• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan Kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, kurikulum bukanlah barang mati yang tidak dapat di ubah-ubah. Perubahan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan yang berkembang di masyarakat. Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang digunakan guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan kurikulum. Perkembangan kurikulum di Indonesia mulai tahun 1947 sampai perubahan kurikulum terakhir adalah kurikulum 2013 oleh Mohammad Nuh yang berlaku mulai tahun pelajaran 2014/2015. Akan tetapi, terkait dengan pergantian menteri pendidikan dan Kebudayaan yang baru Anies Baswedan kurikulum 2013 secara resmi diberhentikan dengan berbagai alasan pada tanggal 5 Desember 2014 dengan dikeluarkannya Surat Edaran Nomor: 197342/MPK/KR/2014. Berhentinya kurikulum 2013 ini tidak diberhentikan selamanya hanya saja ditunda pemberlakuannya dalam jangka waktu yang belum ditentukan. Kebijakan yang dibuat oleh Anies Baswedan ini membuat berlakunya kembali kurikulum KTSP 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

Banyak faktor yang menyebabkan adanya perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013. Dalam Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 sebagai berikut:

(2)

produktif. (2) faktor eksternal yang terkait terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. (3) penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013 yaitu dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif, pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok. (4) penguatan tata kelola kurikulum yaitu tata kerja guru individual menjadi tata kerja kolaboratif. (5) penguatan materi dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi siswa.

Dalam perubahan kurikulum 2013 terdapat elemen yang mengalami perubahan yaitu Standar Kompetensi Kelulusan, kedudukan mata pelajaran (ISI), pendekatan (ISI), struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu), proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan ekstrakurikuler. Dari segi susunan RPP juga mengalami perubahan dari kurikulum 2006 yang memakai Standar Kompetensi sekarang dalam kurikulum 2013 menggunakan Kompetensi Inti, kurikulum 2013 memakai pendekatan Saintifik, 3 model pembelajaran yang wajib di gunakan dalam setiap pembelajaran (Discovery, PBL, PjBL), sistem penilaian juga mengalami perubahan yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2013 lebih autentik yang memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah.

Penerapan sebuah kurikulum di suatu negara tidak selalu sukses. Keberhasilan sebuah kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pertama dari faktor kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan kurikulum dan buku teks karena seorang guru adalah kunci utama penerapan kurikulum dalam kelas yang diharapkan bisa menyiapkan dan membuka diri terhadap beberapa kemungkinan terjadinya perubahan. Faktor kedua adalah faktor pendukung yang terdiri dari 3 unsur: (1) ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan standar pembentuk kurikulum, (2) penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan dan (3) penguatan manajemen dan budaya sekolah.

(3)

maupun buku pegangan guru, menyiapkan nara sumber untuk semua level, dan menentukan jumlah, memilih dan menatar guru, kepala sekolah dan pengawas. Guru pada khususnya memiliki peran yang sangat strategis dalam mengawal implementasi kurikulum di lapangan.Upaya sosialisasi kurikulum terhadap guru dan kepala sekolah perlu diupayakan secara optimal untuk menjamin guru tetap terjaga komitmennya dalam memainkan perannya sebagai pengembang kurikulum di kelas.

Dalam perubahan elemen kurikulum 2013 salah satunya adalah perubahan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 harus menyentuh 3 ranah yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ranah sikap mengapit materi ajar agar siswa tahu “mengapa”. Ranah keterampilan mengapit materi ajar agar siswa tahu “bagaimana”. Ranah pengetahuan mengapit materi ajar agar siswa tahu “apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut harus selalu diikutsertakan dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, untuk memunculkan tiga ranah kompetensi tersebut karakteristik kompetensi yang digunakan untuk Sekolah Dasar adalah Tematik Terpadu dimana tidak ada pembatasan antar mata pelajaran dalam setiap pembelajaran karena peleburan tiap mata pelajaran tersebut melebur dalam tiap-tiap tema. Dari satu mata pelajaran mempunyai hubungan dengan mata pelajaran yang lain yang sesuai dengan tema yang di pelajari. Dalam proses pembelajaran ketiga ranah kompetensi tersebut dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyajikan yang terangkum dalam pendekatan Saintifik.

(4)

atau merumuskan hal yang ingin diketahuinya dan tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Dalam pembelajaran guru menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Pendekatan Saintifik mengutamakan 3 model pembelajaran dalam setiap proses pembelajarannya dikelas. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar (bingkai dari penerapan suatu pendekatan) dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa “model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah Discovery

Learning, Problem Based Learning dan Project Based Learning”.

Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 salah satunya adalah Discovery

Learning. Discovery Learning adalah model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang di inginkan sesuai dengan bimbingan dan petunjuk guru. Model pembelajaran ini dikatakan bagus untuk diterapkan pada siswa khususnya dijenjang pendidikan SMP atau SMA, karena dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berpikir sendiri sehinga dapat menemukan prinsip umum dari sebuah pelajaran karena dapat membuat sebuah pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dikatakan bermakna karena mereka dapat aktif dalam kegiatan belajar penemuan, belajar mandiri atau kelompok dan belajar memecahkan masalah. Sedangkan siswa jenjang Sekolah Dasar pola berpikirnya konkrit dan perlu mendapat bimbingan dalam setiap pembelajarannya. Bagaimana dengan model pembelajaran Discovery Learning diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar yang siswanya belum bisa berpikir secara mandiri untuk memecahkan sebuah masalah serta pola pikir siswa di jenjang Sekolah Dasar masih konkrit.

(5)

guru, selanjutnya siswa harus melibatkan diri untuk memecahkan masalah tersebut melalui tahap-tahap ilmiah. PBL juga dikatakan dapat memberikan ruang gerak siswa untuk berpikir mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait dengan materi yang diajarkan oleh guru sehingga pembelajaran lebih bermakna. Model pembelajaran ini menuntut siswa agar berpikir kritis untuk memecahkan masalah, sedangkan siswa di kelas rendah pola pikirnya masih konkrit dan belum kritis.

Pada tahun pelajaran 2014/2015 kelas 3 Sekolah Dasar masih menggunakan kurikulum KTSP. Dalam proses pembelajaran sudah disajikan dalam bentuk tematik, tapi belum tematik integratif. Walaupun sudah berbentuk tematik, namun ada mata pelajaran yang selalu menonjol atau perlu mendapat perhatian khusus dalam setiap pembelajaran yakni matematika. Siswa sering kali mengalami kesulitan dalam setiap pembelajaran, karena guru lebih banyak berceramah dan tidak menggunakan sebuah model pembelajaran yang menarik sehingga siswa menjadi sulit memahami konsep yang disampaikan dan hasil belajar dengan diterapkannya model konvensional kurang memuaskan. Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa sering merasa jenuh karena guru hanya berceramah dan kegiatan siswa hanya mendengarkan (lebih pasif). Langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan diberikan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Matematika.

Setiap mata pelajaran juga mempengaruhi penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. Pada mata pelajaran matematika akan lebih cocok menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran

Discovery Learning atau Problem Based Learning pada penerapan kurikulum

2013 di kelas 3 Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan kedua model pembelajaran tersebut siswa diminta secara mandiri atau kelompok untuk menyelesaikan sebuah masalah. Selain itu juga, kedua model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran yang sama-sama direkomendasikan oleh kurikulum 2013 untuk diterapkan dalam setiap pembelajaran.

Penggunaan pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran Discovery

(6)

pembelajaran lebih bermakna disetiap pembelajarannya membuat peneliti meragukan hal tersebut jika pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran

Discovery Learning dan Problem Based Learning diimplementasikan di Sekolah

Dasar khususnya kelas 3 pada pelajaran matematika yang sekarang masih menggunakan kurikulum KTSP. Walaupun pada akhirnya kurikulum 2013 perberlakuannya ditunda sementara, peneliti akan tetap melakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang disarankan dalam kurikulum 2013 khususnya model pembelajaran Discovery Learning dan Problem Based Learning, karena ini menjadi kesempatan yang baik untuk menguji model pembelajaran yang disarankan kurikulum 2013 di sekolah yang ditetapkan sebelum diberlakukannya kurikulum 2013 kembali. Oleh karena itu peneliti akan membandingan efektifitas pembelajaran menggunakan pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran

Discovery Learning dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahan di kelas 3 SD dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a) Keraguan penerapan Discovery Learning di kelas rendah.

b) Guru sulit merubah paradigma pembelajaran ke kurikulum 2013.

c) Kesulitan yang sering dialami siswa dalam memahami materi pelajaran matematika.

d) Adanya keraguan dalam setiap pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning.

e) Siswa kurang aktif dalam setiap pembelajaran. 1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang berkaitan dengan judul sangat luas. Oleh karena itu perlu perlu adanya pembatasan masalah, sehingga permasalahan yang dibahas lebih jelas dan tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Maka peneliti membatasi obyek penelitian sebagai berikut:

(7)

b) Hanya siswa kelas 3 SD Negeri Gedong 01 dan 03 yang menjadi subjek penelitian.

c) Seberapa pengaruh model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: adakah perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran

Discovey Learning dengan model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Gedong 01 dan 03.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap hasil belajar Matematika kelas 3 SD Negeri

Gedong 01 dan 03. 1.6 Manfaat Penelitian

Dari penelitiaan yang sudah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.6.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai perbedaan perngaruh pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dengan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran Matematika dengan bukti empiris.

1.6.2 Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapt memberikan manfaat praktis: (a) bagi siswa memperoleh pengalaman langsung yang menyenangkan dari pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran

(8)

matematika, membuat pelajaran matematika lebih bermakna dan menyenangkan; (b) bagi guru memberikan masukan, pengalaman, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi guru untuk menerapkan dan merancang pembelajaran yang tepat dan menarik menggunakan pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning dalam pembelajaran Matematika di kelas; (c) bagi sekolah memberikan masukan bagi sekolah diharapkan dapat memberikan konstribusi positif terhadap proses meningkatkan hasil belajar dan untuk menerapkan variasi pendekatan Saintifik melalui model pembelajaran Discovery

Learning untuk meningkatkan hasil hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

 Set the Channel mode as AUTO, adjust the (Horizontal) time calibration and (Vertical) voltage calibration, make sure the signal displays clearly.  Adjust

Ø Set the Channel mode as AUTO, adjust the (Horizontal) time calibration and (Vertical) voltage calibration, make sure the signal displays clearly. Ø Adjust

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial lansia di PSTW Budhi Dharma Yogyakarta dalam kategori tinggi,

Dalam konteks wacana percakapan yang tidak berimbang tersebut, upaya yang dilakukan penutur untuk membangun koherensi wacana menarik untuk dikaji lebih lanjut.. Fokus penelitian

Pada pohon penghasil gaharu menggunakan inokulasi padat dan cair, teknik penyulingan dengan menggunakan gaharu mutu rendah untuk menghasilkan minyak gaharu, habitat tempat tumbuh

yang belum atau tidak pernah. melakukan hubungan seksual

Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak

This paper aims to report the results of a finite element study of the nonlinear behavior of in-plane and out-of- plane oval cross section toroidal shells under