• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan Universitas Negeri Malang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningktakan Tahap Berpikir Siswa

pada Materi Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Melalui Pembelajaran Geometri van-Hiele

Kelas VIII di MTs NW Lepak Siti Nurul Azimi, Edy Bambang Irawan

Universitas Negeri Malang

mieza.poenya@gmail.com, ib_ide@yahoo.co.id

Abstrak: Siswa MTs kelas VIII NW Lepak kesulitan memahami rumus panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran bila disajikan dalam bentuk definisi formal. Selain itu siswa-siswa tersebut mengalami kesulitan dalam membedakan rumus panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk meningkatkan tahap berpikir siswa pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran melalui pembelajaran Geometri van-Hiele kelas VIII MTs NW Lepak. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC MTs NW Lepak sebanyak 15 siswa yang masih berada pada tahap berpikir visualisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Geometri van-Hiele dapat meningkatkan tahap berpikir siswa dari tahap visualisasi ke tahap analisis.

Kata kunci: van-Hiele, Tahap Berpikir, Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran.

Siswa kelas VIII MTs. NW Lepak kesulitan memahami rumus panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran bila disajikan dalam bentuk definisi formal. Selain itu siswa-siswa tersebut mengalami kesulitan dalam membedakan rumus panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran dengan panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran.

Permasalahan ini perlu dicarikan solusinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan pembelajaran geometri van-Hiele. Menurut van-Hiele siswa-siswa pada masalah tersebut masih berada pada tahap berpikir van-Hiele.

Selaras dengan latar belakang yang diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan tahap berpikir siswa pada materi garis singgung dua lingkaran melalui pembelajaran geometri van-Hiele pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran siswa kelas VIII di MTs NW Lepak.

Teori van-Hiele yang dikembangkan oleh Pierre Marie van-Hiele dan Dina van-Hiele Gedof sekitar tahun 1950-an telah diakui secara internasional dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pembelajaran geometri. Bobango (1993:157) menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan pada tahap belajar van-Hiele dapat membantu perencanaan pembelajaran dan memberikan hasil yang memuaskan. Burger dan Shaughnessy (1986:47) melaporkan bahwa siswa menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam tingkat berpikir geometri sesuai dengan tingkatan berpikir van-Hiele. Susiswo (1989:77) menyimpulkan bahwa pembelajaran geometri dengan pembelajaran van-Hiele lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Selanjutnya

(2)

Husnaeni (2006:77) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran van-Hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir siswa.

Van-Hiele berpendapat bahwa dalam mempelajari geometri para siswa mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-tahap tertentu. Tahap berpikir van-Hiele ini adalah hasil dari pengalaman yang diperoleh, bukan berdasarkan jenjang umur. Seorang anak harus cukup memiliki pengalaman (dari kelas atau lainnya) dengan ide geometrinya untuk bergerak ke level yang lebih tinggi (Junaidi, 2011). Tahap berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri menurut van-Hiele melalui 5 tahap yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (abstraksi), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (keakuratan).

Tahap 0 adalah tahap visualisasi. Pada tahap ini obyek pemikiran siswa masih didominasi bentuk dan seperti apa bentuk itu terlihat secara visual. tahap 1 adalah analisis. Pada tahap analisis anak sudah mulai mengenali dan mengaplikasikan suatu ide geometri, mendeskripsikan dengan benar berbagai sifat serta dapat mengidentifikasi gambar sebagai bagian dari gambar yang lebih besar. Tahap 2 adalah tahap abstraksi. Anak yang berada pada tahap ini sudah memahami abstraksi bangun-bangun geometri. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan kesimpulan secara deduktif. Tahap 3 adalah tahap deduksi. Pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif. Tahap 4 yaitu Keakuratan. Pada tahap ini anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.

Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir yang lebih tinggi, maka van-Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan lima fase dalam setiap level tahap berpikirnya yaitu informasi, orientasi lansung, penjelasan, orientasi bebas, dan integrasi (Purwoko, tanpa tahun).

Fase pertama adalah Informasi. Pada fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa serta melakukan observasi. Fase kedua adalah Orientasi Langsung. Pada fase ini Siswa menggali topik yang akan dipelajari melalui alat-alat peraga atau tugas yang telah disiapkan guru. Fase ketiga adalah Penjelasan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Fase keempat adalah Orientasi Bebas. Siswa mengahadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah dan tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara. Fase terakhir adalah Integrasi. Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari dapat juga dengan pengamatan-pengamatan. Peran guru secara umum adalah

membantu penginterpretasian pengetahuan siswa dengan meminta siswa membuat refleksi dan mengklarifikasi pengetahuan geometri siswa (Purwoko, tanpa tahun).

METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom based action research ) dengan dua siklus. Masing-masing siklus melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi mengikuti pola Kemmis dan Taggart. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C MTs NW Lepak yang masih berada pada tahap berpikir visualisasi terdiri dari 15 siswa.

Siklus I

Ada empat kegiatan yang dilakukan pada siklus I ini, yaitu (1) Perencanaan Tindakan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi.

(3)

Kegiatan perencanaan tindakan dalam penerapan pembelajaran Geometri van-Hiele ini meliputi menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I; menyusun LKS siklus I; menyusun instrumen yang terdiri atas: catatan lapangan, lembar observasi aktivitas siswa, dan soal tes; menvalidasi instrumen pembelajaran kepada satu orang dosen matematika dan satu orang guru matematika; menjaring siswa yang masih berada pada tahap berpikir visualisasi yang akan diberikan perlakuan.

Pelaksanaan tindakan siklus I direncanakan 3 kali pertemuan, masing-masing terdiri dari 2 x 40 menit. Tahap pemberian tindakan yang dimaksud yaitu penerapan pembelajaran geometri van-Hiele. Proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun oleh peneliti dengan memperhatikan fase-fase pembelajaran geometri van-Hiele.

Pada garis besarnya proses pembelajaran dengan pembelajaran geometri van-Hiele menjadi tiga langkah besar, yaitu: (1) pendahuluan, (2) inti pembelajaran, (3) penutup. Berikut adalah uraian secara rinci tahapan proses pembelajaran.

Pada pendahuluanGuru mengucap salam; guru memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai apabila mempelajari materi garis singgung persekutuan dua lingkaran; guru mengingatkan apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya berkaitan dengan garis singgung persekutuan dua lingkaran seperti, sifat ketegaklurusan, teorema phytagoras, lingkaran dan sifat garis singgung lingkaran; guru membentuk kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.

Pada bagian inti ada beberapa tahap yang dilakukan antara lain informasi, orientasi langsung, penjelasan, orienasi bebas, integrasi. Pada tahap informasi, guru bersama siswa melakukan tanya jawab mengenai pengetahuan awal garis singgung persekutuan dua lingkaran. Hal ini bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi garis singgung persekutuan dua lingkaran seperti, pengertian garis singgung persekutuan dua lingkaran dan garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan kedudukan dua lingkaran. Pada tahap orientasi langsung, siswa berdiskusi mengenai cara melukis garis singgung persekutuan dua lingkaran dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Guru memberikan bimbingan sekecil mungkin apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah selesai diskusi, guru memfasilitasi diskusi kelas dengan cara menyajikan hasil pengamatan atau hasil kerjanya. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa. Pada tahap orientai bebas, guru memberikan permasalahan yang lebih kompleks berdasarkan materi garis singgung persekutuan dua lingkaran secara individu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi atas kinerjanya dalam kerja kelompok maupun diskusi antar kelompok dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan merangkum di buku masing-masing siswa. Guru meminta siswa untuk mempelajari ulang materi yang telah diperoleh dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Guru menutup pelajaran dengan salam.

Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. observasi dilakukan oleh dua orang teman peneliti yang bertindak sebagai

observer.fokus observasi adalah proses penerapan tindakan yang dialkukan siswa.

Pada akhir siklus I diperoleh gambaran bagaimana dampak penerapan pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu penerapan pembelajaran geometri van-Hiele. Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari yang telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus I. permasalahan yang ditemukan pada siklus I, digunakan sebagai pertimbangan merumuskan perencanaan tindakan pada siklus II.

(4)

Siklus II

Siklus II terdiri dari tahap perencanaan, Pelaksanaan tindakan, Observasi, Refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan hal-hal yang dilakukan peneliti adalahmenyusun RPP dan LKS sesuai refleksi siklus I; menyiapkan soal tes untuk mengetahui peningkatan tahap berpikir siswa; ; menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan peneliti; menyiapkan catatan lapangan;

melakukan koordinasi dengan guru kelas berkaitan dengan bagaimana menguasai kelas VIII C. Tindakan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan pada siklus II yang telah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. pada siklus II ada 3 pertemuan. Tahap observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Observasi dilakukan oleh dua orang teman peneliti yang bertindak sebagai

observer. Fokus observasi adalah proses penerapan tindakan yang dialkukan siswa. Pada siklus II diperoleh gambaran dampak penerapan pembelajaran geometri van-Hiele.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor tes dengan soal bentuk essai pada awal sebelum siklus dan setiap akhir siklus, skor aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, hasil wawancara berkaitan dengan penerapan pembelajran geometri van-Hiele dan pemahaman siswa terhadap materi garis singgung persekutuan dua lingkaran, catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C MTs NW Lepak yang masih berada pada tahap berpikir visualisasi yaitu 15 orang siswa.

Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data penelitaian ini menggunakan analisis kualitatif model alir (Flow). Model ini terdiri dari 3 (tiga) komponen yang dilakukan secara berurutan yaitu kegiatan mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data seperti ini berlangsung selama peneliti berada di lokasi penelitian hingga akhir pengumpulan data.

HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi siklus I dapat diketahui bahwa kriteria keberhasilan belum tercapai, sehingga siklus I dikatakan gagal dan penelitian dilanjutkan ke siklus II. kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah peneliti kurang mengarahkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok sehingga interaksi antar siswa masih kurang. Siswa lebih memilih untuk bertanya kepada peneliti daripada kepada temannya; Peneliti kurang dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk mewakili kelompoknya ketika

mempresentasikan jawaban sehingga tahap presentasi atau penjelasan cenderung didominasi oleh siswa yang aktif dalam kelas; Peneliti kurang dalam mengarahkan siswa untuk memperhatikan perwakilan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil pekerjaannya; Peneliti kurang dalam mengamati dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar; Pemilihan anggota kelompok yang dibentuk bukan berdasarkan kemampuan melainkan secara acak dipilih peneliti; Peneliti kurang memberikan waktu dalam mengerjakan latihan soal karena alokasi waktu lebih banyak digunakan untuk memahami konsep yang dipelajari; Peneliti tidak membahas hasil pekerjaan siswa dalam orientasi bebas sehingga kurang menguatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Refleksi siklus II dilakukan untuk menentukan apakah tindakan pada siklus II sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil observasi siklus II diketahui bahwa kriteria keberhasilan telah tercapai sehingga siklus II dikatakan berhasil.

(5)

Temuan Penelitian

Tahap berpikir siswa dari visualisasi nampak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Keterangan (tahap berpikir)

Pra tindakan Siklus I Siklus II Banyak siswa yang

berada pada tahap Analisis

0 7 14

Presentase siswa yang berada pada tahap Analisis

0% 46,6% 93,3%

Skor rata-rata kelas 46,87 70,5 86,1

Dari Tabel diatas diketahui bahwa presentase siswa yang berada pada tahap analisis meningkat dari 0% menjadi 46,6%. Pada siklus I ini skor rata-rata kelas mengalami peningkatan dari 46,87 menjadi 70,5. Pada siklus II yang berada pada tahap analisis mengalami peningkatan dari 46,6% menjadi 93,3% dengan rata-rata nilai kelas juga naik menjadi 86,1.

Dari data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dapat dianalisis bahwa tindakan pada siklus I belum berhasil karena banyaknya siswa yang mencapai daya serap 75 atau lebih belum mencapai 85%. Pada siklus II diperoleh hasil bahwa siswa yang mencapai serap 75 atau lebih, telah lebih dari 85%. Berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan yang telah disebutkan maka dapat dikatakan bahwa penelitian dapat meningkatkan tahap berpikir dari tahap visualisasi ke tahap analisis siswa kelas VIII C MTs NW Lepak.

PEMBAHASAN

Penerapan Pembelajaran Geometri van-Hiele

Penerapan pembelajaran Geometri van-Hiele untuk meningkatkan tahap berpikir siswa kelas VIII C MTs NW Lepak pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran

dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Geometri van-Hiele yang terdiri dari 5 tahapan (Purwoko, tanpa tahun) , yaitu Informasi, Orientasi Lansung, Orientasi Bebas,

Penjelasan dan Integrasi. Sebelum siswa memasuki tahapan-tahapan dalam pembelajaran Geometri van-Hiele, siswa memperoleh motivasi, tujuan pembelajaran dan apersepsi.

Tujuan pembelajaran yang diberikan mengenai materi yang akan dipelajari yaitu melukis garis singgung persekutuan dua lingkaran dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Penetapan tujuan pembelajaran ini penting untuk memulai dan mengarahkan kegiatan belajar (Slameto, 1995:19). Dengan tujuan yang jelas siswa akan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat.

Sedangkan motivasi diberikan mengenai penggunaan materi garis singgung persekutuan dua lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Penetapan motivasi penting untuk memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang sedang dipelajarai. Selain itu motivasi yang diberikan juga berupa dorongan, semangat, dan pujian kepada siswa ketika pertemuan pembelajaran berlangsung. Menurut Slameto (1995:92-93) , motivasi sangat berperan dalam perkembangan siswa selanjutnya melalui proses belajar, bila motivasi guru mengenai sasaran

(6)

akan meningkatkan kegitan belajar. Selain itu, sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk lebih giat belajar.

Sebelum memasuki tahapan-tahapan pada pembelajaran Geometri van-Hiele, siswa memperoleh apersepsi mengenai materi yang telah mereka pelajari yaitu teorema Pythagoras, sifat ketegaklurusan dan sifat garis singgung lingkaran. Pentingnya pemberian apersepsi ini sesuai dengan pendapat Slameto (1995:36) bahwa setiap guru dalam mengajar perlu

menghubungkan pelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan antara

pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.

Sebelum memasuki tahap informasi, pada siklus I kelas dibagi menjadi 4 kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa tapi ada satu kelompok yang beranggotakan 3 siswa. Sedangkan pada siklus II kelas dibagi menjadi 7 kelompok

beranggotakan 2 siswa tapi ada satu kelompok yang beranggotakan 3 siswa. Slameto (1995:38) berpendapat bahwa bekerja di dalam kelompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar.

Pada tahap Informasi pengetahuan awal siswa digali. Dalam menggali pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dipelajari, siswa diberikan pertanyaan mengenai pengetahuan awal mengenai materi yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut antara lain pengertian garis singgung persekutuan dua lingkaran dan garis singgung persekutuan dua lingkaran berdasarkan kedudukan dua lingkaran. Seyogyanya guru berusaha untuk mengetahui dan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah ada dalam pikiran siswa sebelum siswa mempelajari suatu konsep atau pengalaman baru. Hal ini juga sesuai dengan pandangan konstruktivisme (Yuwono, 2005:8) bahwa guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri

pengetahuannya secara aktif dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa.

Pada siklus I, siswa antusias menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. Namun ada beberapa siswa yang masih malu menjawab pertanyaan dari peneliti. Tahap informasi pada siklus II tidak begitu berbeda dengan siklus I, siswa sudah mulai beradaptasi dengan situasi pembelajaran.

Pada tahap orientasi lansung, siswa berdiskusi bersama teman kelompoknya dalam melukis garis singgung persekutuan dua lingkaran dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Peneliti berperan sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam mencari solusi. Peneliti hanya memberikan petunjuk ketika siswa mengalami kesuliatan dalam menyelesaikan maslah. Dalam membimbing siswa, peneliti tidak lansung memberikan jawaban dari pertanyaan tersebut tetapi membimbing siswa dengan pertanyaan yang dapat memancing mereka untuk menemukan jawaban yang benar melalui apa yang sudah mereka ketahui. Hal ini sesuai dengan pendapat Simon (1995) (dalam Yuwono, 2005:8) yang mengindikasikan bahwa salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi belajar anak adalah apa yang telah diketahui dan dialaminya. Howard (dalam Slameto, 1995:32) mengatakan mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau

mengembangkan skill, attitude, ide (cita-cita)

Pada siklus I, peneliti kurang maksimal dalam memberikan penjelasan dan arahan sehingga siswa masih bekerja secara individu dan interaksi antar teman satu kelompok belum

(7)

maksimal. Siswa lebih memilih lansung bertanya kepada peneliti apa yang belum mereka pahami. Ada pula siswa yang hanya diam dan menunggu jawaban dari teman yang lain. Dari kondisi yang muncul di atas, peneliti memberikan arahan kepada siswa akan fungsi anggota kelompok dan peran peneliti dalam proses pembelajaran.

Pada siklus II peneliti memberikan penjelasan serta arahan kepada siswa secara jelas dan tegas sehingga sudah tidak terjadi ketergantungan seperti pada siklus I. Siswa lebih aktif dalam kelompok karena anggota kelompok hanya beranggotan 2 siswa. Diskusi kelompok berjalan lancar, interaksi antar anggota kelompok berjalan dengan baik.

Pada tahap penjelasan, perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka mengenai melukis garis singgung persekutuan dua lingkran dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Dari kegiatan ini diharapkan dapat

mengenalkan siswa pada jawaban lain yang merupakan hasil pemikiran teman mereka sendiri. Pada siklus I, diskusi kelompok masih didominasi oleh siswa yang aktif berbicara, baik yang presentai maupun yang memberikan tanggapan. Siswa yang lain masih cenderung malu dan tidak berani untuk mengungkapkan ide mereka. Hal ini karena peneliti kurang maksimal dalam memberikan penjelasan dan arahan tentang diskusi kelompok. Peneliti kemudian memberikan arahan dan motivasi kepada siswa khususnya bagi siswa yang cenderung pasif dan memiliki ketergantungan pada teman kelompoknya untuk lebih percaya diri. Selain itu, ada pula kelompok yang tidak memperhatikan temannya yang sedang presentasi.

Pada siklus II, siswa yang lain sudah mulai aktif dalam mengungkapkan ide maupun mau maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Terkadang peneliti meminta siswa untuk mengulang jawaban yang baru saja dipresentasikan sehingga siswa jadi memperhatikan jika ada yang sedang presentasi.

Pada tahap orientasi bebas, siswa menyelesaikan masalah berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari. Selain itu dengan memberikan masalah untuk diselesaikan semakin memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari sebelumnya.

Pada siklus I siswa tidak diberikan penyelesain dari masalah yang diberikan sehingga kurang membantu siswa untuk memperkuat pemahamannya. Sedangkan pada siklus II masalah yang diselesaikan siswa dibahas bersama setelah pengerjaannya selesai. Hal ini akan

memperkuat pemahaman siswa.

Tahapan selanjutnya adalah integrasi. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hal-hal yang mereka temukan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kesimpulan tersebut berkaitan dengan melukis garis singgung persekutuan dua lingkaran dan menentukan panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran. Dengan tahapan ini, siswa mendapatkan penguatan dari peneliti atas jawaban yang tepat serta konsep-konsep yang sudah mereka terima. Berdasarkan pendapat Slameto ( 1995:12), penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawabnya”.

Pada siklus I, proses penyimpulan siswa masih memerlukan waktu yang lama karena siswa masih dalam proses adaptasi terhadap pembelajaran, sehingga peneliti mengulang-ulang

(8)

penarikan kesimpulan tersebut. Pada siklus II, siswa sudah mengetahui hal-hal penting apa yang harus disimpulkan.

Peningkatan Tahap Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Geometri van-Hiele

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa melalui pembelajaran Geometri van-Hiele, tahap berpikir siswa kelas VIII C MTs NW Lepak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini sesuai dengan pendapat van-Hiele apabila pembelajaran ini dirancang dengan tepat akan dapat meningkatkan tahap berpikir siswa. Dengan demikian berarti akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang akan dipelajarinya. Husnaeni (2006:77) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Geometri van-Hiele efektif untuk peningkatan kualitas berpikir siswa.

Dalam penelitian ini, peningkatan tahap berpikir siswa diperoleh dari hasil tes siklus I dan siklus II. sedangkan standar ketuntasan yang digunakan adalah Seorang siswa dinyatakan mengalami peningkatan tahap berpikir bila siswa telah mencapai skor ≥ 75, Suatu kelas

dinyatakan mengalami peningkatan tahap berpikir jika di dalam kelas tersebut terdapat 85% atau lebih siswa yang telah mendapat skor ≥ 75.

Kendala dan Solusi Selama Pembelajaran Geometri van-Hiele

Pembelajaran melalui pembelajaran Geometri van-Hiele pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran telah dilaksanakan sesuai tahapan-tahapan pada pembelajaran Geometri van-Hiele. Meskipun demikian masih terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti selama proses pembelajaran. Berikut beberapa kendala dan solusi yang dilakukan peneliti selama penelitian berlansung

Kendala dan Solusi Selama Pembelajaran Geometri van-Hiele

Kendala Solusi

Pada awal pembelajaran, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan karena siswa terbiasa bekerja secara individu

Siswa diberikan penjelasan mengenai hal-hal yang akan dilakukan selama pembelajaran

Pada tahap orientasi lansung, siswa lansung bertanya kepada peneliti tanpa bertanya kepada temannya

Siswa diarahkan untuk bertanya dan mendiskusikan apa yang belum mereka mengerti dengan kelompoknya

Pada tahap penjelasan yang

ditunjukkan dengan tahap presentasi hanya didominasi oleh siswa yang aktif berbicara

Siswa diberikan penghargaan pada siswa yang aktif dalam pembelajaran

Pada tahap orientasi bebas, siswa masih banyak yang melihat pekerjaan temannya

Mencatat siswa yang melihat pekerjaan temannya

(9)

yang mereka simpulkan masih kurang tertanam pada diri siswa

pertemuan berikutnya

Tindakan pembelajaran pada siklus I belum bisa dikatakan berhasil

Siswa diberikan motivasi dengan diberikan penghargaan kepada siswa yang aktif bertanya, menjawab, berdiskusi maupun presentasi

KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan pembelajaran Geometri van-Hiele pada materi garis singgung persekutuan dua lingkaran siswa kelas VIII C MTs NW Lepak dapat meningkatkan tahap berpikir siswa. Dari penelitian ini dapat diberikan saran bahwa Dalam pembelajaran Geometri van-Hiele, siswa diberikan penjelasan dan arahan dalam diskusi kelompok sehingga bisa menhargai temannya, siswa diarahkan untuk menghargai temannya yang sedang mempresentasikan jawaban, siswa diberikan penyelesaian soal setelah tahap orientasi bebas untuk memperkuat pemahaman siswa dan pemberian penghargaan memotivasi siswa untuk semangat belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Abdussakir. 2011. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele (Lengkap),(Online), Vol. VII, No. 2, (http://abdussakir.blogspot.com/20011/01/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele, diakses 20 januari 2013).

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Salatiga: Rineka Cipta. Yuwono, Ipung. 2005. Pembelajaran Matematika Secara Membumi. Malang: Universitas Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan, tipologi inovasi gerakan sayang ibu di Kabupaten Klaten merupakan inovasi administratif untuk inovasi Antar Bumil Minta Ampo, yang dibuktikan dengan adanya pengenalan

[r]

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan saat ini antara lain akan di jelaskan sebagai berikut, persamaan penelitian Anees Kazmi and

31 Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Implementasi program gerakan gemar sedekah (GREGED) dalam peningkatan

This paper aimed at critically analyzing the coverage of the Garissa University College terrorist attack which happened on 2nd April 2015 through three objectives: to determine

Ahmadi Rulam, PengantarPendidikan: Asas&Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014).. Arifin

Penyusunan program Kelompok Belajar Olahraga (KBO) sepak bola di SMP Negeri 9 merupakan program kerja Kesiswaan Salatiga yang disusun para pelatih KBO dan bersifat

Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa sering merasa jenuh karena guru hanya berceramah dan kegiatan siswa hanya mendengarkan (lebih pasif). Langkah yang dilakukan