• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap Efisiensi Serapan P dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap Efisiensi Serapan P dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II

terhadap Efisiensi Serapan P dan Hasil Tanaman Padi (

Oryza sativa

L.)

Study of Quail Manure and Inorganic Fertilizer on P Uptake Efficiency and Rice

(

Oryza Sativa L.

) Yield at Second Growth Season

Jauhari Syamsiyah1, S. Minardi1, dan Bayu Winoto2

ABSTRACT

T

his research was conducted from January-August 2008. There are two factors that arranged in factorial with

Randomized Completely Block Design (RCBD). The first factor, consist of no inorganic fertilizer (A1),50

% of recommendation dose (50 kg ha-1 urea ,75 kg ha-1 SP-36 50 kg ha-1 KCL and ZA dosage 50 kg. ha-1 (A2),

and 100 % recomendation dose (A3) urea 300 kg ha-1, SP-36 150 kg ha-1, KCl 100 kg ha-1, and ZA 100 kg ha-1 (A3), and second

factor were no quail manure (O1), quail manure 3 ton ha-1 (O2), quail manure dosage 6 ton ha-1 (O3). Data were analysed with F

test or Kruskal-Wallis test, Duncan Multiple Range (DMR) test at 5% in level, and Correlation test.

There are significant effect of quail manure and inorganic fertilizer on P uptake, agronomy efficiency and grain dry weight.

Inorganic fertilizer at 50% of recommendation dosage (urea 150 kg ha-1, SP-36 75 kg ha-1, KCl 50 kg ha-1, and ZA 50 kg ha-1) and

6 ton Keyword: quail manure, inorganic fertilizer, P uptake efficiency. Rice yield. ha-1of quail manure (A2O3) gives the highest

of P uptake efficiency, agronomy efficiency, and the grain dry weight as many as 38,83%, 30,40%, and 6,22 mg ha-1 respectively.

P uptake efficiency in that treatment was increased as much 13,83% than the same treatment in growth session I. T h e

grain dry weight on growth season II is lower than growth season I. The significant decreasing 2,33 Mg/ha-1 was found on inorganic fertilizer 50% of recommendation dosage (urea 150 kg.ha-1, SP-36 75 kg. ha-1, KCl 50 kg. ha-1, and ZA 50 kg. ha-1) and 3 Mg.ha-1 of quail manure treatment (A2O2).

Keyword: quail manure, inorganic fertilizer, P uptake efficiency. Rice yield.

PENDAHULUAN

1. Staf Pengajar JURUSAN Ilmu Tanah FP-UNS 2. Alumni Mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah F-P UNS

Intensifikasi padi dengan pemberian pupuk kimia dalam jumlah banyak dan dalam waktu lama, serta kurangnya penggunaan bahan organik dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan unsur hara sehingga akan berpengaruh pada penuruna kualitas lahan yang ditandai dengan rendahnya kadar bahan organik pada lahan sawah itu sendiri Menurut Karama et al., (1990) 68 % dari 38 lokasi tanah sawah yang dimabil secara acak berkadar C kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %. Ditambahkan oleh Pramono et al., (2002). bahwa rata-rata kandungan C organik dari berbagai sentra produksi beras di Jawa Tangah seperti di Ka. Grobogan, Kab. Sragen, Kab. Batang dan Kab. Sukoharjo berada dibawah 2 %. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pelandaian produktifitas (levelling off) padi sawah (Kasno et al., 2003 cit. Hardjowigeno et al., 2004).

Pemupukan yang memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil pertanian.,terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi), sehingga sejak tahun 1996 telah terjadi penggunaan pupuk yang terus meningkat. Hal ini memberikan petunjuk terjadinya penurunan efisiensi pemupukan karena berbagai faktor tanah dan lingkungan yang harus dicermati. Munculnya gejala pelandaian produktivitas (levelling off) padi adalah cerminan dari penurunan efisiensi penggunaan pupuk dan gangguan terhadap kesehatan tanah (Rochayati dan Adiningsih, 2002). Nilai efisiensi serapan hara P secara umum berkisar antara 15-20% (Yuwono, 2004), sedangkan efisiensi serapan P di lahan sawah Palur pada musim tanam I sebesar 34,89% pada perlakuan pemberian urea 150 kg/ha, SP-36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha, ZA 50 kg/ha, dan tanpa pupuk kandang puyuh, sedangkan berat

(2)

gabah kering giling tertinggi pada perlakuan urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha, ZA 100 kg/ha dan pupuk kandang puyuh 6 ton per hektar sebesar 7,59 ton/ ha.

Meskipun efisiensi P sudah lebih tinggi dari rata-rata, tetapi pupuk anorganik yang dipakai masih tinggi, sehingga perlu penelitian lanjutan dari musim tanam I. Pada musim tanam ke II diharapkan pada perlakuan imbangan pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi dan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha akan meningkatkan nilai efisiensi serapan P dan hasil tanaman padi. Pemberian pupuk kandang puyuh 6 ton/ha diharapkan selain menyediakan unsur hara bagi tanaman (termasuk hara P), juga akan mensubstitusikan P pada komplek jerapan sehingga meningkatkan ketersediaan P seperti pernyataan Hakim et al. (1986) bahwa hasil dekomposisi bahan organik selain sebagai sumber P juga menghasilkan asam-asam organik yang dapat melepas P yang terikat oleh kation Al, Fe, dan Ca sehingga senyawa P tersedia bagi tanaman.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dari Bulan Januari sampai Agustus 2008 di lahan sawah Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, dan Labratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang puyuh, benih padi IR-64, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk ZA, kemikalia untuk analisis laboratorium, sedangkan alat yang diperlukan: seperangkat alat pengolah sawah, alat penanganan pasca panen, timbangan, oven, alat-alat untuk analisis laboratorium.

Penelitian ini merupakan penelitian tahap ke II untuk mengevaluasi residu pemupukan musim tanam I. Penelitian ini merupakan Percobaan Lapangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor I adalah 3 taraf pupuk anorganik yaitu : A1 : 0% dosis rekomendasi, A2 : 50% dosis rekomendasi, A3 : 100% dosis rekomendasi. 100% dosis rekomendasi pupuk anorganik adalah urea 300 kg/ha, ZA 100 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Faktor II adalah3 taraf pupuk kandang puyuh yaitu O1: 0 ton/ha, O2: 3 ton/ha, O3: 6 ton/ha. Semua perlakuaan diulang 3 kali.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : Pengambilan sampel tanah awal,

persiapan lahan tanam, pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan yang dilakukan sesuai kebiasaan petani, Variabel utama yang dimati meliputi. P total , P tersedia, serapan P, hasil gabah kering dan berat 1000 biji. Sedangkan variabel pendukung meliputi jumlah anakan produktif, jumlah anakan total, berat brangkasan kering. Kadra BO tanah dan KPK.

Data dianalisis dengan uji F taraf 1 % dan 5 % (untuk data normal) dan Kruskal-Wallis (untuk data tidak normal) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel pengamatan, untuk membandingkan rerata antar kombinasi perlakuan digunakan uji DMR taraf 5 % (untuk data normal) dan Mood Median (untuk data tidak normal). Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan uji korelasi. Untuk menghitung serapan P: (P jaringan tanaman) x (berat brangkasan kering) g. Untuk menghitung efisiensi serapan P dengan menggunakan rumus: Eh =

Hp

Sk

Sp

x 100 % Dimana:

Eh= efisiensi serapan hara P

Sp= serapan hara P pada tanaman yang dipupuk Sk= serapan hara P pada tanaman yang tidak dipupuk Hp= kadar hara P dalam pupuk yang diberikan

(Yuwono, 2004).

Untuk menghitung efisiensi agronomi dengan menggunakan rumus: Ea =

Hp

Bk

Bp

x 100 % Dimana: Ea = efisiensi agronomi

Bp = Berat gabah kering giling pada tanaman yang dipupuk

Bk = Berat gabah kering giling pada tanaman yang tidak dipupuk

Hp = kadar hara P dalam pupuk yang diberikan (Sembiring et al., 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Pupuk Kandang Puyuh

Karakteristik dari pupuk kandang puyuh yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 1

(3)

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap

Variabel Satuan Hasil

C-organik % 18,07 Bahan Organik % 31,08 N % 1,56 P % 0,2 K % 1,55 S % 1,24 C/N - 11,58

Tabel 2. Hasil analisis pupuk kandang puyuh

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS 2008

Karakteristik Tanah Sawah Palur

Karakteristik tanah sebelum tanam pada musim tnam II beragam akibat perlakuan pada musim tanam I. (Tabel 2).

Variabel A1O1 A1O2 A1O3 A2O1 A2O2 A2O3 A3O1 A3O2 A3O3

pH H2O * 5,65 am 5,56 m 5,78 m 5,77 am 5,92 am 6,16 am 5,96 am 5,49 m 5,94 am C-Organik (%)* 1,64 r 2,19 s 2,44 s 1,64 r 2,16 s 2,39 s 1,65 r 2,18 s 2,70 s Bahan Organik (%) * 2,81 s 3,76 s 4,19 t 2,82 s 3,72 s 4,11 s 2,84 s 3,75 s 4,65 t KPK (me%)* 13,41 r 13,71 r 15,04 r 16,36 r 17,40 s 17,37 s 14,89 r 20,62 s 24,33 s N total tanah (%)* 0,18 r 0,28 s 0,32 s 0,37 s 0,38 s 0,42 s 0,4 s 0,4 s 0,44 s P total tanah (ppm)* 31,46 s 42,77 t 42,01 t 39,47 s 42,84 t 45,06 t 42,87 t 45,69 t 46,89 t P tersedia tanah (ppm)* 18,76 s 19,99 s 20,53 s 20,40 s 20,74 s 20,77 s 19,62 s 20,85 s 20,81 s K total tanah (me%)* 8,60 sr 8,62 sr 9,09 sr 9,38 sr 9,40 sr 9,66 sr 9,88 sr 10,19 r 10,44 r K tersedia tanah (me%)* 0,13 r 0,18 r 0,19 r 0,14 r 0,15 r 0,16 r 0,16 r 0,16 r 0,17 r

Tabel 2. Karakteristik tanah sebelum perlakuan

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNS 2008

* : Pengharkatan dari PPT, 2005; ** : Pengharkatan dari Bangladesh Agricultural Research Council (BARC), 1997

Keterangan: sr : sangat rendah; r : rendah; s : sedang; t : tinggi; m : masam; am : agak masam

Bahan Organik dan KPK Tanah

Perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A2O3) menunjukkan bahan organik tanah tertinggi yaitu 4,8% atau meningkatkan sebesar 63,27% dari kontrol. Kandungan bahan organik tanah pada perlakuan pemberian pupuk anorganik 0% dosis rekomendasi (tanpa pupuk anorganik) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A1O3) dan perlakuan

pembe-Gambar 1. Bahan organik tanah Musim Tanam I dan II

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMR 5%

rian pupuk anorganik 100% dosis rekomendasi (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA 100 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A3O3) tidak jauh beda dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A2O3). Hal ini dikarenakan penambahan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha pada musim I dan II, sehingga pada perlakuan-perlakuan ini menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Dari gambar 1 terlihat semua perlakuan berbeda nyata terhadap kontrol (A1O1) yang mempunyai kandungan bahan organik tanah terendah (2,94%). Peningkatan dosis pupuk kandang puyuh yang diberikan akan semakin meningkatkan bahan organik tanah.

(4)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian 6 ton/ ha pupuk kandang puyuh (O3) menunjukkan KPK tanah tertinggi yaitu sebesar 26,89 me% atau meningkatkan KPK tanah 7,86% dari kontrol, namun tidak berbeda dengan pemberian pupuk kandang puyuh 3 ton/ha. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah akan meningkatkan KPK tanah. Uji korelasi menunjukkan bahwa KPK berkolerasi positif dengan bahan organik (r=0,518**), hal ini menunjukkan dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang puyuh akan meningkatkan KPK tanah karena bahan organik mengandung koloid organik yang bermuatan negatif yang dapat mempertukarkan kation tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

P total dan P tersedia Tanah

Gambar 3 menunjukkan bahwa peningkatan P total tanah dari pupuk yang diberikan juga meningkatkan ketersediaan P untuk tanaman. P total dan P tersedia paling rendah pada perlakuan tanpa pemberian pupuk anorganik dan pupuk kandang puyuh (A1O1) karena pada perlakuan ini memang tidak ada penambahan unsur hara dari pupuk baik pupuk anorganik maupun pupuk kandang puyuh. Hal ini sesuai dengan hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa P tersedia tanah berkolerasi positif dengan P total tanah (r=0,661) sehingga dengan penambahan pupuk anorganik dan pupuk kandang puyuh akan meningkatkan P total tanah yang akhirnya akan meningkatkan P tersedia tanah. P tersedia berkorelasi positif (r=0,552**) dengan pH tanah. Pada pH masam sebagian besar P terfiksasi oleh Fe dan Al, pada pH alkali sebagian besar P terfiksasi oleh Ca. Ketersediaan P paling optimal pada pH 6-7 (netral) (Hanafiah, 2005).

Gambar 3. Kandungan P total dan P tersedia tanah musim tanam II

Serapan dan Efisiensi Serapan P

Gambar 4 menunjukkan bahwa efisiensi serapan P tertinggi dicapai pada perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A2O3) yaitu sebesar 38,83%. Secara umum pada musim tanam II ini terjadi peningkatan efisiensi serapan P bila dibandingkan musim tanam I. Pada beberapa perlakuan terjadi peningkatan efisiensi serapan P yang signifikan, yaitu pada perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 3 ton/ha (A2O2), pemberian pupuk anorganik 100% dosis rekomendasi (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA Gambar 2. Pengaruh pupuk kandang puyuh terhadap

BO (%) dan KPK tanah (me%)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMR 5%

Gambar 2. Pengaruh interaksi pupuk anorganik dan pupuk kandang puyuh terhadap effisiensi serapan P (%)

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMR 5%

(5)

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap 100 kg/ha) dengan tanpa pupuk kandang (A3O1),

pemberian pupuk anorganik 100% dosis rekomendasi (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA 100 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 3 ton/ha (A3O2), dan pemberian pupuk anorganik 100% dosis rekomendasi (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA 100 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A3O3) berturut-turut ssebesar 31,97%, 18,82%, 20,52%, dan 23,16%. Hal ini disebabkan adanya residu pupuk pada musim tanam I yang dapat diserap tanaman padi pada musim tanam II, sesuai dengan pernyataan Siregar (1978), bahwa semua pupuk phospat, baik pupuk anorganik dan pupuk organik mempunyai pengaruh susulan (residual effect), artinya pupuk yang diberikan pada suatu ketika untuk suatu pertanaman tidak akan habis sepenuhnya diserap oleh tanaman, tetapi sebagian dari pupuk itu tertinggal di dalam tanah dan sisa yang tertinggal di dalam tanah tersebut akan memberikan pengaruh yang baik pada musim tanam berikutnya.

Perlakuan Musim tanam I (%) Musim tanam II (%) P value A1O1 0,00 0,00 - A1O2 3,76 21,30 0,02 * A1O3 31,28 29,77 0,82 ns A2O1 34,89 32,18 0,68 ns A2O2 5,51 37,48 0,01 * A2O3 25,00 38,83 0,07 ns A3O1 8,93 27,75 0,01 * A3O2 17,99 38,51 0,00 * A3O3 14,05 37,21 0,01 *

Tabel 3. Hasil uji T efisiensi serapan P musim tanam I dan II

Keterangan: *: berbeda nyata, ns: berbeda tidak nyata

Jumlah Anakan Produktif

Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian 100% dosis rekomendasi pupuk anorganik (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA 100 kg/ha) menunjukkan hasil tertinggi terhadap jumlah anakan produktif yaitu 17,66 dan mampu meningkatkan jumlah anakan produktif sebesar 12,77% dari kontrol. Pemberian 100% dan 50% dosis rekomendasi pupuk anorganik (A3 dan A2) tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kontrol (A1). Dari uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah anakan produktif berkolerasi positif

dengan P tersedia tanah (r=0,580**), sehingga dengan meningkatnya P tersedia tanah melalui pemupukan baik pupuk anorganik maupun pupuk kandang puyuh yang diberikan akan meningkatkan jumlah anakan produktif. Berat 1000 biji

Pemberian 100% dosis rekomendasi pupuk anorganik (A3) memberikan berat 1000 biji yang nyata lebih tinggi dari pemberian 50% dosis anorganik (A2) dan kontrol (A1). Peningkatan dosis pupuk anorganik mampu meningkatkan berat 1000 biji tanaman padi. Pemberian 100% dosis rekomendasi pupuk anorganik mampu meningkatkan berat 1000 biji sebesar 2.96% dari kontrol (tanpa pupuk anorganik). Berat 1000 biji pada musim tanam II ini tidak jauh berbeda dengan musim tanam I yang berkisar antara 26-27,30 gram. Dari uji korelasi menunjukkan bahwa berat 1000 biji berkorelasi positif dengan ketersediaan P (r=0,458*) dan serapan P (r=0,499**). Semakin meningkatnya ketersediaan P dan serapan P akan meningkatkan berat 1000 biji.

Berat Gabah Kering Giling(GKG)

Berat gabah kering giling tertingi dicapai pada perlakuan pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A2O3) yaitu sebesar 6,22 ton/ha (lampiran). Berat gabah kering giling (GKG) pada musim tanam II ini (semua perlakuan) lebih kecil daripada musim tanam I. Penurunan yang signifikan terjadi pada perlakuan pemberian pupuk Gambar 4. Pengaruh pupuk anorganik terhadap jumlah

anakan produktif

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMR 5%

(6)

anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 3 ton/ha (A2O2) yaitu turun sebesar 2,33 ton/ha. Faktor cuaca yang hampir setiap hari tertutup oleh awan menyebabkan sinar matahari tidak optimal untuk proses fotosintesis tanaman padi pada musim tanam II sehingga pembentukan malai dan pengisian biji terhambat sehingga mempengaruhi hasil panen. Hal ini sesuai dengan Vergara (1990) bahwa cuaca yang mendung menyebabkan radiasi surya yang sampai ke daun tidak maksimal. Suhu yang rendah dan sedikitnya energi cahaya akan meningkatkan jumlah bulir-bulir yang hampa, sehingga hasil panen menurun.

Gambar 7. Perbandingan berat gabah kering giling (GKG) pada musim tanam I dan II

Perlakuan Musim tanam I (ton/ha) Musim tanam II (ton/ha) P value A1O1 5,81 4,80 0,26 ns A1O2 5,85 5,06 0,23 ns A1O3 6,66 5,90 0,34 ns A2O1 6,32 5,06 0,22 ns A2O2 7,20 4,87 0,00 * A2O3 6,80 6,22 0,19 ns A3O1 6,82 5,71 0,06 ns A3O2 7,45 5,77 0,01 * A3O3 7,59 6,09 0,13 ns

Tabel 4. Hasil uji T berat gabah kering giling musim tanam I dan II

Keterangan: *: berbeda nyata, ns: berbeda tidak nyata

Efisiensi Agronomi

Dari gambar 8. dapat diketahui bahwa ada kecenderungan semakin meningkatnya efisiensi serapan P akan meningkatkan efisiensi agronomi, sebab P yang diserap tanaman padi dari sejumlah pupuk yang diberikan dimanfaatkan tanaman padi untuk pertumbuhan dan pembentukan akromolekul biji padi berarti akan meningkatkan produksi padi (efisiensi agronomi semakin meningkat) (Hardjowigeno, 1992).

Gambar 8. Regresi hubungan efisiensi serapan P dan efisiensi agronomi

Gambar 5. Pengaruh pupuk anorganik terhadap berat 1000 biji

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMR 5%

(7)

Kajian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Musim Tanam II terhadap KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Interaksi pupuk anorganik dan pupuk kandang puyuh berpengaruh meningkatkan efisiensi serapan P. 2. Efisiensi serapan P tertinggi dicapai pada perlakuan

pemberian pupuk anorganik 50 % dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha+ ZA 50 kg/ha) dan pupuk kandang puyuh 6 ton/ha (A2O3) yaitu sebesar 38,83 % , sebesar 13,83% dibandingkan musim tanam I pada perlakuan yang sama.

3. Pemberian pupuk anorganik dan pupuk kandang puyuh pada musim tanam II berpengaruh pada berat gabah kering giling (GKG)., meskipun pada musim tanam II lebih rendah dari misim tanam I.

4. Pemberian pupuk anorganik 50 % dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dan pupuk kandang puyuh sebanyak 6 ton/Ha (A2O3) yaitu sebesar 6,22 ton/ha.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang sama di lokasi yang berbeda untuk mengetahui efisiensi serapan P yang nantinya akan menghasilkan suatu rekomendasi pemupukan yang efisien dan spesifik lokasi. 2. Perlu adanya penelitian dari segi kualitas beras

(protein, karbohidrat, amilum, persentase beras pecah).

5. Pemberian pupuk anorganik 50% dosis rekomendasi (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dengan pupuk kandang puyuh 3 ton/ ha (A2O2) membrikan penurunan yang signifikan (2,33 ton/ha)

6. Efisiensi agronomi tertinggi terjadi pada perlakuan pemberian 50% dosis rekomendasi pupuk anorganik (Urea 150 kg/ha + SP-36 75 kg/ha + KCl 50 kg/ha + ZA 50 kg/ha) dan 6 ton/ha pupuk kandang puyuh (A2O3) yaitu sebesar 30,40%.

7. Ada kecenderungan semakin meningkatnya efisiensi serapan P akan meningkatkan efisiensi agronomi.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, N., Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Nugroho, S.G. Saul, M.R. Dina, M.A. Hong, G.B. dan Bailey, H.H. 1986.

Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Bogor.

Harjowigeno,S.Agus,F.,Adimihardja,A., Fagi,A,M., Hartatik,W. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi P e n g e l o l a a n n y a. Pusat Penelitian dan pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Karama, A.S., A. R. Marzuki. Dan I. Manwan. 1990.

Penggunaan pupuk orgasnik pada tanaman pangan. P r o s i d i n g L o k a k a r y a N a s i o n a l Efisiensi Pupuk V. Cisarua 12 - 13 Nopember 1990. Pramono, J., H. Supadmo. Hartoko, Widarto, S. Jauhari, E. Supratman dan Sartono. 2002. Laporan Hasil Pengkajian Pemupukan Spesifik Lokasi pada

Padi Sawah. Kejasama BPTP Jawa Tengah

dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Tengah. Ungaran. (unpublised).

Rochayati, S. dan J.S. Adiningsih. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Program Uji Tanah untuk Hara

P dan K pada Lahan Sawah. Balai Penelitian

Tanah dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Rosmarkam, A dan Yuwono, W.N. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sembiring, L. Wirajaswadi dan A. Hippi. 2000. Penggunanan Bagan Warna Daun (BWD) untuk Pemupukan N Padi Sawah. h t t p : / / ntb.litbang.deptan.go.id. Diambil pada tanggal 21 Desember 2008, pukul 18.30 WIB.

Siregar , H. 1978. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor.

Vergara, B. S. 1990. Bercocok Tanam Padi. Bappenas. Jakarta.

Yuwono,N.W. 2004. Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2. Karakteristik tanah sebelum perlakuan
Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian 6 ton/ ha pupuk kandang puyuh (O3) menunjukkan KPK tanah tertinggi yaitu sebesar 26,89 me% atau meningkatkan KPK tanah 7,86% dari kontrol, namun tidak berbeda dengan  pemberian pupuk kandang puyuh 3 ton/ha
Gambar 5 menunjukkan bahwa pemberian 100% dosis rekomendasi  pupuk anorganik (Urea 300 kg/ha + SP-36 150 kg/ha + KCl 100 kg/ha + ZA 100 kg/ha) menunjukkan hasil tertinggi terhadap jumlah anakan produktif yaitu 17,66 dan mampu meningkatkan jumlah anakan pro
Gambar 7. Perbandingan berat gabah kering giling (GKG) pada musim tanam I dan II

Referensi

Dokumen terkait

Tanggung jawab pialang asuransi berpedoman pada kontrak asuransi yang telah dibuat untuk melakukan kewenangan dalam penyelesaian klaim asuransi disamping itu pialang

Dari hasil penelitian dengan metode diatas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa Polresta Malang kesulitan dalam mengungkap tindak pidana

Dimana jumlah H 2 O yang terkondensasi setelah proses pembakaran tergantung dari besarnya kadar air dalam briket tersebut, apabila kadar air yang terkandung

Berdasarkan perhitungan perpindahan arus lalu lintas ke Semarang Outer Ring Road (SORR) dimana pada tahun 2020 jalan itu beroperasi didapatkan besarnya arus lalu lintas

Kesalahan yang banyak ditemukan dalam karangan narasi ekspositoris peserta didik adalah kesalahan pada penulisan huruf kapital, kata hubung, tanda baca, kalimat

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk membantu tenaga pendidik menyajikan materi pelajaran dalam bentuk modul pembelajaran yang lebih ringkas dan sesuai dengan

[r]

Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa