• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN POTENSI DAYA TARIK OBJEK WISATA PERMANDIAN ALAM BARUTTUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP ABDUL GAFUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN POTENSI DAYA TARIK OBJEK WISATA PERMANDIAN ALAM BARUTTUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP ABDUL GAFUR"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN POTENSI DAYA TARIK OBJEK

WISATA PERMANDIAN ALAM BARUTTUNG

KECAMATAN TONDONG TALLASA

KABUPATEN PANGKEP

ABDUL GAFUR

105950054615

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

ANALISIS KELAYAKAN POTENSI DAYA TARIK OBJEK

WISATA PERMANDIAN ALAM BARUTTUNG

KECAMATAN TONDONG TALLASA

KABUPATEN PANGKEP

ABDUL GAFUR 105950054615

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Jurusan Kuhutanan Fakultas Pertanian.

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2019

(3)
(4)
(5)

v PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

ANALISIS KELAYAKAN POTENSI DAYA TARIK OBJEK WISATA PERMANDIAN ALAM BARUTTUNG KECAMATAN TONDONG TALLASA KABUPATEN PANGKEP

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Makassar, Desember 2019

Abdul Gafur 105 950 054 615

(6)

vi Hak Cipta milik Unismuh Makassar, Tahun 2019

@ Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

vii ABSTRAK

ABDUL GAFUR (105950054615). Analisis Kelayakan Potensi Daya Tarik Objek Wisata Permandiaan Alam Baruttung Kecamatan Tondon Tallasa Kabupaten. Dibawah Bimbingan Hikmah dan Hasanuddin Molo.

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dimulai dari bulan September sampai bulan Oktober 2019. Adapun lokasi penelitian ini di Dusun Parang Lombasa, Desa Bantimurung, Kecamatan Tondon Tallasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauaan dengan jumlah responden 100 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi objek Permandiaan Alam Baruttung dan mengetahui nilai kelayakan potensi wisata Permandian Alam Baruttung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Manfaat penelitian untuk memberi informasitentang potensi objek wisata Permandian Alam Baruttung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

Data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara dan pengisian kuisioner kepada responden, sedangkan data sekunder data-data yang diperoleh dari instansi terkait sebagai data penunjang yang meliputi jumlah pengunjung, letak dan keadaan geografis lokasi penelitian.Hasil penilaian analisis kelayakan potensi daya tarik objek wisata Permandian Alam Baruttung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dapat diketahui bahwa kawasan tersebut layak untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Wisata Permandian Alam Baruttung sangat berpotensi dan layak untuk dikembangkan dijadikan daerah tujuan wisata dengan rata – rata persentase kelayakan 69,30. Untuk kriteria daya tarik kawasan ini memiliki daya tarik yang cukup tinggi dengan nilai persentase 80,55, karena objek wisata permandian alam baruttung memiliki keragaman jenis flora, batuan yang dibentuk alam, banyak pepohonan seperti kayu jati putih, jambu mente, bambu, pohon enau, pohon ara, pohon rengas, pohon manga, beringin pencekik serta fauna seperti kadal, ayam hutan merah, monyet hitam. Hal ini menunjukan bahwa daya tarik Wisata Permandian Alam Baruttung berpotensi dan layak untuk dikembangkan.

Kata Kunci: Analisis Kelayakan, Objek Wisata, Aksessibilitas, Akomodasi, Sarana dan prasarana

(8)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa untuk segala berkat, rahmat dan Kasih-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pelajaran, petunjuk serta bantuan yang sangat dan akan besrmanfaat bagi penulis didalam menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan. Karenanya, pada kesempatan ini penulis dengan tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Hikmah, S. Hut, M. Si, selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S.Hut., MP., IPM selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan dan membantu penulis untuk menyelesaikan proposal ini.

2. Ibu Dr. Ir. Hajawa, M.P., dan Bapak Andi Azis Abdullah, S.Hut,. M.P, selaku dosen penguji yang telah memberikan bantuan, saran dan koreksi dalam penyusunan proposal ini.

3. Ibu Dr. Hikmah, S. Hut, M. Si, selaku Ketua Prodi Kehutanan..

4. Seluruh staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membantu mengurus administrasi yang penulis butuhkan.

(9)

ix 5. Kedua orang tua Ayahanda tersayang Hanaping dan Ibunda tercinta Salmiati, serta segenap keluarga yang senantiasa mencurahkan doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi, semangat dan memberi bantuan, baik moral maupun material sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini, masih sangat banyak terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, unuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan proposal ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri.

Makassar, 2019 ABDUL GAFUR

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HAK CIPTA ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 4 1.3.Tujuan Penelitian ... 4 1.4.Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Obyek Wisata... 6

2.2. Potensi Wisata ... 9

(11)

xi

2.4. Analisis Kelayakan ... 16

2.5. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata ... 17

2.6. Kerangka Pikir Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 24

3.2. Alat dan Bahan ... 24

3.3. Populasi ... 24

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.5. Metode Pengambilan Data ... 25

3.6. Variabel Penelitian ... 25

3.7. Analisis Data Objek Wisata Permandian Alam ... 27

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitan ... 30

4.1.1. Batas dan Luas Wilyah ………. 30

4.1.2. Karakteristik Lahan dan Iklim ………. 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi Responden ………. 32

5.1.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

5.1.2. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33

5.1.3. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur ... 33

5.2. Potensi Ekowisata ... 34

5.2.1. Potensi Panorama Alam ... ... 35

5.2.2. Potensi Permandian Alam ... ... 36

5.2.3. Potensi Flora dan Fauna ... ... 37

5.3. Penilaia Pengembangan Potensi Objek Wisata Pemandian Alam Baruttung di Kecamatan Tondong Tallasa ... 38

(12)

xii

5.3.1. Daya Tarik Objek Wisata ... 38

5.3.2. Aksessbilitas ... 39

5.3.3. Akomodasi ... 40

5.3.4. Sarana dan Prasarana ... 40

5.4. Penilaian Objek Daya Tarik Wisata ... 41

5.4.1. Daya Tarik ... 41

5.4.2. Aksessibilitas ... 43

5.4.3. Akomodasi ... 45

5.4.4. Sarana dan Prasarana ... 46

5.5. Analisis Kelayakan Objek Daya Tarik Wisata Permandian alam Baruttung ... 47

VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Variable Penelitian Pada Objek Wisata Permandian Alam Baruttung. ... 26 2. Karakteristik Responden Yang Mengunjungi Wisata

Permandian Alam Baruttung Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32 3. Karakteristik Responden Yang Mengunjungi Wisata

Permandian Alam Baruttung Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 33 4. Karakteristik Responden Yang Mengunjungi

Wisata Permandian Alam Baruttung Berdasarkan Umur ... 34 5. Hasil Penilaian Terhadap Komponen Daya Tarik Wisata

Permandian Alam Baruttung ... 42 6. Hasil Penilaian Terhadap Aksessibilitas Menuju

Wisata Permandian Alam Baruttung ... 44 7. Penilaian Jumlah Penginapan Dan Jumlah Kamar Pada Sekitar

Wisata Permandian Alam Baruttung (Radius 10 Km ) ... 46 8. Penilaian Sarana Dan Prasarana Pada (Radius 10 Km) ... 47 9. Hasil Penilaian Objek Dan Daya Tarik Hutan

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pikir ... 23

2. Potensi Panorama Alam Wisata Permandian Alam Baruttung ... 35

3. Kawasan Permandian Wisata Alam Baruttung ... 36

4. Flora dan Fauna Wisata Permandian Alam Baruttung ... 37

5. Batuan Alam dan Aliran Sungai ... 39

6. Kondisi Jalan Objek Wisata Permandian Alam Baruttung ... 40

7. Peta Lokasi Penelitian ... 56

8. Lokasi Penelitian ... 66

9. Tempat Wisata ... 66

10. Pengisian Kosioner... 66

11. Pengisian Kosioner... 66

12. Puskesmas Kecamatan Tondong Tallasa ... 72

13. Mesjid Khairul Al- Amin Kecamatan Tondong Tallasa ... 72

14. Rumah Makan di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa ... 73

(15)

xv DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Kosioner Penelitian ... 52

2. Peta Lokasi Penelitian diWisata Permandian Alam Baruttung Kecamatan Tondong Tallasa ... 56

3. Pedoman Analisi Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ... 57

4. Hasil Penilaian Objek Dan Daya Tarik Wisata Permandian Alam Baruttung ... 59

5. Wawancara Di Wisata Permandian Alam Baruttung ... 62

6. Dokumentasi Penelitian ... 65

7. Jenis Flora Wisata Permandian Alam Baruttung ... 66

8. Jenis Fauna Wisata Permandian Alam Baruttung ... 70

9. Sarana Dan Prasarana Radius 10 Km Dari Wisata Permandian Alam Baruttung ... 71

10. Hasil Wawancara Responden ... 72

11. Matrik Penilaian Responden ... 127

(16)

51 I .PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk mengisi devisa. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat terkait dengan kemajuan perekonomian, sosial dan budaya, suatu kawasan atau negara. Dengan perkataan lain, pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.

Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan.Pembangunan di bidang kepariwisataan mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan obyek wisata dapat menjadi daerah tujuan wisata apabila memiliki potensi fisik dan non fisik dimana yang dikembangkan, akan menjadi kawasan daerah tujuan wisata yang menguntungkan baik itu di daerah sendiri maupun pemerintah. Dalam rangka memajukan kepariwisataan, perlu langkah-langkah terarah dan terpadu dalam mengembangkan obyek-obyek wisata dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran dan minat agar datang ke daerah obyek wisata.

(17)

52 maupun bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Pemerintah telah menetapkan daerah-daerah utama sebagai tujuan wisata di Indonesia, satu diantaranya adalah Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dijadikan atau dikembangkan sebagai obyek wisata.

Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dari aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatu daerah/ tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata.

Kawasan wisata yang ada di Kabupaten Pangkep yaitu Wisata Pulau dan Wisata Alam,Wisata alam yang ada yaitu Pulau Cambang - Cambang, Pulau Panambungan, Pulau Badi, Pulau Kapoposang. Tempat wisata alam yakni Permandian Mattampa, Leang Paniki, Leang Lonrong, Mata air kalobang Kalengkere, Air Terjung Kampoang, Leang Kassi, Kalibong Alloa, Bukit Soroang, Air Terjun Senggeran, Air Terjun Baruttung, Air Terjun Lamussua dan Air Terjun Balocci

Kawasan wisata prioritas Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang sangat potensial seperti Permandian Baruttung di Desa Bantimurung, Wisata Air Terjun Gollae di Desa Tondongkura, Wisata Alam Bukit Teletubbies Pa’bo di Desa Bonto.

(18)

53 Wisata Permandian Alam Baruttung di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, Airnya yang berasal dari Sungai Mallawa, keindahan Permandian Alam Baruttung mempunyai daya tarik tersendiri dengan aliran sungai yang dimana di hiasi dengan batu lapisan yang bersusun dan dapat digunakan sebagai tempat Foto Praweding bagi orang di Desa maupun yang dari Kota. Letak lokasi sekitar ± 25 km dari kota Kisaran ( Kota Kabupaten Pangkep).

Sebagai lokasi wisata yang cukup lama, obyek wisata Permandian Alam Baruttung belum dikelola dan dikembangkan sebagai lokasi wisata yang modern, Prasarana dan sarana masih sederhana kurang dikelolah dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari prasarana jalan yang ada, banyak jalan berlubang dan banyak aspal yang terkikis air hujan. Wisata Permandian Alam Baruttung ini yang terletak di daerah pegunungan yang mana daerahnya berbukit dan berlembah, dengan jalan yang rusak menyulitkan perjalanan para wisatawan khususnya para pengguna sepeda motor. Selain itu lokasi parkir kendaraan yang belum tertata dengan baik, sehingga kendaraan pengunjung tidak tertata rapi dan juga menyulitkan kendaraan keluar masuk. Selain itu, sarana seperti rumah makan tidak tersedia, WC juga belum ada , pembungan sampah tidak tersedia. Penjual makanan di obyek wisata Permandian Alam Baruttung ini hanya berjualan pada pinggir jalan saja.

Masalah lain yang menjadi kendala pengembangan wisata Permandian Alam Baruttung adalah masalah transportasi yang menghubungkan tempat tinggal wisatawan dengan obyek wisata ini. Sarana transportasi yang tersedia sangat minim, sehingga merasa kesulitan untuk datang. Selanjutnya masalah akomodasi, wisata

(19)

54 Permandian Alam Baruttung ini tidak memiliki tempat penginapan. Obyek wisata tersebut sebenarnya akan mendorong kegiatan ekonomi di sekitar daerah obyek wisata tersebut. Dari sini muncul pertayaan bagaimana dapat mendorong kegiatan ekonomi jika pengelolaan dan pengembangan potensi obyek wisata Permandian Alam Baruttung di Tondong Tallasa tidak bejalan dengan baik. Namun bila kehadiran obyek wisata Permandian Alam Baruttung ini memberikan pengaruh positif, sustainabilitas usaha umumnya akan dapat dipertahankan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Potensi Objek Permandian Alam Baruttung di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ?

2. Berapa nilai Potensi Objek Permandian Alam Baruttung di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ?

3. Bagaimana Kelayakan Potensi Daya Tarik Objek Wisata Permandian Alam Baruttung ?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui potensi objek Permandian Alam Baruttung di desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep

(20)

55 2. Untuk mengetahui berapa nilai kelayakan potensi wisata Permandian Alam Baruttung di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi tentang potensi objek wisata Permandian Alam Baruttung yang ada di Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulaan.

2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam hal ini pihak pengelolah dan Dinas Pariwisata Kabupaten Pangkep untuk membantu pengembangan selanjutnya

3. Memperluas pengetahuan tentang eksistensi obyek wisata yang ada di Kabupaten Pangkep.

(21)

56 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan mengembangkan kesasaran yang dikehendaki (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan daya tarik obyek wisata melalui peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan keanekaragaman obyek wisata serta akomodasi lainnya.

Dalam upaya pengembangan suatu obyek wisata strategi-strategi dalam pelaksanaannya diperlukan untuk membuat suatu obyek wisata menarik dan memilikidaya jual yang tinggi. Adapun bentuk-bentuk strategi yang dilakukan adalah strategi promosi keseluruhan paket wisata baik obyek wisata alam maupun obyek wisata buatan melalui program pengembangan seperti:

1. Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang disebarkan di hotel atau tempat umum (mall atau pusat perbelanjaan)

2. Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mempromosikan obyek wisata ke pasar wisata internasional.

3. Promosi melalui media internet yang dapat dilakukan oleh pihak Sub Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pihak sponsor yang memiliki jaringan bisnis di bidang pariwisata.

(22)

57 4. Suatu obyek wisata agar menjadi daerah tujuan wisata maka obyek wisata tersebut harus siap menerima kedatangan wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik setiap kunjungan wisatawan.

Spillane (1990) menyatakan bahwa untuk menciptakan pemasukan yang banyak dari wisatawan maka dilakukan langkah-langkahdiantara lain:

1. Meningkatkan pelayanan terpadu terpadu di pintu gerbang masuk wisatawan sehingga mempermudah masuk wisatawan maupun keluar.

2. Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun penunjang

Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai industri. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Tersedianya obyek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional, dan upacara keagamaan.

2. Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga memungkinkan para wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut. 3. Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan

pelayanan kepada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.

(23)

58 Weber dan Damanik (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata, pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki tanggung jawab dalam hal berikut:

1. Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata 2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya

3. Penyediaan infrastruktur pariwisata

4. Kebijakan fasilitas fiscal, pajak, kredit, dan ijin usaha 5. Keamanan dan kenyamanan berwisata

6. Jaminan kesehatan

7. Penguatan kelembagaan pariwisata 8. Pendampingan dan promosi pariwisata 9. Regulasi persaingan usaha

10. Pengembangan sumberdaya manusia

Masyarakat lokal sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu dilibatkan dalam proses pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih terjamin. Berbagai peran dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran yang dimaksud adalah:

1. Menjadi pemandu wisata

2. Menjadi pelaku usaha pariwisata 3. Mengaktualisasikan budaya masa lalu 4. Mengembangkan lembaga pariwisata

(24)

59 Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat dalam pengembangan adalah melalui perilakunya tentang kesadaran setiap warga masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan berpartisipasi di bidang pariwisata yang dikenal dengan istilah ‘sadar wisata.’

2.2. Potensi Wisata

Potensi wisata adalah suatu kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan,seperti alam, manusias, serta hasil karya manusia itu sendiri ( Amdani 2008 ).

2.3. Ekowisata

Ekowisata adalah suatu perpaduan berbagai minat yang tumbuh dari rasa keprihatinan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Ada beberapa padanan yang sering digunakan antara lain: natural-based tourism, green travel, responsible travel, low impact tourism, village based tourism, sustainable tourism, cultural tourism, heritage tourism, rural tourism. Masyarakat Ekoturisme Internasional (IES) memberikan definisi ekowisata (ecotourims) adalah suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal. Empat gambaran perjalanan yang umumnya berlabelkan ekowisata, yaitu:

1. Wisata berbasis alamiah (nature-based tourism),

2. kawasan konservasi sebagai pendukung obyek wisata (concervation supporting tourism),

(25)

60 4. Wisata yang berkelanjutan (sustainallyrun tourism) (Weaver 2001)

Ekowisata dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang bertanggung jawab, pariwisata berbasis komunitas, dan eko-wisata. Alasan umum penggunaan konsep ini adalah karena dapat menggambarkan pariwisata yang termasuk:

1. Bukan pariwisata berskala besar/massal 2. Mengikuti prinsip-prinsip keberlanjutan 3. Mempererat hubungan antar bangsa.

Menurut Sembiring, et.al, (2004) bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip ekowisata: 1. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural

destinations). Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi.

2. Meminimalkan dampak negatif (minimized impact). Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekoturisme berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan atau infrastruktur lainnya. Meminimalkan dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan material sumberdaya setempat yang dapat didaur ulang, sumber energi yang terbaharui, pembuangan dan pengolahan limbah dan sampah yang aman, dan menggunakan arsitektur yang sesuai dengan lingkungan (lanskap) dan

(26)

61 budaya setempat, serta memberikan batas/jumlah wisatawan sesuai daya dukung obyek dan pengaturan perilakunya.

3. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmenta lawareness). Unsur penting dalam ekoturisme adalah pendidikan, baik kepada wisatawan maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang terintegrasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat diminimalkan.

4. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct finansial benefits for conservation). Ekoturisme dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan, penelitian dan pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya. 5. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada

masyarakat lokal (provides financial benefits and enpowerment for local people). Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ekoturisme di suatu kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dalam pendidikan, wirausaha, permodalan dan manajemen.

(27)

62 6. Menghormati budaya setempat (Respect local culture). Ekoturisme disamping lebih ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif, intrusif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu inti bagi pengembangan kawasan ekoturisme.

7. Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (Support human right and democratic movements). Ekowisata harus mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal yang secara umum memiliki posisi tawar yang lebih rendah, menempatkan masyarakat sebagai elemen pelaku dalam pengembangan suatu kawasan, sehingga terlibat langsung dalam pengambilan keputusan serta menentukan hak-hak kepemilikan.

Pengambilan keputusan secara komprehensif, adaptif dan demokratis, melalui pendekatan co-management (integrated bottom up and top down approach). Dalam perkembangannnya beberapa kriteria standar tentang bagaimana seharusnya eko-tourisme yang telah diterima secara umum, yaitu:

1. Melestarikan lingkungan. Jika ekowisata bukan merupakan satu instrumen konservasi, maka akan mendegradasi sumberdaya.

2. Secara ekonomis menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, maka tidak akan ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada insentif bagi pemanfaatan sumberdaya alternatif

3. Memberi manfaat bagi masyarakat. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata pesisir di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu:

(28)

63 a. Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan

sejarah dan budaya. b. Melibatkan masyarakat.

c. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

d. Tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional.

e. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata (bahari) menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan kelautan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi menggunakan dan merupakan milik masyarakat lokal (Fandeli, 2000). Menurut Weaver (2001), ekowisata telah dipadupadankan dengan beberapa jenis wisata sejak tahun 1980-an, yaitu sebagai berikut.

a. Nature-based tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada lingkungan

alami. Ekowisata telah menjadi bagian penting dari nature-based tourism. Jadi, dapat dikatakan bahwa salah satu contoh kegiatan nature-based tourism adalah ekowisata.

b. Cultural tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada budaya dan sejarah suatu kawasan. Di dalam cultural tourism, ekowisata menjadi. Namun, antara kedua jenis wisata ini dapat terjadi kasus overlap sehingga tidak mudah untuk menentukan wisata mana yang menjadi tujuan utama.

(29)

64

c. Adventure tourism merupakan wisata yang menitikberatkan pada kegiatan yang

beresiko, menantang fisik sehingga wisatawan harus memiliki kemampuan tertentu. Beberapa ekowisata dapat menjadi bagian dari adventure tourism, tetapi banyak jenis adventure tourism tidak dapat menjadi bagian dari ekowisata. Hal ini karena pendekatan adventure tourism tidak selalu kepada nature-based (dasar dari ekowisata).

d. Alternative and mass tourism merupakan suatu model wisata berskala kecil yang dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai dengan wisata massal. Model ini memberikan peluang terhadap perkembangan ekowisata di antara wisata massal. Dari keempat wisata ini, bentuk alternative dan mass tourism merupakan bentuk yang paling cocok untuk dipadu padanan dengan ekowisata.

Bentuk ini memberikan hasil yang keberlanjutan (suistainable). Suistanable tourism merupakan wisata yang memiliki prinsip pengembangan yang berkelanjutan dan untuk menggabungkan kriteria dari lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi (Weaver, 2001).

Menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi, Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan WWF-Indonesia (2009) ekowisata memiliki lima prinsip sebagai berikut:

(30)

65 Nature-based adalah produk dan pasar yang berdasar dari alam. Wisata alam merupakan bagian atau keseluruhan alam itu sendiri. Konsevasi sumber daya alam merupakan hal mendasar dalam pengembangan dan pengelolaan wisata alam. b. Ecologically sustainable

Kestabilan ekologi merupakan perencanaan dan manajemen kawasan berkelanjutan secara ekologi. Semua fungsi lingkungan baik biologi, fisik, maupun sosial tetap berjalan dengan baik.

c. Environmentally educative

Pendidikan lingkungan ditujukan bagi pengelola dan pengunjung. Pendidikan adalah inti dari ekowisata yang membedakan dengan wisata alam lainnya. Pendidikan menciptakan suasana yang menyenangkan, bermakna, berkepedulian, dan apresiatif terhadap lingkungan. Kelestarian lingkungan dalam jangka panjang dapat berjalan dengan kegiatan pendidikan.

d. Bermanfaat untuk masyarakat lokal

Manfaat ini dapat secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa, antara lain, masyarakat terlibat dalam kegiatan wisatawan, pelayanan terhadap wisatawan, dan penjualan barang-barang kebutuhan wisatawan. Manfaat tidak langsung berupa bertambahnya wawasan dari wisatawan atau pengelola. e. Kepuasan bagi wisatawan

Kepuasan merupakan pemenuhan harapan wisatawan terhadap segala sesuatu yang ditawarkan.

(31)

66 2.4. Analisis Kelayakan

Analisis Kelayakan atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit

Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari fungsi-fungsi bisnis. Pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam studi kelayakan terbagi menjadi dua bagian yaitu aspek primer dan aspek sekunder. Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan studi kelayakan. Aspek primer ini ada dalam semua sektor usaha yang terdiri dari : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum, serta aspek ekonomi dan keuangan. Aspek sekunder adalah aspek pelengkap yang disusun berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi, yaitu aspek analisis mengenai dampak lingkungan dan aspek sosial

Sebelum kegiatan pengembangan ekowisata dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan suatu study kelayakan untuk memastikan apakah pengembangan ekowisata layak dilakukan di lokasi tersebut.

(32)

67 2.5. Analisis Kelayakan Potensi Ekowisata

Menurut Arafah dan Alamsyah (2012). Analisis kelayakan ekowisata dibagi kedalam tujuh aspek yaitu :

1. Daya Tarik

Daya tarik merupakan suatu faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke suatu tempat yang menarik. Unsur-unsur yang menjadi daya tarik diantara keindahan alam, keunikan kawasan, banyaknya sumber daya yang menonjol, keutuhan sumber daya alam, kepekaan sumber daya alam, pilihan kegiatan rekreasi, kelangkaan flora dan fauna, serta kerawanan kawasan.

2. Aksessibilitas

Aksesibilitas suatu indikasi yang menyatakan mudah tidaknya suatu objek untuk dijangkau. Aksesibilitas merupakan factor yang tidak dapat dipisahkan dalam mendorong potensi pasar. Unsur-unsur yang dinilai dalam aksesibilitas yaitu jarak pintu kawasan dengan bandara, terminal dan pelabuhan, ketersediaan angkutan umum, kenyamanan perjalanan dan kondisi dan jarak jalan darat.

3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi lingkungan adalah keadaan lingkungan alam maupun masyarakat dalam radius 1 km dari batas luar objek wisata. Unsur-unsur kondisi lingkungan yang menjadi penilaian adalah status pemilikan tanah, tingkat pengangguran, mata

(33)

68 pencarian, pendidikan, media yang masuk, tingkat kesuburan tanah, sumber daya alam mineral dan sikap masyarakat.

4. Akomodasi

Dalam kegiatan wisata memerlukan peranan fasilitas akomodasi, dalam hal ini adalah adanya sarana yang cukup untuk penginapan/perhotelan khususnya bagi pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh. Unsur yang digunakan dalam menilai perhotelan/penginapan didasarkan pada jumlah kamar hotel/penginapan yang berada radius 15 km dari objek wisata.

5. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan kepariwisataan dan berada pada radius 20 km dari batas luar objek. Peranan dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang kemudahan dan kepuasan pengunjung. Unsur-unsur yang termasuk dalam prasarana penunjang dalam penelitian ini diantaranya kantor pos, warnet, jaringan telepon seluler, puskesmas/klinik, wartel. Sedangkan sarana penunjangnya adalah rumah makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, tempat peribadatan dan toilet umum. 6. Keamanan

Keamanan dalam lokasi wisata merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam berwisata, karena hal ini menyangkut persoalan kenyamanan dan kepuasan dalam menikmati suasana alami selama perjalanan menuju kawasan

(34)

69 wisata. Adapun hal yang menjadi unsur penilaian keamanan diantaranya kenyamanan perjalanan dan kondisi jembatan menuju objek wisata.

7. Hubungan dengan Objek Wisata Lain

Hubungan dengan objek wisata lain harus diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi perkembangan wisata ke depan. Unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek wisata lain yaitu jarak objek-objek wisata lain baik sejenis maupun tidak sejenis di Kabupaten/Kota yang berdekatan dengan objek.

Menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003. Fungsi kriteria dan indikator adalah sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan semua nilai unsur kriteria. Tujuan membuat kriteria ini adalah untuk menentukan skala prioritas pengembangan ODTWA dan mengintensifikasikan pemanfaatan dan pembinaan suatu ODTWA. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria dasar yang dipakai dalam penilaian kelayakan taman wisata alam adalah sebagai berikut :

a. Daya Tarik

Daya tarik wisata alam adalah potensi objek wisata yang menjadi objek kunjungan wisata alam antara lain Keunikan sumber daya alam, banyaknya sumberdaya alam yang menonjol, kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan,

(35)

70 kebersihan lokasi objek wisata, tidak ada pengaruh dari, keamanan kawasan, kenyamanan. Kriteria daya tarik diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung.

b. Kadar hubungan/ aksessibilitas

Kadar hubungan/ aksesibilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong potensi pasar seperti kondisi dan jarak jalan darat dari ibukota propinsi, Jarak dari Pintu gerbang udara internasional/domestik, Waktu tempuh dari ibukota propinsi, bobot nilainya 5.

c. Akmodasi

Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata yaitu jumlah penginapan dan jumlah kamar bobot nilainya 3. Jarak tempat akomodasi 5 -15 km dari objek wisata.

d. Sarana dan Prasarana Penunjang

Sarana dan prasarana penunjang adalah sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan kepariwisataan dan berada pada radius 20 km dari batas luar objek. Peranan dari sarana dan prasarana penunjang adalah untuk menunjang kemudahan dan kepuasan pengunjung. Unsur-unsur yang termasuk dalam prasarana penunjang dalam penelitian ini diantaranya kantor pos, warnet, jaringan telepon seluler, puskesmas/klinik, wartel. Sedangkan sarana penunjangnya adalah rumah makan/minum, pusat perbelanjaan/pasar, bank, tempat peribadatan dan toilet umum.

(36)

71 2.6. Kerangka Pikir Penelitian

a. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Kawasaan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk di pertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Sedangkan pengertian KPH menurut Kementrian Kehutanan adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat di kelola.

b. Permandian Alam baruttung adalah Tempat wisata yang berada dalam Kawasan hutan yang masih terjaga panoramanya dan masih alami tanpa campur tangan manusia.

c. Potensi Ekowisata adalah Kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat di kembangkan karena mempunyai daya tarik untuk dikunjungi dari sebuah obyek wisatas alam ( Yose Rizal SM, 1994: 308 ).

d. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan,dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisata

e. Pendukung Wisata sangat penting dalam pengembangan wisata yaitu dari Aksessibilitas dimaksud agar Wisatawan Interlokal dan lokal dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ketempat Wisata Permandian Alam Baruttung, dan dalam bidang Akomodasi juga salah satu factor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya dari pengunjung yang cukup

(37)

72 jauh,dengan adanya penginapan pengunjung yang dari jauh dapat untuk singgah beristirahat ataupun menginap jika pengunjung masih ada keinginan melakukan kunjungan kembali pada esok harinya, dan dalam Sarana dan Prasarana yang menunjang kelancaran mengembangkan Wisata karna dalam bidang Prasarana meliputi adanya jaringan telpon, puskesmas, jaringan listrik, jaringan airminum yang memudah kan Wisatawan Interlokal dan local saling berkemunikasi dengan teman yang masih diluar lokasi wisarta,dan di bidang Sarana yang dimana penunjang bagi tempat Wisata untuk sering dikunjungi wisatawan interlokal maupun lokal karna adanya rumah makan , pasar, toko dan angkutan umum di area lokasi wisata, supaya wisatawan interlokal maupun lokal tidak repot lagi jika lupa membawa bekal ketempat wisata. f. Analisis kelayakan Pengembangan ADO – ODTWA Dirjen PHKA 2003

adalah metode yang dipakai untuk Pengembangan suatu wisata yang sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing – masing kriteria. Aspek – aspek yang dinilai mulai dari Daya tarik, Aksessibilitas, Akomodasi dan Sarana dan Prasarana. .

g. Pengembangan yaitu sustu usaha menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan dalam suatu wisata yang sebelumnya belum layak berkembang menjadi suatu wisata yang sudah layak..

(38)

73 Gambar 1. Kerangka Piklir Penelitian

Permandian Alam Baruttung

Potensi Wisata

Daya Tarik Wisata

Pendukung Wisata Aksessibilitas Akomodasi

Sarana dan prasarana wisata

Analisis kelayakan Pengembangan ADO - ODTWA

Dirjen PHKA 2003

Pengembangan Kawasan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung

(39)

74 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2019, dan Lokasai penelitian Objek Wisata Permandian Alam Baruttung bertempat

di Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Secara administratif, Wisata terletak di Dusun Parang Lombasa Desa Bantimurung Kecamatan Tondong Tallasa. 3.2Alat dan Bahan

Alat yang digunkan pada penelitian ini adalah kamera, alat tulis menulis dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner sebagai alat bantu wawancara.

3.3 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah obyek wisata Di Desa Tondongkura Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari para pengunjung, pemerintah/instansi terkait, masyarakat sekitar obyek wisata dan kawasan fisik lokasi wisata.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya baik secara wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok, maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian, atau hasil

(40)

75 pengujian. Dalam hal ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuisioner atau dengan cara mengamati/observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung; misalnya melalui buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum seperti keadaan geografis wilayah penelitian

3.5. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: .

a. Wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar kosioner.

b. Observasi, yaitu pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap fenomena – fenomena yang tampak pada objek penelitian dilapangan.

c. Dokumentasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan pengambilan gambar di lapangan melalui pemotretan dan fotocopy data sekunder dari instansi terkait. d. Selain itu, juga dipergunakan tehnik Focus Group Discussion (FGD) dengan

melibatkan beberapa Tokoh masyarakat. Untuk mencari hal – hal yang berkaitan dengan kegiatan di areal Kawasan Hutan Wisata KPH Bulusaraung.

3.6. Variabel Penelitian Penilaian Potensi Wisata dan Dayatarik

Variabel yang dianalisis pada penelitian ini yaitu mengacu pada Pedoman Analisi Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam ADO-ODTWA Dirjen

(41)

76 PHKA 2003. Adapun komponen yang akan di catat dan dinilai adalah daya tarik, aksesibilitas, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang. Adapun penjabaran mengenai variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel Penelitian pada objek wisata Permandian Alam Baruttung

Variabel Sub

Variabel Indikator Sub indikator Bobot

Pengembangan Potensi ekowisata Permandian Alam Baruttung Faktor kelayakan ekowisata

Daya tarik  Keunikan SDA

 Banyaknya SDA yang menonjol

 Kegiatan wisata alam yang dapat dinikmati  Kebersihan lokasi objek wisata  Keamanan kawasan  Kenyamanan 6

Aksessibilitas  Kondisi jalan

 Jarak dari kota

 Tipe jalan  Waktu tempuh 5 Akomodasi  Jumlah akomodasi  Jumlah kamar 3 Sarana dan prasarana penunjang  Prasarana penunjang  Sarana penunjang 3

Sumber: Dirjen PHKA tahun 2003.

Kriteria kelayakan dayatarik objek permandian alam dapat dinilai dari beberapa aspek :

(42)

77 Layak : 840 - 1080 Belum Layak : 600 - 840 Tidak Layak : < 600 2. Aksessibilitas Layak : > 500 Belum Layak : 400 -500 Tidak Layak : < 400 3. Akomodasi Layak : 140 -180 Belum Layak : 100 - 140 Tidak Layak : < 100 4. Sarana dan Prasarana Layak : > 220 Belum Layak : 140 -220 Tidak Layak : < 140

3.7. Analisis Data Objek Wisata Permandian Alam

Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu:

1. Analisis kualitatif deskriptif yaitu metode analisis yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan pada potensi objek ekowisata dalam kawasan melalui hasil yang diperoleh dalam penelitian. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000): Analisis kuantitatif adalah data yang menggunakan alat bantu statistik sehingga memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh.

(43)

78 Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang dibagikan kepada responden

2. Metode Penilaian Kelayakan Ekowisata dengan kriteria Penilaian menurut Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADOODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria.

Perhitungan untuk masing-masing kriteria tersebut menggunakan tabulasi dimana angka-angka diperoleh dari hasil penilaian responden dan peneliti yang nilai bobotnya berpedoman pada pedoman penilaian ODTWA PHKA tahun 2003. Pemberian bobot pada setiap kriteria menurut pedoman ADO-ODTWA Dirjen PHKA 2003 adalah berbeda-beda. Kriteria daya tarik diberi 6 karena merupakan faktor utama seseorang melakukan kegiatan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Akomodasi dan sarana/prasarana diberi bobot 3 karena merupakan faktor penunjang dalam kegiatan wisata. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan rumus:

S = N x B Ket.

S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai (Ginting, dkk, 2015).

(44)

79 Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria. Skor yang diperoleh dari setiap variabel akan di tentukan tingkat kelayakanya menggunakan rumus interval yaitu:

Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut:

- Tingkat Kelayakan > 66,6 % : Layak dikembangkan dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksessibilitas yang memadai.

- Tingkat kelayakan 33,3 % - 66,6 % : Belum layak dikembangkan,dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang sedang berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksessibilitas yang cukup memadai.

- Tingkat kelayakan < 33,3 % : Tidak layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi sarana dan prasarana yang rendah berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta akssesibilitas yang kurang memadai.

(45)

80 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Tondong Tallasa

Kecamatan Tondong Tallasa terletak pada bagian selatan garis katulistiwa serta terletak pada 4º50’ – 5º45’ Lintang Selatan dan 119º44’ – 119º43’ Bujur Timur .

Kecamatan Tondong Tallasa adalah salah satu dari 13 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, terletak di wilayah laut Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang merupakan kecamatan kepulauan dengan luas wilayah kecamatan Tondong Tallasa sekitar 111.20 km2.

4.1.1. Batas dan Luas Wilayah

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Barru dan Kabupaten Bone Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Balocci

Sebelah Timurn: Berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bungoro

Adapun luas wilayah Kecamatan Tondong Tallasa 111.20 Km2. Wilayah Kecamatan Tondong Tallasa merupakan wilayah yang terdiri dari 6 desa/kelurahan.

4.1.2. Keadaan Iklim

Keadaan musim di Kecamatan Tondong Tallasa sama seperti daerah lainya di Kota Pangkep memiliki kondisi tipe iklim C1 dengan bulan kering < 2 bulan, iklim tipe C2 dengan bulan kering 2-3 bulan, dan iklim dengan bulan kering 3 bulan. Keduanya memiliki bulan basah antara 5-6 bulan secara

(46)

81 berturut-turut dalam satu tahun dengan curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun. Tipe ini merupakan tipe iklim agak basah (BPS Kota Pangkep, 2016).

4.1.3. Tanah

Jenis tanah di Desa Bantimurung diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu (a) Asosiasi latosol coklat dengan latosol coklat kemerahan; (b) lempung liat berpasir Entisol.

(47)

82 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Responden

Identifkasi responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur responden. Penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur responden.

5.1.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin identifikasi responden dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Karakteristik Responden yang Mengunjungi Wisata Permandian Alam

Baruttung Berdasarkan jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

Responden Persentase (%) 1. 2. Laki-laki Perempuan 64 36 64 36 Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2019

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 100 responden yang mengunjungi Wisata Permandian Alam Baruttung dalam penelitian ini sebanyak 64 orang responden yang ber jenis kelamin laki-laki dengan persentase 64 % dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 responden dengan persentase 36 % yang berkunjung ke Wisata Permandian Alam Baruttung.

5.1.2. Identifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden yang mengunjungi Wisata Permandian Alam Baruttung dalam penelitian ini berdasarkan pendidikan terakhir dapat di lihat pada Tabel 3

(48)

83 Tabel 3. Karakteristik Responden Yang Mengunjungi Wisata Permandian Alam

Baruttung Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

No Tingkat Pendidikan Jumlah responden Persentase (%) 1 2 3 4 5 SD SMP SMA Mahasiswa Sarjana (S1) 1 10 62 19 8 1 10 62 19 8 Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2019

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 100 responden, tingkat pendidikan yang paling banyak berada pada klasifikasi tingkat pendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu 62 responden dengan prsentase 62 % dan Mahasiswa yaitu sebanyak 19 orang dengan jumlah persentase 19 %, serta S1 (Strata 1) dan dengan jumlah responden 8 orang dengan persentase 8 % dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) yaitu 10 dengan Persentase 10%, klasifikasi tingkat pendidikan terakhir yang paling sedikit adalah SD (Sekolah Dasar) dengan jumlah 1 responden dengan persentase 1% .

5.1.3. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur

Umur responden merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan aktifitas serta kematangan dalam perbuatan (tindakan). Berikut ini dapat dilihat sebaran umur responden yang melakukan kunjungan ke Wisata Permandian Alam Baruttung.

(49)

84 Tabel 4. Karakteristik Responden Yang Mengujungi Wisata Permandian Alam

Baruttung Berdasarkan Umur

No Klasifikasi Umur Jumlah responden Persentase (%) 1 2 3 4 5 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 58 37 2 2 1 58 37 2 2 1 Jumlah 100 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2019

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 39 responden, klasifikasi umur terbanyak mengunjungi Wisata Permandian Alam Baruttung pada klasifikasi umur 10 – 19 tahun sebanyak 58 orang dengan jumlah persentase sebesar 58 %, ini menunjukkan pada umur tersebut lebih banyak yang ingin melakukan ekowisata pada hutan mangrove. Umur 20-29 tahun sebayak 37 orang reponden dengan persentase 37 %, yang paling sedikit mengunjungi Wisata Permandian Alam Baruttung pada tingkatan umur 30-39 tahun dengan jumlah responden 2 dengan persentase 2%, dan 40-49 sebanyak 2 responden dengan persentase 2%, 50-59 sebanyak 1 dengan persentase 1%.

5.2. Potensi Objek Wisata Permandian Alam

Potensi Objek Wisata merupakan syarat penting yang dimiliki suatu kawasan wisata, karena potensi yang terdapat dalam kawasan wisata dapat berbeda di setiap tempat, semakin unik dan indah potensi yang terdapat disuatu kawasan wisata maka wisatawan akan semakin tertarik untuk menjadikan tempat tersebut sebagai suatu

(50)

85 destinasi wisata. Dari hasil penelitian ini potensi yang terdapat dalam kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung yaitu potensi flora dan fauna, kemudian potensi panorama alam serta yang sangat menarik adalah potensi permandian alamnya.

5.2.1. Potensi Panorama Alam

Panorama alam dalam Wisata Permandian Alam Baruttung sangat indah. Jika memasuki kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung, maka wisatawan akan disambut dengan bunyi gemercik air dari sungai, kemudian suara kicauan burung juga terdengar sangat indah. Hembusan angin yang sejuk akan membuat suasana semakin santai, dalam kawasan juga dapat dijumpai berbagai jenis flora dan fauna yang beragam.

Gambar 2. Potensi panorama alam dalam kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung 2019.

(51)

86 5.2.2. Potensi Permandian Alam

Permandian alam baruttung merupakan objek utama yang ingin dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung. Keindahan air yang mengalir diatas batu lapisan yang menjadikan kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung banyak dijadikan pilihan destinasi wisata bagi para wisatawan lokal maupun wisatawan interlokal.

(52)

87 Gambar 3. Permandian alam kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung 2019

5.2.3. Potensi Flora dan Fauna

Hasil pengamatan langsung di tempat Wisata Permandian Alam Baruttung ada beberapa jenis Flora dan Fauna yang bisa membuat wistawan lokal maupun interlokal tidak bosan untuk selalu mengunjungi Wisata Permandian Alam Baruttung . Jenis Flora yang terdapat di Wisata Permandian Alam Baruttung yaitu kayu Jati Putih (Tectona grandis), Jambu Mente (Anacardium occidentale), jenis Bambu (Bambuseae), Enau (Arenga pinnata) dan Pohon Ara (Ficus carica), Pohon Rengas ( Amaurornis phonicurus), Pohon Mangga ( Mangifera indica ), Beringin Pencekik ( Ficus Annulata ), sedangkan jenis Fauna yang terdapat pada area kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung ada beberapa yang dapat dijumpai yaitu Ayam Hutan Merah ( Gallus gallus ), Kadal ( Lacerta agilis ), dan Monyet Hitam ( Macaca Maura ).

(53)

88 Gambar 4. Flora dan Fauna Wisata Permandian Alam Baruttung

5.3. Penilaiaan Pengembangan Potensi Objek Wisata Pemandian Alam Baruttung di Kecamata4n Tondong Tallasa.

5.3.1. Daya Tarik Objek Wisata Permandian Alam Baruttung

Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya

(54)

89 tarik tersebut. Peninjauan komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan sumberdaya yang tersedia di Wisata Permandian Alam Baruttung.

Gambar 5. Batuan Alam dan aliran Sungai

Obyek wisata Permandian Alam ini merupakan lokasi obyek wisata yang cukup nyaman dengan adanya tempat pemotretan atau batuan lapis yang tertua, udara yang bersih dan segar, jauh dari kebisingan jalan ramai, tidak ada lalu lintas yang mengganggu kenyamanan lokasi obyek wisata. Sehingga membuat wisatawan yang pertama kali mengunjunginya akan tertarik untuk kembali lagi datang berkunjung melakukan kegiatan wisata.

5.3.2. Aksessibilatas

Aksessibilitas merupakan kemampuan untiuk mencapai suatu tujuan tertentu, dapat lebih mudah atau lebih sulit menjangkaunya ( James J. Spillane,

(55)

90 1997: 38 ). Aksesibilitas merupakan faktor yang mempermudah pengunjung untuk bepergian dari tempat tinggal pengujung ke lokasi obyek wisata yang akan dikunjunginya. Faktor tersebut sangat penting guna mendorong peningkatan potensi obyek wisata yang akan dikunjungi wisatawan. Berikut adalah gambar aksesibilitas objek wisata Pemandian Alam Baruttung.

Gambar 6. Kondisi jalan menuju objek wisata Permandian Alam Baruttung.

5.3.3. Akomodasi

Akomodasi merupakan salah satu faktor yang membuat pengunjung tertarik untuk melakukan suatu kunjungan wisata. Ketersediaan akomodasi dalam lokasi wisata sangat membantu pengunjung ketika pengunjung ingin menginap di lokasi yang dikunjungi. Namun di Wisata Permandian Alam Baruttung belum terdapat penginapan karna jarak yang agak jauh dari kota dan

(56)

91 wisata masih dalam pengembangan oleh Instansi Pariwisata, KPH Bulusaraung dan Masyarakat sekitar Kawasan Wisata Permandian Alam Baruttung.

5.3.4. Sarana dan Prasarana

Peranan sarana dan prasarana penunjang adalah untuk memudahkan pengunjung dalam menikmati potensi dan daya tarik wisata alam. Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di sekitar kawasan wisata juga berpengaruh terhadap pengembangan suatu obyek wisata. Berikut adalah gambar salah satu dari sarana dan prasarana yang terdapat pada objek wisata Pemandian Alam Baruttung.

(57)

92 .

Gambar 7. Mesjid dekat obyek wisata Pemandian Alam Baruttung 5.4. Penilaian Objek Dan Daya Tarik Wisata

Komponen yang dinilai dari Wisata Permandian Alam Baruttung yaitu daya tarik , aksesibilitas untuk bisa mencapai lokasi kawasan, akomodasi yang ada di sekitar lokasi wisata dan juga sarana dan prasarana penunjang yang mendukung perkembangan lokasi wisata.

5.4.1. Daya Tarik

Daya tarik suatu kawasan merupakan hal utama yang menjadikan kawasan tersebut menarik minat wisatawan untuk berkunjung dan melakukan kegiatan wisata. Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang

(58)

93 mempunyai daya tarik tersebut. Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan sumberdaya yang tersedia. Unsur -unsur yang dinilai pada kriteria daya tarik ini yaitu keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, kebersihan obyek, keamanan, dan kenyamanan. Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada Wisata Permandian Alam Baruttung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Penilaian Terhadap Komponen Daya Tarik Wisata Permandian Alam Baruttumg.

No Unsur / Sub Unsur Bobot Nilai Skor Total 1 2 3 4 5 6 Keunikan SDA

Banyaknya SDA yang menonjol Kegiatan Wisata yang dapat dilakukan

Kebersihan Objek Lokasi Wisata Keamanan Kawasan Kenyamanan 6 6 6 6 6 6 18.7 21 24 22 29,95 25 112.2 126 144 132 179.7 150 Skor total 140.2 843.9

Skor total: Hasil kali antara bobot dengan nilai Sumber: Data Primer Setelah diolah 2019

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa skor total yang diperoleh adalah 843.9, skor ini diperoleh dari hasil kali sub unsur lalu dijumlahkan total keseluruhannya, dimana pada kriteria keunikan sumber daya alam memperoleh nilai 18.7 karena dalam kawasan terdapat tiga unsur yang masuk dalam penialian yaitu seperti berbagai jenis flora serta fauna, sungai dan kebudayaan masyarakat. Kriteria banyaknya sumber daya alam yang menonjol diperoleh

(59)

94 nilai 21 karena dalam Wisata Permandian Alam Baruttung terdapat tiga unsur yang masuk dalam penilaian yaitu flora, fauna dan batuan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ada tiga yaitu menikmati keindahan alam, flora, fauna dan penelitian dan pendidikan dengan nilai 24. Kebersihan lokasi objek wisata ada empat yaitu industri, jalan ramai, pemukiman penduduk, dan pencemaran lainnya dengan nilai 22. Keamanan kawasan ada lima unsur tidak ada arus berbahaya, tidak ada pencurian, tidak ada penyakit berbahaya seperti malaria, tidak ada kepercayaan yang menggangu dengan nilai 29.95. Kenyamanan kawasan terdapat lima unsur yaitu udara yang bersih dan sejuk, bebas dari bau yang menggangu, bebas dari kebisingan, tidak ada lalu lintas yang menggangu, dan tersedianya sarana dan prasarana dengan nilai 25.

5.4.2. Aksessibilitas

Aksessibilitas merupakan suatu hal yang menyatakan mudah tidaknya suatu obyek untuk dijangkau. Aksessibilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek dan jalan akses itu harus berhubungan dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata.

(60)

95 Perjalanan menuju Wisata Permandian Alam Baruttung dapat di tempuh ± 2 jam dari pusat kota Pangkep. Jarak dari pusat kota sampai ke Wisata Permandian Alam Baruttung ± 25 km, dengan tipe jalan aspal dengan lebar 3 m. Penilaian aksebilitas dapat menuju Wisata Permandian Alam Baruttung dlihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Penilaian Terhadap Aksessibilitas Menuju Wisata Permandian Alam Baruttung

No Unsur/Sub unsur Bobot Nilai Skor total* 1. 2. 3. 4. Kondisi jalan Jarak Tipe jalan

Waktu tempuh dari pusat kota

5 5 5 5 29 23 30 26.6 145 115 147.5 133 Skor total 108.1 540.5

Keterangan * Hasil kali antara bobot dengan nilai Sumber data primer setelah diolah 2019

Berdasarkan Tabel 6 skor total yang diperoleh dari penilaian aksebilitas adalah 540.5 nilai ini diperoleh dari penialaian setaip sub unsur dimana pada penilaian kondisi jalan menuju kawasan diperoleh 29, dengan tipe jalan aspal yang lebarnya ± 3 m sehingga diperoleh nilai 30 dan lokasinya yang lumayan jauh dengan pusat kota yaitu berjarak ± 25 km dari pusat kota sehingga nilai yang diperoleh 23, serta dari pusat kota menuju Wisata Permandian Alam Baruttung memerluakan waktu tempuh ± 2 jam sehingga nilai yang diperoleh 26.6. Dari penilaian diatas menunjukkan bahwa akses menuju Wisata Permandian Alam Baruttung sangat mudah. Pernyataan MacKinnon et al. Dalam Ginting et al (2015) yang menyatakan bahwa dua diantara beberapa

(61)

96 faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah letaknya yang dekat, cukup dekat atau jauh dengan bandar udara internasional atau pusat wisata utama atau pusat kota dan juga perjalanan ke kawasan tersebut apakah mudah dan nyaman, perlu sedikit usaha, sulit atau sangat sulit atau berbahaya. Ada dua kondisi yang kurang mendukung untuk aksibilitas ini adalah Jarak dan waktu menuju lokasi Wisata Permandian Alam Baruttung yang bisa di katakan sedikit memakan waktu karna jarak dari kota sedikit jauh.

5.4.3. Akomodasi

Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Unsur -unsur yang dinilai adalah jumlah penginapan dan jumlah kamar (radius 10 km dari obyek). Hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari masyarakat sekitar diketahui belum terdapat penginapan yang disediakan bagi pengunjung Wisata Permandian Alam Baruttung. Ketersediaan akomodasi dalam lokasi wisata sangat membantu pengunjung ketika pengunjung ingin menginap di lokasi yang dikunjunginya. Namun apabila tidak terdapat akomodasi dalam lokasi wisata, pengunjung dapat mencari akomodasi yang ada tidak jauh dari lokasi wisata. Pada lokasi objek Wisata Permandian Alam Baruttung belum menyediakan akomodasi tersebut, hal ini dikarenakan pengelolaannya masih dalam perencanaan Instansi KPH, Pariwisata dan masyarakat sekitar Wisata Permandian Alam Baruttung. Hal tersebut juga dapat menjadi bahan

(62)

97 pertimbangan bagi pemerintah setempat untuk menambahkan fasilitas akomodasi. Penilaian untuk akomodasi pada Wisata Permandian Alam Baruttung dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian Jumlah Penginapan dan Jumalah Kamar pada Sekitar Wiusata Permandian Alam Baruttung (Radius 10 km)

No Unsur/Sub unsur Bobot Nilai Skor total* 1. 2. Jumah penginapan Jumlah kamar 3 3 10 10 30 30 Skor total 20 60

Keterangan: * Hasil kali antara bobot dengan nilai Sumber: Data Primer Setelah diolah 2019

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa skor total yang diperoleh adalah 60, nilai ini didapatkan dari penilaian akomodasi radius 10 km dari Wisata Permandian Alam Baruttung . Karna dalam Radius 10 km tidak ada penginaman maka diberi nilai 10. Hasil penilaian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa akomodasi pada sekitar Wisata Permandian Alam Baruttung seharusnya ada tempat penginapan atau persinggahan, hal tersebut dikarenakan jauhnya Wisata Permandian Alam Baruttung dari pusat kota.

5.4.4. Sarana dan Prasana’

Sarana-prasarana penunjang merupakan sarana-prasarana yang dapat menunjang kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata. Prasarana dan sarana penunjang yang dinilai adalah prasarana dan sarana penunjang yang berada dalam radius 10 km dari obyek. Prasarana penunjang yang dinilai meliputi jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik dan jaringan

Gambar

Tabel 1.  Variabel Penelitian pada objek wisata Permandian Alam Baruttung  Variabel  Sub
Gambar 5. Batuan Alam dan aliran Sungai
Gambar 7. Mesjid dekat obyek wisata Pemandian Alam Baruttung  5.4.  Penilaian Objek Dan Daya Tarik Wisata
Tabel 7. Penilaian Jumlah Penginapan dan Jumalah Kamar pada Sekitar Wiusata  Permandian Alam Baruttung  (Radius 10 km)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pendahuluan diperoleh jenis ragi yang baik adalah merk NKL dengan perbandingan kulit singkong yaitu 1%:0,1%, kemudian dihasilkan dengan tekstur

Implikasi dari uji hipotesis tersebut adalah secara simultan jumlah uang bereedar (M1) dan kredit investasi (KI) secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian atas kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap kepuasan konsumen, dengan topik penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dan hipotesis dari penelitian ini, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang digunakan yaitu CEO Duality dan interlocking

Proses pembelajaran IPA yang berlangsung di SD 1 Prambatan Lor cenderung menempatkan guru sebagai sumber belajar utama, cara mengajar guru lebih banyak menggunakan

masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai hubungan sistem. teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja

Berdasarkan apa yang telah dijabarkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-XV/2017, maka dapat dianalisis bahwasannya permohonan yang dimohonkan oleh para

”Adapun metode yang dilakukan dalam SIAP PPDB online di SMAN 2 Tanjung Morawa yaitu mengharuskan siswa mendaftar online yang dilakukan di sekolah, mulai dari