BAB II
KAJIAN TEORI
A.Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran Experiential Learning
Model pembelajaran experiential learning merupakan model yang diterapkan di kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang dikenai perlakuan/treatment saat pembelajaran.
a. Pengertian Model Pembelajaran Experiential Learning
Menurut Baharuddin dan Esa (2010:165) model experiential
learning merupakan model yang menekankan pada keinginan kuat dari
dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Model experiential
learning memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami
Menurut Juhrodin (2013:1) model pembelajaran experiential
learning merupakan proses yang berkesinambungan dan
digambarkansebagai siklus serta berdasarkan kepada pengalaman, menyiratkan bahwa siswa digiring untuk mempelajari situasi tentang ide-ide dan keyakinan siswa sendiri pada tingkat yang berbeda dalam sebuah proses elaborasi. Model experiential learning dibangun di atas gagasan bahwa pemahaman bukan merupakan unsur tetap atau tidak berubah tetapi pemahaman itu dibentuk (formed) dan terbentuk kembali
(reformed) melalui pengalaman.
Berdasarkan kajian diatas, maka peneliti merumuskan model pembelajaran experiential learning adalah suatu model yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai serta sikap melalui pengalamannya secara langsung.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Experiential Learning
Baharuddin dan Esa (2010:166) langkah-langkah model pembelajaran experiential learning adalah sebagai berikut:
1) Tahap pengalaman nyata
memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
2) Tahap observasi reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar.
3) Tahap konseptualisasi
4) Tahap implementasi
Tahap terakhir dari peristiwa belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep dilapangan. Ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Model Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung merupakan model yang diterapkan di kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelas yang tidak dikenai perlakuan/treatment saat pembelajaran.
a. Pengertian Model Pengajaran Langsung
berpusat pada guru sebagai penyampai materi, sedangkan siswa menjadi pengamat dan pendengar yang tekun.
b. Langkah-langkah Model Pengajaran Langsung
Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012: 47-52) sintaks model pengajaran langsung meliputi lima tahap, yaitu:
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan informasi latar belakang pelajaran dan pentingnya pelajaran yang akan diterima serta mempersiapkan siswa untuk belajar. Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap. Saat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonsrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.
3) Membimbing pelatihan
memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru.
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberi respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran langsung, karena tanpa mengetahui hasilnya latihan tidak banyak manfaat bagi siswa. 5) Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan dirumah atau diluar jam pelajaran.
Perbedaan model pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terletak pada pemberian perlakuan saat proses pembelajaran. Pengaruh dari diberikannya perlakuan terlihat dari perbedaan hasil belajar pada kedua kelas. Pada kelas kontrol guru menerapkan model pengajaran langsung, dimana dalam pembelajaran guru aktif menyampaikan materi kepada siswa secara langsung atau ceramah. Pada kelas eksperimen guru menerapkan model experiential
learning, dimana dalam kegiatan belajar mengajar mengaktifkan siswa
bermakna karena siswa berperan serta dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran.
3. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Gagne mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja (Komalasari, 2010:2). Menurut Slameto (2003:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terbentuknya tingkah laku baru dari rangkaian kegiatan yang membentuk pribadi manusia seutuhnya.
b. Hasil Belajar
yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Setiap proses belajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi prosesnya.
1) Ranah Kognitif
Hasil belajar dalam ranah kognitif tercermin atau terwujud dalam aneka kemampuan intelektual siswa (Supratiknya, 2012:8).
Tabel. 2. 1 Taksonomi Bloom Ranah kognitif Hasil Revisi Lorin Anderson Menciptakan
(Creating)
Menelurkan aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru. Kata kunci: Merancang, mengkontruksi, merencanakan, memproduksi, membuat penemuan baru.
Mengevaluasi (Evaluating)
Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau rangkaian tindakan tertentu, membuat penilaian tentang nilai dari sebuah gagasan atau benda/hal.
Menganalisis (Analysing)
Menerapkan (Applying)
Menggunakan informasi dalam situasi lain dalam kehidupan sehari-hari (familiar
situasion). Menerapkan hasil belajar di
kelas dam situasi baru di luar kelas. Kata kunci: Menerapkan, melaksanakan
(carrying out), menggunakan,
mengeksekusi, menghitung, menyusun, mendemonstrasikan, memprediksikan. Memahami
(Understanding)
Menjelaskan aneka gagasan atau konsep. Memahami makna, terjemahan, perluasan atau penjabaran dan penafsiran dari aneka perintah atau masalah. Merumuskan sebuah masalah dengan kata-kata sendiri. Kata kunci: Menginterpretasikan, memberi contoh, memberikan ringkasan, memparafrasekan atau menjelaskandengan kata-kata sendiri, mengklasifikasikan, menjelaskan, menginferensikan atau menyimpulkan, membandingkan, membuat etimasi atau perkiraan, membuat generalisasi, memberikan contoh, memprediksikan, menerjemahkan, membedakan, menguraikan lebih lanjut. Mengingat
(Remembering)
Mengingat kembali data atau informasi. Kata kunci: membuat daftar, mendeskripsikan, menabulasikan, menggunakan secara semestinya, mendefinisikan, mengidentifikasikan, mengetahui, menemukan kesamaan, membuat kerangka (outline), mengingat kembali, mereproduksi, memilih, menyatakan, mengenali (recognising), melacak, menamai, menemukan.
2) Ranah Afektif
dengan menggunakan perasaannya. Emosi atau perasaan yang dimaksud meliputi sikap, minat, perhatian, kesadaran, nilai, apresiasi, entusiasme, dan motivasi yang juga diasumsikan tersusun secara hirarki mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks, dan yang tercermin dalam aneka bentuk perilaku siswa (Supratiknya, 2012:12).
Tabel 2.2 Taksonomi Tujuan Pengajaran Ranah Afektif (Krathwohl, Bloom, dan Masia, 1964)
Taraf Kemampuan Uraian
Mau menginternalisasikan nilai-nilai (karakterisasi). Memiliki suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman berperilaku, sehingga perilaku menjadi konsisten, bisa di prediksikan dan yang terpenting menjadi ciri atau karakteristik pribadi yang bersangkutan.
(Internalizing Values)
Mau menunjukkan perilaku yang dikendalikan oleh suatu sistem nilai.
Mau mengorganisasikan niali-nilai.
Mengorganisasikan nilai ke dalam skala prioritas (mengurutkan dari yang paling penting/bernilai yang terjadi antar nilai-nilai yang berbeda tersebut, dan
akhirnya mampu
menciptakan suatu system nilai yang khas bagi dirinya.
(Organization)
Mau mengorganisasikan nilai-nilai mengikuti urutan prioritas tertentu.
Kata kunci: menggabungkan, membandingkan, antara kebebasan dan tanggung jawab. Mau bertanggung jawab atas tindakannya. Menjelaskan fungsi perencanaan sistematis dalam pemecahan masalah. Mau menerima dan mengikuti aneka standar etika profesi. Mampu menyusun rencana masa depan selaras dengan kemampuan, minat dan keyakinan pribadi. Mampu mengatur waktu secara efektif untuk memenuhi kebutuhan belajar dan bermain dengan teman.
Mau memberikan nilai/mau memandang bernilai, mulai dari sekedar menerima sesuatu sebagai bernilai sampai menunjukkan komitmen yang lebih kompleks. Kemampuan ini didasari oleh internalisasi terhadap serangkaian nilai-nilai spesifik tertentu. (Valuing)
Mau memberikan nilai pada sesuatu.
Kata kunci: menunjukkan, menjelaskan, mengikuti, keunggulan proses yang demokratis. Peka terhadap keberagaman individu
maupun budaya.
rencana perbaikan kehidupan bersama dan mengikutinya dengan penuh komitmen. Mau memberikan respon
terhadap fenomena tertentu, meliputi mau berpartisipasi aktif, mau memberikan perhatian dan reaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil belajar yang ditekankan: mau menjawab dan merasakan kepuasan dengan memberikan respon. memberikan bantuan, mau mengikuti perintah, memberi salam, mau membantu, mau melakukan, memilih.
Contoh: Mau berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mau memberikan presentasi di depan kelas. Mau mengajukan pertanyaan tentang aneka gagasan, konsep, model yang baru didengar untuk lebih memahaminya. Mengetahui aturan tentang keberhasilan dan mau mematuhinya. Mau menerima fenomena
tertentu, yaitu mau
menyadari, mau
mendengarkan atau mau memberikan perhatian. (Receiving phenomena)
Mau menyadari,
menunjukkan kemauan untuk mendengarkan.
Kata kunci: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, menyebut nama, menunjuk, duduk, menjawab pertanyaan. Contoh: Mendengarkan guru atau teman dengan rasa hormat. Mendengarkan dan mengingat nama orang atau
teman yang baru
diperkenalkan.
ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Menurut Kemendiknas (2010:10) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwarasa ingin tahu adalah suatu keinginan yang muncul yang dapat membangkitkan rasa penasaran seseorang untuk menyelidiki peristiwa yang terjadi.
Tabel 2.3 Hasil belajar aspek afektif
Ranah Afektif Indikator
Rasa Ingin Tahu 1. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran
2. Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.
3. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka ketrampilan motor, koornidasi, dan gerakan fisik. Pengembangan aneka ketrampilan ini menuntut praktek atau latihan, dan kemajuan atau keberhasilannya dapat diukur dari peningkatan kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, atau teknik dalam melaksanakan tugas atau aktivitas motor tertentu (Supratiknya, 2012:15).
Tabel 2.4 Taksonomi Tujuan Pengajaran Ranah Psikomotor (Simpson, 1972)
Taraf Kemampuan Uraian
Mampu menghasilkan gerakan baru.
Mampu menciptakan aneka pola gerakan baru sesuai tuntunan suatu situasi atau problem khusus tertentu. Hasil belajar yang ditekankan berupa kreativitas yang dilandasi aneka ketrampilan taraf tinggi.
(Origination)
Mampu menciptakan pola gerakan baru.
Kata kunci: menata, membangun, mengombinasikan, mengarang (compose), mengonstruksi, menciptakan, merancang, memulai (initiate), mengawali (originate), membuat.
Contoh: Merumuskan suatu teori baru tentang cara mencapai kebugaran. Mengembangkan program pelatihan kebugaran baru yang komprehensif. Menciptakan pola senam kesegaran jasmani baru.
Mampu beradaptasi. Aneka keterampilan sudah dikuasai dengan baik, sehingga siswa mampu memodifikasikan pola gerakan agar sesuai dengan tuntutan situasi
khusus tertentu. (Adaptation)
Contoh: Mampu memberikan respon yang efektif terhadap aneka pengalaman yang tidak
diharapkan. Mampu
memodifikasikan pengajaran olah raga dan kesehatan agar lebih sesuai dengan kebutuhan murid. Melaksanakan tugas dengan sebuah mesin yang aslinya tidak dimaksudkan untuk itu (mesin tidak menjadi rusak dan tidakan tersebut tidak membahayakan).
Mampu melakukan respon kompleks secara lancar. Mampu melakukan tindakan motor secara terampil yang melibatkan pola gerakan yang kompleks. Ketermpilan atau ketangkasan ditunjukkan oleh gerakan yang cepat, akurat dan sangat terkoordinasi, yang dilakukan dengan energi atau upaya minimum. Kategori ini mencakup mengerjakan tugas tanpa ragu-ragu dan melakukan gerakan secara otomatis.
(Complex Overt Response)
Menunjukkan tahap agak lanjut menguasai suatu ketrampilan kompleks. Mengetik computer dengan cepat dan tepat. Menunjukkan kepiawaian saat bermain piano. Catatan: kata-kata kunci kategori ini sama seperti kategori “mampu melakukan secara
mekanik”, namun dengan
tambahan kata sifat yang menunjukkan bahwa aktivitas atau gerakan tersebut dilakukan secara lebih cepat, lebih baik, lebih tepat.
Mampu melakukan respon secara mekanik.
Merupakan tahap piawai dalam mempelajari suatu ketrampilan kompleks. Hasil belajar sudah
menyatu dengan
kebiasaan, sehingga gerakan-gerakan bisa dilakukan dengan percaya diri dan lancar.
Mampu melakukan suatu keterampilan motor yang kompleks.
(Mechanism) mobil. Mampu melakukan respon
tertentu dengan bimbingan guru.
Merupakan tahap awal dalam mempelajari suatu keterampilan kompleks, mencakup kemampuan, mencontoh atau coba salah. Keterampilan yang memadai akan dicapai lewat latihan.
(Guided Response)
Menunjukkan tahap awal menguasai suatu keterampilan kompleks, meliputi kemampuan mengikuti contoh atau mencontoh.
Kata kunci: mencontoh, melacak, mengikuti, mereproduksi, menanggapi, mereaksi.
Contoh: Menulis huruf latin tegak
Memiliki kesiapan untuk bertindak.
Kesiapan untuk bertindak, meliputi kesiapan mental, fisik, dan emosi. Ketiganya merupakan disposisi yang mendasari respon seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapi (kadang-kadang) juga disebut mindset). (Set)
Menunjukkan kesiapan untuk bertindak. melakukan serangkaian langkah dalam proses menghasilkan produk tertentu.
Menunjukkan hasrat untuk mempelajari sebuah proses baru. Catatan: Sub-kemampuan psikomotor ini memiliki kaitan erat dengan sub-kemampuan “merespon fenomena” dalam ranah afektif.
Mampu mempersepsikan. Mampu menggunakan petunjuk isyarat sensoris untuk membimbing aktivitas motor, meliputi kepekaan menangkap stimulasi sensoris, kemampuan memilih petunjuk isyarat sensoris
dan kemampuan
menerjemahkannya ke dalam tindakan.
(Perception)
Mampu menggunakan tanda-tanda sensoris untuk membimbing aktivitas fisik tertentu.
Contoh: Mampu mendeteksi petunjuk isyarat komunikasi
nonverbal. Mampu
menangkap bola itu.
Menyetel panas oven untuk mengurangi temperatur berdasarkan bau makanan yang sedang dipanggang.
4. Materi IPA
Pada penelitian ini, materi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah materi daur air pada kelas V semester II.
Tabel 2.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam.
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat memengaruhinya.
Sumber : Panduan KTSP
Menurut Pamungkas, A (2012:1) siklus hidrologi adalah lingkaran peredaran air di bumi yang mempunyai jumlah tetap dan senantiasa bergerak. Siklus Hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sirkulasi atau peredaran air secara umum. Siklus hidrologi terjadi karena proses-proses yang mengikuti gejala-gejala meteorologi dan klimatologi sebagai berikut:
b. Transpirasi, yaitu proses penguapan yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan melalui permukaan daun.
c. Evapotranspirasi, yaitu proses penggabungan antara evaporasi dan transpirasi.
d. Kondensasi, yaitu perubahan dari uap air rnenjadi titik-titik air (pengembunan) akibat terjadinya penurunan salju.
e. Infiltrasi, yaitu proses pembesaran atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori-pori tanah.
Menurut Azmiyawati, dkk (2008:146) daur air merupakan sirkulasi (perputaran) air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali ke Bumi. Daur air terjadi melalui proses evaporasi (penguapan), presipitasi (pengendapan) dan kondensasi (pengembunan). Daur air dapat terganggu dengan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia yang dapat memengaruhi daur air adalah
a. Penebangan pohon secara liar.
b. Betonisasi atau pengaspalan jalan, terutama jalan-jalan di kampung.
evaporasi, presipitasi dan kondensasi serta kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air.
5. Hakikat IPA a. Pengertian IPA
Menurut Trianto (2011:136) IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa Inggris
science. Kata science berasal dari Bahasa Latin science yang
berarti saya tahu. Seiring dengan perkembangan science diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam.
Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiahdalam Trianto(2011:136). Menurut Mulyasa (2009:110) IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
ilmiah yang merupakan sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamati.
b. Hakikat Pembelajaran IPA
Pada hakikatnya proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses. Siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
Menurut Mulyasa (2009:111) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kesabaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang menerapkan model pembelajaran experiential
learningolehWita dan Ririn(2010) tentang “Pengaruh Model Pembelajaran
Experiential Learning Terhadap Konsep Diri dan Pemahaman Fisika
Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja”dengan kesimpulan bahwa hasil penelitianmenunjukkan bahwa model pembelajaran experiential
learninglebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran
C. Kerangka Berpikir
Untuk mengatasi pembelajaran yang hanya pada aktivitas guru, maka peneliti mencoba mengeksperimenkan model experiential learning dalam belajar. Hal ini karena model ini merupakan model pembelajaran yang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen akan menggunakan pembelajaran dengan model experiential learning, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pengajaran langsung. Setelah itu maka akan terlihat perbandingan pengaruh hasil belajar, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor antar kedua kelas. Sebagaimana dijelaskan pada bagan dibawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Penggunaan modelexperient
ial learning
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran experiential learningterhadap hasil belajar IPA materi daur air pada aspek kognitif di kelas V SD Negeri Menganti.
2. Terdapat pengaruh model pembelajaran experiential learningterhadap hasil belajar IPA materi daur air pada aspek afektif di kelas V SD Negeri Menganti.