• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA EDUKASI NASABAH PERBANKAN UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA EDUKASI NASABAH PERBANKAN UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERKELANJUTAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

1

PENTINGNYA EDUKASI NASABAH PERBANKAN

UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI YANG

BERKELANJUTAN

Oleh

DR. MULIAMAN D. HADAD (Direktur Operasional BNI 46 Pusat)

I. PERANAN BANK DALAM PEREKONOMIAN

Sebelum membahas secara lebih mendalam tentang edukasi nasabah perbankan, ada baiknya terlebih dahulu kita tinjau kembali peranan bank dalam perekonomian. Hal ini penting karena pemahaman yang lebih baik tentang peranan bank dalam perekonomian akan memudahkan kita untuk melihat secara lebih jernih arti penting edukasi nasabah untuk pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Setelah membahas arti penting edukasi nasabah perbankan, pada bagian akhir orasi ini akan dijelaskan secara singkat tentang program edukasi nasabah perbankan di Indonesia, serta peranan perguruan tinggi dalam rangka edukasi nasabah tersebut.

Telah banyak para ahli yang membahas peranan bank dalam perekonomian. Pembahasan yang cukup lengkap antara lain ditemukan dalam Rose dan Hudgins (2005) yang menyebutkan 8 (delapan) jenis peranan yang dapat dimiliki oleh

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

2

bank, yaitu intermediation role, payment role, guarantor role, risk management role, policy role, savings and investment advisor role, safekeeping role, dan agency role.

Dalam konteks intermediation role, perbankan berperan sebagai lembaga intermediasi yang mentransformasi dana yang dihimpun dari masyarakat menjadi kredit yang disalurkan. Secara populer sering dikatakan bahwa bank merupakan perantara antara pihak yang memiliki kelebihan (surplus) keuangan dengan pihak yang mengalami kekurangan (deficit) atau membutuhkan keuangan. Dengan intermediation role ini, bank menjadi sumber pembiayaan bagi perekonomian. Di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, peranan bank dalam perekonomian menjadi semakin lebih penting mengingat alternatif pembiayaan, baik yang berasal dari pasar modal maupun dari pasar keuangan lainnya, belum sepenuhnya berkembang.

Dalam rangka payment role, bank melakukan pembayaran terhadap barang dan jasa atas nama nasabah melalui penerbitan dan kliring cek, serta jasa transfer dan pertukaran uang kertas dan koin. Peranan ini juga sangat penting bagi perekonomian karena pelaku ekonomi sangat memerlukan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi. Tanpa jasa pembayaran oleh perbankan sukar untuk membayangkan bahwa pelaku ekonomi harus membawa sendiri setumpukan uang dalam melakukan transaksi, atau benar-benar harus mengirimkan fisik uang apabila ingin menyelesaikan

(2)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

3

kewajiban keuangan kepada pihak lain. Dengan menjalankan payment role, bank berperan besar dalam menjaga kelancaran roda perekonomian.

Bank juga dapat berperan sebagai guarantor (penjamin). Hal ini antara lain terlihat pada pelaksanaan berbagai proyek dimana bank sering diminta menjadi guarantor. Atas permintaan nasabah, bank akan menerbitkan garansi, baik untuk tender (bid guarantee) maupun untuk pelaksanaan proyek (performance guarantee). Begitu pula, dalam rangka perdagangan internasional, nasabah juga dapat meminta bank menerbitkan letter of credit (L/C) agar transaksi ekspor impor dapat terlaksana dengan baik. Garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank sangat besar maknanya dalam mendorong kelancaran kegiatan perekonomian. Pada sisi lain, dengan adanya garansi tersebut maka kredibilitas dan reputasi pihak yang dijamin juga akan semakin meningkat.

Salah satu peranan penting bank yang sulit ditandingi oleh kegiatan usaha lainnya adalah sebagai pengelola risiko (risk management role). Bisnis perbankan adalah bisnis risiko, dan dengan mengelola risiko, bank dapat terus hidup dan menghasilkan laba. Bahkan, seperti yang dikatakan oleh Bessis (2002), bank merupakan suatu mesin risiko (risk machine) yang menjadikan risiko sebagai input, mengolahnya dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam produk dan jasa yang dihasilkan. Dengan melakukan aktivitas tersebut bank memiliki keunggulan

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

4

kompetitif (competitive advantage) dalam bidang pengelolaan risiko. Para pelaku ekonomi yang sedang kesulitan dalam mengatasi berbagai jenis risiko usaha dapat menghubungi bank untuk mendapatkan jasa konsultasi atau untuk menggunakan berbagai jenis instrumen keuangan yang disediakan dalam rangka mitigasi risiko, seperti swap, forward, future dan option.

Peranan penting berikutnya yang dapat dimainkan oleh bank dalam perekonomian adalah policy role. Bank menjalankan policy role dengan bertindak sebagai channel dalam penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau untuk mewujudkan target-target sosial tertentu yang masih terkait dengan kemajuan perekonomian. Sebagai contoh, kebijakan pemerintah/otoritas di bidang perekonomian moneter umumnya ditransmisikan melalui perbankan (Saunders dan Lange, 1996). Selain itu, untuk memajukan usaha mikro, kecil dan menengah tidak jarang bank diminta untuk memberikan subsidi, kemudahan atau fasilitas khusus. Agar kebijakan pemerintah di bidang perekonomian seperti ini dapat efektif, maka dukungan dari bank sangat diperlukan.

Sementara itu, bank juga memiliki beberapa peran lainnya yang juga cukup penting namun tidak secara langsung bersinggungan dengan kemajuan perekonomian nasional. Termasuk dalam hal ini adalah peran bank sebagai

(3)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

5

savings/investment advisor role, safekeeping/certification of value role, dan agency role. Dalam kaitannya dengan savings/investment advisor role, bank dapat menyediakan jasa konsultasi kepada nasabah untuk penyusunan rencana penggalangan tabungan dan investasi. Sementara itu, dengan safekeeping/certification of value role, bank dapat berperan menjaga benda-benda berharga milik nasabah dan melakukan sertifikasi atas nilainya. Terakhir, dengan agency role, bank dapat bertindak atas nama nasabah dalam mengelola dan melindungi asset nasabah, serta dalam penerbitan surat-surat berharga.

II. KARAKTERISTIK KHUSUS USAHA PERBANKAN

Setelah mengetahui luasnya peranan yang dapat dimainkan oleh bank dalam perekonomian, selanjutnya akan dikemukakan beberapa karakteristik khusus yang melekat pada usaha perbankan. Karakteristik khusus tersebut perlu dipahami dengan baik untuk dapat mengetahui alasan tentang mengapa edukasi nasabah perbankan sangat diperlukan.

Usaha perbankan sangat tergantung pada sumber dana nasabah. Oleh karena itu, usaha perbankan sering disebut sebagai usaha yang highly leveraged dimana perbandingan antara hutang dengan modalnya sangat tinggi dibandingkan dengan jenis usaha

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

6

lainnya. Dengan demikian, tanpa dukungan dana nasabah, usaha perbankan tidak akan maju dan berkembang.

Bank adalah lembaga kepercayaan. Setelah menyimpan uangnya di bank, kebanyakan nasabah mempercayakan begitu saja kepada bank untuk mengelola uangnya sedemikian rupa agar memberikan keuntungan, baik dalam bentuk bunga atau bagi hasil, dengan harapan pada saat diperlukan uangnya dapat ditarik kembali secara utuh. Proses seperti ini, dari segi agency theory, rawan terhadap moral hazard1 Apabila tidak dimonitor secara ketat, maka bank sebagai agent (yang melaksanakan amanat) dapat saja memiliki kepentingan lain yang mungkin tidak sejalan dengan kepentingan nasabah sebagai principal (yang memberi amanat). Karena tidak setiap individu nasabah memiliki kemampuan untuk melakukan sendiri monitoring dan kalaupun tetap dipaksakan akan menimbulkan biaya yang besar (costly), maka dalam prakteknya monitoring dan pengawasan terhadap perbankan dipercayakan saja kepada lembaga yang berwenang.

Dalam berhubungan dengan bank, nasabah sangat mungkin menghadapi permasalahan kesenjangan informasi (asymmetric information)2. Bank biasanya tahu banyak tentang

1 Untuk penjelasan yang lebih lengkap tentang moral hazard di

perbankan, lihat misalnya Prescott (1999) dan Boyd et al. (2002).

2

Mengenai asymmetric information di perbankan, lihat antara lain Sinkey (1989) dan White (2002).

(4)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

7

berbagai informasi yang terkait dengan dana yang diterimanya dari nasabah termasuk penggunaannya, sedangkan informasi yang dimiliki oleh nasabah umumnya sangat terbatas. Hal ini cukup ironis mengingat mayoritas sumber dana bank berasal dari nasabah penabung/penyimpan. Kesenjangan informasi ini hanya dapat di atasi dengan meningkatkan keterbukaan oleh bank, baik keterbukaan di bidang pelaporan keuangan maupun keterbukaan informasi tentang produk dan jasa yang ditawarkan.

III. PENTINGNYA EDUKASI NASABAH PERBANKAN

Edukasi nasabah perbankan merujuk pada pemberian informasi dan pemahaman kepada nasabah tentang fungsi dan kegiatan usaha bank, serta produk dan jasa yang ditawarkan bank. Edukasi tersebut sangat diperlukan untuk mendukung kesetaraan hak dan kewajiban antara nasabah sebagai konsumen produk dan jasa perbankan dengan bank sebagai pelaku usaha yang menyediakan produk dan jasa kepada nasabah. Pemberian edukasi yang memadai dapat mencegah terjadinya sengketa hukum antara bank dan nasabah di kemudian hari.

Pada dasarnya nasabah perlu memahami secara baik produk dan jasa perbankan yang akan digunakan, termasuk tingkat risiko yang akan dihadapi (risk awareness). Sebaliknya,

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

8

perbankan juga dituntut untuk transparan dalam menjelaskan setiap jenis produk dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat luas. Dengan cara demikian nasabah akan terlindungi, dan bank akan memiliki kepastian berusaha yang lebih jelas.

Edukasi nasabah perbankan penting dilakukan karena tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang fungsi dan peran bank serta produk dan jasa perbankan dewasa ini masih belum memadai. Di beberapa daerah yang belum terjamah oleh kemajuan pembangunan, masyarakat mungkin masih enggan untuk berhubungan dengan bank, dan kalaupun berhubungan, produk dan jasa yang digunakan juga masih sangat terbatas. Bahkan di negara maju pun seperti yang dikemukakan oleh Rose dan Hudgins (2005), masih ada segelintir orang yang merasa takut dan tertekan untuk berhubungan dengan bank. Oleh karena itu, peningkatan ketertarikan masyarakat terhadap perbankan (bank-minded and awareness) melalui edukasi nasabah sangat perlu diprioritaskan.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan berbagai kemajuan di bidang keuangan lainnya telah mendorong berkembang luasnya inovasi keuangan (financial innovation). Sebagai industri terpenting dalam bidang keuangan, inovasi keuangan berdampak langsung pada perbankan, yang antara lain ditandai oleh munculnya berbagai produk dan jasa atau instrumen keuangan yang baru (Obay, 2000). Tanpa diiringi oleh pemberian

(5)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

9

edukasi yang memadai, nasabah akan mengalami kesulitan dalam memahami produk dan jasa perbankan yang baru muncul tersebut. Pemberian edukasi juga diperlukan karena perkembangan pesat di bidang teknologi informasi juga dapat mendorong peningkatan kejahatan perbankan.

Usaha perbankan sangat rentan terhadap perkembangan lingkungan eksternalnya. Selain itu, dengan semakin terintegrasi perekonomian Indonesia dengan perekonomian internasional, maka semakin cepat pula usaha perbankan di dalam negeri terpengaruh oleh gejolak yang terjadi di dunia internasional. Dalam perekonomian yang semakin terbuka tersebut, krisis atau permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara dapat menjalar ke negara lain (contagion effect). Contoh yang paling mutakhir adalah krisis sub-prime mortgage investment yang melanda Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya, yang ternyata juga berimbas kepada perbankan Indonesia meskipun tidak signifikan.3 Kenyataan ini mengisyaratkan perlunya nasabah diberi edukasi perbankan yang memadai agar terhindar dari risiko kerugian karena gejolak ekonomi internasional yang berdampak terhadap perbankan domestik.

3

Pembahasan tentang dampak krisis sub-prime mortgage terhadap industri perbankan Indonesia dapat dilihat pada Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.9, September 2007 ( http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/98EB2B5D-604D-4C03-A7F0-DE9DBD9929D9/7713/KSKNo9September2007.pdf)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

10

Mengingat potensi sengketa hukum antara bank dan nasabah selalu ada, maka edukasi nasabah perbankan perlu dilengkapi dengan penjelasan tentang ketersediaan sarana pengaduan dan mekanisme penyelesaian sengketa dengan bank. Dengan mengetahui secara jelas sarana dan mekanisme ini, maka pengaduan nasabah diharapkan dapat segera ditindaklanjuti. Begitu pula penyelesaian sengketa diharapkan akan lebih mudah dilakukan dan tidak memakan waktu. Berlarut-larutnya penyelesaian kesalahpahaman antara bank dan nasabah akan merugikan kedua belah pihak dan meningkatkan risiko reputasi bank.

Dalam jangka panjang, edukasi nasabah yang memadai akan meningkatkan kesetiaan nasabah (customer royalty) terhadap bank, sekaligus akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan yang berlaku. Tingginya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan akan memberi peluang yang besar kepada bank untuk terus menghimpun dana nasabah guna disalurkan dalam bentuk kredit untuk mendukung kegiatan perekonomian.

Pembangunan ekonomi yang diidam-idamkan adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.4 Dengan

4

Pembangunan yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Tahun 1945. Lihat pula Undang Undang No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

(6)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

11

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, akan terbuka lapangan kerja yang cukup sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Mengingat pembangunan ekonomi yang berkelanjutan tersebut sangat tergantung pada kegiatan penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan, maka pemberian edukasi nasabah perbankan merupakan hal yang sangat penting dilakukan dan tidak dapat ditawar-tawar lagi.

IV. EDUKASI NASABAH PERBANKAN DI INDONESIA

Masalah edukasi nasabah perbankan di Indonesia telah mendapat perhatian tersendiri karena terkait dengan Pilar 6 Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yaitu tentang Peningkatan Perlindungan dan Pemberdayaan Nasabah. Pilar 6 ini kemudian diterjemahkan ke dalam 4 (empat) program prioritas, yaitu (1) penyusunan mekanisme pengaduan nasabah di bank, (2) pembentukan lembaga mediasi independen, (3) penyusunan standar transparansi informasi produk perbankan, dan (4) edukasi nasabah. Program pertama dan kedua ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang telah terjadi antara bank dengan nasabah, sedangkan program ketiga dan keempat ditujukan untuk mencegah timbulnya permasalahan antara bank dengan nasabah.

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

12

Untuk mendukung program edukasi nasabah telah diterbitkan dokumen ”Cetak Biru Edukasi Masyarakat di Bidang Perkembangan” oleh Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan (2007) yang antara lain berisikan pola strategi jangka pendek dan jangka panjang. Pola strategi jangka pendek antara lain mencakup:

 Melaksanakan program edukasi untuk meningkatkan awareness terhadap kelembagaan, produk dan jasa perbankan, hak dan kewajiban nasabah, aspek kehati-hatian dalam melakukan transaksi keuangan (risk awareness), serta sarana dan mekanisme pengaduan atau penyelesaian permasalahan dengan perbankan.

 Melaksanakan program edukasi untuk meningkatkan awareness terhadap kelembagaan serta produk dan jasa perbankan syariah dalam rangka meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah.

 Melaksanakan program edukasi untuk meningkatkan awareness terhadap kelembagaan bank perkreditan rakyat (BPR) dan meningkatkan citra BPR di masyarakat.

 Melaksanakan program edukasi kepada masyarakat luas tentang tindak kejahatan yang menggunakan produk dan jasa perbankan dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya kerugian pada masyarakat.

(7)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

13

 Melaksanakan program edukasi untuk meningkatkan pemahaman penggunaan instrumen sistem pembayaran non tunai secara aman.

Sementara itu, pola strategi jangka panjang antara lain mencakup:

 Memperluas cakupan wilayah edukasi melalui kerjasama dengan media massa untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap kelembagaan, produk dan jasa perbankan.

 Memperluas dan mengintensifkan program edukasi melalui integrasi program edukasi dengan kurikulum sekolah maupun penyempurnaan dan pengkinian materi mengenai uang dan bank yang sudah terdapat dalam kurikulum sekolah saat ini dengan cara memanfaatkan jalur pendidikan formal mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).

 Meningkatkan cakupan program, sasaran dan wilayah edukasi melalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait baik formal mauapun non formal.

 Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap fungsi, peran dan kelembagaan bank umum dan BPR baik konvensional maupun syariah dalam mendukung perekonomian nasional.

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

14

 Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kinerja bank sehingga masyarakat dapat lebih bijaksana dalam menentukan pilihan aktivitas perbankannya.

V. PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM EDUKASI

NASABAH PERBANKAN

Perguruan tinggi dapat memainkan peranan penting dalam edukasi nasabah perbankan. Peranan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan mengajarkan materi tentang perbankan dalam kegiatan perkuliahan ataupun dengan menyelenggarakan berbagai seminar dan diskusi tentang perbankan. Tidak kalah pentingnya adalah riset-riset yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Riset-riset tersebut, termasuk riset yang berkaitan dengan program edukasi nasabah perbankan, akan menjadi masukan berharga bagi para pelaku ekonomi serta pengambil kebijakan di bidang ekonomi dan perbankan,

Perguruan tinggi juga dapat memainkan peranannya melalui perantaraan alumni yang dihasilkannya. Sebagian dari alumni akan menjadi tenaga pengajar dan sebagian lain akan menjadi pelaku ekonomi atau pengambil kebijakan di bidang ekonomi dan perbankan. Apapun jabatan yang dipangku oleh para alumni, mereka tetap dapat membantu pelaksanaan edukasi nasabah perbankan sesuai dengan latar belakang pendidikan dan

(8)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

15

pengalaman masing-masing. Oleh karena itu, dengan membekali para mahasiswa di bangku kuliah, perguruan tinggi sebenarnya ikut berperan aktif dalam edukasi nasabah perbankan.

VI. KESIMPULAN

Bank memegang peranan penting dalam perekonomian. Dalam kenyataannya, peranan penting tersebut sangat tergantung pada dukungan dan kerjasama dari nasabah. Namun demikian, beberapa karakteristik khusus yang melekat pada bank juga berpotensi menimbulkan kerugian pada nasabah. Oleh karena itu, pemberian edukasi bagi nasabah perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan. Dengan pemberian edukasi yang memadai, nasabah akan dapat memahami secara lebih baik fungsi dan kegiatan usaha bank serta produk dan jasa yang ditawarkannya, termasuk tingkat risiko yang melekat pada produk dan jasa tersebut. Sebagai bagian penting dari kegiatan edukasi nasabah, bank harus menjelaskan secara transparan produk dan jasa yang ditawarkannya untuk menghindarkan terjadinya perselisihan antara bank dan nasabah di kemudian hari. Pada gilirannya, pemberian edukasi perbankan yang memadai akan meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank, sekaligus terhadap sistem perbankan nasional. Tingginya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan memungkinkan bank untuk

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

16

terus menerus menggali dan menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit guna mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Perguruan tinggi juga dapat berperan besar dalam pemberian edukasi terhadap nasabah perbankan.

(9)

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

17

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia (2007), Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.9,

September 2007

( http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/98EB2B5D-604D-4C03-A7F0-DE9DBD9929D9/

7713/KSKNo9September2007.pdf)

Bessis, J. (2002), Risk Management in Banking, Second Edition, John Wiley & Sons, Ltd, New York.

Boyd, J.H., Chang, C. dan Smith, B.D. (1998), “Moral Hazard under Commercial and Universal Banking”, Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 30, No. 3, Part 2, August, pp. 426-468.

Golin, J. (2001), The Bank Credit Analysis Handbook – A Guide for Analysts, Bankers and Investors, John Wiley & Sons, New York.

Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan (2007), Cetak Biru Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan. Obay, L. (2000), Financial Innovation in the Banking Industry: The

case of Asset Securitization, dalam Stuart Bruchey (editor), Garland Studies on the Financial Sector of the American Economy, Garland Publishing, Inc, New York, 2000.

Prescott, E.S. (1999), “A Primer on Moral-Hazard Models”, Economic Quarterly, Federal Reserve Bank of Richmond, Vol. 85, No. 1, Winter, pp. 47-70.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Pentingnya Edukasi Nasbah Perbankan (Muliaman)

18

Rose, P.S., dan Hudgins, S.C. (2005), Bank Management & Financial Services, McGraw Hill, New York.

Saunders, A. dan Lange, H. (1996), Financial Institutions Management: A Modern Perspective, Irwin, Sydney. Sinkey, J.F., Jr. (1989), Commercial Bank Financial Management in

the Financial Services Industry, Third Edition, Macmillan Publishing Company, New York.

White, L.J. (2002),”Bank Regulation in the United States: Understanding the Lessons of the 1980s and 1990s”, Japan and the World Economy, Vol. 14, No. 2, April, pp. 137-154.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian pengaruh secara parsial masing-masing parameter yang digunakan dalam penelitian terhadap tingkat underpricing menunjukkan bahwa dari delapan variabel

Sebanyak dua dari lima perawat mencoba menenangkan diri dan tidak menganggap diri buruk saat mereka melakukan kesalahan dalam memberikan perawatan pada lansia,

5.000,- (lima ribu rupiah), tanpa disadari perbuatan mereka terdakwa I, dan II dapat diiketahui oleh saksi AH dan saksi KRT petugas dari Polsekta Pwrj

Islam memaknai perilaku penundaan sebagai perbuatan yang tidak mendatangkan manfaat sehingga tidak disenangi Allah SWT. Islam merupakan agama yang mendorong umatnya

Dari hasil wawancara penulis, hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib dan berkelakuan tidak baik bahkan di luar kewajaran,

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Form input data kamar yang terdiri dari kode kamar yang sudah automatis penomoran kode, bangsal, kelas, nama kamar, biaya kamar/hari dan fasilitas (Gambar

keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita, sehingga model tersebut cocok untuk diterapkan di kelas. Dalam model pembelajaran CIRC, peserta didik ditempatkan