• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Teoritis

Tinjauan teori diperlukan untuk menegaskan landasan teoritis penelitian yang sedang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti wajib melakukan tinjauan literature. Ini dilakukan untuk studi perbandingan hasil penelitian terdahulu dengan apa yang sedang diteliti. Dengan melihat dan memperhatikan uraian-uraian latar belakang masalah, maka akan dijelaskan tinjauan teoritis sebagai berikut.

2.1.1 Modal Kerja 1. Definisi Modal Kerja

Ada beberapa pendapat para ahli yang mengngemukakan mengenai modal kerja. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya (Kasmir, 2011:176). Modal kerja (Working Capital) adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek yang melekat pada aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan (Yamit, 2010:117). Menurut pendapat para ahli mengenai pengertian modal kerja, maka unsur-unsur dari modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang terdiri dari:

a. Kas

Kas merupakan rekening giro ditambah dengan mata uang. Selain itu kas juga merupakan salah satu elemen paling penting bagi perusahaan. Kas dibutuhkan perusahaan untuk membayar tenaga kerja, bahan baku, melunasi utang, membeli aktiva tetap, membayar pajak, membayar deviden, dan kebutuhan lainnya. Maka kas harus dikelola dengan baik, apabila

(2)

perusahaan kekurangan kas maka perusahaan akan kehilangan kepercayaan baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

b. Sekuritas

Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak kepemilikan untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan atas perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang melaksanakan hak tersebut. Sekuritas adalah surat berharga dalam bentuk fisik (warkat) yang mempunyai nilai uang yang dapat diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. Selain kas, perusahaan juga memerlukan sekuritas yang dapat diperjual belikan sebagai cadangan bagi akun kas. Surat berharga biasanya terdiri dari saham dan obligasi. Saham adalah surat bukti kepemilikan suatu perusahaan. Sedangkan obligasi merupakan bukti hutang yang mengandung janji pembayaran bunga serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo.

c. Persediaan

Persediaan adalah sejumlah barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut. Maka persediaan harus dikelola dengan baik karena persediaan berpengaruh sangat penting pada pendapatan atau laba perusahaan. Persediaan merupakan elemen dari aktiva lancar yang paling kurang likuit bila dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Persediaan juga akan menimbulkan biaya, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap atau biaya variabel.

d. Piutang

Piutang timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan berhak mendapat penerimaan kas dimasa yang akan datang, yang prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, melakukan pengiriman

(3)

barang, penagihan dan akhirnya menerima pembayaran. Piutang merupakan salah satu elemen paling penting dalam modal kerja suatu perusahaan yang selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja yaitu kas diproses sehingga menjadi persediaan, persediaan dijual dan menimbulkan piutang bagi pelanggan yang berhutang, kemudian piutang tersebut telah jatuh tempo maka penjual akan melakukan penagihan dan akhirnya menerima pembayaran yang akan masuk dalam kas.

2. Konsep Modal Kerja

Menurut Harjito dan Martono (2014:75), mengemukakan adanya beberapa konsep untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, yaitu:

a. Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital). Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan persediaan.

b. Konsep Kualitatif

Pada konsep modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital).

(4)

Konsep Fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan masa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income. 3. Manajemen Modal kerja

Menurut Martono dan Harjito (2010:72) manajemen modal kerja (working capital management) adalah manajemen dari elemen-elemen hutang lancar. Tujuan manajemen modal kerja yaitu untuk mengelola hutang lancar dan aktiva lancar secara efisien dan efektif sehingga diperoleh modal kerja bersih. Manajemen modal kerja meliputi hutang lancar dan aktiva lancar yang mempunyai fungsi utama yaitu:

1. Menyesuaikan tingkat volume penjualan dan penjualan musiman, dimana siklus penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan. 2. Membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan

menaikkan laba. Selain itu modal kerja juga dianggap penting karena dilihat dari kegiatan manajer keuangan dari perusahaan, lebih dari separuh waktunya tiap hari dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal. Dengan kata lain manajemen modal kerja penting untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari.

4. Jenis Modal Kerja

Menurut Martono dan Harjito (2010:75), modal kerja digolongkan menjadi dua yaitu: a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

(5)

Modal Kerja Permanen adalah modal kerja yang tetap harus ada dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha. Modal kerja permanen dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Merupakan modal kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usaha perusahaan.

2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)

Merupakan modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan produksi yang normal. Produksi yang normal adalah kemampuan perusahaan dalam melakukan produksi barangnya dalam kepasitas yang secukupnya atau normal.

b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang jumlah produksinya disesuaikan dengan perubahan kegiatan perusahaan atau kegiatan lain yang mempengaruhi kegiatan dari perusahaan. Ada tiga yang mempengaruhi modal kerja variable yaitu:

1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Merupakan modal kerja yang akan mengalami perubahan jumlah modal itu sendiri disebabkan karena adanya fluktuasi musim, misalnya pedagang-pedagang kecil yang menjual oleh-oleh haji harus menyediakan modal yang lebih besar pada saat musim haji. 2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya fluktuasi kongjungtur. Fluktuasi konjungtur adalah perubahan yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi.

(6)

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah akibat adanya keadaan darurat yang tidak bisa diprediksi sebelumnya, misal adanya pemogokan buruh, terjadinya banjir, dan perubahan ekonomi yang tidak bisa dprediksi sebelumnya menyebabkan perusahaan harus menyediakan modal yang lebih agar produksinya tetap berjalan sesuai dengan apa yang telah perusahaan rencanakan sebelumnya.

5. Fungsi Modal Kerja

Modal kerja pada dasarnya harus selalu ada dalam setiap kegiatan usaha dari perusahaan untuk menopang kelangsungan usaha dari perusahaan itu sendiri. Bagi perusahaan yang sedang berjalan, modal kerja juga digunakan untuk membayar cicilan aktiva tetap dan membayar pajak yang tidak termasuk dalam biaya operasional perusahaan. Pada perusahaan kecil, modal kerja juga merupakan salah satu hal yang penting untuk kelangsungan usahanya dan merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal, karena perusahaan kecil tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjang.

6. Manfaat Modal Kerja

Menurut Jumingan (2009:67), menjelaskan beberapa manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut:

a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunya harga persediaan karena harganya merosot. b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada

waktunya.

c. Memungkinkan perusahaan dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.

(7)

d. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.

e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.

f. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.

g. Memungkinkan perusahaan dapat beoperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan.

h. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi. 7. Sumber Modal Kerja

Jumingan (2009:72-74), menyebutkan berbagai sumber modal kerja sebagai berikut: a. Pendapatan Bersih

Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni biaya penjualan dan biaya administrasi.

b. Keuntungan dari Penjualan Surat-surat Berharga

Penjualan surat-surat berharga menunjukkan pergeseran untuk pos aktiva lancar dari pos “Surat-surat Berharga” menjadi pos “Kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. c. Penjualan Aktiva Tetap, Investasi Jangka Panjang, dan Aktiva Tidak Lancar Lainya

Sumber lain untuk penambahan modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.

(8)

Perubahan aktiva tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.

d. Penjualan Obligasi dan Saham serta Kombinasi Dana dari Pemilik

Uang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga disamping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya.

e. Dana Pinjaman dari Bank dan Pinjaman Jangka Pendek Lainnya

Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi para perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

f. Kredit dari Supplier atau Trade Creditor

Salah satu sumber modal yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplier, dan jasa biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

Menurut Munawir (2007:117), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat modal kerja yaitu:

(9)

Modal kerja setiap perusahaan berbeda-beda biasanya pada perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Sedangkan untuk perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang perhubungan, baik darat maupun udara tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar gaji pegawai maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Maka dari itu perusahaan industri membutuhkan modal kerja lebih besar dibandingkan dengan perusahaan jasa.

b. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memproleh barang yang akan dijual dan harga persatuan barang tersebut. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang akan dibutuhkan.

c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.

Syarat pembelian barang dagangan atau bahan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

(10)

Untuk memperoleh laba yang besar dan menghindari adanya resiko piutang yang tak tertagih karena disebabkan oleh semakin lunaknya kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

e. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover)

Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover), menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan akan dijual lagi. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang biasanya disebabkan oleh penurunan selera konsumen dan penurunan harga, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

9. Penggunaan Modal kerja

Menurut Jumingan (2009:74), penggunaan modal kerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar diantaranya:

1) Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk deviden).

2) Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perserorangan dan persekutuan).

(11)

4) Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pension pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.

5) Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang. 6) Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan.

b. Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan perubahaan bentuk aktiva lancar tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar:

1) Pembelian tunai surat-surat berharga. 2) Pembelian tunai barang-barang dagangan.

3) Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya, misalnya piutang dagang menjadi piutang wesel.

10. Perputaran Modal kerja

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan salam keadaan usaha. Modal kerja dapat dilihat dari :

1. Perputaran modal kerja atau working capital turnover adalah suatu rasio yang digunakan dalam mengukur keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Dalam arti, berapa banyak modal kerja berputar salama suatu periode tersebut. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan penjualan bersih dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata. Dari hasil perhitungan apabila perputaran modal kerja rendah berarti pengelolaan modal kerja belum efektif dan sebaliknya apabila perputaran modal kerja tinggi berarti modal kerja perusaahan telah efektif. Rumus untuk mengukur perputaran modal kerja sebagai berikut, Kasmir (2011:183):

Perputaran Modal Kerja = Penjualan bersih

(12)

Atau

Perputaran Modal Kerja = Penjualan bersih

Modal Kerja Rata−Rata

2. Perputaran Piutang atau 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑇𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑣𝑒r merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya, semakin rendah rasio maka ada over investment dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang menujukan kualitas dan kesuksesan penagihan piutanng. Cara mencari rasio ini adalah dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata pituang, Kasmir (2011:176). Rumusnya adalah:

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit

rata−rata Piutang

Atau Perputaran Piutang = Penjualan Kredit

Piutang

3. Perputaran persediaan atau inventory turnover merupakan rasio untuk mengukur berapa lama rata-rata barang berada di gudang. Pemikiranya adalah bahwa kenaikan persedian disebabkan oleh peningkatan aktivitas, atau karena perubahan yang tidak proposional dengan peningkatan aktivitas, berarti terjadi pemborosan dalam pengelolaan persedian. Rumusnya adalah:

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan

rata−rata Persediaan

(13)

Current Ratio (CR) atau rasio lancar merupakan rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2015: 134). Rasio lancar merupakan indikator terbaik untuk mengukur sampai sejauh mana pinjaman yang diberikan dari kreditor jangka pendek mampu dibayar oleh perusahaan melalui aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat. Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.

Current ratio (CR) atau rasio lancar yang tinggi di suatu perusahaan menunjukkan semakin kecil peluang kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio

(CR) yang tinggi menunjukan bahwa kreditur berada pada posisi yang aman, dikarenakan terdapat kemungkinan yang besar bahwa perusahaan dapat membayar hutangnya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Selain bagi pihak kreditur, nilai Current ratio (CR) yang tinggi juga dapat mengurangi risiko ketidak pastian bagi investor. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Current Ratio = Total Aktiva Lancar Total Hutang Lancar

2.1.3 Leverage

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen keuangan adalah laverage. Laverage menunjuk kepada hutang yang dimiliki perusahaan. Dalam sebuah perusahaan, baik itu perusahaan industri, jasa maupun perusahaan dagang dalam beroperasi selain menggunakan modal kerja, juga menggunakan aktiva tetap, seperti tanah, bangunan pabrik, mesin, kendaraan dan peralatan lainnya yang mempunyai masa manfaat jangka panjang atau lebih dari satu tahun

(14)

Menurut Wibowo dan Wartini (2012:57) bahwa, Leverage adalah penggunakan utang untuk meningkatkan laba. Leverage dapat meningkatkan baik keberhasilan laba maupun kegagalan rugi manajerial. Hutang yang terlalu besar akan menghambat insiatif dan fleksibilitas manajemen untuk mengejar kesempatan dalam mendapatkan untung. Semakin tinggi proporsi hutang dalam struktur modal perusahaan akan mengakibatkan semakin tinggi risiko, karena hutang akan membawa biaya tetap yang harus dibayar terlepas dari kinerja operasi.

2. Jenis Leverage

Laverage dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: a. Laverage operasi (Operating Leverage)

Operating Laverage (Laverage Operasi) menunjukkan sejauh mana biaya operasional perusahaan. Semakin tinggi biaya tetap operasional perusahaan maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi. Definisi Operating Leverage Menurut Sutrisno (2007:227), berpendapat “Operating leverage adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan”. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006:12) berpendapat “Operating leverage adalah tingkat sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi suatu perusahaan”. Operating Leverage dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba operasi terhadap perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang harus diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian. Tinggi rendahnya leverage operasi dapat diukur berdasarkan degree of operating leverage (DOL). Semakin tinggi degree of operating leverage (DOL) menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan perubahan laba yang tinggi ketika penjualan berubah. Demikian pula sebaliknya, jika degree of operating leverage (DOL) semakin rendah menunjukkan bahwa perusahaan dapat menghasilkan perubahan laba yang rendah ketika penjualan perusahaan berubah. Sutrisno

(15)

(2009:199) menyatakan bahwa rumus degree of operating leverage (DOL) adalah sebagai berikut:

DOL = % Perubahan Dalam EBIT

% Perubahan Dalam 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

b. Laverage Keuangan (financial Leverage)

Menurut Martono dan Harjito (2010:300) mengatakan bahwa pengertian laverage keuangan merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan tujuan agar penggunaan dana tersebut akan memperbesar pendapatan per lembar saham (earning per share, EPS). Laveragekeuangan (financial leverage) timbul apabila perusahaan menggunakan hutang selain modal sendiri dalam struktur finansialnya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage keuangan adalah penggunaan dana berupa hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan dimana disertai dengan kewajiban membayar beban tetap berupa bunga pinjaman dengan harapan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Besar kecilnya laverage keuangan dapat diukur dengan menggunakan degree of financial leverage (DFL). Menurut Sutrisno (2009:201), untuk mengukur degree of financial leverage (DFL) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

DFL = EBIT

EBIT−1

c. Laverage Gabungan (Combine Leverage)

Merupakan pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak atau pendapatan per lembar saham (EPS). Untuk mengukur secara langsung efek perubahan penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham dengan Degree of Combine Leverage

(16)

(DCL) yang didefinisikan sebagai persentase perubahan penjualan per lembar saham sebagai akibat persentase perubahan dalam unit yang dijual.

2.1.4 Profitabilitas

Setiap perusahaan selalu menginginkan pada keadaan yang menguntungkan utuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya karena tanpa adanya keuntungan perusahaan akan sulit untuk menarik modal dari luar, sehingga pihak manajemen akan berusaha meningkatkan perolehan laba yang maksimal. Oleh karena itu perusahaan tidak hanya berfokus pada usaha meningkatkan perolehan laba saja tetapi berfokus pada peningkatan profitabilitasnya dengan semakin tinggi peningkatan profitabilitasnya berarti semakin tinggi tingkat efesiensi perusahaan semakin baik pula kemakmuran perusahaan. Efisiensi perusahaan dapat diketahui dengan menghitung tingkat profitabilitasnya. Oleh karena itu usahanya lebih diarahkan pada titik profitabilitas maksimal dari perolehan laba maksimal, sehingga peningkatan profitabilitas akan berada pada titik yang maksimal.

Untuk lebih jelas mengenai profitabilitas maka Kasmir (2015:196), dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan memberikan pengertian: “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan”. Menurut Harahap (2010:304), dalam bukunya Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan memberikan pengertian: “Profitabilitas atau disebut juga rentabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Sementara itu menurut Irawati (2006:58), mengemukakan bahwa: Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama

(17)

periode tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh jumlah perolehan laba yang bersumber dari penjualan dan investasi pada periode tertentu.

1. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas

Ada beberapa macam rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Menurut Kasmir (2015:198), ada empat rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu:

a. Profit Margin (Profit Margin on Sales)

Profit Margin on Sales atau Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Terdapat dua rumus untuk mencari profit margin, yaitu sebagai berikut: 1) Margin Laba Kotor

Profit Margin = Penjualan Bersih−Harga Pokok Penjualan Penjualan

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan.

2) Margin Laba Bersih

Net Profit Margin = Laba Bersih

(18)

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

b. Return On Asset (ROA)

Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Rumus untuk mencari Return On Asset digunakan sebagai berikut:

Return On Asset = Laba Bersih

Total Asset

c. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return On Equity digunakan sebagai berikut:

Return On Equity = Laba Bersih

Total Ekuitas

d. Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum

(19)

berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Rumus untuk mencari Earning Per Share

digunakan sebagai berikut:

Earning Per Share= Laba Saham Biasa

Saham Biasa Yang Beredar

2.2 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas 2.2.1 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Indikasi pengelolaan modal kerja yang baik adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), dan perputaran piutang (receivable turnover). Perputaran modal kerja dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja makin cepat perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya rentabilitas meningkat.

Peningkatan efisiensi modal kerja tergantung pada pengelolahan manajemen modal kerja. Pengukuran efisiensi modal kerja diukur dengan melihat perputaran modal kerja, jika perputaran modal kerja semakin tinggi maka semakin cepat kas yang di invetasikan dalam modal kerja kembali menjadi kas, sehingga keuntungan dari aliran dana atau kas yang diperoleh perusahaan dapat lebih cepat diterima. Dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

(20)

2.2.2 Pengaruh Current Ratio Terhadap Profitabilitas

Current Ratio (CR) atau rasio lancar termasuk dalam rasio likuiditas, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang akan segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2015: 134). Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang besar pada aktiva lancar bisa menyebabkan likuiditas perusahaan semakin membaik. Apabila likuiditas perusahaan membaik tentunya akan berdampak pada semakin meningkatnya profitabilitas perusahaan tersebut. Curren Ratio memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik hipotesis: 𝐻2 : Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap profitabilitas

2.2.3 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Profitabilitas

Sutrisno (2007:227) mengemukakan bahwa Operating leverage adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. Leverage operasi berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas). Perubahan penjualan tergantung pada laba operasi yang diperoleh perusahaan, sehingga tingkat profitabilitas yang tinggi bila dihubungkan dengan leverage operasi dapat menunjukkan prosentase tingginya laba yang dihasilkan perusahaan. Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat profitabilitas rendah berarti perusahaan menghasilkan laba yang rendah. Dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

(21)

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian

Variabel Hasil Penelitian

1 Agus Wibowo, Sri Wartini (2012)

Efesiensi Modal Kerja, Likuiditas, Dan Laverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Modal Kerja (1) Likuiditas (2) Laverage (3) Profitabilitas (4)

Efesiensi modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, besar kecilnya profitabilitas dipengaruhi oleh efesiensi modal kerja dari perusahaan manufaktur. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, besar kecilnya profitabilitas yang diterima tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya likuiditas dari perusahaan manufaktur. Laverage tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, besar kecilnya profitabilitas tidak di pengaruhi oleh besar kecilnya laverage.

2 Clairene E.E. Santoso (2013)

Perputaran Modal Kerja Dan Perputaran Piutang Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada PT. Pengadaian (Persero) Perputaran modal kerja (X1) perputaran piutang (X2) Profitabilitas (Y)

1. Perputaran modal kerja dan Perputaran piutang pada PT. Pengadaian (Persero) periode 2000-2011 secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Perputaran modal kerja pada PT. Pengadaian (Persero) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

3. Perputaran piutang pada PT. Pengadaian (Persero) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

3 Tania Iskandar, Emrinaldi Nur DP dan Edfan Darlis (2014)

Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Struktur Modal Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Industri &Chemical di BEI

Perputaran Modal Kerja (X1) Struktur Modal (X2) Likuiditas (X3) Profitabilitas (Y)

1. Working Capital Turnover tidak berpengaruh ROA.

2. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka menengah dan jangka panjang (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

3. Likuiditas (CR) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

4 Claudia Yuke Kartika Sefiani (2015)

Current Ratio

(X1)

1. Current Ratio, Total Asset Turn over, dan Umur Perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap profitabilitas.

(22)

Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turn Over, dan Umur Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada perusahaan Food And Baverages Total Asset Turn Over (X2) Umur Perusahaan (X3) Profitabilitas (Y)

2. Current Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.

3. Total Asset Turn Over tidak berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.

4. Umur Perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI.

Sumber: diolah peneliti

2.4 Rerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran yang menyatakan bahwa perputaran modal kerja, current ratio dan leverage operasi yang merupakan pengaruh profitabilitas. Maka dapat digambarkan paradigma dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sumber: diolah peneliti

Gambar 1 Rerangka pemikiran Perputaran Modal Kerja (X1) Current Ratio (X2) Laverage Operasi (X3) Profitabilitas (Y)

(23)

2.5 Perumusan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk memberi bukti empiris mengenai pengaruh perputaran modal kerja, current ratio, leverage operasi. Berdasarkan literatur dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

𝐻1: Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas 𝐻2: Current ratio berpengaruh terhadap profitabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Cash ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Dan Return On Asset (ROA)Terhadap

Kebutuhan untuk menggunakan pengobatan komplementer- alternatif (PKA) didorong oleh pencarian terapi yang dianggap lebih sesuai dengan nilai-nilai seseorang, keyakinan, dan

Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan pengaruh variasi lebar pondasi dan jumlah lapisan geotekstil pada pemodelan fisik lereng pasir dengan sudut 51°

Dari hasil tanggapan responden terhadap konstruk penelitian maka dapat dilihat hasil deskriptif data responden yakni konstruk kondisi lingkungan, perilaku berbagi

Asuransi syariah merupakan salah satu upaya untuk saling melindungi dan saling membantu antar beberapa pihak melalui investasi pada aset dan atau tabarru yang

Saran yang dapat penulis ajukan berkenaan dengan penelitian ini adalah guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dan

2) Presiden mendonasikan dua computer untuk sekolah kami: Satunya Acer dan yang lainnya adalah Toshiba. 3) Dari lima bersaudara, satunya pemalu namun yang lainnya tidak. 4)

Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan ANAVA dua jalan dengan sel tak sama menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitasi siswa pada kategori tinggi