• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Luka bakar merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh semua orang di dunia. Besar kecilnya luas luka menjadi penentu dalam memberikan tindakan keperawatan yang tepat. Penanganan luka bakar dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai, kasus kejadian luka bakar dimasyarakat masih jauh dari kata steril, hal ini sangat berpengaruh terhadap prognosa medis terkait dengan keadaan luka yang beresiko terkontaminasi dengan agen-agen penyebab infeksi. Penanganan yang sederhana juga sering dijumpai khususnya pada luka bakar yang tidak terlalu luas. Seperti penggunaan pasta gigi dan lain sebagainya yang pada kenyataannya hanya dapat memberikan efek mendinginkan luka.

Kasus luka bakar sering terjadi di rumah ketika memasak atau di kamar mandi karena air panas atau penggunaan alat elektronik yang tidak sesuai. Luka bakar juga dapat terjadi dilingkungan industri. Anak-anak dan lansia memiliki resiko tinggi terhadap cedera luka bakar. Kedua kelompok ini memiliki kulit yang tipis dan rapuh, sehingga kontak dalam waktu yang sebentar dengan sumber panas dapat mengakibatkan luka bakar ketebalan penuh. Peluang untuk bertahan hidup lebih besar pada anak yang berusia lebih dari 5 tahun dan pada orang dewasa yang kurang dari 40 tahun (Smeltzer & Bare, 2002). Semua luka bakar (kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) membutuhkan

(2)

komplikasi serius lainnya (Balletto et al, 2001).

Di Amerika Serikat setiap tahunnya kurang-lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar. Dimana sebanyak 200.000 pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien rawat inap di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat luka bakar dan lebih dari separuh kasus luka bakar yang dirawat di rumah sakit seharusnya dapat dicegah (Smeltzer & Bare, 2002). Sementara untuk data kasus luka bakar di Indonesia pada Januari 1998-Mei 2001 berdasarkan data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), menunjukkan bahwa dari 156 penderita didapatkan angka mortalitas 27,6%. Penyebab tersering adalah api (55,1%), dan terjadi dirumah (72,4%). Dimana luka bakar derajat II paling banyak ditemukan (76,9%) (Astrawinata, 2002; Widyasari 2011). Sedangkan kasus luka bakar di kota Malang pada Januari-Desember 2012 berdasarkan data dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), didapatkan data angka kejadian luka bakar sebesar 113 kasus. Dari jumlah kasus kejadian luka bakar tersebut penyebabnya adalah (30,1%) karena mercon, (29,2%) karena air panas, (17,7%) karena listrik, (14,2%) karena minyak panas, (8,8%) karena bensin.

Perawatan luka bakar dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan tambahan, antara lain normal salin, lidah buaya, madu dan minyak zaitun. Minyak zaitun adalah salah satu minyak tumbuhan yang pertama dibuat orang yang diperas dari buah pohon zaitun (Oela europae L). Minyak zaitun khususnya jenis extra virgin terus meraih ketenaran diseluruh dunia karena kandungannya akan vitamin E, vitamin C, vitamin A, vitamin K, senyawa fenol, esterogen nabati, karotenoid, dan klorofil, disamping masih banyak lagi unsur yang baik

(3)

bagi kesehatan manusia khususnya untuk melawan infeksi pada luka. Rahasia keemasan dari minyak zaitun dipercaya dapat bekerja sebagai bahan obat-obatan dan bermanfaat sebagai antibiotik untuk berbagai penyakit ataupun ganguan kesehatan lainnya, dengan pemakaian baik tunggal maupun setelah diramu dengan rempah-rempah. Berdasarkan sejarah orang-orang Yunani, Romawi dan Mesir Kuno sejak dahulu telah menggunakan minyak zaitun sebagai minyak oles untuk luka gores, lecet, luka berdarah, memar, dan luka-luka lainnya (Orey, 2008). Keunggulan dari minyak zaitun extra virgin untuk membantu mempercepat penyembuhan luka bakar juga telah dijelaskan dalam sebuah buku yang ditulis Orey (2008) dalam bukunya yang berjudul “Khasiat Minyak Zaitun” yang menyebutkan bahwa sejak zaman para nabi, minyak zaitun telah diandalkan untuk mengatasi luka bakar. Keunggulan dari minyak zaitun adalah karena minyak zaitun merupakan bahan obat herbal alami yang tidak berbau menyengat seperti obat, memiliki rasa yang enak, lembut dan dapat dinikmati sebagaimana makanan biasa sehingga apabila terjadi luka bakar pada mulut atau bibir dapat digunakan untuk mengobati tanpa harus takut tertelan karena minyak zaitun juga merupakan bahan tambahan pangan yang memiliki kadar gizi tinggi. Minyak zaitun juga tidak memiliki efek samping untuk kulit dan bahkan sering digunakan oleh pakar kecantikan untuk menjaga kelembaban kulit wajah. Dilihat dari segi harga minyak zaitun extra virgin memang sedikit lebih mahal daripada minyak-minyak lain, akantetapi dengan melihat manfaat yang telah dijelaskan tidak rugi jika kita memiliki 1 botol minyak zaitun extra virgin untuk persediaan dirumah karena dapat digunakan untuk bahan tambahan pangan dan apabila terjadi luka bakar seperi terkena air panas dll, minyak zaitun dapat sewaktu-waktu digunakan.

(4)

Spanyol dengan label Borges yang dilakukan di Lab Kimia Terpadu Universitas Muhammadiyah Malang (2013), didapatkan hasil berupa kandungan vitamin A (38,789 gr), Vitamin E (775,603 mg/kg), Polifenol (400, 274 mg/kg) dan Oleochantal (176,977 mg/kg). Berdasarkan hasil analisis tersebut terdapat kandungan vitamin dan mineral yang memiliki potensi dalam membantu proses penyembuhan luka bakar. Kandungan yang paling dominan yang diharapkan dapat membantu proses penyembuhan luka bakar khususnya luka bakar derajat 2A (Superficial dangkal) yang memiliki karakteristik berwarna kemerahan dan terdapat bulae atau lepuh adalah vitamin A dan vitamin E. Luka bakar derajat 2A dapat sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari (Moenadjat, 2001). Kandungan vitamin A dan vitamin E telah diketahui sebagai vitamin yang dapat diberikan secara topikal pada area luka yang diharapkan dapat membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Vitamin A berfungsi mengurangi efek negatif steroid pada penyembuhan luka. Menurut Potter (2005), steroid dapat menurunkan respons inflamasi dan memperlambat sintesis kolagen. Beta karoten yang dikonfersi menjadi vitamin A berperan dalam pembentukan dan regenerasi sel-sel epitel (epitelialisasi) atau penutupan luka dan sintesis kolagen (Hidayat, 2009). Vitamin E merupakan sinonim dari alfa tokoferol (Widjajanti, 1988), memiliki kemampuan sebagai anti-trombin yaitu mencegah pembekuan darah dalam pembuluh darah, membantu mengurangi jaringan parut yang ada, memberikan hidrogen fenol untuk mereduksi radikal bebas, mencegah kerusakan pada serabut kolagen, membantu mengamankan vitamin A dan asam lemak tak jenuh dari kerusakan dan membantu mengeringkan luka.

(5)

Data dari American Journal of Emergency Medicine edisi 2012 menyebutkan bahwa pengobatan luka bakar ketebalan parsial dengan menggunakan minyak zaitun yang dimurnikan tidak menghasilkan penyembuhan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan SSD (Silver Sulfadiazin) atau kasa kering dalam sampel babi. Tetapi data berbeda ditunjukkan pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Farahani, et al.(2012) dalam Journal of Arak University of Medical Sciences number 1

volume 2 edisi 2012 menyebutkan bahwa penggunaan minyak zaitun menyebabkan

percepatan dan pemulihah lebih cepat dalam penyembuhan luka bakar pada tikus dibandingkan penggunaan salep SSD yang memerlukan waktu pemulihan yang lama. Data dari kedua penelitian tersebut tidak menyebutkan dosis dan frekuensi pemberian terapi minyak zaitun sehingga dapat memunculkan ide baru untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian berbasis luka bakar.

Tindakan perawatan luka merupakan salah satu tindakan yang harus dilakukan pada klien luka bakar karena klien mengalami gangguan intregritas kulit yang memungkinkan terjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Tujuan utama dari perawatan luka tersebut adalah mengembalikan integritas kulit dan mencegah terjadinya komplikasi infeksi. Perawatan luka meliputi pembersihan luka, pemberian terapi antibakteri topikal, pembalutan luka, penggantian balutan, debridemen, dan graft pada luka (Smeltzer & Bare, 2002). Frekuensi perawatan luka tidak disebutkan secara pasti, tergantung jumlah drainase, keinginan dokter, dan sifat luka (Taylor et al, 1989).

Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Dosis Pemberian Minyak Zaitun Extra Virgin Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar.

(6)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh dosis pemberian minyak zaitun ekstra virgin terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh dosis pemberian minyak zaitun ekstra virgin terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Membuktikan dosis pemberian minyak zaitun ekstra virgin pada luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar berpengaruh terhadap penyembuhan luka bakar pada fase inflamasi yang ditandai dengan penurunan luas luka.

2. Membuktikan dosis pemberian minyak zaitun ekstra virgin pada luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar berpengaruh terhadap penyembuhan luka bakar pada fase proliferasi yang ditandai dengan penurunan luas luka.

3. Mengetahui pengaruh dosis pemberian minyak zaitun extra virgin yang paling cepat (1 kali sehari 1cc, 2 kali sehari masing-masing 1cc, 3 kali sehari masing-masing 1cc) terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA pada tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis dan Peneliti Lain

1. Mendapatkan penjelasan secara ilmiah tentang pengaruh minyak zaitun extra virgin terhadap penyembuhan luka bakar derajat 2A. 2. Sebagai dasar-dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkait

dengan manfaat penelitian berupa penjelasan tentang pengaruh minyak zaitun extra virgin terhadap penyembuhan luka bakar derajat 2A.

3. Sebagai dasar pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang teknik penyembuhan luka bakar dengan menggunakan minyak zaitun extra virgin.

1.4.2 Bagi Masyarakat

1. Memberikan penjelasan ilmiah mengenai manfaat minyak zaitun extra virgin dalam membantu proses penyembuhan luka bakar, khususnya luka bakar derajat 2A, sehingga dapat menghemat biaya perawatan. 2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat lain dari

minyak zaitun extra virgin dalam hal kesehatan.

3. Memberikan peluang baru bagi masyarakat maupun pihak-pihak lain untuk mengembangkan pemanfaatan minyak zaitun khususnya jenis extra virgin untuk dikembangkan lebih lanjut.

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

1. Memotivasi perawat untuk melakukan penelitian-penelitian lain yang bermanfaat bagi profesi keperawatan.

2. Sebagai pengembangan motivasi kepada perawat untuk berfikir kritis dan ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mendorong

(8)

sistem pendukung yang dapat membantu perawat dalam mencapai tujuan keperawatan.

3. Menambah pengetahuan mengenai salah satu manfaat obat tradisional dalam perawatan luka bakar.

1.5 Batasan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka dan mengingat legal etik yang ada, maka pada penelitian ini dilakukan pada hewan percobaan tikus putih

(Rattus norvegicus) jenisstrain wistar, jantan dengan umur 2-3 bulan, dengan berat

badan 150-250 gram, berwarna putih dengan bulu tebal dan memiliki pergerakan yang aktif .

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya. Namun dari segi variabel dan subyek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya.

Menurut penelitian yang dilakukan Gurfinkel (2010) dalam American Journal of American Medicine edisi 2012, tentang “Comparison of purified olive oil and silver sulfadiazine in the treatment of partial thickness porcine burns”. Dalam penelitian tersebut subyek yang digunakan untuk percobaan adalah hewan babi. Degan hasil penelitian bahwa pengobatan luka bakar ketebalan parsial dengan minyak zaitun yang dimurnikan tidak menghasilkan penyembuhan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan SSD atau kasa kering dalam model perconaan babi.

(9)

Menurut penelitian yang dilakukan Farahani (2012) dalam Journal of Arak

University of Medical Sciences number 1 volume 2 edisi 2012, tentang “The study of the

olive oil effect on the second degree burn in the rat”. Dalam penelitian tersebut menggunakan hewan coba berupa tikus putih dan menyebutkan bahwa penggunaan minyak zaitun menyebabkan percepatan dan pemulihan yang lebih cepat dalam penyembuhan luka bakar pada tikus dibandingkan dengan penggunaan salep SSD (Silver Sulfadiazine) yang memerlukan waktu pemulihan lebih lama.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel instrumen dalam penelitian ini meliputi aspek faktor-faktor sikap yaitu : (x1) peraturan orangtua, (x2) keinginan remaja, (x3) teguran, (x4) reward, dan (Y)

Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang

Sebagai konstituen penyambung, -u/-ru tidak hanya menyambung nomina dan non-nomina dalam frasa nomina, tetapi juga dapat menyambung verba (maksudnya: akar

Masalah status hukum ruang udara diatas wilayah daratan dan perairan suatu negara berdaulat yang digunakan untuk melakukan penerbangan, mulai dibahas secara resmi

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Oleh sebab, itu dalam penelitian ini ditawarkan cara pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan media visual manipulatif boneka dengan harapan dapat

Penyimpangan pada data (14c) terjadi pada kata karena dan kakalin. Penggunaan kata yang tepat adalah kerana 'karena', begitu juga kekalin dari kosa katanya sudah bahasa Bali dan

Dari hasil pengujian Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO-MSA) dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel yang mempengaruhi keputusan