• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) - PENGARUH LABA AKUNTANSI, ARUS KAS OPERASIONAL, LIKUIDITAS, DAN DIVIDEN KAS TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) - PENGARUH LABA AKUNTANSI, ARUS KAS OPERASIONAL, LIKUIDITAS, DAN DIVIDEN KAS TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP DIVIDEN KAS (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 20"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Dimana pemegang saham/investor sebagai principal dan manajemen sebagai agent.

(2)

(Iskandarsyah dkk, 2014). Investor mengharapkan pembayaran dividen tunai yang mengalami peningkatan atau setidaknya konsisten dari tahun ke tahun (Dewi, 2016).

2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

(3)

oleh perusahaan terhadap keputusan investasi kepada pihak lain jangan sampai terjadi ketidakseimbangan informasi.

Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Informasi laba dan pengumuman dividen dapat memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang (Mirantiani, 2016). Jika prospek perusahaan di masa yang akan datang baik maka pendapatan dan aliran kas diharapkan meningkat sehingga perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividennya. Perusahaan akan membagikan dividennya apabila suatu perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang besar, hal ini akan memberikan sinyal yang positif bagi para investor karena semakin besar keuntungan yang didapat perusahaan maka jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan ikut meningkat dan perusahaan tersebut dapat membagikan dividen dalam jumlah yang besar kepada para investor (Rosnah, 2007 dalam Mirantiani, 2016).

3. Laporan Keuangan

(4)

mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos perusahaan dalam satu periode. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.

Tujuan umum dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomik bagi para penggunanya. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) dalam Mirantiani 2016, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan akan menggunkannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasa perlu. Informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

(5)

sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.

b. Informasi laporan keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.

c. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

4. Dividen Kas

Dividen adalah sebagai pembayaran kepada investor atas investasinya dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Menurut Stice et.al. (2004: 902) dalam Mardiani (2014) menyebutkan bahwa dividen adalah pembayaran kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan itulah yang merupakan kebijakan dividen pemimpin perusahaan.

(6)

perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan (Anan, 2012 dalam Mirantiani, 2016).

Dividen yang bisa diperoleh oleh para investor ada dua jenis, yaitu dividen kas dan dividen non kas. Dividen kas (cash dividend) adalah dividen yang dibayarkan perusahaan pada investor dalam bentuk uang tunai. Menurut Setiyowati (2014), dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayarkan oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya. Para investor lebih tertarik pada pembayaran dividen tunai sebab dapat meminimalisir ketidakpastian atas investasinya pada suatu perusahaan (Wahyuni & Subagyo, 2013). Dividend Payout Ratio merupakan proporsi laba yang dibagikan sebagai dividen kas. Rasio ini menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. DPR dapat ditemukan di laporan keuangan dengan rumus:

DPR =

x 100%

(7)

Jogiyanto HM (2008) menyatakan bahwa pembayaran dividen dapat dikelompokkan ke dalam tiga kemungkinan, yaitu: pembayaran dividen tidak teratur, dividen konstan tidak tumbuh, dan pertumbuhan dividen yang konstan.

Pembayaran dividen tidak teratur merupakan dividen tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali, karena perusahaan menderita rugi atau kesulitan likuiditas. Dividen konstan tidak bertumbuh merupakan pembayaran dividen dari waktu ke waktu konstan untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami sedikit kesulitan likuiditas. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kesan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan. Pertumbuhan dividen yang konstan merupakan dividen yang tumbuh secara konstan yang umumnya ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar "g". Jika dividen periode awal adalah , maka dividen periode kesatu adalah (1+g) dan periode kedua adalah sebesar (1+g) (1+g) atau dan seterusnya. Kenyataannya tidak semua perusahaan membagikan dividen secara konstan atau bahkan beberapa perusahaan ada yang tidak membagikan dividen tunai.

5. Laba Akuntansi

(8)

periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tertentu (Mirantiani, 2016). Menurut pengertian akuntansi konvesional dinyatakan bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisir yang dihasilkan dari transaksi dengan suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadamya (Wahyuni & Subagyo, 2013). Data laba dilaporkan dalam penerbitan laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan penanam modal serta potensial dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan. Menurut Harahap (2001) laba adalah informasi penting dalam suatu laporan keuangan karena:

1. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara.

2. Untuk menghitung dividen yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan perusahaan.

3. Untuk menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan.

4. Untuk menjadi dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang.

5. Untuk menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi.

6. Untuk menilai prestasi atau kinerja perusahaan/segmen perusahaan/divisi.

(9)

Ada dua ukuran kinerja akuntansi perusahaan yaitu laba akuntansi dan total arus kas. Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wahyuni & Subagyo, 2013). Menurut Belkaoui (2006: 32) dalam Mardiani (2014) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan yang berasal dari suatu transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Sedangkan menurut Harahap (2001), accounting income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Dapat disimpulkan dari pengertian Wahyuni & Subagyo, Belkaoui dan Harahap rumus laba akuntansi yaitu:

Laba akuntansi = pendapatan – biaya operasi

Laba akuntansi diukur dengan profit after tax. Alasan laba bersih setelah pajak adalah laba yang menunjukkan kinerja dan pertanggung jawaban manajemen suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Masrifah, 2014). Laba akuntansi dalam hal ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

(10)

Lima karakteristik laba akuntansi menurut Belkaoui (2006: 217) dalam Mardiani (2014):

1. Income akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan (terutama revenue yang berasal dari penjualan barang dan jasa dikurangi kos yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut). 2. Income akuntansi didasarkan pada periode patulat dan merujuk pada

kinerja keuangan perusahaan selama satu periode dan berjalannya waktu.

3. Income akuntansi didasarkan pada prinsip revenue memerlukan definisi pengukuran, dan pengukuran revenue.

4. Income akuntansi meminta pengukuran biaya (expenses) dalam hal kos histori bagi perusahaan, merupakan kegiatan yang kuat pada prinsip kos.

5. Income akuntansi meminta bahwa revenue relation pada suatu periode dikaitkan dengan kos relevan yang layak atau sesuai.

Laba akuntansi dalam hal ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

Laba Akuntansi = penjualan – HPP – biaya operasi + pendapatan lain-lain – beban kerugian lain-lain – beban pajak

6. Arus Kas Operasional

(11)

dan arus kas keluar atau setara kas dalam periode tertentu yang berjangka pendek dalam pengelolaan uang yang dimiliki perusahaan. Laporan arus kas melaporkan arus kas pada periode tertentu dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan.

Menurut Ardiyos (2010: 654) dalam Cahyo, arus kas operasi adalah laba sebelum bunga dan penyusutan dikurangi pajak. Merupakan suatu ukuran atas kas/uang tunai yang dihasilkan dari operasi, namun tidak menghitung belanja modal atau kebutuhan modal kerja. Dari perngertian tersebut dapat diketahui rumus yaitu:

Arus Kas Operasi (AKO) = laba (sebelum bunga & penyusutan) – pajak

(12)

investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar (Isnaeni & Irine Herjdiono).

Arus kas bersih/Net Income Cash Flow (NICF) dapat diketahui dengan rumus :

NICF = penerimaan kas – pembayaran kas – beban gaji – beban selain gaji dan pajak – beban pajak + pendapatan bunga

Selain NICF, arus kas operasional dapat diukur dengan membandingkan arus kas operasi perusahaan untuk penjualan bersih atau pendapatan. Rasio ini dinyatakan sebagai persentase, yang memberikan investor gambaran tentang kemampuan perusahaan untuk mengubah penjualan menjadi kas. Arus kas operasional yang diambil adalah total arus kas operasional yang tercantum dalam laporan arus kas. Dapat dirumuskan yaitu:

Arus Kas Operasi (AKO) = Ln(total arus kas operasi)

7. Likuiditas

(13)

likuiditas dapat diukur dengan current ratio. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Semakin tinggi likuiditas yang dimiliki, perusahaan semakin mampu membayar dividen. Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Current Ratio (CR)

=

Menurut Gitman (2009) dalam Noviyati & Kamaliah (2015), likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat waktunya atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas, yang ditunjukkan besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Likuiditas perusahaan sering kali diukur menggunakan rasio lancar/current ratio menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya.

(14)

Ketersediaan kas merupakan faktor penting dalam membayar dividen, hal ini dikarenakan dividen merupakan arus cash outflow, maka tentu saja ketersediaan kas atau posisi likuiditas perusahaan harus tetap terjaga sehingga meskipun perusahaan tidak memperoleh laba yang tinggi namun tetap bisa membayarkan dividen. Hal ini berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan makan semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk membayar dividen (Riyanto, 2001 dalam Melinasari, 2014).

Sandy & Asyik (2013) membagi 3 macam cara mengukur rasio likuiditas, yaitu:

1. Current Ratio

Current ratio menunjukkan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya yang segera harus dibayar dengan menggunakan liabilitas lancar. Current ratio dapat dihitung dengan cara membagi aset lancar (current asset), dengan liabilitas lancar (current liability) dan formulanya adalah sebagai berikut:

Current Ratio =

x 100%

2. Acid-test Ratio/Quick Ratio

(15)

mempertimbangkan yang kurang likuid seperti persediaan. Quick ratio dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

Quick Ratio =

x 100%

3. Cash Ratio

Rasio likuiditas yang paling menjamin pembayaran liabilitas jangka pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi penjaminnya kas dan surat berharga. Cash ratio dapat dihitung dengan cara berikut:

Cash Ratio =

x 100%

8. Dividen Kas Tahun Sebelumnya

(16)

Kamaliah (2015) menyebutkan bahwa koefisien yang tertinggi dan t hitung dividen tahun sebelumnya dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dividen sebelumnya adalah yang paling baik dalam menentukan pembayaran dividen. Dividen kas tahun sebelumnya dapat dihitung dengan rumus:

=

x 100%

B. Hasil Penelitian Terdahulu

(17)

Masrifah (2014), dalam penelitiannya menganalisis hubungan laba bersih, arus kas operasi dan RUPS dengan dividen tunai pada industri manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai, hasil keputusan RUPS menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuntungan bersih dan arus kas operasi dan hasil keputusan RUPS terhadap dividen tunai. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel laba bersih, RUPS, dan periode penelitian ini tahun 2013-2015. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel arus kas operasi dan likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen tunai sebagai variabel dependen.

(18)

pada variabel laba, arus kas bebas, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel arus kas operasi dan pembayaran dividen kas sebelumnya sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

(19)

Sandy & Asyik (2013), menguji pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan otomotif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan variabel profit margin, return on assets, return on equity, current ratio dan quick ratio berpengaruh terhadap dividen kas. Sedangkan secara parsial profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on assets berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on equity tidak berpengaruh terhadap dividen kas, current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas dan quick ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel laba akuntansi, arus kas operasional, dividen kas tahun sebelumnya sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen kas sebagai variabel dependen.

(20)

menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai salah satu variabel independen.

Iskandarsyah dkk (2014), meneliti pengaruh likuiditas, financial leverage, dan profitabilitas terhadap dividen tunai pada perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel likuiditas, financial leverage, dan profitabilitas berpengaruh terhadap dividen tunai pada perusahaan yang terdaftar dalam JII. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu tidak menggunakan laba akuntansi, arus kas operasional dan dividen kas tahun sebelumnya sebagai variabel independen, dan objek penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel likuiditas sebagai variabel independen, dan dividen tunai sebagai variabel dependen.

Independen Dependen

Wahyuni &

Dividen kas Laba akuntansi

(21)

berpengaruh signifikan terhadap pembayaran dividen kas, likuiditas perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen kas. Secara simultan laba akuntansi, arus kas operasional dan likuiditas perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembayaran dividen kas. Masrifah (2014) Laba bersih,

arus kas operasi dan RUPS

(22)

positif dan signifikan terhadap dividen tunai. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel keuntungan bersih dan arus kas operasi dan hasil keputusan RUPS

(23)

kas operasi berpengaruh berpengaruh negatif terhadap dividen kas.

(24)

kepada pemegang saham, karena banyak

pertimbangan ketika diadakan RUPS salah satunya adalah pertimbangan going concern atau kelangsungan hidup perusahaan.

Sandy & Asyik (2013)

Profitabilitas dan likuiditas

Dividen kas Secara simultan variabel profit margin, return on

assets, return on equity,

current ratio dan quick ratio berpengaruh terhadap dividen kas. Sedangkan secara parsial profit margin tidak berpengaruh

signifikan terhadap dividen kas, return on assets berpengaruh signifikan terhadap dividen kas, return on equity tidak berpengaruh terhadap dividen kas,

(25)

berpengaruh signifikan

(26)

kebijakan dividen tunai.

Dividen tunai Variabel likuiditas, financial leverage, dan

Pengaruh laba akuntansi, arus kas operasional, likuiditas dan dividen kas tahun sebelumnya terhadap pembayaran dividen kas dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

(27)

+

Tabel 2.2

Model Penelitian

Dividen Kas Tahun Sebelumnya

(28)

D. Hipotesis

Hipotesis menyatakan pengaruh yang diduga secara logis antara dua variabel atau dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas

Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wahyuni & Subagyo, 2013). Secara operasional laba akuntansi didefinisikan sebagai perbedaan pendapatan yang direalisasikan dan transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tertentu. Apabila laba akuntansi tinggi maka pembayaran dividen kepada investor juga akan tinggi.

Semakin besar jumlah laba dan kas yang tersedia baik secara laba akuntansi maupun laba tunai, maka makin besarlah jumlah dividen kas yang akan dibagikan. Begitu pula sebaliknya, jika laba perusahaan menurun dan ketersediaan kas menurun maka akan berkurang pula dividen kas yang akan diberikan kepada pemegang saham. Hal ini sesuai dengan penelitiannya Wahyuni & Subagyo (2013) yang menguji tentang pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas yang menyatakan bahwa variabel laba akuntansi berpengaruh positif terhadap dividen kas.

(29)

H1 : Laba akuntansi berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas

2. Pengaruh arus kas operasional terhadap dividen kas

PSAK No. 2 dalam Wahyuni & Subagyo (2013) menyebutkan bahwa arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifitas penghasilan utama pendapatan perusahaan. Menurut Isnaeni & Herjdiono membuktikan bahwa semakin tinggi arus kas operasi maka semakin tinggi pula dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham. Arus kas operasi menggambarkan kinerja perusahaan dimana kinerja perusahaan yang baik akan menghasilkan arus kas operasi yang tinggi sehingga bisa membagikan deviden tunai yang tinggi pula. Semakin tinggi pertumbuhan arus kas operasi maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kas. Begitu juga sebaliknya, jika pertumbuhan arus kas operasi mengalami penurunan maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kas juga semakin rendah (Setiyowati, 2014).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Masrifah (2014) yang menguji tentang pengaruh laba bersih, arus kas operasi dan RUPS terhadap dividen tunai yang menyatakan bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen tunai. Penelitian Isnaeni dan Herjdiono juga menunjukkan hasil bahwa arus kas operasi berpengaruh positif terhadap dividen tunai.

(30)

H2 : Arus kas operasional berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas

3. Pengaruh likuiditas terhadap dividen kas

Menurut Dewi (2016) menjelaskan bahwa likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Dalam membayar dividen, perusahaan memerlukan aliran kas keluar sehingga tersedia likuiditas yang cukup. Menurut Iskandarsyah dkk, (2014), rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Setiap adanya kenaikan likuiditas maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap dividen kas. Ketersediaan kas merupakan faktor penting dalam membayar dividen. Hal ini dikarenakan dividen merupakan cash outflow, maka tentu saja ketersediaan kas atau posisi likuiditas perusahaan harus tetap terjaga sehingga meskipun perusahaan tidak memperoleh laba yang tinggi namun tetap bisa membayarkan dividen. Hal ini berarti semakin kuat posisi likuiditas perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya termasuk membayar dividen (Riyanto, 2001 dalam Melinasari, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian Melinasari (2014) yang menguji tentang pengaruh likuiditas terhadap dividen kas yang menunjukkan bahwa variabel likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap dividen kas.

(31)

H3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen kas

4. Pengaruh dividen kas tahun sebelumnya terhadap dividen kas

Alzomaia & Al-Khadhiri (2013) dalam Isnaeni dan Irine Herjdiono menyatakan bahwa dividend Cash per share perusahaan di tahun sebelumnya sangat signifikan terhadap rasio dividend cash per share saat ini, karena perusahaan selalu mempertimbangkan dividen masa lalu sebagai patokan yang paling penting untuk memutuskan pembayaran dividen saat ini. Pada perusahaan yang membukukan keuntungan lebih tinggi ditambah dengan likuiditas yang baik dapat membagikan jumlah dividen yang lebih besar (Hastuti, 2013). Hanya perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik yang akan membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai (Hastuti, 2013).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli & Arfan (2011) dividen kas tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen kas. Hal yang sama terjadi pada penelitian Isnaeni & Herjdiono bahwa dividen tunai tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap dividen tunai.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tabel   2.2

Referensi

Dokumen terkait

(2) Untuk memperoleh pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, menteri, dan/atau kepala lembaga pemerintah yang

Sistem pendukung keputusan dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) dalam manajemen aset dimulai dari proses pengadaan dengan memanfaatkan metode SAW untuk

objektivis tradisionalis, yaitu pandangan bahwa al-Qur’an harus dipahami, ditafsirkan dan diaplikasikan pada masa kini, sebagaimana pada situasi, di mana al-Qur’an

Stroke yang terjadi karena adanya sumbatan aliran darah ke otak disebut sebagai stroke iskemik, disebabkan oleh berbagai faktor seperti aterotrombosis, emboli, dan

Berbeda halnya jika seseorang yakin bahwa perubahan air banjir yang berada di sekitarnya lebih dominan karena faktor benda selain tanah yang mencampuri air (mukhalith),

31 MIKA PAPELA 17.22.18 Teologi Perkawinan Bagi Jemaat GKE Gloria di Desa Henda (Upaya Berteologi Kontekstual dengan Mengangkat dan Mengembangkan Nilai Kearifan Lokal Budaya

Berdasarkan uraian diatas maka upaya yang dilakukan oleh Kota Depok dalam mendukung perencanaan pembangunan yaitu dengan cara mensinergikan rencana pembangunan yang

Catatan : Bagi warga Jemaat yg berkenan untuk memberikan Dukungan, bisa diserahkan kepada Pengurus Blok masing-masing, atau langsung diserahkan ke Kantor Sekretariat Gereja,