• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut akan dipaparkan keterangannya sebagai berikut:

3.1.1 Seting Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013 dan dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal PTK di SDN Harjosari 01

No Tahapan Februari Maret April Mei I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Persiapan

2 Pelaksanaan 3 Analisis

data 4 Pelaporan

Dari perkiraan tabel jadwal penelitian di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tahap persiapan penelitian (Februari - Maret 2013)

Tahap ini mencakup penyusunan judul, penyusunan proposal penelitian, permohonan izin serta survei di sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian.

(2)

2) Tahap pelaksanaan penelitian (April 2013)

Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah yang meliputi uji coba instrumen penelitian dan pengambilan data dan dokumentasi.

3) Tahap analisis data penelitian (Mei 2013)

Tahap ini menganalisis dan pengelolaan data dari pelaksanaan penelitian serta menyimpulkan hasil penelitian tersebut.

4) Tahap pelaporan penelitian (Mei 2013)

Tahap ini penyusunan laporan dan melengkapi lampiran serta persiapan ujian.

b. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Harjosari 01 yang berada di Kelurahan Harjosari Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, terletak pada jalur strategis dan dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan, lingkungan industri, perdagangan, sarana peribadatan, dan sarana prasarana lainnya sangat mendukung perkembangan sekolah. Hal ini berdampak dengan meningkatnya minat dan partisipasi masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya di SD Negeri Harjosari 01, ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mendaftarkan diri pada setiap awal tahun.

3.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada awal berdirinya SD Negeri Harjosari 01, keadaan lingkungan dan sosial masyarakat masih terbatas pada sektor pertanian. Dari tahun ke tahun perubahan cukup pesat. Kondisi sosial masyarakat pada saat ini dengan adanya pusat industri, perdagangan, pemerintahan, dan mutasi penduduk membawa perubahan terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SD Negeri Harjosari 01 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 16 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Saat

(3)

pembelajaran berlangsung, anak cenderung dalam keadaaan ramai. Jika ditegur maka akan hening, tetapi setelah beberapa saat kembali ramai lagi. Untuk siswa putri masih bisa diatur, sedangkan siswa putra cenderung semaunya sendiri. Jika ada siswa putra yang berbuat salah kemudian ditegur dan dinasehati, mereka selalu menjawab dan membantah. Tetapi pada saat diberikan soal evaluasi, siswa dapat bersikap diam dan tenang.

Berdasarkan data yang ada sebelum diadakan penelitian, diperoleh hasil nilai ulangan harian dari 36 siswa yang mendapat nilai ≥65 sebanyak 15 siswa dan yang mendapat nilai ≤65 sebanyak 21 siswa. Sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia siswa harus ditingkatkan agar mereka berminat dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Cara meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa dengan menggunakan model pembelajaran Example Non-Examples.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian

Berikut ini akan diuraikan mengenai jenis dan desain yang digunakan dalam penelitian, adalah sebagai berikut:

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Disebut PTK karena penelitian hanya dilakukan oleh guru di dalam kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar dan mengajar, atau dalam proses pembelajaran. PTK timbul atau dilaksanakan karena ada kesenjangan atau perbedaan antara harapan dan kenyataan sehingga setelah PTK ini dilaksanakan diharapkan terjadi keadaan yang ideal.

3.2.2 Desain Penelitian

Model PTK John Elliot ini detail dan rinci. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari 3-5 aksi. Sementara itu, setiap aksi terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK model John Elliot agar terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi

(4)

atau proses belajar mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa langkah. Itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan model lain.

Gambar 3.1 Desain model PTK John Elliot 3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel bebas kedudukannya tidak tergantung oleh variabel yang lain dan sebagai penyebab variabel yang lain. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Example Non-Examples.

(5)

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah unsur yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar Bahasa Indonesia.

Variabel yang digunakan mengandung arti bahwa model pembelajaran

Example Non-Examples mempengaruhi hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri Harjosari 01.

3.4 Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian berbasis kelas kolaboratif. Jadi, pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara kolaborasi yaitu penulis sebagai guru yang mengajar di dalam kelas, sedangkan guru kelas 4 sebagai observer yang melakukan pengamatan jalannya pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Berikut adalah rincian rencana tindakan yang akan dilaksanakan yang terdiri dari dua siklus, yaitu:

Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: 1) Menyusun RPP.

2) Merencanakan membagi kelompok-kelompok siswa.

3) Menyiapkan materi ajar berupa buku paket Bahasa Indonesia kelas 4. 4) Menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan dalam kegiatan kelompok.

5) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar di kelas ketika proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Examples Non-Examples menggunakan alat peraga dilaksanakan.

6) Menyiapkan instrumen penilaian hasil belajar yang berupa lembar evaluasi untuk melihat apakah materi Bahasa Indonesia telah dikuasai siswa.

b. Tindakan (acting)

Sesuai dengan standar proses bahwa pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu awal, kegiatan inti, dan akhir. Dalam kegiatan inti masih dijabarkan lagi ke dalam eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

(6)

c. Observasi (observing)

Tahap ini peneliti melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan kepada keterlaksanaan tindakan guru dalam pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran Example Non-Examples. Observasi ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan proses pembelajaran berlangsung dan terhadap hasil evaluasi.

d. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini peneliti melakukan refleksi terhadap proses kegiatan belajar. Refleksi dilakukan atas dasar hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai observer terhadap keterlaksanaan tindakan guru kelas sesuai dengan model pembelajaran Example Non-Examples menggunakan alat peraga dengan materi karangan dan pengumuman. Setelah tahap refleksi dan siklus I selesai dilaksanakan, maka akan diketahui hasilnya. Hasil tersebut akan dianalisis apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau belum, serta kelemahan-kelemahan apa saja yang menghambat proses pembelajaran. Apabila hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan, maka dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II

Siklus II akan dilaksanakan jika kegiatan siklus I belum berhasil. Kegiatan pembelajaran akan dilakukan sama seperti pada siklus I, tetapi waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di SD tempat dilakukannya penelitian dengan Kompetensi Dasar yang berbeda pula. Siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I.

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dikumpulkan baik secara manual maupun melalui foto, khususnya untuk data langsung proses. Data ini digunakan untuk melihat proses pelaksanaan model pembelajaran Example Non-Examples akan digunakan sebagai dasar penilaian pada siklus I dan siklus II dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri Harjosari 01.

(7)

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan PTK dan sumber data, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tes

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi soal dengan materi karangan dan pengumuman. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

b. Observasi

Untuk mengatahui perkembangan aktivitas belajar siswa dilakukan teknik observasi. Observer bertugas untuk melakukan pengamatan dan penilaian melalui pengisian lembar aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru dalam proses pembelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan sebagai data awal penelitian yang berupa jumlah siswa, daftar nama siswa, dan daftar nilai siswa kelas 4 SD Negeri Harjosari 01 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hasil belajar Bahasa Indonesia adalah:

a. Tes

Hasil tes yang diperoleh juga digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui dua siklus dan evaluasi dilakukan di akhir siklus untuk mengetahui kemampuan siswa pada setiap siklus.

Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi yang mencakup sub pokok bahasan, kemampuan yang diukur, indikator, serta sejumlah

(8)

butir soal. Setelah membuat kisi-kisi soal, dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban, serta aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Lembar Soal Siswa Siklus I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Nomor Soal 8. Menulis. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk pantun anak. 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhati-kan penggunaan ejaan (huruf besar dan tanda baca). 8.1.1 Menyebutkan pengertian karangan. 8.1.2 Menyebutkan jenis-jenis karangan. 8.1.3 Menyebutkan langkah-langkah dalam menyusun karangan. 8.1.4 Menyusun kerangka karangan. 8.1.5 Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang padu berdasarkan rangkaian gambar. 1 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 22, 23, 24 25, 26, 27, 30 17, 18, 19, 20, 21, 28, 29 Tabel 3.3

Kisi-kisi Lembar Soal Siswa Siklus II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pembelajaran Nomor Soal 8. Menulis. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk pantun anak. 8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhati-kan penggunaan ejaan. 8.2.1 Menyebutkan pengertian pengumuman. 8.2.2 Menyebutkan jenis-jenis pengumuman. 8.2.3 Menyebutkan pokok-pokok dalam membuat pengumuman.

8.2.4 Menulis keterangan dari setiap rangkaian gambar. 8.2.5 Menulis naskah

pengumuman sendiri dengan bahasa yang baik dan memperhatikan penggunaan ejaan yang sesuai. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 26, 27, 28, 29, 30

(9)

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui pengamatan langsung terhadap bidang pengembangan pembiasaan (agama, moral, sosial, emosional, dan kemandirian) dan bidang pengembangan kemampuan dasar (kemampuan berbahasa, kognitif, motorik, dan seni) yang dilakukan sehari-hari secara terus menerus (dalam Model Penilaian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006).

Menurut Gulo (2009), mengatakan bahwa observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolabolatornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama pengamatan.

Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung (Rizky Fajar).

Menurut Prof. Heru (2006), mengemukakan observasi dalam penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari dan memperhatikan syarat-syarat ilmiah.

Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Wawan Junaidi, 2009).

Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja kita temukan berbagai kelemahan baik dari segi pemecahan, pelaksanaan, maupun penilaiannya. Sebaik apapun kita mengajar selalu ada kelemahan dimana-mana. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah bagi kita untuk bagian-bagian atau aspek-aspek mana dalam pembelajaran yang kita lakukan masih salah atau lemah. Pedoman lembar observasi dengan model pembelajaran Example Non-Examples, ditunjukkan dengan tabel di bawah ini:

(10)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Hal yang Diamati Indikator

1 Pra pembelajaran. Kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. Memeriksa kesiapan siswa.

2 Membuka pembelajaran.

Melakukan kegiatan apersepsi.

Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan.

3 Penguasaan materi. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran.

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. Menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar. Mengaitkan materi dengan realita kehidupan. 4 Pendekatan/strategi

pembelajaran.

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai.

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran

Example Non-Examples

Melaksanakan pembelajaran secara runtut. Menguasai kelas.

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.

Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan menggunakan model Example Non-Examples.

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan.

5 Pemanfaatan media pembelajaran.

Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media. Menghasilkan pesan yang menarik.

Menggunakan media secara efektif dan efesien. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media. 6 Pembelajaran yang

memicu dan memelihara keterlibatan siswa.

Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran Example Non-Examples.

Merespon positif partisipasi siswa.

Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar.

Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif.

Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar untuk menganalisis gambar.

7 Penilaian proses dan

hasil belajar. Mamantau siswa dalam kegiatan belajar kelompok. 8 Penggunaan bahasa. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar.

Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.

9 Penutup. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa.

(11)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Hal yang Diamati Indikator

1 Pra pembelajaran. Siswa menempati tempat duduknya masing-masing. Kesiapan menerima pelajaran.

2 Membuka pembelajaran.

Siswa mampu menjawab apersepsi.

Memperhatikan secara seksama ketika dijelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

3 Penjelasan materi . Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi. Aktif bertanya ketika proses penjelasan materi.

Adanya interaksi positif antara siswa-guru, siswa-materi. Siswa memiliki pemahaman yang sama tentang materi pelajaran yang dijelaskan.

4 Pendekatan/strategi pembelajaran.

Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan.

Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan santai dan tidak penuh tekanan.

Adanya interaksi positif antara siswa dengan model pembelajaran Example Non-Examples yang digunakan guru. Siswa merasa senang ketika belajar kelompok dengan menggunakan model Example non-Examples.

Siswa tertarik terhadap pembelajaran yang disajikan dengan model pembelajaran Example Non-Examples.

Siswa bersemangat untuk menganalisis gambar.

Siswa dapat bersosialisasi dan bekerjasama dalam kegiatan kelompok.

5 Pemanfaatan media pembelajaran.

Adanya interaksi positif saat media pembelajaran disajikan. Keterkaitan siswa terhadap materi yang disajikan meningkat saat media pembelajaran disajikan.

Siswa semakin jelas dan konkret saat penjelasan materi yang disajikan dengan media pembelajaran.

6 Penilaian proses dan hasil belajar.

Siswa mampu berinteraksi dengan kelompok belajarnya. Siswa mampu menganalisis gambar.

Siswa mampu menggunakan waktu dengan baik untuk mencari menganalisis gambar sesuai dengan waktu yang dialokasikan. Siswa merasa terbimbing.

Mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar. 7 Penggunaan bahasa. Penjelasan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa.

Siswa tidak menemui kesulitan dalam pemahaman ketika dijelaskan materi pelajaran.

8 Penutup. Siswa secara aktif membuat rangkuman. Siswa mengerjakan evaluasi dengan baik.

3.6 Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan tidaknya suatu item maka menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan

(12)

sejauh mana suatu instrumen sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Untuk menentukan suatu item tertentu valid atau tidak digunakan pedoman dari Priyatno. Menurut Priyatno (2010: 95-97) menyatakan suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika pada output Item-Total Statistics pada kolom Corrected Item-Total Correlation nilainya ≥ nilai r tabel. r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) siklus I = 27 sedangkan jumlah data (n) siklus II = 30 , maka didapat r tabel siklus I sebesar 0,381 sedangkan r tabel siklus II sebesar 0,361 . Validitas dihitung dengan menggunakan penghitungan SPSS 18.0 for Windows.

Reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen dari variabel yang hendak diukur. Pengukuran reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan Sekaran dalam Priyatno (2010: 98) sebagai berikut:

 < 0,6 : kurang baik 0,6 <  ≤ 0,8 : dapat diterima

 > 0,8 : baik

Dari hasil penghitungan validitas item pada soal siklus I dengan menggunakan SPSS 18.0 for Windows yang berdasarkan Corrected Item-Total Correlation berdasarkan tabel r yang dikemukakan oleh Priyatno (2010: 95-97), maka nomor item 1, 4, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 30 dinyatakan tidak valid karena nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,381. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian validitas dari 30 item yang diuji ada 13 item yang valid dan 17 item yang tidak valid (terlampir). Adapun hasil uji tingkat reliabilitasnya dapat dilihat bahwa Cronbach`s Alpha sebesar 0,692 dari 30 item yang diuji (terlampir). Sekaran dalam Priyatno (2010: 98), Cronbach`s Alpha 0,692 termasuk memiliki tingkat reliabilitas yang dapat diterima. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.

Sedangkan dari hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal siklus II dengan menggunakan SPSS 18.0 for Windows yang berdasarkan Corrected Item-Total Correlation berdasarkan tabel r yang dikemukakan oleh Priyatno (2010: 95-97), maka nomor item 2, 3, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 28 dinyatakan

(13)

tidak valid karena nilai Corrected Item-Total Correlation < 0,361. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian validitas dari 30 item yang diuji ada 19 item yang valid dan 11 item yang tidak valid (terlampir). Instrumen soal setelah dikurangi item yang tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya. Adapun hasil uji tingkat reliabilitasnya dapat dilihat bahwa Cronbach`s Alpha sebesar 0,752 dari 21 item yang diuji. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2010: 98), Cronbach`s Alpha 0,752 termasuk memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.

3.7 Tingkat Kesukaran Instrumen

Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas juga harus memperhatikan keseimbangan dari tingkat kesukaran soal tersebut. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesangggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana (1989: 137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I =

I = indeks kesukaran untuk setiap butir soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut:

0 – 0,30 = soal kategori sukar 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah

(14)

Hasil penghitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel yaitu: Tabel 3.6

Tingkat Kesukaran Soal Siklus I

No. Indeks Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal 1 Mudah 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 28, 29, 30 21 2 Sedang 1, 4, 20, 24, 27 5 3 Sukar 5, 12, 14, 26 4 Jumlah 30 30

Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus I dari 30 soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 21 soal, yang termasuk kategori sedang sejumlah 5 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 4 soal. Soal pada siklus I yang termasuk dalam kategori mudah terdiri dari nomor 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 28, 29, 30 dan yang termasuk kategori sedang terdiri dari nomor 1, 4, 20, 24, 27 sedangkan yang soal yang termasuk kategori sukar terdiri dari nomor 5, 12, 14, 26. Pada soal siklus II hasil penghitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Tingkat Kesukaran Soal Siklus II

No. Indeks Kesukaran Nomor Soal Jumlah Soal 1 Mudah 1, 4, 5, 6, 7, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 14 2 Sedang 3, 8, 11, 12, 13, 17, 20, 29 8 3 Sukar 2, 9, 10, 14, 15, 16, 19, 30 8 Jumlah 30 30

Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa tingkat kesukaran soal pada siklus II dari 30 soal yang termasuk kategori mudah sejumlah 14 soal, yang termasuk kategori sedang sejumlah 8 soal, dan yang termasuk kategori sukar sejumlah 8 soal. Soal

(15)

pada siklus II yang termasuk dalam kategori mudah adalah soal nomor 1, 4, 5, 6, 7, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 dan yang termasuk kategori sedang terdiri dari nomor 3, 8, 11, 12, 13, 17, 20, 29 sedangkan yang soal yang termasuk kategori sukar adalah nomor 2, 9, 10, 14, 15, 16, 19, 30.

3.8 Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini, tolok ukurnya adalah ketuntasan belajar yaitu pencapaian nilai KKM ≥ 65. Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah mencapai nilai ≥65 maka dikatakan berhasil atau tuntas dan apabila sebanyak ≥85% siswa telah mencapai nilai ≥65 maka dikatakan tuntas secara klasikal.

3.9 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar (pre test dan post test) dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor minimal ≥65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai ≥65 ini jumlahnya sekitar 85% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan menggunakan rumus. Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan individual = maksimal nilai Jumlah nilai Jumlah x 100% Ketuntasan klasikal = siswa seluruh Jumlah belajar tuntas yang siswa Jumlah x 100%

(16)

Keterangan:

Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor >65

Ketuntasan klasikal : Jika >85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan skor >65

Gambar

Gambar 3.1 Desain model PTK John Elliot  3.3   Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk operasional kegiatan peran dan fungsi TKPK provinsi, maka tim teknis TKPK Provinsi telah melakukan fasilitasi, koordinasi dan pengendalian terhadap TKPK Provinsi dan

Adapun ulama yang memahami bahwa hadis tersebut hanya lah tradisi semata berpedoman bahwa tidak semua larangan dipahami sebagai sesuatu yang haram, apalagi ketika hadis

maka tekan tombol start pada aplikasi dan sistem akan berjalan (instrument pendulum terbalik akan beroperasi jikalau sudah menerima data dan perintah dari

2 .4 .4 Penanda Kesantunan Mari sebagai Penentu Kesantunan Linguistik Dengan maksud yang sama, yakni sa- ma-sama bermakna ajakan, tuturan impe- ratif yang menggunakan penanda

Menurut Holder (2006) dismenorea sekunder memiliki ciri khas yaitu: terjadi pada usia 20-an atau 30-an setelah siklus haid yang relatif tidak nyeri di masa lalu, ketidaksuburan,

Puri merupakan tempat tinggal untuk kasta Ksatria yang memegang pemerintahan Umumnya menempati bagian kaja kangin di sudut pempatan agung di pusat desa.. Puri umumnya

Sebagai contoh adalah menentukan himpunan pendominasi pelokasian metrik untuk graf lingkaran 8 titik G dengan dua titik pendan seperti yang terlihat pada Gambar 3 di bawah