• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II WAHYU PERMADI TS'16

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II WAHYU PERMADI TS'16"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang

ditulis para peneliti sebagai berikut.

Eko Sulistianto (Universitas Muhammadiyah Purwokerto,2014) melakukan

penelitian tentang “Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di Perumahan Sogra Puri Indah”. Perumahan Sogra Puri Indah apabila terjadi banjir

dengan intensitas yang lama di beberapa saluran tidak mampu menampung

limpasan hujan. Hal ini disebabkan adanya sampah atau sedimentasi yang berupa

rumput dan tanah. Sehingga menyebabkan tidak lancarnya aliran air yang masuk ke

saluran. Metode yang dipakai yaitu metode log normal, log Pearson III, metode

rasional, dan rumus mononobe. Pada Penelitian ini dilakukan tinjauan ulang dengan

menggunakan data curah hujan selama 10 tahun, dengan bentuk penampang

persegi, dari hasil penelitian didapat besarnya curah hujan 119,9 mm, dengan

dimensi saluran lebar (B) = 0,4 m, tinggi (h) = 0,4 m, dan luas penampang (A) =

0,16 m , sedangkan dimensi saluran yang ada sekarang memiliki lebar (b) = 0,35

(2)

A. Sistem Drainase

Drainase yang berasal dari bahasa inggris yaitu drainage mempunyai arti

mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase

dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,

baik yang berasal dari hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu

kawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu

(Suripin,2004).

Menurut Haryono (1999), drainase adalah ilmu untuk pengeringan tanah.

Drainase (drainage)berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau

mengalirkan air dan merupakan terminologi yang digunakan untuk menyatakan

sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di

atas maupun di bawah permukiman tanah. Pengertian drainase tidak terbatas pada

teknis pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut

keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada didalam kawasan diperkotaan.

Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan kota sudah pasti

dapat menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks. Dengan semangkin

kompleksnya permasalahan drainase perkotaan maka di dalam perencaaan dan

pembangunannya tergantung pada kemampuan masing-masing perencana. Dengan

demikian didalam proses pekerjaanya memerlukan kerja sama dengan beberapa ahli

di bidang lain yang terkait.

Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu hujan,

(3)

menimbulkan genangan yang dapat mengganggu aktivitas dan bahkan dapat

menimbulkan kerugian (R. J. Kodoatie, 2005).

Adapun fungsi drainase menurut R. J. Kodoatie adalah :

- Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat dari permukiman) dari

genangan air, erosi, dan banjir.

- Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko

kesehatan lingkungan bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya.

- Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar

dari kelembaban. 

- Dengan sistem yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga

memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan

lainnya.

Menurut R. J. Kodoatie sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota

dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu:

- Sistem drainase mayor adalah sistem saluran yang menampung dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).

Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti

saluran drainase primer. 

- Sistem drainase minor adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase

yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana

sebagian besar di dalam wilayah kota, contohnya seperti saluran atau selokan

air hujan di sekitar bangunan. Dari segi kontruksinya sistem ini dapat

(4)

B. Perencanaan Saluran Drainase

Saluran drainase harus direncanakan untuk dapat melewatkan debit rencana

dengan aman. Perencanaan teknis saluran drainase menurut Suripin mengikuti

tahapan-tahapan meliputi: menentukan debit rencana, menentukan jalur saluran,

merencanakan profil memanjang saluran, merencanakan penampang melintang

saluran, mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem

drainase.

1. Bentuk Penampang Saluran

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan

saluran irigasi pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus

diusahakan dapat membentuk dimensi yang ekonomis, sebaliknya dimensi

yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya tamping

yang tidak memedai. Adapun bentuk-bentuk saluran antara lain :

a. Trapesium

Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup

kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan

cukup ruang. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air

hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

(5)

b. Persegi

Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini

tidak memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan

menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit

yang besar.

Gambar 2.2 Penampang Persegi

c. Segitiga

Saluran ini sangat jarang digunakan tetap mungkin digunakan dalam

kondisi tertentu.

(6)

d. Setengah Lingkaran

Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan

yang telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan

air hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 2.4 Penampang Setengah Lingkaran

C. Debit Hujan

Perhitungan debit hujan untuk saluran drainase di daerah perkotaan dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus rasional atau hidrograf satuan. Dalam

perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik

periode ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran, dan

lain-lain.

Tabel 2.1 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan

Luas DAS (ha) Periode ulang (tahun) Metode perhitungan debit hujan

< 10 2 Rasional

10 –100 2 –5 Rasional

(7)

D. Periode ulang dan Analisis Frekuensi

Periode ulang adalah waktu perkiraan dimana hujan dengan suatu

besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Besarnya debit hujan untuk

fasilitas drainase tergantung pada interval kejadian atau periode ulang yang

dipakai. Dengan memilih debit dengan periode ulang yang panjang dan

berarti debit hujan besar, kemungkinan terjadinya resiko kerusakan menjadi

menurun, namun biaya konstruksi untuk menampung debit yang besar

meningkat. Sebaliknya debit dengan periode ulang yang terlalu kecil dapat

menurunkan biaya konstruksi, tetapi meningkatkan resiko kerusakan akibat

banjir.

Sedangkan frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu

besaran hujan disamai atau dilampaui. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa

macam distribusi frekuensi dan empat jenis distribusi yang banyak digunakan

dalam bidang hidrologi, antara lain :

 Distribusi Normal 

Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana,

persamaan distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut :

XT = X̅ + KT x S ... (2.1)

Dengan :

XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan

̅ = nilai rata-rata hitung variat

(8)

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode

ulang.

Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 2.2 nilai variabel reduksi Gauss

sebagai berikut :

Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss

No Periode Peluang KT No Periode Peluang KT

(Sumber: Bonnier, 1980 dalam Suripin, 2004)

 Distribusi Log Normal

Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X

dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Persamaan distribusi log normal

dapat ditulis dengan :

YT = Y + KT x S ... (2.2)

Dengan :

YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang

T-tahunan

(9)

 = nilai rata-rata hitung variat

S = deviasi standar nilai variat

KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode

ulang.

Nilai KT dapat dilihat pada Tabel 2.2 nilai variabel reduksi Gauss.

 Distribusi Log Person III

Persamaan distribusi Log-Person III hampir sama dengan persamaan

distribusi Log Normal, yaitu sama-sama mengkonversi ke dalam bentuk

logaritma.

YT = Y + KT x S ... (2.3)

Dimana besarnya nilai KT tergantung dari koefisien kemencengan G.

Tabel 2.3 memperlihatkan harga KT untuk berbagai nilai kemencengan G.

(10)

Tabel 2.3 Nilai KT untuk Distribusi Log-Person III

Interval kejadian (periode ulang)

Koef. 1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100

G Persentase perluang terlampaui

99 80 50 20 10 4 2 1

Bentuk dari persamaan distribusi Gumbel dapat ditulis sebagai berikut:

(11)

Besarnya faktor frekuensi dapat ditentukan dengan rumus berikut :

Tr = Periode tahun berulang (tahun)

X = Curah hujan maksimum rata – rata selama tahun pengamatan

(12)

Tabel 2.5 Reduced standard deviation (Sn)

Periode Ulang Reduced Variate Periode Ulang Reduced Variate

Tr (tahun) Ytr Tr (tahun) YTr

Sebelum menganalisis data hujan dengan salah satu distribusi di atas, perlu

pendekatan dengan parameter-parameter statistik untuk menentukan

distribusi yang tepat digunakan. Parameter-parameter tersebut meliputi:

(13)

Tabel 2.7 Karakteristik Distribusi Frekuensi

Jenis distribusi frekuensi Syarat distribusi

Distribusi Normal Cs = 0 dan Ck = 3

Distribusi Log Normal Cs >0 dan Ck >3

Distribusi Gumbel Cs = 1,139 dan Ck =5,402

Distribusi Log-Person III Cs antara 0 –0,9

Sumber: Soewarno, 1995

Pengujian Kecocokan Jenis Sebaran

Pengujian kecocokan sebaran berfungsi untuk menguji apakah sebaran

yang dipilih dalam pembuatan duration curve cocok dengan sebaran

empirisnya.

- Uji Chi-Kuadrat

Uji Chi-Kuadrat (uji kecocokan) diperlukan untuk mengetahui apakah

data curah hujan yang ada sudah sesuai dengan jenis sebaran (distribusi)

yang dipilih. Pengambilan keputusan ini menggunakan parameter X2

yang dihitung dengan rumus :

X2 = ∑ (𝑂𝐹− 𝐸𝑓)2

𝐸𝑓

𝐺 𝑖=1

Dimana :

X2 = harga chi-kuadrat

G = jumlah sub-kelompok

Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

(14)

Prosedur perhitungan chi-kuadrat sebagai berikut :

1. Urutkan data pengamatan dari yang terbesar ke data yang terkecil

atau sebaliknya

2. Hitung jumlah kelas yang ada (k) = 1 + 3,322 log n

3. Hitung nilai Ef = jumlah data (n) / jumlah kelas (k)

4. Tentukkan nilai Of untuk masing-masing kelas

5. Hitung nilai X2 untuk masing-masing kelas kemudian hitung nilai

total X2

6. Nilai X2 dari perhitungan harus lebih kecil dari nilai X2 dari tabel

untuk derajat nyata tertentu untuk yang sering diambil sebesar 5 %

dengan parameter derajat kebebasan

Rumus Derajat Kebebasan :

Dk = k – R – 1

Dimana :

Dk = derajat kebebasan

k = jumlah kelas

(15)

Tabel 2.8 Uji chi-kuadrat

6 7,84080 10,64464 12,59159 16,81189 18,54758 22,45774

7 9,03715 12,01704 14,06714 18,47531 20,27774 24,32189

8 10,21885 13,36157 15,50731 20,09024 21,95495 26,12448

9 11,38875 14,68366 16,91898 21,66599 23,58935 27,87716

10 12,54886 15,98718 18,30704 23,20925 25,18818 29,58830

- Uji Smirnov-kolmogorov

Untuk menilai besarnya penyimpangan maka dibuat batas kepercayaan

dari hasil perhitungan XT dengan uji Kolmogorov. Uji

Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut juga uji kecocokan non parametik, karena

pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedur

pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

 Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan

besarnya peluang dari masing-masing data tersebut.

X1 = P(X1)

X2 = P(X2)

X3 = P(X3)dan seterusnya

 Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil pengambaran

data (persamaan distribusinya).

X1= P’(X1)

(16)

X3= P’(X3)dan seterusnya

 Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisih terbesarnya antar

peluang pengamatan dengan peluang teoritis.

Dmaksimum = P(Xn) –P’(Xn) ………...…..(2.11)

 Berdasarkan Tabel 2.8 nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test) tentukan

harga Do.

Tabel 2.9 Nilai kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov

N

Derajat kepercayaan (α)

0,20 0,10 0,05 0,01

Sumber: Bonnier, 1980 dalam Suripin, 2004

Apabila nilai Dmaksimum lebih kecil dari Do, maka distribusi teoritis

yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi dapat diterima.

Apabila Dmaksimum lebih besar dari Do, maka secara teoritis pula distribusi

(17)

E. Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.

Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung, intensitasnya

cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula

intensitasya. Seandainya data hujan yang diketahui hanya hujan harian, maka oleh

Mononobe dirumuskan sebagai berikut:

R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)

T0 = waktu in-let (menit)

TD = waktu aliran dalam saluran (menit)

L0 = jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (m)

L = panjang saluran (m)

nd = Angka kekerasan permukaan lahan (tabel)

S = kemiringan daerah pengaliran atau kemiringan tanah

(18)

Kirpich (1940) dalam Suripin (2004) mengembangkan rumus dalam

memperkirakan waktu komsentrasi, dalam hal ini durasi hujan diasumsikan sama

dengan waktu waktu konsentrasi.

Rumus waktu konsentrasi tersebut ditulis sebagai berikut :

tc = (0,87 𝑥 𝐿 2

1000 𝑥 𝑆0)

0,385

...(2.13)

Dengan : tc = waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang saluran utama (km)

S0 = kemiringan rata-rata saluran

F. Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan didefisinikan sebagai nisbah antara puncak aliran

permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi koefisien

adalah laju infiltrasi tanah, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas

hujan. Selain itu juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah, air tanah, derajad

kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan depresi. Untuk besarnya nilai

(19)

Tabel 2.10 Nilai Koefisien aliran metode rasional

G. Metode Rasional

Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum

dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Model ini sangat simpel dan

(20)

dengan ukuran kecil kurang dari 300 ha. Model ini tidak dapat menerangkan

hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrograf. Persamaan

metode rasional dapat ditulis dalam bentuk:

Q = 0,002778 x C x I x A ...(2.14)

Dengan : Q = laju aliran permukaan (debit) puncak (m3/dt)

C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas DAS (m2)

H. Penampang Melintang Saluran

Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena

kecepatan aliran dan kekasaran dinding relatif besar. Aliran melalui saluran terbuka

akan turbulen apabila angka Reynolds Re> 2.000 dan laminer apabila Re < 500.

Rumus Reynolds dapat ditulis sebagai berikut:

Re = 𝑉 𝑋 𝐿

𝑣 ...(2.15)

Dengan : V = kecepatan aliran (m/dt)

L = panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L=R

 = kekentalan kinematik (m2/dt)

Nilai R dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R = 𝐴

𝑃 ...(2.16)

Dengan : R = jari-jari hidraulik (m)

A = luas penampang basah (m2)

(21)

Untuk mencari nilai kecepatan aliran dapat menggunakan rumus Manning yang

dapat ditulis sebagai berikut:

V = 1

𝑛 x 𝑅

2 3 x 𝑆0

1

2 ...(2.17)

Dengan: R = jari-jari hidraulik (m)

I = kemiringan dasar saluran

n = koefisien Manning

Nilai koefisien Manning dapat dicari dengan melihat Tabel 2.10 di bawah ini:

Tabel 2.11 Nilai koefisien manning

Untuk mencari debit aliran pada saluran dapat menggunakan rumus :

Qext = V x A ...(2.18)

Dengan: Qext = debit aliran pada saluran (m3/dt)

V = kecepatan aliran (m/dt)

A = luas penampang basah saluran (m2)

Penampang melintang saluran yang paling ekonomis adalah saluran yang

dapat melewatkan debit maksimum untuk luas penampang basah, kekasaran, dan

(22)

I. Bentuk Saluran Rencana

Sesuai dengan bentuk eksisting saluran drainase perumahan Purimujur, maka

perencanaan bentuk saluran tetap menggunakan bentuk Persegi, hanya mengubah

dimensi sesuai dengan dibit rencana.

Gambar 2.5 Penampang saluran rencana

Luas penampang melintang, A, dan keliling basah, P, saluran dengan

penampang melintang berbentuk trapesium dengan lebar dasar B, kedalaman air h

(Gambar2.6), dapat dirumuskan sebagai berikut:

A = B x h ...(2.19)

P = B + (2 x h) ...(2.20)

R = 𝐴

𝑃 = 𝐵 𝑥 ℎ

(23)

Nilai B pada persamaan (2.21) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.19),

Dari persamaan debit aliran tersebut dapat dilihat bahwa apabila harga A, C,

dan if (chezy), atau A, n, dan if (manning) tetap maka debit aliran akan maksimum

apabila harga R (jari-jari hidrolik) adalah maksimum. Karena : R = 𝐴

𝑃, maka untuk

mencapai harga R maksimum dengan luas penampang A tetap maka harga keliling

basah P harus minimum. Untuk mencapai harga P minimum dapat dilakukan

Untuk harga A tetap maka P hanya merupakan fungsi dari h saja {P = f(h)}.

Harga P minimum dicapai apabila 𝑑𝑃

𝑑ℎ = 0

Dari persamaan (2.24) tersebut diatas dapat dicari harga 𝑑𝑃

(24)

P = 𝐴

Kembali ke persamaan (2.24),dengan memasukan persamaan (2.25) didapat

:

Jagaan saluran adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air

pada kondisi rancang. Jarak ini harus cukup untuk mencegah gelombang atan

kenaikan muka air yang melimpah ke tepi. Untuk menghitung sebuah jagaan biasa

menggunakan rumus sebagai berikut :

f = √0,5 ℎ ...(2.28)

Keterangan :

f = Jagaan Saluran (m)

Gambar

Gambar 2.1 Penampang Trapesium
Gambar 2.3 Penampang Segitiga
Gambar 2.4 Penampang Setengah Lingkaran
Tabel 2.2 Nilai Variabel Reduksi Gauss
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai di puskesmas mlarak kabupaten ponorogo, uji F yang dilakukan juga menunjukan bahwa semua variable

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Atonik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada ( Lactuca

terbatas, sehingga melalui penelitian ini, Peneliti ingin menganalisis efektivitas dari penggabungan antara kacang merah dengan bakteri asam laktat yang terdapat pada

Apabila semua pelaksana sekolah sudah mempunyai budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin yang tinggi, maka implementasi TQM dapat secara nyata berjalan dan akan menjadikan

Dengan demikian, materi jasa lingkungan ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi peserta didik bahwa banyak potensi di sekitar manusia yang belum digarap untuk

Kupas Tuntas: Desain Web Impresif dengan Sistem Grid | Slamet Riyanto.Web.Id Copyright © 2003-2015 IlmuKomputer.Com.. 42 Gambar 2.124 Mengatur spesifikasi untuk

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Ka’bah. Namun, sah baginya menghadap petunjuk baik di daerah yang lebih tinggi atau lebih rendah. Apabila ada seseorang di Mekah berada di gunung yang lebih tinggi dari