• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kota Sorong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kota Sorong"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

a

a

b

b

I

I

I

I

G

G

A

A

M

M

B

B

A

A

R

R

A

A

N

N

U

U

M

M

U

U

M

M

K

K

O

O

T

T

A

A

S

S

O

O

R

R

O

O

N

N

G

G

2.1

A

DMI NI STRASI

2.1.1 P

ROFI L

W

I LAYAH

ama Sorong berasal dari kata soren. Soren dalam bahasa Biak Numfor yang

berarti laut yang dalam dan bergelombang. Kata Soren digunakan pertama kali

oleh suku Biak Numfor yang berlayar pada zaman dahulu dengan

perahu-perahu layar dari satu pulau ke pulau lain hingga tiba dan menetap di

Kepulauan Raja Ampat. Suku Biak Numfor inilah yang memberi nama " Daratan Maladum" dengan

sebutan SOREN yang kemudian dilafalkan oleh para pedagang Thionghoa, Misionaris clad Eropa,

Maluku dan Sanger Talaut dengan sebutan Sorong.

Kota Sorong dikenal dengan istilah Kota Minyak sejak masuknya para surveyor minyak

bumi dari Belanda pada tahun 1908. Kota Sorong terkenal sebagai salah satu kota dengan

Atribut peninggalan sejarah Heritage Nederlands Neuw Guinea Maschcapeij (NNGPM) atau kota

yang penuh dengan sisa-sisa peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda. Kota

Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar masuk Provinsi Papua dan Kota

Persinggahan. Kota Sorong juga rnerupakan Kota industri, perdagangan dan jasa, karena Kota

Sorong dikelilingi oleh Kabupaten-Kabupaten yang mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat

potensial sehingga membuka peluang bagi investor dalam maupun luar negeri untuk

menanamkan modalnya.

Kota Sorong pada mulanya merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan pusat

pemerintahan Kabupaten Sorong. Namun daI am perkembangannya telah mengalami perubahan

sesuai Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1996 tanggal 3 Juni 1996 menjadi Kota Administratif

Sorong. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang no. 45 Tahun 1999 Kota Administratif Sorong

ditingkatkan statusnya rnenjadi daerah otonom sebagai Kota Sorong. Kemudian pada tanggal

12 Oktober 1999 bertempat di Jakarta dilaksanakan pelantikan Pejabat Walikota Sorong Drs. J.

A. Jumame dan selanjutnya secara resmi Kota Sorong terpisah dari Kabupaten Sorong pada

tanggal 28 Februari 2000.

Kota Sorong disamping sebagai Kota persinggahan dan pintu gerbang Provinsi Papua,

Kota Sorong juga sebagai Kota I ndustri, Perdagangan dan Jasa. Perpaduan nilai-nilai

peninggalan sejarah dan keaslian alami serta keunikan Kota Sorong yang memiliki Water Front

View atau Kota dengan pemandangan laut serta perpaduan panorama, bentangan alam Pulau

Waigeo, Batanta dan Salawati yang merupakan satu gugusan kepulauan Raja Ampat. Serta

fasilitas jasa pelayanan umum, yang cukup lengkap memberikan kesan dan daya tarik kepada

pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman baru setelah berwisata ke Kota Sorong Kong

terkenal dengan NNGPM (Nederlands Neauw Guinea Petroleum Matschcapeij) atau kota yang

penuh dengan sisa-sisa Peninggalan sejarah bekas perusahaan minyak milik Belanda.

Perusahaan NNGPM muI ai melakukan aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak

Tahun 1935. Peninggalan bersejarah perusahaan tersebut adalah Pelabuhan Eksport Minyak

Bumi, beberapa tangki penampung minyak, rumah tinggal karyawan, bekas barak karyawan.

Bekas sekolah teknik (Voc School).

2.1.2 O

RI ENTASI

W

I LAYAH

Secara geografis, Kota Sorong berada pada koordinat 131°51’ BT dan 0° 54’ LS dengan

luas wilayah 1.105 km2. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut

dan suhu udara minimum di Kota Sorong sekitar 23,1° C dan suhu udara maximum sekitar 33,

7 °C. Curah hujan tercatat 2.911 mm. Curah hujan cukup merata sepanjang tahun. Tidak

terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban

udara rata-rata tercatat 84 % .

Batas-batas geografis Kota Sorong adalah sebagai berikut :

• Sebelah Barat : Selat Dampir

• Sebelah Utara : Distrik Makbon & Selat Dampir

• Sebelah Timur : Distrik Makbon

• Sebelah Selatan : Distrik Aimas, Kabupaten Sorong dan Distrik Salawati

(2)

Luas Kota Sorong adalah 1.105 Km2 terdiri dari 4 Distrik dan 20 Kelurahan yaitu :

1. Distrik Sorong membawahi :

- Kelurahan Klademak

- Kelurahan Remu Utara

- Kelurahan Kialigi

- Kelurahan Kampung Baru

- Kelurahan Malawei

2. Distrik Sorong Timur membawahi :

- Kelurahan Remu Selatan

- Kelurahan Malanu

- Kelurahan Klasaman

- Kelurahan Klagete

- Kelurahan Klawuyuk

- Kelurahan Malaingkedi

3. Distrik Sorong Barat membawahi :

- Kelurahan Klawasi

- Kelurahan Rufei

- Kelurahan Tanjung Kasuari

- Kelurahan Saoka

- Kelurahan Klabala

4. Distrik Kepulauan membawahi :

- Kelurahan Dum Timur

- Kelurahan Dum Barat

- Kelurahan Soap

- Kelurahan Raam

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Sorong Menurut Distrik

No. Distrik Luas Area ( Km2) Rasio Terhadap Total ( % )

1 Sorong Barat 254,15 23

2 Sorong Timur 250,29 22,65

3 Sorong 200,32 18,13

4 Sorong Kepulauan 200,10 18,11

5 Sorong Utara 200,14 18,11

Jumlah Total 1.105 100

Sumber: Kota Sorong dalam angka (2005)

Keadaan topografi Kota Sorong sangat bervariasi terdiri dari pegunungan, lereng, bukit

-bukit dan sebagian adalah dataran rendah, sebelah t imur di kelilingi hutan lebat yang

merupakan hutan lindung dan hutan wisata. Pola pemanfaatan ruang Kota sorong meliputi

penggunaan lahan untuk hutan lindung sebesar 35,63% , hutan mangrove sebesar 2,98% ,

sempadan sungai sebesar 1,59% , hutan wisata sebesar 0,34% , pemerintahan sebesar 0,05% ,

perdagangan & jasa sebesar 0,57% , pariwista sebesar 0,36% , industri sebesar 0,24% ,

permukiman sebesar 10,98% , pertanian sebesar 5,87% , olahraga & pendidikan tinggi sebesar

0,08% , serta lahan cadangan sebesar 41,32% .

Secara lebih jelas pola pemanfaatan ruang Kota Sorong dapat dilihat pada tabel dan

gambar berikut ini.

Tabel 2.2. Penggunaan Lahan Kota Sorong Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Luas Proporsi

Ha Km2 %

1 Kawasan Hutan Lindung 12775,04 127,7504 35,63 2 Kawasan Hutan Mangrove 1068,51 10,6851 2,98 3 Kawasan Sempadan Sungai 570,31 5,7031 1,59 4 Kawasan Hutan Wisata 120,82 1,2082 0,34 5 Kawasan Pemerintahan 16,98 0,1698 0,05 6 Kawasan Perdagangan & Jasa 205,58 2,0558 0,57 7 Kawasan Pariwisata 127,69 1,2769 0,36 8 Kawasan Industri 87,36 0,8736 0,24 9 Kawasan Permukiman 3935,58 39,3558 10,98 10 Kawasan Pertanian 2104,29 21,0429 5,87

11

Kawasan Olahraga & Pendidikan

Tinggi 29,72 0,2972 0,08

12 Lahan Cadangan 14814,83 148,1483 41,32 Jumlah 35856,71 358,5671 100

(3)

Persentase Penggunaan Lahan

Gambar 2.1 Persentase Penggunaan Lahan Tahun 2012

Keadaan geologi Kota Sorong terdapat hamparan galian golongan C seperti batu gunung,

batu kaI i, sirtu, pasir, tanah urug dan kerikil. Sedangkan jenis tanah yang terdapat di Kota Sorong

adalah tanah latosal putih yang terdapat di pinggiran pantai Tanjung Kasuari dan tanah fudsolik

merah kuning yang terdapat dihamparan seluruh kawasan Distrik Sorong Timur.

Keadaan permukaan Kota Sorong yang terdiri dari gunung, buki-bukit dan dataran yang

rendah yang ditandai dengan jurang, dan wilayah ini dialiri sungai-sungai sedang, kecil seperti

sungai Rufei, sungai Klabala, sungai Duyung, sungai Remu, sungai Klagison, sungai Klawiki,

sungai Klasaman dan sungai Klabtin.

Fasilitas penunjang wisata lainnya adalah taman rekreasi pantai Tanjung Kasuari dengan

pesona pasir putihnya, Pulau Raam, Pulau Soop dan Pulau Doom yang terkenal dengan pantainya

yang indah. Juga pulau Dofior yang terdapat Tugu Selamat Datang di Kota Sorong dengan

menggunakan bahasa Moi (suku asli di Kota Sorong) yang ramah dan bersahabat menyambut

pengunjung yang datang di Kota Sorong. Juga tembok Dofior yang terkenal dengan

pemandangan panorama lout dan keindahan alam menjelang senja.

2.2

P

ENDUDUK

2.2.1 J

UMLAH DAN

P

ERTUMBUHAN

P

ENDUDUK

Jumlah Penduduk Kota Sorong pada tahun 2005 tercatat 151.533 jiwa (Proyeksi P4B

2003). Komposisi penduduk Kota Sorong tergolong penduduk muda. Prosentase penduduk pada

kelompok umur muda lebih besar daripada kelompok umur tua. Pada kelompok umur 0-4 tahun

tercatat 12,5 % sedangkan pada kelompok umur 75 tahun atau lebih tercatat 0,31 %.

Tabel 2.3.Penduduk Kota Sorong dan Kepadatannya menurut Distrik

Kecamatan Luas Daerah (Km2) Penduduk Kepadatan per Km2

Sorong Barat 254,15 28.976 114,01

Sumber : Kota Sorong dalam angka (2005)

Dari data kependudukan di atas maka Kota Sorong dapat digolongkan kepada Kelas

Kota Sedang, dimana berdasar kriteria BPS mengenai kelas kota, Kota Sedang adalah Kota

dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa.

Tabel 2.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Distrik dan Sex Ratio

Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

Sorong Barat 15.523 13.453 28.976 115.3835 Sorong Timur 33.419 32.755 62.811 102.0258

Sorong 27.336 21.213 51.958 128.8648

Sorong Kepulauan 4.099 3.687 7.786 111.1633 Sorong Utara 200,14 Data Masih tergabung

Jumlah 80420 71113 1515333 113.0881

Sumber : Kota Sorong dalam angka (2005)

2.2.2 T

ENAGA

K

ERJA

Data ketenagakerjaan semakin dibutuhkan terutama untuk evaluasi dan perencanaan

pembangunan di bidang ketenagakerjaan seperti perkembangan penduduk usia kerja,

penduduk pencari kerja dan lowongan kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk berusia 15

tahun atau lebih. Penduduk usia kerja Kota Sorong tahun 2005 sebanyak 88.382 jiwa.

Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Sorong, jumlah pencari kerja yang

belum ditempatkan sampai akhir tahun 2005 tercatat 12.732 orang. Sementara pencari kerja

yang terdaftar tahun ini 8.047 orang. Dengan demikian akumulasi jumlah pencari kerja pada

tahun 2005 sebanyak 20.779 orang. Dari jumlah tersebut baru 2.487 orang yang ditempatkan.

Dilihat dari tingkat pendidikannya sebagian besar pencari kerja berpendidikan SLTA Dari total

(4)

Tabel 2.5 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sorong 5 SMTA Kejuruan 584 786 469 603 45 71 38 52 970 1266 6 Sarjana Muda/ DIII 278 495 420 504 26 39 8 14 664 946 7 Sarjana 426 391 218 473 33 59 17 46 594 759

Jumlah Total 2214 3108 1762 2232 147 224 229 309 3600 4807

Sumber : Kota Sorong dalam angka (2005)

2.3

E

KONOMI

Kondisi Perekonomian Daerah Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor

yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kota Sorong. Hal ini

dapat terlihat dari sumbangan sektor industri pengolahan total PDRB Kota Sorong yang mencapai

26,22 % pada tahun 2002.

Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya industri pengolahan dalam 4 (empat) kelompok yaitu,

industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan Rumah Tangga. Pada tahun

2003 terdapat 107 unit usaha sektor industri pengolahan pangan yang mampu menyerap 1.039

tenaga kerja. Total investasi pada sektor ini mencapai 9,65 % miliar rupiah dengan nilai

produksinya sebesar 16,02 miliar rupiah. Sedangkan untuk kelompok industri sandang dan kulit di

Kota Sorong mampu menyerap 335 tenaga kerja pada 142 unit usaha. Total investasi pada sektor

ini mencapai 1,72 miliar rupiah dengan total nilai produksinya sebesar 2,12 rnilar rupiah. Dan

pada kelompok industri logam, mesin dan kimia non fasilitas di Kota Sorong terdapat 116 unit

usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1.017 orang. Total investasi pada sektor ini

mencapai 11,80 miliar rupiah, sedangkan nilai produksinya sebesar 1,79 miliar rupiah.

Perkembangan dalam sektor perdagangan t elah memberi andil cukup besar dalam

pembangunan bahkan ada komoditi yang telah menjadi komoditi ekspor sejak tahun 1998.

Realisasi nilai ekspor telah mencapai 112.246.216.86 US$ . Negara-negara tujuan ekspor

tersebut antara lain adalah Jepang, Taiwan dan Cina dengan komoditi andalan hasil olahan

perikanan. Dengan jumlah perusahaan pengekspor berjumlah 20 perusahaan.

Tabel 2.6 Posisi kelompok I ndustri Sedang dan Kulit di Kota Sorong

No Jenis Industri Unit Usaha Tenaga

Kerja

Investasi Rp

(000) Produksi

1 Konveksi 4 10 35.874 355.544

2 Sol Sepatu 12 12 12.500 26.500

3 Penjahit Pakaian 36 117 209.470 350.450

4 Jok Kursi 2 1 60.000 200.000

5 Modeste 8 21 8.440 58.900

6 Kasur Kapuk 2 5 24.500 60.750

7 Karet Busa 1 8 1.000.000 72.500

8 Biro reklame 11 11 10.084 106.200

9 Sablon 4 9 7.086 54.813

10 Reparasi Alat Pendingin 4 14 32.582 82.000 11 Reparasi Elektronik 7 15 34.550 24.400

12 Reparasi Arloji 9 10 10.117 60.830

13 Salon Kecantikan 38 89 272.134 641.200

14 Anyaman 4 4 880 26.500

J u m l a h 142 335 1.718.17 2.120.587

Sumber : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kota Sorong

2.3.1 K

EUANGAN

D

AERAH

Realisasi penerimaan daerah kota Sorong pada tahun 2005 meningkat dibandingkan

dengan tahun 2004. Pada tahun 2005, realisasi penerimaan daerah kota Sorong mencapai 274

Milyar rupiah, sedangkan pada tahun 2004 hanya 264 Milyar rupiah. Dilihat dari sisi

pengeluaran, pengeluaran terbesar daerah kota Sorong diperuntukkan bagi pengeluaran

belanja barang sebesar 104 Milyar rupiah selamatahun 2005. Pengeluaran daerah terbesar

(5)

Tabel 2.7. Realisasi Penerimaan Daerah Kota Sorong

No. Jenis Penerimaan Nilai (Rp)

(000)

1 Pendapatan Asli Daerah 14.385.000

2 Pendapatan transfer Dana Perimbangan 212.801.000

3 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 31.834.000

4 Transfer Pemerintah Provinsi 15.750.000

Jumlah Total 274.770.000

Sumber: Bagian Keuangan Setda Kota Sorong

2.3.2 P

RODUK

D

OMESTI K

R

EGI ONAL

B

RUTO

Produk Domestik Regional Bruto merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang

dihasilkan akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut

menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia yang dimiliki.

Nilai Nominal PDRB kota Sorong pada tahun 2005 adalah 758 Milyar Rupiah. Jumlah

tersebut menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun 2004 yang mencapai 665 Milyar

rupiah atau naik sebesar 13,99 % .

Dilihat dari peran sektor dalam pembentukan perekonomian kota Sorong, sector industry

pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan dua sektor yang memberikan

kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB kota Sorong. Sektor I ndustri Pengolahan

menyumbang sekitar 23,24 % terhadap PDRB total dan 19,65 % disumbangkan oleh

perdagangan, hotel dan restoran.

Laju pertumbuhan ekonomi kota Sorong pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing 7,38

% dan 7,49 % . Dengan laju pertumbuhan tersebut pendapatan per kapita penduduk kota Sorong

berturut-turut tahun 2004 dan 2005 adalah Rp. 4.844.426,36 dan Rp. 5.345.934, 25 atau naik

10,35 % .

Tabel 2.8. Produk Domestik Nasional Bruto Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha dalam Jutaan Rupiah

No. Lapangan Usaha 2004 2005

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 166,965.45 201,485.09

2 Pertambangan dan Penggalian 13,521.17 15,5177.62 3 Industri Pengolahan 201,817.27 217,627.90 4 Listrik dan Air Minum 15,997.33 19,291.97

5 Bangunan 111,345.55 127,088.45

6 Perdagangan, Hotel dan restaurant 316,525.33 363,306.96 7 Pengangkutan dan Komunikasi 197,185.29 242,752.60 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 63,459.76 77,819.55

9 Jasa-jasa 139,865.00 165,661.89

PDRB 1,226,682.14 1,430,212.03

Sumber : Kota Sorong dalam angka (2005)

2.4

F

ASI LI TAS

U

MUM DAN

S

OSI AL

2.4.1 F

ASI LI TAS

P

ENDI DI KAN

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan mempunyai

peranan sangat penting. Salah satu masalah yang bisa menjadi penghalang dalam

pembangunan adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu pembangunan

di sektor pendidikan ditempatkan pada prioritas yang utama. Berbagai program pembinaan

pendidikan yang dilaksanakan sejak awal telah membawakemajuan, terlihat dengan adanya

peningkatan partisipasi pada semua jenjang pendidikan. Jumlah fasilitas pendidikan yang terus

ditingkatkan dan peningkatan mutu tenaga pengajar yang terus menerus dilakukan baik melalui

penataran guru, penyetaraan Diploma I I , penyediaan buku, aI at peraga dan alat ketrampilan.

Kesejahteraan guru juga harus ditingkatkan secara bertahap. Adapun, jumlah gedung sekolah

di Kota Sorong pada tahun ajaran 2003/ 2004 sebanyak 144 gedung sekolah yang terdiri dari 32

TK, 68 SD, 22 SLTP, 16 SLTA Umum dan 6 SLTA Kejuruan dan 10 Perguruan Tinggi. Jumlah

guru TK coda Tahun ajaran 2003/ 2004 berjumlah 100 guru dengan 1.614 murid. Dengan

demikian beban kerja guru TK pada Tahun ajaran 2003/ 2004 adalah 19 murid per satu guru.

Disisi lain jumlah guru SD bertambah. Penambahan guru SD ini ternyata mampu mengimbangi

penambahan murid SD yang jumlah setiap tahunnya dipastikan akan terus bertambah. Hal ini

dapat dilihat dad beban kerja guru SD turun dad 30 murid per satu guru pada tahun 2000/ 2001

menjadi 24 murid per satu guru. Begitu juga terjadi pada guru SLTP dan SLTA Kejuruan

(6)

Perguruan Tinggi Kedinasan dan 8 Perguruan Tinggi Swasta. Jumlah tenaga pengajar dosen

sebanyak 351 orang yang terdiri dari 118 dosen tetap dan 233 dosen tidak tetap, jumlah

mahasiswa sebanyak 4.396 orang.

Meski perkembangan pendidikan baik Sekolah Negeri maupun Swasta di Kota Sorong

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun tetap masih mengalami berbagai kendala.

Berbagai kendalan tersebut diantaranya adalah :

- terbatasnya kesadaran masyarakat,

- fasilitas pendidikan

- belum semopurnanya manajemen pendidikan yang ada

- terbatasnya tenaga pengajar yang berkualitas

- kurangnya koordinasi antar dinas/ instansi terkait dalam penanganan masalah pendidikan

- terbatasnya dana pendidikan yang ada.

2.5

S

ARANA DAN

P

RASARANA

P

ERKOTAAN

2.5.1 K

OMPONEN

P

ERSAMPAHAN

Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman dan prasarana Wilayah

Kota Sorong menunjukkan bahwa pada selama tahun 2001 produksi sampah sebanyak 169

m³ / hari. Lokasi TPA berada di jalan Sorong-Makbon meliputi luas lahan 10 ha.

Tabel 2.9. Data Pengelolaan Sampah di Kota Sorong

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Data Pengumpulan Sampah

1. Nama pengelola : Subdin Kebersihan, Kebakaran dan Pertamanan Kota Sorong 2. Sistem : integrated system

3. Jumlah penduduk Jiwa 174.145

4. Asumsi produksi sampah Lt/hr 522.435

m3/hari 522,44

5.Jumlah sampah m3/hari 169

6. Jumlah pelayanan

7. Cakupan layanan geografis Ha 59.670 8. Cakupan layanan penduduk Jiwa 94.038

9. Ilegal dumping : -II. Data TPA

1. Jumlah pelayanan TPA m3/hari

-2. Nama TPA : TPA Sorong Makbon 3. Status TPA :

-4. Luas TPA Ha 10

5. Kapasitas m3/hari

-7. Sistem

:-8. Jarak ke permukiman Km

-9. Incenerator Unit

10. Nama pengelola :

-III. Data Peralatan TPA

1. Bulldozer Unit

-2. Back hoe Unit

-3. Loader Unit

-4. Shovel Unit

-Sumber: Cipta Karya Dep PU (2006)

Dengan asumsi timbulan sampah untuk kota sedang sebesar 3 liter/ orang/ hari, maka

kebutuhan komponen persampahan Kota Sorong disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.10. Kebutuhan Komponen Sampah Kota Sorong Jumlah

Penduduk (jiwa)

Timbulan Sampah Kota Sedang

(lt/org/hr)

Perkiraan Timbulan Sampah Total

(m3//hr)

Sampah yang Terangkut

(m3/hr)

Selisih (m3/hr)

174.145 3 522,44 115,12 407,32

(7)

Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3

liter/ orang/ hari, Kota Sorong dengan jumlah penduduk 174.145 jiwa, menghasilkan 522,44 m3/ hr

timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk dikalikan 3/ 1000 (m3/ hr). Namun

Kota Sorong baru dapat mengelola sebanyak 115,12 m3/ hr. Sehingga banyaknya sampah yang

belum terlayani adalah 407,32 m3/ hr.

Untuk mengangkat sampah tersebut ke loaksi TPA Sub Dinas Kebersihan, Kebakaran dan

Pertamanan Kota Sorong memiliki 8 unit truck pengangkat sampah dengan kapasitasdaya angkut

6-10 m³ / unit dan 5 unit arm roll truck serta 30 unit kontainer.

Pelayanan angkutan sampah yang tidak memadai ini membuat sampah yang dihasilkan

oleh masyarakat Kota Sorong dibuang dengan berbagai cara yang dianggap termudah sesuai

dengan kondisi lingkungan.

2.5.2 K

OMPONEN

D

RAI NASE

Saluran drainase di Kota Sorong terdiri dari jaringan drainase saluran tertutup dan saluran

drainase terbuka. Adapun panjang saluran yang telah dibangun di Kota Sorong adalah saluran

primer dengan panjang 2.500 km dan saluran sekunder dengan panjang 11.600km. Maka total

panjang saluran di Kota Sorong yang telah dibangun adalah 14.100 km. Namun dari kondisi yang

sudah ada belum mampu mengatasi masalah banjir dan aluran pembuangan

Tabel 2.11.Data Drainase di Kota Sorong

NO. URAIAN SATUAN BESARAN

I. Data Saluran Drainase

1. Curah hujan mm/th 2.911

2. Total panjang saluran Km 215

3. Panjang saluran primer Km 176

4. Panjang saluran sekunder Km 39

5. Panjang saluran tersier Km

-6. Kondisi saluran baik %

-7. Kondisi saluran sedang %

-8. Kondisi saluran rusak %

-II. Data Genangan

1. Luas genangan Ha

-2. Tinggi genangan m

-3. Lama genangan Jam

-4. Frekuensi genangan /tahun

-Sumber: Cipta Karya Dep PU (2006)

2.5.3 K

OMPONEN

J

ALAN

Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar

kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan

menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan

memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

Panjang jalan di Kota Sorong pada tahun 2005 mencapai 200,2 Km, terjadi penambahan

panjang ruas jalan dibandingkan tahun sebelumnya seluas 6,2 % . Menurut jenis permukaan,

bentangan jalan beraspal sepanjang 135,28 Km, kerikil sepanjang 19,10 Km, dan jalan tanah

sepanjang 45,13 Km. Sementara itu dilihat dari kondisi jalan, jalan dalam kondisi baik

sepanjang 53,20 Km, jalan dalam kondisi sedang sepanjang 84,48 Km dan jalan dalam kondisi

rusak sepanjang 62,52 Km.

Tabel 2.12 Panjang Jalan Kota Sorong

No Keadaan Jalanan

Status Jalan

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kab/Kota

2004 2005 2004 2005 2004 2005

I Jenis Permukaan

1 Aspal 18 18 17 17 135.28 135.28

2 Kerikil - - - - 19.10 19.10

2 Sedang 10 10 84.48 82.13

3 Rusak - - - - 23.50 23.20

4 Rusak Berat - - - - 39.02 39.02

5 Tidak dirinci

Total 18 18 17 17 200.20 200.20

III Kelas Jalan

Total 18 18 17 17 200.2 200.21

Gambar

Tabel 2.2.Penggunaan Lahan Kota Sorong Tahun 2012
Gambar 2.1Persentase Penggunaan Lahan Tahun 2012
Tabel 2.5 Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sorong
Tabel 2.8. Produk Domestik Nasional Bruto Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usahadalam Jutaan Rupiah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara gaya pengasuhan ayah dan ibu (otoritatif, permisif, dan otoriter) dengan perilaku bermasalah pada anak usia dini

Introduction: The Globalisation Debate in Global Transformations: Politics, Economics and Culture (Cambridge: Polity Press).. Globalization and the Liberal Democratic

Pemetaan potensi calon pelanggan sudah cukup baik, sehingga penulis berusaha untuk membangun pengembangan suatu sistem yang dapat mempermudah Bagian Penjualan dalam

Selain itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumargi (2010) di Surabaya dengan judul “Efektivitas pembimbingan orangtua dan pengasuh terhadap intensitas perilaku

Tujuan penulis mengadakan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana Peran KBIH Baituttamwil dalam upaya peningkatan solidaritas sosial keagamaan yang dilakukan oleh

Sutabri (2012:38), sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bunda Maria, dan Para Malaikat Kudus di surga atas segala rahmat penyertaan dan kekuatan yang diberikan

Selanjutnya, pada perbandingan antar aspek, aspek dukungan penghargaan (esteem support) adalah aspek yang paling banyak mendapatkan presentase sangat tinggi yang dimaknai