• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

SELVI ALVIANA RAFIDA

NIM.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT HUD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

SELVI ALVIANA RAFIDA

NIM.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

v MOTTO













(8)

vi

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah

SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan,

membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dengan cinta, atas karunia

dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan.

Kupersembahakan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah

membantu mewujudkan mimpiku:

1. Kedua orangtuaku, Bapak Muhammad Rofi‟i dan Ibu Yuyun Farida

Istiqomah yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,

doa, dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak

tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani rintangan yang ada di

depanku.

2. Adik tercinta, Muhammad Rois Asofi Ramadhan yang telah

memberiku semangat dan tawa kebahagiaan dalam mengarungi

perjalanan hidup.

3. Abah KH.Mahfudz Ridwan, Lc. dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga

yang senantiasa memberikan petuah dan doanya hingga aku dapat

menemukan ketentraman hidup.

4. Keluarga Besar Yaa Bismillah IAIN Salatiga, Bidikmisi angkatan

2012 yang selalu memberikan dorongan serta motivasi agar selalu

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikut

setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK pada Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI pada FTIK Institut Agama Islam

Negeri Salatiga

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI. selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan

(10)

viii

5. Guru-guru yang memberikan pengetahuannya kepada saya, semoga Allah

membalasnya dengan menempatkan kalian ditempat yang layak dan dibalas

dengan penuh kasih sayang-Nya.

6. Teman-teman PAI D yang mengajak untuk sesegera mungkin menyelesaikan

program S1 ini.

7. Abdul Majid yang selalu memberikan motivasi, mendoakan dan juga

mendampingi dalam segala hal.

8. Indah Asfaradina, Windawati, Animatul Afiyah, Amama, Princess dan

teman-teman di Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan

dukungan untuk menyelesaikan skripsi secara bersama-sama.

9. Teman-teman seperjuangan PAI 2012 dan keluarga besar Bidikmisi yang

selalu memberikan pembelajaran meskipun secara tidak langsung.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun.

Hanya untaian kata terima kasih yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah

membantu penulis.

Dalam penulisan skripsi ini apabila banyak kekeliruan, kekurangan dan

kesalahan, itu semua karena keterbatasan kemampuan penulis, untuk itu pula

(11)

ix

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan

manfaat khususnya kepada diri saya pribadi dan kepada semua pelajar pada

umumnya.

Salatiga, 7 September 2016

Peneliti

(12)

x

ABSTRAK

Rafida, Selvi Alviana. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Surat Hud. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Dra. Ulfah Susilawati, M. SI.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter dan Surat Hud

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam al-Qur‟an surat Hud? (2) bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Hud dikaitkan dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini?

Penelitian ini merupakan penelitian literatur atau naskah dengan mengambil naskah surat Hud, yakni al-Qur‟an dan tafsir surat Hud. Metode yang digunakan

adalah analisis maudhu‟i dan analisis deduksi, dengan pendekatan fenomenologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam surat Hud terdapat pada ayat: 1, 2, 14, 23, 26, 84, 87, 88, 114 dan 115 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter religius. Pada ayat 84 dan 85 mengandung unsur-unsur nilai nilai pendidikan karakter jujur. Pada ayat

56 dan 112 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter disiplin. Pada ayat

15 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu. Pada ayat

90 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karakter komunikatif. Pada ayat 48 dan 89 mengandung unsur-unsur nilai pendidikan karaktr cinta damai. Pada ayat

(13)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR BERLOGO

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Penegasan Istilah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Metode Penelitian ... 14

G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Karakter ... 18

B. Tujuan Pendidikan Karakter. ... 24

C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ... 27

(14)

xii

BAB III KANDUNGAN ISI SURAT HUD

A. Asbabun Nuzul ... 32

B. Konten Surat Hud ... 36

BAB IV PEMBAHASAN A.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud...82

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional...108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 116

C. Penututp ... .117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan

mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia

dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah

membinatang. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara

individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan

budi pekerti yang baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka

institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya

melalui proses pembelajaran.

Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang

cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi

dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Nilai-nilai karakter

mulia, seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religious, sedikit

demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung hedonistik,

materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai karakter tersebut

tidak lagi dianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang

diperoleh.

Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan

(16)

2

agent of change harus mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita.

Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mengembangkan misi

pembentukan karakter (character building) sehingga para peserta didik

dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di

masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia

(Zuchdi, 2013: 13-14).

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman

kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan

pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur

yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya,

diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Penanaman pendidikan

karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan dalam lingkungan

peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat,

maupun lingkungan media masa (Zubaedi, 2011: 17).

Namun, pada tahap awal implementasi pendidikan karakter itu

masih terseok-seok dan belum optimal. Itu karena pendidikan karakter

bukanlah sebuah proses menghafal materi ujian, dan teknik-teknik

menjawabnya pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Karakter

tidak tebentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan

proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Yang

terpenting, pendidikan karakter jangan hanya menjadi tanggungjawab

parsial dunia pendidikan. Tetapi menjadi tanggungjawab bersama antara

(17)

3

Sejak awal kemerdekaan bangsa Indonesia sudah bertekad untuk

menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan

tidak dipisahkan. Lebih lanjut harus diingat bahwa secara eksplisit

pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang pada pasal 3

menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif,

mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab

pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Pengembangan potensi

tersebut harus menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di

Indonesia (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2013: 26-27).

Muchlas Samani dan Hariyanto juga mengemukakan bahwa

pendidikan karakter yang merupakan ciri dari kurikulum 2013 diharapkan

mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pusat Kurikulum Badan

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam

(18)

4

menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk

bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,

bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan

takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Dalam publikasi Pusat Kurikulum tersebut dinyatakan bahwa

pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar

berbaik hati, berpikiran baik, dan berperilaku baik, (2) memperkuat dan

membangun perilaku bangsa yang multikultur, (3) meningkatkan

peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia (Muchlas

Samani dan Hariyanto, 2013: 52).

Problematika yang dihadapi pada zaman sekarang yakni semakin

tersisihnya nilai-nilai bangsa seperti yang dituangkan dalam nilai-nilai

pendidikan karakter. Fakta dari fenomena yang ada merupakan wujud

kesuksesan Yahudi dan Nasrani untuk menghancurkan akhlak generasi

Islam dan menjauhkan mereka dari kaidah hukum Islam yang sebenarnya.

Gambaran mengenai maraknya anak usia sekolah maupun remaja

yang sering melanggar peraturan tentu itu telah menjadi suatu gambaran

yang nyata mengenai lunturnya nilai-nilai kebenaran seperti yang telah

dijelaskan dalam al-Qur‟an. Al-Qur‟an yang merupakan sumber pedoman

hidup manusia telah banyak menjelaskan tentang perintah Allah agar kita

(19)

5 diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Departemen Agama RI, 2009: 480)

Menaati semua aturan yang ada merupakan salah satu nilai yang

terkandung dalam pendidikan karakter yang mulai luntur sebagai ciri

perilaku manusia yang taat. Kita lihat maraknya kejadian kenakalan

remaja yang telah berani melanggar peraturan baik itu peraturan sekolah

maupun peraturan yang ada di masyarakat. Dalam Q.S Hud ayat 112 telah

dijelaskan agar kita jangan menyeleweng dari apa yang telah digariskan

untuk kita dengan melanggar batas-batasNya.

Dalam al-Quran menasihatkan macam keteguhan hati yang bebas

dari sikap ekstrim, dan perintah agar tidak bersikap membandel. Sudah

jelas bahwa di dalam al-Qur‟an mengajarkan kita untuk taat patuh. Banyak

sekali dalam al-Qur‟an mengajarakan bagaimana membentuk pribadi

peserta didik, agar peserta didik dapat menjadi pribadi yang berakhlak

mulia dan berkarakter sesuai dalam kurikulum yang sedang di laksanakan,

selain itu dalam al-Qur‟an juga banyak sekali ayat yang mengandung nilai

-nilai pendidikan karakter.

Berangkat dari fenomena diatas, yakni pendidikan karakter yang

sedang dilaksanakan oleh seluruh dimensi pendidikan serta mulai

(20)

6

dengan mengambil judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM SURAT HUD”.

B. Rumusan Masalah

Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis

merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal

tersebut antara lain:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam

al-Qur‟an Surat Hud?

2. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat

Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh diskripsi tentang nilai-nilai pendidikan karakter

yang terkandung dalam al-Qur‟an surat Hud.

2. Untuk memperoleh deskripsi relevansi nilai-nilai pendidikan karakter

dalam al-Qur‟an surat Hud dengan Sistem Pendidikan Nasional saat

ini.

D. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul

penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang

(21)

7

1. Nilai

Nilai adalah suatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan

perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Sehingga, nilai dapat diartikan

sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan

(Poerwadarminta, 2006: 801).

2. Pendidikan

Pendidikan secara etimologis diterjemahkan ke dalam bahasa

arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti

mengasuh, mendidik, memelihara (Drajat, 1996: 25). Istilah

pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung

makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang

pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput

dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan

diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang

ada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate

yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

pendidikan merupakan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya,

pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri

(22)

8

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan

setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 19-21).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2007: 263).

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 1 ayat 1 dijelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyrakat, bangsa dan negara (Seri Perundang-undangan, 2013: 2).

3. Karakter

Karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”,

kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”,

Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam,

membuat dalam. Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang

memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang (Majid dan

Andayani, 2013: 11-12).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter

merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

(23)

9

adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan

terejawantahkan dalam perilaku (Samani dan Hariyanto, 2013: 42).

Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak,

atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak

(Wibowo, 2012: 35).

Menurut Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa karakter

adalah cara berpikir dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah

individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung

jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Secara sederhana

karakter merepresentasikan identitas seseorang yang menunjukkan

ketundukkannya pada aturan atau standar moral dan termanifestasikan

dalam tindakan (Zubaedi, 2012: 11-12).

4. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk

mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara

objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga

baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter

(24)

10

dalam lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga,

dan lingkungan masyarakat (Zubaedi, 2012: 15-17).

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, pendidikan

budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan

keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati

(Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010).

Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan

pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Oleh karena itu

pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan

karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan

karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial

seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu

dan mengormati dan sebagainya.

Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak

hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun

memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan. Berdasarkan

penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan

seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan

kemampuan teknis dan kognisinya (hard skill) saja, tetapi lebih oleh

(25)

11

Satuan pendidikan sebenarnya selama ini sudah

mengembangkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk karakter

melalui program operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal

ini merupakan prakondisi pendidikan karakter pada satuan pendidikan

yang untuk selanjutnya pada saat ini diperkuat dengan 18 nilai hasil

kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values)

yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter

telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila,

budaya, dan tujuan pendidikan nasional. 18 nilai karakter menurut

Kemendiknas yang tertuang dalam buku “Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa”, yang disusun Kemendiknas melalui

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, yaitu:

a. Religius

b.Jujur

c.Toleransi

d.Disiplin

e.Kerja keras

f.Kreatif

g.Mandiri

h.Demokratis

i.Rasa Ingin Tahu

(26)

12 k.Cinta Tanah Air

l.Menghargai Prestasi

m. Bersahabat/Komunikatif

n.Cinta Damai

o.Gemar Membaca

p.Peduli Lingkungan

q.Peduli Sosial

r.Tanggung Jawab (Suyadi, 2013: 8-9).

5. Al-Qur‟an Surat Hud

Surat Hud adalah surat ke sebelas setelah surat Yunus dalam

susunan al-Qur‟an, yang terdiri dari 123 ayat, dan termasuk dalam

golongan surat Makkiyah. Adapun surat Hud menjelaskan tentang

nilai-nilai pendidikan karakter yangt termaktup di dalamnya, dalam

ayat ini dijelaskan bagaimana sikap kita agar menjadi pribadi yang

baik dan berkarakter seperti yang terdapat dalam nilai-nilai pendidikan

karakter yang merupakan Sistem Pendidikan Nasional yang berjalan

saat ini (Imani, 2005: 185).

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangan pemikiran ilmu pada umumnya dan

pendidikan karakter pada khususnya, terutama mengenai nilai-nilai

(27)

13

b. Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam

khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil

pembahasannya berguna menambah literature atau bacaan tentang

nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-Qur‟an surat Hud.

c. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi

pendidik dan peserta didik, khususnya penulis untuk mengetahui,

mendalami serta mengamalkan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam al-Qur‟an surat Hud.

2. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan

berpikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai berikut:

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi

bagi para pelaku dibidang akademis mensosialisasikan pendidikan

karakter di masyarakat sesuai dengan aturan ajaran Islam.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan khususnya

bagi para pendidik dan peserta didik agar dapat mengaplikasikan

pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.

c. Dengan skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi

(28)

14

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan beberapa teknik untuk

sampai pada tujuan penelitian, teknik tersebut meliputi:

1. Jenis penelitian.

Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (libraryresearch),

karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1983:

3). Dimana data-data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis

angkat. Adapun sumber data yang digunakan penulis adalah:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu

al-Qur‟an surat Hud.

b. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data

primer. Sumber data sekunder diambil dengan cara mencari,

menganalisis buku-buku, internet, dan informasi lainnya yang

berhubungan dengan judul skripsi.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

rancangan fenomenologis. Fenomenologi bisa diartikan sebagai

pengalaman subyektif atau studi tentang kesadaran dari perspektif

pokok dari seseorang. Fenomenologi kadang-kadang digunakan

(29)

15

penelitian kualitatif (Meleong, 2008;15). Metode ini digunakan untuk

menghindari pembahasan yang terjebak pada aspek historis-faktual

saja namun mampu menghasilkan sebuah konsep pemikiran yang

integral dengan konteks yang terjadi waktu itu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

penting dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan

data. Untuk memperoleh data dalam melakukan penelitian ini, penulis

menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu

mencarei data-data mengenai hal-hal, variable yang berupa

catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

ledger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi, 1993: 234).

Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk mencari data

dengan cara membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku tafsir

al-Qur‟an dan Hadist serta buku-buku yaqng berkaitan dengan tema

pembahasan. Kemudian hasil dari data itu dianalisis untuk

mendapatkan kandungan makna al-Qur‟an surat Hud tentang nilai-nilai

pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.

4. Metode analisis.

a. Analisis maudhu‟i

Analisis maudhu‟i adalah “Merumuskan tema masalah

yang akan dibahas menghimpun menyususn dan menelaah

(30)

16

relevan, menjelaskan munasabah (relevansi) antara ayat-ayat

itupada masing-masing suratnya dan kaitan antara ayat-ayat itu

dengan ayat-ayat sesudahnya dan menuyusun kesimpulan

sebagaijawaban al-Qur‟an atas masalah-masalah yang dibahas”

(Al-„Aridl, 1992: 88). Metode ini penulis gunakan untuk

membahas ayat al-Qur‟an surat Hud dan berupaya menghimpun

ayat-ayat al-Qur‟an yang lain dari berbagai surat yang berkaitan

dengan tema yang dibahas, sehingga menjadi satu kesatuan yang

utuh.

b. Analisis deduksi

Metode deduksi adalah “berangkat dari pengetahuan yang

sifatnya umum, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum itu

kita hendak menilai sesuatu kejadian khusus” (Hadi, 1981: 36).

Penerapan metode ini misalnya penulis digunakan untuk mencari

fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian akan ditarik kesimpulan

agar lebih bisa memahami permasalahan yang ada.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi merupakam suatu cara menyusun dan

mengolah hasil penelitian dari data serta bahan-bahan yang disusun

menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang

sistematis dan mudah dipahami. Untuk memudahkan pembahasan dan

penelaahan yang jelas dalammembaca skripsi ini, maka disusunlah

(31)

17

Bab pertama pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan

istilah, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan

skripsi.

Bab kedua kajian pustaka. Pada bab ini akan dikemukakan tentang

pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup

pendidikan karakter dan pengertian surat Hud.

Bab ketiga isi kandungan surat Hud. Pada bab ini akan

dikemukakan paparan mengenai asbabun nuzul dan isi yang terkandung

dalam surat Hud.

Bab keempat pembahasan. Pada bab ini akan dikemukakan tentang

analisis pendidikan karakter pada surat Hud.

Bab kelima penutup, simpulan dan saran. Bab penutup memuat

kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran dan kalimat penutup

(32)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sebelum penulis mengkaji lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan

karakter dalam al-Qur‟an surat Hud, penulis lebih dahulu akan menjelaskan

mengenai pendidikan karakter dan surat Hud. Jika ditinjau dari perspektif

kajian maka akan memiliki makna yang cukup luas. Namun, pada kajian

tentang pendidikan karakter mencakup: penegertian pendidikan karakter,

tujuan pendidikan karakter, ruang lingkup pendidikan karakter dan penjelasan

mengenai surat Hud.

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari

semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini.

Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan

dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini, semisal korupsi,

perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran,

pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah

menengah dan atas.

Sistem pendidikan yang mampu mengembangkan pribadi yang

memiliki karakter terpuji, yang secara personal dan social siap memasuki

duniannya seharusnya menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan di

Indonesia. Proses pendidikan di sekolah diwarnai oleh penggunaan

(33)

19

masyarakat yang cerdas dan berakhlak mulia (berkarakter baik) adalah

yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik sebagai pribadi

dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki

kebiasaan yang efektif, perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan

keinginan. Oleh karena itu dalam mendidik karakter, seorang guru harus

memiliki perilaku yang mencerminkan karakter yang baik yang dimiliki

dan menerapkan pendekatan dan metode yang dapat mendorong anak

untuk mengembangkan karakter (Zuchdi, 2009: 56-58).

Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak

kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan

salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan

karakter. Istilah pendidikan karakter mulai dikenal sejak tahun 1900-an,

Thomas Lickona disebut-sebut sebagai pengusungnya. Sebagaimana

dikutip oleh Suyadi, menurut Lickona pendidikan karakter mencakup tiga

unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai

kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana

dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan

melakukpendidiannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013: 6).

Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha secara sengaja dari

seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan

karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung

(34)

20

di sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas

hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler,

serta etos seluruh lingkungan sekolah.

Dalam grand desain pendidikan karakter, pendidikan karakter

merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur dalam

lingkungan satuan pendidikan (sekolah), lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat. Nilai-nilai luhur ini berasal dari teori-teori pendidikan,

psikologi pendidikan, nilai-nilai social budaya, ajaran agama, Pancasila

dan UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, serta pengalaman terbaik dan praktik nyata dalam kehidupan

sehari-hari.

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan

dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam

bentuk perilaku yang sesuai dnegan nilai-nilai luhur yang menjadi jati

dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri,

antarsesama, dan lingkngannya. Nilai.nilai luhur tersebut antara lain:

kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan

berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis. Oleh

karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar

mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu

(Zubaedi, 2011: 17).

Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karaker ialah sebuah usaha

(35)

21

dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi

lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar yakni sebuah proses transformasi

nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian

seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu

(Kesuma, 2012: 5). Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala

upaya yanag dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta

didik.

Kementrian Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter

yang akan ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun

karakter bangsa. Berikut ini akan dikemukakan nilai karakter menurut

Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas

melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

( Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).

1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan

melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut,

termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan

berdampingan.

2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara

pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,

(36)

22

menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat

dipercaya.

3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan

terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,

etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara

sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan

tersebut.

4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara

sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam

menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain

dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan

cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari

sebelumnya.

7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini

bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak

(37)

23

8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan

persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya

dengan orang lain.

9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang

mencermikan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang

dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.

10.Semanagat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan

pribadi atau individu dan golongan.

11.Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa

bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah

menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12.Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain

dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat

berprestasi yang lebih tinggi.

13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan

tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun

sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

14.Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana

damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam

(38)

24

15.Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk

menyediakan waktu secra khsus guna membaca berbagai informasi,

baik buku, jurnal, majalah, Koran, dan sebagainya, sehingga

menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

16.Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalau berupaya

menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

17.Peduli sosial, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga

dan melestarikan lingkungan sekitar.

18.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan

diri sendiri, social, masyarakat, bangsa, negara maupun agama

(Suyadi, 2013: 8-9)

Pendidikan karakter pada intinya melakukan penanaman nilai dengan

cara membimbing pemenuhan kehidupan manusia melalui perluasan dan

pendalaman makna yang menjamin kehidupan yang bermakna manusia.

Pendidikan karakter berusaha membina pribadi yang utuh, terampil

berbicara, menggunakan lambang dan isyarat yang secara faktual

diinformasikan dengan baik, manuisa berkreasi dan menghargai estetika

ditunjang olehkehidupan yang kaya dan penuh disiplin (Zubaedi, 2011:40

-41).

B. Tujuan Pendidikan Karakter

Sebelum mengkaji lebih dalam mengenai apa tujuan pendidikan

(39)

25

Pendidikan Nasional. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional menurut

UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan

berbagai karakter manusia Indonesia, walaupun dalam

penyelenggaraannya masih jauh dari apa yang dimaksudkan dalam UU.

Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta

didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara

bersama (Kesuma, 2012: 8-9).

Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi (2008: 39) memaknai

watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi

(40)

26

seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pendidikan watak adalah

mengajarkan nilai-nilai tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara

luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Hal

tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa hormat, tanggung jawab,

rasa kasihan, disiplin, loyalitas, keberanian, toleransi, keterbukaan, etos

kerja dan kecintaan pada Tuhan dalam diri seseorang (Adisusilo, 2013:

77).

Sedangkan pendidikan karakter, pada intinya bertujuan membentuk

bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,

bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang dinamis, berorientasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan

taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila (Ramly,

2011:2).

Bahkan dalam al-Qur‟an sudah dijelaskan bahwa Islam memiliki suri

teladan yakni Nabi Muhammad Saw, yang mana beliau menjadi peribadi

yang patut kita contoh, seperti dijelaskan dalam al-Qur‟an surat al-Ahzab:

21

Dari berbagai penjelasan diatas dapat diketahui bersama tujuan

(41)

27

singkat pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai tertentu

agar terwujud dalam perilaku anak sehingga anak tersebut menjadi pribadi

yang baik.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter sebagai pendidikan budi pekerti plus

mengandung implikasi bahwa ruang lingkup materi pendidikan karakter

perlu mengakomodasi materi nilai-nilai budi pekerti. Menurut Milan

Rianto, materi pendidikan budi pekerti secara garis besar dapat

dikelompokkan dalam tiga dimensi nilai akhlak. Pertama, akhlak terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, dengan mencakup: mengenal tuhan sebagai

pencipta, Tuhan sebagai pemberi dan Tuhan sebagai pemberi balasan;

hubungan akhlak. Kedua akhlak terhadap sesama manusia. Ketiga, akhlak

terhadap alam semesta.

Pertama, ruang lingkup akhlak terhadap Tuhan terdiri dari:

mengenal Tuhan, berhubungan kepada Tuhan dan meminta tolong kepada

Tuhan. Akhlak kepada Allah merupakan esensi daripada nilai-nilai akhlak

yang lain. Artinya jika akhlak seseorang terhadap Allah itu baik, maka

akan mewarnai dan menjiwai akhlak lainnya. Akhlak terhadap Allah

merupakan tolok ukur keberhasilan dalam memahami dan melaksanakan

nilai-nilai akhlak lainnya.

Kedua, ruang lingkup akhlak terhadap sesame manusia

mencakup: (1) akhlak terhadap orang tua, (2) akhlak terhadap saudara, (3)

(42)

28

Manusia selain dituntut memiliki akhlak kepada Tuhan dan

akhlak terhadap sesama manusia, juga dituntut memiliki akhlak terhadap

alam sekitar. Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata

untuk kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,

melestarikan alam, dan sekaligus memakmurkan manusia.

Tiga dimensi akhlak yang sudah dipaparkan di muka hendaknya

menjadi materi yang mengisi pendidikan karakter. Atas pemikiran ini,

pendidikan karakter perlu memperhatikan pentingnya dimensi penanaman

akhlak terpuji.

Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada:

1. Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada

lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA, SMK,

MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan

ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan

pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik,

pendidik, dan tenaga kependidikan (Kementrian Pendidikan Nasional,

2010: 3)

Pendidikan karakter harus masuk dalam setiap aspek kegiatan

belajar mengajar di ruang kelas, praktek keseharian di sekolah, dan

terintegrasi dengan setiap kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,

pecinta alam, olahraga, palang merah, dan karya tulis ilmiyah. Setelah

(43)

29

sekitarnya. Semua aspek pendidikan mulai dari ruang kelas hingga

lingkungan tempat tinggal harus tetap berkesinambungan dalam

menjaga nilai-nilai pendidikan karakter (Direktorat Jendral Pendidikan

Dasar, 2011:12-13).

2. Pendidikan Non Formal

Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada

lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan

lembaga pendidikan nonformal lain. Sasaran pada pendidikan

nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada

keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap

anak-anak atau anggota keluarga lainnya yang menjadi

tanggungjawabnya (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010: 3).

D. Al-Qur’an Surat Hud

Surat Hud merupakan surah yang keseluruhan ayatnya turun

sebelum Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah, oleh karenanya surah

ini digelari dengan surah Makkiyyah. Surah ini merupakan surah ke-52

dari segi tertib turunnya. Ia turun sesudah surah yang lalu yakni surah

Yunus dan sebelum surah yang akan datang yakni surah Yusuf. Surah ini

dinamai surah Hud, karena di dalamnya terulang nama Nabi Hud as.

(44)

30

yang terpanjang bila dibandingkan dengan uraian-uraian tentang beliau di

surah-surah lain.

Surah ini berbicara tentang kedudukan, keistimewaan serta

tantangan al-Qur‟an. Larangan mempersekutukan Allah swt. dan bahwa

Nabi Muhammad saw. adalah rasul yang bertugas menyampaikan berita

gembira dan peringatan, khususnya menyangkut hari kebangkitan. Surah

inijuga menguraikan tentang pengetahuan Allah swt., penciptaan,

pengaturan dan pengendalian-Nya terhadap alam raya dan semua makhluk

serta uraian tentang kebinasaan para pembangkang dan aneka tuntunan

bagi yang taat. Ia merupakan satu-satunya surah yang menguraikan

peristiwa air bah yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh as (Shihab, 2002:

175-176).

Kandungan surah ini, yang mencakup 123 ayat, membahas sejarah

para nabi, khususnya serita tentang Nabi Nuh as. Ia juga berfokus pada

masalah ekonomi. Perhatian diberikan kepada sejarah para nabi,

menyuguhkan pesan mereka sebagai proses historis yang berkelanjutan

dan bukan sebagai cerita-cerita yang terpisah. Mengenai keutamaan yang

terkandung dalam surah ini, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari

Nabi saw yang mengatakan , “Orang yang membaca surat ini akan

mendapatkan pahala yang ukurannya sama dengan pahala semua orang

yang beriman kepada Hud dan nabi-nabi lainnya, ditambah juumlah

(45)

31

dengan para syuhada di Hari Kebangkitan, dan dengan demikian segala

(46)

32

BAB III

KANDUNGAN ISI SURAT HUD

A. Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat al-Qur‟an. Ilmu

ini sangat bermanfaat dalam memahami ayat. Di dalam al-Qur‟an tidak

semua ayatnya terdapat asbabun nuzul, begitu pula dengan yang terdapat

di dalam surat Hud. Dari 123 ayat yang terdapat dalam surat Hud, hanya

ada 3 yang terdapat asbabun nuzul. 3 ayat yang terdapat asbabun nuzul

5. Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad)[708]. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati

(Departemen Agama RI, 2009: 381).

[708] Maksudnya: Menyembunyikan perasaan permusuhan dan kemunafikan mereka terhadap Nabi Muhammad s.a.w.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu itu banyak

orang-orang yang malu apabila tidur terlentang, dan malu bercampur

(47)

33

dengan mereka. Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari

Ibnu „Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaun munafiqin apabila

bertemu dengan Nabi saw. memalingkan mukanya dan membalikkan

badannya agar tidak terlihat oleh Nabi karena malunya. Maka turun

ayat ini (Q.S. Hud ayat 5) yang menegaskan bahwa Allah Maha

Mengetahui atas segala yang mereka sembunyikan. Diriwayatkan oleh

Ibnu Jabir dan lainnya yang bersumber dari Abdullah bin Syadad

(Shaleh, 1990: 271).

Dalam al-Qur‟an dan Tafsirnya yang diterbitkan Departemen

Agama Islam RI disebutkan asbabun nuzul ayat ini, dari Abdullah ibn

Syaddad berkata, “Seorang di antara mereka bila lewat di hadapan

Rasul menundukkan mukanya supaya dia tidak terlihat orang.

Mengapa mereka berbuat demikian padahal tidak ada faedahnya

sedikitpun untuk melindungi sikap mereka ang sebenarnya? Allah,

mengetahui keadaan mereka sewaktu mereka di malam hari, di dalam

kamar tidurnya, berselimut dengan kain kumal sehingga menutupi

seluruh badan mereka. Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan

dan apa yang mereka lahirkan. Dia Maha Mengetahui apa yang

tersimpam dalam dada manusia, dan segala yag terlintas dalam jiwa

mereka. Seharusnya mereka tidak bersikap demikian, karena semua isi

langit dan bumi ini tidak ada yang tersembunyi dari Allah

(48)

34 kepada suatu waktu yang ditentukan. niscaya mereka akan berkata: "Apakah yang menghalanginya?" lngatlah, diwaktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya (Departemen Agama RI, 2009: 385).

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat

“Iqtaraba linnasi hisabuhun” (Al-Anbiya) berkatalah orang-orang

“Sesungguhnya saat (Qiamat) telah dekat, maka berhentilah kalian dari

perbuatan menipu. Kemudian mereka berhenti sebentar, dan kembali

melakukan tipu dayanya yang lebih jahat lagi. Maka turunlah ayat ini

sebagai ancaman terhadap perbuatan mereka (Shaleh, 1990: 272)

3. Q.S Hud ayat 114

(49)

35

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki, setelah

mencium seorang wanita, datang menghadap Rasulullah saw seraya

menerangkan peristiwa tersebut. Maka Allah menurunkan ayat ini

(Q.S. 11 Hud: 114) yang menegaskan kejahatan itu dapat diampuni

oleh Allah dengan melaksanakan shalat lima waktu. Kemudian orang

itu berkata: “Apakah ini hanya berlaku bagi orang yang ada sekarang

saja?” Nabi menjawab: “Untuk semua umatku.”

Diriwayatkan oleh asy-Syaikhan (al-Bukhari dan Muslim) yang

bersumber dari Ibnu Mas‟ud.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abdul Yasar kedatangan

seorang wanita yang mau membeli kurma. Ia berkata: “Di rumahku

ada kurma yang lebih baik daripada ini.” Maka masuklah wanita itu

bersamanya, kemudian ia merangkul wanita itu serta menciuminya.

Setelah itu, ia menghadap Rasulullah saw. seraya menerangkan

kejadian tersebut. Bersabdalah Rasulullah saw.: “Beginikah engkau

bila dititipi seorang istri oleh suaminya yang sedang berperang?” Lama

sekali Abdul Yasar menundukkan kepala. Berkenaan dengan peristiwa

tersebut, turunlah ayat ini (Q.S. 11 Hud:114) yang memerintahkan

untuk mendirikan shalat lima waktu, karena perbuatan yang baik dapat

menghapus perbuatan yang tidak baik.

Dirirwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lain-lain, yang bersumber dari

(50)

36

Menurut hadis yang diriwayatkan oleh asy-Syaikhan dari Ibnu

Mas‟ud, bahwa seorang laki-laki mencium seorang perempuan,

kemudian ia mendatangi Nabi Saw lalu melaporkannya, kemudian

Allah menurunkan ayat 114 surat Hud (Departemen Agama RI, 2009:

484).

B. Konten Surat Hud

Surat Hud adalah surat yang urutannya setelah surat Yunus. Pada

akhir surah Yunus yang lalu Allah menegaskan bahwa al-Qur‟an b

enar-benar datang dari Allah, keberuntungan bagi orang-orang yang

menjadikannya sebagai petunjuk dan kerugian bagi orang-orang yang

berpaling dari padanya, maka pada permulaan surah ini Allah kembali

menjelaskan tentang al-Qur‟an dengan sifat-sifatnya serta pokok-pokok

ajaran agama yang harus dijadikan pedoman oleh manusia. Ada beberapa

konten yang termuat dalam surat Hud, diantaranya:

1. Bukti-Bukti Keesaan dan Kekuasaan Allah

(51)

37

2. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya (Shihab, 2002: 178),

[707] Maksudnya: diperinci atas beberapa macam, ada yang

mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan,

janji dan peringatan dan lain-lain.

Allah memulai surah ini dengan tiga buah huruf Alif, Laam,

Raa, seperti pada permulaan Surah Yunus yang lalu, dengan

maksud yang sama yaitu menuntut perhatian yang sungguh dari

pendengar. Sesudah itu Allah menerangkan bahwa al-Qur‟an

itu adalah sebuah kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapi dan

padat, lagi jelas artinya. Karena kerapian dan kepadatan

susunan ayat itu, tak mungkin dapat ditukar-tukar kata-katanya,

baik letaknya atau hurufnya (Departemen Agama RI,

2009:379).

Alif Laam raa. Pembahasan mengenai huruf-huruf yang

terputus-putus pada awal surat telah dikemukakan dalam awal

surat al-Baqarah. Kepada Allahlah memohon taufik. Adapun

yfirman Allah Ta‟ala, “sebuah kitab yang ayat-ayatnya

ditetapkan kemudian dijelaskan.” Yakni, yang ditetapkan

lafalnya, diterangkan maknanya, karena kitab ini sempurna

baik penampilannya maupun maknanya. Demikianlah

penafsiran Mujahid, Qatadah, dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

(52)

38

Maha Mengetahui,” yakni Yang Maha Bijaksana dalam segala

perkataan dan perbuatan-Nya; Maha Mengetahui kesudahan

berbagai persoalan (Ar-Rifa‟I, 1999:764)

(جوكحأ) uhkimat terambil dari kata (نكحأ) ahkama yang akar

katanya terdiri dari huruf-huruf ha, kaf, dan mim yang berkisar

maknanya pada makna menghalangi, seperti (نكح)

hukum/hukum yang berfungsi menghalangi terjadinya

penganiayaan. Kendali bagi hewan dinamai (توكح) hakamah,

karena ia menghalangi hewan mengarah ke arah yang tidak

diinginkan, atau liar. Kitab al-Qur‟an adalah kitab yang

terpelihara dari segala macam kekurangan, terhalang dari

segala macam kesalahan, kebohongan dan kepalsuan, yang

tersusun sedemikian rapi dan serasi sehingga tidak ada celah

untuk mengkoreksi atau mengeritiknya.

Kata (نيكح) hakim yang merupakan sifat Allah SWT

dipahami oleh sementara ulama dalam arti Yang memiliki

hikmah, yakni pengetahuan yang paling utama dari segala

sesuatu. Yang hakim adalah yang tepat dalam penilaiannya dan

dalam pengaturannya. Siapa yang menyandang sifat ini, maka

ia dapat menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan atau

(53)

39

Kata (زيبخ) khabir terambil dari akar kata (زبخ) khabara.

Kata-kata yang dirangkai oleh huruf-huruf kha, ba, dan ra‟

berkisar maknanya pada dua hal, yaitu pengetahuan dan

kelemahlembutan. Khabir dari segi bahasa dapat berarti yang

mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak. Sementara para

pakar bahasa berpendapat bahwa kata ini terambil dari kata

(ضرلأا ثزبخ) khabartu al-ardhal membelah bumi”, dan dari

sini lahir pengertian “menegetahui” seakan-akan yang

bersangkutan membahas sesuatu sampai dia membelah bumi

untuk menemukannya. Menurut Imam Ghazali, Allah swt.

Al-Khabir adalah Dia yang tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal

yang sangat dalam walau yang disembunyikan, serta tidak

terjadi sesuatu pun dalam kerajaan-Nya di bumi maupun di

alam raya kecuali diketahui-Nya, tidak bergerak satu dzarrah

(atom) atau diam, tidak bergejolak jiwa tidak juga tenang,

kecuali ada beritanya di sisi-Nya (Shihab, 2002: 178-179).

Dalam ayat kedua surat Hud Allah menjelaskan bahwa

al-Qur‟an diturunkan dengan susunan an redaksi ayat-ayat yang

rapi dan degan uraian yang terperinci agar manusia yakin

bahwa al-Qur‟an dari Allah, berisi petunjuk-petunjuk dan

larangan-Nya, terutama larangan menyembah selain Allah.

Pada ayat dua ini pulalah menangani isu yang paling penting

(54)

40

. Oleh karena itu, ayat ini dimulai dengan larangan tersebut.

Rasul saw hanyalah pembawa peringatan akan siksa Allah

kepada mereka yang mempersekutukan Allah, dan pembawa

kabar gembira tentang pahala bagi mereka yang taat dan tulus

ikhlas dalam menyembah Allah. Menyeru manusia menyembah

Allah merupakan tugas para rasul sejak zaman dahulu. Firman

Allah:

25. Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (al-Anbiya‟/21: 25) (Departemen Agama RI, 2009: 370-380).

Kandungan al-Qur‟an sangat rinci dan bermacam-macam.

Terdapat akidah, syariat dan akhlak. Tetapi semua itu bertujuan

pokok untuk mengantar manusia mengakui keesaan Allah

SWTdan kekuasaan-Nya sehingga tidak mengabdi kecuali

kepada-Nya semata. Dan itulah yang dinyatakan oleh ayat

kedua diatas. Sikap mengesakan Allah SWT dan beribadah

kepada-Nya merupakan inti yang semua tuntunan Islam beredar

disekelilingnya. Demikian juga dengan tuntunan-tuntunan

agama bahkan amal-amal ibadah sekalipun, jika tidak disertai

(55)

41

nilai sama sekali. Di sisi lain, semua aktivitas bahkan wujud,

berkaitan dengan Yang Maha Esa itu. Ia adalah sumber wujud

dan keterpeliharaan-Nya dari makhluk yang teragung sampai

yang sekecil-kecilnya. Q.S. al-An‟am (6): 59

sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan

14. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu Maka ketahuilah, Sesungguhnya al-Qur‟an itu diturunkan dengan ilmu[713] Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? (Shihab, 2009: 201).

(56)

42

Ayat ini menjelaskan bahwa jika orang musyrik tidak

mampu memenuhi tantangan Rasul, padahal mereka itu ahli

bahasa dan ahli sastra ynag ulung, maka ketahuilah

bahwasannya Al-Qur‟an itu bukan buatan Muhammad, tetapi

semata-mata diturunkan oleh Allah atas kehendak-Nya, supaya

disampaikan oleh Muhammad kepada sekalian umatnya.

Ketahuilah pula bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah

dengan sebenarnya melainkan Dia (Departemen Agama RI,

2009: 394)

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan firman-Nya: ( نل ىإف

نكلاىبيحخسي) fa‟in lam yastajiibuu lakum/ jika mereka tidak

menerima seruan kamu, ada juga yang memahaminya sebagai

ditujukan kepada kaum musyrikin yang diminta untuk meminta

bantuan siapa saja selain Allah swt. jika siapapun yang kamu

ajak itu tidak sanggup memenuhi ajakan kamu, maka

ketahuilah bahwa al-Qur‟an benar-benar firman Alah swt. yang

turun atas pengetahuan-Nya, bukan dibuat-buat.

`Dijelaskan pula makna (الله نلعب لشًا) unzila bi‟ilmillahi/

diturunkan dengan ilmu Allah maknanya adalah yang berkaitan

dengan ilmu Allah yang tidak ada jalan bagi seseorang untuk

mengetahuinya. Ada juga ulama yang memahami kata ini

dalam arti bahwa al-Qur‟an diturunkan atas dasar pengetahuan

(57)

43

berdasarkan pengetahuan dan ilmu Allah swt. menyangkut

susunan dan gaya bahasa serta kandungannya, sehingga tidak

satu pun yang dapat membuat semacamnya.

Penggalan ayat yang disebut sesudah penggalan yang lalu

yaitu firman-Nya: (ىهلاا هلا لا ىاو) wa‟an la ilaha illa huwa/ dan

bahwa tidak ada tuhan selain Dia. Jika telah terbukti bahwa

al-Qur‟an adalah haq yang bersumber dari Allah swt. dan terbukti

pula kebenaran informasinya, maka tentu saja tidak ada Tuhan

selain Allah, karena hakikat tersebut salah satu hal pokokm

15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan (Shihab, 2009: 206).

Ayat-ayat sebelumnya, menerangkan beberapa hujjah

tentang kebenaran seruan Islam dan Al-Qur‟an itu benar-benar

wahyu Allah, bukan buatan Muhammad sebagaimana yang

dituduhkan orang-orang musyrik. Pada ayat berikut Allah akan

bahwa yang mendorong orang musyrikin itu mendustakan

(58)

44

cenderung kepada soal-soal duniawi, padahal Islam selalu

berseru untuk lebih mengutamakan soal-soal akhirat daripada

keduniawian. Allah akan memberikan kepada mereka apa yang

mereka inginkan sesuai dengan sunnatullah atau ketentuan

Allah. Dia tidak akan mengurangi sedikit pun dari hasil usaha

mereka itu, karena untuk memeperoleh rezeki tersebut terkait

dengan usaha seseorang (Departemen Agama RI, 2009: 395

-396).

Dalam tafsir Al Mishbah dijelaskan bahwa firman Allah:

(بهخٌيسوبيًذلاةبيحلاذيزي) yuriidu al-hayaata ad-dunyaa wa

ziinatahaa/menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya

bukanlah sesuatu yang tercela selama seseorang tidak terpaku

padanya atau tidak mengabaikan nilai-nilai agama dalam

memperoleh dan menikmatinya. (نهيلا فىً) nuwafi ilaihim/

Kami sempurnakan kepada mereka dipahami oleh sementara

ulama dalam arti hasil usaha mereka diberikan secara

sempurna, karena mereka yang enggan beriman itu tidak

menyadari adanya kewajiban agama menyangkut penggunaan

dan pemanfaatan perolehan mereka.

Ayat ini bukan berarti janji Allah swt. untuk

menganugerahkan setiap orang yang berusaha untuk meraih

(59)

45

kenyataan dilapangan, tetai juga karena adanya surat lain yang

membatasi hal tersebut.

18. Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir. (Q.S. al-Isra‟/17: 18) (Al-Hikmah

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, 2007: 283).

Masih terkait dengan kehendak allah swt. dan apa yang

mereka peroleh pun dibatasi oleh ketentuan-ketentuannya.

Memang perlu diingat bahwa setiap pelaku mempunyai tujuan

bagi kegiatan apapun yang dilakukannya. Jika kegiatan itu

bertujuan duniawi, maka apa yang dilakukannya dapat

mengantarnya untuk meraih tujuannya. Tetapi tentu saja

dengan syarat terpenuhinya syarat-syarat yang ditetapkan Allah

swt. melalui hukum-hukum sebab akibat.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengintegrasikan konten kurikulum pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran. agama, kwarganegaraan,

Bab IV merupakan poin dari penulisan skripsi ini yaitu tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kandungan surat Al- Hujurat ayat 11-13 serta Relevansi surat Al-Hujurat

Dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai dengan tuntunan syari‟at, yang bertujuan

Pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu ditanamkan dan dikembangkan lewat dunia pendidikan, dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan

Aspek hasil kurikulum mata kuliah Pendidikan Agama Katolik, relevan dengan tujuan Pendidikan Agama Katolik, terutama dalam mengembangkan karakter mahasiswa prodi

3 Nilai-nilai karakter Islami yang terdapat dalam novel Si Anak Savana relevan dengan penanaman pendidikan karakter jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah sesuai dengan indikator yang

Pendidikan karakter yang bersumber dari Pancasila ini sudah sepatutnya terus diterapkan pada dunia Pendidikan, karena dengan hal tersebut kualitas bangsa Indonesia kedepannya akan lebih

287 3.5 Nilai-nilai Pendidikan Karakter Tari Pendet Tari Pendet merupakan suatu hasil dari kebudayaan fisik yang mengandung banyak nilai – nilai pendidikan dan sesuai atau relevan