• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI OBJEK DAYA TARIK WISATA ALAM DI DESA DELUK, KEC.BANTAN, KAB.BENGKALIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI OBJEK DAYA TARIK WISATA ALAM DI DESA DELUK, KEC.BANTAN, KAB.BENGKALIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI OBJEK DAYA TARIK WISATA ALAM DI DESA DELUK, KEC.BANTAN, KAB.BENGKALIS

Diah Paramita sari, M.Sabri Politeknik Negeri Bengkalis

diah@polbeng.ac.id1, sabri@polbeng.ac.id2

Abstract

This research aimed to analyze the natural tourism objects and attractions and also the supporting facilities which are available in Deluk village to measure the feasibility level of the village to be developed into a tourism area. The methodology used for this research was a descriptive quantitative. The data needed for this research were collected through direct observation towards some natural tourism objects in the village and also through interview with related stakeholders. The data were then analyzed based on the guidelines given by General Directorate of Forest Reserve and Nature Conservation (PHKA) of 2003. After doing the research and analyzing the data, it can be concluded that Deluk village of Bantan Subdistrict of Bengkalis Regency has such proper potency so that it is ‘feasible’ to be developed into a tourism area. However, other factors such as the community readiness, the tourist opinion and the government support are still needed to be observed to get a more holistic recommendation.

Key Words: Potency, Tourism, Natural Tourism Objects

PENDAHULUAN

Deluk merupakan sebuah desa baru di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Riau. Deluk termasuk salah satu dari 14 desa di Kecamatan Bantan yang baru dimekarkan pada akhir tahun 2013 yang lalu. Meskipun baru terbentuk, Desa Deluk dibawah kepimpinan kepala desa Chandra Kusuma, SE.Sy memiliki keinginan yang besar untuk maju dan berkembang. Salah satunya adalah keinginan untuk mengembangkan Desa Deluk sebagai daerah wisata pantai dan hutan mangrove. Dalam acara Musyawarah Desa Pertanggungjawaban Tahun (MDPT) pada bulan Februari 2017 yang lalu, Desa Deluk berkeinginan kuat merangkul pemerintah, masyarakat dan juga pihak akademisi (salah satunya Politeknik Negeri Bengkalis) dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat desa melalui pengembangan Desa Deluk sebagai daerah wisata pantai.

Dengan jumlah penduduk sekitar 350 Kepala Keluarga (KK), Desa Deluk

memiliki potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang bisa dikembangkan, seperti wisata pantai dan hutan mangrove. Namun demikian, untuk pengembangan ODTWA tentu diperlukan sebuah kajian (Fennel, 2002 dan Godfrey & Jacky, 2000) sehingga tingkat kesiapan/kelayakan daerah wisata tersebut bisa diketahui guna mendukung pemerintah dalam menyusun perencanaan pembangunan. Potensi alam yang dimiliki Desa Deluk membutuhkan perencanaan yang dapat memberikan gambaran bagaimana pariwisata dan hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata untuk pengelolaannya pada masa yang akan datang.

Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk menganalisa potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam serta hal-hal pendukung pariwisata lainnya yang dimiliki Desa Deluk guna mengetahui tingkat kelayakannya untuk dikembangkan sebagai sebuah daerah wisata.

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) serta fasilitas pendukung aktifitas pariwisata lainnya yang tersedia di Desa Deluk guna mengetahui tingkat kelayakan Desa Deluk untuk dikembangkan menjadi daerah wisata. Hasil dari penelitian ini akan berguna sebagai masukan dan rekomendasi bagi pemerintah atau pemangku kepentingan terkait untuk bahan pertimbangan dalam pengembangan pariwisata di Desa Deluk. TINJAUAN PUSTAKA

Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)

Pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap, dan wisata yang berarti perjalanan, bepergian. Pariwisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pada awal abad ke-20, pariwisata telah menjadi bagian dari hak azazi manusia tidak hanya kegiatan yang dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya. Obyek dan daya tarik wisata menurut Marpaung (2002:78) adalah suatu bentukan dari aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Menurut UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, dinyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik itu pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yang dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata. Dalam undang-undang di atas, yang termasuk obyek dan daya tarik wisata terdiri dari :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, 2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya

manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata

agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus,

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Pengembangan Wisata

Konsep yang bisa diterapkan dalam pengembangan pariwisata alam yaitu: keadilan bagi akses pemanfaatan, pemanfaatan secara lestari dan berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan mutu kehidupan masyarakat (Dirjen PHKA 2003). Pengembangan dikatagorikan dalam beberapa katagori, yaitu sebagai berikut: 1. Sangat potensial, yaitu daerah yang

memiliki ODTWA layak untuk dikembangkan berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA melalui urutan prioritas.

2. Potensial, yaitu daerah yang memiliki potensi, namun memiliki hambatan dan kendala untuk dikembangkan dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang memerlukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil penilaian ADO-ODTWA.

3. Kurang potensial, yaitu daerah yang tidak dapat dikembangkan atas dasar hasil penilaian ADO-ODTWA.

Dirjen PHKA (2003) menjelaskan bahwa program pengembangan wisata alam secara berkelanjutan bisa dilakukan dengan melihat beberapa faktor diantaranya:

1. Pengembangan lokasi obyek (Potensi ODTWA), yaitu: rencana kegiatan pengembangan obyek sesuai analisis, dengan urutan prioritas baik yang menyangkut lokasi obyek maupun jenis-jenis kegiatan yang dikaitkan dengan rencana pengelola kawasan tersebut. 2. Fasilitas penunjang, yaitu: kegiatan pengembangan sarana dan

(3)

prasarana di dalam dan di luar obyek dengan prioritas pengembangan lokasi obyek.

3. Keadaan Pengunjung, yaitu: jumlah pengunjung, perilaku pengunjung yang terdiri dari wisatawan luar negeri dan wisatawan dalam negeri.

4. Pengelolaan dan pelayanan, yaitu: Pengelolaan obyek dan pelayanan pengunjung merupakan hal yang perlu terus ditingkatkan dalam pemanfaatan suatu ODTWA, karena berpengaruh secara langsung dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian obyek itu sendiri. Selain itu dalam implementasinya perlu ditunjang oleh tenaga yang professional di bidang pariwisata alam, bahasa dan mampu melakukan pelayanan terhadap pengunjung.

5. Kegiatan wisata alam, yaitu: rencana dan realisasi pengembangan kegiatan wisata alam, baik oleh pengelola, masyarakat maupun pemerintah.

Komponen Pariwisata

Dalam hal ini, komponen pariwisata menjadi acuan dalam mengembangkan pariwisata pada suatu wilayah. Komponen pariwisata tersebut antara lain:

1. Attraction

Menurut Marioti dalam Yoeti (1996: 172) atraksi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang ingin berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata.

Adapun jenis-jenis atraksi wisata diantaranya adalah:

A. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah pariwisata disebut dengan Natural Amenities. Termasuk ke dalam kelompok ini ialah:

a) Iklim,

b) Bentuk tanah dan pemandangan (land configurations and landscape).

c) Hutan belukar (the sylvan elemen), d) Fauna dan flora,

e) Pusat-pusat kesehatan (health center) dan yang termasuk dalam kelompok ini,

f) Hasil ciptaan manusia (man made suplay)

g) Tata cara hidup masyarakat 2. Aksesibilitas

Yoeti (1996: 5) mengatakan bahwa aksesibilitas adalah kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya saran transportasi ke tempat tujuan tersebut. Hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah kondisi jalan, tarif angkutan jenis kendaraan, jaringan transportasi, jarak tempuh dan waktu tempuh.

3. Fasilitas

Soekadijo (2000: 196), mendefinisikan sarana prasarana pariwisata sebagai berikut:

“Prasarana (infratructure) adalah semua hasil kontruksi fisik, baik yang adadi atas maupun di bawah tanah, diperlukan sebagai prasyarat untuk pembangunan, diantaranya dapat berupa pembangkit tenaga listrik, fasilitas kesehatan, dan pelabuhan. Sarana (suprastucture) adalah segala sesuatu yang dibangun dengan

(4)

memanfaatkan prasarana”.

Sarana dan Prasarana sosial menyangkit didalamnya alat transportasi yang digunakan untuk mencapai kawasan objek wisata, prasarana komunikasi untuk mengetahui keberadaan kawasan objek wisata. Sedangkan prasarana sosial diantaranya mencakup sistem pendidikan yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia, pelayanan kesehatan yang diberikan kepada wisatawan, faktor keamanan yang dapat membuat wisatawan merasa aman berada di objek wisata dan pelayanan yang diberikan oleh petugas secara langsung.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive quantitative. Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan. Artinya, penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada potensi objek dan daya tarik wisata di Desa Deluk Bantan.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Deluk, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Indonesia. Desa Deluk berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Bengkalis dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.

Sumber: Profil Desa Deluk

Gambar 3.2 Peta Desa Deluk Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, data penelitian yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Berikut ini

adalah table data-data yang akan dikumpulkan:

Tabel 1. Data-data yang akan dikumpulkan

No. Data Jenis Data Sumber Keterangan

1. Nilai Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA)

Primer Kawasan Desa Deluk Menggunakan pedoman ODTWA Dirjen PHKA 2003 sebagai acuan penilaian 2. Profil Desa Deluk Sekunder Kantor Desa

(5)

1. Data Primer

a. Pengamatan Potensi Obyek

Metode yang akan dilakukan adalah observasi langsung di kawasan Desa Deluk dan serta melakukan wawancara dengan Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Komponen yang dinilai adalah:

1) Kondisi biologis meliputi jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar objek wisata

2) Daya tarik meliputi keunikan, variasi kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, dan kenyamanan

3) Aksesibilitas meliputi kondisi jalan, jarak, tipe jalan dan waktu tempuh dari kota 4) Sarana dan prasarana

penunjang yang berada di sekitar lokasi wisata seperti: jaringan telepon, puskesmas, rumah makan, pasar, bank, dan lain lain.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai sumber referensi.

Teknik Analisis Data

a. Analisis Potensi Objek

Objek dan daya tarik (flora, fauna dan objek lainnya) yang telah dikumpulkan, dianalisis sesuai dengan kriteria penilaian pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk setiap kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

S = N x B

Dimana:

S = skor/nilai suatu kriteria N = jumlah nilai unsur-unsur pada

kriteria B = bobot nilai

Kriteria daya tarik dinilai 6 karena daya tarik adalah faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena aksesibilitas adalah faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata. Skor yang didapat kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria apabila masing – masing sub kriteria mempunyai nilai tertinggi yaitu 5.

Karsudi dkk (2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut: a) Tingkat kelayakan > 66,6%: layak

dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang memadai.

b) Tingkat kelayakan 33,3 % - 66,6 %: belum layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, saran dan prasarana yang sedang berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang cukup memadai. c) Tingkat kelayakan < 33,3%: tidak

layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang rendah berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta aksesibilitas yang kurang memadai.

(6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penilaian Daya Tarik Obyek Wisata Alam Penilaian daya tarik obyek wisata alam terbagi dalam 5 unsur, yaitu: Keunikan sumber daya alam, Sumberdaya alam yang menonjol, Kegiatan wisata alam

yang dapat dilakukan, Kebersihan dan Kenyamanan.

Hasil penilaian terhadap unsur daya tarik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Hasil penilaian terhadap

komponen daya tarik obyek wisata alam di Desa Deluk

No Unsur Sub Unsur/Uraian Bobot* Nilai Skor** Total 1 Keunikan SDM Flora 6 10 60 2 SDA yang menonjol Sungai, Pantai, Hutan Mangrove 6 20 120 3 Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan

Menikmati

keindahan alam, Melihat flora dan fauna, Memancing, Hiking/Tracking, 6 25 150 4 Kebersihan lokasi obyek wisata (Tidak ada pengaruh dari:) Industri, Jalan ramai, Pemukiman penduduk, Sampah, Vandalisme (coret-coret) 6 30 180

5 Kenyamanan Udara bersih dan sejuk, Bebas dari bau mengganggu, Bebas dari kebisingan, Tidak ada lalu lintas yang

mengganggu, Keramah-tamahan penduduk

6 30 180

Skor Daya Tarik 115 690

* Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Daya Tarik ** Hasil kali antara bobot dengan nilai

a. Keunikan sumber daya alam

Keunikan sumberdaya alam merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu obyek wisata, yang beda dengan obyek lain (Dirjen PHKA 2002). Alam Desa Deluk memiliki keunikan dengan kekayaan floranya yakni keanekaragaman mangrovenya. Buah-buahan mangrove

seperti Rembang, Kedabu dan Api-api yang bisa diolah menjadi minuman dan makanan oleh-oleh khas daerah. Akar mangrove, bibit bakau dan kayu kapar hanyut yang bisa dijadikan souvenir. Oleh karena itu, sub unsur flora di Desa Deluk layak dimasukkan dalam penilaian keunikan sumber daya alam dengan nilai 10.

(7)

b. Sumberdaya alam yang menonjol Sumberdaya alam yang menonjol merupakan obyek-obyek yang mudah dilihat oleh pengunjung ketika pertama kali masuk dan berada di obyek wisata dengan jumlah sumberdaya alam yang dominan (Dirjen PHKA 2002). Sumber daya alam yang menonjol yang dimiliki Desa Deluk diberi nilai 20 karena memiliki 3 sub unsur yakni Pantai/Laut, Hutan Mangrove dan Sungai.

Pantai Jangkang yang dimiliki Desa Deluk berbentuk landai dengan pemandangan matahari terbenam (sunset) pada sore hari. Selain faktor tersebut, pantai Jangkang dengan sendirinya sudah menjadi tempat kunjungan warga Bengkalis sebagai tempat berbelanja ikan segar. Selain itu, Desa Deluk juga memiliki sekitar 230 Ha hutan mangrove yang menyebar disepanjang bibir pantai dan sungai yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata hutan mangrove. Selain pantai dan mangrove, aliran sungai Jangkang di Desa Deluk juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata memancing. Pemerintah desa bahkan sudah mengagendakan proyek memasang tanggul sepanjang 7 km serta sejumlah jembatan di sepanjang sungai sebagai spot memancing.

c. Jenis kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan

Jenis kegiatan wisata merupakan kegiatan yang biasa dan bisa dilakukan diobyek wisata oleh pengunjung. Kondisi dan situasi di obyek, keselamatan pengunjung dan kelestarian sumberdaya alam merupakan faktor penting dalam melakukan kegiatan di obyek wisata (Dirjen PHKA 2002). Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat sedikitnya 4 jenis kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di Desa Deluk, diantaranya: Menikmati keindahan alam, Melihat flora/fauna, Memancing dan kegiatan Hiking/Tracking.

Untuk itu unsur jenis kegiatan wisata alam di Desa Deluk diberi nilai 25.

d. Kebersihan

Kebersihan merupakan salah satu faktor kenyamanan pengunjung selama berada di obyek wisata (Dirjen PHKA 2002). Adapun sub unsur kebersihan yang bisa diamati di Desa Deluk meliputi jauhnya lokasi desa dari kawasan industri, jalan ramai, dan pemukiman penduduk. Kemudian, Desa Deluk juga tergolong bersih dari sampah serta coret-coretan pada fasilitas umum (vandalism). Untuk 5 sub unsur tersebut, Desa Deluk layak diberi nilai 30 dalam hal kebersihan.

e. Kenyamanan

Rasa nyaman sangat penting bagi para pengunjung. Rasa nyaman menambah minat pengunjung untuk datang kembali ke lokasi wisata. Desa Deluk memiliki paling tidak 5 sub unsur kenyamanan sesuai standar yang ditetapkan Dirjen PHKA, antara lain: Udara yang bersih dan sejuk, Bebas dari bau mengganggu, Bebas dari kebisingan, Tidak ada lalu lintas yang mengganggu serta Keramah-tamahan penduduk. Maka untuk unsur kenyamanan kawasan wisata, Desa Deluk diberi nilai 30.

Penilaian terhadap Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan faktor yang mempermudah pengunjung untuk berpindah/berpergian dari tempat tinggal pengunjung ke obyek wisata (Dirjen PHKA 2002). Faktor aksesibilitas ini sangat penting guna mendorong potensi pasar sebuah kawasan wisata. Aksesibilitas membahas tentang jarak, kondisi jalan dan waktu tempuh dari obyek wisata alam Desa Deluk ke pusat kota Bengkalis.

Hasil penilaian terhadap aksesibilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil penilaian terhadap komponen Aksesibilitas untuk menuju ke Desa Deluk

(8)

No Unsur Uraian Bobot* Nilai Skor** Total

1 Kondisi jalan Cukup 5 25 125

2 Jarak dari pusat kota

10-15 km 5 20 100

3 Waktu tempuh dari pusat kota

+ 30 menit 5 30 150

Skor

Aksesibilitas

75 375

* Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Aksesibilitas ** Hasil kali antara bobot dengan nilai

a. Kondisi jalan di Desa Deluk

Untuk kondisi jalan ke dan di Desa Deluk, berdasarkan pengamatan, bisa dikategorikan „cukup‟ dengan nilai 25. Hal

ini mengingat kondisi jalan dari pusat kota Bengkalis hingga memasuki Desa Deluk dalam kondisi sangat baik dengan lebar rata-rata lebih dari 5 meter. Di dalam desa, hampir 70% jalan sudah diaspal. Namun, ukuran jalan di dalam desa relatif lebih kecil, serta beberapa ruas jalan masih belum diaspal dan dalam kondisi rusak. b. Jarak dari Pusat Kota

Selain faktor kondisi jalan, jarak tempuh dari pusat kota ke kawasan wisata juga menjadi faktor pertimbangan

pengunjung. Untuk jarak tempuh ke Desa Deluk dari pusat Kota Bengkalis relatif dekat yakni hanya sekitar 15 km. c. Waktu tempuh dari Pusat Kota

Dengan jarak sekitar 15 km dari pusat kota Bengkalis, waktu tempuh untuk mencapai Desa Deluk hanya sekitar 30

menit saja dengan menggunakan kendaraan bermotor. Dalam hal jarak tempuh, Desa Deluk diberi nilai 30.

Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana merupakan salah satu faktor penunjang yang memudahkan pengunjung dalam menikmati obyek wisata secara langsung seperti warung, tempat ibadah, pusat oleh-oleh, rumah makan dan lain-lain. Sementara prasarana merupakan faktor penunjang aktifitas pariwisata secara tidak langsung, misalnya pusat kesehatan, jaringan listrik, kantor pos, dan lain-lain. Baik sarana maupun prasarana tentu sangat dibutuhkan bagi para pengunjung untuk kemudahan dan kenyamanan mereka selama berada di daerah wisata.

Hasil penilaian terhadap komponen sarana dan prasarana yang dimiliki Desa Deluk dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Hasil penilaian terhadap komponen Sarana dan Prasarana yang tersedia di Desa Deluk

No Unsur Uraian Bobot* Nilai Skor**

Total 1 Sarana Warung, tempat

ibadah 3 30 90 2 Prasarana Puskesdes, jalan & jembatan, jaringan radio/TV, 3 50 150

(9)

jaringan listrik Skor Sarana

Prasarana Penunjang

80 240

* Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk Aksesibilitas ** Hasil kali antara bobot dengan nilai

Untuk komponen sarana dan prasarana, Desa Deluk diberi nilai masing-masing 30 (memiliki 2 sub unsur) dan 50 (memiliki 4 sub unsur) yang ditetapkan Dirjen PHKA sesuai pedoman ADO-ODTW 2003. Adapun untuk sarana, Desa Deluk baru memiliki warung dan tempat ibadah (mesjid dan mushalla). Sementara dalam hal prasarana, sudah ada pusat kesehatan desa (Puskesdes), jalan dan jembatan, jaringan radio/televisi serta jaringan listrik. Namun, masih banyak sarana prasarana lain yang harus disediakan pemerintah Desa Deluk guna menjadikan Desa Deluk sebagai desa wisata yang nyaman bagi pengunjung, misalnya pasar, bank, toko cendera mata, toilet umum, jaringan air bersih/minum, kantor pos, jaringan internet dan lain-lain.

Namun demikian, mengingat jarak dari desa ke pusat kota Bengkalis hanya dalam radius 15 km, tentu hal ini akan menjadi nilai tambah bagi Desa Deluk dalam hal potensi pengembangannya menjadi kawasan wisata.

Hasil Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Desa Deluk

Selanjutnya, penilaian secara keseluruhan terhadap komponen-komponen wisata alam di Desa Deluk, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil penilaian obyek dan daya tarik wisata alam Desa Deluk

No Kriteria Bobot Nilai* Skor** Skor max***

Index (%)****

Ket

1 Daya tarik 6 115 690 900 76,66 Layak

2 Aksesibilitas 5 75 375 450 83,00 Layak 3 Sarana & Prasarana 3 80 240 300 80,00 Layak Tingkat Kelayakan 79,88 * Hasil penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata

** Perkalian antara bobot dengan nilai *** Skor tertinggi untuk setiap kriteria

**** Indeks kelayakan: perbandingan skor dengan skor tertinggi dalam % Berdasarkan hasil perhitungan

tabel 4.4 diatas, maka diketahui bahwa Desa Deluk layak dikembangkan sebagai salah satu obyek daerah tujuan wisata dengan persentase sebesar 79,88 %. Untuk kriteria daya tarik, Desa Deluk

tergolong layak dikembangkan dengan skor 76,66%. Selanjutnya, Desa Deluk memiliki penilaian aksesibilitas yang cukup tinggi yakni 80,33% yang berarti layak untuk dikembangkan. Untuk kriteria sarana dan prasarana penunjang juga demikian,

(10)

dimana Desa Deluk berada dalam tingkat kelayakan 80,00%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab 4 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Desa Deluk, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam yang „layak‟ untuk dikembangkan menjadi

daerah wisata.

2. Keunikan sumber daya alam yang dimiliki Desa Deluk adalah keragaman faunanya. Sumber daya alam yang menonjol sebagai daya tarik wisata terbagi dalam tiga komponen yakni pantai, sungai dan hutan mangrove. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang sudah dimiliki Desa Deluk seperti jalan, jembatan, jaringan listrik, jaringan radio/TV, warung, tempat ibadah, puskesdes, dan lain-lain.

Saran

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini hanya menunjukkan tingkat kelayakan Desa Deluk sebagai daerah wisata dilihat dari kriteria obyek dan daya tarik wisata alam saja. Sementara untuk rekomendasi yang lebih holistik masih terdapat beberapa faktor lain yang juga perlu dinilai seperti faktor kesiapan masyarakat, penilaian dari pengunjung serta dukungan dari pemerintah. Untuk itu, disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor tersebut diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo., 2006,

Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Bahar, Herman dan Happy Marpaung., 2000, Pengantar Pariwisata,

Bandung, Alfabeta.

Departemen Kehutanan, 2003, Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek

Daya Tarik Wisata Alam. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor: Departemen Kehutanan RI. [Dirjen PHKA] Direktorat Wisata Alam dan

Pemanfaatan Jasa Lingkungan, 2003, Pedoman Rencana Pengembangan Pariwisata Alam Nasional di Kawasan Hutan, Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.

[Dirjen PHKA] Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, 2003, Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA), Bogor: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.

Fennel DA, 2002, Ecotourism Programme Planning, New York: CABI Publishing. Godfrey K, Jackie C. 2000, The Tourism

Development Handbook:A PracticalApproach To Planning and Marketing, London and New York: CASSEL.

Karsudi, Soekmadi R, Kartodiharjo H, 2010, Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua, Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XVI, (3): 148-154,

Diambil tanggal 03 April 2017. Marpaung, Happy., 2002, Pengetahuan

Kepariwisataan, Bandung: Alfabeta.

Muntasib EKSH, Ricky A, Eva R, Yun Y, Resti M., 2004, Rencana Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bogor, Bogor: Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB dan Dinas

(11)

Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bogor.

Page SJ, Ross DK., 2002, Ecotourism, China: Pearson Education Limited. ________ Profil Desa Deluk, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, 2015. Soekadijo, R. G., 2000, Anatomi Pariwisata

Memahami Pariwisata Sebagai

Systemic Link age, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan., Jakarta: Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Republik Indonesia.

(12)

Gambar

Gambar 3.2   Peta Desa Deluk  Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Tabel 4.4   Hasil penilaian obyek dan daya  tarik wisata alam  Desa Deluk

Referensi

Dokumen terkait

Nilai BOD5 air Sungai Lembu di Desa Logas Kecamatan Singingi masih di bawah ambang Baku Mutu Lingkungan Perairan, Pengukuran BOD5 sangat penting dalam pengelolaan kualitas air,

The research aims to find out whether clinico- pathologic factors and examination of the expres- sion of caspase-3 before administration of neoad- juvant chemotherapy could be used as

Limbah isi rumen dari rumah potong hewan (RPH) yang belum terkelola secara optimal memungkinkan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Salah satu alternatif pengolahan limbah

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa sistem teknologi informasi mempunyai hubungan secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan sistem

Proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SD 1 Prambatan Lor cenderung menempatkan guru sebagai sumber belajar utama, cara mengajar guru lebih banyak menggunakan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan sistem. teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian atas kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap kepuasan konsumen, dengan topik penelitian

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil pendapat atau kesimpulan bahwa identitas diri tidak berpengaruh terhadap perilaku konsumtif yang dilakukan oleh siswa-siswi SMA Negeri