• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1

Kepala Sekolah

Kepala Sekolah adalah pemimpin bagi guru dan peserta didiknya. Pola kepemimpinan sangat berpe-ngaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemaju-an lembaga atau orgkemaju-anisasi termasuk lembaga pen-didikan. Kepemimpinan dalam pendidikan adalah cara atau usaha pemimpin untuk menggerakkan dengan mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan mendorong guru, staf, peserta didik, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Wahjo Sumijo (2003:83) kepala sekolah adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Kepala sekolah merupakan kedudukan resmi suatu pemimpin, maka perlu disadari bahwa setiap kata yang terucap dan setiap langkah yang dibuat, akan menimbulkan suatu pengaruh bagi orang lain yang berada di sekitarnya, yaitu guru dan peserta didik.

(2)

Seorang pemimpin bagaimana pun tipikal dan gaya memimpinnya, semua sangat tergantung dengan prinsip yang dianut. Prinsip yang benarlah yang akan membuat kepala sekolah menjadi pemimpin sejati, yang diharapkan mampu menggerakkan atau memo-tivasi guru sehingga memiliki kinerja yang baik. Dalam pelaksanaannya keberhasilan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh: (a) Kepribadian yang kuat; (b) penge-tahuan yang luas; (c) keterampilan yang profesional terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, antara lain: memiliki keterampilan teknis, memiliki keterampilan kemanusiaan, dan memiliki keteram-pilan konseptual.

Kepala sekolah Taman Kanak-Kanak atau pe-mimpin harus mempunyai kepimpinan. Kepemim-pinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif ahli/peneliti. Misalnya dari perspektif individual dan fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Berikut ini beberapa definisi kepemimpinan dari beberapa ahli.

Sergiovani (1992) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah sikap yang menggambarkan perilaku, bukan sejumlah keahlian dan sikap yang merupakan bawaan sejak lahir maupun diperoleh kemudian. Baginya, yang lebih penting dalam kepemimpinan di sekolah adalah adanya hubungan antara anak-anak dan orang dewasa belajar dan tetap belajar, serta membangun komunitas belajar,

(3)

Handoko (1995), kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugas-nya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut.

Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin membantu menentukan kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawah-an/guru, semua fasilitas kepemimpinan seorang kepala sekolah Taman Kanak-Kanak menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara tidak langsung. Ketiga, pemim-pin dapat menggunakan pengaruh, artinya pemimpemim-pin dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan dan juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.

Menurut Purwanto (2003: 26) yang menyarikan pendapat dari Atmosudirjo mengartikan kepemimpin-an adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang/ bawahan dalam organisasi formal atau para

(4)

pengi-kut/simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, mem-buat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikuti atau bahkan mungkin berkorban untuknya. Menurut Purwanto (2003: 26) kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Kartono (2001:49) juga berpendapat sama bahwa pada kepe-mimpinan terhadap unsure-unsur, kemampuan mem-pengaruhi orang lain, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk men-capai tujuan organisasi atau kelompok.

Dari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah: (1) seni untuk menciptakan kesesuaian paham, (2) bentuk persuasi dan inspirasi, (3) kepribadian yang mempu-nyai pengaruh, (4) tindakan dan perilaku, (5) titik sentral kegiatan kelompok, (6) hubungan kekuatan/ kekuasaan, (7) saran pencapaian tujuan, (8) hasil dari interaksi, (9) peranan yang dipolakan, (10) inisiasi struktur.

Semua orang adalah pemimpin. Guru adalah pemimpin bagi peserta didiknya, Kepala sekolah adalah pemimpin bagi guru dan peserta didiknya, ibu pun pemimpin bagi anak-anaknya. Hampir setiap orang adalah pemimpin di lingkungannya masing-masing. Manusia adalah khalifah di muka bumi.

(5)

Agustian (2005:96) menyatakn bahwa selama ini banyak kekeliruan pemahaman tentang arti kepemim-pinan. Pada umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata, sehingga berbagai cara dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin. Mulai dari membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman, atau cara-cara lain demi mengejar posisi pemimpin. Akibatnya melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati, dan bahkan dibenci.

Pola kepemimpinan akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan lem-baga atau organisasi termasuk lemlem-baga pendidikan. Kepemimpinan dalam pendidikan adalah cara atau usaha pemimpin untuk menggerakkan dengan mem-pengaruhi, membimbing, mengarahkan dan mendo-rong guru, staf, peserta didik, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperanserta guna men-capai tujuan yang telah ditetapkan.

Makna kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2003:83) adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.

(6)

Kepala sekolah merupakan kedudukan resmi sebagai pemimpin, maka perlu disadari bahwa setiap kata yang terucap dan setiap langkah yang dibuat, akan menimbulkan suatu pengaruh kepada orang lain yang berada di sekitarnya, yaitu guru dan peserta didik. Seorang pemimpin, bagaimana pun tipikal dan gaya memimpinnya, semua sangat tergantung dengan prinsip yang dianut. Namun prinsip yang benarlah yang akan membuat kepala sekolah menjadi pemimpin sejati, yang diharapkan mampu menggerakkan atau memotivasi guru sehingga memiliki kinerja yang baik.

Ditambahkan bahwa kata “memimpin” dalam praktik organisasi mengandung konotasi menggerak-kan, mengarahmenggerak-kan, membimbing, melindungi, mem-bina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaanya, keberhasilan kepemim-pinan seorang pemimpin dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh: (a) kepribadian yang kuat, (b) ber-pengetahuan yang luas, (c) ketrampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagai pemimpin, antara lain: memiliki keterampilan teknis, memiliki keterampilan hubungan kemanusiaan, dan memiliki keterampilan konseptual.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemam-puan dan seni kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, mempengaruhi, membimbing,

(7)

mem-bina, dan mendorong orang lain (guru, karyawan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan warga sekolah lainnya) agar mau dan mampu bekerja atau berperan serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah.

Definisi di atas hampir sama dengan definisi kepemimpinan kepala sekolah dalam buku Panduan Manajemen Sekolah. Dijelaskan dalam buku tersebut bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam menggerakkan, membim-bing, mempengaruhi, mendorong, dan mengarahkan orang lain (guru, staf TU, peserta didik, orang tua peserta didik dan stakeholders lainnya) untuk bekerja dan berperan serta guna mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemam-puan dan seni kepala sekolah sebagai tokoh kunci dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan menggerak-kan semua SDM sekolah terutama guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagai tokoh kunci, kepala sekolah merupakan pemimpin tertinggi di sekolah dan pemegang tanggung jawab tunggal atas semua kegiatan sekolah. Untuk itu agar berhasil dalam kepemimpinnya, kepala sekolah sebagai pemimpin harus menjiwai dan senantiasa menerapkan konsep filosofis kepemimpinan pendi-dikan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung

(8)

tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani

(Kartono 2001:285)

Di samping itu dalam paradigma baru pende-katan MBS, kepala sekolah sebagai pemimpin harus kreatif. Artinya kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki banyak gagasan dan inisiatif serta mampu berpikir kreatif untuk mencari berbagai ke-mungkinan pemecahan masalah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus berani melakukan pembaharuan di sekolah dan membang-kitkan semangat kerja guru dan stafnya. Ia juga harus bersifat terbuka dan memberi dorongan serta kesem-patan seluas-luasnya kepada seluruh warga sekolah agar mau mengajukan gagasan-gagasannya dan ber-patisipasi aktif dalam memajukan sekolah sehingga setiap guru dan staf dapat terampil dan menunjukkan potensi yang dimilikinya.

Pada umumnya pemimpin yang menerapkan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara memilki sifat dan kepribadian yang teguh, bertanggung jawab, selalu menjadi perintis atau pemrakarsa, membang-kitkan semangat kerja, memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi, mampu berpikir serta bertindak cepat dan tepat, dan memberi dorongan dan kebe-basan yang luas kepada bawahannya.

Sifat dan kepribadian pemimpin yang menerap-kan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara

(9)

ter-nyata sesuai dengan ciri-ciri manajer atau pemimpin kreatif yang dikemukakan Timpe (1999: 219). Disebut-kan bahwa pada umumnya manajer, atau pemimpin kreatif adalah orang yang penuh gairah, memancarkan antusiasme yang menular (ing ngarso sung tulodho), memberi semangat kepada orang-orang yang dipimpin-nya serta memberi hidup kepada lingkungandipimpin-nya (ing madya mangun karso), dan memiliki kepribadian dan emosi yang baik, memberi kebebasan luas, memberi kepercayaan penuh kepada orang-orangnya (tut wuri handayani), dan mau menanggung resiko jika terjadi kesalahan dan kegagalan dari bawahan melaksanakan tugasnya,

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang dapat menempatkan posisi dirinya sebagai pemimpin kreatif, yaitu seorang pemimpin yang mem-punyai sifat dan kepribadian yang kuat dan tangguh, bertanggung jawab, mampu menjadi perintis atau pemrakarsa pembaharuan di sekolah, membangkitkan semangat kerja, memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi. Ia juga mampu berpikir dan bertin-dak cepat serta memberikan dorongan dan kebebasan luas kepada guru dan stafnya untuk mengembangkan gagasan dan potensinya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan seni kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, mempengaruhi,

(10)

membimbing, membina dan mendorong orang lain. Agar mau dan mampu bekerja atau berperan serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2

Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu yang baru, berani mengambil resiko, dan mendapatkan keuntungan. Kewirausahaan menyangkut tiga perilaku yaitu kreatif, komitmen (motivasi tinggi dan penuh tanggung jawab), dan berani mengambil resiko dan kegagalan. Kewira-usahaan adalah proses inovasi dan kreasi. Orang yang berwirausaha disebut wirausahawan (entrepreneur) (Depdiknas 2009). Menurut Putra (2008) kewira-usahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis, dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan/imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

Menurut Hakim (1984: 34), ada empat unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu: (1) sikap mental, (2) kepe-mimpinan, (3) ketatalaksanaan, (4) keterampilan. Dengan demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga dapat disebut wirausaha-wan. Secara umum, seorang wirausahawan perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil,

(11)

berani mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan berorientasi masa depan.

Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) memberikan empat definisi tentang kewirausahaan:

(1) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan per-soalan dan menemukan peluang untuk memper-baiki kehidupan; (2) kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha mening-katkan penghasilan; (3) kewirausahaan juga diarti-kan sebagai suatu sikap, jiwa dan kemampua untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain; (4) kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa kewirausahaan adalah sikap seseorang yang berusaha dengan keras untuk mendapatkan hal-hal yang diinginkan dengan memberdayakan peluang-peluang yang ada. Seseorang yang berusaha secara mandiri, berani mengambil resiko, senang berpetu-alang, senang menghadapi tantangan, innovator dengan memperhatikan nilai waktu dan usaha, mem-perkirakan keuangan, keuntungan finansial, kepuasan pribadi, kebebasan, dan creator.

2.3

Wirausahawan

Istilah kewirausahawan berasal dari terjemahan

(12)

book bone of economy” yaitu syaraf pusat perekono-mian atau “tailbone of security” yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusuma, 1997). Secara epistomologi, kewirausahawan merupa-kan nilai yang diperlumerupa-kan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Zimmerer (1996), kewirausa-haan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday). Kewirausa-haan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian manghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Kreativitas, oleh Zimmerer (1996), diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities), sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enchance or to enrich people`s live). Menurut Levitt yang dikutip Zimmerer (1996), kreativitas adalah

(13)

berpikir sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Wirausaha akan ber-hasil apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru.

Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1965, men-cantumkan pengertian wirausaha dan kewirausahaan sebagai berikut:

Wirausaha adalah orang yang mempunyai sema-ngat, sikap, perilaku dan kemampuan kewira-usahaan. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam mena-ngani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Wirausaha mengarah kepada orang yang mela-kukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemam-puan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan. Kewirausahaan menurut Suryana (2003:13) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukes. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Pada hakikatnya kewirausahaan adalah sifat,

(14)

ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berdasarkan pemahaman terse-but, Suryana (2003: 13) mengidentifikasi enam haki-kat penting dari kewirausahaan sebagai berikut:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwu-judkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis;

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different); 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerap-an kreativitas dpenerap-an inovasi dalam memecahkpenerap-an persoalan dan menenumak peluang untuk memperbaiki kehidupan;

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diper-lukan untuk memulai suatu usaa (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth);

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan

sesuatu yang berbeda (innovative) yang

bermanfaat memberi nilai lebih.

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber – sumber melalui cara – cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengebangkan teknologi bari, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan pemahaman mengenai pengertian kewirausahaan, maka kompetensi kewirausahaan

(15)

kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai kemam-puan kepala sekolah dalam menangani aktivitas yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka mem-berikan pelayanan yang lebih baik kepada stakeholder.

Dapat disimpulkan bahwa wirausahawan adalah se-seorang yang mempunyai naluri kewirausahaan yaitu inovatif, kreatif, berpikiran ke depan, selalu mencari cara yang lebih baik, mengubah peluang menjadi tantangan, dan selalu berpikiran positif.

2.4

Ciri Usahawan Sukses

Ada tiga ciri utama seorang entrepreneur menu-rut Ciputra dalam Rokhmaniyah (2009). Pertama, seorang entrepreneur mampu melihat peluang bisnis yang tidak dilihat atau diperhitungkan oleh orang lain, ia melihat kemungkinan dan memiliki visi untuk men-ciptakan sesuatu yang baru yang memicu semangat-nya untuk bertindak. Kedua, seorang entrepreneur

adalah orang yang bertindak untuk melakukan ino-vasi, mengubah keadaan yang tidak/kurang menye-nangkan menjadi keadaan yang diinginkan. Tindakan-lah yang membuat entrepreneur menjadi inovator.

Ketiga, seorang entrepreneur adalah pengambil resiko, baik resiko yang bersifat finansial (rugi), maupun yang bersifat mental (gagal).

(16)

Menurut Meredith et.al (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2009) dan Marbun dalam Alma (2009), keberhasilan seorang wirausaha dapat dilihat dari enam ciri. Keenam ciri tersebut meliputi percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil resiko, kepe-mimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan.

Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi keba-nyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat diterima lebih penting darippada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik

2.5

Kewirausahaan dalam Pendidikan

Pandangan berwirausaha, sekarang tampaknya lebih maju dan memasuki sektor pemerintah (Alma, 2009). Di dalam dunia pendidikan, kewirausahaan

(17)

merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagi pimpin-an sekolah.

Kewirausahaan di sini dalam makna untuk kepentingan pendidikan yang bersifat sosial bukan untuk kepentingan pendidikan yang bersifat komer-sial. Kewirausahaan dalam bidang pendidikan yang diambil adalah karakteristiknya (sifatnya) seperti inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dan memiliki naluri kewirausahaan; bukan mengkomer-silkan sekolah. Semua karakteristik tersebut berman-faat bagi kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah, mencapai keberhasilan sekolah, melaksana-kan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin, menghadapi kendala sekolah, dan mengelola kegiatan sekolah sebagai sumber belajar siswa (Depiknas 2009). Seorang wirausaha dapat terbentuk dengan latihan, dan setiap institusi pendidikan meyakini bahwa seorang entrepreneur itu dapat dibentuk atau dilatih. Jadi, seorang kepala sekolah dapat menjadi seorang entrepreneur, yang bertugas mewirausahakan pendidikan di sekolahnya.

2.6

Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan

Kepala Sekolah

Murphy & Peck (1980:8) menggambarkan delapan anak tangga untuk puncak karir. Delapan

(18)

anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seorang kepala sekolah selaku wirausaha dalam mengembang-kan profesinya. Kedelapan anak tangga yang dimak-sud adalah:

(1) mau bekerja keras; (2) bekerjasama dengan orang lain; (3) penampilan yang baik; (4) percaya diri; (5) pandai membuat keputusan; (6) mau menambah ilmu pengetahuan; (7) ambisi untuk maju; (8) pandai berkomunikasi.

Rokhmaniyah (2009) menyatakan bahwa penga-matan sekilas di lapangan, selama ini menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah agaknya masih belum memainkan peranannya secara optimal. Salah satunya ditunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai

entrepreneur belum mampu bertindak kreatif dan inovatif, membaca peluang sekolah dalam meningkat-kan minat calon siswa masuk ke sekolahannya, bekerja sama dengan pengusaha, mengembangkan unit produksi sekolah, memperbaiki sistem insentif, dan memasarkan hasil unit produksi sekolah.

Sedangkan menurut Nyanyi (2009) menyimpul-kan bahwa derajat entrepreneurship para kepala sekolah dalam mengelola unit-unit usaha sekolah pada SMK-SMK di kota Boyolali termasuk tinggi. Penilitian ini hanya melihat penerapan di dalam mengelola unit-unit usaha sekolah, sehingga hasil penelitian ini masih sulit menggambarkan derajat kewirausahaan kepala sekolah di dalam mengelola sekolah secara keseluruhan. Belum tentu kepala

(19)

sekolah mampu mengelola dengan baik unit-unit usaha sekolah, maupun dalam mengelola seluruh kegiatan atau bidang yang terdapat di sekolahannya.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa derajat pelaksanaan kewirausahaan kepala sekolah tidak bersifat mutlak di setiap daerah dan jenjang pendidikan, akan tetapi bisa berbeda di setiap daerah yang digunakan sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima kompetensi di antaranya: kepri-badian, manajerial, kewirausahaan, supersvisi, dan sosial. Secara rinci kemampuan atau kinerja kepala sekolah yang mendukung terhadap perwujudan kompetensi kewirausahaan yaitu menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/ madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya se-bagai pemimpin sekolah/madrasah, pantang menye-rah dan selalu mencari solusi terbaik dalam mengha-dapi kendala yang dihamengha-dapi sekolah/madrasah, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik (Aqib 2008).

(20)

Berikut ini diuraikan kemampuan atau kinerja kepala sekolah Taman Kanak-Kanak yang mendukung terhadap perwurjudan kompetensi kewirausahaan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 3 13 tahun 2007.

2.6.1 Menciptakan Inovasi yang Berguna bagi Pengembangan Sekolah/Madrasah

Inovasi adalah fungsi utama kewirausahaan. Inovasi adalah menciptakan sesuatu yang baru atau tampil beda (Depdiknas 2009). Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) inovasi adalah penerapan praktis dari gagasan-gagasan yang tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Zimmerer (dalam Alma 2009) menyatakan bahwa: innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich people`s lives (inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam kehidupan masyarakat). Ciri-ciri innovator antara lain mengerjakan tugas dengan cara yang tidak umum, menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak umum, lebih tertarik pada hasil daripada proses, tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutinitas, kurang senang pada kesepakatan, dan kurang sensitif pada orang lain.

Adapun cara melakukan inovasi di antaranya mampu ke luar dari kawasan yang membuat nyaman,

(21)

jangan berpikir apa adanya (yang sudah umum), bergerak lebih cepat dibanding orang lain (pesaing) agar tudak didahului orang lain, dengarkan ide

stakeholders sekolah, bertanyalah kepada warga sekolah dan stakeholders apa yang perlu diubah di sekolah ini secara berkala, dorong diri sendiri dan orang lain untuk cepat bergerak tetapi selamat, berharap untuk menang, dan memiliki kesehatan dan kekuatan, dan rekreasi secukupnya untuk mendapat-kan ide-ide baru.

Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan melakukan inovasi adalah adanya ide baru atau cara baru, kemampuan berpikir ke depan, orientasi pada hasil, bergerak cepat, dan kemauan mendengarkan ide atau masukan.

2.6.2 Bekerja Keras Untuk Mencapai Keberhasilan Sekolah/Madrasah Sebagai Organisasi Pem-belajaran Yang Efektif

Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) kerja keras adalah, dalam bekerja kita harus mem-punyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Kerja keras ialah kegiatan yang banyak menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan sesuatu (Depdiknas 2009). Sikap kerja keras dapat ditunjukkan dengan memanfaatkan waktu yang optimum sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan

(22)

yang dihadapi. Kerja keras, menanamkan keyakinan bahwa banyak bukti keberhasilan seseorang karena kerja keras, menanamkan keyakinan jika ingin jadi orang harus menunjukkan kerja keras dan tidak mengenal lelah.

Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kegigihan dalam mencapai keber-hasilan adalah berkerja keras, melakukan hal-hal yang bermanfaat, menentukan target, dan menunjukkan sikap kerja keras sebagai tauladan bagi bawahan.

2.6.3 Memiliki Motivasi yang Kuat untuk Sukses dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fung-sinya sebagai Pemimpin Sekolah/Madrasah

Motivasi adalah keinginan yang melatarbela-kangi seseorang untuk melakukan sesuatu (Depdiknas 2009). Sedangkan Alma (2009) menyatakan motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu, yang tergantung kepada kekuatan motifnya (kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls). Motivasi merupa-kan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharap-kan. Pengetahuan tentang motivasi membantu para kepala sekolah untuk menumbuhkan motivasi kerja yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpi sekolah/ madrasah. Teori cara memotivasi diri sendiri ini bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri tetapi juga bagi

(23)

bawahan kepala sekolah/madrasah. Motivasi mem-bantu wirausaha dalam menggunakan sikap mereka untuk mengendalikan situasi.

Kepala sekolah sebagai wirausaha harus memi-liki motivasi yang kuat untuk mencapai sukses. Mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan yang mulia. Mereka menetapkan sendiri tujuannya dan ber-usaha keras untuk mencapainya. Cara menumbuhkan motiasi yang kuat untuk diri sendiri adalah berpikiran positif, menciptakan perubahan yang kuat, memba-ngun harga diri, banyak kelebihan sendiri yang tidak dimiliki orang lain, memantapkan pelaksanaan dengan jadwal yang jelas dan dilaksanakan, membina kebe-ranian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain, ingin selalu melakukan yang terbaik, dan membasmi sikap suka menunda-nunda.

Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur adanya motivasi kuat untuk menca-pai sukses adalah berpikiran positif, memberi dorong-an positif kepada bawahdorong-an, menciptakdorong-an perubahdorong-an, memiliki harga diri, memiliki kelebihan tertentu, memiliki jadwal yang terencana (time schedule), membina keberanian, kerja keras, dan bersedia belajar dengan orang lain, melakukan yang terbaik, dan tidak menunda-nunda pekerjaan.

(24)

2.6.4 Pantang Menyerah Dan Selalu Mencari Solusi Terbaik Dalam Menghadapi Kendala Yang Dihadapi Sekolah/Madrasah

Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) pantang menyerah adalah sikap mental yang mencer-minkan ketabahan dan keteguhan serta kemampuan memotivasi diri dalam menghadapi cobaan, rintangan, gangguan, kegagalan dalam melakukan usaha untuk meraih kesuksesan dan kemajuan untuk mencapai tujuan yan diimpikan. Pantang menyerah adalah daya tahan seseorang dalam bekerja keras sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai (Depdiknas 2009). Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Orang yang pantang menyerah selalu bekerja keras dan motivasi kerjanya tak penah pudar. Kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah. Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah selalu menjaga kesehatan tubuh agar tidak mudah letih atau sakit dan menguatkan hati agar tidak mudah berputus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.

Salah satu tugas kepala sekolah adalah menda-patkan solusi terbaik dalam menghadapi kendala-kendala di sekolah. Untuk mendapatkan solusi terbaik tersebut minimal ada dua hal yang dapat dipraktikkan yaitu kreativitas dan pemecahan masalah (solusi) (Depdiknas 2009).

(25)

Kreativitas adalah kemampuan untuk meran-cang, membentuk, membuat, atau melakukan sesuatu dengan cara baru atau berbeda (Depdiknas 2009). Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Alma (2009) menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, variabel yang sudah ada sebelumnya.

Zimmerer (dalam Alma 2009) menyatakan bahwa :creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities (kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru dalam melihat peluang ataupun problem yang dihadapi). Kemampuan menghasilkan solusi yang kreatif atas kebutuhan sekolah atau masalah yang ada di sekolah dan memasarkannya. Sering menjadi indikator pembeda antara kesuksesan dan kegagalan dalam mewirausahakan sekolah. Juga membedakan sekolah yang sudah tumbuh pesat dengan sekolah yang biasa-biasa saja.

Agar memiliki kreativitas, kepala sekolah perlu membuka pikiran dan mata. Seseorang yang kreatif memiliki ciri-ciri yaitu cenderung melihat suatu

(26)

persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri, cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan, tidak takut untuk mencoba hal-hal baru, mau belajar mempergunakan cara, teknik dan peralatan baru, tidak takut dicemoohkan oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan, tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik, tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh, toleran terhadap kegagalan dan frus-tasi, memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan dengan tetap berdasar pada intergritas, kejujuran, menjunjung sistem nilai, dan bertujuan positif, dan tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.

Cara berkreativitas antara lain adalah mening-katkan kesadaran, berarti belajar untuk memperhati-kan hal-hal yang biasanya tidak kita hiraumemperhati-kan se-hingga dapat membuka pikiran kita. Curah pendapat (brain storming) adalah sebuah teknik untuk meng-hasilkan banyak ide baru, mengubah ide-ide yang sudah ada, mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku, mengikuti diklat kreativitas dan mem-praktikkannya, mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya, bergaul dengan orang-orang yang kreatif, mengubah sudut pandang orang-orang menjadi kreatif, mempelajari proses perubahan ide, teratur berolahraga untuk menjaga kesehatan,

(27)

apre-siasi terhadap seni, dan mencari pembimbing yang dapat membantu menemukan ide baru.

Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kegigihan dalam usaha untuk menghadapi kendala adalah tidak mudah putus asa, perhatian pada hal-hal yang sederhana, melakukan curah pendapat (brain storming), mengubah ide-ide yang sudah ada, mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku atau orang lain, mengikuti diklat kreativitas dan mempraktikkannya, mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya, bergaul dengan orang yang kreatif dan mengubah sudut pandang orang menjadi kreatif.

2.6.5 Memiliki Naluri Kewirausahaan dalam Mengelola Kegiatan Produksi/Jasa Sekolah/ Madrasah sebagai Sember Belajar Peserta Didik

Naluri atau jiwa kewirausahaan adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Setiap kepala sekolah harus memiliki naluri kewirausahaan sebagai sumber belajar peserta didik. Artinya, untuk menghasilkan guru dan siswa yang bernaluri wira-usaha sejak usia dini, maka kepala sekolah harus menjadi contoh bagaimana kita bernaluri kewira-usahaan. Sebelum naluri kewirausahaan kepala sekolah menjadi contoh para guru dan siswanya, maka kepala sekolah harus menilai potensi dirinya

(28)

terlebih dahulu apakah ia memang sudah memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan penilaian ini, kepala sekolah dapat merefleksikan dirinya untuk mening-katkan naluri kewirausahaan.

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Depdiknas 2009) adalah: inisiatif, pantang menyerah (ulet), memiliki standar mutu yang tinggi, hemat, selalu mencari solusi terbaik (kreatif memecahkan masalah), berani mengambil risiko yang diperhitungkan, persuasif, berindak jika ada peluang, haus informasi, sistematis, percaya diri, tegas, menggunakan strategi yang berpengaruh, mandiri, optimis, dinamis, inovatif, cerdik, mau belajar sepanjang hayat, supel atau luwes, umpan balik ditanggapi responsif, berorientasi pen-capaian tujuan, membangun masa depan, komunikatif (termasuk pendengar yang baik), enerjetik, berorien-tasi pada keuntungan, integritas, agresif, kompetetitif, egoistis, petualang, perfeksionis, kooperatif, imajinatif, pribadi yang menyenangkan, jujur, orientasi pada perubahan, disiplin, visioner, pengelola perubahan, ingin berpatisipasi, organisator, pekerja keras, motiva-si kuat, antumotiva-sias, dan negomotiva-siatif, mampu memasarkan jasa/produk.

Dari ciri-ciri wirausaha yang disebutkan di atas untuk kepala sekolah dibatasi pada inovatif, pekerja keras, motivasi tinggi, pantang menyerah, selalu men-cari solusi terbaik. Naluri kewirausahaan menyangkut semua sifat-sifat di atas. Kepala sekolah itu berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki

(29)

kebera-nian, berjiwa kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja mandiri. Untuk menjadi wirausaha yang sukses harus memiliki pengetahuan kewirausa-haan, keterampilan kewirausakewirausa-haan, dan sifat-sifat wirausaha.

Referensi

Dokumen terkait

Kelayakan usaha dalam kegiatan ini adalah: (1) Mahasiswa Bahasa Inggris tidak hanya mampu menjual jasa namun juga mampu menjual barang seperti komik legenda

Dengan pemberian edukasi yang memadai, nasabah akan dapat memahami secara lebih baik fungsi dan kegiatan usaha bank serta produk dan jasa yang ditawarkannya,

Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Letak Kecamatan Jetis 10 Km sebelah utara dari pusat Pemerintahan Kabupaten Mojokerto.

Ber- dasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan pada baja St.42 setelah dilakukan pengelasan dan

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir ini sebagai salah satu syarat

Pada dasarnya nasabah selalu ingin memperoleh perhatian dari perusahaan dalam arti dipenuhi keinginan dan kebutuhannya secara cepat dan tepat, oleh karena

476 RITA JUITA FELMI YANTI, S.Sos, M.Si Kepala Seksi Pengawasan, Evaluasi dan Kebijakan Pendapatan Daerah IV.A pada Bidang Evaluasi Pengawasan dan Konsultasi. Dinas Pendapatan

Di Wilayah hukum kepolisian sektor (Polsek) Tampan sendiri tercatat kasus pencurian di rumah ibadah paling tinggi. Adapun barang yang sering menjadi sasaran pelaku di