• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN MATERI GLOBALISASI MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH MEDIA AMPLOP KEPINTARAN KELAS IV SD N 1 PLIKEN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN MATERI GLOBALISASI MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH MEDIA AMPLOP KEPINTARAN KELAS IV SD N 1 PLIKEN - repository perpustakaan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan rasa yang ada pada diri seseorang yang bersifat dorongan untuk melakukan sesuatu. Sagala (2010: 100) menyatakan bahwa motivasi dapat dipahami sebagai suatu objek penelitian yang digunakan untuk menumbuhkan faktor–faktor tertentu di dalam diri, yang akan membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasarannya yaitu siswa. Siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hasil yang diharapkan. Siswa harus memperhatikan informasi yang relevan, maka telah siap untuk menerima pelajaran. Sardiman (2007: 75) memaparkan motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk memperoleh suatu kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan kegiatan, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

(2)

9

menguntungkan bagi pengetahuan seorang. Sehubungan dengan hal itu menurut Uno (2011: 3) “motivasi merupakan dorongan yang

terdapat dalam diri seorang untuk melakukan aktivitas tertentu”. Disimpulkan bahwa seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tujuan sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif dan berkesinambungan sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Pengertian motivasi menurut beberapa ahli di atas merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas dan mencapai tujuan yang akan dicapai. Suprijono (2011: 163) hakikat motivasi belajar adalah dorongan dalam diri dan dari luar diri pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku seseorang. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama bahkan bersifat permanen.

(3)

10

untuk maju dan berhasil dalam belajarnya maka bisa mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah tugas utama guru selain memberikan materi berupa pengetahuan yang baru bagi siswa, guru juga harus memperhatikan, mengetahui motivasi belajar yang ada pada diri siswa. Tugas guru tidak hanya memberikan materi ajar, tetapi sekaligus sebagai fasilitator, pembimbing, teman bagi siswanya. Hal itu sangat berguna bagi guru karena jika seorang guru telah mengetahui motivasi belajar siswa maka akan mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi dengan motivasi yang ada pada diri siswa.

Siswa memiliki motivasi belajar atau tidaknya dapat di lihat dari ciri-ciri motivasi yang di paparkan oleh Sardiman (2007: 83). b. Ciri – ciri Motivasi

Ciri – ciri orang yang memiliki motivasi menurut Sardiman (2007: 83) adalah sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah (untuk orang dewasa).

4) Lebih senang bekerja mandiri

(4)

11

Pengertian tentang motivasi di atas sudah menunjukan bahwa motivasi akan mempengaruhi prestasi belajar. Sesuai yang ditulis oleh Zimmerman, Barry J (2000: 89) dalam penelitiannya bahwa: keberhasilan seseorang telah terbukti menjadi responsif (aktif) terhadap pembelajaran untuk mendapat perbaikan kualitas belajar dan menyangkut hasil belajarnya. Bukti yang sudah didasari pada penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa motivasi perannya merupakan sebagai alat yang ampuh untuk siswa dalam belajar. Motivasi akan lebih menegaskan peranannya dalam pendidikan sehingga siswa dapat memiliki keyakinan diri tentang kemampuan akademik yang dimilikinya. Motivasi secara tegas mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

(5)

12

maksud prestasi adalah hasil yang telah diperoleh saat melakukan dan mengerjakan sesuatu dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat di atas Mulyasa (2014: 189) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah “ Hasil yang di peroleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar seseorang untuk memenuhi kebutuhannya”.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses perubahan tingkah laku pada siswa menuju tingkat kedewasaan yang lebih matang yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan rumah, masyarakat, dan sekolah yang melibatkan proses kognitif dan dilaksanakan secara rutin melalui latihan atau pengalaman. Definisi prestasi dan belajar yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui latihan atau pengalaman yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang diwujudkan dalam nilai setelah mengalami proses pembelajaran di sekolah. Maka dari itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar itu sendiri karena hasil dari seseorang melakukan kegiatan belajar adalah prestasi. b. Faktor-faktor yang Mempengruhi Prestasi Belajar

(6)

13

cita cita bangsa dalam Undang Undang RI yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” maka belajar juga akan mempengaruhi bukan

hanya individu namun juga mempengaruhi kesejahteraan bangsa dan mewujudkan cita – cita Undang Undang Dasar 45. Tidak mudah untuk memberi pengertian kepada masyarakat bahwa belajar adalah hal yang penting. Prestasi belajar yang diharapkan dapat diraih, maka terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dapat terpenuhi adanya faktor-faktor prestasi belajar. Pendapat Slameto (2010: 54-74), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara garis besar terbagi menjadi 2 bagian, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Faktor Intern dan 2) Faktor eksteren.

(7)

14

3. Pembelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)

a. Pengertian PKn (Pendidikan kewarganegaraan)

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah mengemban misi utama untuk mengemban potensi–potensi siswa agar menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Adanya mata pelajaran PKn diharapkan siswa dapat mempunyai rasa Nasionalisme yang besar. Sebelum mengenal pendidikan kewarganegaraan harus mengerti dulu istilah kewarganegaraan. Winarno (2006: 49) “kewarganegaraan (citizenship) adalah

keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara”.

Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut Susanto A (2010: 225) Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di gunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya. Adanya pembelajaran PKn di sekolah dasar di harapkan dapat membentuk perilaku individu di kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu sendiri maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan juga penting untuk di ajarkan dalam sekolah dasar. Seperti yang di teliti oleh Samuel A dalam jurnalnya yang berjudul “Perceptions of teachers and learners

(8)

15

district, Zambia” berpendapat bahwa: Selain mengajar pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, nilai dan sikap, semua tujuan pembelajaran PKn juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan ke dalam kurikulum pembelajaran sebagai pengetahuan khusus. Seperti dapat dilihat dalam lingkup bagian kurikulum juga, ada lembaga pendidikan yang menganggap penting untuk masalah kewarganegaraan dalam pendidikan.

Sangat memungkinkan bila semua pengetahuan ini di masukan ke dalam program pembelajaran lainnya, karena akan bermanfaat untuk menambah sikap kewarganegaraan, demokrasi atau hak asasi manusia dalam pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) sangat penting di masukan dalam sistem pendidikan di Indonesia yang merupakan negara kesatuan dengan berbagai budaya.

b. Tujuan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)

Adanya pendidikan kewarganegaraan (PKn) juga mempunyai tujuan tertentu. Taniredja T (2013: 3) Tujuan pendidikan kewarganegaraan (PKn) yaitu :

1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan kewajiban sebagai warga negara secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga yang bertanggung jawab.

(9)

16

atasi dengan pemikiran yang berlandaskan Pancasila, wawasan Nusantara dan ketahanan Nasional dan bertanggung jawab.

3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai –nilai perjuangan serta patriotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

4. Globalisasi

a. Pengertian Globalisasi

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Globalisasi secara sederhana dapat diartikan masuknya segala sesuatu yang mengarah ke masa depan dunia. Budi H (2007: 216) globalisasi dapat di artikan sebagai proses mendunia, yaitu proses keadaan hidup yang di pengaruhi oleh perkembangan zaman dan pengaruh negara-negara maju. Globalisasi berasal dari kata global yang artinya secara umum atau keseluruhan. Sudah di jelaskan oleh para ahli di atas maka dapat di simpulkan bahwa Globalisasi adalah konsekuensi suatu akibat yang harus diterima dari perkembangan zaman di bidang teknologi, komunikasi, dan informasi yang menimbulkan pertumbuhan ekonomi, serta perubahan masyarakat menjadi modern.

b. Dampak globalisasi

(10)

17

bahwa “Adanya ketergantungan antar Negara menimbulkan bentuk

-bentuk kerjasama di segala bidang dan menimbulkan banyaknya persaingan dan konflik.” Warga Negara yang baik, harus mampu

memanfaatkan pengaruh positif dari globalisasi. Perubahan perilaku masyarakat sebagai dampak globalisasi dapat berupa dampak system, hal itu dapat dilihat melalui gaya hidup, makanan, pakaian, transportasi, komunikasi, nilai–nilai dimasyarakat, dan tradisi.

Dampak itu ada yang positif dan ada yang negatif. Berikut ini contoh Dampak globalisasi terhadap bidang–bidang kehidupan:

1) Dampak positif globalisasi :

a) Pengetahuan masyarakat semakin berkembang b) Masyarakat semakin pandai

c) Pembangunan Negara maju dengan pesat d) Komunikasi semakin canggih dan lancar e) Transportasi semakin mudah

f) Masyarakat bisa mengetahui informasi actual di seluruh dunia

2) Dampak negatif globalisasi :

a) Orang menjadi malas bekerja karena melihat acara televisi b) Bangsa Indonesia diperbudak produk–produk luar negeri c) Cara berpakaian tidak lagi sesuai dengan budaya bangsa d) Persaingan ekonomi semakin ketat

(11)

18

f) Timbulnya budaya hidup boros, dan sebagainya

Selain dari bidang kehidupan, dampak globalisasi terhadap perubahan sosial dan budaya Budi H (2007: 226) menyebutkan :

1) Goncangan sosial-budaya (Cultural and social shock) 2) Ketimpangan sosial-budaya (Cultural and social lag) 3) Kehilangan unsur sosial-budaya

4) Ketidak pastian norma, budaya

(12)

19

Penjelasan tentang dampak-dampak globalisasi maka dapat disimpulkan bahwa globalisasi tidak hanya berdampak negatif bagi kehidupan bermasyarakat namun juga dapat berdampak positif. Sehingga untuk mengetahui adanya dampak baik maupun dampak buruk harus mempelajarinnya. Sudah ketahui bahwa pembelajaran pkn materi globalisasi penting untuk di pelajari. Sebagai calon pendidik dalam mengajarkan materi globalisasi ini juga harus mengerti dan paham aspek–aspek yang akan diajarkan.

c. Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi

Globalisasi sangat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat menolak pengaruh globalisasi karena jika menolak, maka akan semakin tertinggal dalam pergaulan antar bangsa di dunia menjadi bangsa yang terbelakang. Sebaiknya sebagai warga negara juga tidak boleh menerima segala hal yang berasal dari luar sebagai sesuatu yang baik bagi bangsa. Harus lebih selektif dan kritis terhadap pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia.

(13)

20

adalah dengan membentengi diri yaitu dengan agama. Dengan agama maka dapat mengendalikan diri dari segala pengaruh.

5. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran berkelompok. Trianto (2011: 56) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep pembelajaran yang sulit jika siswa saling berdiskusi dan berkelompok dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah yang kompleks. Hakikat sosial dan penguasaan kelompok seperantara menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

(14)

21

Sejarah menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif mampu menjadikan daya tarik siswa untuk belajar. Slavin dalam (Trianto 2011: 56) menjelaskan bahwa Pada mulanya pembelajaran kooperatif muncul atas konsep bahwa kelas adalah pencerminan masyarakat. Sifat hubungan antar kelompok sebagai upaya integrasi antar ras yang merupakan kebijakan pemerintah untuk menghilangkan rasialisme. Perspektif ketiga munculnya Experiential Learning yang berasumsi bahwa : bealajar yang paling baik , yaitu : 1) bila terlibat secara pribadi dalam pengalaman belajarnya. 2) pengetahuan harus ditemukan sendiri agar memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku, dan 3) komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi apabila bebas menentukan tujuan belajar sendiri dan berusaha secara aktif mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa unsur-unsur pendekatan. Slavin dalam (Trianto 2011: 56) Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal,

(15)

22

b. Karakteristik pembelajaran kooperatif

Slavin dalam (Trianto 2011: 56) Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok tradisional. Perbedaan tersebut dapat diketahui dengan melihat pada karateristiknya masing-masing. Karateristik pembelajaran kooperatif adalah :

1) Tujuan kelompok (group goal) siswa dalam pembelajaran akan berkelompok sesuai intruksi guru.

2) Tanggung jawab individu (indvidual accountability) tanggung jawab siswa misal setiap siswa mengerjakan tugasnya masing-masing.

3) Kesempatan yang sama untuk meraih suksesan (equal opportunities for success) tidak ada pembeda, setiap siswa

mempunyai kesempatan yang sama dalam meraih kesuksesan pembelajaran.

4) Kompetisi tim (team competition) kompetisi antar kelompok. Jadi setiap kelompok dalam kelas yang sudah di bentuk akan bersaing. 5) Spesialisasi tugas (task spesialization)

6) Adaptasi terhadap kebutuhan individual (adaptation to individual needs)

(16)

23

individu yang sama dalam meraih kesuksesan dalam artian tidak ada persaingan dalam suatu kelompok itu, namun adanya persaingan dengan kelompok lain, tugas khusus dan adaptasi terhadap kebutuhan semua siswa juga menjadi karakteristik Cooperative Learning. Adanya karakteristik tersebut bisa diketahui mana pembelajaran kooperatif mana pembelajaran kelompok tradisional. Dalam pembelajaran kooperatif memang menggunakan cara pengelompokan, namun setiap siswa memiliki hak yang sama dan adaptasi dari siswa yang berbeda-beda.

c. Ciri–ciri pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri–ciri khusus. Sementara itu Arends dalam (Trianto, 2007: 47) menuliskan ciri–ciri pembelajaran koopertif sebagai berikut :

1) Siswa menuntaskan pekerjaan atau tugas dari guru dengan berkelompok.

2) Kelompok dibentuk tidak membedakan kemampuan tinggi, sedang dan rendahnya. Namun di olah agar sesuai dan seimbang.

3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam akan lebih maksimal.

(17)

24

d. Langkah–langkah pembelajaraan kooperatif

Sejalan dengan pemikiran di atas Ibrahim (2000: 11) menuliskan langkah–langkah model pembelajaran kooperatif secara umum :

Tabel 2.1.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar 2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok–kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok– kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing–masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

6. Memberikan penghargaan Guru mencari cara–cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok

(18)

25

atau tugas–tugas bersama, dan melalui penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Kemampuan sosial berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan bertanya jawab. Pembelajaran kooperatif dapat membantu menimbulkan sikap positif tentang lingkungan dan hal yang lain, meningkatkan daya kritis dan pemikiran kreatif, serta membantu mengangkat harga diri secara positif dan penghargaan karena keteladanan. Salah satu manfaat pembelajaran kooperatif disamping mencapai menguasai materi pelajaran adalah menjadi pendukung interaksi terhadap teman di sekolah.

(19)

26

tersebut menumbuhkan rasa rasa kerjasama bukan rasa individualis. Sikap toleransi dan kerja sama dapat dikembangkan dengan melatih siswa untuk bekerja sama sesuai dengan prinsip pada pembelajaran kooperatif.

Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang membimbing siswa dalam sebuah kelompok kecil dan terstruktur, yang dalam kelompok tersebut siswa dapat saling membantu, saling kerja sama, dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dapat di katakan pembelajaran yang efektif untuk sekolah dasar. Pembelajaran tidak hanya akan berfokus kepada guru.

6. Kooperatif Tipe Make A Match

Metode Make A Match tidak mengacu kepada satu siswa saja, namun tipe ini mengajarkan tentang kerjasama antar kelompok. Rusman (2014:221) berpendapat make a match merupakan salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif. Model make a match adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu make a match . Suprijono (2013: 94) menyatakan dalam bukunya, “hal – hal yang perlu di

persiapkan jika pembelajaran di kembangkan dengan Make A Match adalah menggunakan kartu-kartu. Kartu terdiri dari kartu yang berisi pernyataan-pernyataan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pernyatan-pernyataan tersebut.” Langkah berikutnya adalah guru membagi tiga

(20)

27

pembawa kartu-kartu berisi pernyataan. Kelompok dua merupakan kelompok yang berisi jawaban.

Rusman (2014:223) menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi riview (satu sisi berupa kartu soal dan satu sisi berisi jawaban).

b. Setiap peserta didik mendapat sebuah kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban).

d. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya di beri poin atau penghargaan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang diambil sebagai kajian penelitian yang diteliti oleh Muhammad Faturrahman. Berjudul “Penggunaan metode Make A Match

untuk meningkatkan motivasi belajar PKn pada siswa kelas IV SD Negeri Jetis karangpung 2”. 2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti

(21)

28

40%, siklus 1 berjumalah 13 dari 20 siswa atau 65% dan pada siklus 2 berjumalah 18 siswa atau 90% (2) memperhatikan penjelasan guru sebelum tindakan berjumlah 7 dari 20 siswa atau 35%, siklus 1 berjumalah 12 dari 20 siswa atau 60%, dan pada siklus 2 berjumlah 16 dari 20 siswa atau 80% (3) mengemukakan ide atau gagasan berjumlah 4 dari 20 siswa atau 20%, siklus 1 berjumalah 9 dari 20 siswa atau 45% dan pada siklus 2 berjumlah 14 dari 20 siswa atau 70% (4) menanyakan materi yang belum dipahami berjumalah 9 dari 20 siswa atau 45%, siklus 1 berjumlah 12 dari 20 siswa atau 60% dan pada siklus 2 berjumlah 15 dari 20 siswa atau 75% (5) tekun dalam menghadapi tugas berjumlah 6 dari 20 siswa atau 30%.siklus 1 berjumlah 14 dari 20 siswa atau 70% dan pada siklus 2 berjumlah 17 dari 20 siswa atau 85%.

2. Penelitian yang di ambil sebagai penelitian yang relevan yang di teliti oleh Febriyani Sulistiyaningsih dkk. 2013. Berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Make A Match Berbantuan Power Point Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Isomer Dan Reaksi Senyawa Hidrokarbon Kelas X Sma Batik 1 Surakarta”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

(22)

29

I siswa yang memiliki kategori tinggi sebesar 18,42% yang meningkat menjadi 86,84%. Pada kategori sedang mengalami penurunan dari 73,68% menjadi 13,16%. Hal ini juga terjadi pada kategori rendah yaitu dari 7,89% menjadi 0,00%.

Kedua penelitian diatas menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Penggunaan metode Cooperative Learning tipe Make A Match yang digunakan untuk memberi

solusi dalam kedua penelitian di atas. Kedua penelitian tersebut yang dijadikan sebagai kajian yang relevan dengan penelitian yang akan di lakukan.

C. Kerangka Pikir

(23)

30

Gambar 2.1. Kerangka pikir pendekatan kooperatif tipe Make A Match

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian toeri dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan rumusan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. penggunaan model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran PKn materi globalisasi di kelas IV SD N 1 Pliken.

2. penggunaan model Cooperative Learning tipe Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran PKn materi globalisasi kelas IV SD N 1 Pliken.

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka pikir pendekatan kooperatif tipe Make A Match

Referensi

Dokumen terkait

Photovoltaic systems can be used as an alternative emergency energy supply. in

Penelitian ini merupakan Penelitia n Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Menulis Puisi Melalui Metode Outdor Study dengan

The xpath attribute specifies the XML element/value from the given XML Document where the ref value specifies the mapping. Summary of change:  Enhances parameterization of

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pendekatan teoritis pada perancangan reaktor kimia telah dikembangkan secara sistematik dengan mengedepankan seluruh pengetahuan dalam ilmu dasar dan teknik dalam

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap terhadap budaya organisasi P.T Garudafood pada karyawan bagian Corporate Human Capital.. Aspek budaya organisasi pada penelitian

Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu

Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan dalam iklan kosmetik yang ditayangkan ditelevisi, sedangkan secara rinci ingin mendeskripsikan