• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan Kuliah Aljabar Linier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Catatan Kuliah Aljabar Linier"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Catatan Kuliah

Aljabar Linier

Suryadi Siregar

Sekolah Tinggi Manajemen

Informatika dan Komputer Bandung

______________________________________

BANDUNG 2018

(2)

FMIPA-ITB Page i

Kata Pengantar

Bagian pertama, buku ini membahas tentang, operasi vektor dan aplikasi perkalian vektor. Skenario proses Gramm-Schmidt bagian ini, diakhiri dengan soal latihan yang harus dikerjakan secara mandiri maupun berkelompok

Bagian kedua, membahas Kebergantungan Linier Vektor di Rn dan Matriks, pengertian bebas linier, kebergantungan linier Matrik, operasi matrik diakhiri dengan soal latihan

Bagian ketiga, memberikan ragam cara menyelesaikan Sistem Persamaan Linier & Matriks Untuk mengasah keterampilan mahasiswa disampaikan beberapa soal pekerjaan rumah

Bagian keempat, Aplikasi Aljabar Linier dengan studi kasus rangkaian listrik. Programa Linier,. Matrik Markovs dan banyak latihan soal

Mahasiswa yang mengambil matakuliah ini hendaknya tidak mengandalkan buku ini sebagai satu-satunya sumber. Berselancar di internet, membaca buku dan jurnal di Perpustakaan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan untuk mencapai sukses.

Akhir kata semoga buku ini memberikan manfaat bagi pengguna, saran dan komentar untuk kesempurnaan akan kami terima dengan senang hati

Acknowledgments Buku ini disusun dari banyak sumber yang telah menjadi public domain

Bandung, akhir Januari 2018 Penulis

(3)

FMIPA-ITB Page ii

Daftar Isi

Bab 1 Ruang Vektor 1

I. 1 Ruang Vektor Rn 1

I. 2 Panjang vector dan jarak dua titik 2

I. 3 Operasi pada vektor 3

I. 4 Cara menghitung penjumlahan vektor; 4

I. 5 Jarak antara dua titik 4

I. 6 Perkalian dengan Vektor 5

I. 7 Definisi 6

I. 8 Perkalian silang/vektor (cross product) 7

I. 9 Theorema 7

1.10 Menentukan Himpunan Ortonormal dengan Proses Gramm-Schmidt 8

I. 11 Hitung Volume Kotak 12

I. 12 Kebergantungan Linier Vektor Di Rn 13

I. 13 Ruang Bagian (sub-space) 15

I. 14 Soal Latihan 15

17

Bab 2 Kebergantungan Linier Vektor di Rn dan Matriks 17

II. 1 Kombinasi Linier 17

II. 2 Ruang Bagian (sub-space) 19

II. 3 M a t r i k s 20

II. 4 Operasi Matriks 24

II.5 Latihan 34

Bab 3. Sistem Persamaan Linier & Matriks 36

III. 1 Persamaan Linier 36

III. 2 Sistem persamaan linier 37

III. 3 Operasi baris elementer 38

III. 4 Sistem persamaan linier homogen 42

III. 6 Operasi Matriks 44

III. 7 Latihan 54

III. 8 Representasi Matriks dalam Sistem Persamaan Linier 57

III. 9 Latihan 62

III. 10 Minor, Kofaktor dan Determinan 63

III. 11 Notasi dan Sifat-Determinan 66

III. 12 Soal latihan: 67

III. 13 Eliminasi Gauss-Jordan 68

III. 14 Mencari Solusi Persamaan Linier dengan Matrik Inversi 69 III. 15 Mencari Solusi Persamaan Linier dengan Metode Cramer 70

(4)

FMIPA-ITB Page iii

IV. 2 Rangkaian listrik 74

IV. 3 Programa Linier (Linear Programming) dan Optimasi 75

IV. 4 Latihan 79

IV. 5 Matrik Stochastic, proses Markov 79

Bab V Nilai dan Vektor Eigen 82

V. 1 Menentukan nilai eigen 82

V. 2 Algoritma mencari nilai dan vector eigen 83

V. 3 Soal Latihan 86

(5)

Aljabar Linier 1

Bab 1 Ruang Vektor

______________________________________________________

I. 1 Ruang Vektor R

n

1. Ruang berdimensi satu R1 = R = kumpulan bilangan real Menyatakan suatu garis bilangan;

-3 -2 -1 0 1 2 2. Ruang berdimensi dua R2 = bidang datar ;

Setiap vektor di R2 dinyatakan sebagai pasangan terurut dua bilangan real dalam sumbu x dan sumbu y;

Gambar 1. 1 Vektor pada suatu bidang mempunyai komponen x dan y

(6)

Aljabar Linier 2 A= (a1,a2) vektor menyatakan sebuah titik

Dapat juga ditulis sebagai

1 2 1 2

A a i a j a a

    

    dimana i j, adalah vektor satuan sepanjang

sumbu x dan sumbu y vektor A

dikatakan merupakan kombinasi linier dari vektor a1

dan

2

a

Dalam hal ini i (1, 0)

 dan j (0,1)

 adalah vektor satuan, yaitu vektor yang panjangnya satu, masing2 sepanjang sumbu x, sumbu y dan saling tegak lurus

I. 2 Panjang vector dan jarak dua titik

Panjang vektor (norm) A

dapat dihitung dari dalil Phytagoras;

2 2 2 2 2

1 2 1 2

A a a A a a

     

    

Untuk vektor di R3 = dalam ruang. Prinsipnya sama; Bila ditulis sebagai ;

A= (a1,a2,a3) vektor menyatakan sebuah titik

Jika ditulis 1 2 3 1 2 3 A a i a j a k a a a              dikatakan vektor A  merupakan kombinasi linier dari vektor a1

 ,a2

dana3

 Dalam hal ini i (1, 0, 0)

  , j (0,1, 0)   dan k (0, 0,1)   adalah vektor

satuan yakni vektor yang panjangnya satu dan saling tegak lurus satu sama lain.

(7)

Aljabar Linier 3 Vektor dengan sifat seperti ini disebut vektor ortonormal

(panjang/norm satu dan saling tegak lurus) Panjang vektor (norm) A

dapat dihitung dari dalil Phytagoras;

2 2 2 2 2 2 2

1 2 3 1 2 3

A a a a A a a a

       

      

Gambar 1 Vektor dalam ruang mempunyai komponen x,y dan z

I. 3 Operasi pada vektor

Sifat vektor dapat dipindah asal norm dan arahnya tetap, jadi jika

ada dua vektor A

 dan B  dan C  =A  + B

Diagram berikut menyatakan penjumlahan kedua vektor ini C

 =A  + B  adalah sama;

(8)

Aljabar Linier 4 Gambar 1. 2 Penjumlahan vektor

I. 4 Cara menghitung penjumlahan vektor;

JikaA

dan B

dua vektor di Rn maka C

 =A  + B  juga merupakan vektor yang ada di Rn, artinya

Jika A

=(a1,a2,..,an) dan B

 =(b1,b2,..,bn) maka C  =A  + B  = (a1+b1,a2+ b2,..,an+ bn) Contoh Misalkan A  =(1,2,-2) dan B  = (3,4,-5) maka; 1) C  =A  + B  =(1+3, 2+4, -2-5) = (4,6,-7) ) C  =A  - B  =A  + (-B  )=(1,2,-2)+ (-3,-4,5)= (-2,-2,3) 3) C 3A 3 1 2 2 , ,  3 6 6, ,       

I. 5 Jarak antara dua titik

Jika A

=(a1,a2) dan B

=(b1,b2) maka jarak A ke B sama saja dengan

menghitung panjang (norm) vektor AB

(9)

Aljabar Linier 5 Gambar 1. 3 Jarak antara dua titik A dan B identik dengan panjang

vektor AB dalam hal ini AB B A

   

 

Dari gambar kita lihat; B

 =A  +AB  atau  1 2  1 2  1 1 2 2 AB B A b b, a a, b a b, a          

Jadi panjang vektor;

2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 ( ) ( ) ( ) ( ) AB b a b a a b a b BA           

I. 6 Perkalian dengan Vektor

1) Perkalian dalam/ titik (inner product/dot product)

Definisi andaikan A

dan B

vektor di R2 atau di R3 maka didefinisikan; A   B  = A . B Cos  

 sudut yang dibentuk diantara vektor A

 dan B  (perhatikan gambar 1.3)

(10)

Aljabar Linier 6 Gambar 1. 4 Segitiga sembarang Rumus cosinus 2 2 2 2 ab  c bcCos 2 2 2 2 ba  c acCos 2 2 2 2 ca  b abCos Rumus sinus 2 2 2 2 . AB A B A B Cos        

atau dapat juga ditulis;

2 2 2

2 .

B A A B A B Cos

     

   

Atau dengan menggabungkan definisi dan pernyataan ini diperoleh;

2 2 2 1 . 2 A B A B CosA B B A                  

atau dapat ditulis kembali;

2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 ( ) ( ) ( ) ( ) 2 A B a a b b b a b a a b a b                jadi 1 1 2 2 A B a b a b     

I. 7 Definisi

Untuk ruang dimensi n, Rn perinsipnya sama, jikaA ( ,a a1 2,.... )an

  dan 1 2 ( , ,.... )n B b b b   a b c

(11)

Aljabar Linier 7 maka 1 1 2 2 1 ...        n n

n i i A B a b a b a b a b

I. 8 Perkalian silang/vektor (cross product)

Definisi Perkalian vektor atau perkalian silang hanya didefinisikan untuk R3 Jika A  =(a1,a2,a3) dan B  =(b1,b2,b3) maka A  B  didefinisikan sebagai; 1 2 3 1 2 3 i j k A B a a a b b b        = 2 3 1 3 1 2 2 3 1 3 1 2 a a a a a a i j k b b b b b b      A  ×B  2 3 3 2 1 3 3 1 1 2 2 1 ( ) ( ) ( ) i a b a b j a b a b k a b a b         

I. 9 Theorema

1) A  ×B  = - ( B  ×A  ) skew symmetry 2) A  × (B  +C  ) = A  ×B  + A  ×C  hukum distribusi 3) c(A  ×B  ) = (cA  )×B  c suatu skalar 4) A   (A  ×B  ) = 0 ortogonalitas terhadap A  5) B   (A  ×B  ) = 0 ortogonalitas terhadap B  6) 2 2 2 2 2 2 2 ( ) sin              A B A B A B A B  Identitas Lagrange

(12)

Aljabar Linier 8 7) A  ×B  = O   A  dan B

bergantungan linier, (yang satu merupakan kelipatan yang lain) disini O

adalah vektor nol, yaitu vektor dengan panjang nol

Ilustrasi;

Gambar 1. 5 Perkalian dua vektor menentukan arah

I. 10 Menentukan Himpunan Ortonormal dengan

Proses Gramm-Schmidt

Diberikan himpunan vector Y= a,b,c,d

ingin dicari himpunan vector

ortonormal O= e ,e ,e ,e 1 2 3 4

(13)

Aljabar Linier 9

 

1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1

Jawab I : Buat Vektor Ortonormal e a

e = a

II : Buat Ruang Vektor W dengan e dan b W= e ,b

e * W e *=αe +βb , α,β bil ril sembarang Jika e * e sehingga e *.e =0 α

    

 

1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 e +βb .e =0 αe .e +βb.e =0 α+βb.e =0

α=-βb.e e *= -βb.e e +βb Ambil β=1 e *=b- b.e e

e *

e = ,maka e dan e Ortonormal. e *              1 2 3 3 1 2 3 1 1 2 1 1 1 3 2 1 2 2

III: Buat Ruang Vektor U= e ,e ,c

e * U e *=αe +βe +γc, α,β,γ sembarang i e * e αe +βe +γc e =0 α + β(0) + c.e =0 Ambil γ=1 α=-c.e . ii e * e αe +βe +γc e =0 0 +              2  2 3 1 1 2 2 3 3 3 β + γc.e =0 β c.e e *=c- c.e e - c.e e * * e e e    

(14)

Aljabar Linier 10

4 4 1 2 3 4 1 1 2 3 1 1 1 4 2 1 2 3 2 2 2 4 3 1 2 3 3 e V e e e e d e e e e e d e 0 0 0 d e 0 ambil 1 d e e e e e e d e 0 0 0 d e 0 d e e e e e e d e 0 0 0 d e * * * * *                                                                             3    0  d e3

Dengan demikian kita peroleh

  

 

4 1 1 2 2 3 3 4 4 4 e d d e e d e e d e e e e e         * * *

Sehingga himpunan ortonormal O sudah dapat ditentukan

 1 2 3 4 O e e e e, , , Ilustrasi 1. Diketahui :      

1, 0,1 , 2,1, 0 , 1,1, 0

A   

Carilah himpunan ortonormalnya ?

Penyelesaian: Misal = a = (-1,0,1) , b=(-2,1,0), c =(-1.1.0) a. Untuk e1        

  1 2 2 2 1, 0,1 1 1, 0,1 2 1 0 1 a e a         b. Untuk e2

(15)

Aljabar Linier 11 Buat ruang vektor

 

1,

  B e b Maka ada

 

         

   

         * 2 * 2 1 1 1 1 2,1, 0 2,1, 0 1, 0,1 1, 0,1 2 2 1 1 2,1, 0 2,1, 0 1, 0,1 1, 0,1 2,1, 0 2 1, 0,1 1,1, 1 2 2 e B e b b e e                              Maka:        

  * 2 2 * 2 2 2 2 1,1, 1 1 1,1, 1 3 1 1 1 e e e            c. Untuk , Maka ada * *     3 3 1 1 2 2 ee   c c e e  c e e                

   

 

   

          * 3 1 1 1,1, 0 1,1, 0 1, 0,1 1, 0,1 2 2 1 1 1,1, 0 1,1, 1 1,1, 1 3 3 1 1 1,1, 0 1,1, 0 1, 0,1 1, 0,1 1,1, 0 1,1, 1 1,1, 1 2 3 1 1 1 1 1 1,1, 0 1 1, 0,1 2 1,1, 1 , , 2 3 6 3 6 e                                            Maka:   * 3 3 * 2 2 2 3 1 1 1 , , 1 6 3 6 1, 2,1 6 1 1 1 6 3 6 e e e                                 Sehingga diperoleh:       1 1 1 1, 0,1 , 1,1, 1 , 1, 2,1 , 2 3 6 O      

(16)

Aljabar Linier 12

I. 11 Hitung Volume Kotak

Vektor A dan B membentuk alas sebuah kotak. Vektor C

menyatakan rusuk tegaknya. Ketiga vektor berada di R3. Hitunglah volume kotak tersebut.

Penyelesaian

Gambar 1. 6 Kotak dibentuk oleh tiga vector A, B dan C. Sudut  disebut inklinasi. Volume kotak V

A B

C

Volume = Luas alas kali tinggi= Luas jajaran genjang kali tinggi

1

V 2 Luassegi tiga tinggi 2 A B sin C cos

2

A B sin C cos A B C cos A B C

 

    

 

         

Ilustrasi

2. Hitung luas alas, inklinasi dan volume kotak yang dibangun oleh vektor :

(17)

Aljabar Linier 13

1, 2,3 , 2, 3,1 1, 0, 2

AB  dan C dimana A dan B sebagai alas dan C sebagai rusuk tegak

Penyelesaian: i. Hitung   2 3 1 3 1 2 1 2 3 11 5 7 11, 5, 7 3 1 2 1 2 3 2 3 1 i j k A B  ijkijk     

ii. Hitung volume kotak

Volume, V

A B

 C 11,5, 7  1, 0, 2  11 0 14 3

Volume kotak = 3 satuan isi iii. Hitung inklinasi

cos 3 11,5, 7 1, 0, 2 cos 3 3 195 5 cos cos 95,5 31, 225 o A B C A B C                     

Jadi, sudut inklinasinya adalah 95,5 derajad

I. 12 Kebergantungan Linier Vektor Di R

n Definisi

Jika vektor S dapat dinyatakan sebagai 1 1 2 2 1

. . .

n

i i n n

S

a ba ba b  a b

dengan ai suatu konstanta dan bi menyatakan suatu vector. Maka S

dikatakan merupakan kombinasi linier dari bi

Definisi Jika 1 1 2 2 1 . . . n i i n n S

a ba ba b  a bO .

Himpunan vector b b1, 2, . . . ,bndisebut bebas linier jika dan hanya

(18)

Aljabar Linier 14 Himpunan vector b b1, 2, . . . ,bn disebut bergantungan linier jika

ada salah satu ai dalam S yang tidak sama dengan nol

Ilustrasi

1) Periksa apakah C 1, 2 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier

dari dua vector A 3, 4 dan B    2, 5

Penyelesaian: cari konstanta aidari pernyataan :

       

1 2 1, 2 1 3, 4 2 2, 5 3 1 2 , 42 1 5 2

Ca A a B  a  a    aaaa Jadi diperoleh persamaan linier;

    1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 3 1 4 5 2 4 2 5 a a a a a a a a             Kita peroleh 1 2 1 10 , 23 23 aa  

Jadi ada a1 dan a2 yang memenuhi. Jadi vector C merupakan

kombinasi linier dari vector A dan vector B

2) Periksa apakah C 1,3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier

dari dua vector A  3, 6 dan B  1, 2

Penyelesaian: cari aidari pernyataan :

       

1 2 1,3 1 3, 6 2 1, 2 3 1 2, 6 1 2 2

Ca A a B  aaaa aa

Jadi diperoleh persamaan linier;

1 2 1 2 3 1 (2) 6 2 3 0 1 a a a a       

Tidak konsisten, jadi tidak ada a1 dan a2 yang memenuhi, jadi

vector C bukan merupakan kombinasi linier dari vector A dan vector B.

3) Periksa apakah C 4,8 dapat dinyatakan sebagai kombinasi

linier dari dua vector A  3, 6 dan B  1, 2

(19)

Aljabar Linier 15

       

1 2 4,8 1 3, 6 2 1, 2 3 1 2, 6 1 2 2

       

C a A a B a a a a a a

Jadi diperoleh persamaan linier;

1 2 1 2 3 4 6 2 8     a a a a

Kedua persamaan ini adalah identik jadi kita hanya dapat menyatakan

Kita peroleh a2  4 3a1

Jadi ada a1 dan a2 yang tak hingga banyaknya yang memenuhi.

Jadi vector C merupakan kombinasi linier dari vector A dan vector B

I. 13 Ruang Bagian (sub-space)

Definisi M himpunan satu atau lebih vector dari suatu ruang vector V dinamakan ruang bagian V jika memenuhi

1) u M, v M u v M 2) R u M         

I. 14 Soal Latihan

1) Hitunglah sudut antara A

 dan B  serta panjang C   A  + B  jika; A=(1,2) dan B=(-1,4) 2) Panjang vektor A  =(1,-2) dan B  = (3,4) membentuk rusuk suatu jajaran genjang hitunglah luas jajaran genjang tersebut 3) Sebuah kotak dibangun oleh rusuk-rusuk yang dinyatakan oleh 3 vektor ; A  , B  dan C  . Jika A  dan B

diambil sebagai alas. a) Buktikan bahwa isi kotak tersebut adalah

V = (A  x B  )  C  .

(20)

Aljabar Linier 16 A  =(1,2,0) dan B  =(-2,1,0) dan C

=(1,2,3). Hitunglah volume kotak jika A

dan B

menyatakan rusuk dari alas kotak tersebut. Hitung juga kemiringan(inklinasi), , dari kotak itu

4) Diketahui:

       

1, 0,1,1 , 1, 2,1, 0 , 1, 1,1, 0 , 1,1,1,1

A    

(21)

Aljabar Linier 17

Bab II

Kebergantungan Linier Vektor di R

n

dan Matriks

______________________________________________________

II. 1 Kombinasi Linier

Definisi

Jika S dapat dinyatakan sebagai 1 1 2 2 1

. . .

n

i i n n

S

a ba ba b  a b

dengan ai suatu konstanta dan bi masing menyatakan suatu vector.

Maka S disebut merupakan kombinasi linier dari bi

Definisi Jika 1 1 2 2 1 . . . i i n n i S a b a b a b a b O  

     . (3.1)

Himpunan vector b b1, 2, . . . ,bndisebut bebas linier jika dan hanya

jika dalam (3.1) dipenuhi a1a2. . .ano

Himpunan vector b b1, 2, . . . ,bn disebut bergantungan linier jika

ada salah satu ai dalam (3.1) yang tidak sama dengan nol

Ilustrasi

1) Periksa apakah C 1, 2 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier

dari dua vector A 3, 4 dan B    2, 5

Penyelesaian cari aidari pernyataan :

       

1 2 1, 2 1 3, 4 2 2, 5 3 1 2 , 42 1 5 2

(22)

Aljabar Linier 18 Jadi diperoleh persamaan linier;

    1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 3 1 4 5 2 4 2 5 a a a a a a a a             Kita peroleh 1 2 1 10 , 23 23 aa  

Jadi ada a1 dan a2 yang memenuhi jadi vector C merupakan

kombinasi linier dari vector A dan vector B

2) Periksa apakah C 1,3 dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier

dari dua vector A  3, 6 dan B  1, 2

Penyelesaian cari aidari pernyataan :

       

1 2 1,3 1 1, 2 2 2, 4 1 2 , 22 1 4 2

       

C a A a B a a a a a a

Jadi diperoleh persamaan linier;

1 2 1 2 2 1 kalikan dengan 2 2 4 3 jumlahkan 0 1       a a a a

Tidak konsisten, jadi tidak ada a1 dan a2 yang memenuhi dengan

kata lain vector C bukan merupakan kombinasi linier dari vector A dan vector B

3) Periksa apakah C 4,8 dapat dinyatakan sebagai kombinasi

linier dari dua vector A  3, 6 dan B  1, 2

Penyelesaian cari aidari pernyataan :

       

1 2 4,8 1 3, 6 2 1, 2 3 1 2, 6 1 2 2

       

C a A a B a a a a a a

Jadi diperoleh persamaan linier;

1 2 1 2 3 4 6 2 8     a a a a

Kedua persamaan ini adalah identik jadi kita hanya dapat menyatakan a1 sebagai fungsi dari a2 atau sebaliknya;

Kita peroleh a2  4 3a1

Jadi ada a1 dan a2 yang tak hingga banyaknya yang memenuhi.

Jadi vector C merupakan kombinasi linier dari vector A dan vector B

(23)

Aljabar Linier 19

II. 2 Ruang Bagian (sub-space)

Definisi M himpunan satu atau lebih vector dari suatu ruang vector V dinamakan ruang bagian V jika memenuhi

1) u M, v M u v M

2) R u M

    

(24)

Aljabar Linier 20

II. 3 M a t r i k s

Untuk mencari pemecahan sistem persamaan linier dapat digunakan beberapa cara. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan matriks. Dalam matematika istilah matriks digunakan untuk menyatakan susunan bilangan-bilangan yang berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari baris dan kolom. Bilangan-bilangan dalam matriks tersebut dinamakan entry atau

komponen matriks. Biasanya entry atau komponen-komponen

matriks tersebut dituliskan di antara dua kurung.

Setiap matriks mempunyai ukuran. Ukuran matriks ini ditentukan oleh banyaknya baris dan kolom yang terdapat dalam matriks tersebut. Jadi untuk matriks yang terdiri dari m baris dan n kolom ukurannya adalah m x n. Untuk menyatakan matriks, biasanya digunakan huruf besar, sedangkan untuk menyatakan kuantitas-kuantitas numerik dari komponen (entry) matriks digunakan huruf kecil. Jadi jika A adalah sebuah matriks, maka aij menyatakan komponen matriks yang berada pada baris ke-i dan kolom ke-j. Sebagai contoh, matriks A yang berukuran m x n dituliskan

11 12 1 21 22 2 1 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . n n m m mn a a a a a a A a a a                      Baris ke-1 Kolom ke-1

(25)

Aljabar Linier 21

Contoh II.1 :

Macam-macam ukuran matriks

2 1 3 Matrik berukuran 3 x 1 A A            = Matriks berukuran 1 x 3 B B3 2 1 2 = 3 4 3 1 Matriks berukuran 3 x 2 C C             = Matriks berukuran 2 x 4 a b c d D e f g h D       11 12 13 21 22 23 31 32 33 41 42 43 Matriks E berukuran 4 x 3 e e e e e e E e e e e e e              2 3 5 1 6 1 4 7 3 8 1 2 Matriks berukuran 3 x 4 F F             

Matriks A yang terdiri dari n baris dan n kolom, dinamakan matriks

bujursangkar atau matriks kuadrat, dan komponen-komponen a11,

a22, . . . , ann dikatakan berada pada diagonal utama.

11 12 1 21 22 2 1 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . matriks x n n n n nn a a a a a a A a a a n n                      diagonal utama

(26)

Aljabar Linier 22

Contoh II.2

Macam-macam matriks bujursangkar

3 4 5 1 matriks 2 x 2 A       11 12 13 21 22 23 31 32 33 matriks 3 x 3 b b b B b b b b b b            11 12 13 14 21 22 23 24 31 32 33 34 41 42 43 44 matriks 4 x 4 c c c c c c c c C c c c c c c c c              4 2 3 1 2 2 6 5 1 3 2 5 4 1 7 3 1 3 1 5 7 1 matriks 5 x 5 e D e                      

Dua buah matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut mempunyai ukuran dan komponen yang berkesesuaian yang sama.

Contoh II.3

Tinjaulah matriks-matriks berikut

4 2 1 1 3 5 3 4 2 A            4 2 1 1 3 5 3 4 2 B            4 2 1 2 1 3 3 4 2 C            4 2 1 1 3 5 D     

Matriks A = B karena keduanya mempunyai ukuran dan komponen matriks yang sama. Matriks A

C karena tidak semua komponennya berkesesuaian. Matriks A

D karena kedua matriks tidak mempunyai ukuran yang sama. Demikian juga halnya matriks

B

C, B

D dan C

D.

Suatu matriks bujursangkar yang semua komponen pada diagonal utamanya terdiri dari bilangan satu dan komponen lainnya terdiri dari nol dinamakan matriks satuan atau matriks identitas. Matriks satuan ini biasanya dinyatakan dengan huruf I dan jika ukurannya disertakan maka dituliskan In untuk matriks n x n seperti contoh di

(27)

Aljabar Linier 23 1 0 0 . . . 0 0 1 0 . . . 0 0 0 1 . . . 0 . . . . . . . . . . . . 0 0 0 . . . 1 Matriks satuan x n I n n                        2 1 0 0 1 Matriks satuan 2 x 2 I      3 1 0 0 0 1 0 0 0 1 Matriks satuan 3 x 3 I            4 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 Matriks satuan 4 x 4 I             

Komponen-komponen suatu matriks dapat terdiri dari nol semuanya. Matriks semacam ini dinamakan matriks nol dan diberi simbol O seperti contoh di bawah ini.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Matriks nol berukuran 3 x 4

O            0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Matriks nol berukuran 4 x 4 O             

Jika komponen-komponen dalam kolom suatu matriks diubah menjadi baris maka akan diperoleh matriks baru yang dinamakan

transpos A seperti yang didefinisikan di bawah ini.

Definisi : Jika A adalah sembarang matriks m x n, dan apabila kolom pertamanya diubah menjadi baris pertama, kolom keduanya menjadi baris kedua dan seterusnya, maka matriks yang baru tersebut dinamakan transpos A dan diberi simbol At dan ukurannya berubah menjadi n x m.

(28)

Aljabar Linier 24

Contoh II.4

Matriks dan transposnya

3 1 5 6 0 2 4 3 1 A            3 6 4 1 0 3 5 2 1 t A            11 12 13 21 22 23 31 32 33 41 42 43 b b b b b b B b b b b b b              11 21 31 41 12 22 32 42 13 23 33 43 t b b b b B b b b b b b b b            2 3 6 5 1 4 C           2 6 1 3 5 4 t C       3 0 5 1 1 4 1 0 5 2 3 6 D            3 1 5 0 4 2 5 1 3 1 0 6 t D              

II. 4 Operasi Matriks

Tidak setiap matriks dapat dijumlahkan atau dikalikan dengan matriks lain, karena ukuran matrik memegang peranan dalam penjumlahan dan perkalian matriks.

Definisi : Jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, misalkan m x n, maka A + B adalah matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan semua komponen yang berkesesuaian (komponen yang menempati posisi yang sama) dalam kedua matriks tersebut. Sedangkan A B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan semua komponen A dengan

(29)

Aljabar Linier 25 komponen yang berkesesuaian dari matriks B. Matriks baru hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut, mempunyai ukuran yang sama yaitu m x n, karena itu matriks yang ukurannya berlainan tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan.

Contoh II.5

Tinjaulah matriks-matriks berikut,

1 5 3 3 2 6 4 0 5 2 1 2 A              2 1 4 5 2 3 6 3 2 3 1 2 B                  2 5 4 3 6 1 1 4 5 C            

Matriks A ditambah matriks B adalah,

1 5 3 2 1 4 1 2 5 1 3 4 3 2 6 5 2 3 3 5 2 2 6 3 4 0 5 6 3 2 4 6 0 3 5 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 1 2 2 A B                                                         1 4 7 8 4 3 2 3 3 1 0 0               

Matriks A + C dan B + C tidak didefinisikan karena ukurannya berbeda.

Untuk pengurangan dapat dilakukan langsung seperti penjumlahan dan syaratnya pun sama yaitu kedua matriks harus berukuran sama. Jadi matriks A C dan B C tidak terdefinisi karena ukurannya berbeda, sedangkan matriks A dikurangi matriks B adalah,

(30)

Aljabar Linier 26 1 5 3 2 1 4 1 ( 2) 5 ( 1) 3 4 3 2 6 5 2 3 3 5 2 2 6 3 4 0 5 6 3 2 4 (6) 0 ( 3) 5 ( 2) 2 1 2 3 1 2 2 ( 3) 1 1 2 2 A B                                                               3 6 1 2 0 9 10 3 7 5 2 4              

Definisi : Jika k adalah sebuah skalar dan A adalah sebuah matriks, maka hasil kali kA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan semua komponen matriks A dengan k.

Contoh II.6

Jika matriks A adalah,

9 2 5 7 4 3 A       maka, (3)(9) (3)( 2) (3)(5) 27 6 15 3 (3)(7) (3)(4) (3)( 3) 21 12 9 1 3 3                 A A artinya A dan ( 1) A ( 1)(9) ( 1)( 2) ( 1)(5) 9 2 5 ( 1)(7) ( 1)(4) ( 1)( 3) 7 4 3                      Teorema II.1

Andaikan matrik A, B, C dan O (matriks nol) mempunyai ukuran yang sama, dan k serta l adalah skalar. maka

1. A + B = B + A (Hukum komutatif untuk

penjumlahan)

(31)

Aljabar Linier 27 penjumlahan) 3. k(A + B) = kA + k B = (A + B) k 4. k(A B) = kA kB = (A B)k 5. A + O = O + A = A 6. A A = O 7. O A = -A 8. (k + l)A = kA + lA = A(k + l) 9. (k l)A = kA lA = A(k l) 10. (kl)A = k(lA)

Definisi : Jika A adalah matriks m x r dan B adalah matriks r x

n, maka hasil kali AB adalah matriks m x n yang komponen-komponennya ditentukan sebagai berikut; Untuk mendapatkan komponen dalam baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks AB, ambil baris ke-i dari matriks A dan kolom ke-j dari matriks B. Kalikan komponen-komponen yang berkesesuaian dari baris dan kolom, kem udian jumlahkan semua hasil kali tersebut.

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa dua matriks dapat diperkalikan jika jumlah kolom matriks pertama sama banyaknya dengan jumlah baris matriks kedua. Untuk mempermudah mengingat dapat digunakan Gambar II.1. Dari gambar tersebut, jika ukuran matriks yang berada di sebelah dalam sama, maka hasil kalinya dapat didefinisikan, dan ukuran matriks yang berada di sebelah luar memberikan ukuran hasil kali matriks tersebut.

(32)

Aljabar Linier 28 A m x r B r x n = AB m x n Gambar II.1 Contoh II.7

Misalkan A adalah matriks 2 x 4, B adalah matriks 4 x 3 dan C

matriks 2 x 3.

Matriks A dengan matriks B dapat diperkalikan karena jumlah kolom matriks A sama dengan jumlah baris matriks B yaitu 4. Hasil kalinya yaitu matriks AB mempunyai ukuran 2 x 3.

Matriks A dengan matriks C tidak dapat diperkalikan karena jumlah kolom matriks A (4) tidak sama dengan jumlah baris matriks

C (3).

Matriks B dengan matriks C dapat diperkalikan karena jumlah kolom matriks B sama dengan jumlah baris matris C yaitu 3. Hasil kalinya yaitu matriks BC mempunyai ukuran 4 x 3.

Untuk mendapatkan komponen-komponen matriks hasil perkalian dapat dilihat dalam contoh di bawah ini.

Contoh II.8

Diketahui tiga matriks berikut,

2 1 3 3 4 5 A       1 3 6 2 5 3 0 1 2 4 1 5 B            3 1 4 5 2 1 C         

Tentukanlah hasil kali AB, AC dan BC.

Jawab : di luar Ukuran matriks hasil perkalian di dalam

(33)

Aljabar Linier 29 Matriks A berukuran 2 x 3 sedangkan matriks B berukuran 3 x 4, jadi matriks A dan matriks B dapat diperkalikan dan hasilnya adalah matriks 2 x 4 seperti di bawah ini,

-1 3 6 2 2 -1 3 5 3 0 1 -3 4 5 2 4 1 5 AB            (2)(-1) + (-1)(5) + (3)(2) (2)(3) + (-1)(-3) + (3)(4) (2)(6) ( 1)(0) (3)(1) (2)( 2) ( 1)(1) (3)(5) ( 3)( 1) (4)(5) (5)(2) ( 3)(3) (4)( 3) (5)(4) ( 3)(6) (4)(0) (5)(1) ( 3)( 2) (4)(1) (5)(5)                  -1 21 15 10 33 -1 -13 35       

Matriks A berukuran 2 x 3 sedangkan matriks C berukuran 3 x 2, jadi matriks A dan matriks C dapat diperkalikan dan hasilnya adalah matriks 2 x 2 seperti di bawah ini,

3 1 2 1 3 4 5 3 4 5 2 1 AC               (2)(3) ( 1)(4) (3)( 2) (2)(1) ( 1)( 5) (3)(1) ( 3)(3) ((4)(4) (5)( 2) ( 3)(1) (4)( 5) (5)(1)                  4 10 3 18        

Matriks B berukuran 3 x 4 sedangkan matriks C berukuran 3 x 2, jadi matriks B dan C tidak dapat dikalikan, atau BC tidak terdefinisi.

Hukum komutatif untuk perkalian dalam bilangan riil, tidak berlaku dalam perkalian matriks, karena AB tidak selalu sama dengan BA. Contoh II.9

(34)

Aljabar Linier 30 Diketahui matriks A, B dan C seperti contoh II.8. Tentukanlah BA,

CA dan CB.

Jawab :

Matriks B berukuran 3 x 4 sedangkan matriks A berukuran 2 x 3, jadi matriks A dan matriks B tidak dapat diperkalikan, atau BA tidak terdefinisi.

Matriks C berukuran 3 x 2 sedangkan matriks A berukuran 2 x 3, jadi matriks C dan matriks A dapat diperkalikan dan hasilnya adalah matriks 2 x 2 seperti di bawah ini,

AC = 3 1 2 1 3 4 5 3 4 5 2 1                 = (3)(2) (1)( 3) (3)( 1) (1)(4) (3)(3) (1)(5) (4)(2) ( 5)( 3) (4)( 1) ( 5)(4) (4)(3) ( 5)(5) ( 2)(2) (1)( 3) ( 2)( 1) (1)(4) ( 2)(3) (1)(5)                                = 3 1 14 23 24 13 7 6 1           

Matriks C berukuran 3 x 2 dan matriks B berukuran 3 x 4, jadi matriks C dan matriks B tidak dapat diperkalikan, atau CB tidak terdefinisi.

Dari contoh II.8 dan II.9 tersebut dapat kita lihat bahwa AB

BA

dan AC

CA. Teorema II.2

Jika matriks A, B, C dan matriks nol O mempunyai ukuran yang memenuhi untuk penjumlahan dan perkalian matriks yang diperagakan di bawah ini, dan k adalah suatu konstanta, maka

a. A(BC) = (AB)C (Hukum asosiatif untuk perkalian)

(35)

Aljabar Linier 31 c. (A + B)C = AC + BC (hukum distributif) d. A(B C) = AB AC e. (A B)C = AC BC f. k(BC) = (kB)C = B(kC) g. AO = O ; OA = O

Jika A adalah matriks m x n, In adalah matriks satuan berukuran n x

n dan Im adalah matriks satuan m x m maka AIn = A dan ImA = A.

Jadi matriks satuan memegang peranan yang penting dalam perkalian matriks yang peranannya mirip dengan bilangan 1 dalam hubungan numerik a.1 = 1. a = a

Contoh II.10

Tinjau matriks-matriks berikut,

11 12 13 21 22 23 a a a A a a a        2 1 0 0 1 I      3 1 0 0 0 1 0 0 0 1 I           

Jika matriks I2 dikalikan dengan matriks A hasilnya adalah, 11 12 13 11 12 13 2 21 22 23 21 22 23 1 0 0 1 a a a a a a I A A a a a a a a               

Jika matriks A dikalikan dengan matriks I3 hasilnya adalah,

11 12 13 11 12 13 3 21 22 23 21 22 23 1 0 0 0 1 0 0 0 1 a a a a a a AI A a a a a a a              

Dalam perkalian bilangan riil berlaku pernyataan berikut, (i) Jika ab = ac dan a

0 maka b = c

(ii) Jika ad = 0 maka a = 0 atau d = 0

Dalam perkalian matriks, pernyataan ini tidak selalu benar seperti yang diberikan dalam contoh berikut.

(36)

Aljabar Linier 32

Contoh II.11

Diketahui matriks-matriks berikut,

0 1 0 2 A     1 1 3 4 B     2 5 3 4 C     3 7 0 0 D    

Kalikan matriks A dengan matriks B dan kalikan matriks A dan matriks C, diperoleh 0 1 1 1 3 4 0 2 3 4 6 8 AB              0 1 2 5 3 4 0 2 3 4 6 8 AC             

Dari kedua perkalian di atas didapatkan bahwa AB = AC, akan tetapi BC.

Kalikan matriks A dengan matriks D, diperoleh

0 1 3 7 0 0

0 2 0 0 0 0

AD       

     

Walaupun hasil perkalian di atas menunjukkan bahwa AD = O akan tetapi A O dan juga D O.

Dari perkalian matriks yang telah dibahas di atas, dapat didefinisikan pangkat dalam matriks sebagai berikut,

Definisi: Jika A adalah matriks bujursangkar, maka pangkat bilangan bulat tak negatif dari matriks A ini didefinisikan sebagai berikut,

A0 = I An = A A A . . . A (n >0) n buah A

(37)

Suryadi Siregar Aljabar Linier

Aljabar Linier 33

Perkalian matriks yang mempunyai pangkat, sama dengan perkalian bilangan riil yang berpangkat seperti ditunjukkan dalam teorema di bawah ini.

Teorema II.3

Jika A adalah matriks bujursangkar, r dan s adalah bilangan bulat, maka ArAs = Ar+s dan (Ar) s = Ars Contoh II.12 Diketahui matriks A = 2 1 3 4        A3 = A A A = 2 1 2 1 2 1 3 4 3 4 3 4                      = 1 6 2 1 18 13 3 4               = 16 25 75 34         A4 = A3 A1 = 16 25 2 1 75 34 3 4                = 107 84 252 61         Teorema II.4

Jika ukuran matriks seperti operasi yang diberikan dapat dilakukan, maka

a. (At ) t = A

b. (A + B) t = At + Bt

c. (kA) t = k At , di mana k adalah skalar sebarang Contoh II.13. Diketahui matriks 1 3 6 2 5 3 0 1 2 4 1 5 A            dan 1 5 2 1 3 2 4 3 6 0 1 4 B         

(38)

Aljabar Linier 34 1 5 2 3 3 4 6 0 1 2 1 5 t A               1 3 6 5 2 0 2 4 1 1 3 4 t B              1 3 6 2 ( ) 5 3 0 1 2 4 1 5 t t A A            1 3 6 2 1 5 2 1 0 8 8 1 5 3 0 1 3 2 4 3 8 1 4 2 2 4 1 5 6 0 1 4 8 4 2 9 A B                                    (A + B)t = 0 8 8 8 1 4 8 4 2 1 2 9             t t AB = 1 5 2 3 3 4 6 0 1 2 1 5              + 1 3 6 5 2 0 2 4 1 1 3 4             = 0 8 8 8 1 4 8 4 2 1 2 9             1 3 6 2 2 6 12 4 2 2 5 3 0 1 10 6 0 2 2 4 1 5 4 8 2 10 A                         2 10 4 1 5 2 6 6 8 3 3 4 (2 ) 2 2 12 0 2 6 0 1 4 2 10 2 1 5 t t A A                             

II.5 Latihan

1. Tentukanlah tranpos matriks-matriks berikut, (i) A = 2 4 7 5         (ii) B = 3 6 7 8 5 1 2 9 4             (iii) C = 1 4 9 5 7 5 2 6 9 6 4 10 10 8 3 7                

(39)

Aljabar Linier 35 2. Tinjaulah matriks-matriks berikut,

A = 3 6 7 8 5 1        3 8 7 2 4 1 B            6 5 5 7 2 4 C          1 9 4 2 8 3 6 7 5 D            7 1 3 1 2 4 5 6 8 E              4 7 9 6 5 0 5 3 1 8 4 2 F              Hitunglah : (a) A + B (b) A + D (c) B + C (d) C + B (e) C + E (f) D + E (g) D + F (h) E + F

3. Hitunglah untuk matriks-matriks pada soal nomor 2.

(a) A B (b) A D (c) B C (d) C B

(e) C E (f) D E (g) D F (h) E F

4. Untuk matriks-matriks dalam soal nomor 2, hitunglah,

(a) At B (b) A Dt (c) (B C)t (d) (C B)t (e) C E (f) (D E)t (g) (ED)t (h) EtD

(40)

Aljabar Linier 36 Y X ) 3 4 , 0 ( ( 2 , 0 ) 

BAB III. Sistem Persamaan Linier & Matriks

____________________________________________________

III. 1

Persamaan Linier

Persamaan linier umumnya ditulis sebagai

 

1 1 2 2 . . .

, konstanta, variabel peubah bebas

n n n i i i a x a x a x b a b x     Ciri-cirinya

- Semua variabel berpangkat Satu

- Semua suku hanya memiliki satu variabel Secara geometri Persamaan Linier dengan ; - 2 variabel  menyatakan suatu garis lurus - 3 variabel  menyatakan suatu bidang Contoh :

1. Dua variabel 2x + 3y = 4

2

tan disebut gradien atau koefisien arah 3    y = -3 2 x + 3 4 2. Tiga variabel 3x + 4 y + z = 5 Z Y X ( 0 , 0 , 5 ) ( 0 , , 0 ) ( , 0 , 0 ) 4 5 3 5 

(41)

Aljabar Linier 37 Jika bn = 0 , maka persamaan itu dinamakan “ Persamaan Linier

Homogen ” .

Secara geometri artinya

o 2 variabel  garis lurus yang melalui (0,0)

o 3 variabel  bidang datar yang melalui (0,0,0)

III. 2

Sistem persamaan linier

Sebuah himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linier dalam peubah bebas x x1, 2, . . .,xn dinamakan sistem persamaan

linier atau sistem linier. Bentuk umum dari sistem persamaan linier yang terdiri dari m persamaan linier dan n bilangan tak diketahui adalah, a x a x a x b a x a x a x b a x a x a x b n n n n m m mn n m 11 1 12 2 1 1 21 1 22 2 2 2 1 1 2 2            . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . +

di manax x1, 2, . . .,xn adalah bilangan-bilangan tidak diketahui

(variabel), aij (i = 1, 2, ..., m, j = 1, 2, ..., n) adalah koefisien bilangan yang diketahui nilainya dan bi adalah konstanta. Tanda

(42)

Aljabar Linier 38 dalam menyatakan letak koefisien tersebut dalam persamaan.

Subscript pertama yaitu i menyatakan persamaan yang ke-i dalam sistem persamaan linier tersebut, sedangkan subscript kedua yaitu j

menyatakan letak koefisien tersebut pada bilangan yang tidak diketahui sebagai padanan perkaliannya. Sebagai contoh a23 adalah

koefisien yang berada di persamaan kedua, kolom ke tiga yang dikalikan dengan x3.

III. 3

Operasi baris elementer

Perhatikan bentuk umum sistem persamaan linier yaitu,

a x a x a x b a x a x a x b a x a x a x b n n n n m m mn n m 11 1 12 2 1 1 21 1 22 2 2 2 1 1 2 2            . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . +

Dapat juga ditulis dalam bentuk perkalian matri

11 12 1 1 1 21 22 2 2 2 1 2 n n m m mn n n a a a x b a a a x b a a a x b                                                          

Pemecahan sistem persamaan linier ini tidak akan berubah jika,

 Dua baris dari sistem persamaan linier tersebut saling bertukar tempat.

(43)

Aljabar Linier 39

 Suatu baris dari sistem persamaan linier tersebut dikalikan dengan suatu bilangan tetap   0.

 Suatu baris diganti oleh jumlah baris tersebut dengan  kali baris yang lain.

Ketiga operasi ini dinamakan operasi baris elementer (disingkat

OBE) dan masing-masing dinyatakan oleh simbol Oij, Oi() dan Oij(). Jadi,

Oij berarti baris ke-i dan baris ke-j saling tukar tempat Oi( ) berarti baris ke-i diganti dengan  kali baris ke-i.

Oij( ) berarti baris ke-i diganti oleh baris ke-i yang sudah ditambah dengan  kali baris ke-j.

Dengan menggunakan operasi baris elementer (disebut juga metode Gauss) ini kita dapat memecahkan sistem persamaan linier seperti pada contoh berikut,

Contoh I.3

Carilah pemecahan atau jawab sistem persamaan linier berikut,

x y z x y z x y z          2 9 2 4 3 1 3 6 5 0 J awab :

(44)

Aljabar Linier 40 Untuk memecahkan sistem persamaan di atas akan digunakan operasi baris elementer sebagai berikut,

x y z x y z x y z          2 9 2 4 3 1 3 6 5 0 Langkah pertama, baris kedua diganti

oleh baris kedua

yang sudah ditambah -2 kali baris pertama, diperoleh x y z y z x y z          2 9 2 7 17 3 6 5 0 Langkah kedua, baris ketiga diganti oleh

baris ketiga yang sudah ditambah -3 kali baris pertama, diperoleh 7 x y z y z y z          2 9 2 17 3 11 27 Langakah ketiga, baris kedua

diganti oleh baris

kedua yang sudah dikalikan dengan 1/2, diperoleh 2 x y z y z y z          2 9 3 11 27 17 2 7 Langkah keempat, baris ketiga diganti

oleh baris ketiga

yang sudah

ditambah

dengan -3 kali

baris kedua,

(45)

Aljabar Linier 41 2 1 2 x y z y z z          2 9 17 2 3 2 7 Langkah kelima, baris ketiga diganti oleh

baris ketiga yang

sudah dikalikan dengan - 1/2, diperoleh 2 x y z y z z        2 9 3 17 2 7 Langkah keenam, baris kedua diganti oleh

baris kedua yang sudah ditambah 2/7 kali baris ketiga, diperoleh x y z y z      2 9 2 3 Langkah ketujuh. baris pertama

diganti oleh baris

pertama yang sudah ditambah dengan -2 kali baris ketiga, diperoleh x y y z     3 2 3 Langkah kedelapan, baris pertama diganti oleh baris pertama yang sudah ditambah dengan -1 kali baris kedua, diperoleh x y z    1 2 3

Jadi pemecahannya adalah, x = 1, y = 2 dan

(46)

Aljabar Linier 42

III. 4

Sistem persamaan linier homogen

Sistem persamaan linier yang semua suku konstantanya berharga nol disebut sistem persamaan linier homogen. Bentuk umum dari sistem persamaan linier homogen adalah,

a x a x a x a x a x a x a x a x a x n n n n m m mn n 11 1 12 2 1 21 1 22 2 2 1 1 2 2 0 0 0            . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . +

Tiap-tiap sistem persamaan linier homogen adalah sistem yang konsisten, karena x10, x2 0, . . ., xn 0 selalu merupakan

pemecahan dari sistem tersebut. Pemecahan seperti itu dinamakan

pemecahan trivial. Jika ada pemecahan lain selain pemecahan

trivial, maka pemecahan tersebut dinamakan pemecahan taktrivial/non trivial.

Karena sistem persamaan linier homogen harus konsisten, maka terdapat satu pemecahan atau takterhingga banyaknya pemecahan. Salah satu dari pemecahan tersebut adalah pemecahan trivial, karena itu dapat dibuat pernyataan berikut. Untuk sistem persamaan linier homogen, salah satu pernyataan berikut benar,

Sistem tersebut hanya mempunyai pemecahan trivial.

Sistem tersebut mempunyai tak terhingga banyaknya pemecahan

(47)

Aljabar Linier 43 Jika sistem persamaan homogen melibatkan lebih banyak bilangan tidak diketahui daripada banyaknya persamaan, maka sistem tersebut dipastikan mempunyai pemecahan taktrivial.

Contoh I.5

Carilah pemecahan sistem persamaan linier di bawah ini

x y z w x y w x y z w            2 0 0 4 3 0

Sistem persamaan linier terahir adalah

x z w y z      0 0 atau w x z z y    

Untuk x = s dan y = t maka z = t dan w = -s - t. Berapa saja nilai s

dan t diambil akan merupakan pemecahan dari sistem persamaan linier homogen di atas. Pemecahan trivial dipenuhi untuk s = 0 dan

t = 0.

Catatan

1) Jika pada suatu persamaan diperoleh pernyataan

1 2 n n n

0x 0x  . . .0x b , b 0 maka SPL tersebut dikatakan

inkonsisten, artinya sistim persamaan linier tidak mempunyai solusi

2) Jika pada suatu persamaan diperoleh pernyataan

1 2 n n n

0x 0x  . . .0x b , b 0 maka persamaan tersebut dapat

(48)

Aljabar Linier 44

Soal Latihan

1. Carilah x,y, dan z dari sistim persamaan linier berikut dengan metode Gauss 2 2 9 2 4 3 1 3 6 5 0 x y z x y z x y z         

2. Carilah solusi sistim persamaan linier x,y,z, dan u, berikut dengan metode Gauss,bila ada

2 9 2 4 3 2 1 3 6 5 0 3 6 5 3 0 x y z u x y z u x y z x y z u               

III. 5

Operasi Matriks

Tidak setiap matriks dapat dijumlahkan atau dikalikan dengan matriks lain, karena ukuran matrik memegang peranan dalam penjumlahan dan perkalian matriks.

Definisi : Jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, misalkan m x n, maka A + B adalah matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan semua komponen yang berkesesuaian (komponen yang menempati posisi yang sama) dalam kedua matriks tersebut. Sedangkan A B adalah matriks yang diperoleh dengan mengurangkan semua komponen A

dengan komponen yang berkesesuaian dari matriks B. Matriks baru hasil penjumlahan atau pengurangan tersebut, mempunyai ukuran yang sama yaitu m x n, karena itu matriks yang ukurannya berlainan tidak dapat dijumlahkan atau

(49)

Aljabar Linier 45 dikurangkan.

Contoh II.5

Tinjaulah matriks-matriks berikut,

1 5 3 3 2 6 4 0 5 2 1 2 A              2 1 4 5 2 3 6 3 2 3 1 2 B                  2 5 4 3 6 1 1 4 5 C            

Matriks A ditambah matriks B adalah,

1 5 3 2 1 4 1 2 5 1 3 4 3 2 6 5 2 3 3 5 2 2 6 3 4 0 5 6 3 2 4 6 0 3 5 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 1 2 2 A B                                                         1 4 7 8 4 3 2 3 3 1 0 0               

Matriks A + C dan B + C tidak didefinisikan karena ukurannya berbeda.

Untuk pengurangan dapat dilakukan langsung seperti penjumlahan dan syaratnya pun sama yaitu kedua matriks harus berukuran sama. Jadi matriks A C dan B C tidak terdefinisi karena ukurannya berbeda, sedangkan matriks A dikurangi matriks

B adalah, 1 5 3 2 1 4 1 ( 2) 5 ( 1) 3 4 3 2 6 5 2 3 3 5 2 2 6 3 4 0 5 6 3 2 4 (6) 0 ( 3) 5 ( 2) 2 1 2 3 1 2 2 ( 3) 1 1 2 2 A B                                                              

(50)

Aljabar Linier 46 3 6 1 2 0 9 10 3 7 5 2 4              

Definisi : Jika k adalah sebuah skalar dan A adalah sebuah matriks, maka hasil kali kA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan semua komponen matriks A dengan k.

Contoh II.6

Jika matriks A adalah,

9 2 5 7 4 3 A       maka, 3 (3)(9) (3)( 2) (3)(5) 27 6 15 (3)(7) (3)(4) (3)( 3) 21 12 9 A             dan ( 1) A ( 1)(9) ( 1)( 2) ( 1)(5) 9 2 5 ( 1)(7) ( 1)(4) ( 1)( 3) 7 4 3                      Teorema II.1

Andaikan matrik A, B, C dan O (matriks nol) mempunyai ukuran yang sama, dan k serta l adalah skalar. maka

a) A + B = B + A (Hukum komutatif untuk penjumlahan)

b) A + (B + C) = (A + B) + C (Hukum assosiatif untuk

penjumlahan) c) k(A + B) = kA + k B = (A + B) k d) k(A B) = kA kB = (A B)k e) A + O = O + A = A f) A A = O g) 1.A = A h) (k + l)A = kA + lA = A(k + l)

Gambar

Gambar 1. 1 Vektor pada suatu bidang mempunyai komponen x dan  y
Gambar 1. 6 Kotak dibentuk oleh tiga vector A, B dan C.  Sudut   disebut inklinasi. Volume kotak   V   A B   C

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 151 Tahun 2019 Tentang Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di Kementrian Agama tahun Akademik

Penjumlahan dua buah matriks akan menghasilkan sebuah matriks dengan ukuran yang sama dengan kedua matriks yang dijumlahkan, dan setiap unsur didalamnya merupakan hasil

Prinsip pemasangan kartu domino ini dapat kita gunakan untuk memahami perkalian dua matriks, yaitu sebuah matriks A dapat dikalikan dengan matriks B jika banyak kolom matriks A

67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, terdapat penyempurnaan dari yang sebelumnya pola pembelajaran satu arah

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk menghitung nilai daya dukung aksial dan daya dukung ijin tiang pancang berdasarkan data Sondir dan data SPT dengan metode

Karena jika Perjamuan Tuhan adalah satu refleksi dari relasi kita dengan Kristus, apa yang Kristus telah lakukan bagi kita, dan merupakan satu pembaharuan

3.3 Menjelaskan matriks dan kesamaan matriks dengan menggunakan masalah kontekstual dan melakukan operasi pada matriks yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain tahun 2005 yang kami sebut di atas,laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas