• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komoditas perkebunan merupakan andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia, yang dapat dilihat dari kontribusi subsektor perkebunan pada tahun 2013 mencapai US$ 45,54 milyar atau setara dengan Rp 546,42 trilliun (asumsi 1 US$ = Rp. 12.000,-) Jika dibandingkan dengan tahun 2012 kontibusi subsektor perkebunan mengalami peningkatan sebesar 27,78% atau naik sebesar US$ 9,90 milyar (Kementerian Pertanian, 2015). Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam, mampu memproduksi 748 ribu ton atau 6,6% dari produksi kopi dunia pada tahun 2012. Dari jumlah tersebut, produksi kopi robusta mencapai 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai 147 ribu ton (19,6%). Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta hektar dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0,30 hektar (Kementerian Perindustrian, 2015).

Produksi kopi yang sangat tinggi di Indonesia membuat kopi tidak asing lagi di kalangan masyarakat, karena sudah banyak masyarakat yang kesehariannya mengkonsumsi kopi. Menurut Spillane (1990: 161) kopi sudah menjadi minuman umum selain susu dan teh. Kopi diminum setiap hari, umumnya pada waktu sarapan, siang, sore hari, pada waktu istirahat, pada waktu ada tamu, pada saat menonton televisi, membaca koran, dan lain-lain. Kopi juga dapat diminum di kantor, di tempat-tempat rekreasi, diperjamuan di rumah-rumah makan yang besar, di coffee house. Kopi tidak hanya merupakan minuman orang di kota-kota besar, kopi telah sampai ke kota-kota kecil dan ke desa-desa. Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari di dunia. Kegemaran akan kopi instan kini amat tergantung pada selera perseorangan. Konsumsi produk kopi cenderung mudah meningkat di kalangan masyarakat yang sebelumnya tidak demikian mengenal lezatnya minuman kopi. Hal ini berkaitan dengan kemudahan menyiapkan minuman

(2)

kopi dari serbuk kopi. Penggunaan nama “instan” pada produk kopi dinilai amat tepat dan mengena untuk promosi produknya (Siswoputranto, 1993: 90).

Seiring dengan perkembangan jaman dan tekhnologi, keberadaan kopi instan di kalangan masyarakat mulai diperhitungkan oleh industri pengolahan kopi. Keberadaan kopi instan juga merupakan peralihan dari selera konsumen yang pada mulanya cenderung ke kopi tubruk. Kopi instan merupakan produk pengganti yang benar-benar berbeda dari produk yang sudah ada. Kopi instan menggantikan kopi tubruk dan kopi giling di berbagai pasar. Kopi instan merupakan produk yang praktis untuk dikonsumsi. Kopi instan diproduksi karena perubahan pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi. Perubahan pola makan atau minum konsumen, biasanya terjadi pada masyarakat perkotaan. Sebagian besar dari mereka telah disibukkan oleh pekerjaan yang menyita banyak waktu. Mereka tidak lagi mempunyai waktu yang cukup banyak untuk menyiapkan makanan atau minumannya. Maka dari itu, produk kopi bubuk instan yang kini telah diproduksi dan dipasarkan oleh para produsen, merupakan salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen kopi, akan adanya suatu produk minuman kopi, yang mampu memberikan kepraktisan dalam mengkonsumsinya (Armada, 2008:5).

Konsumsi kopi instan di suatu wilayah juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Kota Surakarta tergolong kota yang padat, yaitu dengan luas 44,06 km2, Kota Surakarta didiami oleh 507.825 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 11.526 jiwa/km2. Jadi, rata-rata setiap km2. Kota Surakarta didiami sebanyak 11,526 jiwa (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta, 2013). Kota Surakarta juga merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat konsumsi kopi yang cukup tinggi dan dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Nilai Konsumsi Akhir Kelompok Bahan Minuman Tidak Beralkohol Tahun Dasar 2007

No Bahan Minuman Nilai Konsumsi Akhir (Rp) Persentase

1 Gula 26.253,91 35,58 2 Teh 22.569,33 30,17 3 Air Kemasan 10.217,93 13,68 4 Kopi 4.714,08 6,33 5 Es 3.154,07 4,25 6 Juice Buah 2.531,44 3,42 7 Minuman Ringan 1.992,71 2,60 8 Sari Jeruk 1.534,64 2,13 9 Sirup 930,69 1,29 10 Minuman Kesegaran 388,08 0,55 Total 74.916,88 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta, 2007

Berdasarkan Tabel 1, nilai konsumsi akhir kopi rata-rata perkapita tiap bulan pada tahun dasar 2007 sebesar Rp 4.714,08 atau bisa dikatakan sebesar 6,33% dari keseluruhan nilai konsumsi akhir masyarakat Kota Surakarta pada kelompok bahan minuman tidak beralkohol digunakan untuk membeli produk kopi. Nilai konsumsi kopi di Kota Surakarta berada pada urutan keempat setelah gula, teh, dan air kemasan. Hal ini berarti bahwa kopi menjadi salah satu minuman alternatif yang paling banyak dikonsumsi di Kota Surakarta. Dengan tingkat kepadatan tinggi dan nilai konsumsi kopi yang besar maka Kota Surakarta dapat menjadi pasar potensial produk kopi.

Banyaknya produk kopi instan yang tersebar dikalangan masyarakat, membuat munculnya persaingan antara produk kopi instan satu dengan lainnya. Merek merupakan nama penting sebuah produk. Merek digunakan sebagai simbol dan indikator kualitas suatu produk. Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk. Konsumen lebih mempercayai produk dengan merek tertentu daripada produk tanpa merek (Ferrinadewi, 2008:138-139). Sikap positif terhadap merek hanya dapat ditumbuhkan jika konsumen yakin bahwa merek memiliki atribut dan manfaat yang mampu memuaskan kebutuhan mereka.

Produsen kopi instan harus memperhatikan atribut produk. Melalui atribut produk, konsumen dapat mengenal produk dengan mudah.

(4)

Keunggulan yang terdapat pada atribut produk juga akan membuat keuntungan sendiri bagi konsumen yang akan berdampak positif bagi perkembangan perusahaan. Selain dapat meningkatkan keuntungan, atribut produk juga memberikan informasi mengenai keunggulan dan kelemahan pesaing. Sehingga produsen dapat menyesuaikan produk dengan kebutuhan dan keinginan yang diinginkan konsumen. Atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen adalah kemasan, harga, dan lainnya. Atribut produk dapat dijadikan strategi untuk merebut perhatian konsumen.

Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan juga perlu dilakukan karena untuk mengetahui bagaimana proses konsumen sampai pada keputusan pembelian hingga perilaku pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian dimulai sejak pembelian belum dilakukan hingga konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk kopi instan. Konsumen memiliki ktriteria produk kopi instan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Kriteria tersebut menjadi salah satu faktor penting dalam mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Kriteria tersebut dipengaruhi oleh atribut produk kopi instan dan brand positioningproduk kopi instan.

B. Perumusan Masalah

Keberadaan kopi di Kota Surakarta sudah sangat familiar. Terbukti pada Tabel 1, bahwa dari sekian banyak jenis minuman yang tidak beralkohol, minuman kopi lebih dipilih daripada minuman es, jus buah, sari jeruk, sirup, dan minuman kesegaran. Selain itu, Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan hampir seluruh kalangan masyarakat mengkonsumsi kopi instan. Persaingan industri kopi instan semakin ketat, munculnya berbagai macam merek kopi instan dapat membuat konsumen lebih teliti dalam menentukan keputusan pembelian. Produsen kopi instan menunjukkan kelebihannya masing-masing melalui atribut produk. Atribut produk tersebut antara lain adalah kemasan, iklan, rasa, aroma, harga, merek, dan lain-lain. Tujuan dari memaksimalkan atribut

(5)

produk yaitu untuk memaksimalkan omset, namun tetap memperhatikan selera dan kebutuhan konsumen.

Meningkatnya permintaan konsumen akan produk kopi instan menyebabkan para industri besar semakin gencar melakukan perbaikan atribut produk. Perusahaan kopi yanng berhasil dalam industri kopi adalah PT. Sari Incofood Corporation, PT. Nestle Indonesia, PT. Santos Jaya Abadi, Perusahaan-perusahaan tersebut membuat berbagai merek yaitu Indocafe, Nescafe, Good Day, ABC Instan, dan Luwak White Koffie, Torabika, dan lain-lain. Beberapa merek kopi instan diatas termasuk dalam daftar merek kopi instan yang paling di sukai masyarakat Indonesia. Merek-merek kopi instan tersebut tercantum dalam riset yang diadakan oleh Top Brand Award pada tahun 2014.

Tabel 2. Hasil RisetTop Brand Award2014 Pada Produk Kopi Instan

No Nama Top Brand Index

1 Indocafe 30,4%

2 Nescafe 18,4%

3 Good Day 5,8%

4 Cappuccino Super 3,6%

5 Kopiko Brown Coffee 2,7%

6 ABC Instan 2,5%

Total 64,3%

Sumber : Top Brand Award 2015

Tabel 2 menjelaskan bahwa 6 merek kopi instan tersebut merupakan 6 merek yang paling banyak di konsumsi masyarakat Indonesia. Top Brand adalah penghargaan yang di berikan kepada merek-merek terbaik pilihan konsumen. Top Brand didasarkan atas hasil riset terhadap konsumen Indonesia. Pemilihan merek terbaik berdasarkan atas pilihan konsumen. Oleh karena itu pemilihan merek dalam Top Brand bersifat independen. Hasilnya pun dipublikasikan secara luas lewat Majalah Marketing (Top Brand Award, 2015).

Berdasarkan hasil survey Solo Best Brand Indexdan Jogja Best Brand Index(2014) merek kopi instan terbaik pilihan masyarakat adalah Luwak White Koffie. Survei Solo Best Brand Indexdan Jogja Best Brand Index hadir

(6)

sebagai wujud kepedulian Solopos dan Harian Jogja baik kepada pengelola merek maupun konsumen. Hasil riset Solo Best Brand Indexdan Jogja Best Brand Index menjadi informasi penting, valid, objektif dan terpercaya mengenai perilaku konsumen di Solo dan Jogja. Solo Best Brand Indexdan Jogja Best Brand Index adalah riset yang dirancang untuk menemukan kekuatan merek (brand equity) produk barang dan jasa yang beredar di Solo-Jogja. Solo Best Brand Indexdan Jogja Best Brand Index dinilai melalui variabel dan indikator yang terukur sehingga menghasilkan data yang akurat. Beberapa merek kopi instan tersebut yang paling sering ditemui di Kota Surakarta adalah Indocafe, Nescafe, Good Day, ABC Instan, dan Luwak White Koffie.

Banyaknya merek kopi instan yang ada di Indonesia, membuat para produsen kopi instan bersaing satu sama lain. Masing-masing perusahaan kopi instan ingin mengunggulkan mereknya. Setiap produk memiliki atribut-atribut yang melekat pada produk, hal tersebut yang akan dijadikan perusahaan sebagai daya tarik tersendiri bagi produknya. Atribut-atribut tersebut antara lain rasa, aroma, iklan, harga, kemasan, dan lain-lain. Produsen kopi instan harus mampu menyesuaikan kebutuhan dan selera konsumen agar dapat menjadi produk unggulan di kalangan masyarakat.

Posisi produk dikalangan masyarakat dipengaruhi oleh keistimewaan yang dimiliki produk tersebut. Semakin istimewa di mata masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang mengkonsumsi produk tersebut. Pada saat pasar semakin kompetitif perusahaan berusaha memberi sebuah citra tertentu bagi setiap atribut produk mereka, hal itu dilakukan untuk membedakan produknya terhadap produk lain atau produk pesaingnya. Pemahaman yang baik tentang proses pengambilan keputusan, atribut-atribut produk yang sesuai selera konsumen akan menentukan strategi pemasaran yang tepat sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi produsen.

(7)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan di Kota Surakarta?

2. Faktor-faktor atribut produk apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan di Kota Surakarta?

3. Bagaimana brand positioningmerek-merek kopi instan di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan di Kota Surakarta.

2. Menganalisis faktor-faktor atribut produk yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian kopi instan di Kota Surakarta.

3. Menganalisis brand posisitioning merek-merek kopi instan di Kota Surakarta.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dalam mendalami ilmu mengenai pemasaran khususnya perilaku konsumen dan brand positioning serta untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen kopi instan, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai tingkat persaingan produk olahan kopi instan dan produk-produk kopi instan yang sesuai selera konsumen.

(8)

3. Bagi konsumen kopi instan, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai tingkat persaingan produk olahan kopi instan sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan selera konsumen. 4. Bagi akademisi dan peminat masalah pemasaran, penelitian ini dapat

memberikan sumber informasi yang berkaitan dengan brand positioning dan bisa dijadikan referensi untuk penelitian yang sejenis, serta sebagai sarana dalam menambah wawasan

Gambar

Tabel 1. Nilai Konsumsi Akhir Kelompok Bahan Minuman Tidak Beralkohol Tahun Dasar 2007
Tabel 2. Hasil Riset Top Brand Award 2014 Pada Produk Kopi Instan

Referensi

Dokumen terkait

Senin 06 April 2015 III Tarbiyah Materi dan Pembelajaran Akidah Akhlak MTs dan MA/C2 37 3 VI R1 (Gedung Baru) 12A Ahmad Falah, M.Ag Ahmad Anif, S.Pd.I, MM Ahmad Afandi, S.Pd.I..

Sudah menjadi suatu keharusan bagi industri galangan kapal kayu tradisional di Batulicin untuk menerapkan standarisasi dalam perencanaan dan pemasangan instalasi

Badan-badan lainnya, baik pemerintah maupun non pemerintah, yang mempunyai kualifikasi dalam bidang yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan

Berdasarkan pengkategorian diatas diketahui koefisien korelasi (R Square) variabel supervisi kepala sekolah terhadap kinerja pendidik pada SD Negeri Kecamatan Gunung Alip

PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Jawa Timur salah satu perusahaan yang menjalankan program Corporate Social Responsibilty dengan istilah PKBL selama 12 tahun..

(Muhammad Adnan, Siti Nur Husna & Mohd Izhar Ariff, 2018) Untuk itu, masyarakat Melayu khususnya perlu menjaga elemen-elemen asli yang menjadi teras kepada

Siswa yang memiliki kemampuan penalaran spasial yang baik akan memahami bahwa susunan kubus satuan pada pembelajaran volume juga berarti dalam menentukan luas permukaan

Sinergis, terjadi bila campuran obat atau beberapa obat yang diberikan bersama- sama dengan aksi proksimat yang sama menimbulkan efek yang lebih besar dari jumlah efek