• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Mangunsari 01 yaitu Kecamatan Sidomukti Kelurahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Mangunsari 01 yaitu Kecamatan Sidomukti Kelurahan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

65

Penelitian ini dilakukan di SDN Mangunsari 01 yaitu Kecamatan Sidomukti Kelurahan Mangunsari Kotamdaya Salatiga, Letak SDN Mangunsari 01 berada di Jalan Hasanudin No 84. Akses jalan menuju SDN Mangunsari 01 sangat strategis, karena letak SDN Mangunsari 01 berada dipinggir jalan dan terjangkau alat transportasi. Dengan kata lain letak SDN Mangunsari 01 mudah dijangkau baik siswa maupun guru. SDN Mnagunsari 01 letaknya satu halaman dengan SDN Mangunsari 05, sehingga jika upacara dilaksanakan satu halaman. Hal ini yang mendorong SD ini mempunyai 259 siswa yang berasal dari Salatiga maupun luar Salatiga. Suasana SDN Mangunsari 01 sangat ramai dengan kebisingan suara kendaraan umum. Latar belakang orang tua siswa SD ini sebagaian besar pegawai negeri sipil.

SDN Mangunsari 01 merupakan SD inti dari gugus Diponegoro Kecamatan Sidomukti Kelurahan Mangunsari Kotamadya Salatigayang memiliki kelas paralel. Fasilitas belajar terdapat di SD ini antara lain ruang kelas, perpustakaan, mushola, ruang guru, ruang komputer, dan UKS. SDN Mangunsari 01 memiliki prestasi bidang akademik dan non akademik diwilayah Kotamdaya Salatiga maupun provinsi sehingga membuat SDN Mangunsari 01 menjadi salah satu SD favorit di Kecamatan Sidomukti.

Uraian di atas menjadi alasan penulis dalam menentukan subjek penelitian yaitu semua siswa kelas V SDN Mangunsari 01 yang dibagi 2 kelas yaitu kelas VA dan VB, masing-masing kelas berjumlah 32 dan 19 siswa sehingga total siswa berjumlah 51 siswa. selain itu juga dikarenakan penelitian tentang perbedaan hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe TPS dan pembelajaran konvensional belum pernah dilaksanakan di SDN Mangunsari 01 Kecamatan Sidomukti Kelurahan Mangunsari Kotamdaya Salatiga, sehingga diharapkan penelitian ini menjadi pengalaman bagi penulis dan guru sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah.

(2)

4.2Hasil Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua subab yaitu deskripsi data dan analisis data. Deskripsi data terdiri dari data hasil belajar IPA kelas V SD baik dikelas eksperimen maupun kontrol. Analisis data menguraikan tentang hal deskriptid data dan uji t. Pada penelitian analisis data ini menggunakan program SPSS 19.00 for windows.

4.2.1 Deskripsi Data

Data ini yang diperoleh melalui tes hasil belajar IPA sebelumdan setelah mendapatkan perlakuan model TPS pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol akan diolah dan disederhanakan dalam tabel distribusi frekuensi. Menurut Furqon (2004: 22) daftar distribusi frekuensi menunjukan rincian skor dari suatu perangkat data beserta ferkuensinya masing-masing dalam suatu pengukuran. Langkah-langkah untuk menyusun daftar distribusi data yaitu dengan menentukan rentang, menentukan panjang kelas, menentukan banyak kelas, menyusun interval kelas, dan menghitung frekuensi untuk setiap kelas. Menentukan rentang suatu perangkat data menggunakan skor terbesar dikurangi skor terkecil. Menentukan panjang kelas menggunakan rumus yaitu p = 1 + 3,3 log n (diman n adalah banyak siswa). Sedangkan panjang kelas menggunakan rumus bk = .

4.2.1.1Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Data hasil belajar diperoleh dari tes yang mendapatkan sebelum (Pretest)

dan setelah (Postest) perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan membuat daftar distribusi frekuensi dengan melihat hasil nilai siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

A. Hasil Belajar Pretes

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA kelas VA pada kelas eksperimen sebelum perlakuan model kooperatif tipe TPS disajikan sebagai berikut:

Rentang = 79-50 = 29

Panjang kelas = 1 + 3,3 log n = 1+ 3,3 (1,5) = 5,9 = 6 Banyak kelas = = = 5

(3)

Tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA kelas eksperimen Pretest

sebelum mendapat perlakuan melalui model kooperatif TPS dapat dilihat pda tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen Pretest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014

No Interval Eksperimen Pretest

Frekuensi Persentase 1. 50-56 3 9,3% 2. 57-62 8 25% 3. 63-68 9 28,1% 4. 69-74 7 21,8% 5. 75-80 5 15,6% Jumlah 32 100%

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen Pretest, persentase yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas VA SDN Mangunsari 01 Salatiga yaitu skor interval 50 sampai 56 dengan persentase 9,3% diperoleh 3 siswa. Skor interval 57 sampai 62 dengan persentase 25% diperoleh 8 siswa. skor interval 63 sampai 68 dengan persentase 28,1% diperoleh 9 siswa. Skor interval 69 sampai 74 dengan persentase 15,6% diperoleh 7 siswa. dan skor interval 75 sampai 80 dengan persentase 15,6% diperoleh 5 siswa.

B. Hasil Belajar Postes

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA kelas VA pada kelas eksperimen setelah perlakuan model kooperatif TPS disajikan sebagai berikut:

Rentang = 90-70 = 20

Panjang kelas = 1 + 3,3 log n = 1+ 3,3 (1,5) = 5,9 = 6 Banyak kelas = = = 3,3

Tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA kelas eksperimen Postest

setelah mendapat perlakuan melalui model kooperatif TPS dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

(4)

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014

No Interval Eksperimen Postest

Frekuensi Persentase 1. 70-75 2 6,25% 2. 76-81 16 50% 3. 82-87 10 31,25% 4. 88-93 4 12,5% Jumlah 32 100%

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kelas eksperimen Postest, persentase yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas VA SDN Mangunsari 01 Salatiga yaitu skor interval antara 70 sampai 75 dengan persentase 6,25% diperoleh 2 siswa. Skor interval antara 76 sampai 81 dengan persentase 50% diperoleh 16 siswa. Skor interval antara 82 sampai 87 dengan persentase 31,25% diperoleh 10 siswa. Skor interval antara 88 sampai 93 dengan persentase 12,5% diperoleh 4 siswa. Grafik persebaran data hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat dilihat dalam gambar 4.1 sebagai berikut:

Gambar 4.1

Grafik Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pretest dan Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

4.2.1.2Data Hasil Belajar Kelas Kontrol A. Hasil Belajar Pretest

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA kelas VB pada kelas kontrol sebelum perlakuan metode konvensional disajikan sebagai berikut:

Rentang = 71-43 = 28

Panjang kelas = 1 + 3,3 log n= 1 + 3,3 (1,3) = 5,2 = 5

0 5 10 15 20 50-56 57-62 63-68 69-74 75-80 70-75 76-81 82-87 88-93 frekuensi

(5)

Banyak kelas = = = 6

Tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA kelas kontrol Pretest

sebelum mendapat perlakuan melalui metode konvensional dapat dilihat pda tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol Pretest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014

No Interval Kontrol Pretest

Frekuensi Persentase 1. 43-47 1 5,26% 2. 48-52 6 31,57% 3. 53-57 7 36,84% 4. 58-62 0 0% 5. 63-67 1 5,26% 6. 68-72 4 21,05% Jumlah 19 100%

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kelas kontrol Pretest persentase yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas VB SDN Mangunsari 01 Salatiga yaitu skor interval antara 43 sampai 47 dengan persentase 5,26% diperoleh 1 siswa. Skor interval antara 48 sampai 52 dengan persentase 31,57% diperoleh 6 siswa. Skor interval 53 sampai 57 dengan persentase 36,84% diperoleh 7 siswa. Skor interval antara 58 sampai 62 dengan persentase 0% diperoleh 0 siswa. Skor interval antara 63 sampai 67 dengan persentase 5,26% diperoleh 5,26% diperoleh 1 siswa dan skor interval antara 68 sampai 72 dengan persentase 21,05% diperoleh 4 siswa. Jadi siswa yang mendapat nilai diatas KKM > 70 diperoleh 4 siswa dengan 21,05% dan siswa yang mendapat nilai rendah < 70 berjumlah 15 siswa.

B. Hasil Belajar Postes

Distribusi frekuensi hasil belajar IPA kelas VB pada kelas kontrol setelah perlakuan metode konvensional disajikan sebagai berikut:

Rentang = 80-56 = 24

Panjang kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 (1,3) = 5,2 = 5 Banyak kelas = = = 4,8 = 5

(6)

Tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA kelas kontrol Pretest sebelum mendapat perlakuan melalui metode konvensional dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Kelas Kontrol Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014

No Interval Kontrol Postest

Frekuensi Persentase 1. 56-60 6 31,57% 2. 61-65 6 31,57% 3. 66-70 2 10,52% 4. 71-75 2 10,52% 5. 76-80 3 15,78% Jumlah 19 100%

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kelas kontrol Postest, persentase yang paling banyak diperoleh oleh siswa kelas VB SDN Mangunsari 01 Salatiga yaitu skor interval antara 56 sampai 60 dengan persentase 31,57% diperoleh 6 siswa. Skor interval antara 61 sampai 65 dengan persentase 31,57% diperoleh 6 siswa. Skor interval antara 66 sampai 70 dengan persentase 10,52% diperoleh 2 siwa. Skor interval antara 71 sampai 75 dengan persentase 10,52% diperoleh 2 siswa. Dan skor interval antara 76 sampai 80 dengan persentase 15,78% diperoleh 3 siswa. Jadi siswa yang mendapatkan nilai tertinggi > 70 diperoleh 7 siswa dan mendapat nilai rendah < 70 diperoleh 12 ssiwa. Grafik persebaran data hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga dapat dilihat dalam gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Kelas Kontrol Pretes dan Postes

SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014 0

5 10

43-47 48-52 53-57 58-62 63-67 68-72 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

(7)

4.3Analisis Deskriptif Data

4.3.1 Analisis Deskriptif Data Variabel X

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan saat dilakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi menggunakan lembar observasi yang sudah disajikan pada bab III yang sebadai dasar kisi-kisi instrumen observasi yang mengacu kegiatan guru saat pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer yaitu penulis (mahasiswa) yang mengamati guru kelas V yaitu Bu Suryati, S.Pd. Hasil analisis observasi untuk memamantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan pembelajaran berdasarkan TPS maupun konvensional (ceramah) dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan keberlangsungan proses belajar mengajar. Pada saat pertemuan awal di kelas VA yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa masih bingung, tetapi pengajar dapat mengantisipasi hal tersebut yang juga guru menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan

Kegiatan observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi obeservasi respon siswa yang dengan cara mengamati aktifitas-aktifitas siswa dan menyesuaikan indikator respon siswa pada instrumen observasi. Berdasarkan pengamatan bahwa respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran menanggapi secara positif. Namun juga ada yang masih bingung untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil tindakan guru dan respon siswa dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Lembar Observasi Respon Siswa

NO Respon Siswa Pertemuan

1 2 3

1. Apakah siswa tertarik dengan pertanyaan diskusi yang disajikan? √ √ √ 2. Apakah Siswa menggunakan waktu untuk berfikir? √ √ √ 3. Apakah siswa perhatian terhadap pertanyaan yang diberikan guru? √ √ √ 4. Apakah siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya saat diskusi? √ √ √ 5. Apakah Siswa dapat berinteraksi dengan guru? √ √ √ 6. Apakah siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas? √ √ √ 7. Apakah siswa Siswa menanggapi presentasi hasil kelompok lain ? √ √ √ 8. Apakah siswa terlibat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran? √ √ √

(8)

Dipertemuan 1 (satu) penulis mengobservasi siswa mengenai respon pembelajarannya baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dilihat dari hasil lembar observasi siwa tertarik dengan pertanyaan diskusi yang disajikan, siswa menggunakan waktu untuk berfikir, siswa perhatian terhadap pertanyaan yang diberikan guru, siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya saat diskusi, siswa dapat berinteraksi dengan guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas, sisiea menanggapi presentasi hasil kelompok lain, siswa terlihat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran.

Dipertemuan 2 (dua) penulis mengobservasi siswa mengenai respon pembelajarannya baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dilihat dari hasil lembar observasi siwa tertarik dengan pertanyaan diskusi yang disajikan, siswa menggunakan waktu untuk berfikir, siswa perhatian terhadap pertanyaan yang diberikan guru, siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya saat diskusi, siswa dapat berinteraksi dengan guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas, sisiea menanggapi presentasi hasil kelompok lain, siswa terlihat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran.

Dipertemuan 3 (tiga) penulis mengobservasi siswa mengenai respon pembelajarannya baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dilihat dari hasil lembar observasi siwa tertarik dengan pertanyaan diskusi yang disajikan, siswa menggunakan waktu untuk berfikir, siswa perhatian terhadap pertanyaan yang diberikan guru, siswa dapat bekerja sama dengan pasangannya saat diskusi, siswa dapat berinteraksi dengan guru, siswa mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas, sisiea menanggapi presentasi hasil kelompok lain, siswa terlihat dalam menyusun kesimpulan pembelajaran.

Kesimpulan dari hasil observasi respon siswa mengatakan siswa telah memenuhi kriteria yang ditentukan penulis. Sehingga siswa sangat antusias terhadap pembelajaran dikelas. Setiap item siswa merespon guru terhadap siswa dengan baik.

(9)

Tabel 4.6

Hasil Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe TPS

NO Uraian Kegiatan Guru dan Siswa Pertemuan

1 2 3

1. Apakah guru menyampaikan salam? √ √ √

2. Apakah guru mengecek kehadiran siswa? √ √ √

3. Apakah guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan? √ √ √

4. Apakah guru menyampaikan rencana kegiatan pertemuan hari ini? √ √ √

5. Apakah siswa membaca materi yang disajikan? √ √ √

6. Apakah siswa diberikan kesempatan luas berfikir bertindak menurut cara masing-masing?

√ √ √

7. Apakah guru berperan sebagai fasilitator? √ √ √

8. Apakah guru meminta siswa untuk berpasangan (2 orang) secara heterogen? √ √ √ 9. Apakah siswa bersama pasangannya mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh

dari kegiatan membaca materi?

√ √ √

10. Apakah guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan? √ √ √

11. Apakah guru berkeliling untuk mengamati siswa? √ √ √

12. Apakah guru berkeliling untuk memotivasi siswa? √ √ √

13. Apakah guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan?

√ √ √

14. Apakah siswa secara berpasangan (2 orang) mempersentasikan hasil penyelesaian diskusi yang ditemukannya di depan kelas?

√ √ √

15. Apakah pasangan lain menanggapi atau mengomentari hasil dari pasangan yang presentasi di depan kelas?

√ √ √

16. Apakah siswa berpasangan melaporkan hasil diskusi secara bergantian? √ √ √ 17. Apakah kelompok lain dapat bertanya kepada kelompok itu dengan cara sharing? √ √ √ 18. Apakah jika kelompok yang sedang maju didepan tidak dapat menjelaskan maka

guru membantu berlangsungnya presentasi?

√ √ √

19. Apakah setelah siswa semuanya maju untuk mempresentasikan hasilnya didepan kelas maka guru memberikan reward?

√ √ √

20. Apakah Rewardnya berupa penghargaan positif yang mendapatkannya kelompok yang tepat menyelesaikan presentasinya?

√ √ √

21. Apakah hasil presentasi yang mendapat reward dapat ditempel pada mading kelas? √ √ √ 22. Apakah guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran dengan

mengacu pada hasil pemecahan siswa?

√ √ √

23. Apakah siswa mengerjakan tugas – tugas pekerjaan yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran?

√ √ √

Pertemuan 1 (satu) model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dilakukan dikelas VA ada 23 item yang dilakukan guru kelas saat pembelajarannya. Penulis mengobserver guru yang mengajar setiap itemnya sudah dilakukan atau belum. Kenyataanya dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa saling membantu.

(10)

Membandingkan pertemuan 1, 2 dan 3 penulis melihat secara keseluruhan siswa dan guru relatif baik pada pembelajaran. Meskipun siswa sedikit gaduh saat pembelajaran. Namun guru dapat mengatasi siswa-siswanya dan pembelajarannya dapat berlangsung dengan lancar. Saat disuruh maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya ada sedikit malu-malu tetapi ada salah satu yang secara mandiri dan berani maju kedepan untuk mempresentasikan.

Tabel 4.7

Hasil Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Metode Konvensional

No Uraian Kegiatan Guru dan Siswa

Pertemuan 1 2 3

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran? √ √ √

2. Guru menjelaskan mengenai batuan dan tanah? √ √ √ 3. Guru dan siswa bertanya jawab tentang batuan dan tanah? √ √ √ 4. Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa? √ √ √ 5. Guru dan siswa membahas hasil dari pekerjaan siswa? √ √ √ 6. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan? √ √ √ 7. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi

selanjutnya?

√ √ √

Kegiatan pembelajaran dikelas kontrol penulis mengobservasi antara guru dan siswa. Pertemuan 1 (satu) penulis melihat suasana pembelajaran sudah baik, namun keadaan kelasnya terlalu sempit beda dengan kelas VA yang kelasnya luas. Tetapi tidak menyurutkan semangat belajarnya. Guru saat mengajar juga penuh semangat. Pertemuan 2 dan 3 penulis mengobservasi dihari berikutnya. Kemudian guru dan siswanya juga saling membantu. Penulis menyatakan kegiatan pembelajaran dikelas VB berjalan dengan lancar.

4.3.2 Analisis Deskriptif Data Variabel Y

Setelah kegiatan pembelajaran diobservasi kemudian siswa diberikan berupa tes. Tes ini ada dua bentuk yaitu Pretest (sebelum pembelajaran) dan

Postest (setelah pembelajaran). Tujuan dilaksanakan tes agar mengetahui hasil

belajar siswa kelas VA dan VB. Cara mengetahui hasil belajar siswa dengan menggabungkan asepek kognitif, psikomotor dan afektif. Dokumentasi juga digunakan untuk memperkuat hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa kelas VA dan VA SDN Mangunsari 01 Salatiga terlampir.

(11)

4.3.3 Analisis Deskriptif Data Kelas Eksperimen

Pada analisis deskriptif kelas eksperimen bahwa yang dijadikan sebagai kelas eksperimen adalah siswa kelas VA di SDN Mangunsari 01 Salatiga. Sehingga untuk lebih jelasnya data kelas eksperimen Pretest tabel 4.8 dan Postes

tabel 4.9. Deskriptif statistik dengan ukuran skor, minimum, maksimum, rentang skor, mean, standar deviasi.

Tabel 4.8

Deskriptif Statistik Data Kelas Eksperimen Pretest

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen pretes 32 50,00 79,00 65,0000 8,86093 Valid N (listwise) 32

Tabel 4.9

Deskriptif Statistik Data Kelas Eksperimen Postest

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Eksperimen postes 32 70,00 90,00 80,8750 4,60540

Valid N (listwise) 32

Berdasarkan tabel 4.8 deskriptif statistik data kelas eskperimen Pretest

diketahui nilai minimum 50, maksimum 79, mean 65,00 dan standar deviasi 8,86. Sedangkan tabel 4.9 deskriptif statistik data kelas eksperimen Postest diketahui nilai minimum 70, maksimum 90, mean 80,87 dan standar deviasi 4,60. Untuk melihat skor hasil belajar IPA siswa kelas VA kelas eksperimen Pretets dan

Postest tuntas dan belum tuntas berikut tabel 4.16 rekapitulasi hasil belajar kelas

ekperimen disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.10

Rekapitulasi Data Hasil Belajar IPA Kelas V Kelas Eksperimen Pretes dan Postes SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

No Nilai Pretes Postes

Jumlah siswa Persentase % Jumlah siswa Persentase %

1. Tuntas ≥ 70 5 15,62% 32 100%

2. Belum Tuntas ≤ 70 27 84,37% 0 0%

(12)

Berdasarkan tabel 4.10 rekapitulasi data hasil belajar IPA kelas V kelas eksperimen Pretest dan Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 tahun ajaran 2013/2014 bahwa yang siswa yang sudah tuntas ≥ 70 tes Pretest berjumlah 5 siswa dengan persentase 15,62% sedangkan siswa yang belum tuntas ≤ 70 tes

Pretest berjumlah 27 siswa dengan persentase 84,37%. Dilihat dari tabel tes

Postest nilai siswa yang sudah tuntas ≥ 70 berjumlah 32 siswa dengan persentase

100% sedangkan siswa yang belum tuntas ≤ 70 nilai Postest berjumlah 0 siswa dengan persentase 0%. Dapat dilihat gambaran visual penyebaran data kelas eksperimen Pretest dan Postest sebagai berikut :

Gambar 4.3

Grafik Batang Skor Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Eksperimen

Pretest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

Gambar 4.4

Grafik Batang Skor Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Eksperimen

Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

(13)

Dari gambar 4.3 grafik batang skor hasil belajar IPA tampak bahwa mean 65,00 dan standar deviasi 8,86. Gambar 4.4 grafik batang skor hasil belajar IPA tampak bahwa mean 80,87 dan standar deviasi 4,60. Kurva lengkung gambar 4.3 dan 4.4 menggambarkan bahwa sebaran data hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

4.3.4 Analisis Deskriptif Data Kelas Kontrol

Pada analisis deskriptif kelas kontrol bahwa yang dijadikan sebagai kelas kontrol adalah siswa kelas VB di SDN Mangunsari 01 Salatiga. Sehingga untuk lebih jelasnya data kelas eksperimen Pretest tabel 4.11dan postes tabel 4.12. Deskriptif statistik dengan ukuran skor, minimum, maksimum, rentang skor, mean, standar deviasi

Tabel 4.11

Deskripsi Statistik Hasil Belajar Kelas Kontrol Pretest

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kontrol pretes 19 43,00 71,00 57,3684 8,56485 Valid N (listwise) 19

Tabel 4.12

Deskripsi Statistik Hasil Belajar Kelas Kontrol Postest

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kontrol postes 19 56,00 80,00 65,6316 7,19730 Valid N (listwise) 19

Berdasarkan tabel 4.11 deskriptif statistik data kelas eskperimen Pretest

diketahui nilai minimum 43, maksimum 71, mean 57,36 dan standar deviasi 8,56. Sedangkan tabel 4.12 deskriptif statistik data kelas eksperimen Postest diketahui nilai minimum 56, maksimum 80, mean 65,63 dan standar deviasi 7,19. Untuk melihat skor hasil belajar IPA siswa kelas VA kelas kontrol Pretest dan Postest

tuntas dan belum tuntas berikut tabel 4.16 rekapitulasi hasil belajar kelas ekperimen disajikan sebagai berikut:

(14)

Tabel 4.13

Rekapitulasi Data Hasil Belajar IPA Kelas V Kelas Kontrol Pretest dan Postest SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

No Nilai Pretes Postes

Jumlah siswa Persentase % Jumlah siswa Persentase %

1. Tuntas ≥ 70 4 21,05% 7 36,84%

2. Belum Tuntas ≤ 70 15 78,94% 12 63,15%

Jumlah 19 100% 19 100%

Berdasarkan tabel 4.13 rekapitulasi data hasil belajar IPA kelas V kelas kontrol pretes dan postes SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 tahun ajaran 2013/2014 bahwa yang siswa yang sudah tuntas ≥ 70 tes pretes berjumlah4 siswa dengan persentase 21,05% sedangkan siswa yang belum tuntas ≤ 70 tes pretes

berjumlah 15 siswa dengan persentase 78,94%. Dilihat dari tabel tes postes nilai siswa yang sudah tuntas ≥ 70 berjumlah 7 siswa dengan persentase 36,84% sedangkan siswa yang belum tuntas ≤ 70 nilai postes berjumlah 12 siswa dengan persentase 63,15%. Dapat dilihat gambaran visual penyebaran data kelas kontrol

pretes dan postes sebagai berikut :

Gambar 4.5

Grafik Batang Skor Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Kontrol Pretes

(15)

Gambar 4.6

Grafik Batang Skor Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Kontrol Postest

SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014 4.4Hasil Uji T-tes Nilai Postest

Pengujian hasil belajar Postest antara kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional maka menggunakan uji beda rata-rata hasil belajar siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol maka untuk analisis uji t dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows Versi

19.00 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.14

Hasil Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun

Ajaran 2013/2014 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df Sig. (2-taile d) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed ,627 ,432 21,661 49 ,000 30,46053 1,40623 27,63460 33,28645 Equal variances not assumed 22,107 40,379 ,000 30,46053 1,37789 27,67653 33,24452

(16)

Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui signifikansi leven’s test for equality of

variances 0,432. Hasil tersebut < 0,05 sehingga antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol mempunyai varian yang sama. Apabila membandingkan equal variances

assumed dan equal variances not assumed maka sig (2-tailed) adalah 0,000 dilihat

pada t-tes for equality of means berarti sangat signifikan.

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada penggunaan model kooperatif dan metode konvensional. Dengan nilai rata-rata

Postets kelas eksperimen dan kelas kontrol yang lebih besar kelompok

eksperimen.

4.5Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis dalam analisis data yang telah dilakukan dengan uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pembelajaran konvensional, maka: Ho:

µ

1=

µ

2 artinya tidak ada perbedaan hasil belajar IPA antara yang diajar dengan

metode konvensional dan model kooperatif tipe TPS siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2013/2014

Ha:

µ

1≠

µ

2 artinya ada perbedaan hasil belajar IPA antara yang diajar dengan

metode konvensional dan model kooperatif tipe TPS siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2013/2014

Berdasarkan hasil analisis pada data tabel 4.20 tampak bahwa diuji T-test

adalah 0,432 dengan nilai signifikansi 0,000 dari nilai signifikansi menunjukan Lebih kecil dari 0,05 atau 0,000 < 0,005 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara yang diajar dengan metode konvensional dan model kooperatif tipe TPS siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2013/2014.

4.6Pembahasan Hasil Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian penulis terlebih dahulu merancang pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rancangan pelaksanaan pembelajaran dikonsultasikan oleh dosen pembimbing dan guru kelas VA SDN Mangunsari 01

(17)

Salatiga. Jika RPP sudah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing, maka penulis dapat melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada mata pelajaran IPA.

Penelitian dilakukan selama dua kali untuk kelas eksperimen tanggal 9 April 2014, kelas eksperimen dilakukan 3 kali. Dalam penelitian ini peneliti sebagai obsever karena ditakutkan peneltian dianggap bias sehingga yang melaksanakan tahap-tahap pada RPP ialah guru kelasnya. Sebelum dilaksanakan penelitian peneliti dan guru kelas melakukan observasi untuk hasil belajar Pretest. Jumlah siswa kelas VA SDN Mangunsari 01 Salatiga berjumlah 32 siswa yang secara heterogen. Materi Pretest mengulas dengan materi sebelumnya yaitu tentang cahaya yang berjumlah 14 soal yang sudah valid. Setelah prestes selesai, penulis melaksanakan penelitian dengan melakukan sesuai tahap-tahap perencanaan pembelajaran yang didesain dalam RPP. Sesudah tahap-tahap perencanaan pembelajaran dalam RPP sudah selesai penulis memberikan evaluasi berupa postes. Soal postes tersebut membahas materi tentang batuan dan tanah yang dipilih bersama guru kelas di semester 2 jumlah soalnya 18 soal yang sudah valid. Setelah siswa masuk kelas, siswa diberikan apersepsi dan motivasi tentang materi pembelajaran yang diberikan pada hari itu. Siswa juga diberitahukan indikator dan tujuan pembelajaran agar pembelajaran tersebut menjadi jelas. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VA SDN Mangunsari 01 Salatiga pada mata pelajaran IPA maka digunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam menyelesaikan masalah yang dengan cara berdiskusi berpasangan. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS peneliti sedikit merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik karena saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas kurang tertib pada saat pengamatan.

Meskipun mendapat kendala saat penelitian, secara garis besar pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang direncanakan sesuai yang diharapkan penulis. Hal ini terjadi saat penulis mendesain RPP, awalnya RPP dikonsultasikan oleh guru kelasnya yang membantu mengajarkan, sehingga guru

(18)

yang melaksanakan kegiatan benar-benar jelas dan mengerti terhadap tiap-tiap tahap apa yang harus dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil belajar kelas eksperimen sangat memuaskan yaitu Pretest atau sebelum diberi perlakuan siswa yang sudah tuntas 15,62 % yang berjumlah 4 siswa dan Postest

atau setelah diberi perlakuan yang sudah tuntas 100% yang berjumlah 32 siswa. Nilai yang diakumulasikan sudah gabungan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga hasil belajar yang diharapkan pada penelitian ini sudah lengkap.

Penelitian pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 dikelas VB yang jumlah siswanya 19 siswa. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa diSDN Mangunsari 01 pada mata pelajaran IPA, maka digunakanlah metode pembelajaran konvensional (ceramah), yaitu pembelajaran Student Center

(berpusat pada guru). Hipotesis dalam penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar pembelajaran yang menggunakan metode konvensional di SDN Mangunsari 01 Salatiga terhadap pembelajaran IPA. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional siswa merasa jenuh dan bosan sehingga membuat siswa pasif. Cara mengajar gurunya tidak kreatif dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran siswa mendengarkan cerita dari guru. Meskipun begitu hasil belajar siswa mengalami perbedaan yaitu Pretes atau sebelum diberi perlakuan siswa yang nilai tuntas 21,05% yang berjumlah 4 siswa dan Postest atau sesudah diberi perlakuan siswa yang nilai tuntas 36,84% yang berjumlah 7 siswa. Nilai yang diakumulasikan sudah gabungan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Sehingga hasil belajar yang diharapkan pada penelitian ini sudah lengkap.

Setelah penelitian ini diuji normalitas, uji homogenitas, uji t-tes dan analisis deskriptif maka kelas eksperimen yang diberikan tes Pretest dan Postest maupun kelas kontrol yang diberikan tes Pretest dan Postest mengalami perbedaan yang sangat signifikan. Pengaruh model kooperatif tipe TPS membuat pengaruh hasil belajar IPA dikelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga dibandingkan metode konvensional dikelas VB. Perbedaan rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA

(19)

Postest kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TPS diperoleh rata-rata sebesar 80,87, sedangkan pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional diperoleh rata-rata sebesar 65,63.

Secara teoritis perbedaan hasil belajar IPA ini terjadi karena tingkat pemahaman siswa terhadap materi berebda. Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe TPS terlihat lebih baik karena memiliki kelebihan yaitu memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, lebih mudah dan cepat membentuk kelomponya, siwa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 2 orang. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh murid sehingga ide yang ada menyebar dan memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan. Sedangkan metode konvensional siswa tidak aktif terpaku pada Student Center masalah tehnik penilaian pembelajaran yang tidak akurat dan menyeluruh.

Hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Krstina Monika (2012) “Efektivitas Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kecamatan Karangrayung Kabupaten

Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Menyimpulkan bahwa

hipotesis yang diajukan diterima berarti ada perbedaan sangat signifikan anatar nilai postes kelas kontrol dengan nilai postes kelas eksperimen.

Penelitian oleh Dhimas Luthfi Herjunanto (2012) “Efektivitas Penggunaan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Genuksuran Purwodadi Grobogan

Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 menyimpulkan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS (Think pair Share) lebih efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Genuksuran Purwodadi Grobogan semester II tahun ajaran 2011/2012.

(20)

Penelitian oleh Novita Apriani (2012) “Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah

Dasar” menyimpulkan hasil belajar IPA menunjukan rata-rata skor pada

kelompok eksperimen 77,55 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajara siswa pada kelompok kontrol sebesar 70,85 dengan besarnya nilai t adalah -3,776 dengan tingkat sgnifikansi sebesar 0,000 karena besarnya t hitung -3,778 > dari t tabel 1,993. Sehingga model kooperatif tipe think pair share lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan metode konvensional. Penelitian oleh Andry Vernando (2012) “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar IPA (Studi di Kalangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”

menyimpulkan dengan membandingkan hasil nilai t hitung diperoleh sebesat (-4,238) dan t tabel sebesar (2,179). Untuk nilai signifikansinya diperoleh nilai sebesar 0,001. Oleh karena –t hitung < t tabel (-4,238 , 2,179) dan nilai sig (0,001) < 0,05 maka ho ditolak artinya bahwa ada perbedaan antara hasil dari pengukuran awal dan pengukuran akhir.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan ada perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan metode konvensional. Perbedaan itu menguntungkan ssiwa pada hasil belajarnya. Hasil belajar siswa yang baik mendorong sekolah menjadi sekolah prestasi. Sehingga penelitian di SDN Mangunsari 01 Salatiga penulis membantu guru untuk meningkatkan keprofesional kinerja pada pembelajaran dikelas. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan metode konvensional terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Mangunsari 01 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2013/2014.

Gambar

Tabel  distribusi  frekuensi  nilai  hasil  belajar  IPA  kelas  eksperimen  Pretest  sebelum  mendapat  perlakuan  melalui  model  kooperatif  TPS  dapat  dilihat  pda  tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel  distribusi  frekuensi  nilai  hasil  belajar  IPA  kelas  kontrol    Pretest  sebelum mendapat perlakuan melalui metode konvensional dapat dilihat pda tabel  4.3 sebagai berikut:
Tabel  distribusi  frekuensi  nilai  hasil  belajar  IPA  kelas  kontrol    Pretest  sebelum  mendapat  perlakuan  melalui  metode  konvensional  dapat  dilihat  pada  tabel 4.4 sebagai berikut:
Grafik Batang Skor Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Kelas Kontrol Postest  SDN Mangunsari 01 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014

Referensi

Dokumen terkait

Pertama-tama, penulis sebagai creative director melakukan rapat pertama dengan klien bersama dengan account executive untuk membahas client brief dan menentukan konsep hadiah

Anak perlu menjadi seorang ‘aktor moral’ daripada hanya sekedar menjadi pembicara moral (Ryan &amp; Bohlin, 2014). Berkaitan dengan hal tersebut, permainan boy-boyan menjadi

Dapat peneliti paparkan bahwa pada penelitian ini, untuk memperoleh data mengenai profile pesantren yang meliputi sejarah, visi, misi, jumlah santri dan pengajar, jumlah

Fair trade membantu produsen kecil untuk memperoleh kehidupan yang layak melalui peningkatan pendapatan, melindungi hak produsen kecil untuk akses ke pasar, menyalurkan

Halim (2012:232) menyatakan bahwaProduk Bersama (Joint Products) yaitu beberapa produk yang dihasilkan dari suatu rangkaian atau seri proses produksi secara

1) Imitasi, adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingkah laku, adat dan kebiasaan, serta apa saja

Sebanyak 149 sampel susu sapi dan kambing dari peternakan di Bogor telah dilakukan isolasi bakteri asam laktat, dan penapisan terhadap kemampunnya dalam menghambat

cara memberikan ceramah-ceramah dalam acara resepsi pernikahan yang diatas umur. Dengan adanya tangguhan surat nikah maka dapat menekan terjadinya pernikahan dini