IDENTIFIKASI KOMPETENSI PEDAGOGIK : STUDI PADA DUA GURU SENIOR DAN SATU GURU YUNIOR YANG TERUNGKAP MELALUI
AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Maria Patricia Astrid Eswindi NIM : 081424006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
IDENTIFIKASI KOMPETENSI PEDAGOGIK : STUDI PADA DUA GURU SENIOR DAN SATU GURU YUNIOR YANG TERUNGKAP MELALUI
AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Maria Patricia Astrid Eswindi NIM : 081424006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sukses seringkali
datang pada mereka
yang berani bertindak.
Ia jarang menghampiri
penakut yang tidak
berani mengambil
resiko.
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu melindungi dan
menyertaiku.
Bapakku Fd. Suwandi dan Ibuku Helena Sri Lestari yang sangat menyayangi
aku, begitu setia selalu memberi aku dukungan dan kasih sayang.
Adikku Patric Piere Eswindi yang aku sayangi.
vii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI KOMPETENSI PEDAGOGIK : STUDI PADA DUA GURU SENIOR DAN SATU GURU YUNIOR YANG TERUNGKAP MELALUI
AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Maria Patricia Astrid Eswindi Universitas Sanata Dharma
2014
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui profil Kompetensi pedagogik guru yang menjadi subyek penelitian.
Penelitian dilakukan di dua SMP di Yogyakarta dan dilaksanakan pada Oktober-November 2012. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari tiga guru, yang terdiri dari satu guru yunior dan dua guru senior, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru dalam proses pembelajaran.
Data dikumpulkan dengan cara merekam proses kegiatan pembelajaran, membuat fieldnotes dari proses kegiatan pembelajaran, dan wawancara dengan guru-guru yang menjadi subyek penelitian. Video proses kegiatan pembelajaran ditranskip dalam bentuk narasi untuk mendapatkan hal-hal terkait mengenai profil kompetensi pedagogik guru dalam proses kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk wawancara dilakukan setelah menpelajari video proses kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian adalah (1) Bentuk kompetensi pedagogik guru meliputi : pemahaman guru pada peserta didik, kemampuan guru mengembangkan RPP, kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, kemampuan guru menerapkan teknologi dalam pembelajaran; dan kemampuan guru mengevaluasi hasil belajar siswa. (2) Pendidikan merupakan salah satu cara memperoleh pengalaman yang baik, dan pengalaman mengembangkan pendidikan yang didapat, (3) Profil kompetensi pedagogik tiga guru subyek penelitian bervarisi.
viii
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF PEDAGOGIC COMPETENCY: RESEARCH ON TWO SENIOR TEACHERS AND ONE JUNIOR TEACHER EMERGED
THROUGH TEACHER’S ACTIVITY DURING THE PHYSICS TEACHING LEARNING PROCESS
Maria Patricia Astrid Eswindi Sanata Dharma University
2014
This Thesis aims to know teachers‟ pedagogic competency profile who became
the subjects of the research.
The research was conducted at two junior high schools in Yogyakarta and administered from October until November 2012. There are three teachers as the
research‟s subject. There are two senior teachers and one junior teacher. The object of the research is the teachers‟ pedagogic competency in the teaching
learning process.
The data was gathered by recording the teaching learning process, writing the field notes during the teaching learning process, and interviewing the teachers as the subject of the research. The video of the teaching learning process was transcribed into narrative writing to get the teacher‟s pedagogic competency during the teaching learning process. After the video of the teaching learning process had been studying, the interview was conducted.
The result of the research shows that: (1) The types of the teacher‟s pedagogic
competency included the teacher‟s understanding of his/her students, the teacher‟s ability to develop the lesson plan, the teacher‟s ability to conduct an educative teaching learning process, the teacher‟s ability to apply technology in their
teaching, and the teacher‟s ability to evaluate the student learning achievement.
(2) education is one of the good ways to experience good things, and the
experience develops the education that we have got. (3) the three teachers‟
pedagogic competency profiles as research subject varied.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan kasih karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu,
mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam serta Bapak Dr. Ign. Edi Santosa,
M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
3. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Br. Heribertus Triyanto FIC selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur
Timoho Yogyakarta dan Ibu Kristiyani S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP
Taman Dewasa Jetis yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk
melakukan penelitian.
5. Bapak Al Bambang Wiharjanto, S.Pd, Bapak Ignatius Sutarja, S.Pd, selaku
x
selaku guru fisika SMP Taman Dewasa Yogyakarta yang telah memberikan
kesempatan dan bantuan selama peneliti melakukan penelitian.
6. Bapakku Fd. Suwandi, Ibuku Helena Sri Lestari dan adikku Patric Piere
Eswindi atas dukungan baik berupa materi, kasih sayang, motivasi, dan
dukungan spritual.
7. Andreas Krisna Susanto S.H, atas dukungan, perhatian dan doanya, thank you
so much.
8. Sahabat sahabatku tercinta Siska, Laras, Yeni, Berta, Inces, Frada, Hanna,
Vidya dan Chicha yang telah memberikan banyak pengalaman dan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman seperjuangan dalam pengerjaan dan penyelesaian skripsi (Catrine,
Dhimas, Frada, Mitha, Alex, Hanna) terima kasih atas masukan kerjasamanya.
10.Teman seperjuangan P.fis ‟08 terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
11.Teman-teman kost Flamboyan (Gisella, Gita, Tika, Evi, Dian, Tya) dan Kost
Muria (Cecel, Kak Sofi, Ratna, Emi, Kak Eva, Ita, Jesi, Desi, Frada) atas
kebersamaan dan keceriaannya selama ini
12.Semua pihak yang tekah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang kompetensi guru.
Yogyakarta, 13 Agustus 2014
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. BatasanPengetian ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
xii
C.Kompetensi Pedagogik ... 7
1. Mengetahui karakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual... 9
2.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu ... 12
3.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik ... 15
4.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran ... 17
5.Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar ... 18
6.Pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap kompetensi pedagogik guru ... ... 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 23
B. Subyek Penelitian ... 23
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
D. Data Penelitian ... 24
E. Instrumen Penelitian ... 24
a. Pertanyaan wawancara ... 24
b.Catatan lapangan (Fieldnote) ... 25
c.Tiga alat perekam ... 25
d.Metode Pengumpulan Data ... 26
e.Metode Analisis Data ... 26
xiii
2.Kategori data ... 27
3.Penarikan kesimpulan ... 27
BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 29
B. Pelaksanaan penelitian ... 30
C. Hasil penelitian ... 32
D. Analisis data ... 33
E. Pembahasan ... 33
1.Profil kompetensi pedagogik guru ... 34
a.Mengetahui karakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual ... 34
a.1). Pendapat guru tentang karakteristik peserta didik yang perlu diketahui ... 34
a.2). Alasan perlunya guru memahami karakteristik peserta didik ... 36
a.3). Pemahaman karakteristik peserta didik saat pembelajaran dalam kelas ... 38
a.3).a). Pemahaman guru tentang karakteristik non akademik peserta didik ... 38
a.3).b). Pemahaman guru tentang karakteristik akademik peserta didik ... 42
a.3).b).i Potensi diri peserta didik ... 42
xiv
a.3).b).iii Pengetahuan guru tentang kesulitan belajar peserta
didik ... 51
b.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu ... 59
b.1). Kemampuan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran .. 60
b.2). Kemampuan guru menentukan pengalaman belajar ... 78
b.3). Kemampuan guru dalam penataan materi ... 84
b.4). Kemampuan guru dalam pemilihan instrument penilaian ... 86
c.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik ... 91
c.1). Pembelajaran IPA yang mendidik menurut guru ... 92
c.2). Kegiatan pemebelajaran yang menunjukkan pembentukan sikap peserta didik ... 94
c.3). Pelaksaan pembelajaran dilihat dari urutan kegiatan di RPP . 97 c.3).a). Kegiatan awal pembelajaran ... 97
c.3).b). Kegiatan inti pembelajaran ... 100
c.3).c). Kegiatan penutup pembelajaran ... 107
c.4). Pendapat guru mengenai keputusan transaksional dan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang menunjukkan adanya keputusan transaksional ... 109
d.Memanfaatkan teknologi infromasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran ... 115
d.1). Penggunaan teknologi yang pernah dilakukan guru ... 116
xv
e.Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar... 120
e.1). Instrumen penilaian kognitif siswa ... 120
e.2). Instrumen penilaian psikomotorik siswa ... 123
e.3). Instrumen penilaian afektif siswa ... 124
2. Pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap kompetensi pedagogik guru ... 129
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 131
B.Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jadwal kegiatan observasi kegiatan pembelajaran di kelas ...30
Tabel 4.2 Jadwal kegiatan wawacara guru ...32
Tabel 4.3 Pemahaman guru mengenai karakteristik peserta didik ...58
Tabel 4.4 Pemahaman guru mengenai pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu ...89
Tabel 4.5 Pemahaman guru mengenai pembelajaran yang mendidik ...112
Tabel 4.6 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi oleh guru ...119
Tabel 4.7 Tabel pemahaman guru mengenai pengembangan instrumen ...125
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Sekolah ...136
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah ...138
Lampiran 3 Transkip Video Pembelajaran ...140
Lampiran 4 Fieldnotes guru ...256
Lampiran 5 Transkip Wawancara dengan Guru ...289
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...348
Lampiran 7 Point Pertanyaan Wawancara ...371
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru dipandang memiliki peran
utama. Mengajar di depan kelas, membantu menyelesaikan segala persoalan
siswa, baik dalam bidang akademis maupun non akademis merupakan tugas
keseharian guru, maka tidak dapat dipungkiri bahwa guru merupakan salah
satu faktor penting yang berpengaruh bagi keberhasilan pendidikan siswa di
sekolah. Pernyataan diatas didukung oleh hasil penelitian, menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hettie (2003) mengungkapkan bahwa guru memberikan
pengaruh terbesar dalam menentukan mutu siswa.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 ditegaskan
bahwa pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini.
Peraturan di atas secara tidak langsung menegaskan, bahwa pemerintah juga
berpendapat bahwa guru memiliki peran utama dalam proses pembelajaran
sehingga perlu memiliki kompetensi tertentu. Pada tahun 2008 Pemerintah RI
mengeluarkan Undang Undang Nomor 74 tentang mutu guru yang dapat dilihat
dari kemampuan guru melaksanakan tugas mendidiknya secara profesional,
dengan kata lain bahwa mutu guru dapat dilihat, salah satunya dari
Seiring dengan besarnya tuntutan akan peningkatan mutu guru,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Guru dan Kompetensi
Guru, mewajibkan setiap guru memiliki kompetensi yang dapat mendukung
terwujudnya profesionalitas seorang guru meliputi Kompetensi pedagogik,
Kompetensi kepribadian, Kompetensi profesional, dan Kompetensi sosial.
Tuntutan profesionalitas guru setiap tahun yang semakin tinggi
ditunjukkan dengan diwajibkannya guru memiliki empat kompetensi salah satu
kompetensi yaitu Kompetensi Pedagogik, namun dalam kenyataannya, hasil
Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2013 menunjukkan kondisi yang
memperihatinkan, nilai rata-rata guru di seluruh Indonesia hanya mencapai
4,25 (Kompas, 2013). Padahal di dalam uji kompetensi guru tersebut, materi
yang diujikan meliputi 30 persen kompetensi pedagogik, yang digunakan untuk
melihat integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi
dalam kelas.
Di sisi lain prestasi siswa di Indonesia, menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh “The Trend International Mathematics and Science Study
(TIMMS)” tentang penilaian kemampuan matematika dan sains bagi siswa
Indonesia usia 15 tahun, terakhir dilaksanakan tahun 2009 dengan nilai
rata-rata 427 dari rata-rata-rata-rata Internasional. Penelitian lainnya dilakukan oleh
“Program for International Student Assessment (PISA)” yang terakhir
dilaksanakan tahun 2009, prestasi siswa Indonesia rata-rata 383 dari rata-rata
matematika dan sains siswa usia 15 tahun (usia siswa SMP) berada di bawah,
Menurut Hendayana (2010) rendahnya prestasi matematika dan sains siswa
standart Internasional merupakan indikator rendahnya kualitas pendidikan
matematika dan sains itu sendiri. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan
bahwa untuk meningkat pendidikan maka kualitas guru harus ditingkatkan.
Hasil penelitian di atas didukung juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
Born & Kimball (2005) yang mengungkapkan bahwa jika kualitas guru
meningkat, maka kualitas hasil belajar siswa juga bisa meningkat.
Dilihat dari pentingnya guru dalam proses pembelajaran dan pentingnya
kompetensi pedagogik sebagai salah satu kompetensi utama yang harus
dimiliki guru, peneliti tertarik untuk mempelajari profil Kompetensi
Pedagogik.
B.Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan untuk penelitian sebagai berikut :
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini terdiri dari tiga guru mata pelajaran Fisika SMP, dua
guru senior dan satu guru muda pada dua sekolah berbeda. Guru senior
adalah guru dengan pengalaman mengajar lebih dari 15 tahun, sedangkan
C.Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil Kompetensi Pedagogik dua guru senior dan satu guru
muda yang terungkap melalui aktivitas guru dalam pembelajaran Fisika
yang menjadi subyek penelitian?
D.Batasan Pengertian
1. Pengertian kompetensi pedagogik di dalam penelitian ini adalah
pengertian yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
2. Profil kompetensi pedagogik guru yang dimaksud adalah penjabaran
kompetensi pedagogik secara kontekstual mengenai standar kompetensi
inti dari kompetensi pedagogik, seperti yang tercantum pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
E.Tujuan Penelitian
Mengetahui profil Kompetensi Pedagogik guru yang menjadi subyek
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru dan calon guru :
-Memberikan gambaran konkret mengenai pelaksanaan Kompetensi
Pedagogik guru dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Peneliti :
-Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk dapat
merealisasikan pengetahuan yang sudah didapat di bangku
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A.Peran Guru
Dalam proses pendidikan, keberadaan pendidik dan anak didik
merupakan syarat utama terselenggaranya kegiatan pendidikan. Pendidik
merupakan pihak yang membimbing anak didik, agar si anak menuju ke arah
kedewasaan (Sadulloh:127). Pendidik dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pendidik karena keharusan atas kewajaran hidup, dan pendidik karena diserahi
tugas untuk mendidik.
Guru merupakan pendidik jenis kedua, dimana guru diserahi tugas untuk
mendidik, terutama dalam lingkungan pendidikan formal (sekolah).
Keberadaan guru sangat penting dalam proses pendidikan, selain mengajarkan
berbagai macam pengetahuan pada anak didik, guru juga wajib memberikan
teladan bagi anak didiknya, seperti yang tercantum pada Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Pelaksanaan tugas guru sebagai pendidik, sangat berpengaruh bagi mutu
anak didik yang dapat dilihat dari prestasi belajar siswa di sekolah. Dalam
Jurnalnya Hettie (2003) mengatakan bahwa guru memiliki pengaruh yang
paling kuat pada prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menguatkan
B.Kompetensi Guru
Charles (1994, dalam Mulyasa, 2007:25) mengungkapkan bahwa
kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapakan. Ungkapan diatas
mengacu bahwa kompetensi adalah perilakunya nyata yang mempunyai arti
dan tujuan, dimana perilaku tersebut tidak hanya yang dapat diamati secara
langsung tetapi juga yang kasat mata sekalipun.
Kompetensi merupakan salah satu standar utama profesi keguruan.
Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Kompetensi pendidik menurut Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Standar Pendidikan, meliputi :
1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi Kepribadian
3. Kompetensi Profesional
4. Kompetensi Sosial
C.Kompetensi Pedagogik
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah Kompetensi
Pedagogik. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007
Pasal 8 ayat 3 butir (a), menyebutkan bahwa Kompetensi Pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai
potensi yang dimilikinya (2007, Mulyasa:75).
Berliner (2004) menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
salah satu kompetensi yang sangat penting, karena diperkirakan 15.000 jam
siswa hidup di kelas, di sekolah mereka. Oleh karena itu kualitas proses belajar
mengajar dalam kelas berhubungan dengan prestasi siswa, dan bukti konsisten
yang luar biasa ditunjukkan dalam studi ini adalah kompetensi pedagogik
sangat berpengaruh pada prestasi siswa dan pembelajaran.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007,
kompetensi inti dalam kompetensi pedagogik meliputi :
1.Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
2.Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik
3.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu
4.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
6.Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
7.Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
8.Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9.Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
Dari sepuluh aspek Kompetensi Pedagogik diatas, peneliti memfokuskan
pada lima aspek yang dianggap merupakan aspek penting yang disebutkan
dalam pengertian Kompetensi Pedagogik pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 pasal 8 ayat 3 butir (a) yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan satu aspek yang sudah ada
di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007, yang
dirasa diperlukan guru di zaman ini, dimana teknologi berkembang pesat
yaitu kompetensi inti mengenai pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi. Kompetensi inti tersebut diperlukan mengingat kemajuan
informasi dan teknologi sekarang ini, dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengetahui perkembangan pengetahuan dengan cepat.
Penjabaran kompetensi inti Kompetensi Pedagogik yang dipilih peneliti
adalah sebagai berikut :
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
Menguasai karakteristik siswa, tentu saja dimulai dari
meliputi aspek fisik yang berkaitan dengan penglihatan,
pendengaran, cacat fisik, dimana secara tidak langsung akan
berpengaruh pada perlakuan guru agar tidak terkesan
membedakan. Kedua, aspek intelektual juga perlu diperhatikan
oleh guru, karena intelektual siswa berhubungan langsung dengan
bagaimana siswa mampu menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
Ketiga, aspek psikis yang meliputi aspek sosial emosional,
moral, spiritual, dan latar belakang. Aspek psikis tersebut secara
tidak disadari penting untuk diketahui seorang guru, karena
aspek tersebut juga mampu mampu mempengaruhi
perkembangan pendidikan siswa di sekolah.
Dalam penjabaran diatas, karakteristik siswa disimpulkan
menjadi tiga aspek besar yaitu aspek fisik, aspek akademis yang
menyangkut kemampuan intelektual siswa, dan yang terakhir
yaitu aspek non akademik yaitu aspek psikis meliputi aspek
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang siswa.
Untuk aspek non akademis, yang mudah dan paling
sederhana perlu diketahui guru adalah mengenal sebagian besar
nama siswanya. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 1 dan 2 tentang Hak
dan Kewajiban tenaga kependidikan yaitu guru, yang antara lain
“Pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.”
Undang-undang diatas, secara langsung hendak menunjukkan
bahwa salah satu kewajiban guru, sebaiknya mengetahui nama
sebagian besar siswanya, sehingga dapat terciptalah suasana
belajar yang dialogis dan menyenangkan. Sebab seorang siswa
akan lebih merasa dihargai dan terasa menyenangkan jika
gurunya sering memanggil nama mereka.
Carl Rogers, seorang psikologis yang beraliran humanistik,
yang mengemukakan tentang pentingnya penerimaan tanpa
syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara terapis
dan klien, dalam kasus ini adalah guru dan siswa, hubungan
dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi
diri siswa (dalam Palmer, 2003).
Implikasi ajaran tersebut dalam bidang pendidikan salah
satunya menuntut perlunya perilaku guru yang menciptakan
hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai
aktualisasi diri, seperti mengenal sebagaian besar nama siswanya.
Mengindetifikasi potensi, bekal ajar awal dan kesulitan
belajar siswa pada suatu mata pelajaran yang diampu, merupakan
suatu usaha dari guru untuk mengetahui karakteristik siswa,
khususnya yang berhubungan dengan aspek akademis siswa.
belajar siswa didik terhadap mata pelajaran tertentu, dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan kurikulum, dan
perencanaan kegiatan pembelajaran.
2.Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu
Pengertian kurikulum menurut Undang undang Sistem
Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran, untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Rancangan pembelajaran bisa dilihat dalam bentuk silabus
dan RPP. Dalam perencanaan untuk setiap satu pokok bahasan
tertentu biasa digunakan silabus, sedangkan RPP merupakan
rancangan pembelajaran yang diperuntukkan untuk satu
pertemuan. Dalam penelitian ini, kurikulum atau perencanaan
pembelajaran yang dilihat oleh peneliti berupa RPP guru yang
bersangkutan.
Penerapan kurikulum KTSP di dunia pendidikan Indonesia,
menuntut guru untuk bisa mengembangkan sendiri kurikulum
yang sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing, namun
standar yang sudah ditetapkan pemerintah. Pengembangan
kurikulum merupakan sarana bagi guru yang ingin menyalurkan
kreativitas dalam menyusun kurikulum, karena seperti diketahui
dunia pendidikan dituntut untuk selalu berkembang seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin pesat.
Dalam inti kompetensi Pedagogik ini, kondisi sekolah,
kemampuan sekolah, kemampuan peserta didik merupakan
beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan guru dalam
usahanya melakukan pengembangan kurikulum. Kemampuan
pengembangan kurikulum ditunjukkan dengan kemampuan guru
menentukkan tujuan pembelajaran, menentukkan pengalaman
belajar apa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, menata
materi sesuai dengan karakteristik siswa, dan pemilihan
instrumen penilaian yang digunakan.
Pembuatan kurikulum tidak bisa terpisah dari penentuan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penentuan tujuan
pembelajaran pada hakikatnya merupakan hasil yang diharapkan
tercapai dalam setiap kegiatan pembelajaran yang direncanakan.
Adanya tujuan tersebut, dapat dijadikan indikator tingkat
keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan
dalam interaksi edukatif tujuannya memberikan arah kegiatan
dalam koridor tertentu dengan batasan batasan yang sudah lebih
dulu ditentukan pemerintah.
Setelah menentukan tujuan, guru dituntut untuk mampu
menentukan pengalaman belajar yang akan diberikan pada
siswanya. Pengalaman di sini berarti seluruh kegiatan mental
ataupun fisik yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
materi ajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pembelajaran
yang mengaktifkan siswanya seharusnya mempunyai beragam
kegiatan yang bisa dialami siswanya sebagai sebuah pengalaman,
sehingga nantinya siswa mampu aktif mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dari pengalaman belajar yang diberikan
guru.
Pengalaman belajar itu diaplikasikan dalam penggunaan
berbagai metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam
kegiatan pembelajaran dalam kelas, maka semakin banyak dan
beraneka ragam metode yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran dalam kelas, semakin banyak dan beragam pula
pengalaman belajar yang didapat siswa.
Kemampuan menentukan penataan materi, selanjutnya yang
perlu diperhatikan guru. Materi atau bahan ajar merupakan salah
satu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran yang
membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam
jenis materi, cakupan materi, dan urutan materi. Jenis materi perlu
diindentifikasi secara detail karena setiap materi memerlukan
strategi, media, dan evaluasi berbeda-beda, cakupan atau
kedalaman materi juga perlu diperhatikan, dengan
mempertimbangkan faktor perkembangan kognitif siswa terutama
siswa Sekolah Menengah Pertama, sedangkan urutan materi juga
perlu dipertimbangkan agar pembelajaran menjadi runtut dan
tidak membingungkan siswa.
Kemampuan terakhir yaitu kemampuan pemilihan instrument
penilaian. Kegiatan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat pencapaian dan kemajuan siswa, yang ditunjukkan dari
proses penentuan nilai pengukuran yang sudah dibandingkan
dengan acuan tertentu. Dari penjelasan diatas, setiap materi
ataupun kompetensi mempunyai standart yang berbeda-beda.
Agar dapat melihat setiap kompetensi siswa yang diharapkan,
oleh sebab itu guru dituntut untuk mampu memilih instrumen
penilaian yang dapat melihat kompetensi siswa dengan tepat.
3.Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
Setelah perancangan yang matang, kegiatan pelaksanaan
pembelajaran merupakan bagian penting lainnya yang harus
diperhatikan oleh guru. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam
sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan, maka diharapkan
pendidikan IPA dapat menjadi wahana untuk mempelajari alam
dan perkembangannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, proses pembelajaran IPA di SMP/MTs
menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, maka
diharapkan pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir,
bekerja, dan bersikap ilmiah.
Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu kegiatan
pembelajaran yang menekankan siswa secara aktif dilibatkan dan
akhirnya menemukan pengetahuannya sendiri. Jadi pembelajaran
secara inkuiri berarti pembelajaran yang bukan berpusat pada
guru, melainkan pada siswa, dimana pengetahuan tersebut
dikonstruksi sendiri oleh siswa.
Selain metode yang digunakan dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, dibutuhkan juga sarana pembelajaran yang mampu
mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu
sarana itu berupa media pembelajaran yang mampu membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak,
memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. Media
Dalam suatu kegiatan pembelajaran, dalam RPP dibagi dalam
beberapa tahapan kegiatan, kegiatan apresepsi, dimana siswa
dikondisikan dalam kegiatan belajar dan siap menerima pelajaran.
Kedua, kegiatan inti, kegiatan dimana guru mulai melakukan
kegiatan belajar secara utuh dan inti, dan yang terakhir, kegiatan
penutup yang berisi tentang menyimpulan seluruh rangkaian
pembelajaran yang sudah dilakukan, dan pemberian tugas.
Namun dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak
semua rencana pembelajaran yang tertuang dalam perancangan
pembelajaran dapat terwujud. Kenyataan bisa berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi, baik siswa, guru, dan lingkungan.
Diperlukan suatu alternatif tindakan yang disebut Keputusan
Transaksional, yang berarti keputusan atau tindakan sebagai
akibat dari kenyataan yang tidak sesuai dengan keadaan yang
dibayangkan saat membuat perancangan pembelajaran.
Keputusan Transaksional biasa muncul karena adanya interaksi
guru dengan siswa maupun interaksi antar siswa selama kegiatan
pembelajaran.
4.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
Era Globalisasi saat ini semakin pesat perkembangannya,
teknologi komunikasi, dan teknologi informasi. Pengaruh
perkembangan diatas secara tidak langsung juga berdampak
dalam bidang pendidikan khususnya di negara kita. Menurut
Mulyasa (2009) penggunaan teknologi dalam pendidikan dan
pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau
mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Pengaruh kemajuan
teknologi dalam bidang pendidikan, membuat guru dituntut untuk
memiliki kemampuan menggunakan teknologi tersebut dalam
persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan fasilitas
dalam bidang teknologi juga mempermudah siswa memperoleh
informasi bahan ajar dan kemudahan memahami pelajaran.
5.Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Salah satu kegiatan pembelajaran yang tidak bisa dilupakan
adalah kegiatan evaluasi dan penilaian, baik pada hasil belajar
maupun bagi proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi yang
dimaksudkan melihat kembali semua kelebihan, terutama
kekurangan, yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai tolak ukur
untuk menuju ke arah perbaikan.
Pada proses penilaian, guru tidak cukup hanya menggunakan
satu jenis penilaian. Banyaknya aspek dalam diri siswa yang
meliputi kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap
penilaian. Guru diharapkan dapat menggunakan beragam jenis
penilaian yang sesuai dengan aspek siswa yang ingin diukur.
Keberagaman jenis penilaian itu, guru semakin dituntut untuk
lebih dapat merencanakan instrumen penilaian mana yang harus
digunakan, dan mempersiapakannya secara matang, sehingga saat
penilaian dan evaluasi, semua aspek yang ingin diukur, dapat
terukur sesuai dengan yang dimiliki setiap anak didik.
Penilaian juga akan mendapatkan hasil yang optimal, jika
pada perancangan juga dipikirkan secara matang, aspek apa saja
yang akan dinilai. Penentuan aspek yang dinilai membantu proses
pemilihan jenis penilaian, dan memudahkan proses penilaian,
meminimalkan aspek yang terlewatkan untuk dinilai ataupun
menghindarkan hasil penilaian yang tidak sistematis.
Setelah mengetahui prinsip penilaian dan aspek yang dinilai
sudah ditentukan, guru pastinya diharapkan mampu menyusun
prosedur penilaian secara sistematis. Kapan jenis penilaian yang
satu digunakan untuk menilai salah satu aspek tertentu harus
diperhitungkan secara matang, agar nantinya hasil penilaian dapat
digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa,
sejauh mana kompetensi siswa, dll.
Pengembangan instrumen penilaian juga sangat diperlukan,
mengingat sekarang ini, zaman sudah berkembang, lebih banyak
berhasil di didik. Guru diharapkan mampu mengembangkan,
minimal menggunakan secara bersamaan jenis penilaian yang
sudah ada.
Hasil dari penilaian tentu tidak langsung dapat
menggambarkan hasil perkembangan siswa, perlu proses analisis.
Proses analisis hasil penilaian berguna bagi berbagai tujuan,
selain dapat melihat perkembangan siswa, juga dapat digunakan
sebagai data keberhasilan sekolah dalam membantu mendidik
siswa.
D. Pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap Kompetensi
Pedagogik guru
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang berbicara tentang standar profesi keguruan, guru sekarang
dituntut menjadi guru yang profesional. Dikatakan guru profesional jika
guru tersebut menguasai minimal empat (4) kompetensi yang ditentukan
oleh pemerintah, salah satu diantaranya adalah Kompetensi Pedagogik.
Menurut Mulyasa (2004 : 37- 38), kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
perbuatan. Tanpa mengabaikan kompetensi yang lain, kompetensi
pedagogik dianggap penting terutama dalam pembelajaran formal, karena
tidak dapat dipungkiri sebagian besar waktu siswa dihabiskan dalam kelas
Faktor internal yang mempengaruhi kompetensi guru diantaranya adalah
latar belakang pendidikan dan pengalaman. Dalam jurnalnya Khalid (2006)
mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam
menentukan kualitas guru, karena para ahli sudah sepakat bahwa
penguasaan pengetahuan dalam bidang pengajaran merupakan ciri paling
penting dalam pengajaran guru.
Pengetahuan tentang dalam bidang pengajaran bisa didapat dari hasil
pendidikan guru saat masih di bangku kuliah. Guru yang memiliki latar
belakang pendidikan keguruan telah mendapat bekal pengetahuan tentang
pengelolaan kelas, proses belajar mengajar, yang masuk dalam mata kuliah
keahlian berkarya (MKB) dalam kurikulum jurusan pendidikan matematika
dan IPA. Mata kuliah MKB ini, menurut Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional tahun 2000 Nomor 232/U/2000 pasal 9 butir (c) bertujuan untuk
memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian
dalam berkarya di masyarakat.
Selain pengetahuan tentang cara mengajar bisa didapat dari pendidikan
formal yang sudah ditempuh, pengetahuan itu juga bisa didapat dari
pengalaman mengajar. Menurut Mansur Muslich (2007:13)
“Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang”
Terdapat beberapa indikator pengalaman mengajar menurut Basu Swasta
dan Ibnu Sukotjo (1998:282) yaitu pengalaman mengajar dari hasil
kerja merupakan faktor yang mendukung proses bekerja seorang semakin
lama waktu dalam bekerja, seorang guru akan dapat mengukur
kemampuannya dalam bekerja lebih baik.
Perbedaan guru senior dan guru muda dalam penelitian ini, berdasarkan
pada lama masa kerja guru, semakin lama seseorang bekerja menyebabkan
guru mengalami pengalaman yang lebih banyak dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran termasuk permasalahan yang mungkin akan terjadi
saat pembelajaran. Pengalaman mengajar merupakan sebuah pengetahuan
yang diperoleh sebagai hasil dari interaksi intensif guru dengan siswa dan
faktor sekitar tempat kerja. Pengalaman guru banyak bergantung kepada
ingatan dan tafsiran terrhadap pengalaman pengajaran terdahulu dan
berkaitan (Gits & Mitchell, 1992). Pengalaman lamanya masa kerja juga
dilengkapi dengan adanya pelatihan dan pendidikan yang didapat guru
selama menjabat sebagai guru yang biasanya diadakan oleh pemerintah
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat nonparticipan
observation, secara khusus merupakan penelitian natural observation, dimana
peneliti meneliti subyek dalam setting natural. Penelitian ini berdasarkan
tujuannya, merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menekankan pada
keadaan sebenarnya, peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, tetapi
lebih melihat dari luar, tidak memanipulasi apapun, hanya mengamati,
mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2007:155).
B.Subyek Penelitian
Guru SMP berjumlah tiga orang yang terdiri dari dua guru senior dan
satu guru muda dari dua sekolah yang berbeda. Guru senior merupakan guru
dengan pengalaman kerja lebih dari lima tahun, sedangkan guru muda
merupakan guru dengan pengalaman kerja kurang dari lima tahun.
C.Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Oktober - November 2012
D.Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa catatan lapangan (fieldnotes), transkrip
wawancara, dan transkrip rekaman video proses belajar. Fieldnotes diperoleh
dari observasi langsung saat pengambilan data. Transkrip wawancara diperoleh
dari wawancara dengan guru fisika yang bersangkutan. Transkrip rekaman
video proses pembelajaran diperoleh melalui observasi langsung yaitu dengan
menggunakan handycam.
E.Instrumen Penelitian
1. Pertanyaan Wawancara
Kegiatan wawancara juga dilakukan dalam penelitian ini. Menurut
Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang telah
ditentukan.
Dalam wawancara, peneliti mempergunakan jenis wawancara
terpimpin, dimana wawancara ini dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan
wawancara. Panduan wawancara yang dibuat oleh peneliti berupa
point-point pertanyaan mengenai pengetahuan guru mengenai kompetensi
pedagogik setelah peneliti melihat berulang-ulang rekaman video
2. Catatan lapangan (Fieldnote)
Penelitian ini, juga digunakan Fielnote yang merupakan catatan
lapangan, semua catatan tertulis tentang segala sesuatu yang didengar,
dialami, dilihat, dipikirkan, dan direfleksikan oleh peneliti (Suparno,
2007:118). Fieldnote yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
fieldnote deskriptif, dimana peneliti berusaha secara obyektif merekam
detail apa yang terjadi di lapangan. Aspek deskriptif tersebut meliputi :
- Gambaran obyek
- Deskripsi setting fisik
- Jumlah kejadian khusus, siapa dan bagaimana keterlibatannya
- Deskripsi kegiatan-kegiatan
3. Tiga alat perekam
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan observasi yang
membutuhkan kamera digital, handy-cam, dan perekam suara. Menurut
Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan. Dalam penelitian ini, observasi yang
dilakukan peneliti merupakan observasi tak berstruktur, yang berarti
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data diperoleh melalui observasi secara langsung
dengan menggunakan bantuan handycam serta wawancara dengan guru fisika
yang menjadi subyek penelitian. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
mengamati peristiwa-peristiwa yang muncul selama melaksanakan proses
pembelajaran yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru. Kemudian
tindakan yang menunjukkan kompetensi guru tersebut dicatat dan menjadi data
penelitian. Kemudian pada waktu yang sama dilakukan perekaman proses
pembelajaran menggunakan handycam yang dilakukan oleh pathner peneliti.
Kegiatan observasi pembelajaran dilakukan di dalam kelas dan juga di
laboratorium. Selain melakukan observasi, peneliti juga menggunakan
wawancara untuk memperoleh informasi lebih lengkap mengenai kompetensi
pedagogik guru dalam proses pembelajaran.
G.Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini tahapan dalam proses menganalisis data adalah sebagai
berikut :
1. Transkrip rekaman video
Rekaman video pembelajaran yang sudah didapat, diputar secara
berulang-ulang untuk menemukan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan
kompetensi guru yang diharapkan. Setelah itu peristiwa yang
menunjukkan kompetensi guru yang diharapkan ditranskip dalam bentuk
kompetensi guru dijadikan topik data, dimana topik data adalah deskripsi
singkat mengenai makna tertentu yang sesuai dengan yang diteliti. Proses
pemutaran video dilakukan secara berulang-ulang untuk menghindari
adanya peristiwa yang menunjukkan kompetensi guru terlewatkan. Untuk
meningkatkan validitas peneliti melakukan pengecekan ulang dalam
pembuatan transkip.
2. Kategorisasi data
Proses membandingkan suatu kejadian (data) satu dengan yang lain,
sehingga dapat dikategorikan atau dikelompok-kelompokkan. Data yang
sudah mempunyai kesamaan isi maka akan dikumpulkan dan ditentukan
suatu gagasan abstrak yang mewakili. Gagasan abstrak inilah yang disebut
dengan kategori dalam data. Setelah diperoleh pengkategorian data, pada
bagian ini dijelaskan alasan atau yang menjadi dasar dari setiap tindakan
yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Alasan atau pengetahuan
yang mendasari setiap tindakan yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran diperoleh melalui wawancara dengan guru yang
bersangkutan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mendeskripsikan tindakan guru
fisika terkait dengan kompetensi pedagogik dengan inti kompetensi
sebagai berikut :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
b. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu
c. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran
e. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Penarikan kesimpulan bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yang
ada dalam penelitian yang didasarkan pada transkrip video dan wawancara
29
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua Sekolah Menengah Pertama Swasta di
kota Yogyakarta. Adanya guru senior atau guru muda di kedua sekolah
tersebut, yang menjadi alasan peneliti memilih melaksanakan penelitian di
kedua SMP itu. Ketiga guru yang menjadi subyek penelitian mempunyai
persamaan yaitu sama-sama mengampu atau mengajar Fisika di kelas tujuh
(VII), untuk guru A sebagai guru muda, kelas VII.1 dan VII.2 dipilih
sebagai kelas yang diobservasi, untuk guru B sebagai guru senior pertama,
kelas VII.F yang dipilih, sedangkan untuk guru C sebagai guru senior yang
kedua, kelas VII.A yang dipilih. Untuk guru A sebagai guru muda, alasan
dipilih dua kelas kerena menurut informasi guru yang bersangkutan, kedua
kelas yang diajarnya itu mempunyai perbedaan, diantaranya tingkat prestasi
dan kondisi keadaan kelas.
Guru A sebagai guru muda, pengalaman mengajar guru baru sekitar
satu tahun, untuk guru B sebagai guru senior pertama, pengalaman mengajar
sudah dimulai dari sejak tahun 1994 sampai sekarang. Pengalaman
mengajar guru B, juga bisa dikatakan bervariasi, guru B pernah menjadi
guru di daerah pedalaman Kalimantan, sebelum akhirnya menjadi guru di
pulau Jawa, khususnya di kota Yogyakarta. Sedangkan untuk guru C, guru
sampai sekarang, sebelum di Yogyakarta, guru C juga pernah mengajar di
luar daerah di Pulau Jawa.
B.Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal akhir bulan Oktober
sampai awal November. Pelaksaanaan penelitian dilakukan dengan
menyesuaikan jadwal antara ketiga guru yang dijadikan subyek penelitian.
Observasi awal untuk masing-masing kelas ketiga guru, tidak dilakukan
karena peneliti mengejar agar materi yang disampaikan ketiga guru masih
dalam materi yang sama.
Pengambilan data yang dilakukan dengan cara observasi kegiatan
pembelajaran di kelas. Pengambilan data masing-masing kelas dari ketiga
guru dijadwalkan dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, namun untuk
satu guru muda (guru A) diadakan lima kali pertemuan, pengambilan data
pada pertemuan terakhir dilakukan pada kelas yang berbeda, karena satu
guru muda tersebut mengajar di dua kelas yang berbeda. Kegiatan
wawancara dilakukan terlebih dulu didiskusikan bersama guru, dengan
mempertimbangankan waktu senggang guru yang bersangkutan.
Tabel 4.1 Jadwal kegiatan observasi kegiatan pembelajaran di kelas
Hari/Tanggal
Pengambilan data
Nama Guru
Guru A (muda) Guru B (senior) Guru C (senior)
Senin,
22 Oktober 2012
Kelas VII.2
(08.00 – 09.00)
23 Oktober 2012 (07.00 – 08.30)
Dilihat dari table diatas, Guru C (senior) hanya bisa diobservasi dua kali, hal
ini dikarenakan jadwal bertumbukan dengan jadwal guru A dan B,
sedangkan kalau peneliti melakukan penelitian setelah guru A dan B selesai,
kelas yang diampu guru C sudah pindah materi ke materi Biologi.
Data diambil juga dengan melakukan kegiatan wawancara untuk lebih
masing-masing guru. Kegiatan wawancara dilakukan dengan
kesepakatan-kesepakatan dari guru mengenai izin dan jadwal pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada tabel dibawah ini
Tabel 4.2 Jadwal kegiatan wawacara guru
Guru A Rabu, 28 November 2012
Guru B Jumat, 30 November 2012
Guru C Senin, 3 Desember 2012
C.Hasil Penelitian
Selama pelaksanaan, pemgambilan data melalui observasi kegiatan
pembelajaran dan wawancara obyek, maka didapatkan data penelitian
sebagai berikut :
1. Catatan Lapangan (Fieldnotes)
Catatan lapangan merupakan hasil tulisan peneliti yang berisi
kegiatan-kegiatan penting mengenai apa yang dilakukan guru ketika proses
pembelajaran dalam kelas. Fieldnotes digunakan mendokumentasikan
data yang diperoleh dilapangan, dan melengkapi data yang tidak terlalu
jelas terekam dalam handy-cam.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai profil kompetensi pedagogik guru dalam proses
berulang-ulang hasil rekaman, dan kemudian mentranskripnya dalam
bentuk tulisan untuk menemukan profil kompetensi pedagogik guru.
3. Rekaman video
Rekaman video digunakan untuk melihat profil kompetensi pedagogik
guru yang terekam dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas. Sama
halnya dengan wawancara, rekaman video diulang-ulang dan kemudian
ditranskrip dalam bentuk tulisan
D.Analisis Data
Kegiatan analisis data di lakukan setelah semua data yang berasal dari
wawancara dengan masing-masing guru dan rekaman video kegiatan
pembelajaran di kelas. Rekaman hasil wawancara diputar berulang-ulang
dan ditranskrip kemudian diubah dalam bentuk tulisan yang nantinya akan
menujukkan profil kompetensi masing-masing guru.Begitu juga untuk hasil
rekaman video, diputar berulang-ulang dan ditramskrip kemudian diubah
dalam bentuk tulisan untuk mengindetifikasi profil kompetensi pedagogik
guru yang terlihat dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
E.Pembahasan
Sebagai seorang pendidik yang mempunyai peranan penting dalam
perkembangan siswanya khususnya di sekolah, guru diwajibkan oleh negara
berkompeten dalam empat kompetensi, salah satunya kompetensi
mengelola pembelajaran peserta didik, atau yang lebih dikenal dengan ilmu
pendidikan yang bersifat terapan yang membahas masalah bagaimana
mendidik siswa dalam praktek pembelajaran di sekolah.
1. Profil kompetensi pedagogik guru
Profil kompetensi pedagogik guru yang yang menjadi subyek
penelitian dalam kegiatan pembelajaran, dijabarkan ke dalam beberapa
kompetensi inti dari kompetensi pedagogik yang diwajibkan pemerintah,
yang dapat dilihat dalam pembahasan berikut
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosinal, dan intelektual
a.1). Pendapat guru tentang karakteristik peserta didik yang perlu
diketahui
Setiap guru mempunyai pengertian dan pemahaman berbeda
mengenai apa saja yang perlu diketahui menyangkut karakteristik
peserta didiknya. Kemampuan guru dalam menguasai karakteristik
peserta didik ini, bersumber dari pengetahuan dan pemahaman,yang
diperoleh dari pendidikan ataupun pengalaman masing-masing individu
guru.
Menurut guru A, hal yang perlu diketahui dari diri peserta didik
antara lain aspek kognitifnya, psikomotoriknya, dan afektifnya namun
yang menjadi prioritas guru A adalah sikap peserta didik, seperti yang
“Ya itu, psikomotorik. afektif, sama kognitif”
Bagi Guru B, yang paling penting diketahui dari diri peserta didik
adalah kesiapan anak untuk belajar, menurut guru B kesiapan itulah
yang akan beperan dalam pengembangan proses pembelajaran itu
sendiri, seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut
“Yang sangat penting bagi anak adalah kesiapan untuk belajar, ya kesiapan untuk belajar itu menerima dan mengembangkan dari pembelajaran itu sendiri, itu yang paling penting”
Untuk guru C, guru C berpendapat bahwa yang harus diketahui dari
dalam diri peserta didik adalah perkembangan usia, mental, dan
penguasaannya yang nantinya juga menjadi suatu pertimbangan agar
nantinya peserta didik bisa berkembang sesuai dengan dirinya selama
proses pembelajaran, seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara
berikut
“Oh perkembangan, perkembangan usia sama perkembangan mental, sama perkembangan penguasaannya jadi kita harus tahu”
Pemahaman masing masing guru di atas, sudah mencakup beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam diri peserta didik, yaitu aspek
fisik, aspek akademik, dan aspek non akademik. Ada guru yang
mengatakan perlu memahami aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan
aspek afektif, dimana ketiga aspek tersebut juga merupakan
aspek-aspek penilaian peserta didik. Dalam aspek-aspek kognitif dan psikomotorik,
guru dapat memahami aspek akademik peserta didik, sedangkan aspek
psikomotorik dan afektif, guru dapat memahami aspek non akademik
Ada guru juga pemahaman peserta didik yang paling penting
adalah kesiapan belajar. Kesiapan belajar masuk dalam aspek psikis,
yang menyangkut kesiapan peserta didik menerima pelajaran, selain itu
kesiapan belajar juga masuk dalam aspek akademik yang menyangkut
mengembangkan pelajaran yang diterima.
Dari pendapat masing-masing guru mengenai apa saja yang perlu
diketahui untuk memahami karakteristik siswa. Guru muda
menyampaikan yang perlu di ketahui dari diri siswa adalah aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif, dimana ketiga aspek tersebut
merupakan aspek penilaian hasil belajar siswa. Berbeda dengan guru
muda, kedua guru senior lebih memperhatikan kesiapan belajar dan
tahapan perkembangan siswanya. Namun ketiga guru tersebut,
sama-sama tidak terfokus pada aspek kognitif siswa, guru lebih menekankan
pada sikap siswa dalam menerima pelajaran dan sikap siswa
bersosialisasi dengan teman
a.2). Alasan perlunya guru memahami kerakteristik peserta didik
Pemahaman dan pengertian berbeda dari masing-masing guru
mengenai hal apa saja yang penting diketahui dalam diri peserta didik
dipengaruhi oleh faktor internal guru yang meliputi dari pengetahuan
dan pengalaman guru itu sendiri. Untuk guru A, beliau beralasan aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif wajib diketahui guru karena sudah
tersebut muncul ketika beliau mendapatkan pendidikan di bangku
kuliahnya, seperti yang terlihat pada kutipan wawancara berikut
“Yaudah syaratnya toh, syarat dari kuliah (juga begitu), harusnya psikomotorik, afektif, dan kognitif”
Guru B sebagai guru senior mempunyai pendapat yang berbeda,
informasi awal dari peserta didiknya digunakan sebagai informasi awal
untuk pemetaan kondisi peserta didik secara klasikal, kondisi peserta
didik mana yang butuh perhatian khusus dan pendampingan lebih,
seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut
“Untuk memetakan jadi untuk memetakan kondisi siswa secara klasikal, jadi mana anak yang butuh perhatian khusus, kalo yang perlu pendampingan lebih…”
guru B mengungkapkan kalau kegiatan pemetaan kondisi peserta didik
itu merupakan suatu kewajiban guru untuk mengetahui kondisi peserta
didiknya, selain itu juga informasi tersebut juga merupakan tanggung
jawab guru terhadap sekolah, dan bekal guru untuk perkembangan
selanjutnya peserta didik itu sendiri. Kemampuan untuk memetakan
juga didukung dengan pengalaman beliau yang sudah mengajar
beberapa tahun, seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut
“yang pertama memang itu sudah harus dilakukan oleh seorang guru, mau gak mau memang harus tahu masing-masing siswa, yang kedua memang dibutuhkan juga untuk sekolah dan yang ketiga untuk anak itu sendiri untuk perkembangan, lalu terutama diperoleh berdasarkan pengalaman-pengalaman”
Guru C beralasan perlunya mengetahui tingkat kemampuan diri
yang sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik,
yang mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti yang diungkapkan
dalam kutipan wawancara berikut
“ya perlu, kalau saya secara pribadi ya harus tau makannya saya menyampaikan hal-hal yang sederhana saja, hal-hal yang berkaitan dengan hal yang dia kenal, tidak melampaui abstraknya dia, atau perkembangan”
Alasan diatas diungkapkan yang guru merupakan hasil dari pengalaman
guru mengajar selama beberapa tahun, seperti yang diungkapkan dalam
kutipan wawancara berikut
“pengalaman, nilainya juga, yang jelas pengalaman sehari-hari sejak sepuluh tahun saya mengajar”
Berdasarkan alasan-alasan guru diatas, diketahui bahwa guru muda
mendapatkan pengetahuan yang mendasari pendapatnya dari hasil
pendidikan di bangku kuliah, sedangkan untuk guru senior, pengalaman
beliau yang sudah mengajar lebih dari 10 tahunlah yang melatar
belakangi pengetahuan mereka mengenai pemahaman karakteristik
siswanya.
a.3). Pemahaman karakteristik peserta didik saat pembelajaran dalam
kelas
a.3).a). Pemahaman guru tentang karakteristik Non Akademik peserta
didik
Pemahaman guru tentang karakeristik peserta didik non akademik
salah satunya ditunjukkan dengan kemampuan guru mengenal atau
terhadap peserta didiknya ditunjukkan oleh masing-masing guru dalam
kegiatan pembelajaran yang dijabarkan lebih lengka dibawah ini.
Pemahaman guru A terhadap karakteristik non akademik siswa,
ditunjukkan dengan sikap guru saat pembelajaran yang sering
melemparkan pertanyaan pada siswanya dengan menunjuk langsung
siswa yang bersangkutan (memanggil namanya). Pemanggilan nama
siswa secara acak menunjukkan guru A, mengenal sebagian besar nama
siswanya. Hal itu terungkap dalam cuplikan kegiatan pembelajaran
tanggal 22 Oktober 2012 di kelas VII.2 berikut
(00.27 – 00.36)
“apa yang dimaksud dengan unsur, apa yang dimaksud dengan unsur, unsur apa?”
(00.44 – 00.45)
“yak apa, Andra yak?” (01.04 – 01.10)
“apa unsur? Lusy”
selain itu pemanggilan nama juga pernah dilakukan guru ketika guru
mengatur tempat duduk kelompok saat di laboratorium, ditunjukkan
dalam kutipan kegiatan pembelajaran tanggal 23 Oktober 2012 di kelas
VII.2 berikut
(00.00 – 02.10)
“duduk sesuai kelompok yang kemarin”
“duduk per kelompok, Arkaperkelompok mana?” “udah, tasnya gimana tasnya, tasnya ditaruh” “kamu sana, Danang sama si Dhimassini”
demikian juga untuk kelas VII lainnya yang kelasnya juga diajar oleh
dari cuplikan kegiatan pembelajaran tanggal 29 Oktober 2012 di kelas
VII.1 berikut
(00.00 – 00.15)
“apa Rizki, zat? Ulangi sik, ulangi” (00.16 – 00.24)
“Cintya, zat apa?”
Pengenalan guru A terhadap peserta didik juga menyangkut latar
belakang peserta didiknya, salah satu contohnya ada siswa yang jarang
masuk dan nilainya dari ulangan harian ke dua sampai sekarang belum
masuk daftar nilai, seperti yang terekam dalam hasil wawancara berikut
“Hanya Alexsius tadi, dari ulangan 2 sampe tadi (nilainya) belum masuk”
“Jarang masuk”
namun guru A hanya sebatas mengetahui informasinya saja, rencana
untuk memarahi siswa tersebut ada, tapi ketika dipanggil, siswanya
menghilang, jadi guru A hanya merasa kapasitasnya cukup dengan
melaporkan kejadian tersebut kepada wali kelas, menurutnya semuanya
hak wali kelas. Jika siswa yang bersangkut masih tetap tidak beres
dalam pelajaran yang diampunya, guru akan bersikap keras, seperti
yang terlihat dalam wawancara berikut
“Saya paling bilangin ke wali kelas, itu kan urusan wali kelas, saya gak berani sampe dekat sampe gimana”
“Paling bilang ke wali kelas sekali dua kali, kalo (siswanya) masih tetap (bandel) gitu, yah antepin aja, mau nilai merah ya merah, mau nilai bagus, ya bagus”
Pemahaman guru B terhadap karakteristik non akademis siswa,
siswanya, terutama siswa yang butuh perhatian khusus, seperti yang
diungkapkan dalam wawancara berikut
“Ya sebagian besar hapal tapi tidak semua, khususnya anak-anak yang butuh perhatian khusus, taruhlah misalnya butuh perhatian khusus ada beberapa siswa yang mungkin agak”
pemahaman diatas ditunjukkan saat siswa yang harus remidi yang
kedua kalinya, dipanggil untuk mengerjakan tugas khusus di luar kelas
seperti yang terekan dalam kegiatan pembelajaran tanggal 31 Oktober
2012 di kelas VII.F berikut
(02.57 – 07.21)
“Ivan, mana Ivan, kalau mau belajar dulu ya dibenahi dengan baik, sudah diberi kemudahan dengan soal yang sama”
“Terus ini, Daniel dibenahi dengan yang ini, soalnya juga sama”
“Miracle” “Robertus”
hal yang sama juga dilakukan guru ketika memindahkan posisi duduk
siswanya dikelas, seperti yangt erlihat pada kegiatan pembelajaran
tanggal 12 November 2012 di kelas VII.F berikut
(05.00- 06.50)
“Baik, ya minta Yudhacoba pindah sebelah sana” “Iya iya sana”
Untuk guru C, guru C tidak menujukkan sikap guru memahami
karakteristik siswa non akademis, pada kegiatan hafal nama ini,
misalnya menyebut nama siswanya seperti yang dilakukan guru A dan
guru B.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, mengenal atau mengetahui