• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS V (LIMA) SDN INPRES PENDULAN BARU TAHUN AJARAN 20062007 TERHADAP LIMA CERITA RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS V (LIMA) SDN INPRES PENDULAN BARU TAHUN AJARAN 20062007 TERHADAP LIMA CERITA RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi "

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS V (LIMA)

SDN INPRES PENDULAN BARU TAHUN AJARAN 2006/2007 TERHADAP LIMA CERITA RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh: Lusia Ari Witbiyanti

011224045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan rahmat dan kasihnya_Nya.

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Celsus Parmo dan Ibu Kristiana Tuminem yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan cinta.

Kakakku Agustina Suparwanti dan Desiderius Pudiastana.

Keponakanku Dionisius Vembri Pudyawan dan Kristina Veni Pudyawan.

(5)

MOTO

Kegagalan bukan berarti Tuhan sudah meninggalkan Anda. Tetapi Dia mempunyai rencana yang lebih baik buat Anda. (Robert Schuller)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Mahatma Gandhi)

Rahasia sukses adalah belajar menggunakan kepedihan dan kenikmatan bukannya dikendalikan oleh kepedihan dan kenikmatan. Kalau Anda lakukan itu, Anda memegang kendali atas hidup Anda. Kalau tidak, kehidupanlah yang mengendalikan Anda. (Anthony Robbins)

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Witbiyanti, Lusia Ari. 2009. Pemahaman Unsur Intrinsik Siswa Kelas V SDN Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran 2006/2007 Terhadap Lima Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP,USD.

Penelitian ini membahas pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V terhadap lima cerita rakyat dari DIY. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana pemahaman unsur intrinsik siswa Kelas V SDN Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap lima cerita rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru. Jumlah siswa ada 34 orang yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Penelitan ini berlangsung selama tiga hari. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menggunakan alat bantu berupa perintah kepada siswa untuk mengemukakan tanggapannya terhadap unsur intrinsik lima cerita rakyat.

Analisis data yang dilakukan yaitu: (1) mengelompokkan data berdasarkan jawaban siswa (2) memberikan kode sesuai dengan daftar presensi siswa (3) memeriksa jawaban siswa, dan (4) mengelompokkan berdasarkan data yang tepat, kurang tepat, dan tidak tepat.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik kelima cerita rakyat bahwa: siswa dapat memahami isi cerita rakyat Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung, Jambean si Keong Emas dengan baik dan siswa kurang dapat memahami isi cerita rakyat Jaka Tarub dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah, guru, dan peneliti lain. Sekolah hendaknya menyediakan buku cerita rakyat lebih lengkap sehingga siswa lebih berminat terhadap cerita rakyat dan penguasaan isi cerita lebih bagus. Guru akan lebih baik menumbuhkan minat baca siswa dengan memberikan buku cerita rakyat yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan topik yang hampir sama pada tingkat sekolah yang lebih tinggi.

(9)

ABSTRACT

Witbiyanti, Lusia Ari. 2009. The Understanding of Intrinsict Elements of Fifth Grade Students of SDN Inpres Pendulan Baru Academic Year 2006/2007 towards Five Folktales from Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta. Indonesian and Local Language and Letters Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education,USD. This thesis is about the fifth grade students’ the understanding of intrinsict elements towards five folktales from Yogyakarta. The objective of this research is to describe the the understanding of intrinsict elements of fifth grade students of SDN Inpres Pendulan Baru Academic Year 2006/2007 towards five folktales from Yogyakarta.

This research used qualitative method. The subject of this research was fifth grade students of SDN Inpres Pendulun Baru. There were 34 students consisted of 16 female students and 28 male students. This research lasted for three days. The instrument of this research was the researcher herself. The researcher utilized command to the students as a tool to make them express their opinion towards the intrinsic aspects in the five folktales.

The data analysis were: (1) collected the data based on the students’ answer, (2) gave codes based on the students’ presence list, (3) checked the students’ answer one by one, and (4) collected the answers based on the correct, less correct, and incorrect data.

The researcher concluded from the result that: the students were able to gather the story-points in Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung and Jambean si Keong Emas; but, the students were not able to gather the story-points from Jaka Tarub.

Based on the result of this research, the researcher suggests several things to the schools, teachers and other researchers. It is suggested for the schools to provide more complete folktale books to make the students interested more in folktales and to make the students comprehend the stories better. Teachers are expected to help students develop their reading-interest by giving interesting and appropriate folktale books. Other researchers are also expected to conduct the researches with the similar topic in the higher level of education.

(10)

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Bapa di surga yang telah melimpahkan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemahaman unsur intrinsik Siswa Kelas V SDN Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran

2006/2007 Terhadap Lima Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY).

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Y. Karmin M. Pd. selaku pembimbing yang telah berkenan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan penuh kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd. selaku kepala program studi PBSID yang

selalu memberikan semangat dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku dekan FKIP.

4. A. Hardi Prasetyo, S. Pd. MA. selaku ketua jurusan PBS yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

5. F.X. Sudadi yang dengan sabar dan setia melayani dalam urusan admistrasi perkuliahan.

(11)

6. Sumidjo, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Inpres Pendulan Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak dan ibu guru SDN Inpres Pendulan Baru khususnya guru kelas V yang telah memberikan dorongan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Siswa siswi kelas V SDN Inpres Pendulan Baru atas kerja samanya.

9. Bapak ibu tercinta, yang dengan penuh kesabaran membiayai dan menanti kelulusanku dengan selalu memberikan doa, cinta, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakakku Agustina Suparwanti dan Desiderius Pudiastana yang telah menantikan kelulusanku dan selalu memberikan doa, semangat, nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Keponakanku tersayang Dionisius Vembri Pudyawan dan Kristina Veni Pudyawan yang memberikan keceriaan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Keluarga Mas Andy Sihono yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan serta meminjamkan komputernya selama penyusunan skripsi. 13. Keluarga Mas Purwo Winarto yang telah memberikan doa, semangat,

dukungan, dan nasihat kepada penulis.

14. Keluarga Mas Totok yang telah memberikan semangat, dukungan, dan nasihat kepada penulis.

(12)

15. Sahabat-sahabatku Lucia Advena Triastuti, Veronika Riyani Utami, Veronika Erna Krismiatun S. Pd, Vincentia Sri Widiyantari S. Pd, Chatarina Nanik Hariyati S. Pd yang selalu memberikan doa, motivasi dan semangat 16. Teman-teman seperjuangan Bayu Krisna Mukti, Bondet Wijaya, Widi, dan

Esmawati Sinaga yang selalu memberikan motivasi.

17. Mohammad Syahri Ramadhan ”Arie Jakarta” atas perhatian dan dukungannya selama ini.

18. Ita yang membantu dalam revisi abstrak.

19. Margareta Tri Pamurdaningsih, Christina Rani Widiastuti, Chatarina Nina Widiyaningsih, Inggit, dan Kristi atas persahabatannya selama ini.

20. Keluarga besar Trah Wongso Dikromo dan Trah Atemo Dimejo yang membantu dalam doa dan semangat sehingga penulis akhirnya lulus.

21. Segenap karyawan perpustakaan USD dan workstation yang telah dengan sabar serta ramah melayani dalam peminjaman buku.

22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari skripsi ini masih ada kekurangannya. Walaupun demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 20

(14)

E. Teknik Analisis Data... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 26

1. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe.... 26

2. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel... . 29

3. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung.. 33

4. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jambean Si Keong Emas... 36

5. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub... 39

B. Analisis Data 1. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe... 43

2. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel... 46

3. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung.. 49

4. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jambean Si Keong Emas... 52

5. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub... 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Cerita rakyat Blunyah Gedhe... 58

2. Cerita rakyat Yekyek Itel... 59

3. Cerita rakyat Rara Lembayung... 59

4. Cerita rakyat Jambean Si Keong Emas.. ... 60

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Halaman

Daftar absensi siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru... 69 Lampiran 2

Teks Cerita rakyat Blunyah Gedhe, soal tes, dan kunci jawaban... 70 Lampiran 3

Teks Cerita rakyat Yekyek Itel, soal tes dan kunci jawaban... 76 Lampiran 4

Teks Cerita rakyat Rara Lembayung, soal tes, dan kunci jawaban... 81 Lampiran 5

Teks Cerita rakyat Jambean si Keong Emas, soal tes, dan kunci jawaban.... 86 Lampiran 6

Teks Cerita rakyat Jaka Tarub, soal tes, dan kunci jawaban... 91 Lampiran 7

Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe... 97 Lampiran 8

Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel... 99 Lampiran 9

Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung... 101 Lampiran 10

Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Jambean si Keong Emas... 103 Lampiran 11

Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub... 105 Lampiran 12

Surat bukti penelitian ... 107

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra sebagai salah satu hasil seni tidak dapat berdiri sendiri. Oleh sebab itu, dalam dunia sastra dikenal empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami karya sastra, yaitu: pengarang, karya sastra, pembaca, dan lingkungan alam universe (yaitu apa) yang digambarkan dalam karya sastra. Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo, 1986:3).

Cerita rakyat sebagai bacaan anak mempunyai nilai lebih dari sekedar bacaan penghibur. Dalam cerita rakyat terdapat berbagai hal yang dapat berguna bagi perkembangan anak. Nilai cerita rakyat pada perkembangan anak meliputi perkembangan holistik, emosional, kognitif, moral, bahasa, dan sosial (Burke dalam Bunanta, 1998: 52). Manfaat yang berkaitan dengan perkembangan holistik berasal dari cerita rakyat yang terkandung rasa cinta, benci, marah, sedih, dan gembira.

(17)

sastra merupakan konstruksi unsur-unsur pengalaman hidup, di dalamnya terdapat model hubungan dengan alam dan sesama manusia sehingga sastra dapat mempengaruhi tanggapan manusia terhadapnya.

Ada banyak ragam karya sastra, salah satu diantaranya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat itu sendiri merupakan karya sastra lisan yang biasanya diceritakan secara turun-temurun oleh nenek moyang ke generasi selanjutnya untuk diketahui, dipahami, dan dilaksanakan dalam perilaku kehidupan. Cerita rakyat ditulis oleh penulis berdasarkan cerita lisan yang pernah atau masih hidup di tengah masyarakat di berbagai daerah. Pada umumnya cerita rakyat diceritakan dalam bentuk dongeng, legenda, maupun sebagai mitos, walaupun ada juga cerita rakyat yang diceritakan dalam bentuk tembang (nyanyian) maupun dalam bentuk puisi. Cerita rakyat mempunyai kegunaan sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

Mengenal cerita rakyat berarti mencintai seni budaya bangsa sendiri. Mencintai seni budaya bangsa dapat menumbuhkan rasa saling menghargai antara suku bangsa di seluruh wilayah Indonesia. Rasa saling menghargai nilai-nilai luhur inilah yang akan mempererat tali persatuan diantara suku bangsa di Indonesia.

(18)

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SD adalah, (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencangkup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir pendidikan di SD, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra (Puskur Depdiknas, 2006: 317318).

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

Bagaimanakah pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Inpres Pendulan Baru terhadap unsur intrinsik (tema, alur, tokoh, latar) mengenai lima cerita rakyat yaitu: Blunyah Gedhe, Yek-yek Itel, Rara Lembayung, Jambeyan Si Keong dan Jaka Tarub dari DIY?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap lima cerita rakyat yaitu: Blunyah Gedhe, Yek-yek Itel, Rara Lembayung, Jambeyan Si Keong Emas, dan Jaka Tarub dari DIY.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, dan peneliti lain.

1. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mendorong pihak sekolah untuk melengkapi perpustakaan sekolah dengan buku-buku cerita rakyat yang berasal dari DIY ataupun luar DIY.

(20)

3. Bagi penulis dan penerbit, dengan adanya penelitian ini diharapkan mendorong penulis maupun penerbit buku untuk semakin banyak menulis, menyusun maupun menerbitkan buku-buku cerita rakyat nusantara.

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan akan menumbuhkan minat peneliti lain dengan mengkaji cerita-cerita rakyat di masyarakat Indonesia.

E. Batasan Istilah

Di bawah ini disajikan batasan istilah yang akan digunakan dalam penelitian agar terjadi kesatuan pemahaman yang mempermudah memahami penelitian ini. 1. Pemahaman

Pemahaman adalah proses, perbuatan memahami atau memahamkan (Kamus Besar bahasa Indonesia, 2007:811).

2. Teori Strukturalisme

Teori Strukturalisme merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks (Taum, 1997:39).

2. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1980: 16).

3. Latar

(21)

4. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa dalam karya sastra yang mempunyai penekanan pada hubungan sebab akibat (Hariyanto, 2000:38).

5. Tema

Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1988:50).

6. Cerita rakyat (Folkltale)

Cerita rakyat (Folkltale) adalah kisahan anonim yang tidak terikat pada ruang dan waktu, yang beredar secara lisan di tengah masyarakat. Termasuk di dalam cerita binatang, dongeng, legenda, mitos, dan sage (Sudjiman, 1990:16).

F. Sistematika Penyajian

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Maryanti (2003) melakukan penelitian tentang unsur intrinsik cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih serta strategi pembelajarannya untuk SMU kelas I semester II. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yang menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik sastra yang berupa tokoh, latar, alur, dan tema. Keempat unsur tersebut dianalisis karena dapat digunakan untuk memaknai cerita secara keseluruhan, meskipun yang paling penting penokohan. Untuk menganalisis teknik pelukisan fisik menggunakan pendekatan psikologis. Kemudian untuk pengajaran menggunakan pendekatan taksonomis. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Setyaningrum (2004) melakukan penelitian tentang tema dan amanat cerita rakyat dari Cina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan metode deskriptif. Penelitian ini dapat diimplementasikan sebagai materi pembelajaran kelas IV, V, dan VI. Metode-metode dan teknik-teknik dalam SAL (Student Active Learning) dapat dijadikan sarana untuk mengajarkannya.

(23)

(2) mendongeng cerita rakyat Si Pahit Lidah, (3) pemberian tugas kepada siswa, (4) umpan balik dari siswa, (5) evaluasi akhir, dan (6) portofolio.

Ketiga penelitian di atas dianggap sebagai dasar atau acuan bagi peneliti karena penelitian yang dilakukan oleh Maryanti menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita rakyat dan strategi pembelajarannya untuk SMU. Sedangkan Setyaningrum, dan Purwitasari meneliti tentang tema, amanat, tokoh, dan nilai moral cerita rakyat serta strategi pembelajarannya di sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan oleh ketiga peneliti masih berupa kurikulum lama yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Peneliti belum menemukan penelitian mengenai pemahaman unsur intrinsik kelima cerita rakyat dari DIY. Peneliti mencoba mengkaji pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V(lima) SDN Inpres Pendulan Baru terhadap kelima cerita rakyat dari DIY.

B. Landasan Teori 1. Teori Struktural

(24)

Strukturalisme adalah pandangan yang membagi sebuah karya sastra berdasarkan strukturnya. Struktur adalah kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala dalam karya sastra, misalnya membagi tokoh sebuah novel menjadi tokoh utama, tokoh antagonis, tokoh protagonis, dan sebaiknya (Jassin via Suyitno, 2009: 4).

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks-teks. Unsur-unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-Unsur-unsur itu hanya, memperoleh arti di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupunpun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab), maupun intertekstual (karya-karya lain dalam periode tertentu). Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi ataupun kontras dan parodi (Taum via Hartoko, 1997: 38).

(25)

Oleh karena teori strukturalisme sastra mengangap karya sastra sebagai artefak maka relasi-relasi struktural sebuah karya sastra hanya dapat dipahami dalam keseluruhan relasi unsur-unsur artefak itu sendiri. Strukturalisme sastra memberi keluasan kepada peneliti sastra untuk menetapkan komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikasi. Keleluasan ini tetap harus dibatasi, yakni sejauh komponen-komponen itu tersurat dalam teks itu sendiri. Jadi teks sastra berfungsi mengontrol objektifitas dan validitas hasil penelitian sastra. Prosedur ilmiah ini menempatkan teori strukturalisme sastra berkembang dengan baik, pesat, dan diterima dalam kalangan yang luas.

Teori strukturalisme sastra mempunyai tiga ciri ilmiah yaitu:

1. sebagai aktifitas yang bersifat intelektual, teori strukturalisme sastra mengarah pada tujuan yang jelas yakni eksplikasi tekstual.

2. sebagai metode ilmiah (scientific method), teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid, yakni melalui pengkajian ergosentrik.

3. sebagai pengetahuan, teori strukturalisme sastra dapat dipelajari dan dipahami secara luas dan dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya secara cermat.

Meskipun teori strukturalisme sastra menekankan otonomi dan prinsip objektifitas pada struktur karya sastra , teori ini memiliki beberapa kelemahan yaitu:

(26)

2. Karya sastra tidak dapat diteliti dalam rangka konvensi-konvensi kesusastraan sehingga pemahaman kita mengenai genre dan sistem sastra sangat terbatas.

Kedudukan istimewa teori strukturalisme dalam arus utama kebudayaan ilmiah ilmu sastra terutama dilandasi oleh suatau pandangan empirik yang melihat kekhasan satra terletak pada aspek penggunaan bahasanya yang istimewa. Dengan demikian data-data kebahasaan dianggap sebagai unsur yang paling hakiki dalam setiap kerja penafsiran (Taum, 1997: 37-45).

Hubungan teori struktural dengan unsur intrinsik sangat berhubungan, bahwa analisis struktur karya sastra yang ingin diteliti (dari sudut manapun) merupakan tugas utamanya sebab ”karya sastra adalah dunia dalam kata” yang mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat kita pahami secara optimal dengan menggali struktur karya itu sendiri (Taum:1997: 45).

Hubungan alur dengan unsur cerita yang lain bahwa di dalam sebuah cerita unsur-unsur itu tidak berdiri terlepas-lepas. Dalam perkembangan cerita selalu ada interaksi antara unsur-unsur cerita. Dalam hal tokoh dan alur ini, misalnya, sulitlah mengatakan dengan pasti mana yang lebih dahulu ada: tokoh atau alur. Sarana pengikat peristiwa telah disinggung bahwa hubungan alur dengan tokoh dan alur dengan tema (Sudjiman1988: 40).

(27)

tunjang-menunjang (Sudjiman1988: 27). Penokohan dapat mengungkapkan makna niatan si pengarang sebagai pencipta tokoh. Watak tokoh-tokoh dalam Layar Terkembang (Alisyahbana, 1963), misalnya sedikit banyak tertakluk kepada pandangan dan cita-cita Takdir Ali Syahbana tentang manusia dan masyarat Indonesia. Tokoh Tuti melambangkan gagasan emansipasi wanita yang dianjurkan Takdir melalui karyanya. Dengan demikian jelaslah adanya hubungan yang erat dan bersifat tunjang-menunjang antar unsur cerita (Sudjiman1988: 27-28).

Hubungan latar dengan unsur cerita yang lain bahwa, latar sebagai unsur cerita yang dinamis membantu pengembangan unsur-unsur lainnya. Hubungannya dengan unsur-unsur lain itu boleh jadi selaras, boleh jadi pula berkontras. Dalam contoh cakapan yang dikutip dari Kemelut hidup dikatakn bahwa warna tempatan di situ mendukung penokohan. Latar dapat menentukan tipe tokoh cerita: sebaliknya juga tipe tokoh tertentu menghendaki latar yang tertentu pula Latar dapt pula mengungkapkan watak tokoh. Penggambaran keadaan kamar tokoh yang selalu acak-acakaan, misalmya, mengesankan bahwa penghuninya bukan pencita kerapian (Sudjiman1988: 49).

Hubungan tema dengan unsur cerita yang lain bahwa tema sebagai penyatu terakhir untuk keseluruhan cerita. Artinya, pengarang menciptakan dan membentuk plot, baik secara sadar, eksplisit dan implisit pada dasarnya merupakan perilaku responsifnya terhadap tema yang dipilih dan menggerakkannya (Sayuti, 1988: 101).

C. Cerita Rakyat

(28)

rakyat, (yang) di dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah folktale. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut, adalah cerita rakyat (Soewondo, 1980/1981: 1).

Cerita rakyat meliputi mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral oleh pendukungnya. Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau mahluk setengah dewa. Tempat terjadinya di dunia lain dan masa terjadinya sudah jauh di zaman purba (Danandjaja, 1991: 50).

Legenda ialah cerita yang mengandung ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap sakral. Tokoh legenda adalah manusia biasa yang memiliki sifat luar biasa, sering dibantu oleh mahluk-mahkluk gaib. Tempat terjadinya di dunia kita ini. Waktu terjadinya tidak setua mite (Danandjaja, 1991: 49).

Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tempat artinya: tokohnya boleh siapa saja, dewa, hantu, manusia dsb, waktu terjadinya dapat kapan saja, dan tempat terjadinya dapat dimana saja (Soewondo, 1980/1981: 1).

(29)

Cerita rakyat pada dasarnya tersimpan di dalam memori tradisional, yaitu dalam ingatan manusia, atau dalam tradisi lisan, cerita rakyat tidak pernah memi-liki bentuk tetap, melainkan hanya mengarah ke pola yang bersifat rata-rata. Cerita rakyat mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari penuturan yang satu ke penuturan yang lain dalam saat yang berbeda, meski dari kelompok atau individu yang sama (Danandjaja, 1991: 49).

Ada kemungkinan perubahan-perubahan yang dialami oleh cerita rakyat terjadi didalam proses penyebarannya. Hal itu disebabkan penuturnya tidak mampu mengingat seluruh isi cerita itu secara lengkap, atau tidak mampu menuturkannya secara tepat seperti yang didengarnya dari penutur yang memberi cerita kepadanya. Ada juga disebabkan tuntutan menyelaraskan penuturan cerita itu dengan selera pendengarnya. Mungkin pula, dipengaruhi oleh cetusan dari si penutur, yang tidak mustahil dibumbui dengan daya khayal dan daya kreasinya (Soewondo, 1980/1981: 120).

Ciri cerita rakyat menurut Danandjaja (1980: 1-2) sebagai berikut.

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan atau diwariskan melalui kata-kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2. Cerita rakyat adalh tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk standart. Disebarkan di antara kolektif tertentu, dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

(30)

dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaanya pada umumnya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

4. Cerita rakyat bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lain.

5. Cerita rakyat biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola, yakni selalu menggunakn kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan mempunyai kalimat-kalimat atau kata pembukaan dan penutup yang baku.

6. Cerita rakyat mempunyai kegunaan (fungsi) dalam kehidupan kolektifnya. Cerita rakyat antara lain mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi.

7. Cerita rakyat bersifat pra-logis, yaitu mempunyai logika tersendiri.

8. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi oleh orang, sehingga setiap anggota kolektif merasa memilikinya. 9. Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu.

Sebagai folklore lisan, cerita rakyat mempunyai empat fungsi, yang oleh William R. Bascom ( via Soewondo, 1980/1981:4) dirumuskan sebagai berikut.

1. Sebagai sistem proyeksi (projective system) yakni mencerminkan angan-angan kelompok.

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan (validating culture).

(31)

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipenuhi.

Koentjaraningrat (1967: 19) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan dapat digunakan sebagai sarana untuk mempertebal keyakinan kepada warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya. Selanjutnya, cara yang lain untuk mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya itu, ialah dengan apa yang disebut sugesti social/social suggestion. Dalam hal ini kebaikan adat istiadat ditunjukkan kepada warga masyarakatnya melalui cerita-cerita rakyat, dongeng-dongeng, cerita tentang karya orang-orang besar, cerita tentang pahlawan-pahlawan yang dikisahkan dapat berhasil meraih kebesaran dan keberhasilan berkat kepatuhannyaa terhadap adat istiadat.

Dikatakan oleh Koentjaraningrat (1967: 197 bahwa cara semacam ini memang lazim dalam hampir semua masyarakat di dunia dan menyebabkan bahwa suatu kompleks dongeng tentang tokoh-tokoh besar dan pahlawan-pahlawan terkenal merupakan satu kebutuhan universal didalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Berdasarkan teori resepsi, pembacalah yang memberi arti semuanya.

D. Unsur Intrinsik

(32)

pengarang, psikologi pengarang, keadaan lingkungan pengarang, pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai seni yang lain (Nurgiantoro, 1995: 111). Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh, latar, dan alur.

1. Tema

Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1988: 50). Tema merupakan pandangan hidup pengarang mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang melandaskan dasar atau gagasan dari suatu karya sastra (Tarigan berdasarkan pendapat Brooks dan Warren, 1991, 125).

Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.

Tema tidak perlu selalu berwujud moral, ataupun ajaran moral. Tema bisa hanya berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Pengarang bisa saja hanya mengemukakan suatu masalah kehidupan, dan problem tersebut takperlu dia pecahkan. Pemecahannya terserah pada masing-masing perbaca (Sumardjo, 1986: 56).

(33)

dan menggerakkannya (Sayuti, 1988: 101). Tema cerita harus dirasakan dan disimpulkan oleh pembaca setelah selesai membaca (Tarigan, 1985: 128).

2. Alur

Alur atau plot merupakan unsur intrinsik yang penting. Di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur. Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihu-bungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton via Nurgiyantoro, 1995: 113).

Berdasarkan urutan waktu, alur dibedakan menjadi dua yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju, kronologis, lurus atau progesif yaitu menampilkan peristiwa secara kronologis maju, sorot balik, regresif atau flash black menampilkan peristiwa dari tahap akhir/tengah kemudian awal (Hariyanto, 2000: 39).

3. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Individu rekaan dapat berupa manusia atau binatang yang diinsankan. Tokoh-tokoh dalam cerita mempunyai sifat dan tingkah laku yang berbeda-beda tergantung peran dan fungsinya di dalam cerita. Berdasarkan fungsinya di dalam cerita, tokoh dapat digolongkan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.

(34)

peristiwa yang membangun cerita. Tokoh protagonis juga dapat ditentukan dengan memperhatikan hubungan dengan tokoh lain. Judul cerita seringkali juga mengungkapkan siapa yang dimaksudkan tokoh protagonis.

Disamping tokoh protagonis atau tokoh utama, ada juga tokoh yang merupakan penentang utama dari pragonis. Tokoh itu disebut tokoh antagonis atau tokoh lawan. Tokoh antagonis juga termasuk tokoh sentarl karena juga menjadi pusat perhatian bagi pembaca (Sudjiman, 1998: 8).

Kriteria yuang digunakan untuk menentukan tokoh utama adalah intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa, waktu yang digunakan lebih panjang, hubungan antar tokoh yaitu tokoh protagonis dengan tokoh-tokoh lain, sedangakan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain (Sudjiman, 1988: 18).

d. Latar

Latar atau setting disebut landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan yang diceritakan (Nurgiyantoro, 1995: 16). Menurut Kenney (dalam Sudjiman (1988: 44) secara terperinci latar meliputi gambaran lokasi termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian berlakunya kejadian, masa sejarahnya, dan musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2007: 217).

(35)

watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu, dan cara berpikir tertentu (Sumardjo, 1986: 76).

D. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pembelajaran sastra di sekolah dasar untuk saat ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diartikan sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Tujuan pendidikan dasar menurut KTSP adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BNSP, 2006: 5─9).

(36)

berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir pendidikan di SD, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra (Puskur Depdiknas, 2006: 317─318).

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, ketrampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Depdiknas (2003 b: 17-18) menyebutkan bahwa ada lima kriteria untuk me-nyeleksi materi yang perlu diajarkan:

1. Sahih (valid)

Materi yang akan diberikan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Sahih berkaitan dengan keakualan materi, sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan zaman dan memberikan masukan untuk pemahaman ke depan.

2. Tingkat kepentingan

Dalam memilih materi perlu diperhatikankan bahwa materi itu penting atau tidak penting. Pemilihan materi harus diperhatikan buat siapa materi itu dan kegunaannya untuk apa. Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang benar-benar diperlukan oleh Siswa.

3. Kebermaknaan

(37)

adalah bahwa materi yang diajarkan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Layak dipelajari

Materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat.

5. Menarik minat

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (melalui Moleong, 2007: 4), pendekatan kualitatif adalah “suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang diamati.” Oleh karena itu, hasil penelitian ini dipaparkan dalam bentuk deskripsi data-data yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan. Penelitian kualitatif dapat berarti prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang diamati.

Menurut jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Dikatakan penelitian dekriptif karena penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpukan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 2000: 309).

(39)

B. Sumber Data

Data adalah bahan penelitian. Sumber data adalah subjek dari data yang diperoleh. Subjek penelitian tidak selalu berupa orang, tetapi dapat benda, proses, kegiatan, dan tempat (Arikunto, 1990: 117). Sumber data dalam penelitian ini adalah jawaban siswa kelas V terhadap kelima cerita rakyat. Jawaban siswa ini untuk mengetahui pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap unsur intrinsik (tema, alur, tokoh, latar) berdasarkan lima cerita rakyat dari DIY.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 1998: 151). Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri. Peneliti menggunakan alat bantu berupa perintah kepada siswa untuk mengetahui pemahaman unsur intrinsik dari kelima cerita rakyat. Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data yang mendukung penelitian dan dapat diketahui hasil pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru.

D. Teknik Pengumpulan Data

(40)

Tahap-tahap itu meliputi:

1. Bahan cerita rakyat diberikan kepada siswa untuk dibaca secara cermat. 2. Siswa membaca teks cerita rakyat dengan waktu 10 menit.

3. Siswa menjawab soal selama 20 menit.

4. Peneliti mengumpulkan hasil pekerjaan siswa.

Jawaban siswa berupa data mentah. Data mentah tersebut kemudian dideskripsikan oleh peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik (Hasan, 2002: 980. Hasil analisis berupa kata-kata bukan hitungan angka. Data dideskripsikan berdasarkan jawaban siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru. Deskripsi data berdasarkan unsur intrinsik dari masing-masing kelima cerita rakyat. Data merupakan hasil pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru berdasarkan unsur intrinsik. Hasil penelitian berupa deskripsi mengenai pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Baru terhadap unsur intrinsik (tema, alur, tokoh, latar) berdasarkan lima cerita rakyat dari DIY.

Teknik-teknik analisis data yang dilakukan yaitu: 1. Mengelompokkan data berdasarkan jawaban siswa 2. Memberikan kode sesuai dengan daftar presensi siswa 3. Memeriksa jawaban siswa

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif yang dimaksud berupa jawaban siswa dari tes essay. Tes essay dilaksanakan pada tanggal 25, 26, 27 Juni 2007. Bahan tes berupa 5 cerita rakyat dari DIY berjudul Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung, Jambean si Keong Emas dan Jaka Tarub.

Jumlah siswa kelas V 34 orang, terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Cerita rakyat berjudul Blunyah Gedhe dan Yekyek Itel dikerjakan pada tanggal 25 Juni 2007 oleh 34 siswa. Cerita rakyat berjudul Rara Lembayung dan Jambean si Keong Emas dikerjakan pada tanggal 26 Juni 2007 oleh 34 siswa. Cerita rakyat berjudul Jaka Tarub dikerjakan pada tanggal 27 Juni 2007 oleh 34 siswa. Pada deskripsi dan analisis data dicantumkan contoh jawaban siswa yang disertai kode nomor siswa. Kode nomor siswa dibuat berdasarkan daftar absensi siswa.

1. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Blunyah Gedhe” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur). a. Tema

(42)

1. Kita sebagai mahluk hidup saling tolong-menolong dalam hal apapun tanpa pamrih.(20)

2. Nyah Gedhe jangan berburuk sangka dan jangan jengkel.(21)

3. Janganlah suka menjelek-jelekkan orang lain, kita wajib menolong sesama, tanpa orang lain kita tidak bisa hidup.(16)

4. Jika menjadi orang kaya kita tidak boleh sombong. Kita harus suka menolong dan dermawan seperti dalam cerita rakyat “Blunyah Gedhe” dan jika berteman jangan pilih kasih.(23)

5. Adapun nama kampung itu ialah Blunyah Gedhe dari kata Belum Nyah menirukan kata-kata hamba itu tiap-tiap kali ditanya tentang rumahnya.(27) 6. Bendungan dan saluran pintu masuk air sangat penting untuk para petani

karena pada saat musim kemarau banyak sekali orang-orang kekurangan air apalagi tumbuh-tumbuhan di sawah pada mati dan hasil panen menjadi menurun.(30)

7. Tirulah sifat para tokoh yang baik tadi dan jangan sia-siakan mempunyai keluarga yang baik.(28)

8. Menarik dan bagus.(8),(15)

9. Saya setuju kalau Nyah Cilik disembuhkan.(6)

(43)

b. Tokoh

Seperti tentang tema, jawaban siswa mengenai tokoh cerita rakyat “Blunyah Gedhe” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Babah Kidul Loji sifatnya baik hati, isteri babah kidul loji sifatnya baik hati, nyonya cilik sifatnya baik hati, hamba sifatnya dermawan dan baik hati. (20)

2. Orang tua sifatnya baik dan perhatian, isterinya sifatnya baik dan perhatian, anaknya sifatnya suka menolong dan baik, hamba setia sifatnya baik, dermawan dan jujur. (28)

3. Babah Kidul Loji sifatnya baik, sahaya sifatnya baik dan tidak memilih-milih pekerjaan, Nyah Gedhe sifatnya baik, Nyah Kecil sifatnya baik dan ramah.(21)

4. Nyah Gedhe sifatnya selalu memperhatikan budak, Babah Kidul Loji sifatnya baik, sabar,sangat sayang, Nyah Cilik sifatnya baik, para petani sifatnya baik dan sabar.(14)

5. Babah Kidul Loji baik hati, Nyah Gedhe baik tetapi meminta imbalan, Nyah Cilik baik, anak perempuan sering sakit-sakitan.(30)

c. Latar

Jawaban siswa tentang latar cerita rakyat “Blunyah Gedhe” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

(44)

4. Di kota Yogyakarta.(2), (3), (6), (7), (12), (16), (21), (27)

5. Yogyakarta, Kampung Blunyah, kampung Blunyah Gedhe, kampung Blunyah Cilik.(20)

d. Alur

Seperti tentang latar, jawaban siswa mengenai alur cerita rakyat “Blunyah Gedhe” berbeda-beda. Berikut ini contoh jawaban siswa.

1. alur maju.(3), (18) 2. alur mundur.(4), (32)

3. alur maju dan alur mundur.(34)

2. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Yekyek Itel” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur). a. Tema

Tes essay mengenai cerita rakyat “Yekyek Itel” hanya diikuti oleh 34 siswa tetapi 1 orang izin maka hanya 33 siswa yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Jawaban siswa tentang tema cerita rakyat “Yekyek Itel” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa

1. Kita harus contoh sifat Yekyek Itel yang baik dan selalu menurut bila disuruh. (8)

2. Kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi sesuatu masalah dan kita harus saling tolong-menolong kepada yang membutuhkan.(11)

(45)

4. Kita tidak boleh meniru kelakuan Ibu tiri Yekyek Itel dan sebaiknya kita harus meniru Yekyek Itel dan selalu mematuhi perintah orang tuanya. (25)

5. Jadilah orang atau Ibu yang baik, sayangilah anak dan keluargamu sendiri dan jika kau ibu tiri kau juga harus berbuat baik dengan anakmu. Kita tidak boleh menyiksa anak kita dengan kejam/kasar.(14)

6. Bila kita diberi cobaan yang begitu berat kita harus terima dengan lapang dada dan tetap sabar untuk menghadapinya karena dibalik cobaan pasti ada hikmah dan akan ada kebahagiaan juga. (20)

7. Sebaiknya ibu tiri Yekyek Itel lebih sayang dengan anaknya walaupun hanya anak tirinya dan sebaiknya kita meniru sifat Yekyek Itel yang patuh dan baik. Kebenaran akan selalu menang dan kejahatan akan selalu kalah. (28)

8. Saya setuju kalau ibu tiri meninggal, kalau Yekyek Itel menjadi permaisuri saya senang. (6)

9. Keluarga Yekyek Itel duduk dalam sebuah rumah gubug kecil dan buruk. Yekyek Itel selalu dipukuli dan dimarahi ibu tirinya.( 13)

10. Menambah wawasan.(17)

b. Tokoh

Seperti tentang tema, jawaban siswa mengenai tokoh cerita rakyat“Yekyek Itel” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Yekyek Itel sifatnya baik, menurut, sabar dan pekerja keras. Ibu tiri sifatnya kejam, bengis dan serakah.

Ayahnya sifatnya baik

(46)

2. Yekyek Itel bersifat baik dan tidak suka marah Ayah Yekyek Itel bersifat selalu membela istrinya

Ibu tiri Yekyek Itel bersifat kejam karena selalu memarahi/mamukuli Yekyek Itel.(7)

3. Ibu Yekyek Itel bersifat sangat kejam, tidak baik, suka memukuli anaknya sendiri dan jahat.

Ayah Yekyek Itel bersifat baik hati dan lapang dada

Yekyek Itel bersifat sangat baik, baik hati dan menuruti apa yang diinginkan ibunya.

Ular/raja muda bersifat sangat baik, suka menolong orang yang kesusahan. (16)

4. Ayah sifatnya baik tapi sering keluar dari rumah

Ibu sifatnya jahat, kejam dia sangat membenci Yekyek Itel dan ia sering memukulinya dengan kasar dan selalu memarahinya.

Pare ular sifatnya baik, saat bertemu dengan Yekyek Itel dia membantu memberikan pare ular itu.

Ular sifatnya baik, dia ingin membantu Yekyek Itel dan dia mengajak Yekyek Itel tinggal di hutan setelah ibunya meninggal.(14)

5. Yekyek Itel sifatnya baik, sabar dan penurut

Ibu Yekyek Itel sifatnya kejam, selalu memarahi Yekyek Itel dan memukulinya

(47)

Pare ular sifatnya baik hati, meu mengorbankan dirinya untuk dibawa pulang dan dimasak oleh Ibu Yekyek Itel.

Seekor ular sifatnya baik, mau mengantar Yekyek Itel pulang ke rumah dan menolong Yekyek Itel dari kekejaman Ibu Yekyek Itel dan menjadikan Yekyek Itel menjadi permaisurinya.(29)

c. Latar

Jawaban siswa tentang latar cerita rakyat“Yekyek Itel” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Di tepi sebuah hutan dan di tengah kota.(16) 2. Di tepi hutan dan di sela-sela pepohonan.(30) 3. Di rumah Yekyek Itel, di hutan dan di keraton.(19) 4. Hutan, keraton dan gubug.(10), (32)

5. Di tepi sebuah hutan, di tengah hutan dan di keraton.(26), (28)

d. Alur

Seperti tentang latar, jawaban siswa mengenai alur cerita rakyat“Yekyek Itel” berbeda-beda. Berikut ini contoh jawaban siswa.

1. alur maju.(5), (23) 2. alur mundur.(1), (9)

(48)

3. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Rara Lembayung” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur).

a. Tema

Tes essay mengenai cerita rakyat “Rara Lembayung” diikuti oleh 34 siswa yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Jawaban siswa tentang tema cerita rakyat“Rara Lembayung” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa

1. Kita harus meniru kesabaran Rara Lembayung menghadapi Sutawijaya dan tidak meniru kelakuan Sutawijaya.(25)

2. Walaupun kita dibenci orang lain, kita harus menghadapi semua itu dengan sabar dan tidak mudah putus asa.(11)

3. Keberanian, kebaikan dan keikhlasan.(13), (26)

4. Jangan tamak, sombong, bengis karena orang yang demikian dibenci Tuhan. Dan setiap orang pasti ada kekurangan dan kelebihannya. (4)

5. Jika mempunyai isteri jelek terima saja dengan ikhlas dan contohlah sifat Rara Lembayung yang baik hati dan sayang terhadap anaknya.(28)

6. Akuilah siapapun itu walaupun dia berwajah buruk, jangan seperti keluarga Sutawijaya dan Rara Lembayung.(23)

7. Saya tidak setuju kalau Rara Lembayung dibunuh.(6)

8. Karena jika perkawinan itu dilaksanakan maka di negeri Mataram akan terjadi kekacauan. Hal ini telah diramalkan oleh Ki Ageng Penjawi.(31) 9. Menarik dan bagus.(8), (15), (33)

(49)

c. Tokoh

Seperti tentang tema, jawaban siswa mengenai tokoh cerita rakyat “Rara Lembayung” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Rara Lembayung bersifat baik dan sabar Ki Ageng Penjawi bersifat baik

Ki Ageng Giring bersifat baik

Sutawijaya bersifat baik tetapi ia harus nurut dengan Ki Ageng Pemanahan. Ki AgengPemanahan bersifat menyuruh Sutawijaya untuk menikah.(14) 2. Ki Ageng Giring III bersifat baik dan tidak sombong.

Rara Lembayung bersifat baik hati dan dermawan.

Ki AgengPemanahan bersifat baik, tidak sombong dan dermawan.

Sutawijaya bersifat sombong, tidak mau mengakui Rara Lembayung sebagai isterinya.

Ki Ageng Penjawi bersifat baik, tidak sombong dan dermawan. Jaka Umbaran bersifat baik, tidak sombong dan dermawan.(18) 3. Ki Ageng Giring III bersifat baik hati.

Rara Lembayung bersifat baik hati. Ki AgengPemanahan bersifat memaksa. Sutawijaya bersifat tidak bertanggung jawab. Ki Ageng Penjawi bersifat suka meramal. Jaka Umbaran bersifat baik hati. (20) 4. Rara Lembayung bersifat sabar dan baik.

(50)

Jaka Umbaran bersifat patuh.(25)

5. Ki Ageng Giring III bersifat baik dan tidak sombong. Rara Lembayung bersifat baik hati dan rendah hati.

Ki AgengPemanahan bersifat memaksa kehendak, maunya menang sendiri. Sutawijaya bersifat angkuh, sombong, tamak dan kejam.

Jaka Umbaran bersifat baik, penurut, tidak sombong dan kerja keras.(4)

c. Latar

Jawaban siswa tentang latar cerita rakyat “Rara Lembayung” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Di alun-alun, keraton dan kayu Purwasari.(28) 2. Di alun-alun.(23)

3. Di Mataram Yogyakarta.(1) 4. DIY.(25)

5. Di alun-alun, negeri Mataram, keraton, di rumah Ki Ageng Giring. (13), (26) 6. Alun-alun, keraton dan di rumah.(19)

D. Alur

Seperti tentang latar, jawaban siswa mengenai alur cerita rakyat “Rara Lembayung” berbeda-beda. Berikut ini contoh jawaban siswa.

(51)

4. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Jambean Si Keong Emas” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur).

a. Tema

Tes essay mengenai cerita rakyat “Jambean si Keong Emas” diikuti oleh 34 siswa yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Jawaban siswa tentang tema cerita rakyat “Jambean si Keong Emas” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa

1. Janganlah kita bermalas-malas dan jadilah anak yang patuh kepada orang tua dan rajin.(20)

2. Jadilah orang yang seperti Jambean, jangan seperti Galoran yang boros tidak mau bekerja dan manja karena sifat Galoran itu tidak pantas untuk ditiru. Karena harta, kekayaan tidak selamanya memihak kepada kita (tidak selamanya ada).(23)

3. Rajin-rajinlah bekerja dan hemat supaya kelak hidup kita akan makmur dan sejahtera.(28)

4. Semoga raja dan Jambean hidup bahagia selama-lamanya dan Galoran menjadi orang yang pemalas menjadi rajin. (22)

5. Sebaiknya Galoran jangan serakah, sebaiknya ia menggunakan hartanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja. (18)

6. Perbuatan yang boros dan malas pasti ada akibatnya. (7) 7. Kebaikannya, kesabarannya, hikmahnya, pelajarannya. (26)

(52)

9. Menambah wawasan.(17)

10. Mbok Rondo sangat beruntung sekali mendapatkan udang dan keong emas dan dapat berubah menjadi manusia yang dapat meringankan pekerjaan Mbok Rondo dengan cara menenun. Kain hasil tenunannya sangat laku rajapun ikut membeli dan ingin melihat cara membuatnya dan menyamar menjadi saudagar kain.(30)

b. Tokoh

Seperti tentang tema, jawaban siswa mengenai tokoh cerita rakyat “Jambean si Keong Emas” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Galoran sifatnya boros, tidak mau bekerja, malas, selalu bersenang-senang dan berfoya-foya.

Jambean sifatnya baik, sabar, mau berkorban untuk ibunya. Ibu Jambean sifatnya baik dan sabar.

Mbok Rondo Sambega sifatnya baik, sabar, mau merawat udang dan keong emas dan mau memberi makan keong emas dan udang.

Mbok Rondo Sembadil sifatnya baik, sabar, mau merawat udang dan keong emas dan mau memberi makan keong emas dan udang.

Raja bersifat baik, mau menikah dengan Jambean.(29) 2. Galoran sifatnya malas, pemboros.

Jambean sifatnya rajin dan patuh. Ibu Jambean sifatnya baik.

(53)

Raja bersifat baik, tidak sombong.(28)

3. Galoran sifatnya boros, jahat dan berani membunuh anaknya. Jambean sifatnya baik hati.

Mbok Rondo Sambega sifatnya baik hati. Mbok Rondo Sembadil sifatnya baik hati. Raja bersifat baik hati. (19)

4. Galoran sifatnya boros, kejam dan sombong. Jambean sifatnya baik, rajin dan tekun.

Mbok Rondo Sambega sifatnya baik, ramah dan jujur. Mbok Rondo Sembadil sifatnya baik, ramah dan jujur. Raja sifatnya baik, ramah, dermawan dan jujur.

Keong Emas sifatnya baik dan suka membantu.

Ibunya(janda) sifatnya baik, hemat dan sayang pada anak. (4) 5. Galoran sifatnya sombong, tidak baik dan manja.

Jambean sifatnya baik dan sangat cantik. Mbok Rondo sifatnya baik hati.

Raja sifatnya baik dan ganteng.(2)

c. Latar

Jawaban siswa tentang latar cerita rakyat “Jambean si Keong Emas” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

(54)

2. Di rumah Jambean, di bendungan, dan di rumah Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil.(19)

3. Di desa, di rumah Mbok Rondo, di bendungan dan di istana. (13) 4. Sawah, perkebunan dan bendungan.(10), (32)

5. Di kampung dan di rumah Mbok Rondo.(30)

d. Alur

Seperti tentang latar, jawaban siswa mengenai alur cerita rakyat “Jambean si Keong Emas” berbeda-beda. Berikut ini contoh jawaban siswa.

1. Alur maju.(13), (29) 2. Alur mundur.(15), (19) 3. Alur maju mundur.(27), (32)

5. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Jaka Tarub” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur). a. Tema

Tes essay mengenai cerita rakyat “Jaka Tarub” hanya diikuti oleh 34 siswa tetapi 1 orang izin maka hanya 33 siswa yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Jawaban siswa tentang tema cerita rakyat “Jaka Tarub” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa

1. Kita tidak boleh mengingkari janji kalau tak ingin dihukum/terkena batunya.(1) 2. Kita tidak boleh mencuri pakaian orang lain seperti yang dilakukan Jaka Tarub.

(25)

(55)

4. Kebaikannya, keikhlasannya, hikmahnya dan pelajarannya.(26)

5. Dan bila nanti anakmu menangis buatlah ranggon(panggung) dan bakarlah merang ireng (tandai butir ketan hitam saya akan datang dan menyusui bayi itu).(31)

6. Jaka Tarub melihat 6 bidadari yang sedang mandi tanpa pakaian, tidak boleh menanam padi, sebab ketan hitam itu merupakan benda yang dipergunakan Jaka Tarub sekeluarganya. (13)

7. Jangan meniru sifat Jaka Tarub, karena sudah mengintip orang mandi. (12), (27)

8. Jadilah orang yang baik dan perhatian dan sayangilah anak-anakmu yang sedang membutuhkan air susu ibu dan jika dia bersalah kita harus memakluminya karena dia anak kandung kita.(14)

9. Kita tidak boleh bertindak cepat dan kita harus memfikirkan apa akibat yang terjadi bila kita bertindak.(20)

10. Janganlah melanggar peraturan dari orang lain jika sudah menyanggupinya. Jika kita melanggar mungkin akan berakibat buruk bagi kita sendiri bukan orang lain. Jadi kita harus menaati peraturan entah bagaimana bentuknya apakah ucapan/tulisan.(23)

b. Tokoh

Seperti tentang tema, jawaban siswa mengenai tokoh cerita rakyat “Jaka Tarub” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

(56)

2. Jaka Tarub sifatnya jelek. Mbah Takrama sifatnya baik. Kyai Kartoreja sifatnya baik. Mbah Taruna sifatnya baik.(17) 3. Mbah Taprana sifatnya baik.

Jaka Tarub sifatnya tidak mudah putus asa, tolong menolong.

Nawangwulan sifatnya sabar, baik dan sayang kepada anak dan isterinya. Nawangsih sifatnya mengerti dengan ibunya.(11)

4. Mbah Taprana sifatnya baik hati. Mbah Takrama sifatnya baik hati. Kyai Kartoreja sifatnya baik hati. Wongsentono sifatnya baik hati. Tukiman sifatnya baik hati. Sugikardono sifatnya baik hati. Kartowijoyo sifatnya baik hati.

Jaka Tarub sifatnya baik tapi menyembunyikan Nawangwulan. Nawangwulan sifatnya baik hati.

Nawangsih sifatnya baik hati. (3), (20) 5. Mbah Taprana sifatnya baik dan pekerja keras.

Mbah Takrama sifatnya baik.

Kyai Kartoreja sifatnya baik dan sabar. Kartowijoyo sifatnya baik.

Wongsentono sifatnya baik.

(57)

Jaka Tarub sifatnya pekerja keras, baik dan sering dusta(ingkar janji). Nawangwulan sifatnya baik, sabar, menepati janji dan pekerja keras. Nawangsih sifatnya masih suka menangis tetapi baik.(4)

c. Latar

Jawaban siswa tentang latar cerita rakyat “Jaka Tarub” berbeda-beda. Berikut ini adalah contoh jawaban siswa.

1. Di desa Pranan.(1), (2), (3), (4), (6), (7), (8), (9), (11), (12), (14),(16), (17), (18), (20), (22), (24), (25), (27), (29), (31), (34)

2. Di sendang Beji, Di desa Pranan.(5), (13), (26), (28), (30), (33) 3. Desa Pranan, makam Sendang Beji dan di khayangan. (19) 4. Di hutan yang terdapat sungai. (23)

d. Alur

Seperti tentang latar, jawaban siswa mengenai alur cerita rakyat “Jaka Tarub” berbeda-beda. Berikut ini contoh jawaban siswa.

(58)

B. Analisis Data

1. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Blunyah Gedhe” berdasarkan unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur).

a. Tema

Siswa sebagian besar dapat menjawab tema cerita rakyat “Blunyah Gedhe” dengan tepat. Siswa yang menjawab dengan tepat ada 17 orang, yang kurang tepat 5 orang sedangkan yang tidak tepat menjawab ada 12 orang.

Berikut ini contoh jawaban siswa yang menjawab dengan tepat.

1. Bila kita mempunyai uang banyak maka kita harus membantu sesama seperti yang dilakukan oleh sahaya.(3)

2. Bekerja tidak memilih yang halus mana yang kasar mana yang gampang mana yang sukar.(18)

3. Kita sebagai mahkluk hidup saling tolong-menolong dalam hal apapun tanpa pamrih. (20)

Berikut ini contoh jawaban siswa yang menjawab kurang tepat.

1. Bersifatlah yang baik seperti si hamba untuk pembangunan masyarakat.(19) 2. Tirulah sifat para tokoh yang baik tadi dan jangan sia-siakan mempunyai

keluarga yang baik hati.(28)

3. Kebaikan menolong banyak orang dan lain-lain.(26) Berikut ini contoh jawaban siswa yang menjawab tidak tepat.

1. Tempat tinggal hambanya diberi nama Blunyah.(9) 2. Saya setuju kalau Nyah Cilik disembuhkan.(6)

(59)

4. Menirulah sifat Babah Kidul Loji, karena sifatnya baik sudah membantu para petani mengairi sawah. (12)

5. Bendungan dan saluran pintu masuk air sangat penting untuk para petani karena pada saat musim kemarau banyak sekali orang-orang pada kekurangan air apalagi tumbuh-tumbuhan di sawah pada mati dan hasil petani menjadi menurun.(30)

b. Tokoh

Siswa sebagian besar dapat menjawab tokoh cerita rakyat “Blunyah Gedhe” dengan tepat. Siswa yang menjawab dengan tepat ada 20 orang sedangkan yang menjawab kurang tepat ada 14 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan tepat. 1. Babah Kidul Loji sifatnya baik hati

Nyah Gedhe sifatnya baik hati Nyah Cilik sifatnya baik hati Sahaya sifatnya baik, dan setia.(3)

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab kurang tepat. 1. Babah Kidul Loji sifatnya baik dan suka menolong

Nyah Gedhe sifatnya baik Nyah Cilik sifatnya baik. (7) 2. Babah Kidul Loji sifatnya baik

Nyah Gedhe sifatnya baik tetapi meminta imbalan Nyah Cilik sifatnya baik

(60)

c. Latar

Siswa sebagian besar dapat menjawab latar cerita rakyat “Blunyah Gedhe” dengan tepat. Siswa yang bisa menjawab dengan benar ada 34 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar. 1. Yogyakarta, toko buku Gunung Agung.(10), (32)

2. Kota Yogyakarta sebelah utara Tugu Lancip.(13), (19), (30)

3. Di kota Yogyakarta, didalam kota letaknya si sebelah selatan loji.(11) 4. Yogyakarta.(18), (25)

5. Yogyakarta, kampung Blunyah, kampung Blunyah Gedhe, dan kampung Blunyah Cilik.(20)

d. Alur

Siswa sebagian besar dapat menjawab alur cerita rakyat “Blunyah Gedhe” dengan tepat. Siswa yang menjawab dengan tepat ada 20 orang sedangkan yang menjawab kurang tepat ada 14 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar. 1. Alur maju. (2), (3), (7), (9), (10), (11), (12), (14), (18), (19) Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab salah.

1. Alur maju. (4), (5)

(61)

2. Pemahaman siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru terhadap cerita rakyat “Yekyek Itel” berdasarkan unsur intrinsik (tema, toko, latar dan alur).

a. Tema

Siswa sebagian besar dapat menjawab tema cerita rakyat “Yekyek Itel” dengan tepat. Siswa yang bisa menjawab dengan tepat ada 18 orang, yang kurang menjawab dengan tepat ada 3 orang sedangkan yang tidak bisa menjawab dengan tepat ada 12 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan tepat.

1. Kita tidak boleh menyerah dalam menghadapi suatu masalah dan kita harus tolong-menolong kepada yang membutuhkan.(11)

2. Kita tidak boleh meniru kelakuan ibu tiri Yekyek Itel dan sebaiknya kita harus meniru Yekyek Itel yang selalu mematuhi perintah orang tuanya.(25) 3. Bila kita diberi cobaan yang begitu berat, kita harus terima dengan lapang

dada dan tetap sabar untuk menghadapinya karena dibalik cobaan pasti ada hikmahnya dan akan datang kebahagiaan juga.(20)

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab kurang tepat.

1. Betapa kejamnya ibu tiri Yekyek Itel itu padahal Yekyek Itel tidak pernah berbuat jahat kepada siapapun tetapi mengapa ibu tetap saja jahat malahan Yekyek Itel bersikap baik kepada siapapun.(30)

2. Kita harus saling menolong.(1) 3. Menambah Wawasan.(17)

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab tidak tepat.

(62)

2. Yekyek Itel diangkat menjadi permaisuri.(9)

3. Keluarga Yekyek Itel hidup dalam sebuah gubug kecil dan buruk, Yekyek Itel selalu dipukuli dan dimarahi ibu tirinya.(13)

4. Menarik dan bagus.(33)

5. Sebaiknya ibu tiri tidak memperbolehkan ke hutan.(32)

b. Tokoh

Siswa sebagian besar dapat menjawab tokoh cerita rakyat “Yekyek Itel” dengan tepat. Siswa yang bisa menjawab dengan tepat ada 21 orang, sedangkan siswa yang kurang menjawab dengan tepat ada 12 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan tepat. 1. Yekyek Itel sifatnya baik, menurut, sabar dan pekerja keras.

Ibu tiri sifatnya kejam, bengis dan serakah. Ayahnya sifatnya baik

Pare ular sifatnya baik dan suka menolong.(4) 2. Yekyek Itel sifatnya baik hati.

Ibu Yekyek Itel sifatnya jahat dan suka menyiksa. Ayahnya sifatnya baik hati.

Raja muda sifatnya baik hati.(20)

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab kurang tepat. 1. Yekyek Itel sifatnya baik, mulia dan terpuji.

(63)

Ibu tiri Yekyek Itel sifatnya tidak baik dan kejam karena selalu memarahi/memukuli Yekyek Itel.

Ayah Yekyek Itel sifatnya selalu membela isterinya.(7)

c. Latar

Siswa sebagian besar dapat menjawab latar cerita rakyat “Yekyek Itel” dengan tepat. Siswa yang bisa menjawab dengan benar ada 32 orang, sedangkan 1 siswa tidak menjawab.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar. 1. Hutan, keraton, rumah/gubug.(10), (32)

2. Di tepi hutan.(1), (7), (9)

3. Di tepi hutan, dalam hutan dan keraton.(26), (28) 4. Di tepi hutan dan di sela-sela pepohonan.(30)

d. Alur

Siswa sebagian besar dapat menjawab alur cerita rakyat “Yekyek Itel” dengan tepat. Siswa yang bisa menjawab dengan benar ada 18 orang, sedangkan yang menjawab salah ada 15 orang.

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar. 1. Alur maju.(5), (23)

Berikut ini adalah contoh jawaban siswa yang menjawab dengan salah. 1. Alur mundur.(1), (9)

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari perbandingan ini untuk mengetahui buffer yang dibutuhkan pada aplikasi tersebut antar dua komputer dalam satu jaringan peer to peer.. Dengan menggunakan dua

disoroti untuk dipakai sebagai landasan mencari disoroti untuk dipakai sebagai landasan mencari permasalahannya /diagnosanya yang kemudian permasalahannya /diagnosanya yang kemudian

Terkait dengan kegiatan melipat yang pada dasarnya diadaptasikan untuk anak-anak yang berumur lima sampai enam tahun dalam mengkoordinasikan motorik halus, maka

Peningkatan efisiensi modal kerja tersebut, membuat keuntungan perusahaan dalam menghasilkan laba juga semakin meningkat karena sebagai Rp 1.000 aktiva perusahaan

Analisis yang dilakukan terhadap penerapan sanitasi, karakteristik mikrobiologi- kimia serta uji organoleptik bahan baku dan produk pindang di unit pengolahan pindang UPT PHPT

Peralatan yang terbuat dari bahan melamin diproduksi dengan cara mencampurkan melamin dan formaldehida dalam suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Bahan-bahan ini

32/MEN/XII/2008 tentang Tata Cara Pembentukan dan Susunan Keanggotaan LKS Bipartit menyebutkan bahwa, LKS Bipartit adalah forum komunikasi, dan konsultasi mengenai

Yang dimaksud oleh peneliti keluarga bahagia dalam penelitian ini adalah berfungsinya seluruh keluarga merasa ketentraman, penuh dengan kasih sayang,