24)

Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan

Pengertian

Pengertian

CaLK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap

entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan

Catatan atas Laporan Keuangan.

Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan

Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan

Perubahan Ekuitas

CaLK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap

entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan

Catatan atas Laporan Keuangan.

Meliputi penjelasan atau daftar terinci atau

analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam

Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan

Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan

Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan

Perubahan Ekuitas

Tujuan

Tujuan

Untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan

dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas

informasi keuangan pemerintah

(25)

TITIK KRITIS PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH (BMD)

ASET TETAP DALAM RANGKA AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

• Penghapusan Aset Tetap

Aset tetap yang sudah rusak berat dan tidak berfungsi dalam

operasional SKPD

• Penyerahan Aset kepada Daerah Otonom Baru (DOB)

• Penganggaran terkait aset tetap (belanja modal dan belanja

barang)  kapitalisasi aset tetap dan hibah barang

• Inventarisasi fisik Aset Tetap

• Penilaian Aset Tetap

Adanya aset tetap yang belum bernilai atau nilai tidak wajar

• Penyusutan Aset Tetap (penyusutan pertama kali dan penyusutan

berkala)

(26)

PENILAIAN KEMBALI ASET TETAP

Paragraf 27 PSAP 07 Lampiran I PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah, menyatakan bahwa “

Untuk keperluan penyusunan

neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap digunakan adalah

nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode

selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru,

suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya

perolehan tidak ada.”

Penyusunan neraca awal pemerintah daerah

mengacu pada Buletin Teknis SAP Nomor 2 tentang Penyusunan Neraca

Awal Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, Paragraf 58 PSAP 07 menyatakan bahwa “

Penilaian kembali

(27)

PENILAIAN KEMBALI DAN PENILAIAN BIASA ASET TETAP

PENILAIAN KEMBALI, dalam hal penilaian BMD

dilakukan untuk keseluruhan aset yang ada, maka

penilaian tersebut harus berdasarkan ketentuan

pemerintah

yang

berlaku

secara

nasional

sebagaimana dinyatakan dalam Paragraf 58 PSAP 07.

PENILAIAN BIASA, dalam hal penilaian BMD dilakukan

(28)

PENYUSUTAN ASET TETAP YANG MENGALAMI PENILAIAN

1. Apabila aset tetap mengalami penilaian pada posisi 1 Januari

2015, maka penyusutan pertama kali per posisi 1 Januari 2015

tidak perlu dilakukan, karena penilaian tersebut telah

mempertimbangkan akumulasi penyusutan aset tersebut.

2. Persoalan yang terjadi adalah penentuan masa manfaat yang

perlu disesuaikan dari tabel masa manfaat, mengingat perlunya

taksiran terhadap sisa masa manfaat aset tersebut.

3. Sebagai ilustrasi suatu peralatan dan mesin berupa peralatan

komunikasi navigasi dengan masa manfaat 15 tahun dinilai per

posisi 1 Januari 2015 namun tahun perolehannya tidak diketahui.

Bagaimana menentukan sisa masa manfaat aset tetap tersebut?

4. Solusi, penilaian thd aset tetap tersebut meliputi nilai dan sisa

(29)

Penyusutan dilakukan terhadap Aset Tetap berupa :

Gedung dan bangunan;

Peralatan dan mesin;

Jalan, irigasi, dan jaringan; dan

Aset Tetap lainnya berupa Aset Tetap renovasi dan alat musik

modern.

Penyusutan tidak dilakukan terhadap:

Tanah dan KDP

Aset Tetap yang dinyatakan hilang dan telah diusulkan kepada

Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusannya; dan

Aset Tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah

diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

(30)

IMPLEMENTASI PADA BLUD

LK BLUD harus dikonsolidasi untuk LKPD

Transaksi APBD ikut akrual dan tata kelola APBD

Transaksai hasil BLUD masuk sbg pendapatan dan belanja pada

APBD

Realisasi hasil BLUD dilaporkan dan dicatat secara periodik sbg

belanja LRA pada SKPD utk LRA dan LO

Tetap menggunakan akuntansi SAK dan SAP sampai PASP BLU

ditetapkan

PSAP BLU masih menunggu proses revisi PP Nomor 74 Tahun 2012

Penerapan akuntansi dgn standar akuntansi tunggal (Standar

Akuntansi Keuangan

SAP

(31)

PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BLUD KE

DALAM LAPORAN KEUANGAN SKPD/LKPD (1-2)

Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, dan

Laporan Perubahan Ekuitas BLU digabungkan pada laporan

keuangan

entitas

akuntansi/entitas

pelaporan

yang

membawahinya.

Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada LRA BLU

dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas akuntansi/entitas

pelaporan yang membawahinya.

Laporan Arus Kas BLU dikonsolidasikan pada Laporan Arus Kas

unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.

Laporan Perubahan SAL BLU digabungkan Laporan Perubahan

(32)

Dalam rangka konsolidasian laporan keuangan BLU ke dalam laporan

keuangan entitas yang membawahinya, perlu dilakukan eliminasi terhadap

akun-akun timbal balik (

reciprocal accounts

) seperti pendapatan, beban, aset,

dan kewajiban yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan dalam satu

entitas pemerintahan kecuali akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA

yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan sebagaimana dinyatakan pada

Paragraf 26 huruf b.

Dalam rangka konsolidasian dengan laporan keuangan pemerintah

pusat/pemerintah daerah, investasi yang dilaporkan pada laporan keuangan

BLU tidak dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan pemerintah

pusat/pemerintah daerah karena investasi tersebut telah dilaporkan juga

pada laporan keuangan BUN/BUD.

Investasi jangka panjang yang dilaporkan pada laporan keuangan Pemerintah

Pusat/pemerintah daerah berasal dari laporan keuangan BUN/BUD sebagai

pemilik investasi jangka panjang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kandungan antosianin yaitu pelargonidin dan sianin serta perbedaan kadar antosianin

Pada tuturan di atas mengalami campur kode berbentuk baster yang dilakukan penyiar radio musik Radio Most FM Malang. Hal tersebut dikarenakan serpihan yang disisipkan merupakan

Hipotesis nol penelitian ini yang menyatakan bahwa penyaluran dana zakat produktif tidak berpengaruh terhadap keuntungan usaha mustahiq adalah diterima. Penelitian ini

Masa hidup Nabi Idris dengan Nabi Unusy lebih dahulu Nabi Unusy sehingga wajar dikatakan demikian, karena astrologi tidak akan muncul kecuali setelah ilmu astronomi, dalam

Bamindo Agrapersada bergerak dalam bidang pengolahan bambu dengan jenis produk yang dihasilkan adalah stik bambu (sumpit dan tusuk sate) dan kertas sembahyang ( joss paper )..

Afiks kombinasi ini berfungsi untuk membentuk kata benda totalitas. Prefiks sa- pada kata dasar menunjukkan totalitas “seluruhnya”. Prafiks pi- berfungsi untuk membentuk

Skripsi dengan judul “ Media Pembelajaran Berwudhu dan Shalat Berbasis Multimedia Interaktif ” ini dapat penulis selesaikan sesuai rencana karena dukungan dari berbagai

Warranty yang diberikan kepada kilang RU VI Balongan untuk unit ARHDM ini hanya enam bulan atau 500 jam beroperasi khususnya pada Pompa 12-P-1012. Sedangkan kerusakan