• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH IN STORE PROMOTION TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING YANG DIMODERASI OLEH IMPULSE BUYING TENDENCY (Survei di Toko Laris Purworejo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH IN STORE PROMOTION TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING YANG DIMODERASI OLEH IMPULSE BUYING TENDENCY (Survei di Toko Laris Purworejo)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO

 

ANALISIS

 

PENGARUH

 

IN

 

STORE

 

PROMOTION

 

TERHADAP

 

PERILAKU

  

IMPULSE

 

BUYING

 

YANG

 

DIMODERASI

 

OLEH

 

IMPULSE

 

BUYING

 

TENDENCY

 

(Survei

 

di

 

Toko

 

Laris

 

Purworejo)

 

Febrian Arif Budi Setiyawan 

fsetiyawan98@yahoo.com 

Dwi Irawati 

dwi_irawati@mail.com 

Murry Hermawan Saputra 

murrayharmawansaputra@gmail.com 

Universitas Muhammadiyah Purworejo 

 

Abstrak

 

Dalam  berbagai penelitian, telah  diungkapkan bahwa  ada  banyak  faktor  yang  dapat  mempengaruhi perilaku impulse buying. Perilaku impulse buying memang sulit dihindari karena hal  ini menimbulkan pengalaman yang menyenangkan ketika berbelanja. Dari sekian banyak faktor yang  dapat mempengaruhi impulse buying, penelitian ini hanya fokus untuk menganalisis pengaruh in  store promotion dan impulse buying tendency terhadap perilaku impulse buying di toko Laris  Purworejo. Populasi penelitian ini adalah semua konsumen toko Laris Purworejo yang pernah  melakukan impulse buying karena jumlah populasi yang tidak diketahui, maka peneliti memutuskan  untuk  menggunakan  sampel penelitian  yang berjumlah 125  responden.  Pengambilan sampel 

menggunakan Non probability Sampling yaitu dengan metode purposive sampling. Instrumen 

pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang masing‐masing sudah diuji  coba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Pengujian hipotesis menggunakan regresi  linier. 

Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa variabel in store promotion berpengaruh  positif dan signifikan pada impulse buying, yaitu dengan taraf signifikansi pValue 0,015 (< 0,05) dan  nilai Standardized Coeficients Beta 0,193. Impulse buying tendency tidak memoderasi hubungan  antara in store promotion dan impulse buying, dari pengujian regresi dengan moderasi menghasilkan  nilai taraf signifikansi pValue 0,0115 (> 0,05) dan nilai  Standardized Coeficients Beta ‐1,390, atau tidak  signifikan. 

Kata kunci : in store promotion, impulse buying tendency dan impulse buying  A. Latar Belakang 

Sering  kali  pembeli yang belanja di  toko ritel  modern  seperti misalnya toko  swalayan atau mal, konsumen membeli barang di luar rencana semula. Walaupun daftar  belanja sudah tercatat rapi, seperti di luar kesadaran, masih saja mereka membeli yang  tidak ada dalam daftar belanja. Oleh karena itu sebagian besar konsumen Indonesia  memiliki  karakter  unplanned.    Mereka  biasanya  bertindak  last  minute  dan  dalam  berbelanja mereka sering menjadi impulse buyer. Hal itu diperkuat lewat hasil dari sebuah  survei yang dilakukan  oleh AC Nielsen  dalam majalah MARKETING (2007),  terhadap 

(2)

konsumen di sebagian besar supermarket dan hypermarket di beberapa kota besar di  Indonesia  seperti  Bandung,  Jakarta  dan  Surabaya.  Berdasarkan  survei  tersebut,  pembelanja yang melakukan pembelian tidak terencana mencapai sekitar 85%, sedangkan  konsumen yang melakukan pembelian sesuai dengan rencana dan tidak terdorong untuk  membeli item tambahan hanya berkisar 15% saja.  

Dari beberapa  uraian  di  atas menunjukan  banyak masyarakat Indonesia yang  melakukan pembelian secara tidak terencana atau impulse buying. Dalam pembelian tidak  terencana,  banyak  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  seseorang  untuk  melakukan  pembelian tidak terencana, yaitu bisa faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam  penelitian ini, faktor eksternal yaitu strategi in store promotion dan faktor internal yaitu  impulse buying tendency. 

Tidak semua produk yang disediakan oleh peritel menarik minat konsumen, untuk  itu peritel harus merumuskan strategi agar produk yang kurang diminati tersebut dapat  menarik minat konsumen. Salah satu cara adalah melalui promosi di dalam toko (in‐store 

promotion). Komunikasi yang dilakukan perusahaan melalui promosi yang dilakukan di  dalam toko dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh perusahaan  untuk  menyentuh  atau  mempengaruhi  emosi  konsumen.  In  store  promotion  adalah  promosi yang dilakukan di dalam toko. In store promotion bertujuan menjadi stimulus yang  dapat merangsang keputusan pembelian konsumen di dalam toko, baik keputusan yang  direncanakan maupun keputusan yang belum direncanakan sebelum datang ke toko. 

Strategi promosi di dalam toko berupaya menarik konsumen untuk melakukan  pembelian, misalnya dengan melakukan penataan barang yang dibuat semenarik mungkin  sehingga produk yang dipajang dapat di lihat dan diambil dengan mudah oleh konsumen.  Promosi ritel lainnya bisa dari sisi harga, peritel dapat   memberikan diskon, potongan  harga,  sampel  gratis,  dan  ditambah  dengan  adanya  rayuan  dari  pramuniaga  akan  mempercepat keputusan pembelian konsumen sehingga konsumen lebih tertarik untuk  membeli. 

Selain faktor pedagang, pembelian yang tidak terencana akan lebih mungkin terjadi  karena adanya penyebab dari dalam diri konsumen itu sendiri, yaitu seberapa besar  konsumen  tersebut  mempunyai  kecenderungan  pembelian  spontan  (impulse  buying 

(3)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO tendency). Semakin tinggi  kecenderungan impulsif seorang konsumen, maka  perilaku  pembeliannya lebih sering melakukan pembelian tidak terencana. Logikanya  seorang  melakukan pembelian di dalam suatu toko, dan di dalam toko tersebut terdapat promosi  penjualan contohnya dengan diskon, hadiah langsung dan lain‐lain, seseorang tersebut  akan  melakukan  pembelian  yang tidak terpikirkan  sebelumnya, selain  karena  faktor  promosi,juga  disebabkan  konsumen  tersebut  mempunyai  kecenderungan  untuk  melakukan pembelian tidak terencana. 

Hasil survey yang dilakukan oleh Point Of Purchase Advertising Institute (POPAI)  menunjukkan  bahwa  sekitar  75%  pembelian  di  supermarket  dilakukan  secara  tidak  terencana. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak pembeli yang melakukan  impulse  buying.  Itu dikarenakan  supermarket  sekarang  tidak  hanya  menjadi  tempat  belanja semata tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk tempat rekreasi, selain itu dengan  adanya kemudahan dalam berbelanja, misalnya kartu kredit, kartu debet dan lain‐lain,  sehingga konsumen tidak perlu membawa uang tunai. Hal itu mendukung seseorang  dalam mengambil keputusan pembelian yang tidak terencana. 

Berdasarkan hal tersebut studi mengenai pengaruh in store promotion terhadap  impulse buying yang dimoderasi oleh impulse buying tendency menarik untuk diteliti. 

B. Rumusan Masalah 

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, peneliti merumuskan persoalan dalam  bentuk pertanyaan yaitu: 

1. Apakah in store promotion berpengaruh positif terhadap impulse buying? 

2. Apakah impulse buying tendency memoderasi hubungan antara in store promotion 

terhadap impulse buying? 

C. Kajian Teori  1. Impulse Buying 

Menurut Beatty dan Farrell (1998), impulse buying merupakan pembelian secara  tiba‐tiba  dan  dilakukan  dengan  segera  tanpa  tujuan  sebelum  berbelanja  untuk  membeli sebuah produk tertentu terlebih dahulu. Perilaku tersebut terjadi begitu saja   karena adanya dorongan untuk membeli secara spontan tanpa banyak pemikiran, 

(4)

sehingga konsumen tidak memikirkan konsekwensi dari pembelian yang dilakukan.  Konsumen baru memikirkan konsekwensi setelah terjadi pembelian (past purchase).  Ditambahkan oleh Rook (1998) bahwa impulse buying memang sulit dihindari karena  hal ini menimbulkan pengalaman yang menyenangkan ketika berbelanja. 

Terdapat beberapa definisi yang menyamakan antara impulse buying sebagai  pembelian  tidak  terencana  seperti  yang  diungkapkan  oleh  Strem  (1962)  bahwa  impulse buying adalah pembelian yang tidak terencana. Hal ini diperkuat oleh Cobb  dan Hoyer (1986), dimana mereka mendefinisikan secara sederhana impulse buying 

sebagai sebuah pembelian tidak terencana.  2. In Store Promotion 

In  store  promotion  adalah  promosi  yang  dilakukan  di  dalam  toko  yang  dibuat  semenarik mungkin agar konsumen tertarik dan memutuskan pembelian suatu produk  (Yusriyanti, 2008).ada tiga tipe in store promotion yaitu : 

a) Penjualan Pribadi (Personal Selling) 

Personal selling merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak  langsung dengan konsumennya. Kontak langsung  ini diharapkan akan terjadi  interaksi yang positif antara perusahaan dan konsumen (Lubis, 2004). Dalam  industri ritel, khususnya hypermarket, personal selling adalah elemen terpenting  dalam  pembentukan  image  ritel.  Ritel  seperti  hypermarket  biasanya  menggunakan Sales Promotion Girl (pramuniaga) sebagai orang pertama yang  berinteraksi dengan konsumen secara langsung (tatap muka). 

b) Display Toko (store display) 

Display toko adalah teknik pemajangan produk pada rak‐rak pemajangan  produk. Menurut Lewison dan Delozier (1989) dalam prakteknya, display toko  digunakan untuk: 

(1). memaksimalkan penjelasan tentang produk  (2). meningkatkan penampilan produk 

(3). merangsang ketertarikan terhadap produk  (4). menjelaskan informasi tentang produk 

(5)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO (5). memfasilitasi transaksi penjualan 

(6). memastikan keamanan produk 

(7). menyediakan tempat penyimpanan produk  (8). mengingatkan rencana pembelian konsumen 

(9). menghasilkan penjualan tambahan berdasarkan impulse  c) Promosi Penjualan (Sales promotion) 

Promosi penjualan pada ritel disebut juga sale incentive (insentif penjualan)  yaitu rangsangan baik secara langsung atau pun tidak langsung yang menawarkan  nilai tambah bagi konsumen. Beberapa bentuk promosi penjualan adalah kupon  (coupon), sample (sampling), kontes dan undian, serta iklan khusus (Lewison dan  Delozier, 1989). Menurut Kotler (2005), promosi penjualan dapat digunakan untuk  mendapatkan efek jangka pendek seperti mendramatisir tawaran produk dan  meningkatkan  penjualan  yang  merosot.  Harapannya  adalah  perusahaan  memperoleh tanggapan konsumen yang lebih kuat dan lebih cepat. 

3. Impulse Buying Tendency 

Impulse  buying  tendency  adalah  kecenderungan  untuk  bertindak  atas  kemauan,  menampilkan  perilaku  yang  ditandai  dengan  sedikit  atau  tidak  ada  pemikiran, refleksi, atau pertimbangan konsekwensi yang akan terjadi (Beatty &  Ferrell, 1998). Jadi semakin tinggi seseorang memiliki tendensi atau kecenderungan  impulsif,  maka  akan  semakin  sering  pula  seseorang  tersebut  untuk  berperilaku  impulsif  (www.wikipedia.com).  Kecenderungan  membeli spontan  (impulse buying 

tendency), adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga  mungkin menjadi ekspresi pola kepribadian yang lebih luas (Jones et.al, 2003). 

D. Hipotesis  

Hubungan variabel bebas, variabel terikat dan variabel moderasi dari penelitian ini  digambarkan menjadi 2 model hubungan yaitu : 

     

In Store Promotion IMPULSE BUYING

X Y

(6)

 

Model hubungan I 

H0 : In store promotion tidak berpengaruh positif terhadap Impulse buying   H1 : In store promotion berpengaruh positif terhadap Impulse buying 

              Model hubungan II 

H0 : Impulse buying tendency tidak memoderasi pengaruh in store promotion  terhadap impulse buying  

H2 : Impulse buying tendency memoderasi pengaruh in store promotion terhadap  impulse buying 

E. Metode penelitian 

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah pengunjung atau konsumen  Toko Laris Purworejo. Besarnya populasi tidak dapat diketahui secara pasti, sehingga  sampel  diambil  berdasakan  metode  non  probabilitas  sampling,  yaitu  metode  metode purposive sampling yaitu penentuan sampel yang menggunakan kriteria atau  pertimbangan tertentu, yaitu dengan pertimbangan : 

1. Responden pernah melakukan pembelian di Toko Laris Purworejo.  

2. Responden  berusia  18  tahun,  karena  peneliti  menganggap  bahwa  dalam  usia  tersebut, responden sudah dewasa dan sudah bisa menentukan pilihannya sendiri  dalam melakukan pembelian. 

3. Responden pernah melakukan impulse buying 

Untuk  penggunaan  analisis  regresi  besarnya  jumlah  sampel  dapat  ditentukan  berdasarkan sebaran data normal. Populasi yang digunakan pada penelitian ini memiliki  varians yang cukup tinggi, untuk itu akan digunakan sampel besar (≥ 30) yaitu sebanyak 

In Store Promotion IMPULSE BUYING

Impulse Buying Tendency

M H2

Y X

(7)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO 125  orang.  Jumlah  125  orang  dianggap  sudah  mencukupi  untuk  jumlah  sampel  berdasarkan sebaran data normal. 

Penelitian  ini  merupaka  penelitian  survei  kuesioner,  karena    menggunakan  instrumen kuesioner untuk meminta tanggapan dari responden dan untuk mengukur  kuesioner  menggunakan teknik pengukuran Skala Likert. 

F. Definisi Operasional 

1. In Store Promotion 

In store promotion adalah promosi yang dilakukan di dalam toko yang di buat  semenarik  mungkin  agar konsumen tertarik dan memutuskan pembelian suatu  produk (Yusriyanti, 2008). Indikator in store promotion yaitu : 

a) Adanya sample gratis.  b) Adanya undian berhadiah. 

c) Posisi  produk yang mudah dijangkau. 

d) Informasi yang ada pada banner yang dipasang di dalam toko.  e) Adanya informasi yang diberikan dengan ramah oleh SPG.  f) Adanya bujukan dari SPG. 

g) SPG menawarkan dengan ramah

2. Impulse buying tendency 

Impulse buying tendency adalah kecenderungan untuk bertindak atas kemauan,  menampilkan  perilaku  yang  ditandai dengan sedikit atau  tidak  ada  pemikiran,  refleksi, atau pertimbangan konsekwensi yang akan terjadi (Beatty & Ferrell, 1998).   Indikatornya sebagai berikut : 

a) Berbelanja dengan spontan. 

b) Membeli barang yang sebelumnya tidak terpikirkan untuk dibeli.  c) Berbelanja tanpa perencanaan. 

3. Impulse Buying 

Impulse  buying  merupakan  proses  pembelian  konsumen  yang  cenderung  secara spontan dan seketika tanpa direncanakan terlebih dahulu (Babin, Darden  and  Griffin, 1995). Indikatornya sebagai berikut : 

(8)

b) Membeli tanpa niat beli sebelumnya. 

c) Membeli dengan spontan sangat menyenangkan  d) Membeli produk pada rak pajang yang “eye catching”  G. Pengujian Instrumen Penelitian 

Uji instrumen penelitian digunakan untuk menentukan apakah alat pengukuran  tersebut dapat digunakan atau tidak dalam mengumpulkan data mengumpulkan data  yang diperlukan sehingga bisa didapat hasil pengujian hipotesis yang tepat sasaran.  Oleh karena itu, sangat diperlukan instrumen penelitian yang memiliki validitas dan  reliabilitas yang tinggi.  

1. Validitas 

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu  mengungkapkan  sesuatu  yang  akan  diukur.  Dalam  penelitian  ini  uji  validitas  dilakukan pada variabel in store promotion (X), impulse buying tendency (M), dan  impulse buying (Y). Menurut Sugiyono (2012), sebuah instrumen dikatakan valid jika  r (product moment) lebih besar dari 0,3. Hasil uji validitas data pre‐test dari 30  responden yang dilakukan   menggunakan software SPSS for windows dapat dilihat  dalam Tabel 1 berikut. 

Tabel 1 

Hasil Pengujian Validitas Data PreTest 

Variabel  Item  Pertanyaan  r hitung  per item  pertanyaan r hitung  per  variabel  r min  Keterangan  In store  promotion  (X1)  X1.1  X1.2  X1.3  X1.4  X1.5  X1.6  X1.7  0,458 0,507  0,464  0,321  0,334  0,415  0,313  0,747  0,3    Valid  Impulse  buying  tendency  (M)  M1.1  M1.2  M1.3  0,602  0,665  0,731  0,659  0,3  Valid  Impulse  buying (Y)  Y1.1  Y1.2  Y1.3  0,729  0,588  0,572  0,561  0,3  Valid 

(9)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO

Y1.4  0,660

Sumber: Data Primer Diolah, 2013 

Berdasarkan  pada  pada  Tabel  1,  menunjukkan  nilai  r  hitung  per  item  pertanyaan dan r hitung per variabel nilainya positif dan lebih dari 0,3, sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  kuesioner  terbukti  valid,  artinya  pertanyaan  pada  kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner tersebut. 

2. Reliabilitas 

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi konstruk atau variabel  penelitian.  Untuk  mengukur  uji  reliabilitas  dilakukan  dengan  menggunakan  uji  statistik Cronbach Alpha (α). Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika memberikan nilai  Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha kurang  dari 0,6 maka instrumen tidak reliabel (Arikunto, 2002 : 170). 

Hasil uji reliabilitas data pre‐test (30 responden) yang dilakukan dengan alat  bantu software SPSS for windows dapat dilihat pada Tabel 2  berikut. 

Tabel 2 

Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Pretest  Variabel  Item  Cronbach’s  Alpha if  Item  Deleted  Cronbach’s  Alpha  Nilai  Reliabilitas  Keterangan  In store  promotion  (X)  X1  X2  X3  X4  X5  X6  X7  0,639  0,626  0,641  0,677  0,671  0,651  0,677  0,689  0,6  Reliabel  Impulse  buying  tendency  (M)  M1  M2  M3    0,801  0,741  0,665    0,811  0,6  Reliabel  Impulse  buying (Y)  Y.1  Y.2  Y.3  Y.4  0,710  0,788  0,788  0,756  0,811  0,6  Reliabel 

(10)

Berdasarkan Tabel 2, semua variabel nilai Alpha > 0,6 dan Cronbach Alpha if 

Item Deleted > 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner terbukti reliabel,  artinya pertanyaan dalam kuesioner mampu memberikan hasil yang konsisten bila  dipakai secara berulang kali dengan asumsi kondisi pada saat pengukuran tidak  berubah, sehingga kuesioner tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data  field dengan 125 responden. 

H. Hasil Penlitian dan Pembahasan 

1. Model Hubungan I 

Hasil uji regresi linier sederhana dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3  berikut. 

Tabel 3 

Hasil Uji Regresi Linier  

Variabel  Standardized 

Coeficients Beta  pvalue  Keterangan 

In store 

promotion  0,193  0,015  Positifsignifikan dan  

Sumber: Data Primer Diolah, 2013 

Berdasarkan Tabel di atas, model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil  uji regresi linier sederhana adalah: 

Y = 0,193.X  

Uji Hipotesis 1 (H1) 

H0  : In store promotion tidak berpengaruh positif terhadap impulse buying.  H1  : In store promotion berpengaruh positif terhadap impulse buying. 

 Hipotesis yang menjelaskan bahwa in store promotion berpengaruh positif pada  impulse buying menghasilkan nilai positif pada Standardized Coeficients Beta sebesar  0,193 dan pengujian H1 dilakukan dengan membandingkan nilai pValue dengan α (5%). Hasil 

analisis regresi menunjukkan bahwa nilai pValue sebesar 0,015 (kurang dari 0,05), sehingga 

H1 diterima dan Ho ditolak yang berarti in store promotion berpengaruh positif dan 

(11)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusriyanti (2008)  dan Bong (2011), yang menyatakan bahwa in store promotion mempunyai pengaruh  signifikan terhadap perilaku impulse buying. 

Hal ini menjelaskan bahwa, in store promotion yang dilakukan Toko Laris Purworejo  mampu merangsang pengunjung toko untuk membeli barang yang sebelumnya tidak  terfikirkan untuk di beli. Bentuk in store promotion dalam penelitian ini ada tiga macam  yaitu ; yang pertama adalah promosi penjualan, promosi penjualan merupakan strategi  promosi yang langsung mendapatkan respon dari konsumen untuk segera memutuskan  pembelian, karena konsumen tertarik dengan insentif yang diberikan yang berupa diskon,  voucher dan bonus. Kedua adalah display toko atau pemajangan produk pada rak‐rak  pemajangan produk, dengan pemajangan yang menarik mempermudah konsumen dalam  pencarian produk, selain itu pemajangan produk dengan media tertentu akan menambah  keterterikan terhadap produk yang dijual, misalnya pemajangan produk menggunakan  patung atau manekin. Yang ketiga adalah penjualan pribadi, dengan adanya penjualan  pribadi yang dilakukan oleh seorang pramuniaga memungkinkan konsumen terpengaruh  dengan informasi‐informasi tentang produk dan kata‐kata persuasif yang diberikan oleh  seorang pramuniaga, sehinnga konsumen tertarik untuk membeli. 

2. Model Hubungan II 

Hasil uji regresi dengan moderasi dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4  berikut: 

Tabel 4 

Hasil Uji Regresi dengan Moderasi                   

Sumber: Data Primer Diolah, 2013 

Berdasarkan Tabel pengujian regresi dengan moderasi ditulis dengan persamaan  regresi sebagai berikut : 

Variabel  Standardized 

Coeficients Beta  pvalue  Keterangan 

X  0,969  0,053  Positif dan tidak 

signifikan 

M  1,448  0,022  Positif dan 

signifikan 

M.X  ‐1,390  0,115  Negatif dan tidak 

(12)

Y = 0,969X + 1,448M−1,390X.M   

 

Uji Hipotesis 2 (H2) 

H0: Impulse buying tendency tidak memoderasi pengaruh in store promotion terhadap  impulse buying. 

H2: Impulse buying tendency memoderasi pengaruh in store promotion terhadap impulse 

buying. 

Hipotesis yang menjelaskan bahwa impulse buying tendency memoderasi pengaruh in 

store promotion terhadap impulse buying menghasilkan nilai  Standardized Coeficients Beta  sebesar  ‐1,390 dan   pValue   0,115   (lebih dari 0,05) atau negatif dan tidak signifikan. Dari hasil 

tersebut dapat disimpulkan bahwa impulse buying tendency tidak memoderasi hubungan  antara in store promotion dengan impulse buying. Sehingga H2 ditolak dan H0 diterima  yang berarti impulse buying tendency tidak mempunyai efek moderasi terhadap pengaruh  in store promotion pada impulse buying. 

Impulse buying tendency tidak memoderasi pengaruh in store promotion terhadap  impulse  buying.  Konsumen  dengan  kecenderungan  pembelian  impulsif  tinggi  dalam  melakukan  pembeliannya  cenderung bersifat  emosional,  sehingga  konsumen  dengan  kecenderungan  pembelian  impulsif  tinggi  pada  waktu  pembelian  tidak  memikirkan  konsekuensi  yang  akan  dihadapi  setelah  pembelian.  Sedangkan  konsumen  dengan  kecenderungan impulsif rendah akan cenderung berfikir apakah produk yang akan dibeli  tersebut akan bermanfaat atau tidak, sehingga tidak terpengaruh ketika ada promosi yang  dilakukan  oleh  ritel.  Konsumen  dengan  kecenderungan  pembelian  impulsif  rendah,  biasanya sudah merencanakan produk apa saja yang akan dibeli yaitu dengan membuat  semacam daftar belanja (purchase list). 

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, menunjukkan bahwa konsumen toko  Laris Purworejo memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang cukup tinggi, tetapi  pada umumnya konsumen toko Laris Purworejo pada saat melakukan pembeliannya tidak  didasarkan apakah pada saat itu ada promosi atau tidak. Kecenderungan impulsif yang  dimiliki oleh konsumen toko Laris Purworejo, bukan tiba‐tiba muncul karena ada promosi  yang dilakukan oleh toko, melainkan sudah menjadi sifat yang dimiliki oleh seorang 

(13)

FEBRIAN ARIF BUDI SETIYAWAN, 2014  UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOREJO konsumen. Kecenderungan pembelian impulsif berkaitan dengan ciri‐ciri kepribadian atau  sifat seseorang yang dapat membedakan antara satu individu dengan individu lain  (Beatty  & Ferrell, 1998; Rook & Fisher, 1995). 

I. Simpulan 

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis pengaruh in store 

promotion terhadap impulse buying yang dimoderasi oleh impulse buying tendency 

survey di toko Laris Purworejo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 

a) In store promotion berpengaruh positif terhadap impulse buying, artinya semakin  banyak strategi in store promosi yang dilakukan oleh toko Laris Purworejo, maka  akan semakin  meningkatnya pembelian impulsif yang dilakukan oleh pengunjung  toko Laris Purworejo. 

b) Impulse buying tendency tidak memoderasi pengaruh in store promotion terhadap  impulse buying, artinya tanpa adanya impulse buying tendency yang tinggi, in 

store promotion tetap dapat mempengaruhi kecenderungan pembelian spontan  yang dimiliki oleh konsumen toko Laris Purworejo.   

DAFTAR PUSTAKA 

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Babin, B. J. dan W. R. Darden, dan M. Griffin. (1995). Consumer self‐regulation in a retail  environment. Journal of Retailling , 71, hal. 47‐70. 

Beatty, Sharon E. dan M. Elizabeth Ferrell. (1998). Impulse : Modeling its precursors. Journal 

of Retailing , hal. 169‐191. 

Bong, S. (2011). Pengaruh In store Stimuli Terhadap Impulse Buying Behavior Konsumen  Hypermarket di Jakarta. Ultima management Vol. 3 , hal. 31‐52. 

Cobb, C. J.  dan W. D. Hoyer. (1986). Planned versus impulse purchase behavior. Journal of 

Ritailing , hal. 348‐409. 

Jones, Michael A., Kristy E. Reymond, Seungoog Weun, and Sharon E. Beatty. (2003). The  product specific nature of impulse buying tendency. Journal of Business Research, 56 

(7) , hal. 505‐511. 

Kotler, P. (2005). Menejemen pemasaran edisi kesebelas. Jakarta: Penerbit PT. Indeks  Kelompok Gramedia. 

(14)

Lewison, Dale M. dan M. Wayne Delozier. (1989). Retailing. 3rd edition. Colombus, Ohio.:  Penerbit Merril Publishing Company. 

Lubis, A. (2004). Strategi Pemasaran dalam Persaingan Bisnis. Artikel pada Fakultas Ekonomi 

Jurusan Manajemen, Universitas Sumatera Utara, SUMUT . 

Rook, D. W. (1998). "Impulse Buying". in The Elgar Companion of Consumer Research and 

Economic  Psychology,  eds.  Peter  Earl  and  Simon  Kemp,  Brookfield  VT:  Elgar 

Publishing, Ltd., hal. 328‐333. 

Strem, H. (1962). Th Significance of Impulse Buying To Day. Journal of Marketing, 26 april ,  hal. 59‐62. 

Sugiyono, (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Yusriyanti, A. (2008). Pengaruh In Store Promotion Terhadap Keputusan Impulse Buying  Pada Konsumen Giant Hypermarket. Consumer Research. 

Referensi

Dokumen terkait

kesibukan dan minimnya waktu yang dimiliki oleh wanita zaman sekarang, fasilitas klub kebugaran dan kecantikan bagi wanita ini hadir sebagai tempat dimana wanita

Dengan informasi tersebut, platform seolah-oleh meiliki antena yang jauh lebih besar dari antena sesunguhnya dan dapat dihasilkan citra beresolusi tinggi.. Penelitian

If a Polygon, LineString or Point was returned with the address then it would be trivial for a client to either calculate the centre point for a marker, create a bounding box

Hasil simulasi Comsol menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun untuk tegangan yang terjadi

Semenjak pertengahan tahun 1970-an hinggalah sekarang telah berlaku peningkatan pekerja asing ke Malaysia untuk mencari pekerjaan dan ini telah menimbulkan berbagai isu yang

sekunder tuba auditiva karena efek tuba auditiva yang kering, reaksi inflamasi sekunder terhadap deposisi partikel dan gangguan ventilasi akibat mekanisme refleks,

58 Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Tentang Tata Cara Penyampaian atau Pembetulan Surat Pemberitahuan, dan Persyaratan

ANALISIS FINANSIAL DAN MANAJEMEN PETERNAKAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT BERDASAR SKALA LAKTASI DI DESA MEDOWO KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN KEDIRI tidak terdapat karya yang pernah