• Tidak ada hasil yang ditemukan

ini didukung oleh penelitian Sulisworo dan Fadiyah, (2014: 59) bahwa:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ini didukung oleh penelitian Sulisworo dan Fadiyah, (2014: 59) bahwa:"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pembelajarannya, guru akan mengatur seluruh rangkaian pembelajaran mulai dari membuat desain pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, bertindak mengajar atau membelajarkan, melakukan evaluasi pembelajaran termasuk proses dan hasil belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar (Arifin, 2013: 12).

Proses pendidikan di sekolah serta kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami murid sebagai anak didik. Sejalan dengan itu, Warsono dan Hariyanto (2013: 12) mengatakan bahwa:

“pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran, pembelajaran aktif juga melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya”.

Model pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk menciptakan siswa secara aktif karena model kooperatif mengutamakan kerjasama dan saling bergantung satu sama lain, namun tetap berkompetisi secara adil. Pernyataan

(2)

“interactions in groups give possibilities for students to adapt and to accept different ability and background of other students. In addition, peer relationships are very important and cannot be underestimated. The peer encouragement to achieve better academic achievement not only foster well student motivation but also make students ready to work, and be attentive during learning and enhance the thinking ability”.

Salah satu pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS adalah bidang studi untuk mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya (Susanto, 2013: 138). Siswa diharapkan dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama serta berguna bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Siswa juga diharapkan dapat menjadi seorang individu yang tanggap terhadap gejala sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat, serta memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara logis sesuai dengan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Pembelajaran di SD Negeri 3 Lesmana kelas V pada pembelajaran IPS sering dilaksanakan dengan metode ceramah. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 3 Lesmana, bahwa dalam pembelajaran IPS terdapat dua masalah yang ditemukan yaitu keaktifan dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan data nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) kelas V SD Negeri 3 Lesmana dari 33 siswa hanya 12 siswa atau 36% dari keseluruhan siswa yang mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Ketika siswa

(3)

diberikan tugas kelompok hanya beberapa anggota kelompok saja yang mengerjakan, siswa yang lain hanya diam atau hanya bermain sendiri, sehingga pemahaman siswa dalam materi peristiwa sekitar proklamasi belum maksimal. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif siswa dituntut untuk aktif secara fisik, itelektual dan emosional (Dimyati dan Mudjiono, 2010: 51).

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran memiliki dampak positif terhadap prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuannya masing-masing (Arifin, 2013: 12). Siswa juga akan menjadi seorang warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, trampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat, salah satunya diterapkan melalui IPS.

Peneliti dan guru sepakat untuk melakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode pembelajaran yang dipilih adalah model Kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, tidak ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan

(4)

pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2010: 29). Komponen dalam sistem pembelajaran didukung dengan adanya media.

Penggunaan media video pembelajaran dipilih atas dasar karakteristik materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang bersifat fakta (kejadian atau peristiwa penting, berita) maupun fiktif seperti misalnya ceritera, bisa bersifat informatif, edukatif maupun instruksional (Sadiman, 2008: 74). Apabila siswa hanya mendengarkan informasi verbal dari guru saja maka siswa kurang memahami pelajaran dengan baik, akan tetapi jika penyampaian materi diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan, atau mengalami sendiri melalui media maka pemahaman siswa diharapkan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media pembelajaran berupa video pembelajaran untuk mempermudah dalam penyampaian materi dan dapat membantu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal-Dua Tamu atau sering disebut Two Stay Two Stray, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, seperti yang dijelaskan Hanafiah dan Suhana (2012: 56) yang berpendapat bahwa Kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu:

“model dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya”.

(5)

Model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah salah satu pembelajaran aktif, dimana siswa belajar bersama untuk memahami suatu materi pembelajaran. Pembagian kelompok didasarkan pada kriteria siswa yang heterogen dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Anggota kelompok terdiri dari 4 (empat) orang siswa dan ada satu kelompok yang terdiri dari 5 ( lima) orang siswa, dari jumlah siswa 33, sehingga akan mudah dalam pembagian tugas, karena model pembelajaran ini dilaksanakan oleh dua orang-dua orang dalam bertugas membagi informasi kepada kelompok lain. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan tipe model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS untuk membuat keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan dua masalah di kelas V SD Negeri 3 Lesmana yaitu keaktifan dan prestasi belajar siswa, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Melalui Model Two Stay Two Stray Menggunakan Video Pembelajaran di Kelas V SD Negeri 3 Lesmana”. Bukan hanya itu, inovasi yang akan digunakan pada model Kooperatif tipe TSTS yaitu media yang digunakan, menggunakan video pembelajaran sebagai penguat serta memperjelas pemberian materi.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini dapat diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan menggunakan video pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana materi peristiwa sekitar proklamasi?

2. Apakah penggunaan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan menggunakan video pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana materi peristiwa sekitar proklamasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana materi peristiwa sekitar proklamasi melalui model Kooperatif tipe Two

Stay Two Straymenggunakan video pembelajaran.

2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana materi peristiwa sekitar proklamasi melalui model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray menggunakan video pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil penelitian yang nanti dilakukan akan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

(7)

1. Manfaat Teoritis

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

2. Manfaat Praktis: a. Siswa

1) Meningkatkan Keaktifan siswa pada materi peristiwa sekitar proklamasi.

2) Meningkatkan Prestasi belajar siswa pada materi peristiwa sekitar proklamasi.

b. Guru

1) Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan guru dalam penggunaan berbagai metode pembelajaran.

2) Guru memiliki kemampuan untuk menerapkan model Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPS.

c. Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan sekolah dan peningkatan kinerja guru ke depan yang nantinya meningkatkan mutu pembelajaran.

d. Peneliti

Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan mengenal cara belajar yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan interaktif dalam pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

9 Elektroforetik terjadi bila muatan yang Elektroforetik terjadi bila muatan yang berlawanan mengelilingi ion yang.. bersangkutan sehingga terjadi dua lapisan muatan, kejadian

Bidang kegiatan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara adalahmengenai sebagian dari urusan pemerintah pusat dalam bidang perikanan darat, perikanan

Dengan adanya pengembangan pelayanan pustu dapat meningkatkan penemuan suspek dan kasus TB, masyarakat menjadi senang karena akses kesehatan yang lebih mudah, biaya yang

Dengan demikian PT Baroco dinyatakan Memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

Perbedaan kandungan komponen anorganik saliva mungkin dipengaruhi oleh bahan- bahan yang digunakan dalam aktivitas menyirih, misalnya penggunaan kapur sirih yang mungkin

Berdasarkan analisa dari nilai tengah rata rata RFM awal dan nilai setiap clusternya maka didapat, diantara 2 Cluster agen biasa, Cluster tertinggi berada pada Cluster 1

pada karbon aktif dari sebuk gergaji kayu karet meningkatkan kemampuan serapan karbon aktif terhadap logam berat besi Fe pada air sumur bor, air sumur galian dan air sumur

Kelompok terbesar siamang yang ditemui pada lokasi pengamatan ketiga terdiri dari, 1 individu jantan remaja, 1 individu jantan dewasa, 1 individu betina remaja dan 1 individu