NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
SELVI ALVIANA RAFIDA
NIM.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
SELVI ALVIANA RAFIDA
NIM.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
v MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah
SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan,
membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dengan cinta, atas karunia
dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Kupersembahakan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan mimpiku:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Muhammad Rofi‟i dan Ibu Yuyun Farida
Istiqomah yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,
doa, dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak
tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani rintangan yang ada di
depanku.
2. Adik tercinta, Muhammad Rois Asofi Ramadhan yang telah
memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam mengarungi
perjalanan hidup.
3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc. dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga
yang senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat
menemukan ketentraman hidup.
4. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi angkatan
2012 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut
setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK pada Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI pada FTIK Institut Agama Islam
Negeri Salatiga
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan
viii
5. Guru-guru yang memberikan pengetahuannya kepada saya, semoga Allah
membalasnya dengan menempatkan kalian ditempat yang layak dan dibalas
dengan penuh kasih sayang-Nya.
6. Teman-teman PAI D yang mengajak untuk sesegera mungkin menyelesaikan
program S1 ini.
7. Abdul Majid yang selalu memberikan motivasi, mendoakan dan juga
mendampingi dalam segala hal.
8. Indah Asfaradina, Windawati, Animatul Afiyah, Amama, Princess dan
teman-teman di Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan
dukungan untuk menyelesaikan skripsi secara bersama-sama.
9. Teman-teman seperjuangan PAI 2012 dan keluarga besar Bidikmisi yang
selalu memberikan pembelajaran meskipun secara tidak langsung.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.
Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis.
Dalam penulisan skripsi ini apabila banyak kekeliruan, kekurangan dan
kesalahan, itu semua karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu pula
ix
Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan
manfaat khususnya kepada diri saya pribadi dan kepada semua pelajar pada
umumnya.
Salatiga, 7 September 2016
Peneliti
x
ABSTRAK
Rafida, Selvi Alviana. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Surat Hud. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Ulfah Susilawati, M. SI.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter dan Surat Hud
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam al-Qur‟an surat Hud? (2) bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Hud dikaitkan dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini?
Penelitian ini merupakan penelitian literatur atau naskah dengan mengambil naskah surat Hud, yakni al-Qur‟an dan tafsir surat Hud. Metode yang digunakan
adalah analisis maudhu‟i dan analisis deduksi, dengan pendekatan fenomenologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam surat Hud terdapat pada ayat: 1, 2, 14, 23, 26, 84, 87, 88, 114 dan 115 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter religius. Pada ayat 84 dan 85 mengandung unsur-unsur nilai nilai pendidikan karakter jujur. Pada ayat
56 dan 112 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter disiplin. Pada ayat
15 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu. Pada ayat
90 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter komunikatif. Pada ayat 48 dan 89 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karaktr cinta damai. Pada ayat
xi DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Penegasan Istilah ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Metode Penelitian ... 14
G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Karakter ... 18
B. Tujuan Pendidikan Karakter. ... 24
C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ... 27
xii
BAB III KANDUNGAN ISI SURAT HUD
A. Asbabun Nuzul ... 32
B. Konten Surat Hud ... 36
BAB IV PEMBAHASAN A.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud...82
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional...108
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 112
B. Saran ... 116
C. Penututp ... .117
DAFTAR PUSTAKA ... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan
mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia
dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah
membinatang. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara
individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan
budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka
institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya
melalui proses pembelajaran.
Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang
cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi
dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter
mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religious, sedikit
demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung hedonistik,
materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai karakter tersebut
tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang
diperoleh.
Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan
2
agent of change harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita.
Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengembangkan misi
pembentukan karakter (character building) sehingga para peserta didik
dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di
masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia
(Zuchdi, 2013: 13-14).
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman
kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan
pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,
diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Penanaman pendidikan
karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan dalam lingkungan
peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun lingkungan media masa (Zubaedi, 2011: 17).
Namun, pada tahap awal implementasi pendidikan karakter itu
masih terseok-seok dan belum optimal. Itu karena pendidikan karakter
bukanlah sebuah proses menghafal materi ujian, dan teknik-teknik
menjawabnya pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Karakter
tidak tebentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan
proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Yang
terpenting, pendidikan karakter jangan hanya menjadi tanggungjawab
parsial dunia pendidikan. Tetapi menjadi tanggungjawab bersama antara
3
Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah bertekad untuk
menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan
tidak dipisahkan. Lebih lanjut harus diingat bahwa secara eksplisit
pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3
menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif,
mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Pengembangan potensi
tersebut harus menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di
Indonesia (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 26-27).
Muchlas Samani dan Hariyanto juga mengemukakan bahwa
pendidikan karakter yang merupakan ciri dari kurikulum 2013 diharapkan
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam
4
menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa
pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar
berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik, (2) memperkuat dan
membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3) meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Muchlas
Samani dan Hariyanto, 2013: 52).
Problematika yang dihadapi pada zaman sekarang yakni semakin
tersisihnya nilai-nilai bangsa seperti yang dituangkan dalam nilai-nilai
pendidikan karakter. Fakta dari fenomena yang ada merupakan wujud
kesuksesan Yahudi dan Nasrani untuk menghancurkan akhlak generasi
Islam dan menjauhkan mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya.
Gambaran mengenai maraknya anak usia sekolah maupun remaja
yang sering melanggar peraturan tentu itu telah menjadi suatu gambaran
yang nyata mengenai lunturnya nilai-nilai kebenaran seperti yang telah
dijelaskan dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an yang merupakan sumber pedoman
hidup manusia telah banyak menjelaskan tentang perintah Allah agar kita
5 diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI, 2009: 480)
Menaati semua aturan yang ada merupakan salah satu nilai yang
terkandung dalam pendidikan karakter yang mulai luntur sebagai ciri
perilaku manusia yang taat. Kita lihat maraknya kejadian kenakalan
remaja yang telah berani melanggar peraturan baik itu peraturan sekolah
maupun peraturan yang ada di masyarakat. Dalam Q.S Hud ayat 112 telah
dijelaskan agar kita jangan menyeleweng dari apa yang telah digariskan
untuk kita dengan melanggar batas-batasNya.
Dalam al-Quran menasihatkan macam keteguhan hati yang bebas
dari sikap ekstrim, dan perintah agar tidak bersikap membandel. Sudah
jelas bahwa di dalam al-Qur‟an mengajarkan kita untuk taat patuh. Banyak
sekali dalam al-Qur‟an mengajarakan bagaimana membentuk pribadi
peserta didik, agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang berakhlak
mulia dan berkarakter sesuai dalam kurikulum yang sedang di laksanakan,
selain itu dalam al-Qur‟an juga banyak sekali ayat yang mengandung nilai
-nilai pendidikan karakter.
Berangkat dari fenomena diatas, yakni pendidikan karakter yang
sedang dilaksanakan oleh seluruh dimensi pendidikan serta mulai
6
dengan mengambil judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM SURAT HUD”.
B. Rumusan Masalah
Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis
merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal
tersebut antara lain:
1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam
al-Qur‟an Surat Hud?
2. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat
Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh diskripsi tentang nilai-nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam al-Qur‟an surat Hud.
2. Untuk memperoleh deskripsi relevansi nilai-nilai pendidikan karakter
dalam al-Qur‟an surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat
ini.
D. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul
penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang
7
1. Nilai
Nilai adalah suatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan
perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Sehingga, nilai dapat diartikan
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan
(Poerwadarminta, 2006: 801).
2. Pendidikan
Pendidikan secara etimologis diterjemahkan ke dalam bahasa
arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti
mengasuh, mendidik, memelihara (Drajat, 1996: 25). Istilah
pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung
makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang
pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput
dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan
diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
ada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate
yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
pendidikan merupakan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya,
pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri
8
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 19-21).
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2007: 263).
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1 dijelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyrakat, bangsa dan negara (Seri Perundang-undangan, 2013: 2).
3. Karakter
Karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”,
“kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”,
Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam,
membuat dalam. Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang
memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang (Majid dan
Andayani, 2013: 11-12).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
9
adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan
terejawantahkan dalam perilaku (Samani dan Hariyanto, 2013: 42).
Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak
(Wibowo, 2012: 35).
Menurut Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa karakter
adalah cara berpikir dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung
jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Secara sederhana
karakter merepresentasikan identitas seseorang yang menunjukkan
ketundukkannya pada aturan atau standar moral dan termanifestasikan
dalam tindakan (Zubaedi, 2012: 11-12).
4. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk
mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara
objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga
baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter
10
dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga,
dan lingkungan masyarakat (Zubaedi, 2012: 15-17).
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati
(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).
Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan
pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Oleh karena itu
pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan
karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan
karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial
seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu
dan mengormati dan sebagainya.
Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak
hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun
memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan
penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan
seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis dan kognisinya (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
11
Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah
mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter
melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal
ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan
yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil
kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values)
yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter
telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional. 18 nilai karakter menurut
Kemendiknas yang tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa”, yang disusun Kemendiknas melalui
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, yaitu:
a. Religius
b.Jujur
c.Toleransi
d.Disiplin
e.Kerja keras
f.Kreatif
g.Mandiri
h.Demokratis
i.Rasa Ingin Tahu
12 k.Cinta Tanah Air
l.Menghargai Prestasi
m. Bersahabat/Komunikatif
n.Cinta Damai
o.Gemar Membaca
p.Peduli Lingkungan
q.Peduli Sosial
r.Tanggung Jawab (Suyadi, 2013: 8-9).
5. Al-Qur‟an Surat Hud
Surat Hud adalah surat ke sebelas setelah surat Yunus dalam
susunan al-Qur‟an, yang terdiri dari 123 ayat, dan termasuk dalam
golongan surat Makkiyah. Adapun surat Hud menjelaskan tentang
nilai-nilai pendidikan karakter yangt termaktup di dalamnya, dalam
ayat ini dijelaskan bagaimana sikap kita agar menjadi pribadi yang
baik dan berkarakter seperti yang terdapat dalam nilai-nilai pendidikan
karakter yang merupakan Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan
saat ini (Imani, 2005: 185).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan
pendidikan karakter pada khususnya, terutama mengenai nilai-nilai
13
b. Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam
khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil
pembahasannya berguna menambah literature atau bacaan tentang
nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-Qur‟an surat Hud.
c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi
pendidik dan peserta didik, khususnya penulis untuk mengetahui,
mendalami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam al-Qur‟an surat Hud.
2. Manfaat Praktis
Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan
berpikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat
dipergunakan sebagai berikut:
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi
bagi para pelaku dibidang akademis mensosialisasikan pendidikan
karakter di masyarakat sesuai dengan aturan ajaran Islam.
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya
bagi para pendidik dan peserta didik agar dapat mengaplikasikan
pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
c. Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
14
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk
sampai pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:
1. Jenis penelitian.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (libraryresearch),
karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1983:
3). Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis
angkat. Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah:
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu
al-Qur‟an surat Hud.
b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data
primer. Sumber data sekunder diambil dengan cara mencari,
menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnya yang
berhubungan dengan judul skripsi.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
rancangan fenomenologis. Fenomenologi bisa diartikan sebagai
pengalaman subyektif atau studi tentang kesadaran dari perspektif
pokok dari seseorang. Fenomenologi kadang-kadang digunakan
15
penelitian kualitatif (Meleong, 2008;15). Metode ini digunakan untuk
menghindari pembahasan yang terjebak pada aspek historis-faktual
saja namun mampu menghasilkan sebuah konsep pemikiran yang
integral dengan konteks yang terjadi waktu itu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
penting dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan
data. Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis
menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu
mencarei data-data mengenai hal-hal, variable yang berupa
catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
ledger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 1993: 234).
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk mencari data
dengan cara membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku tafsir
al-Qur‟an dan Hadist serta buku-buku yaqng berkaitan dengan tema
pembahasan. Kemudian hasil dari data itu dianalisis untuk
mendapatkan kandungan makna al-Qur‟an surat Hud tentang nilai-nilai
pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.
4. Metode analisis.
a. Analisis maudhu‟i
Analisis maudhu‟i adalah “Merumuskan tema masalah
yang akan dibahas menghimpun menyususn dan menelaah
16
relevan, menjelaskan munasabah (relevansi) antara ayat-ayat
itupada masing-masing suratnya dan kaitan antara ayat-ayat itu
dengan ayat-ayat sesudahnya dan menuyusun kesimpulan
sebagaijawaban al-Qur‟an atas masalah-masalah yang dibahas”
(Al-„Aridl, 1992: 88). Metode ini penulis gunakan untuk
membahas ayat al-Qur‟an surat Hud dan berupaya menghimpun
ayat-ayat al-Qur‟an yang lain dari berbagai surat yang berkaitan
dengan tema yang dibahas, sehingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.
b. Analisis deduksi
Metode deduksi adalah “berangkat dari pengetahuan yang
sifatnya umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu
kita hendak menilai sesuatu kejadian khusus” (Hadi, 1981: 36).
Penerapan metode ini misalnya penulis digunakan untuk mencari
fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian akan ditarik kesimpulan
agar lebih bisa memahami permasalahan yang ada.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi merupakam suatu cara menyusun dan
mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun
menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang
sistematis dan mudah dipahami. Untuk memudahkan pembahasan dan
penelaahan yang jelas dalammembaca skripsi ini, maka disusunlah
17
Bab pertama pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan
istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
Bab kedua kajian pustaka. Pada bab ini akan dikemukakan tentang
pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup
pendidikan karakter dan pengertian surat Hud.
Bab ketiga isi kandungan surat Hud. Pada bab ini akan
dikemukakan paparan mengenai asbabun nuzul dan isi yang terkandung
dalam surat Hud.
Bab keempat pembahasan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang
analisis pendidikan karakter pada surat Hud.
Bab kelima penutup, simpulan dan saran. Bab penutup memuat
kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran dan kalimat penutup
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sebelum penulis mengkaji lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan
karakter dalam al-Qur‟an surat Hud, penulis lebih dahulu akan menjelaskan
mengenai pendidikan karakter dan surat Hud. Jika ditinjau dari perspektif
kajian maka akan memiliki makna yang cukup luas. Namun, pada kajian
tentang pendidikan karakter mencakup: penegertian pendidikan karakter,
tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup pendidikan karakter dan penjelasan
mengenai surat Hud.
A. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari
semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.
Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan
dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi,
perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran,
pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah
menengah dan atas.
Sistem pendidikan yang mampu mengembangkan pribadi yang
memiliki karakter terpuji, yang secara personal dan social siap memasuki
duniannya seharusnya menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan di
Indonesia. Proses pendidikan di sekolah diwarnai oleh penggunaan
19
masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia (berkarakter baik) adalah
yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik sebagai pribadi
dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki
kebiasaan yang efektif, perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan
keinginan. Oleh karena itu dalam mendidik karakter, seorang guru harus
memiliki perilaku yang mencerminkan karakter yang baik yang dimiliki
dan menerapkan pendekatan dan metode yang dapat mendorong anak
untuk mengembangkan karakter (Zuchdi, 2009: 56-58).
Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak
kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan
salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan
karakter. Istilah pendidikan karakter mulai dikenal sejak tahun 1900-an,
Thomas Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya. Sebagaimana
dikutip oleh Suyadi, menurut Lickona pendidikan karakter mencakup tiga
unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan
melakukpendidiannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013: 6).
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha secara sengaja dari
seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan
karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung
20
di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas
hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler,
serta etos seluruh lingkungan sekolah.
Dalam grand desain pendidikan karakter, pendidikan karakter
merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam
lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori pendidikan,
psikologi pendidikan, nilai-nilai social budaya, ajaran agama, Pancasila
dan UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan
dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam
bentuk perilaku yang sesuai dnegan nilai-nilai luhur yang menjadi jati
dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri,
antarsesama, dan lingkngannya. Nilai.nilai luhur tersebut antara lain:
kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan
berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis. Oleh
karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu
(Zubaedi, 2011: 17).
Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karaker ialah sebuah usaha
21
dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi
lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar yakni sebuah proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian
seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu
(Kesuma, 2012: 5). Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala
upaya yanag dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta
didik.
Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter
yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun
karakter bangsa. Berikut ini akan dikemukakan nilai karakter menurut
Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas
melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
( Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,
termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan
berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,
22
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,
etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara
sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan
tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara
sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam
menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak
23
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya
dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang
mencermikan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.
10.Semanagat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan.
11.Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12.Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan
tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun
sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14.Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
24
15.Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secra khsus guna membaca berbagai informasi,
baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16.Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalau berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17.Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga
dan melestarikan lingkungan sekitar.
18.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan
diri sendiri, social, masyarakat, bangsa, negara maupun agama
(Suyadi, 2013: 8-9)
Pendidikan karakter pada intinya melakukan penanaman nilai dengan
cara membimbing pemenuhan kehidupan manusia melalui perluasan dan
pendalaman makna yang menjamin kehidupan yang bermakna manusia.
Pendidikan karakter berusaha membina pribadi yang utuh, terampil
berbicara, menggunakan lambang dan isyarat yang secara faktual
diinformasikan dengan baik, manuisa berkreasi dan menghargai estetika
ditunjang olehkehidupan yang kaya dan penuh disiplin (Zubaedi, 2011:40
-41).
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai apa tujuan pendidikan
25
Pendidikan Nasional. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional menurut
UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan
berbagai karakter manusia Indonesia, walaupun dalam
penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan dalam UU.
Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap
penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta
didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara
bersama (Kesuma, 2012: 8-9).
Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi (2008: 39) memaknai
watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi
26
seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan watak adalah
mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara
luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab,
rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos
kerja dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang (Adisusilo, 2013:
77).
Sedangkan pendidikan karakter, pada intinya bertujuan membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila (Ramly,
2011:2).
Bahkan dalam al-Qur‟an sudah dijelaskan bahwa Islam memiliki suri
teladan yakni Nabi Muhammad Saw, yang mana beliau menjadi peribadi
yang patut kita contoh, seperti dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Ahzab:
21
Dari berbagai penjelasan diatas dapat diketahui bersama tujuan
27
singkat pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai tertentu
agar terwujud dalam perilaku anak sehingga anak tersebut menjadi pribadi
yang baik.
C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sebagai pendidikan budi pekerti plus
mengandung implikasi bahwa ruang lingkup materi pendidikan karakter
perlu mengakomodasi materi nilai-nilai budi pekerti. Menurut Milan
Rianto, materi pendidikan budi pekerti secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam tiga dimensi nilai akhlak. Pertama, akhlak terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dengan mencakup: mengenal tuhan sebagai
pencipta, Tuhan sebagai pemberi dan Tuhan sebagai pemberi balasan;
hubungan akhlak. Kedua akhlak terhadap sesama manusia. Ketiga, akhlak
terhadap alam semesta.
Pertama, ruang lingkup akhlak terhadap Tuhan terdiri dari:
mengenal Tuhan, berhubungan kepada Tuhan dan meminta tolong kepada
Tuhan. Akhlak kepada Allah merupakan esensi daripada nilai-nilai akhlak
yang lain. Artinya jika akhlak seseorang terhadap Allah itu baik, maka
akan mewarnai dan menjiwai akhlak lainnya. Akhlak terhadap Allah
merupakan tolok ukur keberhasilan dalam memahami dan melaksanakan
nilai-nilai akhlak lainnya.
Kedua, ruang lingkup akhlak terhadap sesame manusia
mencakup: (1) akhlak terhadap orang tua, (2) akhlak terhadap saudara, (3)
28
Manusia selain dituntut memiliki akhlak kepada Tuhan dan
akhlak terhadap sesama manusia, juga dituntut memiliki akhlak terhadap
alam sekitar. Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata
untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan alam, dan sekaligus memakmurkan manusia.
Tiga dimensi akhlak yang sudah dipaparkan di muka hendaknya
menjadi materi yang mengisi pendidikan karakter. Atas pemikiran ini,
pendidikan karakter perlu memperhatikan pentingnya dimensi penanaman
akhlak terpuji.
Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada
lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA, SMK,
MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan
pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik,
pendidik, dan tenaga kependidikan (Kementrian Pendidikan Nasional,
2010: 3)
Pendidikan karakter harus masuk dalam setiap aspek kegiatan
belajar mengajar di ruang kelas, praktek keseharian di sekolah, dan
terintegrasi dengan setiap kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
pecinta alam, olahraga, palang merah, dan karya tulis ilmiyah. Setelah
29
sekitarnya. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga
lingkungan tempat tinggal harus tetap berkesinambungan dalam
menjaga nilai-nilai pendidikan karakter (Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar, 2011:12-13).
2. Pendidikan Non Formal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada
lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan
lembaga pendidikan nonformal lain. Sasaran pada pendidikan
nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada
keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap
anak-anak atau anggota keluarga lainnya yang menjadi
tanggungjawabnya (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010: 3).
D. Al-Qur’an Surat Hud
Surat Hud merupakan surah yang keseluruhan ayatnya turun
sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah, oleh karenanya surah
ini digelari dengan surah Makkiyyah. Surah ini merupakan surah ke-52
dari segi tertib turunnya. Ia turun sesudah surah yang lalu yakni surah
Yunus dan sebelum surah yang akan datang yakni surah Yusuf. Surah ini
dinamai surah Hud, karena di dalamnya terulang nama Nabi Hud as.
30
yang terpanjang bila dibandingkan dengan uraian-uraian tentang beliau di
surah-surah lain.
Surah ini berbicara tentang kedudukan, keistimewaan serta
tantangan al-Qur‟an. Larangan mempersekutukan Allah swt. dan bahwa
Nabi Muhammad saw. adalah rasul yang bertugas menyampaikan berita
gembira dan peringatan, khususnya menyangkut hari kebangkitan. Surah
inijuga menguraikan tentang pengetahuan Allah swt., penciptaan,
pengaturan dan pengendalian-Nya terhadap alam raya dan semua makhluk
serta uraian tentang kebinasaan para pembangkang dan aneka tuntunan
bagi yang taat. Ia merupakan satu-satunya surah yang menguraikan
peristiwa air bah yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh as (Shihab, 2002:
175-176).
Kandungan surah ini, yang mencakup 123 ayat, membahas sejarah
para nabi, khususnya serita tentang Nabi Nuh as. Ia juga berfokus pada
masalah ekonomi. Perhatian diberikan kepada sejarah para nabi,
menyuguhkan pesan mereka sebagai proses historis yang berkelanjutan
dan bukan sebagai cerita-cerita yang terpisah. Mengenai keutamaan yang
terkandung dalam surah ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Nabi saw yang mengatakan , “Orang yang membaca surat ini akan
mendapatkan pahala yang ukurannya sama dengan pahala semua orang
yang beriman kepada Hud dan nabi-nabi lainnya, ditambah juumlah
31
dengan para syuhada di Hari Kebangkitan, dan dengan demikian segala
32
BAB III
KANDUNGAN ISI SURAT HUD
A. Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat al-Qur‟an. Ilmu
ini sangat bermanfaat dalam memahami ayat. Di dalam al-Qur‟an tidak
semua ayatnya terdapat asbabun nuzul, begitu pula dengan yang terdapat
di dalam surat Hud. Dari 123 ayat yang terdapat dalam surat Hud, hanya
ada 3 yang terdapat asbabun nuzul. 3 ayat yang terdapat asbabun nuzul
5. Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad)[708]. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati
(Departemen Agama RI, 2009: 381).
[708] Maksudnya: Menyembunyikan perasaan permusuhan dan kemunafikan mereka terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu itu banyak
orang-orang yang malu apabila tidur terlentang, dan malu bercampur
33
dengan mereka. Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari
Ibnu „Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaun munafiqin apabila
bertemu dengan Nabi saw. memalingkan mukanya dan membalikkan
badannya agar tidak terlihat oleh Nabi karena malunya. Maka turun
ayat ini (Q.S. Hud ayat 5) yang menegaskan bahwa Allah Maha
Mengetahui atas segala yang mereka sembunyikan. Diriwayatkan oleh
Ibnu Jabir dan lainnya yang bersumber dari Abdullah bin Syadad
(Shaleh, 1990: 271).
Dalam al-Qur‟an dan Tafsirnya yang diterbitkan Departemen
Agama Islam RI disebutkan asbabun nuzul ayat ini, dari Abdullah ibn
Syaddad berkata, “Seorang di antara mereka bila lewat di hadapan
Rasul menundukkan mukanya supaya dia tidak terlihat orang.
Mengapa mereka berbuat demikian padahal tidak ada faedahnya
sedikitpun untuk melindungi sikap mereka ang sebenarnya? Allah,
mengetahui keadaan mereka sewaktu mereka di malam hari, di dalam
kamar tidurnya, berselimut dengan kain kumal sehingga menutupi
seluruh badan mereka. Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Dia Maha Mengetahui apa yang
tersimpam dalam dada manusia, dan segala yag terlintas dalam jiwa
mereka. Seharusnya mereka tidak bersikap demikian, karena semua isi
langit dan bumi ini tidak ada yang tersembunyi dari Allah
34 kepada suatu waktu yang ditentukan. niscaya mereka akan berkata: "Apakah yang menghalanginya?" lngatlah, diwaktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya (Departemen Agama RI, 2009: 385).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat
“Iqtaraba linnasi hisabuhun” (Al-Anbiya) berkatalah orang-orang
“Sesungguhnya saat (Qiamat) telah dekat, maka berhentilah kalian dari
perbuatan menipu. Kemudian mereka berhenti sebentar, dan kembali
melakukan tipu dayanya yang lebih jahat lagi. Maka turunlah ayat ini
sebagai ancaman terhadap perbuatan mereka (Shaleh, 1990: 272)
3. Q.S Hud ayat 114
35
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki, setelah
mencium seorang wanita, datang menghadap Rasulullah saw seraya
menerangkan peristiwa tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini
(Q.S. 11 Hud: 114) yang menegaskan kejahatan itu dapat diampuni
oleh Allah dengan melaksanakan shalat lima waktu. Kemudian orang
itu berkata: “Apakah ini hanya berlaku bagi orang yang ada sekarang
saja?” Nabi menjawab: “Untuk semua umatku.”
Diriwayatkan oleh asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim) yang
bersumber dari Ibnu Mas‟ud.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abdul Yasar kedatangan
seorang wanita yang mau membeli kurma. Ia berkata: “Di rumahku
ada kurma yang lebih baik daripada ini.” Maka masuklah wanita itu
bersamanya, kemudian ia merangkul wanita itu serta menciuminya.
Setelah itu, ia menghadap Rasulullah saw. seraya menerangkan
kejadian tersebut. Bersabdalah Rasulullah saw.: “Beginikah engkau
bila dititipi seorang istri oleh suaminya yang sedang berperang?” Lama
sekali Abdul Yasar menundukkan kepala. Berkenaan dengan peristiwa
tersebut, turunlah ayat ini (Q.S. 11 Hud:114) yang memerintahkan
untuk mendirikan shalat lima waktu, karena perbuatan yang baik dapat
menghapus perbuatan yang tidak baik.
Dirirwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lain-lain, yang bersumber dari
36
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh asy-Syaikhan dari Ibnu
Mas‟ud, bahwa seorang laki-laki mencium seorang perempuan,
kemudian ia mendatangi Nabi Saw lalu melaporkannya, kemudian
Allah menurunkan ayat 114 surat Hud (Departemen Agama RI, 2009:
484).
B. Konten Surat Hud
Surat Hud adalah surat yang urutannya setelah surat Yunus. Pada
akhir surah Yunus yang lalu Allah menegaskan bahwa al-Qur‟an b
enar-benar datang dari Allah, keberuntungan bagi orang-orang yang
menjadikannya sebagai petunjuk dan kerugian bagi orang-orang yang
berpaling dari padanya, maka pada permulaan surah ini Allah kembali
menjelaskan tentang al-Qur‟an dengan sifat-sifatnya serta pokok-pokok
ajaran agama yang harus dijadikan pedoman oleh manusia. Ada beberapa
konten yang termuat dalam surat Hud, diantaranya:
1. Bukti-Bukti Keesaan dan Kekuasaan Allah
37
2. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya (Shihab, 2002: 178),
[707] Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang
mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan,
janji dan peringatan dan lain-lain.
Allah memulai surah ini dengan tiga buah huruf Alif, Laam,
Raa, seperti pada permulaan Surah Yunus yang lalu, dengan
maksud yang sama yaitu menuntut perhatian yang sungguh dari
pendengar. Sesudah itu Allah menerangkan bahwa al-Qur‟an
itu adalah sebuah kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapi dan
padat, lagi jelas artinya. Karena kerapian dan kepadatan
susunan ayat itu, tak mungkin dapat ditukar-tukar kata-katanya,
baik letaknya atau hurufnya (Departemen Agama RI,
2009:379).
Alif Laam raa. Pembahasan mengenai huruf-huruf yang
terputus-putus pada awal surat telah dikemukakan dalam awal
surat al-Baqarah. Kepada Allahlah memohon taufik. Adapun
yfirman Allah Ta‟ala, “sebuah kitab yang ayat-ayatnya
ditetapkan kemudian dijelaskan.” Yakni, yang ditetapkan
lafalnya, diterangkan maknanya, karena kitab ini sempurna
baik penampilannya maupun maknanya. Demikianlah
penafsiran Mujahid, Qatadah, dan dipilih oleh Ibnu Jarir.
38
Maha Mengetahui,” yakni Yang Maha Bijaksana dalam segala
perkataan dan perbuatan-Nya; Maha Mengetahui kesudahan
berbagai persoalan (Ar-Rifa‟I, 1999:764)
(جوكحأ) uhkimat terambil dari kata (نكحأ) ahkama yang akar
katanya terdiri dari huruf-huruf ha, kaf, dan mim yang berkisar
maknanya pada makna menghalangi, seperti (نكح)
hukum/hukum yang berfungsi menghalangi terjadinya
penganiayaan. Kendali bagi hewan dinamai (توكح) hakamah,
karena ia menghalangi hewan mengarah ke arah yang tidak
diinginkan, atau liar. Kitab al-Qur‟an adalah kitab yang
terpelihara dari segala macam kekurangan, terhalang dari
segala macam kesalahan, kebohongan dan kepalsuan, yang
tersusun sedemikian rapi dan serasi sehingga tidak ada celah
untuk mengkoreksi atau mengeritiknya.
Kata (نيكح) hakim yang merupakan sifat Allah SWT
dipahami oleh sementara ulama dalam arti Yang memiliki
hikmah, yakni pengetahuan yang paling utama dari segala
sesuatu. Yang hakim adalah yang tepat dalam penilaiannya dan
dalam pengaturannya. Siapa yang menyandang sifat ini, maka
ia dapat menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan atau
39
Kata (زيبخ) khabir terambil dari akar kata (زبخ) khabara.
Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha, ba, dan ra‟
berkisar maknanya pada dua hal, yaitu pengetahuan dan
kelemahlembutan. Khabir dari segi bahasa dapat berarti yang
mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak. Sementara para
pakar bahasa berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata
(ضرلأا ثزبخ) khabartu al-ardhal membelah bumi”, dan dari
sini lahir pengertian “menegetahui” seakan-akan yang
bersangkutan membahas sesuatu sampai dia membelah bumi
untuk menemukannya. Menurut Imam Ghazali, Allah swt.
Al-Khabir adalah Dia yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal
yang sangat dalam walau yang disembunyikan, serta tidak
terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya di bumi maupun di
alam raya kecuali diketahui-Nya, tidak bergerak satu dzarrah
(atom) atau diam, tidak bergejolak jiwa tidak juga tenang,
kecuali ada beritanya di sisi-Nya (Shihab, 2002: 178-179).
Dalam ayat kedua surat Hud Allah menjelaskan bahwa
al-Qur‟an diturunkan dengan susunan an redaksi ayat-ayat yang
rapi dan degan uraian yang terperinci agar manusia yakin
bahwa al-Qur‟an dari Allah, berisi petunjuk-petunjuk dan
larangan-Nya, terutama larangan menyembah selain Allah.
Pada ayat dua ini pulalah menangani isu yang paling penting
40
. Oleh karena itu, ayat ini dimulai dengan larangan tersebut.
Rasul saw hanyalah pembawa peringatan akan siksa Allah
kepada mereka yang mempersekutukan Allah, dan pembawa
kabar gembira tentang pahala bagi mereka yang taat dan tulus
ikhlas dalam menyembah Allah. Menyeru manusia menyembah
Allah merupakan tugas para rasul sejak zaman dahulu. Firman
Allah:
25. Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (al-Anbiya‟/21: 25) (Departemen Agama RI, 2009: 370-380).
Kandungan al-Qur‟an sangat rinci dan bermacam-macam.
Terdapat akidah, syariat dan akhlak. Tetapi semua itu bertujuan
pokok untuk mengantar manusia mengakui keesaan Allah
SWTdan kekuasaan-Nya sehingga tidak mengabdi kecuali
kepada-Nya semata. Dan itulah yang dinyatakan oleh ayat
kedua diatas. Sikap mengesakan Allah SWT dan beribadah
kepada-Nya merupakan inti yang semua tuntunan Islam beredar
disekelilingnya. Demikian juga dengan tuntunan-tuntunan
agama bahkan amal-amal ibadah sekalipun, jika tidak disertai
41
nilai sama sekali. Di sisi lain, semua aktivitas bahkan wujud,
berkaitan dengan Yang Maha Esa itu. Ia adalah sumber wujud
dan keterpeliharaan-Nya dari makhluk yang teragung sampai
yang sekecil-kecilnya. Q.S. al-An‟am (6): 59
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan14. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya al-Qur‟an itu diturunkan dengan ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (Shihab, 2009: 201).
42
Ayat ini menjelaskan bahwa jika orang musyrik tidak
mampu memenuhi tantangan Rasul, padahal mereka itu ahli
bahasa dan ahli sastra ynag ulung, maka ketahuilah
bahwasannya Al-Qur‟an itu bukan buatan Muhammad, tetapi
semata-mata diturunkan oleh Allah atas kehendak-Nya, supaya
disampaikan oleh Muhammad kepada sekalian umatnya.
Ketahuilah pula bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah
dengan sebenarnya melainkan Dia (Departemen Agama RI,
2009: 394)
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan firman-Nya: ( نل ىإف
نكلاىبيحخسي) fa‟in lam yastajiibuu lakum/ jika mereka tidak
menerima seruan kamu, ada juga yang memahaminya sebagai
ditujukan kepada kaum musyrikin yang diminta untuk meminta
bantuan siapa saja selain Allah swt. jika siapapun yang kamu
ajak itu tidak sanggup memenuhi ajakan kamu, maka
ketahuilah bahwa al-Qur‟an benar-benar firman Alah swt. yang
turun atas pengetahuan-Nya, bukan dibuat-buat.
`Dijelaskan pula makna (الله نلعب لشًا) unzila bi‟ilmillahi/
diturunkan dengan ilmu Allah maknanya adalah yang berkaitan
dengan ilmu Allah yang tidak ada jalan bagi seseorang untuk
mengetahuinya. Ada juga ulama yang memahami kata ini
dalam arti bahwa al-Qur‟an diturunkan atas dasar pengetahuan
43
berdasarkan pengetahuan dan ilmu Allah swt. menyangkut
susunan dan gaya bahasa serta kandungannya, sehingga tidak
satu pun yang dapat membuat semacamnya.
Penggalan ayat yang disebut sesudah penggalan yang lalu
yaitu firman-Nya: (ىهلاا هلا لا ىاو) wa‟an la ilaha illa huwa/ dan
bahwa tidak ada tuhan selain Dia. Jika telah terbukti bahwa
al-Qur‟an adalah haq yang bersumber dari Allah swt. dan terbukti
pula kebenaran informasinya, maka tentu saja tidak ada Tuhan
selain Allah, karena hakikat tersebut salah satu hal pokokm
15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan (Shihab, 2009: 206).
Ayat-ayat sebelumnya, menerangkan beberapa hujjah
tentang kebenaran seruan Islam dan Al-Qur‟an itu benar-benar
wahyu Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana yang
dituduhkan orang-orang musyrik. Pada ayat berikut Allah akan
bahwa yang mendorong orang musyrikin itu mendustakan
44
cenderung kepada soal-soal duniawi, padahal Islam selalu
berseru untuk lebih mengutamakan soal-soal akhirat daripada
keduniawian. Allah akan memberikan kepada mereka apa yang
mereka inginkan sesuai dengan sunnatullah atau ketentuan
Allah. Dia tidak akan mengurangi sedikit pun dari hasil usaha
mereka itu, karena untuk memeperoleh rezeki tersebut terkait
dengan usaha seseorang (Departemen Agama RI, 2009: 395
-396).
Dalam tafsir Al Mishbah dijelaskan bahwa firman Allah:
(بهخٌيسوبيًذلاةبيحلاذيزي) yuriidu al-hayaata ad-dunyaa wa
ziinatahaa/menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya
bukanlah sesuatu yang tercela selama seseorang tidak terpaku
padanya atau tidak mengabaikan nilai-nilai agama dalam
memperoleh dan menikmatinya. (نهيلا فىً) nuwafi ilaihim/
Kami sempurnakan kepada mereka dipahami oleh sementara
ulama dalam arti hasil usaha mereka diberikan secara
sempurna, karena mereka yang enggan beriman itu tidak
menyadari adanya kewajiban agama menyangkut penggunaan
dan pemanfaatan perolehan mereka.
Ayat ini bukan berarti janji Allah swt. untuk
menganugerahkan setiap orang yang berusaha untuk meraih
45
kenyataan dilapangan, tetai juga karena adanya surat lain yang
membatasi hal tersebut.
18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir. (Q.S. al-Isra‟/17: 18) (Al-Hikmah
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2007: 283).
Masih terkait dengan kehendak allah swt. dan apa yang
mereka peroleh pun dibatasi oleh ketentuan-ketentuannya.
Memang perlu diingat bahwa setiap pelaku mempunyai tujuan
bagi kegiatan apapun yang dilakukannya. Jika kegiatan itu
bertujuan duniawi, maka apa yang dilakukannya dapat
mengantarnya untuk meraih tujuannya. Tetapi tentu saja
dengan syarat terpenuhinya syarat-syarat yang ditetapkan Allah
swt. melalui hukum-hukum sebab akibat.