• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karawitan Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Karawitan Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa - ISI Denpasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Karawitan Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa

I Made Putra Sanjaya

NIM. 201302047

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100

e-mail: omindro95@gmail.com

ABSTRAK

Perjalanan tentang kisah kehidupan dengan berbagai keragaman serta warna dan filsafat rwa bhineda yang mewarnai cerita kehidupan, tentang pahit manisnya proses yang dialami dan hanya terlewatkan oleh ruang dan waktu, member inspirasi bagi penata untuk menuangkannya dalam tabuh kreas ipepanggulan dengan judul LINGGA PRABAWA. Penata mencoba mentransformasikan kisah ini kedalam komposisi musik Tabuh Kreasi Pepanggulan dengan menggunakan gamelan angklung dengan pengolahan melodi empat nada serta jalinan kotekan, irama yang padu dan selipan gending-gending sekar rare yang mengingatkan pada masa kanak-kanak yang indah dan penuh kenangan.

Kata kunci : Lingga prabawa, tabuh kreasi, rwa bhineda

ABSTRAK

The journey of the life story with the diversity and colors and philosophy of rwa bhineda that colored the life story, the bitter sweetness of the process experienced and only missed by space and time, inspired the stylist to pour it in the tabuh kreas ipepanggulan with title LINGGA PRABAWA. The stylists try to transform this story into the composition of Tabuh Kreasi Pepanggulan music by using angklung gamelan with four-tone melodic processing and bundles of kotekan, a unified rhythm and inserts of sekare rare gending reminiscent of beautiful and memorable childhood.

Keywords: Linga prabawa, percussion creations, rwa bhineda

PENDAHULUAN

Dalam proses kehidupan setiap orang tentu mengalami situasi dan kondisi yang berbeda satu sama lainnya yang sering kita kenal dengan pahit manisnya suatu kehidupan (rwa bineda). Siklus yang terjadi seiring waktu terkadang memberi pengaruh yang besar bagi seseorang. Rasa senang, cemas, prihatin, bahagia, atau sedih akan selalu mewarnai kehidupan.

(2)

Tujuan hidup seseorang dalam kehidupan ini tentu diketahui dengan jelas sesuai dengan cita-citanya. Cita-cita merupakan sesuatu yang mulia yang harus digapai sesuai tahapan serta rintangan yang menghadangnya. Kebanggaan dan kepuasan serta prestise akan dirasakan ketika dapat melewati rintangan tersebut.

Tahapan kehidupan yang mesti dilewati memberikan arti dalam mencapai sebuah kesuksesan dan sebagai cermin dan ukuran dalam menuju tahapan hidup selanjutnya. Tahapan-tahapan dari masa anak-anak, remaja, dewasa dan selanjutnya selalu mempunyai tujuan sesuai dengan masanya. Setiap tahapan kehidupan hendaknya dipahami dan diterima sebagai karunia dari Tuhan yang merupakan sumber segala sesuatu atau segala sesuatu bersumber dari Tuhan (everything emanates from God). Dalam karya ini, penata ingin menuangkan perjalanan hidup yang harus dilalui ke dalam garapan yang berjudul Lingga Prabawasebagai bentuk ekspresi dari nilai keyakinan penata bahwa segala yang dilalui, semuanya berasal dari Tuhan, seperti disebutkan dalam Bhagavad Gita : Aham sarvasya prabhavo mattah sarvam pravartate yang artinya Tuhan adalah sumber dunia rohani dan material, segala sesuatu berasal dari Tuhan(Prabhupada, 2006: 456).

Kisah kehidupan ini menginspirasi penata untuk menciptakan sebuah komposisi musik utuh kreasi pepanggulan dengan judulLingga Prabawa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata lingga berarti batu berbentuk tiang yang dijadikan tugu peringatan dan juga berarti tanda kelaki-lakian Dewa Siwa yang melambangkan kesuburan, sedangkan kata prabawa berasal dari bahasa Sansekerta memiliki pengertian makna kekuatan, tenaga yang luar biasa atau pengaruh the source / the origin (sumber/asal) (Spokensanskrit Dictionary) (Van Zoest,1996:VII).

Sehubungan dengan makna tersebut di atas, Lingga Prabawa yang dimaksud adalah Siwa sebagai sumber atau asal segala sesuatu dalam hidup ini. Dengan demikian, penata secara sederhana mengartikan perasaan seseorang ketika dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam hidup dengan meyakini Tuhan, dalam hal ini Siwa yang disebut sebagai Lingga, adalah sumber segala kekuatan, kebahagiaan, dan segala sesuatunya, yang dituangkan ke dalam gamelan Angklung sebagai media ungkap karya yang akan dipersembahkan untuk mewujudkan konsep keseimbangan dalam kehidupan yang damai dan sejahtera.

Ide Garapan

Ide garapan adalah sebuah hal yang paling awal dari suatu proses penciptaan. Bagi seorang penggarap, ide garapan merupakan gagasan pikiran yang ingin disampaikan lewat hasil karyanya. Gagasan bisa berupa cita-cita, imajinasi, interpretasi sampai dengan desain awal dari sebuah hasil karya atau pengungkapan atau penyajian kesenian. Berdasarkan pengalaman penata sebagai seorang komponis, untuk mendapatkan sebuah ide terkadang muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba, namun terkadang juga harus mencarinya dengan beberapa aktivitas seperti membaca, menonton, mendengar, ataupun merenungi kembali pengalaman yang pernah dialaminya.

Ide merupakan sebuah rancangan pemikiran dalam menciptakan sebuah karya seni. Dalam karya “Lingga Prabawa” ini, penata ingin mengambil inspirasi dari kehidupan manusia yang berjuang dalam menjalani hidup di dunia material ini. Karena dalam kehidupan dunia material, kecendrungan manusia untuk dipengaruhi tiga sifat alam material sehingga bertindak di luar aturan hukum alam material. Apabila mahkluk hidup mengadakan hubungan dengan ciptaan material, maka cinta kasih yang kekal dalam hatinya terhadap Tuhan diubah menjadi hawa nafsu (Prabhupada, 2006 : 201). Untuk mencapai keseimbangan dalam hidup ini, manusia sudah seharusnya meningkatkan bakti kepada Tuhan yang merupakan sumber segala sesuatu.

(3)

Penata memakai gamelan Angklung karena didalam berkreativitas itu seniman bebas menggunakan media gamelan apa saja, di sisi lain tuntutan lembaga pendidikan justru menuntut berkreativitas yang seluas-luasnya, juga di Banjar penata memang adanya gamelan Angklung, sehingga penata tidak mempersulit diri didalam persiapan ujian dan sekaligus memberikan pelajaran bagi masyarakat kami khususnya dan masyarakat secara umum yang memiliki gamelan Angklung, yang secara eksistensi gamelan Angklung itu adalah gamelan yang pada umumnya digunakan pada saat ada kematian atau Upacara Pitra Yadnya. Kembali penata tegaskan kenapa menggunakan Angklung, untuk dapat mempermudah persiapan dalam rangka Ujian Tugas Akhir dan memang tidak harus mutlak menggunakan alat musik tertentu dan lembaga pendidikan memang menuntut kreativitas yang seluas-luasnya.

Adapun beberapa instrumen yang digunakan dari gamelan Angklung berlaras slendro empat nada diantaranya adalah sebagai berikut.

Pada dasarnya, setiap kegiatan menggarap ataupun mencipta yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Begitu pula halnya dengan penggarapan karya seni ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penggarapan karya ini adalah sebagai berikut.

a. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar Sarjana Seni (S1) pada Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

b. Untuk mengembangkan kreativitas teknik permainan melodi, tempo, ritme, dinamika di dalam mendukung garapan komposisi sehingga terkesan utuh.

c. Untuk menghasilkan sebuah garapan komposisi karawitan tabuh kreasi pepanggulan yang sederhana serta layak disajikan untuk tugas akhir.

d. Dengan adanya karya ini, nantinya diharapkan dapat memberikan motivasi bagi seniman dalam berkarya. e. Menambah pembendaharaan hasil karya seniman khususnya Karawitan Kreasi pepanggulan.

2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penggarapan karya ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mewujudkan garapan Lingga Prabawa dengan media ungkap gamelan Angklung yang dikemas dalam bentuk kreasi pepanggulan.

(4)

Manfaat Garapan

Manfaat yang dapat diperoleh dai penyusunan komposisi Karawitan Tabuh Kreasi Pepanggulan Lingga Prabawa ini adalah sebagai berikut.

a. Sebagai wahana untuk mengukur daya kreativitas penata dalam sebuah karya komposisi musik.

b. Mendapatkan pengetahuan yang baru tentang cara-cara menuangkan ide ke dalam sebuah garapan komposisi tabuh kreasi pepanggulan dan menambah pengalaman penata dalam menggarap sebuah komposisi musik, khususnya komposisi tabuh kreasi pepanggulan.

c. Meningkatkan kreativitas untuk sesuatu yang dapat dikatakan karya yang sederhana serta menambah wawasan dan pengalaman dalam berkarya seni

d. Meningkatkan kreativitas, pengalaman, serta menambah wawasan dalam berkarya seni yang nantinya sangat berguna baik bagi penata maupun masyarakat.

Ruang Lingkup

Bagian ruang lingkup garapan ini dimaksudkan untuk menghindari salah penafsiran atau salah persepsi terhadap garapan yang penata buat ini. Oleh karena itu, penata memberikan batasan-batasan pemahaman atau penjelasan dari karya ini. Pemahaman-pemahaman itu adalah sebagai berikut.

1. Garapan tabuh kreasi pepanggulan Lingga Prabawa ini merupakan sebuah karya yang menggunakan gamelan Angklung sebagai media ungkapnya, dan menggunakan teknik-teknik yang sudah ada dan dikembangkan sehingga mejadi sebuah garapan yang menarik.

2. Konsep yang digunakan dalam garapan yang berjudul Lingga Prabawa adalah berawal dari perjalanan hidup manusia untuk berjuang dalam mengarungi kehidupan dengan segala dualitasnya (rwa bineda) sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup agar bisa bertahan sesuai dengan tujuan serta cita-cita yang ingin dicapainya. Kesuksesan ini tentunya tidak terlepas dari karunia Tuhan sebagai Lingga Prabawa sehingga memberikan hasil serta nilai tersendiri bagi setiap orang dengan apa yang dicapai. Oleh karena itu penata menggunakan Lingga Prabawasebagai judul dari garapan ini.

3. Karya ini dibuat dengan struktur tri angga yang terdiri dari kawitan, pengawak, dan pengecet. Tabuh kreasi pepanggulan ini berdurasi 12 menit.

METODE PENELITIAN

Terwujudnya karya seni ini tidak terlepas dari sumber-sumber referensi yang mendukung. Adapun sumber tersebut adalah berupa buku, diskografi, maupun informan. Berbagai sumber tersebut dikaji secara seksama dan mendalam guna memberikan data yang akurat terhadap karya yang diwujudkan. Adapun beberapa sumber yang dipakai dasar kajian dan acuan dalam garapan ini adalah sebagai berikut.

2.1 Sumber Pustaka

“Pengetahuan Karawitan Bali” oleh I Wayan Madra Aryasa tahun 1984. Buku ini berisikan beberapa gamelan Bali dan instrumentasi serta nama-nama gendingnya. Dalam buku ini terdapat informasi tentang fungsi dan intrumentasi dari gamelan Angklung.

(5)

menuntut penggarap untuk memahami tentang logika, etika, estetika, dan teknik dalam menyusun sebuah komposisi karawitan Bali

“Ubit-ubitan, Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali oleh I Made Bandem, 1997. Sumber kajian ini membahas tentang ubit-ubitan yang berjumlah mencapai 14 jenis ubit-ubitan. Fungsi ubit-ubitan ini adalah pemberi identitas pada masing-masing gamelan Bali, juga sebagai hiasan dalam sebuah komposisi.

Ilmu Bentuk Musik oleh Edmud Prier SJ, Karl tahun 1996. Di dalam buku ini dijelaskan beberapa istilah musik, teknik dan motif yang dipergunakan dalam musik. Dengan adanya referensi ini memberikan pemahaman serta digunakan sebagai tinjauan tentang bentuk motif-motif pukulan yang kemudian diadopsi kedalam komposisi kreasi pepanggulan Lingga Prabawa. kotekan. Dengan mendengarkan kaset ini penata mendapatkan masukan tentang bagaimana cara memberikan ornamentasi pada sebuah karya kreasi pepanggulan.

I Wayan Wiryadi S.Sn (2003) Giri Gurnita. Festival Gong Kebyar Duta Kabupaten Tabanan. Bali Record. Dalam kaset ini penata mendapatkan suatu inspirasi mengenai tabuh kreasi pepanggulan yang mampu memberikan ide pada penata tentang pengembangan teknik-teknik pukulan yang masih berpedoman pada pola tradisi namun diolah sehingga menjadi lebih kaya.

HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Perwujudan suatu karya seni tidak terlepas dari suatu proses. Mulai dari dorongan yang dirasakan oleh seorang seniman untuk membuat karya itu menjadi suatu kenyataan. Proses tersebut biasa berjalan dengan mudah dan cepat, tetapi biasa juga memakan waktu yang sangat lama, malah bisa berhenti di tengah jalan, hingga karya yang diinginkan tidak pernah terwujud. Pada dasarnya proses perwujudan memerlukan tahapan-tahapan.

Deskripsi Garapan

Komposisi Lingga Prabawa diciptakan melalui suatu proses penggarapan yang tidak lepas dari berbagai rintangan. Rintangan tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor, antara lain pendukung, waktu latihan yang terkait dengan jadwal yang telah penata tentukan terhadap semua pendukung. Secara mentalitas penata telah siap merampungkan proses garapan ini, akan tetapi penata menyadari, bahwa garapan ini menyangkut keterlibatan orang lain yang sungguh-sungguh memerlukan pengorbanan waktu dan kesabaran untuk mencapainya. Para pendukung yang kurang kompak menghadiri latihan juga menjadi kendala utama, akan tetapi kendala-kendala itu mampu diatasi dengan ketekunan dan selalu mengadakan koordinasi dengan para pendukung.

(6)

karawitan ini mengambil teori dari Alma M. Hawkins (2003) dalam bukunya Mencipta Lewat Tari yang telah dialih bahasakan oleh Y.Sumandiyo Hadi. Dalam buku ini disebutkan ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses penggarapan untuk mewujudkan karya seni ini yaitu: tahap penjajagan (explorasi), tahap percobaan (improvisasi), dan tahap pembentukan (forming).

Instrumentasi

Angklung merupakan gambelan yang berlaraskan selendro empat nada dengan perbandingan satu berbanding delapan dengan keberadaan gong kebyar, yang penata amati khususnya di Kabupaten Tabanan. Barungan gambelan Angklung pada umumnya digunakan untuk mengiringi upacara kematian atau pitrayadnya, namun pada perkembangannya tidak menutup kreatifitas seniman untuk mengembangkannya sehingga dapat difungsikan dalam bentuk yang lainnya, misalnya sebagai tabuh kreasi, tabuh lelambatan, iringan tari, petopengan, calonarang dan yang lain.

Adapun fungsi instrumen gambelan Angklung adalah sebagai beikut. 1. Ugal (patus)

- Pemegang melodi satu dari pemade tersebut biasanya difungsikan sebagai Ugal (patus) untuk memulai sebuah gending serta menuntun jalannya melodi keseluruhan.

2. Pemade dan Kantilan

- Memberikan hiasan terhadap nada pokok berupa ubit-ubitan.

- Membuat jalinan dan otek-otekan dengan sistim polos dan sangsih. 3. Jegogan

- Sebagai pemegang melodi pokok.

- Memberi penekanan pada akhir kalimat lagu.

- Dapat dikembangkan dari melodi pokok ( dikreasikan ). 4. Reyong

- Memberikan angsel-angsel.

- Memberikan pepayasan dari ubit-ubitan atau kotekan. 5. Kendang

- Sebagai pemurba irama - Memberikan angsel-angsel. 6. Gong

- Sebagai finalis lagu atau gending.

- Memberi tekanan dalam tujuan lagu itu sendiri. 7. Kempur dan Kempli

- Sebagai pembagi pukulan gong. 8. Bende

- Mengisi ornamen pada celah gantungan. 9. Suling

- Sebagai pemanis. - Pengembangan melodi. 10. Kajar

- Sebagai pengatur tempo

(7)

Wujud garapan adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dari karya seni maupun peranan

dari masing-masing bagian secara keseluruhan. Komposisi karawitan ini menggunakan gamelan

Angklung sebagai media ungkap, yang diwujudkan dalam bentuk komposisi Tabuh Kreasi

Pepanggulan. Komposisinya terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut.

1 Bagian I (Kawitan)

Pada bagian kawitan ini, suasana yang diungkapkan adalah mulainya suatu kehidupan baru yang penuh dengan harapan-harapan dengan disertai kerja keras penuh dedikasi dan motivasi diri dalam menggapai tujuan hidup yang sesungguhnya. Bagian kawitan diawali oleh instrumen reyong sebagai pembuka gending dengan melodi serta teknik yang rumit yang menggambarkan bahwa kehidupan tidak pernah lepas dari masalah.

Notasi :

REONG :

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7

. 5 7 5 7 . 5 7 7 1 . 1 7

GANGSA :

5 5 . 5 7 5 7 . 5 7 7 1 . 1 7

. 7 1 7 1 . 7 1 1 7

7 5 7 . 5 7 5 7 . 7 . 7 . 5 7 5 5 . 5

. 7 5 5 . 5 7 . 1 1 1 1 1 1

7 1 . 1 .7 1 1 7 5 7 5 7 . .

5 7 1 5 7 3 1 7 5

7 1 5 7 7 . 7 5 7 5 7 . 1 3

5 7 5 7 5 7 . . (1)

REONG :

7 5 7 5 7 . 7 5 7 5 7 . 7

. 7 5 7 5 . 7 5 7 . 5 7 5 7 2 X

1 7 1 . 7 . 1 7 5 7 . 5 . 7 5 7 1 . 7 . 1 7 5 . 7 5 5 7 2X

1 7 1 7 . 7 1 7 1 7 . 7 1

5 5 5 5 . 5 7 1 3 1 7 1 . 7 1 7 3 1 7

(8)

Di bagian ini pula penata memasukan pengrangrang untuk memberikan kesan sedih atau duka, yang memang pasti kita alami dalam sebuah kehidupan dengan iringan atau perpaduan instrumen suling untuk lebih memberikan suasana sedih atau duka tersebut. Dengan menghadapi berbagai macam cobaan, terkadang dalam perasaan kita muncul rasa sedih, frustasi dan seakan-akan tidak siap mengadapi permasalahan.

Notasi :

PENGRANGRANG GANGGSE

1 1 1 1 . . .

7 1 3 1 1 7 1 3 1 1 3 1 3 1 7 1 1 . 7 5

5 5 5 5 1 5 . 7 1 5 5 1 5 . 7 1 5 5 1 5 1 5

1 5 7 1 3 1 . 1 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 . 1 7 1

5 7 . 1 1 1 1 . 1 7 5 . 5 7 1 . 3 3 1 . 7

5 7 1 7 3 1 . 7 7 7 7 . 7 .7 7 5 7 . 1 7

5 7 1 3 7 . . 5 7 . 7 5 7 . 7 5 7

. 5 . 7

5 5 . 5 . 7 . 5 7 5 1 7 . 5 5 5 7 1 . 1 7 5

. 5 7 1 . 1 5 7 1 5 1 7 . 5 7 5 7 1 3 7 (1)

GEGENDERAN JEGOGAN

5 . 7 1 3 1 7 1 . 7 5 7 1 7 . 1 3 1 7 5

7 1 3 1 7 1 3 1 7 5 . 3 .1 7 1 5 1 7 1 5

3 1 3 7 1 3 1 5 7 1 . 3 1 7 5 . 7 . 1 . 3 .

7 .5 . 7 . 1 7 3

5 5 . 7 . 5 . 7 5 7 . 7 5

5 5 . 5 7 5 7 . 7 5 7 1

2 Bagian II (Pengawak)

(9)

Notasi : JEGOGAN

7 1 7 5 . 3 . 1 (7)

1 5 7 1 7 1 5 3 1 7 1 5 7 1 7 5 7 1 3 1

7 5 . 3 . 1 7

1 5 7 1 7 1 5 3 1 . 3 . 7 1 3 1 5 7 1 . 3

1 7 5 7 1 3 1 7 1 3 1 7 5 7 1 7 5 7 1 3 1 7

5 1 5 1 5 1 5 7 1 3 7 1 3 1 3 7 1 3 1 7 1 3

1 7 5 7 1 3 . 1 3 1 7 1 . 3 . 1 3 1

7 1 3 7

1 5 7 1 3 . 7 . 3 1 . 7 1 7 5 7 . 1 . 7 1 7

5 7 1 5 7 1 7 1 3 . 1 . 7 5 . 7 . 1 . 3

5 5 . 7 . 5 . 7 5 7 . 7 5

5 5 . 5 7 5 7 . 7 5 7 1

7 1 7 5 . 3 .1 (7) 2x

1 1 3 . 1 3 1 1 7 . 7 1 7 7 5 . 7 5 7 3 1 7

3 1 3 . 1 3 1 1 7 . 7 1 7 7 5 . 7 5

7 3 1 7 2x

3 1 3 . 1 3 1 1 7 . 7 1

1 7 5 5 5 1 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 5

1 1 5 1 . . 7 . 5 7 1 3 1 7 1 . 7 1 7 3 1 7

. . 5 .7 5 7 (1)

Penata mencoba menyelipkan dua buah gending-gending sekar rare yaitu : gending curik-curik dan caki-kaki untuk mengingat memori kehidupan di masa kanak-kanak yang penuh keceriaan, yang diajarkan oleh orang tua kita, yang memberi suasana kedamaian serta keceriaan pada dunia anak-anak yang penuh dengan permainan.

(10)

3 3 1 3 . 1 3 1 1 1 1 1

5 7 1 7 . 1 3 . 1 .7 1 . . . . 5 7 1 7

. 1 3 . 1 . 7 5 1 1 1 1 5 7 1 7 3 1 7 5

1 1 1 1 5 7 1 7 3 1 7 5 2x

PENYALIT JEGOGAN

5 7 . 5 7 5 . 7 5 . . . . 5 . 5 7 5 7 1 3

1 7 1 7 3 1 7 1 3 1 7 1 7 3 1 7 1 3 1 7 1

1 5 . 7 1 7 1 7 1 7 1 5 1 7 1 7 1 7 1 5 1

5 7 1 3 5 1 7 5 . . 5 . (5)

JEGOGAN

1 5 7 1 3 . . 7 1 3 1 3 7 1 3 1

. . 1 1 1 1 3 7 1 3 1 . . 5 7 1 7

5 7 1 7 (5) . . 5 5 5 5 2X

PENYALIT JEGOGAN

1 7 1 3 . 5 .1 7 1 7 1 3 . 1 .7 5

5 7 1 3 . 5 .1 7 1 7 1 3 . 1 .7 5

7 1 . 1 7 1 . 1 7 1 . 1 7 1 . 5 5 . 5 . 7

5 . 1 . 7

. 1 . 5 . 1 . 7 . 1 . 5 . 3 . 1 . 7 1 5 7

1 . 7 5 7 1 3 1 7 5 . 3 .1 (7) 3x

1 1 7 1 7 1 7 5 5 7 5 7 5 7 5 3 1

7 1 3 1 .

7 1 3 . 1 7 . 7 7 7 7 1 . 7 . 1 7

(11)

1 7 7 1 . 7 5 7 5 . 7 5 5 . 7 1 5 5 . 7 1 5

7 1 7 1 . 1 7 1 . 1 7 . . . 7 . 7 1 7 1 5

7 1 . 7 . 7 1 7 5 7 1 3 1 . . 5 5 5 7 3 1 7

7 1 . 7 1 1 7 5 5 . . . 5 7 5 7 1 7 5 7 1

1 7 1 7 5 7 1 7 5 5 7 5 7 1 7 5 7

1 1 . 1

7 7 1 . 1 7 . . . 3 3 3 7 5 . 7 5 7 . 5 7

3 3 3 7 5 . 7 5 5 7 1 7 5 . 7 1 3

1 7 . 1

3 1 7 5 . 7 1 7 7

. 3 . 3 1 7 5 . . 5 7 1 . 1 7 1 . 1 7 1 .

5 5 . 5 .7 5 . 7 . (1)

3 Bagian III (Pengecet)

Pada bagian pengecet ini, penata ingin menggambarkan pola gending yang sederhana namun memberikan kesan lebih santai karena apa yang kita lakukan dengan susah payah selama ini sudah tercapai dengan baik, suatu pengorbanan yang tidak sia-sia dan menikmati kesuksesan tersebut dengan hati yang riang gembira. Betapa bahagianya hati ini ketika dapat melewati masa-masa sulit. Pada bagian akhir pengcet penata mencoba memainkan tempo gending dengan teknik yang berat untuk mencapai klimak serta ending. Pada saat akhir yang menunjukan gending selesai, pola ini lebih memberikan suasanan kehidupan yang lebih semangat lagi dalam mencapai kehidupan yang jauh lebih baik serta tekad yang tidak pernah pudar dalam kehidupan selanjutnya dengan tetap melaksanakan bakti kepada Tuhan sebagai sumber segala sesuatu.

Notasi : JEGOGAN

. 1 1 1 1 1 7 3 1 7 3 1 3 . 1 3 7 7 3 1

. 1 1 1 1 1 7 3 1 7 7 1 . 7 1 1 7

5 5 . . .

1 1 1 5 1 1 1 5 . . 1 7 5 7 1 3 .

. 1 1 1

7 3 1 7 3 1 3 . 1 3 1 1 1

(12)

JEGOGAN

5 7 1 . . 1 . 1 . . . 7 1 5 . 7 .1 . 7 1 5

. 7 . 1 . 7 1 3 . 1 3 7 1 3 . 1 5 7 1 3

1 1 1 1 7 1 . 7 . 1 5 5 5 5 7 7 1 3 1

7 5 . 7 1 3 1 7 . 1 3 1 7 5 . 7 1

7 7 . 3

. 3 1 7 5 . . 5 7 1 . 1 7 1 . 1 7 1 . 5 5

. 5 . 7 5 . 7 . (1)

PEKAAD

JEGOGAN

3 1 3 1 3 7 5 1 3 7 5 1 3 7 1 3 3 3 1 1 1

7 7 . 1 . 1 7 1 3 3 3 1 1 1 7 7 . 3 . 1 . 7

5 5 7 5 1 7 5 5 7 5 1 7 5 7 1 7 5 5 5 5 5 5

5 5 5 . 7 1 . . 1 7 5 7 1 7 5 7 1

3 7 1 3 7 5 7 1

7 5 7 1 3 7 1 3 . 7 7 7 . 3 1 7 5 5 . 5 7 5

1 7 5 5 . 5 7 5 7 1 5 7 1 7 5 5 . 5 7 5 7 1

3 1 7 7 . 7 1 7 3 1 7 7 . 7 1 7 3 1 7 3

1 7 3 7 1 7 3 . . . 5 7 7 1 . 7 1 7 3 1 7 3

1 3 . 1 3 7 7 3 1 7 . 7 (1)

Analisa Estetik

(13)

Analisa Penyajian

Setiap komposisi yang secara langsung, perlu diperhatikan tata penyajian yang pas sesuai

konsep yang diajukan. Maka dari itu untuk memberikan suatu tontonan yang menarik agar penonton

bisa menikmati penyajian komposisi Lingga Prabawa ini dengan seksama, maka penempatan

intrumentasi akan ditata sedemikian rupa. Adapun setting instrumen dalam komposisi ini adalah

sebagai berikut.

a. Tata Panggung

Tata Panggung dalam karya ini dapat di gambarkan sebagai berikut.

KETERANGAN :

1. Kendang Wadon 2. Kendang Lanang 3. Kajar

4. Suling 5. Pemade 6. Kantilan 7. Jegogan 8. Reong 9. Kempur 10. Kempli 11. Gong 12. Bende

8

7

5

6

6

6

3

5

5

5

4 4

1 2

9

11

11

12

6

4 4

10

7

6

6

5

13

(14)

13. Kecek

b. Tata Busana (Coustume)

Kostum atau tata busana merupakan komponen yang tidak kalah penting perannya dalam sebuah pertunjukan karya seni. Penataan kostum dapat mempengaruhi nilai artistik dalam sebuah karya musik. Dalam pertunjukan karya musik Lingga Prabawa menggunakan kostum yang sederhana dengan kesan elegan sesuai kebutuhan karya musik dan disesuaikan dengan tata lampu.

Kostum atau tata busana yang digunakan dalam penyajian karya musik Lingga Prabawaadalah : 1) Penata :

a. Udeng prada+batik b. Kemeja hitam c. Kamen hitam d. Saput prada +batik e. Selendang prada

f. Bunga pucuk dan hiasan perak

2) Pendukung :

a. Udeng prada+batik b. Tidak memakai baju c. Kamen hitam d. Saput prada+batik e. Selendang prada

f. Bunga pucuk dan hiasan perak

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Garapan komposisi tabuh kreasi pepanggulan “Lingga Prabawa” ini adalah sebuah bentuk komposisi karawitan baru yang mengangkat tentang proses kehidupan manusia dengan suka dukanya dalam melewati hari demi hari dengan kurun waktu yang berbeda-beda namun selalu tetap berusaha semaksimal mungkin agar dapat melewati cobaan hidup untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan sebagai sumber segala sesuatu akan memberi karunia atas usaha, kesabaran, dan bakti yang dilakukan. Sebagai media ungkap dalam garapan ini, penata menggunakan gamelan Angklung laras slendro.

Garapan ini adalah sebuah komposisi karawitan yang mengambil bentuk tabuh kreasi pepanggulan. Adapun struktur dari garapan ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian (kawitan), bagian II (Pengawak), dan bagian III (pengecet), yang lebih dikenal dengan tri angga yang dalam garapan ini terdapat pengolahan unsur musikal, seperti melodi, ritme, tempo, dinamika, dan warna suara yang semuanya dikemas ke dalam sebuah bentuk komposisi karawitan tabuh kreasi pepanggulan dengan judulLngga Prabawa.

Proses penggarapan komposisi ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu Tahap Penjajagan (Eksplorasi), Tahap Percobaan (Improvisasi), dan Tahap Pembentukan (Forming).

(15)

Dari pengalaman yang telah dialami dalam proses berkarya, penata ingin menyampaikan beberapa hal kepada pembaca khususnya calon-calon sarjana seni yang akan mempersiapkan tugas akhir di Insitut Seni Indonesia Denpasar sebagai berikut.

1. Dalam mewujudkan sebuah karya seni bukanlah suatu hal yang mudah, di dalam menempuh ujian tahap akhir, diperlukan kesiapan yang cukup matang baik dari segi mental maupun dari segi yang lainnya.

2. Sebelum melangkah ke proses penggarapan, sebaiknya terlebih dahulu mempersiapkan konsep atau ide jauh-jauh hari sebelumnya, karena semakin matang konsep atau ide yang dimiliki, maka semakin lancar proses penggarapan karya seninya.

3. Diharapkan agar para seniman-seniman muda yang akan lahir setelah ini akan semakin tergugah untuk menciptakan karya seni yang lebih baik, supaya nantinya dapat diterima oleh masyarakat luas.

DAFTAR RUJUKAN

Aryasa, I W M dkk. 1985. Pengetahuan Karawitan Bali. Denpasar : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali

Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Bandem, I Made. 1993. Ubit-ubitan : Sebuah Teknik Permainan Gamelan Bali. Jurnal Seni Budaya Mudra, Edisi Khusus. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar : STSI

Djelantik, A.A M. 1997. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental Edisi ke-2.Denpasar : Proyek Pengembangan IKI Sub/Bagian Proyek Peningkatan/Pengembangan Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Djohan, 2005, Psikologi Musik, Penerbit Buku Baik.Yogyakarta.

Hawkins, Alma. M. 2003. Mencipta Lewat Tari. Diterjemahkan oleh: Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthili.

Mustika, Pande Gede dkk. Mengenal Beberapa Jenis Sikap dan Pukulan Dalam Gong Kebyar. Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus Jakarta Sub Proyek ASTI Denpasar. 1978/1979

Prabhupada, A. C. 1993. Srimad Bhagavatam.First Canto. Los Angeles : The Bakti Vedanta Book Trust.

Prabhupada, A. C. 2006. Bhagavad Gita as It Is. Los Angeles : The Bakti Vedanta Book Trust.

Sukerta, Pande Made. 1998. Ensiklopedi Karawitan Bali. Sastrataya-Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia ( MSPI ) Bandung-Indonesia :

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 3 hasil uji reliabilitas di atas, untuk variabel X1 (Peranan UMKM) menunjukkan bahwa nilai Alpha Cronbach kuesioner mendekati angka 1, yaitu

Tujuan dilakukannya penelitian dalam tugas akhir ini adalah menciptakan sebuah buku pembelajaran bahasa inggris dengan menggunakan teknologi augmented reality berbasis android

Pengukuran efisiensi modal kerja diukur dengan melihat perputaran modal kerja, jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat kas yang di invetasikan dalam

Penelitian utama dilakukan analisa kimia (air, abu, lemak, protein dan carbohydrat by difference , serat kasar, total pati, aktivitas antioksidan dan kadar kalium), fisik (

Tampil antarmuka menu utama yang menampilkan menu tentang haji, petunjuk berhaji, kumpulan do’a, kegiatan jama’ah, tempat ziarah dan tentang aplikasi Antarmuka menu

Gambar IV.1 Flow map Diagram pada Sistem yang sedang Berjalan.. Penjelasan dari gambar IV.1 adalah sistem yang berjalan pada saat ingin mengajukan judul yang dilakukan

Adapun tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah aplikasi E-Book Reader yang lebih efisien, ekonomis dan memberikan kenyamanan tanpa gangguan

PERBANDINGAN POPULASI KUMBANG TANDUK Oryctes rhinoceros ANTARA LADANG POKOK KELAPA SAWIT MUDA «5 TAHUN DAN MATANG >10 TAHUN DI SG.. BATANG,