• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS AGUS MUSTOFA TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ATHEISME DALAM BUKU IBRAHIM PERNAH ATHEIS - PANDANGAN AGUS MUSTOFA TENTANG FAKTOR-FAKTOR ATHEISME (Analisis Terhadap Buku Ibrahim Pernah Atheis) - Digilib IAIN Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS AGUS MUSTOFA TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ATHEISME DALAM BUKU IBRAHIM PERNAH ATHEIS - PANDANGAN AGUS MUSTOFA TENTANG FAKTOR-FAKTOR ATHEISME (Analisis Terhadap Buku Ibrahim Pernah Atheis) - Digilib IAIN Jember"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB IV

ANALISIS AGUS MUSTOFA

TERHADAP PEMIKIRAN-PEMIKIRAN ATHEISME

DALAM BUKU

IBRAHIM PERNAH ATHEIS

A.Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Agama Adalah Racun Kehidupan’

Serta Dalil Al-Qur’an

1. Analisis Agus Mustofa Terhadap Pandangan Atheisme Barat‘Agama

Adalah Racun Kehidupan’

Pertama: kesalahan argument Atheisme adalah dengan menganggap semua agama adalah racun di dalam kehidupan ini. Argumen „agama adalah racun kehidupan‟ dibangun oleh seorang tokoh yang bernama Christopher Hitchens dengan mengikuti pendapat tokoh Atheisme dari Jerman bernama Karl Marx93. Tokoh ini kemudian menginspirasi bagi kelahiran aliran filsafat Marxisme. Dengan

93

(2)

mengikuti Marx, Hitchens telah menulis sebuah buku yang berjudul God is not

Great– Tuhan tidak Maha Besar.

Provokasi Christopher Hitchens semakin bertambah ketika membaca sub judul bukunya: How Religion Poisons Everything, yang artinya: Bagaimana agama meracuni segalanya. Lalu kemudian diperkuat dengan penjelasan: An all-out attack

on all aspects of religion. Yang mana maksud dari penjelasan Hitchens tersebut

adalah: Sebuah serangan telak terhadap segala aspek agama.

Agus Mustofa di dalam sebuah bukunya yang berjudul Ibrahim Pernah Atheis

mengulas tentang pemikiran Christopher Hitchens94 bahwa dengan nada sinis Christopher Hitchens telah mengatakan: “Agama telah meracuni peradaban manusia, dari zaman dulu sampai sekarang. Agama-agama (apapun itu namanya), bukan menjadikan pemeluknya bertambah maju. Akan tetapi sebaliknya, agama-agama semakin menjadikan pemeluknya terperosok ke dalam kemunduran peradaban: ekonomi, politik, ilmu dan teknologi, budaya, pendidikan, bahkan kesehatan.”95

94

Christopher Eric Hitchens (lahir 13 April 1949 di Portsmouth, Hampshire, Inggris; meninggal 15 Desember 2011 di Houston, Texas, Amerika Serikat) adalah seorang pengarang dan jurnalis Inggris-Amerika Ia pernah menjadi kolumnis dan kritikus sastra di majalah The Atlantic,

Vanity Fair, Slate, World Affairs, The Nation, Free Inquiry, dan menjadi anggota media di Hoover Institution pada September 2008. Hitchens seringkali hadir dalam acara televisi dan seminar. Pada tahun 2005, berdasarkan pemilihan di majalah Prospect/Foreign Policy, ia dinobatkan sebagai intelektual umum kelima dunia. Hitchens adalah seorang antiteis. Ia berpendapat bahwa konsep Tuhan merupakan kepercayaan totalitarian yang menghancurkan kebebasan seseorang. Hitchens menulis mengenai ateisme dan kritiknya terhadap agama dalam bukunya yang berjudul God Is Not Great. Pada tanggal 15 Desember 2011, Christopher Hitchens meninggal di MD Anderson Cancer Center di Houston, Texas. Penyebab kematiannya adalah radang paru akibat komplikasi kanker yang dideritanya. Lihat: Agus Mustofa, Ibrahim Pernah Atheis, 123.

95

(3)

Agus Mustofa berpandangan bahwa kesalahan terbesar tesis dari Christopher Hitchens adalah karena Christopher Hitchens menilai tinggi rendah sebuah ajaran agama dari kualitas pemeluknya.96

Di antara argumen Christopher Hitchens yaitu: Banyak negara-negara yang menerapkan ajaran agama bahkan secara resmi, mereka mengalami berbagai macam masalah. Karena di negara-negara tersebut banya terjadi pembunuhan, perampokan, terorisme, rasialisme dan kekerasan lainnya. Tidak kalah buruk dalam bidang pendidikan, perekonomian, dan penanganan masalah kesehatan.97

Christopher Hitchens berkesimpulan bahwa agama membuat umatnya memburuk bukan malah bertambah baik, karena kekerasan dipicu oleh pertentangan pemeluk agama dalam memahami agamanya. Kemudian membuat klaim-klaim bahwa agamanya adalah yang paling benar, dan atas nama Tuhan melakukan kekerasan terhadap golongan lainnya. Demikian menurut Agus Mustofa yang dipaparkan dalam buku Beragama Dengan Akal Sehat.98

Mengenai garis besar pemikiran Christopher Hitchens, Agus Mustofa juga mengatakan bahwa Hitchens telah menganggap bahwa agama adalah dogma yang

96

Hitchens juga berpendapat bahwa agama itu "bengis, irasional, tidak toleran, sekutu rasisme, tribalisme, dan kefanatikan, menanamkan kebodohan, dan tidak ramah terhadap pemikiran bebas, sombong terhadap wanita dan koersif terhadap anak-anak". Sang penulis mendukung pendapatnya dengan memasukkan kisah-kisah personal, anekdot sejarah, dan analisis kritis terhadap teks religius. Kritiknya lebih banyak diarahkan terhadap agama Samawi, meskipun ia juga menyerang agama lain seperti Hindu dan Buddha. God Is Not Great: How Religion Poisons Everything (2007) adalah buku yang ditulis oleh pengarang dan jurnalis Christopher Hitchens. Buku ini merupakan buku yang mengkritik agama, dan diterbitkan di Britania Raya dengan nama God Is Not Great: The Case Against Religion.

https://samsi.wordpress.com/2010/02/24/Christopher-Hitchens/.Diakses 28 Juni 2016. Pukul 15.22.

97

Ibid., 124. 98

(4)

meracuni umatnya, karena pemeluk agama tidak boleh berkutik dan “ajarannya

harus ditelan mentah-mentah” tanpa melakukan argumentasi yang rasional.99

Christopher Hitchens juga berpandangan bahwa akhirat adalah sebuah kebohongan besar yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Akhirat tidak logis menurut akal pikiran dan tidak rasional. Alam semesta ini terjadi dengan dirinya sendiri secara evolutif. Salah besar jika manusia menganggap bahwa alam semesta ini dianggap sebagai hasil sebuah penciptaan dari „Kecerdasan Tunggal‟, yang oleh umat beragama diimani sebagai Tuhan, melalui grand design yang terencana.100

Menurut analisis penulis, Agus Mustofa sangat tidak sependapat dengan pemikirah Christopher Hitchens. Hal tersebut terbukti dengan argument Agus Mustofa dalam menanggapi pemikiran Christopher Hitchens:

Lantas, apakah karena pelaku kriminalitas itu adalah para penganut ajaran agama,menvonis agamanya yang jelek karena mengajarkan perbuatan jahat kepada umatnya? Tentu saja sudut pandang yang demikian tidak adil, dan juga tidak mewakili. Karena sesungguhnya agama-agama itu pasti juga mengutuk perbuatan jahat. Apapun bentuknya.Dan merupakan suatu hal yang lucu kata Agus Mustofa, Hitchens hanya mengambil contoh kasus dari orang-orang yang hanyalah berbuat jelek saja. Padahal, betapa banyak orang-orang-orang-orang yang berbuat mulia karena menjalankan perintah agamanya.101

Agus Mustofa membuktikan bahwa sudah banyak dana sosial yang dikeluarkan umat beragama untuk kehidupan orang-orang miskin di seluruh dunia. Ribuan bahkan jutaan orang selamat karena dana sosial yang disumbangkan masyarakat beragama dengan ikhlas untuk kepentingan program-program kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. Sangat sedikit sekali

99

Ibid., 125. 100

Ibid., 126. 101

(5)

orang Atheis yang memiliki rasa kepedulian kepada sesama yang miskin dan menderita. Karena menurut Agus Mustofa, tidak ada ajaran bagi penganut Atheisme untuk menolong orang lain yang kesusahan. Yang ada adalah sebatas memuaskan kepentingan individu, seperti kaum liberalis-kapitalis.”102

Kedua: menurut Agus Mustofa, kesalahan mendasar Atheis adalah menyamaratakan seluruh ajaran agama. Dalam hal ini, mereka hanya membagi agama dalam kedua kelompok besar, yaitu monotheisme yang bertuhan satu – dibawa oleh keturunan Nabi Ibrahim – dan agama-agama politheisme yang bertuhan banyak.103

Agus Mustofa menganalisis pemikiran Atheisme tersebut dengan mengatakan bahwa Atheisme tidak banyak berkomentar terhadap politheisme. Mereka lebih menunjukkan isu propagandanya kepada agama-agama besar monotheisme, yaitu Nasrani, Yahudi, dan Islam, yang dalam Al-Qur‟an diistilahkan dengan menggunakan kata-kata ahli kitab, yaitu para penganut dari kitab Taurat, Injil dan Al-Qur‟an. Kekeliruan pemahaman terhadap agama-agama ahli kitab ini menurut pandangan Agus Mustofa terlihat dari tudingan Christopher Hitchens yang berpendapat bahwa Agama Islam adalah agama hasil jiplakan dari Agama Yahudi dan Agama Nasrani. Lalu kemudian Christopher Hitchens menyamakan ketiga agama Ibrahimi tersebut sebagai satu kelompok agama yang monotheis (mempercayai satu Tuhan). Karena itu salah besar ketika Christopher Hitchens

102

Ibid.,133. 103

(6)

kemudian mengambil sebuah kesimpulan secara general terhadap konsep tauhid dari ketiga agama tersebut.104

Christopher Hitchens menyimpulkan bahwa Tuhan adalah Dzat yang suka marah-marah, dan Tuhan tidak peduli kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya, suka menghukum, terpisah jauh dari makhluk-Nya, Tuhan tetap berdiam diri di dalam singgasana surganya, serta Tuhan tidak pernah terlibat di dalam semua peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Menurut pendapat Christopher Hitchens, Tuhan itu tidak memberikan apa-apa bagi kebahagiaan manusia, kecuali hanya memberikan sebuah penderitaan, ancaman, dan dosa-dosa. Sehingga kehidupan manusia di dunia ini tidak lebih hanya proses penebusan dosa. Agus Mustofa menyanggah pendapat Christopher Hitchens tersebut dengan mengatakan:

Tentu saja yang demikian ini rancu. Apalagi jika dikaitkan dengan konsep ketuhanan di dalam Islam. Karena konsep penebusan dosa itu tidak dikenal di dalam Islam. manusia lahir dalam kondisi Fitri dan suci. Dan barangsiapa bisa mempertahankan kesuciannya itu, ia bakal memperoleh kebahagiaan. Konsep Islam sangat jelas, bahwa perbuatan dosa dan juga kebajikan itu tidak bisa dipindah-tangankan, apalagi diwariskan. Setiap dirimampu bertanggung jawab terhadap perbuatannya sendiri. Berbuat baik kembali kepadanya,

berbuat jelek juga kembali kepadanya.”105

2. Dalil Al-Qur’an

Ayat-ayat Al-Qur‟an yang dipakai Agus Mustofa dalam mengkritik pandangan Hitchens tersebut antara lain: QS. Al-Muddassir (74) ayat 38:

(7)

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

(8)

“Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka Rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.”

QS. Ali Imran (3) ayat 108:

benar; dan Tiadalah Allah berkehendak untuk Menganiaya hamba-hamba-Nya.”

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

QS. Ar-Rahman ayat 29:

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. Setiap

(9)

Berangkat dari tanggapan Agus Mustofa terhadap pemikiran-pemikiran Atheisme tersebut di atas dapat digarisbawahi bahwa pandangan Atheisme Barat yang mengatakan bahwa “Agama Adalah Racun Kehidupan” adalah salah besar karena menurut Agus Mustofa, para penganut Atheisme menganggap Tuhan adalah Dzat yang suka marah-marah, suka menghukum, dan tidak peduli kepada makhluk ciptaan-Nya, terpisah jauh dari makhluk-Nya dan hanya berdian diri di dalam surganya, serta tidak terlibat dalam segala peristiwa yang terjadi di alam semesta, selain itu pula, beliau mengelak kekeliruan dari tudingan Christopher Hitchens terhadap agama-agama ahli kitab yaitu berkaitan dengan isu propagandanya kepada agama-agama besar monotheisme, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, yang dalam

al-Qur‟an diistilahkan sebagai ahli kitab- yaitu penganut dari kitab Taurat, Injil dan

al-Qur‟an.

B.Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Orang Beragama Tidak Bisa

Berpikir Ilmiah dan Dalil Al-Qur’an

1. Analisis Agus Mustofa

Menurut Agus Mustofa, tokoh yang menggagas pandangan“orang beragama

tidak bisa berpikir ilmiah” adalah seorang tokoh Atheis, Richard Dawkins. Menurut

Agus Mustofa, Richard Dawkins di dalam bukunya The God Delusion

(10)

semesta ini ada yang mendesain, lantas siapakah yang mendesain Tuhan? Sebuah logika, yang menurut Dawkins akan berputar-putar tidak ada ujung pangkalnya. Jadi, lebih baik ikuti saja hukum alam yang sudah bekerja. Jelas-jelas bisa dibuktikan dan tidak menimbulkan persoalan kompleks dalam memahaminya.106

Di sini, kaum Atheis ternyata sudah mengalami kerancuan pemikiran kata Agus Mustofa. Betapa tidak, keberadaan Tuhan dianggap sebagai logika kompleks yang sulit dipahami. Padahal di sisi lain mereka menuding orang beragama terlalu sederhana dengan melibatkan Tuhan dalam setiap peristiwanya. Sebagaimana yang Agus Mustofa juga kutip dalam tulisan Dawkins: “Setiap tidak bisa menjawab sebuah fenomena alam, orang beragama akan mengatakan itu sebagai peran Tuhan.

Terlalu gampang mengisi kekosongan dengan Tuhan.”107

Agus Mustofa juga mengatakan bahwa seperti halnya Stephen Hawking, Dawkins terjebak pada asumsi distortif di awal proses berpikir ilmiahnya. Bahwa sudah menjadipenyakit umumkalangan Atheisyang sering memanfaatkan perangkat ilmiah untuk bisa membuktikantidak adanyaTuhan. Yakni mereka meramu asumsi sedemikian rupa, sehingga hasilnya sudah bisa ditebak: tidak perlu adanya Tuhan terkait dengan proses munculnya alam semesta beserta segala peristiwanya.108

Agus Mustofa menanggapi argumen Richard Dawkins tersebut dengan mengatakan dalam bukunya Ibrahim pernah Atheis:

106

Mustofa, Ibrahim, 97.

107

Ibid.,98.

108

(11)

Padahal sebenarnya perangkat ilmiah adalah perangkat yang netral. Bisa digunakan oleh siapa saja, yang bertuhan maupun yang tidak bertuhan. Adalah jika sebuah kesalahan besar jika ada yang mengatakan bahwa orang Atheislebih berpikir ilmiah, sedangkan orang beragama berpikir dogmatis. Itu hanya benar bagi agama selain Islam. dalam Islam, al-Qur‟an sangat tegas menolak dogmatisme.109

2. Dalil Al-Qur’an

Ayat Al-Qur‟an yang dipakai oleh Agus Mustofa untuk mengkritik konsep

„orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah‟ adalah QS. al-Baqarah (2) ayat 170:



“Dan apabila dikatakan pada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"

Dapat digarisbawahi bahwa menurut Agus Mustofa, konsep Atheisme yang mengatakan bahwa “orang beragama tidak bisa berpikir ilmiah” jelas sudah mengalami kerancuan, karena keberadaan Tuhan dianggap sebagai logika kompleks yang sulit dipahami. Padahal di sisi lain mereka menuding orang beragama terlalu sederhana dengan melibatkan Tuhan dalam setiap apa yang terjadi.

109

(12)

C.Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Tuhan Hanyalah Ilusi Bahkan

Delusi’ dan Dalil Al-Qur’an

1. Analisis Agus Mustofa

Menurut Agus Mustofa Pandangan “Tuhan hanya ilusi bahkan delusi” ini

diusung oleh seorang Atheis bernama Richard Dawkins110. Menurut Agus Mustofa, Dawkins telah mengatakan bahwa Tuhan itu hanyalah sebuah ilusi atau bahkan delusi.111 Yang kemudian menurut Dawkins secara tergesa-gesa menjadikan argumennya tersebut sebagai sebuah judul bukunya The God Delusion. Seorang Atheisitu telah menjustis bahwa keberadaan Tuhan itu hanyalah sebuah ilusi atau bahkan delusi. Sesuatu yang tidak ada, tapi diada-adakan.112Maka Agus Mustofa menanggapi pendapat Dawkins yang salah tersebut dalam sebuah bukunya Ibrahim pernah Atheis:

Maka, pada hakikatnya itu bukan sebuah kesimpulan dari proses ilmiah, melainkan pendapat yang dijadikan asumsi. Karena sesungguhnya Dawkins tidak pernah bisa membuktikan secara saintifik bahwa Tuhan itu tidak ada. Bahwa Tuhan itu Cuma ilusi. Sehingga dia pun hanya mengatakan, Tuhan ituhampir pastitidak ada. Karena sesuatu itu berada di tataran ilusi atau nyata tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Sangat bergantung pada persepsi. Dan persepsi sangat dipengaruhi sudut pandang subyektif. Maka, sangat boleh jadi hati kecilnya selalu ragu tentang persepsinya. Atau justru dialah yang sebenarnya mengalami ilusi atau delusi dikarenakan obsesi yang berlebihan untuk mengatakan Tuhan itu tidak ada. Dikarenakan beliau dibesarkan di lingkungan yang mempersepsi Tuhan secara kontradiktif. Padahal, bagi orang beragama, yang meletakkan asumsi sebaliknya – Tuhan ada dan nyata – semua proses ilmiah itu akan bisa membuktikan keberadaan dan keterlibatan Tuhan dalam setiap peristiwa. Mulai dari penciptaan alam semesta, makhluk hidupnya, sampai pada berbagai peristiwa yang menyertainya.”113

111

Ibid.,100. 112

Ibid.,100. 113

(13)

2. Dalil Al-Qur’an

Agus Mustofa memperkuat kritikannya dengan QS. Yusuf (12) 105:



yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.”

Maksud dari ayat tersebut menurut Agus Mustofa, bahwa tanda-tanda eksistensi Allah itu sebenarnya sudah terhampar di mana-mana, tetapi banyak yang tidak bisa melihatnya, dikarenakan merekatidak mempedulikannya alias memiliki

mental block. Agus Mustofa juga menganalogikan asumsi para tokoh Atheistersebut

dengan sebuah surat wasiat, di mana mereka Cuma sibuk mempermasalahkan huruf, kata-kata, dan kalimatnya. Atau sekedar membahas jenis kertas atau kualitas tinta yang digunakan untuk menulis surat wasiat itu. atau paling jauh, katanya hanya mengembangkan pertanyaan skepticapakah surat itu ada penulisnya atau tidak. Dan, lantas orang Atheisitu berkata: “Saya tidak percaya surat ini ada penulisnya. Karena

si penulis itu tidak bisa dibuktikan keberadaannya.”114

Agus Mustofa menanggapi argumen mereka tersebut dengan mengatakan:

“Yaah, silahkan saja. Tetapi, orang-orang seperti Kazuo Murakami115 dan banyak

114

Ibid.,104. 115

(14)

lagi ilmuwan-ilmuwan kelas dunia lainnya sudah bisa melangkah lebih jauh. Tidak hanya berputar-putar pada wujud fisiknya, melainkan sudah masuk ke dalam dengan

menelaahpesanyang terkandung di dalamnya.”116

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya)

agar dia termasuk orang yang yakin.”

Berdasarkan kritikan Agus Mustofa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa menurut Agus Mustofa, konsep Atheis yang mengatakan bahwa„Tuhan hanyalilusi bahkan delusi‟adalah salah besar, apalagi denganmenganalogikan Surat Tuhan dengan surat wasiat, di mana mereka (kaum Atheis)hanya sibuk mempermasalahkan huruf, kata-kata dan kalimatnya, atau sekedar membahas kualitas tinta dan jenis kertas yang digunakan untuk menulis surat wasiat itu.

D.Analisis Agus Mustofa Terhadap Konsep ‘Tuhan Sudah Mati’ dan Dalil

Al-Qur’an

1. Analisis Agus Mustofa

Analisis dari Agus Mustofa yang selanjutnya adalah mengenai argumen Atheisme yang mengatakan bahwa Tuhan telah mati117. Tokoh Atheisme ini adalah

suatu keajaiban yang jauh melebihi pengertian atau kapasitas manusia.” Tegasnya. Hal itu

membawanya kepada suatu keputusan akan adanya sesuatu yang hebat yang berperan dalam segala realitas. Ia menyebutnya sebagai Sesuatu yang Agung. Baca lebih lanjut: Agus Mustofa, Ibrahim pernah Atheis, 101-102.

116

(15)

Friedrich Nietzsche118. Menurut Agus Mustofa, Nietzsche mengatakan bahwa Tuhan telah mati, karena Tuhan menurutnya tidak bisa dibuktikan secara saintifik. Dengan filosofi Atheismenya ia„membuktikan ‟bahwa Tuhan tidak terlibat dalam kehidupan makhluk-Nya. Bahwa kehidupan ternyata berjalan secara alamiah, apa adanya.119

Dari pemikiran Nietzsche tersebut, berarti sains telah menjadi sandarankebenaranbagi para Atheis. Sudah menjadi keyakinan mereka bahwa jika

Nietzsche Also sprach Zarathustra, yang paling bertanggung jawab dalam memopulerkan ungkapan ini. Gagasan ini dinyatakan oleh 'The Madman' sebagai berikut:

Tuhan sudah mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya. Bagaimanakah kita, pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua yang pernah dimiliki dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan menyapukan darahnya dari kita? Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu (pembunuhan Tuhan). Nietzsche, Die fröhliche Wissenschaft, seksi 125. Baca: https://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_sudah_mati. diakses 28 Juni 2016. Pukul 15.00.

118Friedrich Wilhelm Nietzsche

(lahir di Saxony, Prussia, 15 Oktober 1844. Meninggal di Weimar, 25 Agustus 1900 pada umur 55 tahun)[42] adalah seorang filsuf Jerman dan seorang ahli ilmu filologi yang meneliti teks-teks kuno, filsuf, kritikus budaya, penyair dan komposer. Dia menulis beberapa teks kritis terhadap agama, moralitas, budaya kontemporer, filsafat dan ilmu pengetahuan, menampilkan kesukaan untuk metafora, ironi, dan pepatah. Ia merupakan salah seorang tokoh pertama dari eksistensialisme modern yang ateistis. Ia merupakan seorang putra dari pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan Franziska. Ia memiliki nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama tersebut untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elisabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1849 serta adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale. Pada tahun 1858, Nietzsche masuk sekolah arama di Pforta dan memperoleh nilai tinggi dalam bidang agama, sastra Jerman dan zaman klasik. Setelah lulus dari Pforta, pada tahun 1864 ia belajar di Universitas Bonn bidang teologi dan filologi klasik. Sayangnya, hanya setahun ia belajar di sana dan kemudian pindah ke Leipzig. Tahun 1869-1879 ia dipanggil Universitas Basel untuk mengajar filologi dan setelah itu ia terpaksa pensiun dengan alasan kesehatan. Kehidupan produktif Nietzsche berlangsung hingga tahun 1889, hingga pada akhirnya tahun 1900 ia meninggal karena penyakit kelamin yang dideritanya. Lihat: Agus Mustofa, Ibrahim pernah Atheis, 29.

119

(16)

sesuatu bisa dibuktikan secara saintifik maka sesuatu itu dikatakan benar. Kalau sebaliknya, maka dikatakan salah. Demikian pula, jika sesuatu terbukti secara saintifik, maka ia dikatakan ada. Dan jika tidak terbukti, dikatakan tidak ada. Atau setidak-tidaknya belum ada. Itulah sebabnya para Atheis mengatakan bahwa Tuhan tidak ada, karena tidak bisa dibuktikan secara saintifik.

Karena bersandar kepada hukum-hukum alam itu, maka para tokoh Atheismenggunakan perangkat sains untuk menyatakan sesuatu benar atau salah, ada atau tidak ada. Secara umum, mereka sangat mengagungkan rasionalitas, logika, analisa dan pembuktian empiris.

Menurut Agus Mustofa, bagi kaum Atheis seperti halnya Nietzssche, sesuatu disebut ada atau benar, ketika sesuai dengan logika, rasionalitas, analisa dan juga bukti-bukti empiris. Selebihnya, meskipun berpotensi dan mungkin terjadi, tetap belum bisa disebut ada atau benar.120

Sebagaimana yang juga Agus Mustofa paparkan dalam bukunya Ibrahim pernah Atheis:

Karena itu, kata mereka, konsep inilah harus diuji dengan hiptesa-hipotesa. Misalnya, jika Tuhan ada, apakah Dia bisa dilihat, didengar, diajak bicara, diminta sesuatu dan juga kemudian memenuhinya atau tidak. Pokoknya, dibuktikan peran nyata-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut penganut Atheisini, Tuhan terbukti tidak bisa memenuhi dan menjawab hipotesa yang diujikan itu. Sehingga, kesimpulannya Tuhantidak ada.”121

120

Ibid.,32-33. 121

(17)

2. Dalil Al-Qur’an

Agus Mustofa memperkuat kritikannya terhadap kaum Atheis tersebut dengan menggunakan QS. al-An‟am (6) ayat 103 yaitu:

























“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala apaun yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.”

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menetukan focus penelitian.Data yang dikumpulkan melalui

Rata-rata dari ketiga kriteria adalah 76,00%, sehingga modul matematika dengan pendekatan PMRI yang dikembangkan dapat dinyatakan mendapatkan respon dari siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan adsorpsi isoterm yang sesuai digunakan pada kapasitas adsopsi kulit kacang tanah terhadap zat warna Remazol Golden Yellow 6

PERHITUNGAN RUGI-RUGI PADA SALURAN TRANSMISI MELALUI PERCOBAAN PADA MODUL TRANSMISI DAN DISTRIBUSI DI.. LABORATORIUM

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh

Kandungan air yang terdapat pada produk bahan bakar minyak dari sampah plastik jenis HDPE dan LDPE semakin menurun, karena semakin tinggi suhu pirolisis maka semakin

Garapan seni pakeliran dengan judul ” Musaka Bharata ” ini merupakan sebuah garapan yang menggabungkan beberapa jenis wayang yang berbeda yaitu wayang kuli,wayang

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dengan sampel 20 anak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, tes,