• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF SIKAP TERHADAP BUDAYA ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T GARUDAFOOD BAGIAN CORPORATE HUMAN CAPITAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF SIKAP TERHADAP BUDAYA ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T GARUDAFOOD BAGIAN CORPORATE HUMAN CAPITAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Ignatius Krisna Susantyo

NIM : 049114056

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini dipersembahkan secara khusus sebagai hadiah Ulang Tahun Mama

(24 September) dan Ulang Tahun Papa (31 Oktober). Selamat Ulang Tahun Pa,

Ma, maaf kadonya terlambat, karena ketika kalian membaca ini mungkin ulang

tahun kalian sudah lewat lama. Walau begitu tidak mengurangi niatku untuk

mempersembahkan Skripsi ini sebagai bukti kesungguhanku dalam membalas

cinta kalian berdua.

-Krisna-You only got one shot, do not miss the chance to blow, this opportunity comes once in a life time. You can do everything your mind tells you

(5)
(6)

vi

Ignatius Krisna Susantyo ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sikap terhadap budaya organisasi P.T Garudafood pada karyawan bagian Corporate Human Capital. Aspek budaya organisasi pada penelitian ini antara lain adalahHuman Values, Business Ethics, Unity Through Harmony, Speed and Leading Change,danWorking Smart in a Learning Culture. Subyek pada penelitian ini adalah karyawan P.T Garudafood bagianCorporate Human Capitaldan berjumlah 60 orang, yang diperoleh dengan teknik sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala Budaya Organisasi dengan jumlah aitem sebanyak 32 aitem. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan adanya sikap yang positif terhadap Budaya Organisasi oleh karyawan. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai mean empirik yang lebih besar dari mean teoritik ( 123,67 > 96 ).

(7)

vii

Ignatius Krisna Susantyo ABSTRACT

This research aims to describe attitude toward organizational culture on corporate human capital’s employee in P.T Garudafood. The aspects of organizational culture in this research are Human Values, Business Ethics, Unity Through Harmony, Speed and Leading Change, and Working Smart in a Learning Culture. The subjects of this research were 60 employees who works in Corporate Human Capital division of P.T Garudafood, drawn by means of census method. The data obtained by using Organizational Culture Scale, that contains 32 items. Technic that used to analyze the data in this research is Descriptive Analysis Technic. Result of this research shows that there is a positive attitude toward organizational culture by the employees. This result shown by the score of empiric mean that is higher than the theoretic mean ( 123, 67 > 96 ).

(8)
(9)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga dan Yesus

Kristus atas kasih-Nya yang berlimpah, yang menjawab setiap doa dengan cara

yang inspiratif sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul Studi Deskriptif Sikap Terhadap Budaya Organisasi pada Karyawan P.T Garudafood bagianCorporate Human Capital.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukanlah hal yang

mudah untuk dilakukan. Seperti kalimat di sebuah iklan, “Setiap kali ketemu

jawabannya, ada yang mengganti pertanyaannya”, seperti itu pula keadaan yang

dialami oleh penulis, banyak sekali tantangan dan hambatan yang dihadapi pada

saat penulisan skripsi ini. Puji Tuhan bahwa Dia bekerja melalui tangan-tangan

yang ringan hati sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

tugas akhir. Oleh sebab itu penulis hendak mengucapkan terima kasih yang

mendalam kepada :

1. Antonius Heru Sulistyo dan Monika Banundari, dua manusia terhebat

sepanjang sejarah versi penulis, bahkan melebihi Einstein. Terima kasih

banyak Pa, terima kasih banyak Ma, untuk setiap jengkal cinta, dukungan dan

kesabarannya. Rasa terima kasihku untuk kalian terlalu besar, hingga aku

tidak bisa mengirimnya lewat email ataupun TiKi.

2. Bapak Minta Istana M. Psi., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

(10)

x studi.

4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M. Si., sebagai Dosen penguji 1

5. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A., sebagai Dosen penguji 2

6. Para dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang selama masa

kuliah telah mengajarkan banyak hal kepada penulis.

7. Staff sekretariat Fakultas Psikologi, mas Gandung, mbak Nanik, dan pak Gie,

Mas Doni, Mas Muji yang banyak membantu dalam urusan administrasi

akademis selama masa kuliah.

8. Sisilia “Cing-cing” Arin Palupi, adik kecilku yang lucu tapi nakal. Terima

kasih buat joke-joke nggak masuk akal yang kita buat bersama, yang bikin

tertawa terpingkal-pingkal. Semangat sekolahnya ya! Gashin, gashin, pachin,

pachin!

9. Laurentia Ratih Andhita, yang melalui kasih sayangnya yang tulus telah

memberi kekuatan dan motivasi selama penyusunan skripsi.

10. Bapak Paulus Mikael Danardono, ibu Budiyah Riyanti, mbak Ignatia Dian

Ratri, mas F.X Agung Nugroho, mas Aditya Ari Nugroho, keluarga Kelapa

Gading yang selalu mengingatkan penulis agar menyelesaikan skripsinya.

11. Keluargaku di Yogyakarta : om Wisnu, tante Wid, om Towok, tante Nana,

pakdhe Toro (Alm), budhe Mung, Ardha, Niko, Raras, Anya, Dhanes, Dhita,

(11)

xi

mungkin akan ada beberapa nama yang akan terlewat bila harus diingat juga

satu persatu. Terima kasih untuk do’a dan dukungannya.

13. Ibu Woro Sri Handayani, manajer Recruitment and Career Assessment P.T .

Garudafood, yang disela-sela kesibukannya banyak membantu penulis dalam

melakukan penelitian diHead OfficeBintaro.

14. Ibu Hanlie Muliani,Organization Development AnalystP.T Garudafood, yang

selama proses penyusunan hingga penyebaran skala telah banyak membantu.

Terima kasih banyak sudah bersedia direpotkan oleh saya yang merepotkan

ini.

15. Teman-teman di bagian Corporate Human Capital, mas Latief, mbak Eki,

mas Bayu, mbak Aya, mbak Sari, mbak Nia, mbak Vina, Erika dan mas-mas

serta mbak-mbak yang namanya tidak berhasil saya ingat, ataupun yang tidak

saya kenal, namun bantuannya sekecil apapun menjadi sangat berarti buat

saya .

16. Cornelius Siswa Widyatmoko beserta pasangannya Elisabeth Haksi Mayawati,

pasangan konsultan tempat bercerita banyak hal, mulai dari yang ilmiah

sampai dengan hal-hal yang tidak ilmiah sama sekali. Terima kasih untuk

dukungannya.

17. Sasmito Adi Singowidjojo, sahabat dalam perjalanan panjang mulai dari SMA

hingga di Yogya. Terima kasih untuk dukunganmu selalu sobat. Maaf kalo

(12)

xii For Dead.

19. Ignatius Hernu Pradiptama, sesama pembawa nama Ignatius, bung Tarot,

terima kasih untuk saran-saranmu, dan terima kasih sekali untuk sepatu

putihnya.

20. Felix Felicity Rorong di kamar 18, semangat untuk skripsinya, mate. Ingat

kata Master Yoda :“Do, or Do Not, There is No Try”.

21. Benedictus Isworohadi, good friend of mine, terima kasih buat persahabatan

selama ini.Keep fighting!

22. Fransiskus Asisi Sunar “Unno” Widiatman. Terima kasih untuk jayusannya

yang tanpa henti, yang menyentuh rekor hingga jam 2 pagi. Jayusanmu garing

bagai keripik, No. Tapi tanpamu tidak ada kisah abnormal untuk dikenang.

23. Anak-anak kost Patria baik yang masih aktif maupun sudah paripurna : bang

Gompis, mang Angga, Gaby “Eby”, Liem, Leo, Chandra, Says, Yanu, Agung,

Aji, Rio, Very, Aang, Yossie, Dedy, Kadek, Hoho, Ditto, Tyo, Henry, Ridho,

Dinar, Kura, Mamet, dan Roni.

24. Sahabat-sahabat di Jakarta : Richard Wibisono, Ignatius Yogi Oktoda,

Ignatius Daniel Radjali, Astrid Emillia Diaz, Catharina Anastasia, Servin

Theodora, Arlene Florencia, Bayu Wicaksono, Harseno, dan banyak lagi

teman-teman yang namanya tidak dapat disebutkan karena pastinya tidak

cukup bila harus dimuat semua, maaf ya. Terima kasih teman-teman, akhirnya

(13)

xiii

26. Xcalibur, laptop yang dengan setia menemani penulis bahkan kadang hingga

pagi, dengan menjadi media mengetik skripsi.

27. Canon PIXMA iP 2770 yang dengan susah payah memuntahkan tinta di kertas

hingga membentuk satu bendel skripsi.

28. Honda Kirana B6430SKV yang menjadi tunggangan penulis kemanapun

pergi, walaupun tidak selalu patuh.

29. The Hamsters : Tako, Yaki (†), Tora (†), Tori, Taki, Mako, dan Kitta (†), mahluk berbulu dan lucu yang menghibur di kala susah.

Akhir kata, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada segenap pihak yang juga telah memberikan andil dalam pengerjaan

skripsi ini namun tidak disebutkan di atas. Tuhan akan membalas segenap

kebaikan yang telah anda berikan.

Yogyakarta, 2 Desember 2010

(14)

xiv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 5

D. Manfaat Penelitian ……… 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Budaya Organisasi ... 6

1. Definisi Budaya Organisasi ... 6

(15)

xv

B. Sikap ... 22

1. Definisi Sikap ... 22

2. Faktor Pembentuk Sikap ... 23

3. Fungsi Penting Sikap dalam Organisasi ... 24

C. Sikap terhadap Budaya Organisasi ... 25

D. Pertanyaan Penelitian ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... .28

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional Budaya Organisasi ... 29

D. Subyek Penelitian... 29

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 30

1. Metode...……… ……….30

2. Alat Pengumpulan Data ...………... 30

3. Prosedur Pengambilan Data...33

F. Validitas, Uji Kesahihan Item, dan Reliabilitas...……… 34

1. Validitas... ... 34

2. Uji Kesahihan Item... 35

3. Uji Reliabilitas ... 36

(16)

xvi

1. Orientasi Kancah ... .39

2. Persiapan Penelitian ... .39

3. Perijinan Penelitian... .40

B. Pelaksanaan Penelitian ... 41

C. Hasil Penelitian ... .41

1. Deskripsi subjek penelitian....……….. 41

2. Analisis Deskriptif Data Penelitian ………... 42

3. Deskripsi Kedudukan Masing-masing Aspek Penelitian... 44

4. Deskripsi Subjek berdasarkan jabatan ... 45

D. Pembahasan ...……… 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

1. Bagi Pihak Perusahaan ... 51

2. Bagi Penelitian Selanjutnya... 51

(17)

xvii Tabel 1

BlueprintBudaya Organisasi ... 32

Tabel 2

BlueprintBudaya Organisasi Setelah Uji Diskriminasi Aitem ... 36

Tabel 3

Deskripsi Subjek Penelitian ... 42

Tabel 4

Hasil Analisis Deskriptif... 43

Tabel 5

Deskripsi Masing-masing Aspek ... 45

Tabel 6

(18)

xviii

2. Lampiran Analisis Data Budaya Organisasi...60

(19)

1

A. Latar Belakang

Banyak perusahaan yang menuai sukses karena keberhasilannya

menanamkan, menerapkan, mempertahankan dan mengembangkan budaya

yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh adalah Toyota, perusahaan

otomotif dari Jepang yang berhasil menembus pasar dunia karena

kemampuannya untuk beroperasi berdasarkan budaya yang menjadi

pedoman dan tuntunan dalam bekerja ( Liker, 2006 ). Contoh lainnya

adalah WalMart, perusahaan retail dari Amerika yang sukses karena

kemampuannya untuk mempertahankan budaya yang berasal dari

nilai-nilai utama pendirinya, Sam Walton, sejak didirikan pada tahun 1945

hingga saat ini ( Robbins, 2005 ).

Kesuksesan kedua contoh perusahaan tersebut tidak lepas dari

kesuksesan dalam mempertahankan budaya yang ada di dalamnya, yang

kemudian digunakan sebagai pedoman dalam beroperasi sehari-hari. Hal

ini mengindikasikan bahwa budaya organisasi adalah sebuah hal yang

penting bagi perusahaan dalam perjuangannya mencapai kesuksesan.

Budaya organisasi bertujuan untuk mengarahkan perilaku anggota

(20)

bahwa budaya perusahaan bertujuan untuk membimbing setiap individu ke

arah yang sama dengan pola pikir yang sama, yang sesuai dengan tujuan

didirikannya perusahaan. Dengan kata lain, budaya organisasi akan

menjadi tuntunan bagi karyawan untuk menimbang hal-hal apa yang

sebaiknya dilakukan, dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan (Staw, 1991)

Selain sebagai penuntun, budaya juga digunakan sebagai sarana untuk

mencari karyawan yang sesuai dengan budaya yang ada diperusahaan

(Robbins, 2005). Diharapkan dengan adanya proses seleksi tersebut

perusahaan akan mendapatkan karyawan-karyawan yang memiliki

kongruensi budaya dengan budaya yang dimiliki perusahaan.

Permasalahan muncul ketika perusahaan berhadapan dengan

karyawan sebagai manusia, yang tentunya memiliki budaya sendiri. Sangat

mungkin didapati adanya perbedaan antara budaya yang ada di perusahaan

dengan budaya yang ada dalam diri masing masing karyawan. Tinggi

rendahnya tingkat penerimaan karyawan terhadap budaya perusahaannya

akan sangat mempengaruhi dinamika kerja yang terjadi antara karyawan

dengan perusahaan dimana dia bekerja.

Penerimaan terhadap budaya perusahaan oleh karyawan berarti

bahwa budaya yang terdapat didalam perusahaan akan mempengaruhi

pandangan karyawan terhadap perusahaannya. Bila budaya perusahaan

diterima dengan baik oleh karyawan maka hal tersebut akan meningkatkan

performansi, dan komitmen dari karyawan terhadap perusahaan. Dampak

(21)

memunculkan rasa tanggung jawab yang tinggi dari karyawan terhadap

pekerjaannya, serta meningkatkan kinerja mereka tanpa perlu diawasi oleh

pihak manajerial ( Robbins, 2005 ). Berkebalikan dengan hal tersebut,

budaya yang tidak diterima dengan baik oleh karyawan akan membuat

suasana kerja menjadi tidak kondusif dan hal ini akan memunculkan

gangguan pada kinerja organisasi. Tingkat penerimaan yang rendah juga

akan memunculkan perilaku yang menyimpang, yang akan berdampak

pada rendahnya performansi, serta meningkatkan kerugian perusahaan

akibatturn over.

Sebelum budaya tersebut diterima oleh karyawan, maka tentunya

karyawan akan memiliki sikap tertentu terlebih dahulu terhadap budaya

yang ada tersebut. Sikap sendiri memungkinkan seseorang untuk menilai

positif-negatif suatu objek, dan juga memungkinkan seseorang untuk

mengevaluasi suatu hal. Hasil penilaian dan evaluasi inilah yang nantinya

akan menentukan bagaimana respon karyawan terhadap budaya organisasi

yang ada di perusahaan tempat dia bekerja.

Tugas HRD sebagai divisi yang bertanggung jawab dalam usaha

mempertahankan budaya menjadi penting. Terlebih lagi mengingat fakta

bahwa tugas HRD pulalah untuk menginternalisasikan budaya perusahaan

kepada seluruh karyawan, maka akan menjadi semakin penting bagi

karyawan di divisi tersebut untuk memiliki sikap positif terhadap budaya

yang ada di perusahaannya sebelum akhirnya menyebarkannya kepada

(22)

budaya organisasi, maka pada saat melaksanakan tugasnya akan dapat

menyampaikan budaya tersebut sesuai dengan yang dimaksudkan dari

perusahaan, serta menjadi contoh bagi karyawan lain.

Berkaca dari fakta perusahaan-perusahaan besar yang sukses

karena budayanya, serta melihat fungsi dari budaya perusahaan dan

dampaknya terhadap performa perusahaan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa suksesnya sebuah perusahaan dimungkinkan karena adanya

penerimaan terhadap budaya perusahaan oleh para karyawannya.

Kesuksesan tersebut tentunya tidak lepas dari kontribusi divisi HRD dalam

menjalankan tanggung jawabnya untuk mempertahankan keberlangsungan

budaya perusahaan, yang tentunya harus dilandasi dengan sikap positif

terhadap budaya perusahaan itu sendiri. Berdasarkan hal inilah peneliti

tertarik untuk mendeskripsikan bagaimanakah sikap karyawan perusahaan

terhadap budaya organisasi yang dalam penelitian ini dipilih P.T

Garudafood Putra Putri Jaya ( P.T GPPJ ) bagian Corporate Human

Capital, yang merupakan divisi HRD dari perusahaan tersebut.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah sikap karyawan P.T GPPJ bagianCorporate Human

(23)

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan sikap terhadap budaya organisasi pada karyawan

P.T GPPJ bagianCorporate Human Capital.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah bahasan mengenai sikap terhadap budaya

perusahaan pada diri karyawan

b. Menambah kajian bagi ilmu Psikologi terutama dalam

Psikologi Industri dan Organisasi

2. Manfaat Praktis

Menjadi sumber data baru bagi perusahaan sebagai acuan

(24)

6

A. Budaya Organisasi

1. Definisi

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli dalam upaya

menjelaskan Budaya Organisasi. Definisi dari budaya organisasi sendiri

seringkali tertukar dengan definisi iklim organisasi. Dalam analisisnya

terhadap isu ini, Denison ( dalam Armstrong, 2003 ) menyatakan bahwa

iklim organisasi mengacu kepada aspek lingkungan dari budaya yang

secara sadar dipahami oleh anggota organisasi. Sedangkan budaya

organisasi mengacu kepada struktur organisasi yang dalam, dan berakar

dari nilai, keyakinan, dan asumsi yang juga dimiliki oleh anggota

organisasi. Nilai-nilai dan keyakinan ini seringkali tidak terungkap secara

langsung, tetapi hal ini kemudian akan mendasari bagaimana organisasi

menjawab tantangan yang muncul di dalam maupun di luarnya.

Budaya organisasi adalah pembentuk identitas dari organisasi itu

sendiri ( Ndraha, 2003 ), sehingga dengan demikian budaya organisasi

yang terdapat di setiap organisasi ataupun di setiap perusahaan akan

berbeda satu dengan yang lainnya. Walaupun merupakan pembeda, tetapi

budaya secara umum akan memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Ini

(25)

dunia menurut majalah fortune. Survey tersebut menemukan bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut sama-sama mengedepankan budaya

integritas, kepuasan pelanggan, dan kerja tim ( Kompas 22 Maret 2008 ).

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi

memiliki sifat yang umum sehingga memiliki kesamaan di berbagai

tempat, sekaligus juga memiliki sifat khusus yang menjadi ciri khas

masing masing organisasi dan berbeda dengan organisasi lainnya.

Budaya organisasi merupakan kumpulan nilai yang dianut dalam

organisasi dan mendasari bagaimana mengelola dan mengorganisir

organisasi tersebut ( Miller, 1987 ). Selain itu budaya juga merupakan

sebuah hal yang selalu di share kan oleh seluruh anggotanya ( Dipboye

et.al, 1994 ). Dengan kata lain budaya organisasi adalah sebuah hal yang

di-sharekan oleh seluruh anggota dari organisasi mulai dari atasan hingga

bawahan, yang kemudian dijadikan panduan untuk mengarahkan

organisasi.

Kedua hal tersebut serupa dengan definisi yang diberikan oleh

Schein (2004) terhadap budaya organisasi, yaitu sebuah pola dari asumsi

dasar bersama yang dipelajari oleh sebuah organisasi saat organisasi

tersebut menyelesaikan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal,

yang berfungsi cukup baik untuk dianggap valid, dan juga untuk kemudian

diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang sesuai untuk berpersepsi,

berpikir dan merasa dalam hubungannya dengan masalah tersebut. Dari

(26)

yang ada, dan memahami bagaimana mereka diharapkan untuk bertindak

dan berperilaku.

Budaya tidak hanya sebatas pada nilai-nilai dan asumsi saja, tetapi

juga termanifestasikan dalam banyak bentuk. Menurut American

Management International (dalam Kreitner & Kinicki 2001 ) menyebutkan

bahwa dari budaya yang merupakan pemahaman bersama, akan

menghasilkan benda, perkataan, perilaku, dan emosi yang muncul di

dalam kehidupan bersama dalam organisasi.

Dari keseluruhan definisi yang diuraikan tersebut diatas maka dapat

disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah sebuah pedoman yang

berasal dari nilai-nilai dan keyakinan yang dianut bersama oleh seluruh

anggota organisasi, yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola dan

mengorganisir perusahaan, serta digunakan untuk menghadapi permasalah

eksternal yang dihadapi organisasi dan usaha untuk mengintegrasikan

seluruh anggota yang ada didalamnya.

2. Proses terbentuknya Budaya Organisasi

Schein (2004) menyebutkan bahwa pada dasarnya budaya organisasi

memiliki tiga sumber. Pertama adalah keyakinan, nilai, dan asumsi dari

pendiri organisasi, kedua adalah pengalaman belajar yang diperoleh

anggota organisasi dalam perkembangan organisasi tersebut, dan yang

ketiga adalah keyakinan, nilai, dan asumsi baru yang dibawa oleh anggota

(27)

Dalam risetnya, Tosi, Rizzo, Carroll (1994), mengatakan bahwa

terdapat empat faktor yang mempengaruhi budaya organisasi :

a. Pengaruh umum dari luar

Mencakup faktor faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya

sedikit dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh

organisasi, seperti lingkungan alam, dan kejadian-kejadian bersejarah

yang membentuk masyarakat. ( Terkait dengan sejarah Raja-raja

dengan nilai-nilai Feodalisme ).

b. Nilai-nilai masyarakat dan budaya nasional

Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari

masyarakat luas. Misalnya adalah kebebasan individu, kolektivisme,

kesopansantunan, kebesihan, dan sebagainya.

c. Unsur-unsur khas dari organisasi

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam usaha

mengatasi baik masalah-masalah eksternal maupun masalah-masalah

internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian atau solusi yang

jitu. Dalam proses hingga memperoleh penyelesaian tersebut banyak

aspek yang terlibat, terutama manusia-manusia yang terdapat

didalamnya, dan banyak juga unsur-unsur keyakinan serta nilai-nilai

yang dikeluarkan, sehingga keberhasilan dari solusi final permasalahan

(28)

d. Nilai-nilai dasar dari koalisi dominan

Sebagaimana sebuah organisasi, apapun bentuknya, selalu diawali

oleh beberapa orang yang berkumpul dan membentuk suatu wadah

atau organisasi yang memiliki tujuan khusus. Para pendiri organisasi

ini biasanya disebut sebagai The Founding Fathers, yang dalam

menentukan tujuan dari wadah atau organisasi yang dibentuknya

selalu memasukkan nilai-nilai pribadi yang dianutnya, sehingga hal

tersebut menjadi cerminan bagi terbentuknyafundamental belief bagi

wadah atau organisasi yang akan terbentuk. Schein (2004)

memperkuat pendapat bahwa pendiri organisasi memiliki pengaruh

yang besar terhadap pembentukan budaya organisasi. Pendiri

organisasi tidak hanya menentukan misi dasar dan konteks lingkungan

dimana organisasi yang dibentuknya akan beroperasi, tetapi juga

menentukan anggota organisasi yang akan diterima, serta menentukan

respon-respon dasar yang nantinya akan digunakan organisasi dalam

usahanya mencapai kesuksesan dan keberhasilan mengintegrasikan

diri.

Budaya yang terdapat di dalam sebuah organisasi biasanya berasal

dari filosofi dan nilai-nilai dasar yang dimiliki oleh pendiri organisasi atau

the founding father( Robbins, 2005 ). Schein (2004) dalam penjelasannya

mengenai terbentuknya budaya organisasi juga menyatakan hal yang

(29)

bahwa pendiri perusahaan memiliki visi pribadi, tujuan, keyakinan, nilai,

dan asumsi mengenai bagaimana sesuatu harus dijalankan. Kemudian hal

tersebut diturunkan kepada anggota perusahaan tersebut, dan bila

kemudian hal tersebut membawa kepada kesuksesan maka visi pribadi,

tujuan, keyakinan, nilai, dan asumsi yang diturunkan dari pendiri itu

kemudian yang akan diyakini dan diterima sebagai pengarah menuju

kesuksesan tersebut. Hal-hal inilah yang kemudian terus diturunkan dan

disosialisasikan kepada karyawan di perusahaan tersebut.

Masih mengenai pembentukan budaya organisasi, Kotter dan

Heskett (dalam Kreitner & Kinicki 2001 ) menjelaskan bahwa budaya

perusahaan berawal ketika pemimpin bisnis (perusahaan) menciptakan dan

mengimplementasikan visi bisnis dan strategi yang cocok dengan situasi.

Hal ini kemudian berlanjut pada kesuksesan perusahaan tersebut yang

membuat visi dan strategi tersebut semakin ditekankan kepada

anggota-anggota perusahaan agar juga mengarah kepada kesuksesan. Dari proses

tersebut kemudian budaya yang kuat terbentuk dengan inti yang

menekankan pada pelayanan terhadap konsumen, pemegang saham, dan

juga karyawan.

Proses pembentukan terus berlanjut, dimana dalam proses

perjalanannya organisasi akan menghadapi berbagai tantangan yang harus

diatasi. Karyawan akan dituntut untuk berdinamika satu dengan yang lain

sebagai respon terhadap tantangan yang ada. Hasil dari dinamika ini juga

(30)

organisasi akan saling mempengaruhi dalam pembentukan budaya

(Moorhead dan Griffin, dalam Staw, 1991). Dari penjelasan ini dapat

dikatakan bahwa budaya terbentuk sebagai hasil interaksi antar anggota

dari organisasi perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

budaya perusahaan berasal dari nilai, visi, strategi, dan asumsi yang

diturunkan oleh pendiri perusahaan kepada karyawan-karyawannya, yang

terus dikembangkan melalui pembelajaran oleh para karyawan itu sendiri

seiring dengan perkembangan organisasi, dan kemudian juga diteruskan

kepada karyawan-karyawan baru agar mampu mengarahkan setiap

anggotanya untuk mencapai kesuksesan dalam bekerja.

Setelah pembentukan dari budaya tersebut, maka kelanjutannya

adalah bagaimana mempertahankan budaya tersebut agar tetap bertahan.

Menurut Robbins (2005), terdapat tiga hal yang dianggap sebagai

kekuatan utama dalam mempertahankan keberlangsungan budaya

organisasi :

a. Proses seleksi

Apa yang diturunkan oleh pendiri organisasi tersebut pada tahap

selanjutnya akan digunakan untuk melakukan tahap seleksi terhadap

orang orang yang hendak dimasukkan ke dalam organisasi. Kandidat

yang cocok ataupun yang dirasa sesuai dengan budaya yang ada di

dalam organisasi akan diterima ke dalamnya. Proses ini juga dapat

(31)

bila merasa tidak cocok maka mereka dapat memutuskan untuk tidak

bergabung. Hal ini juga diperkuat dengan hasil studi Cable ( dalam

Landy & Conte, 2004) yang menyebutkan bahwa proses seleksi dan

rekrutmen merupakan tahap dimana perusahaan berusaha mencari

kandidat yang tampaknya memiliki kesesuaian dengan budaya

organisasi.

b. Manajemen Puncak

Manajemen puncak dalam berbagai tindakannya memiliki

dampak yang cukup besar pada budaya organisasi. Ini juga diperkuat

oleh pernyataan Landy & Conte (2004) yang menyebutkan bahwa para

pemimpin ( termasuk para atasan ) diharapkan membantu bawahannya

untuk memahami budaya dengan menjadikan dirinya sebagai

representasi dari budaya itu sendiri (role model) melalui

kepemimpinannya. Dari apa yang mereka katakan dan bagaimana

mereka membawa diri, menjadi norma mengenai apa yang sebaiknya

dilakukan, atau bagaimana seharusnya sebuah hal dilakukan, atau apa

yang diharapkan dilakukan oleh karyawan.

c. Sosialisasi

Karyawan yang baru saja diterima untuk menjadi anggota

sebuah perusahaan tidak secara otomatis menerima semua budaya yang

terdapat didalam perusahaan. Oleh sebab itu maka diperlukan adanya

sebuah sosialisasi terhadap budaya di perusahaan kepada para karyawan

(32)

harapan bahwa karyawan akan dapat beradaptasi dengan budaya di

tempat kerja yang baru.

Sosialisasi tidak hanya bagian dari proses penerimaan karyawan

baru, tetapi juga menjadi bagian dalam aktivitas keseharian dari

karyawan-karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut yang saling

berinteraksi satu dengan yang lain. Dari penjelasan-penjelasan diatas

dapat dikatakan bahwa budaya organisasi berasal dari nilai, filosofi dan

misi pribadi dari pendiri perusahaan yang kemudian di-share kan

kepada seluruh anggota organisasi oleh anggota itu sendiri. Anggota

organisasi disini berarti bahwa yang bertanggung jawab untuk

mempertahankan budaya tersebut adalah semua orang yang terdapat di

dalam organisasi tersebut, termasuk para pimpinan. Tugas anggota

pulalah untuk terus menurunkan budaya tersebut kepada

anggota-anggota baru dari organisasi tersebut secara bertahap agar dapat

beradaptasi dan menerima budaya yang ada sehingga dapat melakukan

tugas dan tanggung jawab serta peran yang diberikan kepadanya dengan

(33)

3. Aspek Budaya Organisasi

Budaya organisasi memiliki beberapa aspek secara umum, seperti

yang disebutkan oleh Miller (1987) :

a. Aspek Tujuan

Seberapa jauh anggota memahami tujuan yang hendak dicapai oleh

organisasi

b. Aspek Konsensus

Seberapa jauh organisasi memberi kesempatan kepada anggota untuk

ikut serta dalam proses pengambilan keputusan

c. Aspek Keunggulan

Seberapa besar kemampuan organisasi menumbuhkan sikap untuk

selalu menjadi yang terbaik dan berprestasi lebih dari yang pernah

dilakukan.

d. Aspek Kesatuan

Sikap organisasi terhadap angggotanya, dengan tidak memihak pada

kelompok tertentu dalam organisasi.

e. Aspek Prestasi

Sikap organisasi terhadap hasil yang dicapai oleh anggotanya.

f. Aspek Empirik

Sejauh mana organisasi menggunakan bukti-bukti empirik dalam

(34)

g. Aspek Keakraban

Situasi pergaulan sosial dalam organisasi yang terjadi antar anggota

organisasi, berbagi rasa, percaya, kehangatan, penerimaan.

h. Aspek Integritas

Kesungguhan dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yang

dilakukan oleh seluruh anggota organisasi yang melibatkan

kepercayaan terhadap organisasi.

Berkaitan dengan aspek budaya organisasi, Robbins ( 2005 ) juga

menyebutkan karakteristik inti dari budaya organisasi :

a. Inovasi dan Pengambilan Resiko

Derajat pemberian dorongan bagi karyawan untuk mengambil resiko

dan bersikap inovatif

b. Perhatian terhadap Detail

Derajat hingga sejauh mana karyawan diharapkan untuk menunjukkan

presisi, analisis, dan perhatian terhadap detail

c. Orientasi Hasil

Derajat pemfokusan dari pihak manajemen berfokus terhadap hasil

daripada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil

(35)

d. Orientasi Orang

Derajat sampai sejauh mana keputusan manajemen

mempertimbangkan efek dari hasil pada orang orang didalam

organisasi.

e. Orientasi Tim

Derajat hingga sejauh mana aktivitas kerja teroganisir di sekitar tim

daripada perseorangan.

f. Keagresifan

Derajat hingga sejauh mana orang orang yang terdapat didalam

sebuah organisasi bersikap agresif dan kompetitif daripada

bersantai-santai.

g. Kestabilan

Derajat hingga sejauh mana aktivitas keorganisasian menekankan

pada status quo dan tidak menekankan pada pertumbuhan.

Walau kedua ahli memiliki perbedaan dalam menyebutkan aspek

dan inti dari budaya organisasi, namun keduanya memiliki beberapa

kesamaan. Kesamaan tersebut antara lain adalah keduanya sama-sama

menyebutkan integritas yang dimaksudkan untuk menyatukan organisasi

beserta anggota-anggota yang ada di dalamnya. Kesamaan lainnya adalah

keduanya sama-sama menyebutkan keunggulan dalam cara bekerja yang

menjadi nilai lebih dari sebuah organisasi dalam upayanya untuk menjadi

yang terbaik, dan yang terakhir adalah keduanya sama-sama menyebutkan

(36)

Beberapa perusahaan dalam upayanya mendefinisikan budaya

organisasi juga memiliki aspek-aspek yang cenderung umum. Sebagai

contoh adalah Kelompok Kompas Gramedia ( KKG ) yang memiliki

budaya menghargai waktu, bekerja dengan tujuan mulia, hemat,

mementingkan pendidikan, sikap yang dapat dipercayai, berprestasi,

menjunjung etika, adil, dan kepemimpinan horizontal

(http://www.portalhr.com/kolom/2id85.html). Contoh lainnya adalah Perum Pegadaian, yang memiliki budaya Inovatif, Nilai moral tinggi,

Terampil, Adilayanan (memberi pelayanan yang terbaik), dan Nuansa citra

(berorientasi bisnis, dan selalu mengikuti perubahan dinamika bisnis).

Kedua contoh budaya yang dimiliki oleh perusahaan ini memiliki beberapa

kesamaan dengan aspek yang lebih umum seperti yang disebutkan oleh

para ahli di atas, antara lain adalah adanya etos kerja yang menjadi ciri

khas dan keunggulan masing-masing perusahaan, dan adanya penghargaan

terhadap manusia didalam perusahaan tersebut. Walaupun demikian,

budaya organisasi yang ada disetiap perusahaan juga akan menjadi

berbeda dalam beberapa hal, hal ini dikarenakan budaya organisasi adalah

identitas khusus bagi masing-masing organisasi perusahaan, dan karenanya

menjadi khas dan berbeda satu dengan yang lain.

Demikian juga dengan P.T Garudafood, yang memiliki beberapa

kesamaan aspek dengan yang dijelaskan oleh kedua ahli tersebut. P.T

Garudafood memiliki lima aspek budaya organisasi yang dijabarkan dari

(37)

1. Human values

Menghargai nilai-nilai kemanusiaan dengan mengutamakan kasih

sayang, kejujuran, ketenangan pikiran, melaksanakan tugas dengan

baik, dan tanpa kekerasan

2. Business ethics

Menggunakan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dalam

berinteraksi dan mengelola lingkungan bisnis.

3. Unity through harmony

Persatuan adalah wujud suatu proses yang bertolak dari persamaan

dan menyikapi perbedaan sebagai hal yang saling melengkapi untuk

mencapai sinergi

4. Speed and leading change

Inovasi adalah usaha untuk melembagakan perubahan secara cepat

dan berkesinambungan untuk memberikan nilai tambah pada

perusahaan dengan bertumpu pada kemampuan sumber daya manusia.

5. Working smart in a learning culture

Bekerja secara cerdik adalah sikap dalam bekerja yang mengutamakan

penguasaan seluruh aspek pekerjaan secara mendalam, dalam budaya

yang melembagakan belajar sebagai proses kehidupan.

Persamaan yang ada dengan aspek yang lebih umum adalah P.T

Garudafood memasukkan penghargaan terhadap karyawan sebagai aspek

budayanya, selain itu juga menyebutkan adanya suatu budaya kerja yang

(38)

organisasi. Perbedaan yang ada dengan aspek yang lebih umum adalah

pada budaya yang dimiliki P.T Garudafood adalah adanya penggunaan

nilai-nilai yang ada di masyarakat lokal dalam beraktivitas.

4. Fungsi Budaya Organisasi

Budaya dalam perkembangannya membawa dampak yang signifikan

terhadap situasi di dalam sebuah organisasi sebagaimana layaknya di

dalam masyarakat yang juga merupakan sebuah organisasi. Robbins

(2005) mengemukakan adanya empat fungsi budaya organisasi :

a. Pembeda yang memunculkan keunikan antara satu organisasi dengan

lainnya

b. Pembawa identitas khusus bagi para anggotanya

c. Memfasilitasi pembangkitan komitmen dari dalam diri seseorang yang

melebihi ketertarikan pribadinya.

d. Meningkatkan stabilitas sistem sosial

Furnham dan Gunter (1993) juga menyatakan hal yang serupa,

bahwa budaya menampilkan perekat sosial dan menghasilkan perasaan

kebersamaan, sehingga meniadakan proses diferensiasi yang merupakan

bagian dari kehidupan berorganisasi yang tidak dapat dihindari. Budaya

organisasi juga menawarkan suatu sistem bersama mengenai arti yang

(39)

Kreitner & Kinicki ( 2001 ) juga menyebutkan fungsi budaya

organisasi yang kurang lebih serupa dengan yang diberikan Robbins :

a. menciptakan identitas keorganisasian bagi anggotanya

b. membantu memelihara integritas dan stabilitas

c. menjadi pembentuk perilaku organisasi yang membantu para anggota

untuk membedakan hal hal yang dianggap baik atau buruk di dalam

organisasi.

d. Memfasilitasi munculnya komitmen dalam diri karyawan

Fungsi budaya organisasi sebagai pembangkit dan penguat komitmen

juga diperkuat oleh pernyataan yang diberikan oleh O’Reilly (dalam

Ndraha, 2003). Dia dalam penjelasannya mengenai pentingnya budaya

organisasi menyebutkan bahwa salah satunya adalah untuk meningkatkan

komitmen dari pegawai terhadap perusahaan.

Dari hal-hal yang telah disebutkan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan mengenai fungsi budaya organisasi bahwa tujuan dari

pembentukan dan penginternalisasian budaya organisasi adalah untuk

memberi pedoman bagi para karyawan agar dapat menyamakan visi dan

misi, serta melakukan tugas dan tanggung jawab dengan lebih baik karena

segenap perilaku dan sikap yang menyertai pelaksanaan tugas tersebut

telah disesuaikan dengan budaya yang ada di dalam organisasi perusahaan.

Selain itu budaya juga berfungsi untuk menekan tingkat turn over dari

karyawan karena bila budaya diterima dengan baik maka komitmen yang

(40)

dan etika bekerja didalamnya. Selain itu budaya juga berfungsi sebagai

identitas yang digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri organisasi ke

dunia luar.

B. Sikap

1. Definisi sikap

Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli dalam berbagai

pendekatan dalam usahanya menjelaskan sikap. Staw (1991)

menyebutkan bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap suatu

obyek, orang, atau suatu kejadian. Bogardus (dalam Kartono, 2002)

menyebutkan hal yang serupa, menurutnya sikap merupakan tendensi

untuk bereaksi tertentu terhadap lingkungan, yang dapat bersifat positif

maupun negatif. Demikian juga dengan definisi sikap menurut Petty dan

Cacioppo ( dalam Azwar, 2003 ) yang menyebutkan bahwa sikap adalah

evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,

objek, atau isu-isu.

Aiken (2002) dalam memberikan definisi bagi sikap juga

menyebutkan hal yang relatif serupa dengan definisi-definisi yang

disebutkan diatas. Aiken menyebutkan bahwa sikap adalah

kecenderungan yang dipelajari untuk merespon positif atau negatif suatu

objek, orang, atau situasi. Masih menurut Aiken, sikap dipelajari secara

(41)

lain, dan yang diimitasi biasanya adalah significant othersatau orang lain

yang dianggap penting ; orang tua, guru, teman, selebriti, atau orang lain

yang dikagumi oleh individu. Hal yang dipelajari dan kemudian ditiru

juga mencakup orientasi sosial, nilai-nilai dan kepercayaan, sehingga hal

ini mempengaruhi bagaimana individu memandang realita di

sekelilingnya.

Pendekatan pertama terhadap sikap memandang bahwa sikap

merupakan kombinasi reaksi afektif, kognitif, dan konatif, sedangkan

pendekatan kedua terhadap sikap memandang perlu untuk membatasi

konsep sikap hanya pada aspek afektif saja, sehingga definisi sikap yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan definisi dari pendekatan

kedua, dan menurut pendekatan ini sikap adalah afek atau penilaian

positif negatif terhadap suatu objek (Azwar, 2003).

2. Faktor-faktor pembentuk sikap

Azwar ( 2003 ), menyebutkan bahwa dalam interaksi sosialnya

individu bereaksi terhadap berbagai objek psikologis dan objek fisik yang

dihadapinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap antara

lain adalah :

1. Pengalaman Pribadi

Hal-hal yang dialami sepanjang hidup akan menentukan bagaimana

(42)

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang tidak ingin dikecewakan, yang dianggap penting,

serta yang menjadi patokan apakah setiap gerakan serta tindakan kita

diharapkan mendapat persetujuannya akan banyak mempengaruhi

sikap kita terhadap sesuatu. Dalam perusahaan, orang-orang ini

biasanya adalah mereka yang berada pada level jabatan yang lebih

tinggi, atau karyawan lain yang dianggap lebih senior.

3. Pengaruh Kebudayaan

Budaya tempat dimana seseorang dibesarkan akan memiliki pengaruh

yang besar pula dalam pembentukan sikap. Individu cenderung akan

meniru apa yang dilakukan oleh individu-individu lain di

sekelilingnya.

4. Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh

dalam pembentukan sikap dikarenakan lembaga ini meletakkan dasar

pengertian berbagai hal dalam diri individu

3. Fungsi penting sikap dalam Organisasi

Sikap menjadi penting dalam organisasi karena mempengaruhi

perilaku saat bekerja ( Staw, 1991 ). Sikap dalam penjelasannya lebih

lanjut akan mengarah kepada tingkat kepuasan kerja. Sikap positif

terhadap situasi dan lingkungan pekerjaan akan memunculkan kepuasan

(43)

dan hal ini akan dapat berbuntut pada turn over yang akan menghambat

performa perusahaan serta membuat perusahaan merugi akibat

diperlukannya biaya ekstra untuk menutupi kekosongan posisi yang

ditinggalkan tersebut melalui rekrutmen karyawan baru. Sikap juga

menjadi sebuah tanda peringatan terhadap masalah potensial yang

mungkin akan muncul, karena sikap akan mempengaruhi perilaku.

C.Sikap terhadap Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah hasil kesepakatan dan pembelajaran

bersama yang dilakukan oleh individu-individu yang ada di dalam

organisasi tersebut. Dengan kata lain bagaimana budaya itu terbentuk

dalam organisasi dipengaruhi oleh bagaimana individu-individu yang ada

di dalamnya menyikapi situasi yang ada, dan saling mempengaruhi satu

sama lain.

Budaya organisasi biasanya merupakan pedoman tentang apa yang

sebaiknya dilakukan, dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan oleh

individu di dalamnya. Dengan demikian budaya organisasi selalu

bertujuan untuk mengarahkan perilaku karyawan yang terdapat di

dalamnya agar sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Dapat

dikatakan juga bahwa budaya organisasi yang dimiliki oleh perusahaan

dan yang berusaha ditanamkan kepada karyawan-karyawannya selalu

(44)

disesuaikan dengan tujuan dasar dari dibentuknya perusahaan. Walau

demikian tidak menutup kemungkinan bahwa dalam perjalanan sebuah

organisasi kemudian terbentuk adanya budaya lain yang berbeda dengan

apa yang dicanangkan oleh organisasi itu sendiri. Ini menjadi mungkin

mengingat budaya organisasi juga terbentuk melalui proses belajar yang

diperoleh saat menghadapi situasi yang ada, sehingga budaya yang

cenderung berbeda tersebut terbentuk karena hasil pembelajaran individu

dari modelnya, yang mungkin mencetuskan suatu budaya yang cenderung

berbeda dari yang ada di perusahaan, atau yang mempelajarinya dari

model-model terdahulu, yang kemudian diturunkan lagi kepada

individu-individu lain di masa yang akan datang.

Aiken (2002) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

individu untuk meniru perilaku modelnya, antara lain adalah :

1. Kompetensi model yang ditiru

2. Orang lain yang juga menjadi model, yang mengkonfirmasi perilaku

3. Adanya pemberian reward atau dorongan oleh model terhadap individu

4. Perasaan serupa terhadap model

5. Model yang ditiru merupakan orang yang dianggap merepresentasikan sebuah kelompok dimana individu berada

Faktor-faktor yang disebutkan Aiken di atas, dapat menjadi salah

satu penjelasan bagaimana karyawan di suatu organisasi perusahaan

memilih dan meniru perilaku suatu model. Budaya organisasi yang

(45)

cenderung bersikap mengikuti apa yang sudah menjadi hasil kesepakatan

bersama tersebut, bila tidak ingin menjadi terasing dan tersingkirkan.

Terlebih lagi bila perilaku-perilaku yang mencerminkan budaya dalam

sebuah organisasi tersebut mendapat penguatan dari karyawan lain yang

dipandang lebih senior, atau yang dihormati karena jabatannya yang lebih

tinggi, sehingga hal ini akan mempengaruhi sikap dari karyawan tersebut.

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa terbentuknya budaya

organisasi, terlepas dari sesuai tidaknya dengan apa yang dicanangkan oleh

perusahaan, tergantung bagaimana karyawan yang ada di dalamnya

menyikapi situasi yang ada di dalam perusahaan, dan saling belajar satu

dengan yang lain.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian kali ini adalah “bagaimana gambaran

sikap terhadap budaya organisasi pada karyawan P.T Garudafood bagian

(46)

28

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap satu obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

( Sugiyono, 1999 ). Penelitian jenis ini tidak menguji atau memiliki hipotesa

tetapi hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel

yang hendak diteliti melalui data kuantitatif.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi suatu

titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1989). Variabel dalam penelitian ini

adalah budaya organisasi P.T Garudafood Putra Putri Jaya, dan dengan bentuk

(47)

C. Definisi Operasional Budaya Organisasi

Budaya Organisasi adalah sebuah pedoman yang berasal dari

nilai-nilai dan keyakinan yang dianut secara kolektif oleh seluruh anggota

organisasi, yang digunakan sebagai dasar untuk mengelola dan mengorganisir

perusahaan, serta digunakan untuk menghadapi permasalah eksternal yang

dihadapi organisasi dan usaha untuk mengintegrasikan seluruh anggota yang

ada didalamnya. Dalam penelitian ini Budaya Organisasi memiliki lima aspek

yang didapatkan dari Corporate Core Values milik P.T Garudafood yaitu

Human Values, Business Ethics, Unity Through Harmony, Speed and Leading

Change, dan Working Smart in a Learning Culture. Untuk melihat

bagaimanakah sikap karyawan terhadap budaya organisasi pada penelitian ini

akan dapat dilihat melalui skor yang diperoleh.

D. Subyek Penelitian

Pengambilan subyek dalam penelitian ini diperoleh menggunakan

teknik sensus, yang menyertakan keseluruhan subyek dalam populasi. Subyek

pada penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Subyek merupakan karyawan P.T Garudafood yang bekerja di bagian

Corporate Human Capital

2. Subyek merupakan karyawan P.T Garudafood bagian Corporate

(48)

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penskalaan Summated Rating jenis Likert, yaitu metode penskalaan

pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan

nilai skala (Gable dalam Azwar, 2005), dengan menggunakan teknik

sensus, yang menyertakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, seluruh data statistik akan diolah dengan

menggunakan SPSS 17.

2. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan sendiri oleh

peneliti dengan bantuan dosen pembimbing dan seorang karyawan P.T

Garudafood.

Skala ini dibuat berdasarkan lima aspek budaya organisasi milik P.T

Garudafood yang hendak diukur oleh peneliti :

1. Human values

Penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih

sayang, kejujuran, ketenangan pikiran, perilaku yang benar, dan

tidak menggunakan kekerasan.

(49)

Menggunakan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat

dalam berinteraksi dan mengelola lingkungan bisnis.

3. Unity through harmony

Persatuan adalah wujud suatu proses yang bertolak dari persamaan

dan menyikapi perbedaan sebagai hal yang saling melengkapi

untuk mencapai sinergi.

4. Speed and leading change

Inovasi adalah usaha untuk melembagakan sperubahan secara

cepat dan berkesinambungan untuk memberikan nilai tambah pada

perusahaan dengan bertumpu pada kemampuan sumber daya

manusia.

5. Working smart in a learning culture

Bekerja secara cerdik, mengutamakan penguasaan seluruh aspek

pekerjaan secara mendalam dalam budaya yang mengutamakan

belajar.

Skala Budaya Organisasi ini akan memuat sebanyak 39 aitem

yang terdiri atas 20 pernyataan favorable dan 19 pernyataan

unfavorable. Dalam skala ini terdapat lima macam kategori jawaban,

yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju),

(50)

Penilaian dalam skala ini bergerak dari nilai 5 sampai 1. Pada

pernyataanfavorable, nilai 5 akan diberikan pada kategori jawaban SS

(Sangat Setuju), nilai 4 pada S (Setuju), nilai 3 pada N (Netral), 2 pada

TS (Tidak Setuju), dan nilai 1 pada STS (Sangat Tidak Setuju).

Sedangkan pada pernyataan unfavorable, nilai 5 akan diberikan pada

kategori STS (Sangat Tidak Setuju), nilai 4 pada TS (Tidak Setuju),

nilai 3 pada N (Netral), nilai 2 pada S (Setuju), dan nilai 1 pada SS

(Sangat Setuju).Blueprintdari skala ini dapat dilihat pada tabel 1 :

Tabel 1

BlueprintSkala Budaya Organisasi

Aspek dari Budaya Working Smart in a

Learning Culture 5, 15, 25, 35 4 10, 20, 30 3

7

(16%)

Total 20 19 39

(51)

3. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan skala berdasarkan skala

Budaya Organisasi berdasarkan aspek yang dimiliki P.T Garudafood.

Dari aspek yang telah didapat tersebut, kemudian diperinci kedalam

indikator untuk dijadikan dasar pembuatan setiap itemnya. Setelah

skala selesai dibuat, kemudian peneliti mendiskusikan skala tersebut

dengan dosen pembimbing dan salah seorang karyawan bagian

Organization Developmentdari P.T Garudafood.

b. Tahap Penyebaran Skala.

Skala yang telah disetujui tersebut kemudian disebarkan

melalui perantaraan seorang karyawan P.T Garudafood bagian

Corporate Human Capital. Alasan peneliti untuk tidak turun langsung

menyebarkan skala di tempat pengambilan data adalah karena tempat

di mana peneliti hendak mengambil data adalah sebuah Head Office

(52)

maka dikhawatirkan akan menjadi gangguan pada saat bekerja dan

mengisi skala.

Penelitian ini menggunakan try-out terpakai, sehingga data

yang akan diolah dan digunakan dalam analisis penelitian ini adalah

data yang telah lolos dari uji kesahihan skala. Alasan menggunakan

try-out terpakai adalah terbatasnya jumlah subjek. Selain itu uji coba

akan menelan biaya yang lebih besar, dan akan memakan waktu yang

lama.

F. Validitas, Seleksi Item, dan Realibilitas 1. Validitas

Validitas merupakan ukuran mengenai ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2000). Suatu tes /

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memeberikan hasil

ukur,yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah Validitas isi. Tujuan uji

validitas isi ini adalah apakah item dalam skala layak untuk dipakai dan

mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukur.

Validitas ini menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup

(53)

memiliki tujuan agar tes tersebut isinya komprehensif dan hanya memuat

isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Untuk pengujian validitas isi dilakukan dengan professional

judgement (Azwar, 2001), yaitu proses penilaian oleh orang yang

dianggap ahli yakni dosen pembimbing, apakah item-item tersebut

benar-benar mewakili untuk mengukur seluruh aspek yang hendak diukur.

2. Seleksi Item

Setelah item diperiksa dengan analisis rasional oleh dosen

pembimbing, langkah selanjutnya adalah pengujian daya diskriminasi

item. Item yang lolos uji ini adalah item yang memiliki koefisien korelasi

item ≥ 0,30 ( Azwar, 2005 ), sehingga item yang memiliki koefisien

korelasi di bawah 0,30 dinyatakan gugur dan tidak digunakan dalam

analisis hasil penelitian. Hasil pengujian terhadap 39 item skala sikap

terhadap budaya organisasi menghasilkan

r

ix terendah – 0,190 dan

tertinggi yaitu 0,760. Setelah melalui proses seleksi item didapati 32 item

yang lolos uji daya diskriminasi, dan 7 item yang gugur.

Item yang gugur tersebut adalah item dengan nomor 4, 5, 7, 13, 16, 28,

dan 32. Item nomor 4 berasal dari aspekSpeed and Leading Change, item

nomor 5 dari aspek Working Smart in a Learning Culture, item nomor 7

(54)

Through Harmony, dan item nomor 16 dari aspek Human Values. Hasil

dari uji coba tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

BlueprintSkala Budaya Organisasi Setelah Uji Diskriminasi item

Aspek dari Budaya Working Smart in a

Learning Culture 15, 25, 35 3 10, 20, 30 3

6

(18%)

Total 17 15 32

(100%)

Terkait dengan penelitian ini yang menggunakan try-out terpakai,

maka item yang kemudian digunakan untuk dianalisis adalah item yang

telah lolos pada uji diskriminasi item.

3. Estimasi Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat presisi dari alat ukur ( Kerlinger & Lee,

2000 ). Reliabilitas juga merupakan tingkat kepercayaan hasil dari suatu

pengukuran (Azwar, 2001). Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya

(55)

subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang

diukur dalam diri subyek belum berubah, maka alat ukur tersebut dapat

dipercaya.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas bertujuan untuk melihat taraf

kepercayaan / keajegan hasil pengukuran tingkat sikap budaya organisasi

Alpha Cronbach. Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila

koefisiennya mencapai rxx= 0.900. Namun, koefisien yang tidak setinggi

itu biasanya sudah dianggap cukup baik. Dengan koefisien reliabilitas

0.900, berarti variasi yang tampak pada skor skala tersebut mampu

mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok

subjek yang bersangkutan. Dengan kata lain, 10% dari perbedaan skor

yang tampak disebabkan oleh variasi atau kesalahan pengukuran tersebut

(Azwar, 2000)

Berdasarkan hasil penghitungan, didapati angka reliabilitas sebesar

0,915. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran skala sikap Budaya

Organisasi memiliki tingkat kepercayaan sebesar 91,5 % dengan tingkat

variasi error sebesar 8,5 %.

G. Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik Analisis

Deskriptif. Lind ( dalam Zulganef, 2008 ) mengungkapkan statistik deskriptif

(56)

data melalui cara yang informatif. Metode ini juga disertai

perhitungan-perhitungan statistik dasar yang mencakup frekuensi, presentase, skor

maksimum dan skor minimum. Selain perhitungan statistik dasar, metode ini

hanya menganalisis dan menyajikan data melalui perhitungan tendensi sentral

(57)

39

A. ORIENTASI KANCAH DAN PERSIAPAN PENELITIAN 1. Orientasi Kancah

Penelitian ini dilakukan di Head Office dari P.T Garudafood

yang berada di tanah kusir, jakarta selatan, dengan mengambil karyawan

bagian Corporate Human Capital (CHC) sebagai subjek penelitian. P.T

Garudafood adalah perusahaan makanan dan minuman di bawah

kelompok usaha Tudung (Tudung Group), yang didirikan pertama kali

pada bulan Desember 1997. Total karyawan yang dimilikinya adalah

sekitar 19.000 orang (http://www.garudafood.com/profile.aspx). Pada

penelitian ini, subjek penelitian yang diambil hanya dibatasi pada

karyawan yang berada di bagian Corporate Human Capital Head Office

dan berasal dari level staff hingga level senior manajer.

2. Persiapan Penelitian

a. Penyusunan Skala Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan studi pustaka mengenai teori dan literatur variabel

penelitian. Selain melalui studi pustaka, peneliti juga melakukan

interview dengan dua orang karyawan P.T Garudafood bagian CHC

( satu orang senior manajer, dan satu orang karyawan bagian

Organizational Development Analyst ). Kemudian hasil studi pustaka

daninterviewtersebut digunakan sebagai acuan untuk pembuatanBlue

(58)

pembimbing, dan karyawan dari P.T Garudafood.

b.Pelaksanaan Penelitian

Setelah mendapatkan persetujuan, skala kemudian disebarkan

melalui seorang karyawan P.T Garudafood di Head Office. Adapun

skala yang disebarkan tersebut menggunakan metodetry-outterpakai,

sehingga data yang diperoleh merupakan uji coba sekaligus data

penelitian.

3. Perijinan Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti

mengajukan surat permohonan ijin penelitian yang disertai dengan

proposal penelitian. Pengurusan perijinan dimulai dengan mengurus surat

ijin ke Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk

melakukan penelitian di P.T Garudafood bagian CHC.

Pengajuan surat permohonan dikabulkan oleh pihak fakultas

Psikologi, dan setelah surat ijin penelitian dengan nomor

29b/D/KP/Psi/USD/III/2010 keluar, kemudian peneliti membuat janji

dengan karyawan di Head OfficeP.T Garudafood. Surat penelitian yang

disertai proposal penelitian tersebut diserahkan kepada karyawan P.T

Garudafood yang kemudian menyatakan bahwa surat permohonan dan

proposal penelitian tersebut diterima. Setelah itu dimulailah proses

(59)

Penelitian ini diadakan pada tanggal 23 Juli – 11 Agustus 2010 di

head office P.T Garudafood. Pengambilan data dilakukan melalui

perantaraan seorang karyawan P.T Garudafood bagian CHC yang

kemudian melakukan penyebaran skala. Peneliti tidak terjun langsung

untuk mengambil data, hal ini diputuskan setelah melakukan diskusi

dengan karyawan tersebut. Adapun keputusan tersebut diambil dengan

pertimbangan keberadaan peneliti di seputar head office pada saat

pengambilan data mungkin dapat menjadi gangguan bagi karyawan saat

bekerja.

C. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan P.T Garudafood

bagian CHC yang berada di Head Office Bintaro, Jakarta Selatan.

Jumlah subjek pada setiap levelnya berbeda, hal ini disebabkan karena

terbatasnya jumlah karyawan tiap level. Gambaran umum mengenai

(60)

Deskripsi Subjek Penelitian

No Jabatan Frekuensi Presentase

1 Senior Manajer 5 8 %

2 Manajer 10 16 %

3 Supervisor 21 35 %

4 Staff 24 41 %

Total 60 100 %

2. Analisis Deskriptif Data Penelitian

Penelitian deskripif ini bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai tingkat sikap Budaya Organisasi pada karyawan P.T Garudafood

bagian CHC. Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis

menggunakan metode analisis deskriptif

Hasil analisis deskriptif yang diperoleh berupa nilaimeanteoritik

dan mean empirik. Mean teoritik adalah rata-rata skor skala penelitian

yang diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah skala tersebut.

Sedangkan mean empirik adalah rata-rata skor data yang diperoleh dari

angka yang merupakan rata-rata hasil penelitian.

Skala sikap Budaya Organisasi yang digunakan dalam penelitian

pada awalnya memuat 39 item pertanyaan, tetapi pada tahap analisis

kesahihan item didapati 7 item gugur, sehingga jumlah item yang

dianalisis berjumlah 32. Dalam setiap item diberikan skor 1 untuk nilai

terendah dan diberikan skor 5 untuk nilai tertinggi. Maka rentang

maksimal dan minimal dalam skala ini adalah 5 x 32 = 160 sampai

(61)

deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Hasil Analisis Deskriptif

Deskripsi Data Skor Teoritik Skor Empirik

X min 32 83

X max 160 157

Mean (μ) (32+160) : 2 = 96 123,67

Standar Deviasi (σ)

128 : 6 = 21,33 13,969

Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa mean teoritik

yang diperoleh adalah 96, sedangkan mean empirik yang didapat

sebesar 123,67. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai mean empirik lebih

besar dari nilai mean teoritik. Hal ini juga mengindikasikan bahwa

kecenderungan subjek penelitian kelompok data lebih tinggi dari nilai

rata-rata teoritik yang berarti bahwa subjek penelitian secara umum

memiliki kecenderungan sikap terhadap budaya organisasi perusahaan

(62)

Berikut ini adalah deskripsi data pada masing-masing aspek budaya

organisasi :

Tabel 5.

Deskripsi masing-masing aspek

No. Keterangan

Aspek Budaya Organisasi

HV BE UTH SLC WSLC

1. N 60 60 60 60 60

2. Skor minimum teoritik 7 6 6 7 6

3. Skor minimum empirik 14 13 12 19 18

4. Skor maksimum teoritik 35 30 30 30 35

5. Skor maksimum empirik 29 30 30 34 30

6. Mean teoritik 21 18 18 18,5 20,5

7. Mean empirik 23,13 23,48 22,65 26,32 24,27

8. Standar Deviasi 3,342 3,306 3,424 2,843 2,537

Keterangan :

HV :Human Values

BE :Business Ethics

UTH :Unity Through Harmony

SLC :Speed and Leading Change

(63)

aspek dengan mean teoritik menunjukkan bahwa kelima aspek yang diukur

dalam penelitian ini memiliki nilai mean empirik yang lebih tinggi

dibandingkan mean teoritiknya. Hal ini semakin menguatkan indikasi bahwa

secara keseluruhan, sikap terhadap budaya organisasi pada karyawan P.T

Garudafood bagian CHC cenderung positif.

4. Deskripsi Subjek berdasarkan Jabatan

Berikut ini adalah deskripsi masing-masing subjek berdasarkan

jabatan yang diduduki di perusahaan.

Tabel 6

Deskripsi Tiap Level Jabatan

No Jabatan N Mean

1 Senior Manajer 5 114

2 Manajer 10 131,80

3 Supervisor 21 124,16

4 Staff 24 121,75

Hasil perhitungan mean setiap level jabatan menunjukkan nilai mean

yang lebih tinggi dari pada mean teoritiknya yang bernilai 96. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam setiap level jabatan memiliki sikap yang

cenderung positif, dengan level manajer sebagai pemilik skor paling tinggi,

(64)

Hasil analisis deskriptif data pada 60 subjek penelitian

menunjukkan bahwa nilai mean empirik yang bernilai 123,67 lebih tinggi

daripada nilai mean teoritiknya yang bernilai 96. Hal ini menunjukkan

bahwa secara umum subjek penelitian memiliki sikap yang cenderung

positif terhadap budaya organisasi.

Penelitian ini memiliki 5 aspek yang diukur. Antara lain adalah :

Human Values, Business Ethics, Unity Through Harmony, Speed and

Leading Change, dan Working Smart in a Learning Culture. Berdasarkan

perbandingan perolehan nilai mean empirik dengan mean teoritik pada

setiap aspek didapati bahwa semua aspek yang diukur memiliki nilai mean

empirik yang lebih tinggi dibanding mean teoritiknya. Hal ini juga

menunjukkan bahwa karyawan P.T Garudafood memiliki kecenderungan

sikap terhadap budaya organisasi yang tergolong positif.

Nilai mean tertinggi dimiliki oleh aspekSpeed and Leading Change

dengan nilai mean sebesar 26,32. Ketiga aspek lainnya, human values,

business ethics, dan working smart in a learning culture memiliki nilai

mean yang tidak terpaut jauh (23.13, 23.48, 24.27). Berdasarkan hasil

diskusi dengan karyawan bagian CHC hasil ini dimungkinkan karena bagian

CHC adalah divisi yang bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber

daya manusia yang menuntut adanya respon yang cepat dari setiap

permasalahan, dan juga harus selalu mengikuti dunia yang berubah dengan

(65)

aspek Unity Through Harmony dengan nilai mean sebesar 22,65.

Rendahnya nilai mean pada aspek ini tidak berarti bahwa sikap terhadap

aspek ini menjadi negatif. Menurut penjelasan dari karyawan CHC hal ini

terjadi karena pada saat ini sedang terjadi perubahan dalam sistem

manajemen. P.T Garudafood saat ini sedang mengalami penggabungan

dengan salah satu unit bisnis dari Tudung Group, yaitu P.T Sinar Niaga

Sejahtera (P.T SNS), yang bergerak dibidang distribusi barang. Adanya

situasi baru ini kemudian memunculkan adanya perbedaan-perbedaan baru,

antara lain masuknya karakter-karakter baru dan juga tim-tim kerja baru

yang membutuhkan waktu untuk bisa saling beradaptasi satu sama lain. Hal

ini lah yang diprediksikan menjadi penyebab aspek unity through harmony

memiliki nilai mean yang paling rendah dibandingkan aspek lainnya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Robbins yang menyebutkan bahwa penggabungan

atau merger, sering kali melibatkan adanya konflik internal yang

mempengaruhi banyak aspek (2008).

Penelitian ini menyertakan karyawan dalam empat level : Senior

Manajer, Manajer, Supervisor, dan Staff. Hasil analisis menunjukkan

keempat level tersebut memiliki nilai mean empirik yang cenderung lebih

tinggi daripada mean teoritiknya. Nilai mean masing-masing jabatan dapat

dilihat pada tabel 6. Nilai mean paling tinggi berada pada level manajer

(131,80). Hal ini berarti bahwa level manajer memiliki sikap terhadap

budaya organisasi yang cenderung lebih positif daripada level-level lain.

(66)

diberikan sosialisasi budaya organisasi yang lebih kompleks serta workshop

tersendiri yang lebih luas dan lengkap cakupannya dibandingkan dengan

sosialisasi yang diberikan kepada level-level dibawahnya, sehingga dengan

demikian sikap yang diperoleh pun akan menjadi lebih positif. Selain itu,

level manajer di P.T Garudafood juga memiliki tanggung jawab lebih dalam

mempertahankan budaya organisasi karena dirinya akan menjadirole model

bagi karyawan pada level-level dibawahnya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Robbins ( 2005 ), yang menyebutkan bahwa level manajer

adalah panutan dari level-level dibawahnya, yang dari perilakunya akan

dijadikan contoh oleh bawahan-bawahannya.

Nilai mean paling rendah dimiliki oleh level Senior Manajer, level

tertinggi yang disertakan dalam penelitian ini. Walaupun paling rendah,

tetapi nilai mean pada level ini tidak berarti rendah, karena tetap lebih besar

dari mean teoritik, hanya saja angka perolehan pada level ini adalah yang

terrendah dibandingkan dengan level-level lainnya. Berdasarkan hasil

diskusi dengan seorang manajer di bagian CHC, hal tersebut dimungkinkan

karena pada level tersebut saat ini baru saja mendapat tambahan personel

yang merupakan hasil penggabungan dengan P.T SNS yang merupakan unit

bisnis Tudung Group. Mengacu kepada pernyataan Robbins (2005) bahwa

posisi manajer puncak adalah salah satu dari tiga kekuatan utama dalam

mempertahankan budaya organisasi, hasil ini tentunya akan menjadi

masukan penting bagi perusahaan dalam upayanya untuk terus

Gambar

Tabel 1
BlueprintTabel 2 Skala Budaya Organisasi
Tabel 3.Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 4.Hasil Analisis Deskriptif
+3

Referensi

Dokumen terkait

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah