• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan propinsi paling barat di Indonesia dengan julukan kota Serambi Mekah yang terkenal dengan budaya dan sumber daya alamnya. Namun berbicara tentang Nanggroe Aceh Darussalam yang beribukota Banda Aceh mengingatkan kita pada dua kejadian besar yaitu antara tsunami yang menghantam sebagian wilayah pantai tepatnya hari Minggu 26 Desember 2006 dan perdamaian GAM dengan RI lewat proses Helsinki Meeting yang ditanda tangani Senin 15 Agustus 2005. Keduanya telah membawa kerugian dan keuntungan kepada sebahagian masyarakat di Aceh. Diantara keperluan yang mutlak dilakukan dalam hal ini adalah membangun kembali untuk para korban gempa dan tsunami, memberikan dana pemberdayaan kepada korban konflik sesuai dengan kapasitas dan posisinya masing-masing, membangun semua infrastruktur baik yang hancur dan rusak karena gempa dan tsunami maupun karena faktor lain, merevisi Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh sesuai dengan Memorandum of Understanding (MoU) Helsingki dan menjalankan kandungannya dengan sempurna dan memprioritaskan tegaknya Syariat Islam yang lengkap dan sempurna di NAD.

Banda Aceh sebagai ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, memiliki banyak tuntutan yang harus dilaksanakan sesuai dengan arahnya menuju kota metropolitan, sebagaimana yang tercantum dalam visi kota Banda Aceh. Sesuai dengan kondisi pada saat ini, provinsi NAD memberikan kontribusi yang tidak sedikit kepada perekonomian Indonesia. Kontribusi tersebut berasal dari berbagai macam aspek, seperti hasil sumber daya alam, perkebunan, pariwisata, dan lain-lain. Dapat dimaklumi apabila Aceh menjadi salah satu komoditi perdagangan agro baik migas maupun non migas yang penting di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2003 sesudah diberlakukannya pasar bebas Asia AFTA (Asean Free Trade Acociation).

Menjelang akhir abad ke 20, dunia berkembang sangat cepat didukung dengan adanya pasar bebas yang memungkinkan setiap negara berlomba-lomba meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk industri unggulannya untuk meningkatkan penerimaan devisa Negara dari berbagai sektor.

(2)

Dengan adanya penemuan-penemuan baru, mengakibatkan timbulnya persaingan yang cukup ketat dalam dunia industri. Persaingan ini terlihat dalam perlombaan merebut pasar, perlombaan dalam menemukan gagasan-gagasan baru. Akibatnya timbul kecendrungan ataupun keharusan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan guna memperkenalkan penemuan ataupun gagasan bari tersebut, serta membahasnya untuk menghasilkan ide ataupun rumusan-rumusan yang nantinya berguna untuk memajukan perusahaan, lembaga dan yayasan ataupun sejenisnya.

Akibat perkembangan dalam kegiatan seperti itu, maka dibutuhkan suatu wadah untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang tujuannya adalah untuk menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan berbagai sektor, baik ekonomi, sosial maupun politik. Wadah tersebut harus mampu mencerminkan fungsinya dalam hal kenyamanan ruang, keamanan dalam penggunaan, estetika dan fleksibilitas ruangannya. Disamping itu harus dapat menggunakan kebenaran struktur yang digunakan, yang nantinya akan menjadi bagi kota Banda Aceh.

Di Indonesia kegiatan konvensi bukanlah hal baru, karena sering diselenggarakannya pertemuan-pertemuan seperti seminar, loka karya, symposium dan exhibition atau pameran. Namun fasilitas yang ada untuk menampung jenis kegiatan yang ada belum memadai, karena memang pada mulanya bukan direncanakan untuk mewadahi kegiatan tersebut. Pada umumnya Convention yang berkembang di Indonesia merupakan bagian kelengkapan suatu hotel atau perkantoran besar.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, haruslah direncanakan bangunan dengan fasilitas yang dapat menampung berbagai jenis kegiatan, sekaligus dapat menunjang aspek pariwisata di Banda Aceh. R. G. Soekardijo dalam bukunya “Anatomi Pariwisata” menyebutkan jika semua kegiatan tidak dapat mendatangkan wisatawan, maka semua kegiatan tersebut dianggap gagal. Tanpa adannya wisatawan semua kegiatan pembangunan, pemugaran obyek-obyek kebudayaan tidak memiliki makna kepariwisataan. Sebagai ibu kota, maka Banda Aceh seyogyanya perlu memiliki suatu wadah yang dapat menampung kegiatan pertemuan baik formal maupun non formal, seperti konferensi atau pertemuan dagang, pameran, akomodasi wisata dan kegiatan pertemuan lainnya.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banda Aceh, jumlah penduduk kawasan perencanaan tahun 2005 adalah sebanyak 178.380 jiwa. Jumlah tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya dengan tingkat perkembangan rata-rata sebesar

(3)

3,14%, maka jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan pembangunan kota (2010) yaitu sebesar 183.466 jiwa. Menyadari hal tersebut, maka untuk kepentingan perencanaan pengembangan kota Banda Aceh jumlah perkiraan penduduk tahun 2010 berdasarkan hasil pendataan dapat dijadikan sebagai tolak ukur perhitungan pemenuhan kota di masa yang akan datang. Dalam penataan ruangnya akan dikembangkan berdasarkan pemanfaatan ruang kota secara optimal dengan melihat ketersediaan lahan yang dapat dijadikan objek pengembangan fisik kota.

Sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh dan arahan tata ruang berdasarkan RUTRK Banda Aceh tahun 2001, maka penegasan fungsi yang di emban Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut :

− Pusat pemerintahan dan perkantoran.

− Pusat pemasaran hasil-hasil produksi bagi daerah-daerah sekitarnya. − Pusat kegiatan perdagangan dan jasa pelayanan umum.

− Pusat keagamaan, pendidikan dan kegiatan sosial kebudaya.

− Pusat kegiatan masyarakat di bidang hiburan, rekreasi dan tujuan wisata.

− Pusat transit yang di tunjang oleh terminal regional, pelabuhan terpadu, kegiatan perdagangan dan jasa, perhotelan, restoran dan sebagainya.

Banda Aceh menuntut sarana dan prasarana untuk menuju ke arah kota metropolitan, salah satunya yaitu Convention Center yang merupakan sarana komersial untuk pusat pertemuan baik formal ataupun non formal yang sampai saat ini belum ada. Hal tersebut menjadi salah satu tuntutan untuk masyarakat Aceh dengan gaya hidup modern, seperti fenomena saat ini masyarakat yang cenderung mengadakan acara resepsi pernikahan, pesta ulang tahun atau pertemuan keluarga di gedung-gedung karena lebih praktis dan leluasa daripada di rumah. Rencana pembangunan Aceh Convention Center diharapkan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat Aceh khususnya Banda Aceh, juga menjadi salah satu bangunan arsitektural dengan taraf internasional di Aceh yang mampu menjadi simbol kebanggaan masyarakat Banda Aceh.

Menurut Fred Lawson, kebutuhan akan ruang komunikasi untuk tukar pendapat dan pikiran dalam pemecahan suatu masalah mengenai teknologi, politik, dan sosial budaya akan dapat leluasa dikemukakan dalam suatu kegiatan pertemuan. Walaupun media cetak atau tulis sudah banyak yang mendukung penyampaian ide atau informasi, namun kegiatan pertemuat antar suatu kelompok profesi, idealismemaupun instansi dan perusahaan tetap dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena faktor utama yang mendasari

(4)

kebutuhan tersebut tidak hanya tertuju pada masalah atau topik yang dibicarakan dalam sidang, tetapi lebih terarah kepada suasana yang tercipta dalam kegiatan pertemuan tersebut dan urutan-urutan kejadian yang menghasilkan suatu keputusan (dikutip dari buku tugas akhir Andalucia, 1994).

Harapan untuk pemerintah daerah harus mampu meningkatkan mutu kota Banda Aceh dan mengembangkan daerah-daerah yang memiliki potensi yang cukup baik dengan mendukung pembangunan, sehingga tidak jauh ketinggalan dengan negara-negara maju seperti negara tetangga Malaysia dan Singapura. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan seperti ini akan memberikan kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kinerja perekonomian dengan negara lain.

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

Maksud dan tujuan yang akan dicapai dari proyek yaitu:

− Menciptakan fasilitas yang dapat mewadahi dan mengakomodir semua kegiatan pertemuan dan pertunjukan bagi masyarakat Aceh;

− Melengkapi fasilitas komersil perdagangan yang dapat memperlancar dan meningkatkan pertumbuhan regional maupun nasional.

− Meningkatkan kualitas lingkungan sekitar, adanya bangunan Aceh Convention Center akan menjadi suatu Landmark baru kota Banda Aceh yang dapat menciptakan karakteristik dan image kota.

− Mengetahui fungsi-fungsi kegiatan yang dapat jadikan fasilitas pendukung pada Aceh Convention Center sehingga memiliki karakter yang berbeda dengan Convention pada umumnya.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Merencanakan sebuah wadah untuk pusat pertemuan mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan sesuai dengan literature dan tuntutan. Dari rumusan dan pertimbangan maka akan ada beberapa masalah yang akan dihadapi dalam proyek ini, yaitu:

− Bagaimana mewujudkan desain bangunan sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.

(5)

− Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.

− Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan fungsi bangunan berdasarka literature dan peruntukan kawasan berdasarkan tata ruang kota.

− Bagaiman menciptakan bangunan yang sesuai dengan lingkungan sekitar, serta menarik minat bagi pemakai dalam skala kota sehingga tercapai maksud dan tujuan perencanaan bangunan.

− Penerapan kebutuhan dan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar, serta sirkulasi ruang luar dan dalam bangunan yang terintegrasi.

− Bagaimana mengatur arus sirkulasi ruang luar yang terkait dengan kendaraan dan pejalan kaki agar tercipta ruang gerak yang nyaman dan efisien.

− Bagaimana menciptakan kualitas potensi lingkungan pada lokasi proyek sebagai kontribusi pengembangan dan fungsi kawasan sesuai dengan tata ruang kota.

− Bagaimana menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan perlengkapan bangunan seperti pencahayaan dan pengaturan akustik dalam bangunan, perencanaan system utilitas yang mampu mengakomodir fungsi-fungsi di dalam bangunan.

1. 4 METODA PENDEKATAN PERANCANGAN

Dalam menyelesaikan berbagai masalah permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Convention Center dilakukan berbagai pendakatan, yaitu:

− Studi literatur

Mempelajari permasalahan serta pemecahannya berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan mendukung dalam proses perancangan seperti buku panduan standar bangunan maupun standar keselamatan pada bangunan sesuai dengan fungsi proyek dan kelayakannya. Melakukan pendekatan masalah melalui kajian pustaka untuk menambah pemahaman mengenai pengertian akan aspek-aspek yang terlibat dalam perancangan, serta teknis perancangan bangunan dengan tipologi Convention Center.

− Studi banding

Studi banding dilakukan terhadap beberapa fungsi bangunan yang terkait dengan kasus perancangan, baik yang memiliki kesamaan fungsi, tipologi, masalah maupun

(6)

kesamaan tema dan pemecahan masalah. Studi banding dilakukan terutama untuk mengetahui conto-contoh masalah yang ada, usaha pemecahan masalah, hingga sejauh mana solusi tersebut bisa memecahkan masalah yang ada.

− Survey lapangan

Mengumpulkan data-data mengenai kondisi tapak, potensi lokasi serta permasalahannya terhadap daerah sekitar dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi batasan-batasab dalam proses perancangan.

− Wawancara

Mengumpulkan informasi dari instansi-instansi terkait untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung kelayakan studi proyek, baik dengan instansi pemerintah maupun swasta.

1. 5 LINGKUP DAN BATASAN PROYEK

Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah aspek-aspek fisik dan non fisik dalam proses perancangan yang menyangkut pemakai, pengunjung, kebutuhan dan besaran ruang, sirkulasi ruang luar dan dalam, struktur, dan utilitas. Untuk kajian arsitektur seperti perencanaan tapak dan massa bangunan akan dibatasi oleh tema dalam penyelesainnya yaitu arsitektur high-tech.

(7)

1. 6 KERANGKA BERFIKIR

Latar belakang

Maksud dan Tujuan

Pengumpulan Data Kelayakan studi proyek Indentifikasi masalah Rumusan masalah − Studi Literatur − Studi banding − Data lokasi Analisa Program perancangan

permasalahan Potensi Prospek

Konsep perancangan

Pra rancangan

Perndekatan struktur Pendekatan arsitektural

(8)

1. 7 SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, tujuan dan manfaat, batasan permasalahan, metoda pendekatan perancangan, lingkup dan batasan proyek, kerangka berfikir dan sistematika penulisan laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang pengertian Tinjauan Umum, pengertian secara umum, secara khusus, faktor pendukung proyek secara umum, deskripsi proyek, tinjauaan lokasi proyek, serta studi banding proyek sejenis.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang dasar-dasar pemrograman fasilitas yang direncanakan, meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang, dan utilitas.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik luar maupun dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek

Gambar

Diagram 1. 1 kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu berdasarkan atas kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah mengenai pelayanan publik khususnya dalam bidang perizinan, dalam Pasal 350 Undang-undang

Mampu menjelaskan konsep membina diri Meluruskan hati sebagai pangkal membina diri Ceramah dan Diskusi Kelompok (Team Based Learning) Ketepatan penjelasan konsep

Penamaan anak Rangga Lawe itu cukup aneh karena merujuk pada gelar yang diberikan Raden Wijaya kepada tokoh tersebut dalam Kidung Rangga Lawe meski itu juga terjadi

(5) Salinannaskah asli Convention on Temporary Admission (Konvensi tentang Pemasukan Sementara) sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pensyaratan (reservation) dan

Sedangkan warna alam yang ditampilkan adalah hasil pembakaran dengan teknik tungku ladang terbuka (jerami+ranting). Pemanfaatan sember daya alam yang berupa tanah

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Dalam kenyataannya sehari-hari, banyak pasien yang akan menjalani operasi dengan pengetahuan yang kurang akurat, sehingga pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi tingkat

Modul ini dikembangkan dengan tujuan agar mahasiswa mengerti, memahami masalah Penggunaan Obat yang Rasional ( POR ); memahami dan berkemampuan cara mengidentifikasi masalah POR;