KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ferisya Nur Fitriana NIM 10110241013
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Faa inna ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusra”
(Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah: 5-6))
Hidup tanpa mempunyai TUJUAN bagai layang-layang putus. Maka tetaplah berusaha terus agar harapan tak putus
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, atas karunia dan nikmat yang tak terhingga Sebuah karya ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua Orangtuaku tercinta, Alm. Bapak Dahron Helmi dan Ibu Isti Nurmawati yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan yang tak pernah terputus untuk keberhasilan anakmu ini.
KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA
Oleh
Ferisya Nur Fitriana NIM 10110241013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta dukungan Komite Sekolah yang dilakukan SD Serayu Yogyakarta dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, komite, dan pengawas di SD Negeri Serayu. Analisis data dalam penelitian ini melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik berarti, hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dicek dengan observasi dan kajian dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan sekolah dilihat dari 3 aspek: 1) Kesiapan Kepala Sekolah, yaitu: (a) memotivasi guru baik fisik maupun mental, (b) melaksanakan diklat, (c) memfasilitasi pendistribusian buku dan pendanaan melalui APBS, BOSDA, dan BOSNAS, (d) melaksanakan supervisi dari penyiapan perangkat, pelaksanaan proses pembelajaran & penilaian; 2) Kesiapan Guru, yaitu: (a) guru siap merancang pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan scientific melalui kerjasama atau pembagian tugas dengan guru lain untuk menyusun RPP dengan penilaian autentik, (b) melaksanakan proses pembelajaran, (c) menyiapkan sumber belajar; 3) Dukungan Komite Sekolah, yaitu: (a) memberikan masukan dan dukungan tentang implementasi Kurikulum 2013, (b) melakukan mediasi, c) mendukung dan mengontrol pendanaan. Kendala yang dihadapi, yaitu keluhan guru tentang proses penilaian dan kurangnya partisipasi Komite Sekolah dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kesiapan Sekolah dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 pada Program Studi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk menimba ilmu selama masa studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan Tugas Akhir Skripsi.
3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.
4. Bapak Dr. Arif Rohman, M. Si. dan Ibu Y. Ch. Nany Sutarini, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.
5. Bapak Petrus Priyoyuwono, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan studi.
6. Bapak dan Ibu dosen dan pengajar di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan banyak ilmu dan bekal pengalaman.
7. Bapak Dahron Helmi (Alm), Ibu Isti Nurmawati, adikku Marashinta Nimas Lailatul Sifa dan segenap keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan sampai selesai studi.
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 11
1. Kesiapan Sekolah ... 11
a. Pengertian Kesiapan ... 11
b. Pengertian Sekolah ... 12
c. Pengertian Kesiapan Sekolah ... 13
2. Kebijakan Pengembangan Kurikulum ... 15
d. Landasan Pengembangan Kurikulum ... 17
e. Komponen Kurikulum ... 19
f. Pengembangan Kurikulum... 19
3. Kurikulum 2013 ... 21
a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 ... 21
b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 23
c. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 24
d. Struktur Kurikulum SD ... 26
e. Silabus ... 28
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28
g. Pembelajaran Tematik Integratif... 29
h. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 30
i. Penilaian Autentik ... 32
B. Penelitian Relevan ... 34
C. Kerangka Berfikir ... 39
D. Pertanyaan Penelitian ... 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
C. Subjek Penelitian ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 47
F. Teknik Analisis Data... 47
G. Keabsahan Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Serayu Yogyakarta ... 50
1. Visi dan Misi SD Serayu Yogyakarta ... 50
2. Sejarah SD Negeri Serayu Yogyakarta ... 52
3. Lokasi dan Keadaan SD Negeri Serayu Yogyakarta ... 53
2. Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 71
3. Dukungan Komite dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 84
C. Pembahasan ... 87
1. Kesiapan Kepala Sekolah Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 88
2. Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 95
3. Dukungan Komite dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 103
D. Keterbatasan Penelitian ... 106
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Struktur Kurikulum SD ... 27
Tabel 2. Pedoman Observasi... 44
Tabel 3. Pedoman Wawancara ... 45
Tabel 4. Pedoman Kajian Dokumen ... 46
Tabel 5. Jumlah Peserta Didik ... 55
Tabel 6. Kelulusan dalam 5 Tahun Terakhir ... 56
Tabel 7. Data Prestasi Siswa ... 56
Tabel 8. Jumlah Tenaga Pendidik ... 59
Tabel 9. Pengamatan Pembelajaran ... 117
Tabel 10. Data Mentah dan Hasil Reduksi ... 177
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 30
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian ... 40
Gambar 3. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77
Gambar 4. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77
Gambar 5. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi, Kajian Dokumen, Wawancara ... 115
Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 125
Lampiran 3. Transkrip Hasil Wawancara ... 130
Lampiran 4. Dokumen Foto ... 193
Lampiran 5. RPP dan Penilaian ... 197
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 204
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada hakikatnya mutu bangsa bergantung pada mutu pendidikan.
Salah satu yang menentukan mutu pendidikan adalah kurikulum, sehingga
dalam hal ini menuntut perubahan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum sebagai komponen penting dalam
pendidikan juga mempengaruhi perubahan zaman untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Perubahan zaman menuntut kurikulum
untuk selalu baru dan sering juga pengertian baru mengenai makna
kurikulum itu sendiri. Dengan adanya kurikulum satuan pendidikan
diharapkan dapat menghasilkan suatu rencana yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
disebutkan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar”. (Kemendiknas, 2009: 6)
Jadi kurikulum adalah suatu perangkat yang dijadikan acuan
dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi
kegiatan-kegiatan siswa yang akan dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan secara umum. Dengan
kurikulum diharapkan dapat menjawab tantangan zaman yang terus
masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seiring perkembangan zaman maka kurikulum ikut diperbaharui seperti
yang terjadi saat ini yaitu adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi
kurikulum 2013.
Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2010-2014 dijelaskan bahwa berdasarkan hasil evaluasi
kurikulum yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Buku (Puskurbuk)
menunjukkan perlu ada penataan kembali kurikulum yang diterapkan Juli
tahun ajaran 2013-2014 mencanangkan akan memberlakukan Kurikulum
2013 secara terbatas yang merupakan hasil dari penyempurnaan kurikulum
sebelumnya. Hal ini dipertegas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
melalui kebijakannya, bahwa Kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
(Kemendikbud, 2013: 9) Dengan demikian, Kurikulum 2013 diharapkan
dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada kurikulum
sebelumnya.
Imas Kurniasih & Berlin Sani (2014) berpendapat, bahwa
penyusunan kurikulum menitikberatkan pada penyederhanaan, mengacu
pada Kurikulum 2006 yang masih terdapat berbagai kelemahan yaitu: 1)
Konten kurikulum masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya
mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya
menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi
pembelajaran aktif, keseimbangan soft skill dan hard skill, serta kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; 3) Belum peka
dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,
nasional, maupun global; 4) Standar penilaian belum mengarahkan pada
penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) (Imas Kurniasih & Berlin
Sani, 2014: 132).
Atas dasar itu pula terjadi suatu pengembangan kurikulum yang
diharapkan dapat memperbaiki kelemahan yang ada karena orientasi
pengembangan Kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara
pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Kurikulum 2013
menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui
penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi.
Sebagai sesuatu yang dianggap baru, Kurikulum 2013 mengalami
masalah dalam implementasinya. Ketika uji publik misalnya,
pengembangan kurikulum 2013 sudah mendapat penolakan dari berbagai
kelompok masyarakat peduli pendidikan. Hal ini diakibatkan oleh
perubahan kurikulum yang terkesan mendadak, sehingga menyebabkan
adanya ketidaksiapan sekolah dalam pengimplementasian Kurikulum
persaingan global (Bahasa Inggris dan TIK), mengabaikan guru dalam
membuat silabus dan RPP. Silabus diberikan dari pusat harapanya guru
dapat merancang dan mengembangkan RPP secara maksimal untuk proses
pembelajaran (Kemendikbud, Pengembangan kurikulum 2013: 2). Banyak
guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum ini karena
kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, sehingga membutuhkan waktu
untuk merubah mindset guru dan salah satu caranya melalui pelatihan-pelatihan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi
guru yang dapat memotivasi siswa (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014:
42). Pada kenyataannya banyak guru yang belum memahami konsep
pendekatan scientific dalam pembelajaran, selain itu juga guru belum menguasai penilaian dalam penerapan Kurikulum 2013 ini. Sosialisasi
Kurikulum 2013 telah dilaksanakan sekitar bulan Januari hingga Juli 2013,
yang diharapkan dari sosialisasi Kurikulum 2013 yaitu dapat memberikan
pemahaman kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua mengenai
pelaksanaan Kurikulum 2013.
Pergantian Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 telah
diterapkan pada tahun pelajaran baru 2013/2014 tepatnya dilaksanakan
pada tanggal 15 Juli 2013, sementara perangkat yang dipergunakan untuk
pelaksanaan kurikulum tersebut masih belum ada gambarannya, seperti
buku, metode mengajar serta tata cara penilaian hasil belajar. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan di SD Serayu pada tanggal 25 Februari
sasaran belum mendapatkan buku untuk pegangan siswa, namun ujicoba
Kurikulum 2013 tetap dilaksanakan untuk 15 sekolah di Kota Yogyakarta
pada tahun ajaran 2013-2014. Kemudian bagaimana kesiapan tentang
sosialisasi Kurikulum 2013, kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas
guru, fasilitas dan sumber belajar (buku siswa, buku pegangan guru,
silabus, RPP, dan perangkat lainnya), lingkungan akademik yang kondusif,
dukungan komite sekolah dan partisipasi warga sekolah. Selain itu guru
dituntut untuk lebih kreatif berkenaan dengan metode pembelajaran
tematik integratif yang diunggulkan dalam Kurikulum 2013, jadi guru
disyaratkan mampu mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai
mata pelajaran ke dalam tema yang berkenaan dengan alam dan kehidupan
manusia. Masih diuntungkan dengan adanya media dalam bentuk internet
yang memuat berbagai berita baru termasuk untuk mengetahui gambaran
sederhana tentang Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan di tahun
pelajaran 2013/2014 ini.
Salah satu elemen penting dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan agar peserta didik mampu bersaing adalah elemen kurikulum.
Melalui perbaikan kurikulum diharapkan proses pendidikan dapat
menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif serta relevan dengan
arah pembangunan di Indonesia. Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan
Kurikulum 2013 maka perlu diiringi dengan kesiapan yang harus
dilakukan sekolah meliputi kesiapan Kepala Sekolah, Guru dan dukungan
penelitian tentang “Kesiapan Sekolah dalam Melaksanakan Kurikulum
2013”
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Serayu Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Juadi nomor 2 Kotabaru Yogyakarta. Lokasi ini dipilih
sebagai tempat penelitian karena SD Serayu merupakan salah satu sekolah
sasaran yang ditunjuk Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk
menerapkan Kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Serayu pada
tanggal 25 Februari 2014 menunjukkan bahwa kesiapan yang dilakukan
sekolah yakni penyiapan sumber belajar seperti buku panduan, pegangan
guru, pegangan siswa, bukti autentik yang harus dibuat guru sendiri sesuai
tema yang ada. Bukti autentik dianggap merepotkan yaitu dalam
penyiapan instrumen. Setiap kali pembelajaran harus mendokumentasikan
hasil pembelajaran. Mengisi dokumentasi dirasakan berat oleh guru karena
banyak yang harus dinilai, perlu kecermatan, dan harus detail. Pada
kenyataanya penilaian memang harus dilakukan secara detail karena
penilaian harus mencakup tiga aspek yaitu penilaian sikap, keterampilan,
dan pengetahuan sehingga proses belajar siswa dapat dinilai secara
menyeluruh dan utuh.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kesiapan
sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Apabila ditemukan banyak
pertimbangan kebijakan di masa yang akan datang mengenai tata laksana
dan pengembangan suatu kurikulum di Indonesia.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya penghapusan mata pelajaran yang mendukung di persaingan
global yaitu Bahasa Inggris dan TIK.
2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
pergantian Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013.
3. Kurangnya kemampuan guru dalam mengintegrasikan dari berbagai
kompetensi mata pelajaran melalui tema-tema yang berkenaan dengan
alam dan kehidupan manusia.
4. Belum jelasnya perangkat yang digunakan untuk pelaksanaan
kurikulum seperti buku, metode mengajar serta tata cara penilaian hasil
belajar.
5. Kurangnya pemahaman guru mengenai konsep pendekatan scientific
dalam pembelajaran.
6. Kurangnya persiapan kepala sekolah, guru, siswa dan orangtua dalam
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah.
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dan luasnya cakupan dalam
permasalahan, maka dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi
masalah “Kesiapan Sekolah dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD
Serayu Yogyakarta.”
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan
masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kesiapan Kepala SD Serayu dalam melaksanakan
Kurikulum 2013?
2. Bagaimana kesiapan Guru SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum
2013?
3. Bagaimana dukungan Komite Sekolah SD Serayu dalam menyiapkan
pelaksanaan Kurikulum 2013?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
1. Kesiapan Kepala SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum 2013.
2. Kesiapan Guru SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum 2013.
3. Dukungan Komite Sekolah SD Serayu dalam menyiapkan pelaksanaan
F. MANFAAT
Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Teoritis
a. Memperkaya ilmu pengetahuan & pengembangan teori-teori
tentang kebijakan dalam mengembangkan, menyiapkan dan
melaksanakan Kurikulum 2013.
b. Memberikan sumbangan pemikiran tentang kesiapan aktor
pelaksana pendidikan SD dalam melaksanakan Kurikulum 2013.
2. Praktis
a. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bahan informasi
dan evaluasi untuk suatu kebijakan terkait dengan kesiapan sekolah
yang meliputi kesiapan komite sekolah, kepala sekolah, dan guru
dalam melaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.
b. Pengawas Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
Pengawas Sekolah sebagai evaluasi yang dapat dijadikan sebagai
penilaian mengenai kesiapan sekolah dalam melaksanakan
Kurikulum 2013.
c. Komite Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai kesiapan SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum
2013.
d. Kepala Sekolah
Sebagai masukan dan gambaran bagi kepala sekolah tentang
sejauh mana sekolah telah siap dalam melaksanakan Kurikulum
2013. Apabila ditemukan ketidaksiapan atau kendala maka dapat
segera ditindak lanjuti agar permasalahan dapat cepat selesai.
e. Guru
Sebagai masukan bagi guru agar dapat segera
mempersiapkan diri dalam menerapkan Kurikulum 2013 sebagai
pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar,
sehingga tujuan kurikulum dapat berjalan optimal, efisien dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian Kesiapan Sekolah
a. Pengertian Kesiapan
Pengertian kesiapan atau readiness adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Readiness atau kesiapan seseorang itu merupakan sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini
memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya serta mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya
yang selanjutnya dapat dituangkan menjadi prinsip-prinsip kesiapan yang
meliputi: 1) Semua aspek perkembangan berinteraksi; 2) Pengalaman
sesorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu; 3)
Pengalaman-pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam
perkembangan fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani;
dan 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri
seseorang merupakan masa perkembangan pribadinya (Wasty Soemarto,
2003: 191-192).
Sementara itu Slameto mendefinisikan bahwa “kesiapan” adalah
keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi
respons atau jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi
seseorang tersebut mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kondisi fisik, mental
pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari (Slameto, 2003:
113). Ketiga aspek tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat
sesuatu. Berdasarkan pengertian kesiapan yang di kemukakan oleh Wasty
dan Slameto di atas, ada perbedaan pengertian “kesiapan”. “Kesiapan”
menurut Wasty lebih menekankan pada aktivitas seseorang untuk
mengerjakan sesuatu tanpa dipengaruhi oleh keadaan orang tersebut.
Sementara Slameto mendefinisikan “kesiapan” mencakup kesiapan fisik,
mental, pegetahuan, dan keterampilan.
Jadi kesiapan dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan seseorang
yang secara keseluruhan siap melakukan sesuatu secara fisik, mental,
pengetahuan dan keterampilan. Aspek-aspek kesiapan mencakup
kematangan dan kecerdasan. Kematangan adalah proses yang
menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan
dan perkembangan (Slameto, 2003: 115). Pengertian kecerdasan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan mencerdaskan;
kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman
pikiran) (Ebta Setiawan. 2013. http://kbbi.web.id/cerdas).
b. Pengertian Sekolah
Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
tingkatannya, ada) dasar, menengah, tinggi. (Ebta Setiawan. 2013.
http://kbbi.web.id/sekolah)
c. Pengertian Kesiapan Sekolah
Kesiapan Sekolah adalah suatu keadaan dimana lembaga atau
sekolah secara keseluruhan telah siap melakukan sesuatu secara
fisik, mental, pengetahuan dan keterampilan. Kesiapan meliputi
aspek kematangan dan kecerdasan.
Kesiapan sekolah meliputi kesiapan kepala sekolah, guru, dan
dukungan komite sekolah dalam melaksanakan Kurikulum 2013.
1) Kesiapan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor penentu
yang dapat menggerakkan semua sumber daya yang tersedia
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
yang dalam hal ini dapat menunjang pelaksanaan Kurikulum
2013. Salah satunya melalui kesiapan program-program yang
dilaksanakan secara terencana.
Kesiapan Kepala Sekolah dalam melaksanakan
kurikulum 2013 meliputi: a) Menyiapkan pelaksanaan
Kurikulum 2013; d) Melaksanakan program Kurikulum 2013;
e) Memfasilitasi pelaksanaan Kurikulum 2013; f)
2) Kesiapan Guru
Kesiapan Guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013
meliputi: a) Merubahan mindset berkenaan dengan keterbukaan, keyakinan, dan penerimaan terhadap Kurikulum 2013; b)
Menyiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP); c) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran; d)
Melaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan
saintiific, e) Melaksanaan penilaian atentik (authentic assessment); (Pedoman Diklat Kurikulum 2013, 2013: 14).
3) Dukungan Komite Sekolah
Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan
pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
(Hasbullah, 2006: 92).
Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka
digulirkan konsep komite sekolah berdasarkan Keputusan
Mendiknas No. 004/U/2000, keberadaan komite sekolah berperan
sebagai berikut: a) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan. b) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
d) Mediator antar pemerintah (eksekutif) dan dengan masyarakat di satuan pendidikan (Hasbullah, 2006: 92-93).
Maka dari itu dengan adanya penerapan kurikulum 2013
peran komite sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan
pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.
2. Kebijakan Pengembangan Kurikulum
a. Pengertian Kebijakan
Kebijakan pendidikan merupakan keputusan berupa pedoman
bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum
maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan
melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta
rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan (Arif
Rohman, 2009: 129).
Menurut Sudiyono (2007) kebijakan merupakan serangkaian
tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan, yaitu dengan mengubah perilaku
b. Pengertian Pengembangan
Pengertian pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah menjadi bertambah sempurna ( pribadi, pikiran,
pengetahuan, dsb) (Ebta Setiawan. 2013. http://kbbi.web.id/kembang).
c. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum telah banyak dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Menurut Dakir, kurikulum berasal dari bahasa Latin yang
kata dasarnya “currere” secara harafiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan finish. Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut diartikan sebagai bahan belajar yang
sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan
diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan belajar agar
mencapai tujuan (Dakir, 2004: 2).
Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomn penyelenggara kegiatan belajar mengajar”. (Kemendiknas, 2009: 6)
Jadi kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang
diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistemik atas
proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pengembangan kurikulum adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan. Tujuannya adalah
untuk menyempurnakan suatu kurikulum yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
d. Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
1) Landasan Filosofis
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada
pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu
Pancasila. Berarti pendidikan di Indonesia harus membawa
peserta didik agar menjadi manusia yang ber-Pancasila. Dengan
kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh
pendidikan di Indonesia adalah sesuai dengan kandungan falsafah
Pancasila. Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa
Indonesia dicerminkn dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar tahun 1945 (Tim Pengembang MKDP, 2011: 20).
2) Landasan Psikologis
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh
asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang
apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana
peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi
yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Melalui kajian tentang psikologi perkembangan, diharapkan
upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, penyesuaian kemampuan, materi, proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi
evaluasi pembelajaran (Tim Pengembang MKDP, 2011: 26).
Sedangkan melalui psikologi belajar merupakan suatu upaya
mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang
mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya (Tim Pengembang
MKDP, 2011: 29).
3) Landasan Sosiologis
Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses
mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang
maupun proses pendidikan harus sesuai dengan kondisi,
karakteristik kekayaan dan perkembangan masyarakat (Tim
Pengembang MKDP, 2011: 36).
4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari
berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware
maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Tim Pengembang MKDP, 2011: 44).
e. Komponen Kurikulum
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi.
Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi
dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 102).
f. Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh
para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik,
pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat
lainnya.
Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan
menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara
optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan
masyarakat.
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:
1) Prinsip relevansi, ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam
kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi,
dan proses belajar tercakup dalam kurikulum hendaknya
relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan
masyarakat. Relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
antara tujuan, isi proses penyampaian, dan penilaian.
2) Prinsip fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur
atau fleksibel. Pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu
3) Prinsip kontinuitas, yaitu kesinambungan.
Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas
lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
4) Prinsip Praktis, yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan
alat-alat sederhana dan biayanya juga murah.
5) Prinsip efektivitas, meskipun kurikulum tersebut harus murah,
sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik
secara kuantitas maupun kualitas (Nana Sukmadinata, 2009:
150-151)
3. Kajian Kurikulum 2013
a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013
Konsep Kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Pada dasarnya konsep
Kurikulum 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak membawa
sesuatu yang baru. Konsep kurikulum ini dinilai sudah pernah
muncul dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan. Ada tiga
konsep tentang Kurikulum 2013, yaitu: 1) Kurikulum sebagai
substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai suatu perangkat
kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan
ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal, dan evaluasi; 2) Kurikulum
2013 sebagai suatu sistem, sistem kurikulum merupakan bagian
dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem
masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur
personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu
kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis; 3)
Kurikulum sebagai suatu bidang studi kurikulum, hal ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum melalui studi
kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan,
mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum (Nana Syaodih Sukmadinata,
2012: 27).
b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis,
1) Landasan Filosofi
Landasan filosofis pengembangan kurikulum yaitu: a)
Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar
dalam pembangunan pendidikan, nilai yang terkandung dalam
Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta didik. Kurikulum
2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu
menumbuhkan nilai Pancasila dalam diri peserta didik; b)
Filosofi pendidikan yang berbasis pada budaya lokal bangsa,
nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat, kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa,
memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan
nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Kurikulum
juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya yang
digunakan sehari-hari yang dapat berguna bagi kehidupan di
masa yang akan datang (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014:
33).
2) Landasan Yuridis
Landasan yuridis pengembangan kurikulum yaitu: a)
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b) Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional; c)
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan; e) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi; (Dokumen
Kurikulum 2013, 2013: 164) f) Permendikbud Nomor 71 tahun
2013 tentang buku teks pelajaran daan buku panduan guru; g)
Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah (Imas Kurniasih & Berlin
Sani, 2014: 35)
3) Landasan Konseptual
Aspek ini mencakup relevansi, model kurikulum
berbasis kompetensi, kurikulum lebih dari sekedar dokumen,
proses pembelajaran mencakup aktivitas belajar, output belajar dan outcome belajar serta cakupan mengenai penilaian (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014: 37).
c. Karakteristik Kurikulum 2013
Berikut ini adalah karakteristik Kurikulum 2013: 1) Pola
manajemen kurikulum 2013 lebih sentralistik, dimana dokumen
kurikulum, silabus, dan buku ajar dibuat oleh pusat, dengan
harapan guru dapat fokus merancang pelaksanaan proses
pembelajaran dengan lebih baik; 2) Ada pengurangan jumlah mata
pelajaran, tetapi ada penambahan jam mengajar, sehingga
yang lebih baik; 3) Untuk SD/MI kepedulian utama kurikulum
adalah pembentukan sikap; 4) Kurikulum SD/MI menggunakan
pendekatan tematik integratif dari kelas I - kelas VI; 5) Isi
kurikulum, yaitu kompetensi dirumuskan dalam kompetensi inti
kelas, dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)
Mapel; 6) Kompetensi Inti merupakan gambaran secara kategorial
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (kognitif & psikomotor) yang harus dipelajari peserta
didik; 7) Kompetensi Inti merupakan kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD
yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif; 8)
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling
terkait yaitu berkenaan dengan: a) sikap keagamaan; b) sikap
sosial; c) pengetahuan; dan d) penerapan pengetahuan; 9) Keempat
kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus
dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara
integratif; 10) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris
kompetensi (pengikat) kompetensi dasar; 11) Kompetensi dasar
mata pelajaran diturunkan dari kompetensi inti, sehingga
rumusannya tidak hanya bersumber pada disiplin ilmu, tetapi
bersifat terbuka; 12) Penilaian hasil belajar mencakup selurus
aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Kemendikbud, Pedoman
Diklat Kurikulum: 2013).
d. Struktur Kurikulum SD
Struktur kurikulum 2013 terdiri atas sejumlah mata
pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Beban belajar
dinyatakan dalam jam belajar seminggu sekali untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SD tahun I, II, dan III 30,
32, 34 sedangkan untuk tahun IV, V, dan VI masing-masing 36
jam setiap minggu.
Di dalam Kurikulum 2013 pembelajaran dilakukan secara
holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), jumlah mata
pelajaran dari 10 menjadi 6, jumlah jam bertambah 4 JP/minggu
Tabel. 1. Struktur Kurikulum SD
No Komponen I II III IV V VI
A. Kelompok A TEMATIK
1 Pen. Agama 4 4 4 4 4 4
2 Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan
5 6 6 4 4 4
3 B. Indo 8 8 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 IPA 3 3 3
6 IPS 3 3 3
B Kelompok B
7 Seni Bud&Keterampilan (termasuk muatan lokal*)
4 4 4 5 5 5
8 Pen Jas, OR & Kes 4 4 4 4 4 4
JUMLAH 30 32 34 36 36 36
Sumber: (Dokumen Kurikulum 2013, 2013: 175)
Catatan :
1) Muatan lokal*) dapat memuat Bahasa Daerah
2) IPA dan IPS kelas I s.d. Kelas III diintegrasikan ke mata
pelajaran lainnya.
Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan
orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif
sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih
menekankan pada aspek afektif dan psikomotor (M. Naufal
Alfarizi, dkk. 2013: 176).
e. Silabus
Berikut adalah komponen silabus yang dibuat untuk
pelaksanaan Kurikulum 2013: 1) Identitas; 2) Tema, 3)
Kompetensi Inti; 4) Kompetensi Dasar; 5) Indikator; 6) Tujuan; 7)
Materi; 8) Metode; 9) Kegiatan Belajar; 10) Alat/Sumber; dan 11)
Penilaian (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum, 2013).
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran untuk
penerapan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema
tertentu yang mengacu pada silabus (Muhammad Faiq, 2013:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/perancangan-RPP Kurikulum-2013.html).
RPP mencakup: Identitas Tema, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan: 1)
Kompetensi Inti; 2) Kompetensi dasar dan Indikator yang akan
dilaksanakan; 3) Tujuan; 4) Materi pokok (beserta uraian singkat
yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi
dasar dan indikator); 5) Pendekatan dan Metode; 6) Kegiatan
Pembelajaran Alat dan Sumber; 7) Penilaian (Kemendikbud,
g. Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dan
berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam
dua hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan
pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian
berbagai konsep dasar yang berkaitan melalui tema.
Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut
sehingga peserta didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa
terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran
memberikan makna nyata kepada peserta didik.
Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan
manusia. Keduanya adalah pemberi makna substansial terhadap
bahasa, PPKn, matematika dan seni budaya karena keduanya
adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat
hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang
diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran
penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran
lainnya.
Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat
perkembangan peserta didik tidak cukup abstrak untuk memahami
konten mata pelajaran secara terpisah-pisah. Pandangan psikologi
integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik.
Dari sudut pandang trandisciplinarity maka pengkotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi
kemampuan berpikir selanjutnya (M. Naufal Alfarizi, dkk. 2013:
347). Ciri-ciri pembelajaran tematik meliputi: 1) Berpusat pada
anak; 2) Memberikan pengalaman langsung; 3) Pemisahan antar
mata pelajaran tidak nampak; 4) Menyajikan konsep dari beberapa
mata pelajaran dalam satu PBM; 5) Bersifat luwes; 6) Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum,
2013).
h. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Hasil belajar pada Kurikulum 2013 diharapkan dapat
melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum,
2013)
Langkah – langkah dalam pebelajaran Kurikulum 2013
sebagai berikut: 1) Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah; 2) Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua
mata pelajaran. (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum, 2013)
Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 141-150)
menjelaskan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran antara lain: a)
Mengamati, metode mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran. Mengamati memiliki keunggulan yaitu
menyajikan objek secara nyata serta pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik; b) Menanya, fungsi dari bertanya yaitu
membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk aktif
belajar, membangkitkan keterampilan peserta didik berbicara,
mengajukan pertanyaan, mendorong peserta didik untuk berdiskusi,
kesimpulan, membisakan peserta didik berpikir spontan dan cepat;
c) Menalar, penalaran adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan; d) Mencoba, untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan (Kurniasih dan Berlin Sani, 2014:
141-150).
i. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Pada Kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi obyek dari
pendidikan, tetapi menjadi subjek dengan ikut mengembangkan
tema dan materi yang ada. Dengan adanya perubahan ini, tentunya
berbagai standar dalam komponen pendidikan akan berubah
termasuk dalam penilaiannya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh
mengatakan bahwa
“Standar penilaian pada kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari Kurikulum 2013 adalah mendorong siswa aktif di dalam setiap materi pembelajaran, maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika anak banyak bertanya.”
Tentunya banyak lagi komponen penilaian dalam
kurikulum ini, seperti proses dan hasil observasi siswa terhadap
suatu masalah yang diajukan guru, kemudian kemampuan siswa
menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga
berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas
melalui kelas.
Istilah penilaian (assessment) dalam Bahasa Inggris memiliki arti taksiran, penilaian, pengukuran, pengujian, atau
evaluasi. Jadi assessment dalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik.
Authentic memiliki arti asli, nyata, valid, atau reliabel. Jadi penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna asli, nyata, valid secara signifikan atas hasil belajar
peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penilaian autentik juga dapat diartikan sebagai upaya pemberian
tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan
tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran,
seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan
teman melalui debat, dll.
Jenis-jenis penilaian autentik, yaitu: 1) Penilaian kinerja;
2) Penilaian projek; 3) Penilaian portofolio; 4) Penilaian tertulis
(Kemendikbud, 2013: Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Pudji Muljono (2006) yang berjudul “Kesiapan Sekolah
dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP): Kasus Beberapa SMA di Kota dan Kabupaten Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan sekolah dalam
menerapkan Kurikulum KTSP. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan merode survei dan analisis data dilakukan dengan teknik
analisis deskriprif AHP dan SWOT Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum SMA di Kota dan Kabuparen Bogor, baik swasta
maupun negeri memiliki tingkat pemahaman yang cukup tentang
Kurikulum KTSP dan mereka menyatakan siap untuk melaksanakan
Kurikulum KTSP. Hal ini menunjukkan bahwa SMA-SMA di
Kabupaten dan Kota Bogor telah memperoleh informasi yang cukup
tentang Kurikulum KTSP, baik informasi dari Dinas Pendidikan
setempat, informasi dari media massa, akses ke internet, dan
sebagainya. Namun demikian, kesiapan implementasi tersebut belum
dapat diwujudkan secara konkrit di tingkat lapangan karena berbagai
kendala antara lain kualitas SDM guru yang tidak menunjang, sarana
pembelajaran yang terbatas, input kualitas awal siswa yang rendah, tingkat pemahaman yang beragam tentang Kurikulum KTSP dan
sebagainya. Strategi dan langkah langkah operasional yang perlu
dengan meningkatkan kualitas manajemen sekolah. (Pudji Muljono.
2006: 1)
2. Penelitian Amat Jaedun (2014) yang berjudul Evaluasi Kesiapan
Sekolah Dasar di Kabupaten Kulon Progo dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2004 hasil penelitian menunjukkan
bahwa ditinjau dari dukungan konteks sekolah, input pendidikan di sekolah, kondisi output pendidikan di sekolah saat ini, dan pemahaman kepala sekolah mengenai Kurikulum 2004 dan prinsip-prinsip
pembelajaran serta penilaiannya, maka dapat dinyatakan bahwa semua
Sekolah Dasar di kabupaten Kulon Progo telah siap untuk
mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut secara baik.
Sebagai indikator kualitatif dari kesiapan sekolah dalam
mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut antara lain
ditunjukkan oleh: 1) besarnya dukungan, baik dari Dinas Pendidikan
kabupaten Kulon Progo maupun orangtua siswa dan komite sekolah
terhadap implementasi kurikulum tersebut; 2) tingkat kesiapan sumber
daya manusia (terutama guru) dan sumber daya yang lain di sekolah;
3) kondisi output pendidikan yang telah dicapai oleh sekolah saat ini; dan 4) pemahaman kepala sekolah mengenai kurikulum 2004 dan
prinsip-prinsip pembelajaran serta penilaiannya (Amat Jaedun. 2014:
1)
Namun demikian, jika ditinjau dari indikator proses
kabupaten Kulon Progo dapat dikategorikan belum cukup untuk
mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut secara baik. Hal ini
ditunjukkan oleh indikator proses bahwa praktik pembelajaran yang
dilakukan pada sebagian besar sekolah masih konvensional, guru
kurang termotivasi untuk melakukan perbaikan praktik pembelajaran,
karena alasan tugas yang sudah cukup berat, implementasi Kurikulum
2004 saat ini terkesan baru asal jalan, dan pemahaman dari sebagian
besar guru dan para pelaksana pendidikan tentang Kurikulum 2004
serta prinsip-prinsip pembelajaran serta penilaiannya masih bervariasi
dan sering kurang tepat (Amat Jaedun. 2014: 1)
3. Penelitian Muhammad Makki (2008) yang berjudul Kesiapan
Madrasah Aliyah Negeri dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan di Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan kesiapan Madrasah Aliyah Negeri dalam pelaksanaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, adapun variabel dalam penelitian
ini yaitu pemahaman kurikulum, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, sistem pembiayaan, dan partisipasi masyarakat terhadap
MAN di Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan subjek
penelitian 214 orang yang terdiri dari 3 orang Kepala Madrasah, 66
orang guru, 15 Komite Madrasah, 100 orang siswa dan 30 orang tata
usaha. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan SPPSS
12 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) pemahaman
kurikulum dalam melaksanakan Kurikulum KTSP di MAN Kabupaten
Bantul sudah cukup baik. Hal ini tampak dari seluruh Madrasah sudah
menyusun Kurikulum KTSP mulai dari perencanaan kerangka
kurikulum, struktur kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan
sudah dilaksanakan, selain itu pihak Madrasah ikut serta forum MGMP
khususnya dalam pembahasan kurikulum; b) Sumber daya manusia
yang dimiliki oleh MAN di Kabupaten Bantul sudah rata-rata
berkualifikasi akademik sarjana (S1) bagi guru bahkan sudah ada yang
S2 dan sedang mengambil program pascasarjana diberbagai perguruan
tinggi, sedangkan karyawan sebagian besar sarjana muda (D3).
Jumlah antara pendidik, karyawan, dan siswa sudah
proporsional; c) sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MAN di
Kabupaten Bantul baik dari kualitas maupun kuantitas sudah cukup
memadai. Hal tersebut tampak dari seluruh madrasah sudah memiliki
ruang kepala dan wakil kepala madrasah, ruang guru yang cukup
besar, ruang belajar dengan kondisi ruangannya sudah baik,
laboratorium IPA dan Bahasa yang dilengkapi dengan fasilitas layak
pakai, perlengkapan olahraga yang cukup lengkap, musholla, serta
kamar mandi dan WC cukup bersih; d) Sistem pembiayaan MAN di
dan pengeluaran sehingga dalam pelaporan tidak terjadi kesalahan,
sehingga dapat dikatakan pembiayaan di madrasah sudah berjalan
baik; dan e) Partisipasi masyarakat dan orangtua dalam mensukseskan
program-program madrasah.
4. Penelitian yang telah dilakukan dengan judul Kesiapan Sekolah dalam
Melaksanakan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta bertujuan
untuk mendeskripsikan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta
dukungan Komite Sekolah yang dilakukan SD Serayu Yogyakarta
dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu
Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan sekolah
dilihat dari 3 aspek: 1) Kesiapan Kepala Sekolah, yaitu: (a)
memotivasi guru baik fisik maupun mental; (b) melaksanakan diklat;
(c) memfasilitasi pendistribusian buku dan pendanaan melalui APBS,
BOSDA, dan BOSNAS; (d) melakukan supervisi dari penyiapan
perangkat, pelaksanaan proses pembelajaran & penilaian. 2) Kesiapan
Guru, yaitu: (a) guru siap merancang pembelajaran yang
dikembangkan dengan pendekatan scientific melalui kerjasama atau
pembagian tugas dengan guru lain untuk menyusun RPP dengan
penilaian autentik; (b) melaksanakan proses pembelajaran; (c)
menyiapkan sumber belajar. 3) Dukungan Komite Sekolah, yaitu: (a)
memberikan masukan dan dukungan tentang implementasi Kurikulum
2013; (b) melakukan mediasi; c) mendukung dan mengontrol
penilaian dan kurangnya partisipasi Komite Sekolah dalam
mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013.
C. Kerangka Pikir
Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan kurikulum
sebelumnya yaitu Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 sesuai dengan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 didasari pemikiran tentang tantangan masa depan,
persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi,
kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka.
Penyempurnaan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 menuntut
adanya kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan penerapan
Kurikulum 2013 di sekolah. Kesiapan sekolah meliputi kesiapan Kepala
Sekolah, Guru serta dukungan Komite Sekolah. Kesiapan sekolah tersebut
sangatlah penting untuk dilakukan karena keberhasilan pelaksanaan
Kurikulum 2013 bergantung pada bagaimana kesiapan sekolah dalam
menghadapi Kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka
Gambar. 2: Kerangka Pikir Penelitian Kesiapan Kepala
Sekolah
Kesiapan Guru
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I
Kurikulum 2013
Kesiapan SD Serayu dalam Melaksanakan
Kurikulum 2013
Dukungan Komite
Sekolah
Keberhasilan Pelaksanaan
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana langkah – langkah Kepala SD Serayu untuk menyiapkan
pelaksanaan kurikulum 2013 ?
2. Bagaimana Kepala SD Serayu mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi ketika mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?
3. Bagaimana langkah yang dilakukan Guru SD Serayu dalam
menyiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?
4. Bagaimana Guru SD Serayu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
ketika mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?
5. Bagaimana langkah Komite Sekolah dalam mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013?
6. Bagaimana Komite Sekolah mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
deskriptif. Metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data
sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data tampak.
Penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sumber instrumen kunci (Sugiyono, 2011: 15).
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif karena berusaha mendeskripsikan atau
menggambarkan secara terperinci tentang kesiapan sekolah meliputi
kesiapan kepala sekolah, kesiapan guru, dan dukungan komite dalam
melaksanakan Kurikulum 2013 di SD Serayu yang diperoleh dari data di
lapangan dari data berbentuk lisan maupun data tertulis.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di SD Serayu
Yogyakarta. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian di sekolah ini
karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah sasaran dari 15 sekolah
sasaran yang ditunjuk dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk
melihat dan mendeskripsikan kesiapan sekolah dalam melaksanakan
Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.
Persiapan penelitian ini telah dilakukan sejak Desember 2013.
Pengumpulan data yang berupa wawancara dilakukan April - Mei pada
tahun 2014.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian kualitatif bersifat selektif yakni memilih
narasumber atau informan yang mengetahui informasi yang ingin digali.
Subjek dalam penelitian ini adalah Pengawas Sekolah, Komite Sekolah,
Kepala Sekolah, dan Guru Kelas SD Negeri Serayu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat
terjadi atau berlangsungnya peristiwa (Drs. S. Margono, 2009: 158).
Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk melihat pelaksanaan
memudahkan peneliti melakukan observasi maka dibuat pedoman
observasi. Pedoman observasi disajikan pada tabel 2 berikut:
Tabel.2 Pedoman Observasi No Aspek
yang dikaji
Indikator yang dicari Teknik Pengumumpulan Data
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti
terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, juga apabila peneliti ingin mengetahui informasi dari
narasumber secara mendalam (Sugiyono, 2011: 317). Wawancara
dilakukan kepada Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan
Komite Sekolah untuk memperoleh data yang mendalam mengenai
memudahkan peneliti melakukan wawancara maka dibuat pedoman
wawancara. Pedoman wawancara disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel. 3 Pedoman Wawancara No Aspek yang
dikaji
Indikator yang dicari Teknik
Pengumpulan Data 1. Kesiapan Kepala
Sekolah
1. Menyiapkan pelaksanaan kurikulum 2013.
2. Menyiapkan program pelaksanaan kurikulum 2013.
3. Memfasilitasi pelaksanaan kurikulum 2013.
4. Mensupervisi pelaksanaan kurikulum 2013
Wawancara
2. Kesiapan Guru 1. Merubahan mindset
berkenaan dengan
keterbukaan, keyakinan, dan penerimaan terhadap kurikulum 2013.
2. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran. 4. Melaksanaan pembelajaran
dengan penerapan
pendekatan saintiific
5. Melaksanaan penilaian otentik (authentic assessment)
3. Dukungan Komite Sekolah
1. Mendukung penyusunan program pelaksanaan Kurikulum 2013
2. Mendukung program pelaksanaan Kurikulum 2013
3. Telaah dokumen
Telaah dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain
(Sugiyono, 2011: 29). Peneliti bermaksud untuk menelaah informasi
yang berbentuk dokumen tulisan, seperti profil sekolah, keadaan
sekolah, dan peraturan di SD Serayu. Untuk memudahkan peneliti
melakukan telaah dokumen maka dibuat pedoman telaah dokumen.
Pedoman telaah dokumen disajikan pada tabel 4 berikut:
Tabel. 4 Pedoman Telaah Dokumen No Aspek yang
dikaji
Indikator yang dicari Teknik
Pengumpulan Data 1. Profil Sekolah a. Visi dan Misi Sekolah
b. Struktur Organisasi c. Jumlah pegawai sekolah d. Jumlah siswa c. Bangunan sekolah 3. Penataan b. Buku Pegangan Siswa c. Silabus
d. RPP
E. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2011: 305). Peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data
dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono, 2011: 306). Peneliti
sebagai instrumen utama dibantu dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi, wawancara dan telaah dokumen dalam
mengumpulkan data.
F. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif menurut teori Miles dan Huberman
dilakukan secara interaktif melalui proses sebagai berikut:
1. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, sesuai tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data