KETERPADUAN PROGRAM
BERDASARKAN ENTITAS
Sesuai dengan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun dengan berlandaskan berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan serta dalam upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman di daerah, maka keseluruhan usulan yang telah dianalisis dan disusun sebelumnya dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) skala entitas yaitu:
1. Entitas Regional; 2. Entitas Kabupaten/kota; 3. Entitas Kawasan; dan
4. Entitas Lingkungan/komunitas
Acuan pengelompokan usulan berdasarkan skala entitas sebagai Program Keterpaduan Bidang Cipta Karya tersebut seperti ditunjukkan pad tabel berikut.
Tabel 7.1 Acuan Program Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Entitas
ENTITAS BENTUK DUKUNGAN/KEGIATAN
PSD Kws Rawan Bencana, Kws Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, &
PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP)
Revitalisasi Kawasan, Penataan permukiman tradisional/ bersejarah
7.1.
ENTITAS REGIONAL
Entitas regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas administratif yang memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang mendorong terjadinya kerjasama antar daerah (antar kabupaten/kota). Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional untuk Kota Binjai yang masih dalam tahap pengembangan di tingkat provinsi adalah Sektor PLP untuk Pengembangan TPA Persampahan pada Kawasan Mebidangro.
Selain itu beberapa Program kegiatan Infrastruktur Cipta Karya lainnya yang dapat dikembangkan dalam arahan kegiatan skala Entitas Regional adalah SPAM Regional pada sektor Pengembangan Air Minum dan Infrastruktur Pengolahan Air Limbah Terpusat Regional pada sektor PLP.
7.2.
ENTITAS KABUPATEN/KOTA
Pada skala entitas kabupaten/kota, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya merupakan infrastruktur yang memiliki tingkat pelayanan dalam skala kabupaten/kota. Usulan Program kegiatan yang dapat dikelompokkana pada entitas kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Program software/non fisik antara lain berupa:
i. Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), sektor Pengembangan Air Minum;
ii. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP), sektor Pengembangan Permukiman;
ii i. Perda Bangunan Gedung dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;
iv. Strategi Sanitasi Kota (SSK), program dari Direktorat Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya, b. Program pembangunan fisik antara lain berupa:
i. Penyehatan PDAM, sektor Pengembangan Air Minum;
ii. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Kabupaten/Kota, sektor Pengembangan Air Minum;
ii i. Infrastruktur Air Limbah Terpusat, sektor Pengembangan PLP; iv. Infrastruktur Drainase Perkotaan, sektor Pengembangan PLP; v . Infrastruktur TPA Sampah, sektor Pengembangan PLP.
7.3.
ENTITAS KAWASAN
Pembangunan infrastruktur yang dapat dikelompokkan pada entitas kawasan adalah sesuai yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yaitu kegiatan-kegiatan yang diprioritaskan pada lokasi atau Kawasan Strategis Kota. Usualan entitas kawasan sesuai lokasi KSK yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan sektoral Kota Binjai maupun RTRW adalah pada Kecamatan Binjai Kota sebagai lokasi prioritas kawasan kumuh sebagai prioritas penangannya. Prioritas pembanguan pada kawasan KSK ini pengaruh sangat penting dalam lingkup Kota Binjai karena menyangut kepentingan daerah terutama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Untuk program pembangunan fisik lainya yang termasuk dalam entitas kawasan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) MBR di Rusuna, Kawasan Kumuh dan Kawasan Nelayan, sektor Pengembangan Air Minum;
c. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) IKK, sektor Pengembangan Air Minum;
d. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Pelabuhan Perikanan, sektor Pengembangan Air Minum;
e. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan Perbatasan, sektor Pengembangan Air Minum;
f. Rusunawa, sektor Pengembangan Permukiman;
g. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuhsektor Pengembangan Permukiman;
h. PSD Kawasan Rawan Bencana, Kawasan Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, dan Kawasan Perdesaan Potensial (Agro/Minapolitan dan KTM), sektor Pengembangan Permukiman; i. Infrastruktur Air Limbah Komunal, sektor Pengembangan PLP;
j. Infrastruktur TPST/3R, sektor Pengembangan PLP;
k. Revitalisasi Kawasan, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; l. Pengembangan RTH, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;
m. m.PSD PermukimanTradisional/Bersejarah, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan. Sedangkan untuk program software/non fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan antara lain adalah:
a. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), sektor Penataan b. Bangunan dan Lingkungan;
c. Desain Kawasan.
7.4.
ENTITAS LINGKUNGAN
Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Binjai sebagai pengelompokan usulan pada entitas lingkungan diutamakan diselenggarakan pada pembangunan berbasis komunitas, dan lokasi pembangunan diutamakan pada KSK, yaitu:
Untuk program software/non fisik, kegiatan dapat berupa penyusunan Rencana Kerja Masyarakat/Community Action Plan, sedangkan pada program fisik dapat berupa
:
a. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil, sektor Pengembangan Air Minum;
b. Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), sektor Pengembangan Air Minum;
c. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), sektor Pengembangan Permukiman;
d. SANIMAS, sektor Pengembangan PLP;
e. Program Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas/Neighbourhood Development (PLP-BK/ND), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;
f. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (P2KP), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan;
7.5.
INDIKASI LOKASI KETERPADUAN PROGRAM KOTA BINJAI
A.
Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan Kawasan Strategis Kota Binjai
Gambar 7.1 Peta Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan Kawasan Strategis Kota Binjai
B.
Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan SPPIP Permukiman Prioritas
Kawasan Prioritas Permukiman Kota Binjai adalah kawasan permukiman kota sebagai prioritas penanganan di lima tahun pertama pengembangan permukiman Kota Binjai, serta sebagai pilot project terhadap kawasan lainya karena memiliki karakteristik permasalahan dan potensipengembangan yang paling lengkap sehingga memiliki nilai strategis dalam pembangunan Kota Binjai.
Dari proses pertimbangan dan penilaian dari berbagai kriteria/indikator penilaian, maka diperoleh 3 (tiga) indikasi kawasan permukiman prioritas.
Gambar 7.2. Peta Identifikasi Keterpaduan Program Berdasarkan Arahan SPPIP Kota Binjai – Permukiman Prioritas
C.
Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan SSK Kota Binjai
Berdasarkan Arahan dan analisis pada dokumen BPS-SSK Kota Binjai diperoleh area beresiko sanitasi Kota Binjai.
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Binjai, Tahun 2013
Gambar 7.3. Peta Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota Binjai
D.
Identifikasi Keterpaduan Program Berdasarkan Inventarisasi Kawasan Kumuh Kota
Binjai
Dari hasil analisis data yang ada, kawasan permukiman di Kota Binjai yang teridentifikasi kumuh adalah 7 (tujuh) kawasan kumuh yang dibagi menjadi 2 tahapan penanganan yaitu penanganan untuk tahap pertama sebagai prioritas dan tahap lanjutan.
Gambar 7.4. Peta Identifikasi Prioritas Penanganan Kawasan Kumuh Kota Binjai Sumber : SPPIP-RPKPP dan Bantek
Kws. Kumuh
Prioritas Penanganan Permukiman Kawasan Kumuh Tahap I
Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Timur: A . Kawasan Setia –Mencirim Kecamatan Binjai Kota
B . Kawasan Tangsi-Binjai C . Kawasan Berngam
Prioritas Penanganan Permukiman Kawasan Kumuh Tahap II
Kecamatan Binjai Kota: D . Kawasan Satria E . Kawasan Kartini Kecamatan Binjai Barat :
F . Kawasan Limau Sundai Kecamatan Binjai Selatan :
G . Kawasan Rambung Dalam
B
C
A
F
Dari gambar diatas, sebagai prioritas penanganan kawasan kumuh di Kota Binjai dapat dijelaskan sebagai berikut:
Prioritas penangana tahap pertama adalah :
Kawasan kumuh Setia-Mencirim di Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Timur Kawasan kumuh Tangsi –Binjai di Kecamatan Binjai kota; dan
Kawasan kumuh Berngam di Kecamatan Binjai Kota.
Prioritas penanganan kawasan kumuh pada tahap berikutnya adalah: Kawasan Satria di Kecamatan Binjai Kota.
Kawasan Kartini di Kecamatan Binjai Kota.
Kawasan Limau Sundai di Kecamatan Binjai Barat.; dan
Kawasan kumuh Rambung Dalam di Kecamatan Binjai Selatan.
Kesimpulan hasil identifikasi Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Kota Binjai seperti dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 7.2. Identifikasi Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Kota Binjai
No Entitas Program/Kegiatan Lokasi KSK
Termuat
2 Kab / Kota DED dan Pembangunan Unit Air Baku lokasi
Intake IPA Kebun Lada I Kel. Kebun Lada Kec. Binjai Utara √ √ - √ √ AM
3 Kab / Kota DED dan Pembangunan Unit Produksi IPA
Kebun Lada I Kel. Kebun Lada Kec. Binjai Utara √ √ - √ √ AM
5 Kawasan DED dan Pembangunan/Rehabilitasi
Infrastruktur Kawasan Kumuh
Kel. Setia, Kel. Tangsi, Kel. Binjai - Kec. Binjai Kota
Kel. Mencirim-Kec. Binjai Timur
√ √ - √ √ Bangkim
6 Kawasan Faslilitasi Penyusunan RTBL Koridor Jl. Jend.
Sudirman dan Kawaan Pasar Kaget Jl. A. Yani Kec. Binjai Kota √ √ - √ √ PBL
7 Kawasan
DED dan Pembangunan Sarana Pendukung RTH sepanjang DAS Sungai Bangkatan, Sungai Mencirim dan Sungai Bingai
Limau Sundai, Sukaramai - Kec. Binjai Barat
√ √ - √ √ PLP
9 Kawasan Sosialisasi, Pembentukan KSM dan Pelatihan untuk Pembangunan Sarana/Prasarana Air
Tanah Merah, Tanah Seribu,
No Entitas Program/Kegiatan Lokasi KSK
Limau Sundai, Sukaramai - Kec. Binjai Barat
10 Kawasan DED dan Pembangunan Sarana/Prasarana
TPST (3R) Kota Binjai √ √ - √ √ PLP
11 Kawasan Sosialisasi, Pembentukan KSM dan Pelatihan
pembangunan Sarana/Prasarana TPST (3R) Kota Binjai √ √ - √ √ PLP
12 Kawasan DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan
Pamsimas untuk kawasan kumuh
Lingkungan II dan IV (Kel Setia)Lingkungan II (Kel Tangsi) dan Lingkungan III (Kel Binjai)
√ √ - √ √ AM
13 Kawasan DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan
Pamsimas untuk kawasan kumuh
Kel Tangsi, Kel Berngam, Kel Kartini Kec. Binjai Kota
Kel. Mencirim-Kec. Binjai Timur
√ √ - √ √ AM
14 Kawasan DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan
Pamsimas untuk kawasan rawan air perkotaan
Kel. Tanah Seribu, Kel. Tanah
Merah-Kec.Binjai Selatan √ √ - √ √ AM
15 Lingkungan Penyiapan Lokasi Relokasi di Binjai Timur Kecamatan Binjai Timur √ √ - √ √ Bangkim
16 Lingkungan
Relokasi Permukiman Di Sempadan Sungai, Diatas Saluran Drainase, Rel Kereta Api, Padat Dan Kurang Layak Huni
17 Lingkungan Pembangunan Infrastruktur PSD Permukiman RSH
Kec. Binjai Timur
Kec. Binjai Utara
Kec. Binjai Selatan
√
18 Lingkungan DED dan Pembangunan Fasilitas Pendukung
RTH Publik/Lingkungan Kota Binjai Kota Binjai √ √ - √ √ PBL
19 Lingkungan DED dan Pembangunan Sanimas Kawasan
Kumuh dan MBR
Kel. Tangsi, Binjai, Pekan Binjai-Kec.
Binjai Kota √ √ - √ √ PLP
20 Lingkungan DED dan Pembangunan Sanimas Kawasan
Kumuh dan MBR Kel. Mencirim-Kec. Binjai Selatan √ √ - √ √ PLP
21 Lingkungan DED, Pembangunan dan Supervisi Saluran Drainase Lingkungan/Tersier
Kel. Setia, Kel Tangsi, Kel. Binjai dan
Kel. Berngam-Kec. Binjai kota √ √ - √ √ PLP
22 Lingkungan DED, Pembangunan dan Supervisi Saluran Drainase Lingkungan/Tersier
Kel. Kebun Lada dan Kel. Cengkeh
Turi-Kec, Binjai Utara √ √ - √ √ PLP
23 Lingkungan DED, Pembangunan dan Supervisi Saluran Drainase Lingkungan/Tersier
Kel. Mencirim, Kel. Tunggorono, Kel. Sumber Mulyorejo dan Kel. Sumber Karya-Kec. Binjai Timur
√ √ - √ √ PLP
24 Lingkungan DED, Pembangunan dan Supervisi Saluran Drainase Lingkungan/Tersier
Kel. Limau Sundai, Kel. Payaroba dan Kel. Bandar Sinembah-Kec. Binjai Barat
√ √ - √ √ PLP
E.
Kesimpulan Identifikasi Lokasi Keterpaduan Kota Binjai
Sumber : Analisis 2014 RTBL Koridor Jl. Jend. Sudirman dan
Kws. Pasar Kaget Jl. A. Yani
Sarana Pendukung RTH sepanjang DAS Sungai Bangkatan, Sungai Mencirim dan
Sungai Bingai PBL
Optimaslisasi IKK
Pamsimas di Kawasan Kumuh
PAM Air Limbah Setempat dan Komunal di Kawasan
Kumuh/MBR
Sanimas di Kawasan Kumuh/MBR TPST (3R)
Saluran Drainase Lingkungan/Tersier PLP
Infrastruktur Kawasan Kumuh dan Relokasi Permukiman
Relokasi Permukiman Baru
BANGKIM
KSK PUSAT KOTA KECAMATAN BINJAI KOTA
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
Dukungan kajian analisis terhadap aspek-aspek lingkungan dan sosial paa RPI2-JM bidang Cipta Karya dibutuhkan untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
8.1.
ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kota Binjai telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JMmembutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadika sebag alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. ordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbang kan isu-isu pokok seperti:
(1) Perubahan iklim,
(2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati,
(3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
(4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
(6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
(7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
8.1.2.
Amdal, UKP-UPL dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008.
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Adapun jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 8.1. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: -Luas, atau
-Kapasitasnya
> 2 ha > 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:
-Luas, atau -Kapasitasnya
> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
-Luas layanan, atau -Debit air limbah
> 500 ha > 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di
permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi
-Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
Sumber: Permen LH 5/2012 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL.
8.2.
ASPEK SOSIAL
8.2.1.
Aspek Sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Secara umum upaya-upaya yang dapat dilaksanakan terhadap aspek sosial pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya adalah:
1. Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.
3. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.
4. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.
5. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.
6. Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan ataupun biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan kegiatan-kegiatan Bidang Cipta Karya.
7. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.
8. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat
A . Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun.
Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah.
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPI2JM mengacu pada prinsip-prinsip berikut:
1. Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena dampak;
2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali;
3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya termasuk biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah.
4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan. 5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :
DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah miliknya
Tanah hibahkan nilainya ≤ 10% dari nilai tanah bangunan atau aset lain yang produktif dan nilainya < 1 (satu) juta Rupiah.
Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan tersebut harus didokumentasikan secara formal;
2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK.
3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.
4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard.
5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:
Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;
Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;
Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya kerugian non material lain,
Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.
Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:
Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif, Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana. 6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:
Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,
Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap lahan Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah,
Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah, Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).
B . Metode Pendugaan Dampak
Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yakni melihat dampak fisik dan dampak non fisik.
Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan asset
produksi:
Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam sekitar, Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi, Pendugaan dampak melihat tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi, Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.
Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja atau terhadap prasarana dan sarana, dsb.
C . Pemilihan Alternatif
Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard lingkungan dan safe guard pengadaan tanah dan permukiman kembali yaitu dengan memaparkan dan membandingkan antara 2 (dua) atau lebih safe guard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.
8.2.2.
Terhadap Sub Bidang Air Minum
Dari hasil analisa teknis, pembangunan sumber air baku, perpipaan baik transmisi maupun distribusi tidak akan mengambil lahan masyarakat.
Selain itu lahan yang digunakan untuk pembuatan sumur bor sebagian merupakan hibah dari masyarakat, sehingga tidak perlu ada penggantian lahan maupun re-settlment penduduk.
Disimpulkan bahwa investasi Sub Bidang Air Minum tidak akan menimbulkan dampak negatif, baik dari segi lingkungan, sosial. Sehingga pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Minum hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan kementerian/lembaga.
8.2.3.
Terhadap Sub Bidang Air Limbah
Investasi sistem terpusat (off site) memerlukan studi AMDAL. Sedangkan penyediaan lahan bagi pembangunan fisiknya pada lahan di luar kawasan permukiman hanya perlu dilakukan pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan anggaran dari kementerian/lembaga.
8.2.4.
Terhadap Sub Bidang Persampahan
Dalam jangka panjang perluasan lahan TPA yang ada di Kec. Binjai Timur berupa kawasan lahan kebun milik PT. Perkebunan Nusantara (BUMN) diupayakan dengan kompensasi dan kesepakatan antara Pemerintah Kota Medan dengan pihak terkait. Dengan demikian tidak memerlukan re-settlement bagi masyarakat. Pengelolaan dan pemantauan dampak di seputar lokasi TPA akan dilaksanakan berdasarkan hasil Studi AMDAL dan RKL dan RPL.
8.2.5.
Terhadap Sub Bidang Drainase
Pembangunan saluran induk baru memerlukan lahan, untuk itu dilakukan pembelian lahan sepanjang calon saluran induk baru.
Lahan yang dibebaskan sepanjang calon saluran induk baru. Berdasarkan hasil identifikasi didapat bahwa tidak ada aktivitas ekonomi sepanjang calon saluran tersebut, sehingga tidak diperlukan program pemberdayaan ekonomi sebagai kompensasi atas hilangnya mata pencaharian masyarakat. Selain itu, pembebasan lahan tidak akan mengakibatkan hilangnya rumah tinggal masyarakat, sehingga tidak memerlukan program re-settlment maupun konsolidasi lahan.
8.2.6.
Terhadap Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
Khusus untuk investasi pada Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan, tidak ada program yang bersifat fisik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Secara lebih detail mengenai aspek sosial terhadap rencana lokasi perencanaan selanjutnya akan dirincikan pada dokumen RTBL yang sedang dalam tahap penyusunan.
8.2.7.
Terhadap Sub Bidang Permukiman
sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Guna meningkatkan efektivitas program tersebut, kegiatan penataan dan peremajaan kawasan didukung oleh program pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan prasarana dasar yang akan dibangun.
Program Pematangan Tanah untuk KASIBA – LISIBA Kawasan permukiman baru Kota Binjai berada pada lokasi yang tersebar di lima BWK sesuai rencana RTRW Kota Binjai dan disesuaikan perkembangan wilayah pada masa sekarang. Kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum dan jaringan jalan. Kawasan siap bangun (Kasiba) yaitu kawasan permukiman yang dipersiapkan dan dikelola oleh pemerintah dalam penyediaan lahan matang. Kawasan ini sudah dilengkapi dengan jaringan jalan arteri sekunder, fasilitas dan utilitas umum.
Kasiba direncanakan berlokasi di BWK B pada lahan HGU perkebunan tebu milik PTP II. Penggunaan lahan terbangun di wilayah perencanaan didominasi oleh peruntukan perumahan seluas 1.483,75 Ha sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan.
Akan tetapi juga memungkinkan dilakukan konsolidasi lahan, untuk konsolidasi tersebut diperlukan:
1. Sosialisasi program konsolidasi lahan 2. Kesepakatan konsolidasi lahan
3. Program pemberdayaan ekonomi selama proses konsolidasi itu berlangsung.
8.3.
RENCANA PENGELOLAAN
8.3.1.
Rencana Sistem Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan
Sistem Pengelolaan Safeguard Lingkungan dan Safeguard sosial di Kota Binjai direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.
Pengelolaan Safeguard sosial direncanakan dikelola oleh Dinas-Dinas terkait
pembangunan infrastruktur khususnya bidang Cipta Karya di Kota Binjai seperti
untuk pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh
Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kota Binjai dan Dinas Pekerjaan
Umum (PU).
8.3.2.
Prosedur Pelaksanaan dan Pemantauan
Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan tanah dipantau dengan baik, maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:
Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,
Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan, berupa diskusi, dan konsultasi,
Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan, Pemantauan ulang terhadap proses diatas,
Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safeguard.
ASPEK PEMBIAYAAN
Dalam kegiatan pembangunan infrastruktur dan prasarana baru serta pelaksanaan pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun, pemerintah Kota Binjai tetap berkomitmen untuk mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya untuk keberlanjutan pembangunan demi kesejahteraan masyarakatnya. Dengan keterbatasan fiskal yang ada dalam pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman serta program-program kegiatan pembangunan yang telah direncanakan, pemerintah kota Binjai dituntut untuk mencari alternatif pembiayaan dari sumber-sumber lain baik dari sektor swasta maupun mengali peluang-peluang sebagai potensi investasi baru yang dapat dikembangkan dan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Tuntutan keadaan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yng mengamanatkan bahwa kewenangan pembangunan termasuk bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya selama ini lebih merupakan stimulan bagi daeerh dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu terus dikembangkan. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah Kota Binjai dalam kemampuanya melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya yang telah direncanakan pada pembahasan bab sebelumnya
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.
Dengan adanya gambaran dan pemahaman tersebut, diharapkan dapat tersusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya untuk Kota Binjai.
9.1.
ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan
daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis
Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah bidang Infrastruktur Air Minum dan bidang Infrastruktur Sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM meliputi:
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2.
PROFIL ANGGARAN BELANJA DAERAH, PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN DAERAH
KOTA BINJAI
Sampai saat ini kondisi pendapatan daerah Kota Binjai masih sangat bergantung pada dana perimbangan yang pengalokasiannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi yang teriri dari Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya alam, Dana Alokasi Khusus (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapan lain-lain yang sah dalam bentuk bantuan kontijensi/penyeimbang dari Pemerintah Pusat. Penerimaan pendapan daerah Kota Binjai selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan realisasi yang diikuti dengan peningkatan persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2012 sebesar 18,87% pada tahun 2011 sebesar 31,15% jika dibandingkan dengan persentase kenaikan pendapan pada tahun 2010 sebesar 11,59 %
Ringkasan realisasi Anggaran Pendapatan untuk APBD 2013 Kota Binjai adalah sebesar Rp 711.568.038.000,- sedangkan realisasi belanja untuk APBD 2013 sebesar Rp. 702.169.562.000,-. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Binjai pada tahun 2013 dapat dilihat padatabel berikut.
Tabel 9.1. Realisasi Pendapatan Daerah Kota Binjai APBD 2013
Uraian (000) Rp
1. Pendapatan Asli daerah 49.196.059
1.1. Pajak Daerah 25.579.357
1.2. Retribusi Daerah 14.640.339
1.3. BUMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan 2.981.700
1.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 5.994.662
2. Dana Perimbangan 530.808.739
2.1. Bagi Hasil Pajak 32.414.156
2.2. Bagi Hasil Bukan Pajak 1.185.288
2.3. Dana Alokasi Umum 477.553.537
2.4. Dana Alokasi Khusus 19.600.758
2.5. Transfer Pemerintah Pusat Lainya 0
3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 131.568.038
Jumlah Pendapatan 711.568.038
Sumber: Statistik Kota Binjai 2014/Binjai Dalam Angka, BPS Kota Binjai
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Dari data perkembangan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah Kota Binjai dalam 5 (lima ) tahun terakhir terlihat bahwa realisasi penerimaan pembiayaan untuk Kota Binjai pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 711.568.038,00,- dengan realisasi pengeluaran pembiayaan sebesar Rp. 702.167.562,00,- dan sisa lebih anggaran tahun berkenaan sebesar Rp. 9.400.476,00,-. Lebih lengkapnya Perkembangan Belanja Daerah Kota Binjai erakhir seperti dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah Kota Binjai dalam 5 Tahun Terakhir
No. Anggaran
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Rp Rp Rp Rp Rp
1. Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) 17.272.605.866,42 18.832.884.480,77 26.640.032.636,71 48.178.078.000,00 49.196.059,00 Dana Perimbangan 364.953.958.201,71 372.387.616.528,00 417.735.148.865,00 552.755.195.000,00 530.808.739,00
Lain-lain Pendapatan
yang sah 13.929.319.000,00 50.833.233.800,00 135.360.652.865,00 88.173.811.000,00 131.563.240,00
Total Pendapatan 396.155.883.068,13 442.053.734.808,77 579.735.834.366,71 689.107.084.000,00 711.568.038,00
2. Belanja Daerah
Belanja Tidak langsung 220.874.661.428,00 277.840.220.041,00 312.714.068.757,84 491.878.213.000,00 400.697.327,00
Belanja Langsung 162.529.222.373,00 140.380.171.794,00 232.783.322.589,00 158.209.028.000,00 301.470.235,00 Jumlah Belanja 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 650.087.241.000,00 702.167.562,00
Surplus/Defisit 12.688.999.267,13 23.833.342.973,77 33.238.443.019,87 39.019.843.000,00 9.400.476,00
Sumber: Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Binjai
9.3.
PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Sumber-sumber pembiayaan sebagai investasi pembangunan bidang Cipta karya di Kota Binjai didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Binjai melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan terutama program/ kegiatan strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan dukungan ini, pembangunan di Kota Binjai menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
9.3.1.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dan
APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 9.3. Perkembangan Realisasi Belanja Modal Pembangunan Cipta Karya Kota Binjai Tahun 2007-2011
No SKPD
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pendanaan DAK
1 Dinas Pekerjaan Umum 307.374.934,32 1.556.750.000,00 921.297.000,00 - 634.960.000,00 2 Dinas Tata Ruang dan Permukiman - - - - - 3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan - - - - - 4 Badan Lingkungan Hidup 167.835.000,00 116.454.900,00 67.676.700,00 328.669.930,00 375.243.950,00 5 Dinas kesehatan - - - - - 6 Total Belanja Sanitasi 475.209.934,32 1.673.204.900,00 988.973.700,00 328.669.930,00 1.010.203.950,00 7 Jumlah Belanja Total (dalam APBD) 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap
Belanja Total (%) 0,13 0,43 0,26 0,08 0,18
Pendanaan APBD
1 Dinas Pekerjaan Umum 11.962.391.573,02 8.676.142.000,00 6.725.751.000,00 7.653.082.250,00 23.878.112.335,00 2 Dinas Tata Ruang dan Permukiman - 419.736.000,00 449.475.000,00 670.775.000,00 - 3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 1.565.250.000,00 294.311.550,00 52.570.000,00 - 2.897.666.650,00 4 Badan Lingkungan Hidup 66.000.000,00 151.911.000,00 30.000.000,00 - 95.342.000,00 5 Dinas kesehatan 27.400.450,00 16.115.000,00 22.400.000,00 - 99.020.500,00 6 Total Belanja Sanitasi 13.621.042.023,02 9.558.215.550,00 7.280.196.000,00 8.323.857.250,00 26.970.141.485,00 7 Jumlah Belanja Total (dalam APBD) 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap
Belanja Total (%) 3,84 2,43 1,90 1,99 4,94
Pendanaan DAK
1 Air Minum - 1.556.750.000,00 921.297.000,00 - 634.960.000,00 2 Air Limbah - 24.863.300,00 25.232.700,00 - - 3 Sampah 167.835.000,00 91.591.600,00 42.444.000,00 328.669.930,00 375.243.950,00 4 Drainase 307.374.934,32 - - - - 5 Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi,
Pendampingan, dll) - - - - - 6 Total Belanja Modal Sanitasi 475.209.934,32 1.673.204.900,00 988.973.700,00 328.669.930,00 1.010.203.950,00 7 Total Belanja APBD 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Total
Belanja APBD (%) 0,13 0,43 0,26 0,08 0,18
No SKPD
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Air Minum 1.837.349.000,00 191.000.000,00 942.130.000,00 522.414.000,00 4.446.967.500,00 2 Air Limbah - - - 383.990.200,00 - 3 Sampah 1.443.050.450,00 195.625.000,00 965.353.000,00 1.259.684.000,00 2.881.938.400,00 4 Drainase 10.125.042.573,02 8.904.878.000,00 5.320.313.000,00 6.157.769.050,00 19.431.144.835,00 5 Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi,
Pendampingan, dll) 215.600.000,00 266.712.550,00 52.400.000,00 - 210.090.750,00 6 Total Belanja Modal Sanitasi 13.621.042.023,02 9.558.215.550,00 7.280.196.000,00 8.323.857.250,00 26.970.141.485,00 7 Total Belanja APBD 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Total
Belanja APBD (%) 3,84 2,43 1,90 1,99 4,94
9.3.2.
Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun
Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Salah satu dukungan keuangan perusahaan daerah untuk bidang Cipta Karya di Kota Binjai adalah PDAM Tirta Sari Kota Binjai sebagai perusahaan daerah yang mengelola SPAM untuk pelayanan Kota Binjai, namun sampai saat ini perusahaan tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung ketersediaan dana di Kota Binjai, hal disebabkan kedua perusahaan tersebut lebih bersifat pelayanan dari pada mengejar keuntungan (profit).
Gambaran pendapatan keuangan PDAM Tirtasari Kota Binjai selama 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 9.4. Realisasi Pendapatan PDAM Tirtasari Kota Binjai Tahun 2010, 2011, 2012
Tahun Jumlah Pendapatan (Rp)
Tahun 2010 9.506.637.015,-
Tahun 2011 10.095.713.061
Tahun 2012 10.607.653.045
Sumber: PDAM Tirtasari kota Binjai, RI-SPAM Kota Binjai 2013
9.3.3.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari Swasta
9.4.
PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD Kabupaten.
9.4.1.
Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan
Proyeksi APBD Kota Binjai dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut:
1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.
2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan: Yn=Y0(1+r)n
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:
Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)
3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis
Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :
Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah - Belanja Wajib
Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio(DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai
9.5.
ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA
9.5.1.
Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.
DSCR =
(PAD+DAU+DBH+DB Belanja Wajib)
b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan. c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis.
d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta.
9.5.2.
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:
1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten dan provinsi;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran; 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
ASPEK KELEMBAGAAN
Untuk menjamin pelaksanaan pembangunan infrastruktur tertutama yang berkaitan dengan Bidang Cipta Karya, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah. Implementasi RPI2JM Bidang Cipta Karya Kota Binjai melibatkan banyak komponen kelembagaan, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar pihak terkait sehingga program/ kegiatan di bidang keciptakaryaan dapat terlaksana sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
10.1.
ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah 4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan 10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka Kabupaten/kota memungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada Sub Bidang Cipta Karya.
Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2.
KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI
Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna, maka pada awal tahun 2011 Pemerintah Kota Binjai telah mengadakan evaluasi dan penataan Organisasi Perangkat Daerah dan menetapkannya dalam
peraturan daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Binjai.
Untuk menjamin pelaksanaan program-program bidang permukiman/Cipta Karya guna percepatan pencapaian target yang telah ditetapkan baik arahan kebijakan pemerintah pusat maupun agenda-agenda pembangunan yang direncanakan pemerintah Kota Binjai terutama yang berkaitan dengan bidang permukiman, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan daerah. Berhubung implementasi keterpaduan dalam RPI2-JM Bidang Cipta Karya untuk Kota Binjai melibatkan banyak komponen kelembagaan, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar pihak terkait sehingga program/ kegiatan di bidang ke-Cipta Karya-an dapat sukses terlaksana dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Dengan adanya pembagian tanggung jawab kelembagaan tersebut, akan memudahkan Pemerintah Daerah dalam menilai kelayakan suatu lembaga guna perbaikan dan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Kelayakan merupakan hasil telahan (asessment) tentang kapasitas suatu subyek yang mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan. Sedangkan kelembagaan adalah suatu subyek dan sekaligus juga menunjuk kepada bentuk, sifat-sifat dan fungsi-fungsinya (build in) yang terkait (involve), berkepentingan (concern) dan bertanggung-jawab (responsible) untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Untuk Lebih jelasnya mengenai kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah Kota Binjai yang ada sekarang ini dapat diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut.
A. Sekretariat Daerah,
yang meliputi :
1.
Asisten Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat. Terdiri dari :
Bagian Pemerintahan Umum Bagian Agraria dan Kerjasama Bagian Kesejahteraan Rakyat
2.
Asisten Perekonomian Dan Pembangunan. Terdiri dari :
Bagian Perekonomian Bagian Pembangunan Bagian Produksi dan Industri Bagian Pengolahan Data Elektronik
3.
III. Asisten Administrasi Umum. Terdiri dari :
Bagian Umum dan Perlengkapan
Bagian Hukum dan Perundang - Undangan Bagian Organisasi dan Tatalaksana
Bagian Hubungan Masyarakat (Humasy) B. Staf Ahli Walikota. Terdiri dari :
1. Bidang Hukum dan Politik 2. Bidang Pemerintahan 3. Bidang Pembangunan
4. Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia 5. Bidang Ekonomi dan Keuangan
C. Dinas – Dinas, yang meliputi : 1. Dinas Pendidikan
2. Dinas Pemuda dan Olah raga 3. Dinas Kesehatan
5. Dinas Tenaga Kerja 6. Dinas Perhubungan
9. Dinas Pekerjaan Umum
10.Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman
11.Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
12. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
13. Dinas Pertanian
14. Dinas Kebersihan dan Pertamanan 15. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah D. Lembaga Teknis. Terdiri dari :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2. Badan Kesatuan Banga, Politik dan Linmas
3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
4. Badan Keluarga Berencana (KB) dan Pembangunan Kesejahteraan Rakyat
9. Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B 10. Kantor Pemberdayaan Perempuan 11. Kantor Pemberdayaan Masyarakat Kota 12. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 13. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu 14. Kantor Penelitian dan Pengembangan 15. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP)
E. Sekretariat DPRD. Terdiri dari : 1. Bagian Umum
2. Bagian Keuangan 3. Bagian Risalah
4. Bagian Hukum dan Perundang - Undangan F. Kelembagaan Kecamatan Pemerintah Kota Binjai G. Kelembagaan Kelurahan Pemerintah Kota Binjai H. Badan Narkotika Kota Binjai
Gambar 10.1. Struktur Organisasi Pemerintah Kota Binjai
10.2.1.
Kondisi Kelembagaan Bidang Cipta Karya
10.2.2.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai
Perencanaan pembangunan daerah Kota Binjai dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Binjai sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 19 Tahun 2007 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Binjai dan Keputusan Walikota Kota Binjai Nomor 130.2/42 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai.
Visi BAPPEDA Kota Binjai adalah “menjadi Institusi Perencana yang Menghasilkan Perencanaan
Pembangunan Daerah yang Berkualitas”. Makna dari visi ini, yaitu:
Institusi Perencana Pembangunan Daerah
Badan yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas perencanaan pembangunan daerah, mulai dari perumusan dan penyusunan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, yang melibatkan seluruh unsur perencana dari dinas/instansi/lembaga sebagai satu kesatuan wilayah pembangunan.
Perencanaan yang Berkualitas
Perencanaan pembangunan berdasarkan hasil kajian (research) sehingga menghasilkan data yang valid dan akurat (data oriented), melalui proses (process) dalam rangka mengembangkan partisipasi masyarakat (participatory planning), dengan berkoordinasi (coordinating) untuk mewujudkan kesatuan dan kesamaan arah pandang serta didukung oleh sumber daya manusia perencana yang handal (good planner).
Visi ini didukung dengan 4 (empat) misi, yaitu:
a. Merumuskan kebijakan makro untuk mendukung program pembangunan daerah; b. Mengembangkan sistem perencanaan pembangunan berdasarkan aspirasi masyarakat; c. Menciptakan koordinasi yang harmonis antar dinas/instansi dalam perencanaan dan
evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah;
d. Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia Perencana agar semakin profesional.
Susunan organisasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) BAPPEDA Kota Binjai serta kondisi pegawai yang ada dirincikan sebagai berikut:
1. Kepala Badan
Dipimpin oleh 1 orang Kepala Badan
2. Bagian Tata Usaha, Dikepalai oleh seorang Sekretaris Badan dengan didukung oleh 2 (dua) sub bagian yaitu:
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan.
Jumlah pegawai : 4 orang , jumlah staff : 8 orang
3. Bidang Perekonomian, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu: Sub Bidang Agribis
Sub Bidang Industri Dan Sumber Daya Alam Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : 2 orang
Sub Bidang Tata Ruang Dan Lingkungan Hidup Sub Bidang Perhubungan Dan Pekerjaan Umum Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : 3 orang
5. Bidang Sosial Dan Budaya, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu: Sub Bidang Kesra Dan Kebudayaan
Sub Bidang Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : 1 orang
6. Bidang Pengendalian Dan Pemantauan Pembangunan, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu:
Sub Bidang Pengendalian Pembangunan Sub Bidang Pemantauan Pembangunan Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : 1 orang
7. Bidang Penelitian Dan Pengembangan, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu: Sub Bidang Penelitian Dan Statistik
Sub Bidang Perencanaan Dan Pengkajian Kinerja Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : 1 orang
8. Bidang Penanaman Modal, didukung oleh 2 (dua) sub bidang yaitu: Sub Bidang Investasi Dan Penanaman Modal
Sub Bidang Info Data Dan Promosi Jumlah pegawai : 3 orang , jumlah staff : -
9. Jabatan Fungsional
Jumlah pegawai lainya yang terdata : 7 orang
Struktur organisasi kerja pada Kantor BAPPEDA Kota Binjai adalah seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 10.2. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai
Tabel 10.1. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Bappeda Kota Binjai Berdasarkan Golongan
Sumber : Binjai dalam angka 2014, BPS Kota Binjai (analisis 2014) Dari tabel di atas terlihat bahwa pegawai atau sumber daya manusia (SDM ) pada Bappeda Kota Binjai sebagian besar telah berpendidikan S1 sekitar 37% dan pegawai dengan golongan III sebagai golongan terbanyak yaitu sekitar 27% .
10.2.3.
Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai
Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dibidang pekerjaan umum yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Dinas Perkerjaan Umum mempunyai tugas membantu Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dibidang pekerjaan umum. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 18 Tahun 2007 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Binjai dan Keputusan Walikota Kota Binjai Nomor 130.2/42 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai Susunan Organisasi terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretariat terdiri dari : Sub Bagian Umum; Sub Bagian Kepegawaian; Sub Bagian Keuangan. 3. Bidang Bina Program terdiri dari :
Seksi Penyusunan Program; Seksi Data dan Informasi; Seksi Evaluasi dan Pelaporan. 4. Bidang Bina Marga terdiri dari :
Seksi Pembangunan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan; Seksi Data dan Pengawasan Teknis Jalan dan Jembatan; Seksi Peralatan dan Pemeliharaan Alat-alat Berat. 5. Bidang Cipta Karya terdiri dari :
Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Gedung-gedung;
Seksi Air Bersih, Drainase dan Prasarana Lingkungan Pemukiman; Seksi Data dan Pengawasan Teknis Cipta Karya.
6. Bidang Pengairan terdiri dari :
Struktur organisasi kerja pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai adalah
seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.Gambar 10.3. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai
Jumlah pegawai atau sumber daya manusia (SDM) pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai hingga tahun 2013 terdata sebanyak 56 orang dengan rincian seperti pada tabel berikut .
Tabel 10.2. Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai Berdasarkan Golongan dan Pendidikan, Tahun 2013
No. Institusi
Golongan Pendidikan
I II III IV Jumlah SD SLTP SLTA D1-D4 S1 Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1.
Dinas Pekerjaan Umum
1 22 32 1 56 1 - 23 7 25 56
Persentase 2% 39% 57% 2% 100% 2% 0% 41% 13% 45% 100%
Sumber : Binjai dalam angka 2014, BPS Kota Binjai (analisis 2014) Dari tabel di atas terlihat bahwa pegawai atau sumber daya manusia (SDM ) pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai sebagian besar telah berpendidikan S1 sekitar 25% dan pegawai dengan golongan III sebagai golongan terbanyak yaitu sekitar 32% .
10.2.4.
Dinas Penataan Ruang Perumahan Dan Permukiman Kota Binjai
Penanganan Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Kota Binjai dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 18 Tahun 2007 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Binjai dan Keputusan Walikota Kota Binjai Nomor 130.2/42 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang , Perumahan Dan Pemukiman Kota Binjai
Visi Dinas Tata Ruang, Perumahan Dan Pemukiman Kota Binjai adalah sebagai “Pengelola