• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA."

Copied!
223
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ferisya Nur Fitriana NIM 10110241013

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Faa inna ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusra

(Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah: 5-6))

Hidup tanpa mempunyai TUJUAN bagai layang-layang putus. Maka tetaplah berusaha terus agar harapan tak putus

(6)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, atas karunia dan nikmat yang tak terhingga Sebuah karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua Orangtuaku tercinta, Alm. Bapak Dahron Helmi dan Ibu Isti Nurmawati yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan dukungan yang tak pernah terputus untuk keberhasilan anakmu ini.

(7)

KESIAPAN SEKOLAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR NEGERI SERAYU YOGYAKARTA

Oleh

Ferisya Nur Fitriana NIM 10110241013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta dukungan Komite Sekolah yang dilakukan SD Serayu Yogyakarta dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, komite, dan pengawas di SD Negeri Serayu. Analisis data dalam penelitian ini melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan penelitian ini menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi teknik berarti, hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dicek dengan observasi dan kajian dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan sekolah dilihat dari 3 aspek: 1) Kesiapan Kepala Sekolah, yaitu: (a) memotivasi guru baik fisik maupun mental, (b) melaksanakan diklat, (c) memfasilitasi pendistribusian buku dan pendanaan melalui APBS, BOSDA, dan BOSNAS, (d) melaksanakan supervisi dari penyiapan perangkat, pelaksanaan proses pembelajaran & penilaian; 2) Kesiapan Guru, yaitu: (a) guru siap merancang pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan scientific melalui kerjasama atau pembagian tugas dengan guru lain untuk menyusun RPP dengan penilaian autentik, (b) melaksanakan proses pembelajaran, (c) menyiapkan sumber belajar; 3) Dukungan Komite Sekolah, yaitu: (a) memberikan masukan dan dukungan tentang implementasi Kurikulum 2013, (b) melakukan mediasi, c) mendukung dan mengontrol pendanaan. Kendala yang dihadapi, yaitu keluhan guru tentang proses penilaian dan kurangnya partisipasi Komite Sekolah dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kesiapan Sekolah dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar Negeri Serayu Yogyakarta” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 pada Program Studi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk menimba ilmu selama masa studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan Tugas Akhir Skripsi.

3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.

4. Bapak Dr. Arif Rohman, M. Si. dan Ibu Y. Ch. Nany Sutarini, M. Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.

5. Bapak Petrus Priyoyuwono, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan studi.

6. Bapak dan Ibu dosen dan pengajar di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan banyak ilmu dan bekal pengalaman.

7. Bapak Dahron Helmi (Alm), Ibu Isti Nurmawati, adikku Marashinta Nimas Lailatul Sifa dan segenap keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan sampai selesai studi.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori ... 11

1. Kesiapan Sekolah ... 11

a. Pengertian Kesiapan ... 11

b. Pengertian Sekolah ... 12

c. Pengertian Kesiapan Sekolah ... 13

2. Kebijakan Pengembangan Kurikulum ... 15

(11)

d. Landasan Pengembangan Kurikulum ... 17

e. Komponen Kurikulum ... 19

f. Pengembangan Kurikulum... 19

3. Kurikulum 2013 ... 21

a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 ... 21

b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ... 23

c. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 24

d. Struktur Kurikulum SD ... 26

e. Silabus ... 28

f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 28

g. Pembelajaran Tematik Integratif... 29

h. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ... 30

i. Penilaian Autentik ... 32

B. Penelitian Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir ... 39

D. Pertanyaan Penelitian ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 47

F. Teknik Analisis Data... 47

G. Keabsahan Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Serayu Yogyakarta ... 50

1. Visi dan Misi SD Serayu Yogyakarta ... 50

2. Sejarah SD Negeri Serayu Yogyakarta ... 52

3. Lokasi dan Keadaan SD Negeri Serayu Yogyakarta ... 53

(12)

2. Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 71

3. Dukungan Komite dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 84

C. Pembahasan ... 87

1. Kesiapan Kepala Sekolah Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 88

2. Kesiapan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 95

3. Dukungan Komite dalam Melaksanakan Kurikulum 2013 ... 103

D. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Struktur Kurikulum SD ... 27

Tabel 2. Pedoman Observasi... 44

Tabel 3. Pedoman Wawancara ... 45

Tabel 4. Pedoman Kajian Dokumen ... 46

Tabel 5. Jumlah Peserta Didik ... 55

Tabel 6. Kelulusan dalam 5 Tahun Terakhir ... 56

Tabel 7. Data Prestasi Siswa ... 56

Tabel 8. Jumlah Tenaga Pendidik ... 59

Tabel 9. Pengamatan Pembelajaran ... 117

Tabel 10. Data Mentah dan Hasil Reduksi ... 177

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 30

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian ... 40

Gambar 3. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77

Gambar 4. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77

Gambar 5. Ilustrasi Buku Pegangan Siswa ... 77

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi, Kajian Dokumen, Wawancara ... 115

Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 125

Lampiran 3. Transkrip Hasil Wawancara ... 130

Lampiran 4. Dokumen Foto ... 193

Lampiran 5. RPP dan Penilaian ... 197

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 204

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada hakikatnya mutu bangsa bergantung pada mutu pendidikan.

Salah satu yang menentukan mutu pendidikan adalah kurikulum, sehingga

dalam hal ini menuntut perubahan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Kurikulum sebagai komponen penting dalam

pendidikan juga mempengaruhi perubahan zaman untuk dapat

meningkatkan mutu pendidikan. Perubahan zaman menuntut kurikulum

untuk selalu baru dan sering juga pengertian baru mengenai makna

kurikulum itu sendiri. Dengan adanya kurikulum satuan pendidikan

diharapkan dapat menghasilkan suatu rencana yang dapat digunakan

sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

disebutkan bahwa:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar”. (Kemendiknas, 2009: 6)

Jadi kurikulum adalah suatu perangkat yang dijadikan acuan

dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berisi

kegiatan-kegiatan siswa yang akan dapat diusahakan untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran khususnya dan tujuan pendidikan secara umum. Dengan

kurikulum diharapkan dapat menjawab tantangan zaman yang terus

(17)

masa depan dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seiring perkembangan zaman maka kurikulum ikut diperbaharui seperti

yang terjadi saat ini yaitu adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi

kurikulum 2013.

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) tahun 2010-2014 dijelaskan bahwa berdasarkan hasil evaluasi

kurikulum yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Buku (Puskurbuk)

menunjukkan perlu ada penataan kembali kurikulum yang diterapkan Juli

tahun ajaran 2013-2014 mencanangkan akan memberlakukan Kurikulum

2013 secara terbatas yang merupakan hasil dari penyempurnaan kurikulum

sebelumnya. Hal ini dipertegas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

melalui kebijakannya, bahwa Kurikulum 2013 diharapkan dapat

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif

melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

(Kemendikbud, 2013: 9) Dengan demikian, Kurikulum 2013 diharapkan

dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada kurikulum

sebelumnya.

Imas Kurniasih & Berlin Sani (2014) berpendapat, bahwa

penyusunan kurikulum menitikberatkan pada penyederhanaan, mengacu

pada Kurikulum 2006 yang masih terdapat berbagai kelemahan yaitu: 1)

Konten kurikulum masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya

mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya

(18)

menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan

pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi

pembelajaran aktif, keseimbangan soft skill dan hard skill, serta kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; 3) Belum peka

dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,

nasional, maupun global; 4) Standar penilaian belum mengarahkan pada

penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) (Imas Kurniasih & Berlin

Sani, 2014: 132).

Atas dasar itu pula terjadi suatu pengembangan kurikulum yang

diharapkan dapat memperbaiki kelemahan yang ada karena orientasi

pengembangan Kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang

berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara

pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Kurikulum 2013

menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui

penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi.

Sebagai sesuatu yang dianggap baru, Kurikulum 2013 mengalami

masalah dalam implementasinya. Ketika uji publik misalnya,

pengembangan kurikulum 2013 sudah mendapat penolakan dari berbagai

kelompok masyarakat peduli pendidikan. Hal ini diakibatkan oleh

perubahan kurikulum yang terkesan mendadak, sehingga menyebabkan

adanya ketidaksiapan sekolah dalam pengimplementasian Kurikulum

(19)

persaingan global (Bahasa Inggris dan TIK), mengabaikan guru dalam

membuat silabus dan RPP. Silabus diberikan dari pusat harapanya guru

dapat merancang dan mengembangkan RPP secara maksimal untuk proses

pembelajaran (Kemendikbud, Pengembangan kurikulum 2013: 2). Banyak

guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum ini karena

kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, sehingga membutuhkan waktu

untuk merubah mindset guru dan salah satu caranya melalui pelatihan-pelatihan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi

guru yang dapat memotivasi siswa (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014:

42). Pada kenyataannya banyak guru yang belum memahami konsep

pendekatan scientific dalam pembelajaran, selain itu juga guru belum menguasai penilaian dalam penerapan Kurikulum 2013 ini. Sosialisasi

Kurikulum 2013 telah dilaksanakan sekitar bulan Januari hingga Juli 2013,

yang diharapkan dari sosialisasi Kurikulum 2013 yaitu dapat memberikan

pemahaman kepada kepala sekolah, guru, siswa, dan orangtua mengenai

pelaksanaan Kurikulum 2013.

Pergantian Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 telah

diterapkan pada tahun pelajaran baru 2013/2014 tepatnya dilaksanakan

pada tanggal 15 Juli 2013, sementara perangkat yang dipergunakan untuk

pelaksanaan kurikulum tersebut masih belum ada gambarannya, seperti

buku, metode mengajar serta tata cara penilaian hasil belajar. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan di SD Serayu pada tanggal 25 Februari

(20)

sasaran belum mendapatkan buku untuk pegangan siswa, namun ujicoba

Kurikulum 2013 tetap dilaksanakan untuk 15 sekolah di Kota Yogyakarta

pada tahun ajaran 2013-2014. Kemudian bagaimana kesiapan tentang

sosialisasi Kurikulum 2013, kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas

guru, fasilitas dan sumber belajar (buku siswa, buku pegangan guru,

silabus, RPP, dan perangkat lainnya), lingkungan akademik yang kondusif,

dukungan komite sekolah dan partisipasi warga sekolah. Selain itu guru

dituntut untuk lebih kreatif berkenaan dengan metode pembelajaran

tematik integratif yang diunggulkan dalam Kurikulum 2013, jadi guru

disyaratkan mampu mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai

mata pelajaran ke dalam tema yang berkenaan dengan alam dan kehidupan

manusia. Masih diuntungkan dengan adanya media dalam bentuk internet

yang memuat berbagai berita baru termasuk untuk mengetahui gambaran

sederhana tentang Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan di tahun

pelajaran 2013/2014 ini.

Salah satu elemen penting dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan agar peserta didik mampu bersaing adalah elemen kurikulum.

Melalui perbaikan kurikulum diharapkan proses pendidikan dapat

menghasilkan lulusan yang cerdas dan kompetitif serta relevan dengan

arah pembangunan di Indonesia. Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan

Kurikulum 2013 maka perlu diiringi dengan kesiapan yang harus

dilakukan sekolah meliputi kesiapan Kepala Sekolah, Guru dan dukungan

(21)

penelitian tentang “Kesiapan Sekolah dalam Melaksanakan Kurikulum

2013”

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Serayu Yogyakarta yang

beralamat di Jalan Juadi nomor 2 Kotabaru Yogyakarta. Lokasi ini dipilih

sebagai tempat penelitian karena SD Serayu merupakan salah satu sekolah

sasaran yang ditunjuk Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk

menerapkan Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Serayu pada

tanggal 25 Februari 2014 menunjukkan bahwa kesiapan yang dilakukan

sekolah yakni penyiapan sumber belajar seperti buku panduan, pegangan

guru, pegangan siswa, bukti autentik yang harus dibuat guru sendiri sesuai

tema yang ada. Bukti autentik dianggap merepotkan yaitu dalam

penyiapan instrumen. Setiap kali pembelajaran harus mendokumentasikan

hasil pembelajaran. Mengisi dokumentasi dirasakan berat oleh guru karena

banyak yang harus dinilai, perlu kecermatan, dan harus detail. Pada

kenyataanya penilaian memang harus dilakukan secara detail karena

penilaian harus mencakup tiga aspek yaitu penilaian sikap, keterampilan,

dan pengetahuan sehingga proses belajar siswa dapat dinilai secara

menyeluruh dan utuh.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kesiapan

sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Apabila ditemukan banyak

(22)

pertimbangan kebijakan di masa yang akan datang mengenai tata laksana

dan pengembangan suatu kurikulum di Indonesia.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut:

1. Adanya penghapusan mata pelajaran yang mendukung di persaingan

global yaitu Bahasa Inggris dan TIK.

2. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

pergantian Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013.

3. Kurangnya kemampuan guru dalam mengintegrasikan dari berbagai

kompetensi mata pelajaran melalui tema-tema yang berkenaan dengan

alam dan kehidupan manusia.

4. Belum jelasnya perangkat yang digunakan untuk pelaksanaan

kurikulum seperti buku, metode mengajar serta tata cara penilaian hasil

belajar.

5. Kurangnya pemahaman guru mengenai konsep pendekatan scientific

dalam pembelajaran.

6. Kurangnya persiapan kepala sekolah, guru, siswa dan orangtua dalam

(23)

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah.

Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dan luasnya cakupan dalam

permasalahan, maka dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi

masalah “Kesiapan Sekolah dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD

Serayu Yogyakarta.”

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan

masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kesiapan Kepala SD Serayu dalam melaksanakan

Kurikulum 2013?

2. Bagaimana kesiapan Guru SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum

2013?

3. Bagaimana dukungan Komite Sekolah SD Serayu dalam menyiapkan

pelaksanaan Kurikulum 2013?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Kesiapan Kepala SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

2. Kesiapan Guru SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

3. Dukungan Komite Sekolah SD Serayu dalam menyiapkan pelaksanaan

(24)

F. MANFAAT

Manfaat yang dapat diharapkan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Teoritis

a. Memperkaya ilmu pengetahuan & pengembangan teori-teori

tentang kebijakan dalam mengembangkan, menyiapkan dan

melaksanakan Kurikulum 2013.

b. Memberikan sumbangan pemikiran tentang kesiapan aktor

pelaksana pendidikan SD dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

2. Praktis

a. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan bahan informasi

dan evaluasi untuk suatu kebijakan terkait dengan kesiapan sekolah

yang meliputi kesiapan komite sekolah, kepala sekolah, dan guru

dalam melaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.

b. Pengawas Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

Pengawas Sekolah sebagai evaluasi yang dapat dijadikan sebagai

penilaian mengenai kesiapan sekolah dalam melaksanakan

Kurikulum 2013.

c. Komite Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

(25)

mengenai kesiapan SD Serayu dalam melaksanakan Kurikulum

2013.

d. Kepala Sekolah

Sebagai masukan dan gambaran bagi kepala sekolah tentang

sejauh mana sekolah telah siap dalam melaksanakan Kurikulum

2013. Apabila ditemukan ketidaksiapan atau kendala maka dapat

segera ditindak lanjuti agar permasalahan dapat cepat selesai.

e. Guru

Sebagai masukan bagi guru agar dapat segera

mempersiapkan diri dalam menerapkan Kurikulum 2013 sebagai

pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar,

sehingga tujuan kurikulum dapat berjalan optimal, efisien dan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian Kesiapan Sekolah

a. Pengertian Kesiapan

Pengertian kesiapan atau readiness adalah kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu. Readiness atau kesiapan seseorang itu merupakan sifat-sifat dan kekuatan pribadi yang berkembang. Perkembangan ini

memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya

yang selanjutnya dapat dituangkan menjadi prinsip-prinsip kesiapan yang

meliputi: 1) Semua aspek perkembangan berinteraksi; 2) Pengalaman

sesorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu; 3)

Pengalaman-pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam

perkembangan fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani;

dan 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri

seseorang merupakan masa perkembangan pribadinya (Wasty Soemarto,

2003: 191-192).

Sementara itu Slameto mendefinisikan bahwa “kesiapan” adalah

keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi

respons atau jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi

seseorang tersebut mencakup tiga aspek yaitu: 1) Kondisi fisik, mental

(27)

pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari (Slameto, 2003:

113). Ketiga aspek tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat

sesuatu. Berdasarkan pengertian kesiapan yang di kemukakan oleh Wasty

dan Slameto di atas, ada perbedaan pengertian “kesiapan”. “Kesiapan”

menurut Wasty lebih menekankan pada aktivitas seseorang untuk

mengerjakan sesuatu tanpa dipengaruhi oleh keadaan orang tersebut.

Sementara Slameto mendefinisikan “kesiapan” mencakup kesiapan fisik,

mental, pegetahuan, dan keterampilan.

Jadi kesiapan dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan seseorang

yang secara keseluruhan siap melakukan sesuatu secara fisik, mental,

pengetahuan dan keterampilan. Aspek-aspek kesiapan mencakup

kematangan dan kecerdasan. Kematangan adalah proses yang

menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan

dan perkembangan (Slameto, 2003: 115). Pengertian kecerdasan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan mencerdaskan;

kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman

pikiran) (Ebta Setiawan. 2013. http://kbbi.web.id/cerdas).

b. Pengertian Sekolah

Pengertian sekolah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar

(28)

tingkatannya, ada) dasar, menengah, tinggi. (Ebta Setiawan. 2013.

http://kbbi.web.id/sekolah)

c. Pengertian Kesiapan Sekolah

Kesiapan Sekolah adalah suatu keadaan dimana lembaga atau

sekolah secara keseluruhan telah siap melakukan sesuatu secara

fisik, mental, pengetahuan dan keterampilan. Kesiapan meliputi

aspek kematangan dan kecerdasan.

Kesiapan sekolah meliputi kesiapan kepala sekolah, guru, dan

dukungan komite sekolah dalam melaksanakan Kurikulum 2013.

1) Kesiapan Kepala Sekolah

Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor penentu

yang dapat menggerakkan semua sumber daya yang tersedia

untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

yang dalam hal ini dapat menunjang pelaksanaan Kurikulum

2013. Salah satunya melalui kesiapan program-program yang

dilaksanakan secara terencana.

Kesiapan Kepala Sekolah dalam melaksanakan

kurikulum 2013 meliputi: a) Menyiapkan pelaksanaan

Kurikulum 2013; d) Melaksanakan program Kurikulum 2013;

e) Memfasilitasi pelaksanaan Kurikulum 2013; f)

(29)

2) Kesiapan Guru

Kesiapan Guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013

meliputi: a) Merubahan mindset berkenaan dengan keterbukaan, keyakinan, dan penerimaan terhadap Kurikulum 2013; b)

Menyiapkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP); c) Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran; d)

Melaksanaan pembelajaran dengan penerapan pendekatan

saintiific, e) Melaksanaan penilaian atentik (authentic assessment); (Pedoman Diklat Kurikulum 2013, 2013: 14).

3) Dukungan Komite Sekolah

Komite Sekolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan

berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan memberikan

pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana

serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

(Hasbullah, 2006: 92).

Atas dasar untuk pemberdayaan masyarakat itulah, maka

digulirkan konsep komite sekolah berdasarkan Keputusan

Mendiknas No. 004/U/2000, keberadaan komite sekolah berperan

sebagai berikut: a) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan

pendidikan. b) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam

(30)

(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

d) Mediator antar pemerintah (eksekutif) dan dengan masyarakat di satuan pendidikan (Hasbullah, 2006: 92-93).

Maka dari itu dengan adanya penerapan kurikulum 2013

peran komite sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan

pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.

2. Kebijakan Pengembangan Kurikulum

a. Pengertian Kebijakan

Kebijakan pendidikan merupakan keputusan berupa pedoman

bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum

maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan

melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta

rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan (Arif

Rohman, 2009: 129).

Menurut Sudiyono (2007) kebijakan merupakan serangkaian

tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh perorangan atau

kelompok untuk mencapai tujuan, yaitu dengan mengubah perilaku

(31)

b. Pengertian Pengembangan

Pengertian pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah menjadi bertambah sempurna ( pribadi, pikiran,

pengetahuan, dsb) (Ebta Setiawan. 2013. http://kbbi.web.id/kembang).

c. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum telah banyak dikemukakan oleh para ahli

pendidikan. Menurut Dakir, kurikulum berasal dari bahasa Latin yang

kata dasarnya “currere” secara harafiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan finish. Dalam dunia pendidikan pengertian tersebut diartikan sebagai bahan belajar yang

sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan

diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan belajar agar

mencapai tujuan (Dakir, 2004: 2).

Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedomn penyelenggara kegiatan belajar mengajar”. (Kemendiknas, 2009: 6)

Jadi kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang

berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang

diprogramkan, direncanakan, dan dirancangkan secara sistemik atas

(32)

proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk

mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kebijakan pengembangan kurikulum adalah serangkaian tindakan

yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan. Tujuannya adalah

untuk menyempurnakan suatu kurikulum yang dijadikan pedoman

dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta

didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

d. Landasan Pengembangan Kurikulum

Landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah

landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan

landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

1) Landasan Filosofis

Tujuan pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada

pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu

Pancasila. Berarti pendidikan di Indonesia harus membawa

peserta didik agar menjadi manusia yang ber-Pancasila. Dengan

kata lain, landasan dan arah yang ingin diwujudkan oleh

pendidikan di Indonesia adalah sesuai dengan kandungan falsafah

Pancasila. Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa

Indonesia dicerminkn dalam rumusan tujuan pendidikan nasional

(33)

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar tahun 1945 (Tim Pengembang MKDP, 2011: 20).

2) Landasan Psikologis

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh

asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang

apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana

peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang psikologi

yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan

kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

Melalui kajian tentang psikologi perkembangan, diharapkan

upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik

peserta didik, penyesuaian kemampuan, materi, proses

penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi

evaluasi pembelajaran (Tim Pengembang MKDP, 2011: 26).

Sedangkan melalui psikologi belajar merupakan suatu upaya

mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang

mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan

perkembangan menuju kedewasaannya (Tim Pengembang

MKDP, 2011: 29).

3) Landasan Sosiologis

Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses

mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang

(34)

maupun proses pendidikan harus sesuai dengan kondisi,

karakteristik kekayaan dan perkembangan masyarakat (Tim

Pengembang MKDP, 2011: 36).

4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari

berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik yang bersifat hardware

maupun software sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (Tim Pengembang MKDP, 2011: 44).

e. Komponen Kurikulum

Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi.

Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan

masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi

dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan

tujuan kurikulum (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 102).

f. Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang

merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa

(35)

pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh

para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik,

pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat

lainnya.

Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan

menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara

optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan

masyarakat.

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan

kurikulum, yaitu:

1) Prinsip relevansi, ada dua macam relevansi yang harus dimiliki

kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam

kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi,

dan proses belajar tercakup dalam kurikulum hendaknya

relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan

masyarakat. Relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau

konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu

antara tujuan, isi proses penyampaian, dan penilaian.

2) Prinsip fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur

atau fleksibel. Pelaksanaannya memungkinkan terjadinya

penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu

(36)

3) Prinsip kontinuitas, yaitu kesinambungan.

Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum hendaknya

berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas

lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang

lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

4) Prinsip Praktis, yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan

alat-alat sederhana dan biayanya juga murah.

5) Prinsip efektivitas, meskipun kurikulum tersebut harus murah,

sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus

diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik

secara kuantitas maupun kualitas (Nana Sukmadinata, 2009:

150-151)

3. Kajian Kurikulum 2013

a. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013

Konsep Kurikulum 2013 berkembang sejalan dengan

perkembangan teori dan praktik pendidikan. Pada dasarnya konsep

Kurikulum 2013 sebenarnya dapat dianggap tidak membawa

sesuatu yang baru. Konsep kurikulum ini dinilai sudah pernah

muncul dalam kurikulum yang dulu pernah digunakan. Ada tiga

konsep tentang Kurikulum 2013, yaitu: 1) Kurikulum sebagai

substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai suatu perangkat

(37)

kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan

ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal, dan evaluasi; 2) Kurikulum

2013 sebagai suatu sistem, sistem kurikulum merupakan bagian

dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem

masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur

personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu

kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan

menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah

bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis; 3)

Kurikulum sebagai suatu bidang studi kurikulum, hal ini

merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan

dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah

mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum melalui studi

kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan,

mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan

memperkuat bidang studi kurikulum (Nana Syaodih Sukmadinata,

2012: 27).

b. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis,

(38)

1) Landasan Filosofi

Landasan filosofis pengembangan kurikulum yaitu: a)

Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar

dalam pembangunan pendidikan, nilai yang terkandung dalam

Pancasila harus tumbuh dalam diri peserta didik. Kurikulum

2013 dikembangkan dengan membawa amanah harus mampu

menumbuhkan nilai Pancasila dalam diri peserta didik; b)

Filosofi pendidikan yang berbasis pada budaya lokal bangsa,

nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan

masyarakat, kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa,

memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan

nasional tentang berbagai nilai hidup yang penting. Kurikulum

juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya yang

digunakan sehari-hari yang dapat berguna bagi kehidupan di

masa yang akan datang (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014:

33).

2) Landasan Yuridis

Landasan yuridis pengembangan kurikulum yaitu: a)

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b) Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional; c)

(39)

Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan; e) Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi; (Dokumen

Kurikulum 2013, 2013: 164) f) Permendikbud Nomor 71 tahun

2013 tentang buku teks pelajaran daan buku panduan guru; g)

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah (Imas Kurniasih & Berlin

Sani, 2014: 35)

3) Landasan Konseptual

Aspek ini mencakup relevansi, model kurikulum

berbasis kompetensi, kurikulum lebih dari sekedar dokumen,

proses pembelajaran mencakup aktivitas belajar, output belajar dan outcome belajar serta cakupan mengenai penilaian (Imas Kurniasih & Berlin Sani, 2014: 37).

c. Karakteristik Kurikulum 2013

Berikut ini adalah karakteristik Kurikulum 2013: 1) Pola

manajemen kurikulum 2013 lebih sentralistik, dimana dokumen

kurikulum, silabus, dan buku ajar dibuat oleh pusat, dengan

harapan guru dapat fokus merancang pelaksanaan proses

pembelajaran dengan lebih baik; 2) Ada pengurangan jumlah mata

pelajaran, tetapi ada penambahan jam mengajar, sehingga

(40)

yang lebih baik; 3) Untuk SD/MI kepedulian utama kurikulum

adalah pembentukan sikap; 4) Kurikulum SD/MI menggunakan

pendekatan tematik integratif dari kelas I - kelas VI; 5) Isi

kurikulum, yaitu kompetensi dirumuskan dalam kompetensi inti

kelas, dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD)

Mapel; 6) Kompetensi Inti merupakan gambaran secara kategorial

mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan

keterampilan (kognitif & psikomotor) yang harus dipelajari peserta

didik; 7) Kompetensi Inti merupakan kualitas yang harus dimiliki

seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD

yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif; 8)

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait yaitu berkenaan dengan: a) sikap keagamaan; b) sikap

sosial; c) pengetahuan; dan d) penerapan pengetahuan; 9) Keempat

kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus

dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara

integratif; 10) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris

kompetensi (pengikat) kompetensi dasar; 11) Kompetensi dasar

mata pelajaran diturunkan dari kompetensi inti, sehingga

rumusannya tidak hanya bersumber pada disiplin ilmu, tetapi

bersifat terbuka; 12) Penilaian hasil belajar mencakup selurus

aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti

(41)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Kemendikbud, Pedoman

Diklat Kurikulum: 2013).

d. Struktur Kurikulum SD

Struktur kurikulum 2013 terdiri atas sejumlah mata

pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Beban belajar

dinyatakan dalam jam belajar seminggu sekali untuk masa belajar

selama satu semester. Beban belajar di SD tahun I, II, dan III 30,

32, 34 sedangkan untuk tahun IV, V, dan VI masing-masing 36

jam setiap minggu.

Di dalam Kurikulum 2013 pembelajaran dilakukan secara

holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya), jumlah mata

pelajaran dari 10 menjadi 6, jumlah jam bertambah 4 JP/minggu

(42)

Tabel. 1. Struktur Kurikulum SD

No Komponen I II III IV V VI

A. Kelompok A TEMATIK

1 Pen. Agama 4 4 4 4 4 4

2 Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan

5 6 6 4 4 4

3 B. Indo 8 8 10 7 7 7

4 Matematika 5 6 6 6 6 6

5 IPA 3 3 3

6 IPS 3 3 3

B Kelompok B

7 Seni Bud&Keterampilan (termasuk muatan lokal*)

4 4 4 5 5 5

8 Pen Jas, OR & Kes 4 4 4 4 4 4

JUMLAH 30 32 34 36 36 36

Sumber: (Dokumen Kurikulum 2013, 2013: 175)

Catatan :

1) Muatan lokal*) dapat memuat Bahasa Daerah

2) IPA dan IPS kelas I s.d. Kelas III diintegrasikan ke mata

pelajaran lainnya.

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan

orientasi kompetensi lebih kepada aspek intelektual dan afektif

sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih

menekankan pada aspek afektif dan psikomotor (M. Naufal

Alfarizi, dkk. 2013: 176).

(43)

e. Silabus

Berikut adalah komponen silabus yang dibuat untuk

pelaksanaan Kurikulum 2013: 1) Identitas; 2) Tema, 3)

Kompetensi Inti; 4) Kompetensi Dasar; 5) Indikator; 6) Tujuan; 7)

Materi; 8) Metode; 9) Kegiatan Belajar; 10) Alat/Sumber; dan 11)

Penilaian (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum, 2013).

f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran untuk

penerapan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema

tertentu yang mengacu pada silabus (Muhammad Faiq, 2013:

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/11/perancangan-RPP Kurikulum-2013.html).

RPP mencakup: Identitas Tema, kelas, semester, dan

waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan: 1)

Kompetensi Inti; 2) Kompetensi dasar dan Indikator yang akan

dilaksanakan; 3) Tujuan; 4) Materi pokok (beserta uraian singkat

yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi

dasar dan indikator); 5) Pendekatan dan Metode; 6) Kegiatan

Pembelajaran Alat dan Sumber; 7) Penilaian (Kemendikbud,

(44)

g. Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dan

berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam

dua hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan

pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian

berbagai konsep dasar yang berkaitan melalui tema.

Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut

sehingga peserta didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa

terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran

memberikan makna nyata kepada peserta didik.

Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan

manusia. Keduanya adalah pemberi makna substansial terhadap

bahasa, PPKn, matematika dan seni budaya karena keduanya

adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat

hidup. Disinilah kemampuan dasar/KD dari IPA dan IPS yang

diorganisasikan ke mata pelajaran lain yang memiliki peran

penting sebagai pengikat dan pengembang KD mata pelajaran

lainnya.

Berdasarkan sudut pandang psikologis, tingkat

perkembangan peserta didik tidak cukup abstrak untuk memahami

konten mata pelajaran secara terpisah-pisah. Pandangan psikologi

(45)

integrasi KD yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik.

Dari sudut pandang trandisciplinarity maka pengkotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi

kemampuan berpikir selanjutnya (M. Naufal Alfarizi, dkk. 2013:

347). Ciri-ciri pembelajaran tematik meliputi: 1) Berpusat pada

anak; 2) Memberikan pengalaman langsung; 3) Pemisahan antar

mata pelajaran tidak nampak; 4) Menyajikan konsep dari beberapa

mata pelajaran dalam satu PBM; 5) Bersifat luwes; 6) Hasil

pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum,

2013).

h. Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

(46)

Hasil belajar pada Kurikulum 2013 diharapkan dapat

melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang terintegrasi. (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum,

2013)

Langkah – langkah dalam pebelajaran Kurikulum 2013

sebagai berikut: 1) Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi

pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan

pendekatan ilmiah; 2) Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,

menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua

mata pelajaran. (Kemendikbud, Pedoman Diklat Kurikulum, 2013)

Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014: 141-150)

menjelaskan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran antara lain: a)

Mengamati, metode mengamati mengutamakan kebermaknaan

proses pembelajaran. Mengamati memiliki keunggulan yaitu

menyajikan objek secara nyata serta pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik; b) Menanya, fungsi dari bertanya yaitu

membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong siswa untuk aktif

belajar, membangkitkan keterampilan peserta didik berbicara,

mengajukan pertanyaan, mendorong peserta didik untuk berdiskusi,

(47)

kesimpulan, membisakan peserta didik berpikir spontan dan cepat;

c) Menalar, penalaran adalah proses berpikir yang logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk

memperoleh simpulan berupa pengetahuan; d) Mencoba, untuk

memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus mencoba

atau melakukan percobaan (Kurniasih dan Berlin Sani, 2014:

141-150).

i. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Pada Kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi obyek dari

pendidikan, tetapi menjadi subjek dengan ikut mengembangkan

tema dan materi yang ada. Dengan adanya perubahan ini, tentunya

berbagai standar dalam komponen pendidikan akan berubah

termasuk dalam penilaiannya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh

mengatakan bahwa

“Standar penilaian pada kurikulum baru tentu berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena tujuan dari Kurikulum 2013 adalah mendorong siswa aktif di dalam setiap materi pembelajaran, maka salah satu komponen nilai siswa adalah jika anak banyak bertanya.”

Tentunya banyak lagi komponen penilaian dalam

kurikulum ini, seperti proses dan hasil observasi siswa terhadap

suatu masalah yang diajukan guru, kemudian kemampuan siswa

menalar suatu masalah juga menjadi komponen penilaian sehingga

(48)

berkomunikasi melalui presentasi mengenai tema yang dibahas

melalui kelas.

Istilah penilaian (assessment) dalam Bahasa Inggris memiliki arti taksiran, penilaian, pengukuran, pengujian, atau

evaluasi. Jadi assessment dalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untk mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik.

Authentic memiliki arti asli, nyata, valid, atau reliabel. Jadi penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna asli, nyata, valid secara signifikan atas hasil belajar

peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Penilaian autentik juga dapat diartikan sebagai upaya pemberian

tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan

tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran,

seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,

memberikan analisis terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan

teman melalui debat, dll.

Jenis-jenis penilaian autentik, yaitu: 1) Penilaian kinerja;

2) Penilaian projek; 3) Penilaian portofolio; 4) Penilaian tertulis

(Kemendikbud, 2013: Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan

(49)

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Pudji Muljono (2006) yang berjudul “Kesiapan Sekolah

dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP): Kasus Beberapa SMA di Kota dan Kabupaten Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesiapan sekolah dalam

menerapkan Kurikulum KTSP. Penelitian ini dilaksanakan dengan

menggunakan merode survei dan analisis data dilakukan dengan teknik

analisis deskriprif AHP dan SWOT Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara umum SMA di Kota dan Kabuparen Bogor, baik swasta

maupun negeri memiliki tingkat pemahaman yang cukup tentang

Kurikulum KTSP dan mereka menyatakan siap untuk melaksanakan

Kurikulum KTSP. Hal ini menunjukkan bahwa SMA-SMA di

Kabupaten dan Kota Bogor telah memperoleh informasi yang cukup

tentang Kurikulum KTSP, baik informasi dari Dinas Pendidikan

setempat, informasi dari media massa, akses ke internet, dan

sebagainya. Namun demikian, kesiapan implementasi tersebut belum

dapat diwujudkan secara konkrit di tingkat lapangan karena berbagai

kendala antara lain kualitas SDM guru yang tidak menunjang, sarana

pembelajaran yang terbatas, input kualitas awal siswa yang rendah, tingkat pemahaman yang beragam tentang Kurikulum KTSP dan

sebagainya. Strategi dan langkah langkah operasional yang perlu

(50)

dengan meningkatkan kualitas manajemen sekolah. (Pudji Muljono.

2006: 1)

2. Penelitian Amat Jaedun (2014) yang berjudul Evaluasi Kesiapan

Sekolah Dasar di Kabupaten Kulon Progo dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2004 hasil penelitian menunjukkan

bahwa ditinjau dari dukungan konteks sekolah, input pendidikan di sekolah, kondisi output pendidikan di sekolah saat ini, dan pemahaman kepala sekolah mengenai Kurikulum 2004 dan prinsip-prinsip

pembelajaran serta penilaiannya, maka dapat dinyatakan bahwa semua

Sekolah Dasar di kabupaten Kulon Progo telah siap untuk

mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut secara baik.

Sebagai indikator kualitatif dari kesiapan sekolah dalam

mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut antara lain

ditunjukkan oleh: 1) besarnya dukungan, baik dari Dinas Pendidikan

kabupaten Kulon Progo maupun orangtua siswa dan komite sekolah

terhadap implementasi kurikulum tersebut; 2) tingkat kesiapan sumber

daya manusia (terutama guru) dan sumber daya yang lain di sekolah;

3) kondisi output pendidikan yang telah dicapai oleh sekolah saat ini; dan 4) pemahaman kepala sekolah mengenai kurikulum 2004 dan

prinsip-prinsip pembelajaran serta penilaiannya (Amat Jaedun. 2014:

1)

Namun demikian, jika ditinjau dari indikator proses

(51)

kabupaten Kulon Progo dapat dikategorikan belum cukup untuk

mengimplementasikan Kurikulum 2004 tersebut secara baik. Hal ini

ditunjukkan oleh indikator proses bahwa praktik pembelajaran yang

dilakukan pada sebagian besar sekolah masih konvensional, guru

kurang termotivasi untuk melakukan perbaikan praktik pembelajaran,

karena alasan tugas yang sudah cukup berat, implementasi Kurikulum

2004 saat ini terkesan baru asal jalan, dan pemahaman dari sebagian

besar guru dan para pelaksana pendidikan tentang Kurikulum 2004

serta prinsip-prinsip pembelajaran serta penilaiannya masih bervariasi

dan sering kurang tepat (Amat Jaedun. 2014: 1)

3. Penelitian Muhammad Makki (2008) yang berjudul Kesiapan

Madrasah Aliyah Negeri dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan di Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan kesiapan Madrasah Aliyah Negeri dalam pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan pendidikan, adapun variabel dalam penelitian

ini yaitu pemahaman kurikulum, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana, sistem pembiayaan, dan partisipasi masyarakat terhadap

MAN di Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan subjek

penelitian 214 orang yang terdiri dari 3 orang Kepala Madrasah, 66

orang guru, 15 Komite Madrasah, 100 orang siswa dan 30 orang tata

usaha. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah

(52)

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan bantuan SPPSS

12 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) pemahaman

kurikulum dalam melaksanakan Kurikulum KTSP di MAN Kabupaten

Bantul sudah cukup baik. Hal ini tampak dari seluruh Madrasah sudah

menyusun Kurikulum KTSP mulai dari perencanaan kerangka

kurikulum, struktur kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan

sudah dilaksanakan, selain itu pihak Madrasah ikut serta forum MGMP

khususnya dalam pembahasan kurikulum; b) Sumber daya manusia

yang dimiliki oleh MAN di Kabupaten Bantul sudah rata-rata

berkualifikasi akademik sarjana (S1) bagi guru bahkan sudah ada yang

S2 dan sedang mengambil program pascasarjana diberbagai perguruan

tinggi, sedangkan karyawan sebagian besar sarjana muda (D3).

Jumlah antara pendidik, karyawan, dan siswa sudah

proporsional; c) sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MAN di

Kabupaten Bantul baik dari kualitas maupun kuantitas sudah cukup

memadai. Hal tersebut tampak dari seluruh madrasah sudah memiliki

ruang kepala dan wakil kepala madrasah, ruang guru yang cukup

besar, ruang belajar dengan kondisi ruangannya sudah baik,

laboratorium IPA dan Bahasa yang dilengkapi dengan fasilitas layak

pakai, perlengkapan olahraga yang cukup lengkap, musholla, serta

kamar mandi dan WC cukup bersih; d) Sistem pembiayaan MAN di

(53)

dan pengeluaran sehingga dalam pelaporan tidak terjadi kesalahan,

sehingga dapat dikatakan pembiayaan di madrasah sudah berjalan

baik; dan e) Partisipasi masyarakat dan orangtua dalam mensukseskan

program-program madrasah.

4. Penelitian yang telah dilakukan dengan judul Kesiapan Sekolah dalam

Melaksanakan Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta bertujuan

untuk mendeskripsikan kesiapan Kepala Sekolah, Guru serta

dukungan Komite Sekolah yang dilakukan SD Serayu Yogyakarta

dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Serayu

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan sekolah

dilihat dari 3 aspek: 1) Kesiapan Kepala Sekolah, yaitu: (a)

memotivasi guru baik fisik maupun mental; (b) melaksanakan diklat;

(c) memfasilitasi pendistribusian buku dan pendanaan melalui APBS,

BOSDA, dan BOSNAS; (d) melakukan supervisi dari penyiapan

perangkat, pelaksanaan proses pembelajaran & penilaian. 2) Kesiapan

Guru, yaitu: (a) guru siap merancang pembelajaran yang

dikembangkan dengan pendekatan scientific melalui kerjasama atau

pembagian tugas dengan guru lain untuk menyusun RPP dengan

penilaian autentik; (b) melaksanakan proses pembelajaran; (c)

menyiapkan sumber belajar. 3) Dukungan Komite Sekolah, yaitu: (a)

memberikan masukan dan dukungan tentang implementasi Kurikulum

2013; (b) melakukan mediasi; c) mendukung dan mengontrol

(54)

penilaian dan kurangnya partisipasi Komite Sekolah dalam

mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013.

C. Kerangka Pikir

Kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan kurikulum

sebelumnya yaitu Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 sesuai dengan

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 didasari pemikiran tentang tantangan masa depan,

persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi,

kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka.

Penyempurnaan Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013 menuntut

adanya kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan penerapan

Kurikulum 2013 di sekolah. Kesiapan sekolah meliputi kesiapan Kepala

Sekolah, Guru serta dukungan Komite Sekolah. Kesiapan sekolah tersebut

sangatlah penting untuk dilakukan karena keberhasilan pelaksanaan

Kurikulum 2013 bergantung pada bagaimana kesiapan sekolah dalam

menghadapi Kurikulum 2013.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka

(55)

Gambar. 2: Kerangka Pikir Penelitian Kesiapan Kepala

Sekolah

Kesiapan Guru

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

Kurikulum 2013

Kesiapan SD Serayu dalam Melaksanakan

Kurikulum 2013

Dukungan Komite

Sekolah

Keberhasilan Pelaksanaan

(56)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah – langkah Kepala SD Serayu untuk menyiapkan

pelaksanaan kurikulum 2013 ?

2. Bagaimana Kepala SD Serayu mengatasi kendala-kendala yang

dihadapi ketika mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?

3. Bagaimana langkah yang dilakukan Guru SD Serayu dalam

menyiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?

4. Bagaimana Guru SD Serayu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

ketika mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013?

5. Bagaimana langkah Komite Sekolah dalam mendukung pelaksanaan

Kurikulum 2013?

6. Bagaimana Komite Sekolah mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

(57)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

deskriptif. Metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data

sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai dibalik data tampak.

Penelitian ini digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

dimana peneliti adalah sumber instrumen kunci (Sugiyono, 2011: 15).

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian yang

bersifat deskriptif kualitatif karena berusaha mendeskripsikan atau

menggambarkan secara terperinci tentang kesiapan sekolah meliputi

kesiapan kepala sekolah, kesiapan guru, dan dukungan komite dalam

melaksanakan Kurikulum 2013 di SD Serayu yang diperoleh dari data di

lapangan dari data berbentuk lisan maupun data tertulis.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di SD Serayu

Yogyakarta. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian di sekolah ini

karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah sasaran dari 15 sekolah

sasaran yang ditunjuk dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk

(58)

melihat dan mendeskripsikan kesiapan sekolah dalam melaksanakan

Kurikulum 2013 di SD Serayu Yogyakarta.

Persiapan penelitian ini telah dilakukan sejak Desember 2013.

Pengumpulan data yang berupa wawancara dilakukan April - Mei pada

tahun 2014.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian kualitatif bersifat selektif yakni memilih

narasumber atau informan yang mengetahui informasi yang ingin digali.

Subjek dalam penelitian ini adalah Pengawas Sekolah, Komite Sekolah,

Kepala Sekolah, dan Guru Kelas SD Negeri Serayu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat

terjadi atau berlangsungnya peristiwa (Drs. S. Margono, 2009: 158).

Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk melihat pelaksanaan

(59)

memudahkan peneliti melakukan observasi maka dibuat pedoman

observasi. Pedoman observasi disajikan pada tabel 2 berikut:

Tabel.2 Pedoman Observasi No Aspek

yang dikaji

Indikator yang dicari Teknik Pengumumpulan Data

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti

terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, juga apabila peneliti ingin mengetahui informasi dari

narasumber secara mendalam (Sugiyono, 2011: 317). Wawancara

dilakukan kepada Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan

Komite Sekolah untuk memperoleh data yang mendalam mengenai

(60)

memudahkan peneliti melakukan wawancara maka dibuat pedoman

wawancara. Pedoman wawancara disajikan pada tabel 3 berikut:

Tabel. 3 Pedoman Wawancara No Aspek yang

dikaji

Indikator yang dicari Teknik

Pengumpulan Data 1. Kesiapan Kepala

Sekolah

1. Menyiapkan pelaksanaan kurikulum 2013.

2. Menyiapkan program pelaksanaan kurikulum 2013.

3. Memfasilitasi pelaksanaan kurikulum 2013.

4. Mensupervisi pelaksanaan kurikulum 2013

Wawancara

2. Kesiapan Guru 1. Merubahan mindset

berkenaan dengan

keterbukaan, keyakinan, dan penerimaan terhadap kurikulum 2013.

2. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran. 4. Melaksanaan pembelajaran

dengan penerapan

pendekatan saintiific

5. Melaksanaan penilaian otentik (authentic assessment)

3. Dukungan Komite Sekolah

1. Mendukung penyusunan program pelaksanaan Kurikulum 2013

2. Mendukung program pelaksanaan Kurikulum 2013

(61)

3. Telaah dokumen

Telaah dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain

(Sugiyono, 2011: 29). Peneliti bermaksud untuk menelaah informasi

yang berbentuk dokumen tulisan, seperti profil sekolah, keadaan

sekolah, dan peraturan di SD Serayu. Untuk memudahkan peneliti

melakukan telaah dokumen maka dibuat pedoman telaah dokumen.

Pedoman telaah dokumen disajikan pada tabel 4 berikut:

Tabel. 4 Pedoman Telaah Dokumen No Aspek yang

dikaji

Indikator yang dicari Teknik

Pengumpulan Data 1. Profil Sekolah a. Visi dan Misi Sekolah

b. Struktur Organisasi c. Jumlah pegawai sekolah d. Jumlah siswa c. Bangunan sekolah 3. Penataan b. Buku Pegangan Siswa c. Silabus

d. RPP

(62)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2011: 305). Peneliti

kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data

dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono, 2011: 306). Peneliti

sebagai instrumen utama dibantu dengan menggunakan teknik

pengumpulan data observasi, wawancara dan telaah dokumen dalam

mengumpulkan data.

F. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data kualitatif menurut teori Miles dan Huberman

dilakukan secara interaktif melalui proses sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, sesuai tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

Gambar

Tabel. 1. Struktur Kurikulum SD
Gambar 1. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Gambar. 2: Kerangka Pikir Penelitian
Tabel. 4 Pedoman Telaah Dokumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan

ANGGARAN MENDAHUlUI utsrponmlkjihgfedcbaYUTSRPONMLKJIHGFEDCBA PERU BAHAN TAHUN 2013 PADA D1NAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP. TAHUN

Namun hasil survey yang dilakukan oleh dr Budi menunjukkan bahwa dokter umum sangat membatasi pelayanan terutama saat praktek mandiri, saat ditanya kenapa tidak memberikan

Therefore the development and training of secondary vocational education needs SVES that appropriate or valid with the demands of DU-DI Indonesia, the need for

Sawi (Brassica juncea L.) pada tanah Andisol yang diberi pupuk fosfat alam.. Untuk mengetahui peranan mikoriza terhadap serapan P dan

2008http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=8&mnorutisi=2.. Islam, termasuk negara Indonesia disinyalir sebagai tempat bersembunyi dan pelatihan Al Qaeda. Pengaruh

PT.. Asuransi jasa Tania tbk. Multi Bintang )ndonesia Tbk. Adira Dinamika Multi Finance. Bank Mandiri Persero tbk. Tigaraksa Satria Tbk. Centrin Online Tbk. Goodyear )ndonesia