• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 R (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 R (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 (REVISI)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Seminar‎Pendidikan‎Matematika”

Oleh Kelompok 10:

Robiatul Adawiyah

(D04210009)

Kuncahyaning F.S.

(D04210017)

DosenPembimbing:

Dr. Kusaeri, M. Pd.

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013

Oleh : Robiatul Adawiyah (D04210009) dan Kuncahyaning. F. S (D04210017)

A. PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan dunia Ilmu Pendidikan dan Teknologi, Indonesia selalu

mengembangkan inovasi – inovasi baru untuk mengimbangi perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan

memperbaharui kurikulum yakni kurikulum 2013.

Sejak bergulir wacana implementasi kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran

2013/2014, berbagai kritik dan saran telah dilontarkan dari berbagai kalangan, khususnya

pemerhati pendidikan yaitu Romo Benny Susetyo yang menyatakan bahwa ilmu alam tidak bisa‎ disangkutpautkan‎ seperti‎ itu‎ (“dikatakan‎ membiasakan‎ jujur,‎ disiplin‎ dan‎ bertanggung‎ jawab berkaitan dengan fungsi kuadrat, memiliki ketangguhan diri dan konsisten

menghadapigambaran fungsi‎trigonometri”‎kata‎Retno‎Listyanti‎dari‎Federasi‎Serikat‎Guru‎di‎

ICW,Jakarta.)1 . Masih banyak para guru maupun khalayak luas yang mengemukakan pro dan kontranya mengenai rencana penerapan kurikulum ini. Dalam beberapa bulan terakhir,

harian Kompas memuat tulisan dari mereka yang pro ataupun kontra terhadap rencana

implementasi Kurikulum 2013. Muhammad. Nuh pun berkesimpulan bahwa mereka yang

mempertanyakan Kurikulum 2013 adalah karena ada perbedaan cara pandang atau belum

memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasar

Kurikulum 2013.2

Sedikitnya ada 3 (tiga) alasan mendasar mengapa kurikulum kita perlu

dikembangkan3. Pertama, demographic dividend atau bonus demografi. BPS tahun 2011 menyebutkan, struktur penduduk Indonesia tahun 2010 usia 0 – 9 tahun sebesar 45,93 juta,

1 Kurikulum pendidikan 2013 dinilai aneh dan lucu, diakses 28 oktober 2013. Dari:

M.merdeka.com/peristiwa/kurikulum/pendidikan-kurikulum-pendidikan-2013-dinilai-aneh-dan-lucu.html 2

Kurikulum 2013, diakses 28 Oktober 2013. Dari: Kemendikbud.go.id

(3)

menangani elder people (usia 70-an tahun ke atas yang notabene kurang produktif).

Indonesia diuntungkan dengan jumlah usia produktif yang lebih banyak dan inilah sumber

daya manusia yang tentunya harus disiapkan dan digarap secara matang menghadapi

tantangan global. Kedua, global competitiveness atau persaingan global. Berkaca dari hasil

TIMSS atau PISA sebagai parameter prestasi siswa pada skala internasional, kita perlu

mengkaji kembali bagaimana praktik pembelajaran yang sebenarnya terjadi. Prestasi siswa

kita masih cukup memprihatinkan, yakni pada peringkat 394 dan peringkat 425 serta peringkat 55 dari 65 negara peserta PISA6 menuntut‎kita‎untuk‎“mengintip”‎praktik‎pembelajaran‎di‎ Negara – Negara yang berhasil dalam menerapkan scientific approach dalam membelajarkan siswanya. Paradigm konstruktivisme, collaborating learning, serta authentic assessment

menjadi pilar – pilar pendidikan dalam mencerdaskan anak bangsanya. Ketiga, pergeseran

paradigm pembangunan dari pembanguna yang berbasis sumber daya (alam) mengarah pada

pengembangan peradaban. Sumber daya alam bukan lagi sebagai modal pembangunan, akan

tetapi peradabanlah yang akan menjadi modal pembangunan. Sumber daya manusia bukan

lagi beban pembangunan, akan tetapi SDM beradablah yang menjadi modal pembangunan.

Transformasi ini hanya bisa dilakukan dengan pendidikan. SDM beradab adalah SDM yang

berpendidikan (berpengetahuan dan berketerampilan) dan berbudaya (berkarakter).

Kurikulum2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti

yang harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu mengamati, menanya, melatih, mencoba,

menalar dan mengkomunikasikan. Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem

penilaian yang lebih mengarah ke penilaian autentik, antara lain portofolio.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan scientific (ilmiah)

dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian semacam ini mampu

menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus

pada tugas - tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk

menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya,

penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan ilmiah (scientific) dalam pembejajaran,

4

TIMSS Tahun 2011 5 PISA Tahun 2010

(4)

khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai. Namun, keadaan di

lapangan menunjukkan masih terdapat guru yang kurang memperhatikan penilaian autentik.

Dalam menyikapi hal tersebut, maka dirasa perlu untuk membahas tentang Penilaian

Autentik dalam Kurikulum 2013. Tulisan ini akan mengakaji bagaimana penilaian

autentik dilaksanakan dalam kurikulum 2013. Diharapkan dengan adanya tulisan ini, dapat

menambah wawasan para peserta seminar untuk lebih memahami penggunaan penilaian

autentik dalam kurikulum 2013.

B. PEMBAHASAN

1. Sekilas tentang Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh membuka

rahasia dibalik penerapan kurikulum 2013, dihadapan para ulama dan pelaku pendidikan

di kabupaten Semarang pada saat memberikan sambutan peresmian SMK kesehatan

Darussalam, sabtu (4/5) siang di desa Gebugan, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang.

Menurut Nuh, pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menghilangkan tiga penyakit masyarakat.‎ “satu‎ saja‎ yang‎ di‎ ingat‎ bahwa‎ tujuan‎ pendidikan‎ adalah‎ menghilangkan‎ kemiskinan,‎kebodohan‎dan‎keterbelakangan‎peradaban”.

Sedangkan konsep kurikulum 2013 diakui oleh Pak Nuh terbesit pada saat dirinya

tengah menunaikan ibadah umrah tahun 2006. Konsep itu adalah Tazkiyah (attitude),

Tilawah (pengetahuan) dan Ta’alim (keterampilan).7

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam

Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Namun, belum terselesaikan

karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan 2006. Rumusannya berdasarkan sudut pandang yang berbeda dengan

kurikulum berbasis materi sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi

tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan

munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum berbasis materi.

Untuk itu, ada baiknya memahami lebih dahulu konstruksi kompetensi dalam kurikulum

sesuai koridor yang telah digariskan UU Sisdiknas sebelum mengkritik.

(5)

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S,W

menjelaskan, pelaksanaan Kurikulum 2013 memberi ruang belajar yang lebih terbuka

kepada anak-anak tingkat sekolah dasar (SD) untuk tidak terus dipaksa belajar dalam

ruangan yang kaku, dengan jumlah mata pelajaran yang menuntut peserta didik harus

menghafal serta menguasainya. Menurutnya, ada sejumlah mata pelajaran seharusnya

belum bisa diajarkan di tingkat SD karena masih terlalu berat.

Kasim menegaskan, dengan sistem pemilihan sekolah berdasarkan persentasi jumlah

sekolah di setiap kabupaten yang ada di seluruh Indonesia, khusus untuk tingkat SD,

hanya akan terdapat lima, sampai dengan 10 SD yang akan ditetapkan menjadi sample

untuk diterapkan kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014 pada bulan Juli 2013.

Kurikulum diterapkan bertahap sejak Senin (15/7/2013) hingga dua tahun ke depan,

tepatnya tahun 2015. Untuk itu, Ujian Nasional (UN) hingga 2015 masih memakai

kurikulum lama. Kurikulum 2013 diterapkan pada kelas 1 dan kelas 4 untuk SD dan

kelas 1 untuk SMP, SMA dan SMK. Ada 6.326 sekolah sasaran dari SD, SMP, SMA,

SMK yang akan menerapkan Kurikulum 2013 tahap pertama. Sekolah - sekolah itu

terletak di 295 kabupaten/ kota di 33 provinsi.

Ada 1.006 sekolah di luar sekolah sasaran mengajukan diri untuk menerapkan

Kurikulum 2013 secara mandiri. "Mandiri artinya di luar sekolah yang ditetapkan

Kemendikbud, mengajukan diri. Sekolah negeri dan swasta. Kemendikbud menyediakan

instrukturnya, kemudian pelatihan guru dan pembiayaan bukunya membiayai sendiri

tanpa membenani siswa. Soft copy buku sudah disediakan Kemendikbud," jelas Ibnu.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 untuk sekolah mandiri ini diperkirakan dilaksanakan

sepekan setelah 15 Juli 2013 karena para gurunya masih dalam tahap pelatihan. Ada

61.074 guru telah menerima pelatihan Kurikulum 2013. Jumlah itu terdiri atas 572 orang

instruktur nasional, 4.740 orang guru inti, dan 55.762 guru sasaran.8

Kasim menjelaskan, penerapan Kurikulum 2013 berdasarkan masukan dari berbagai

pihak karena Kurikulum 2006 dengan pola KTSP sangat rumit dengan jumlah mata

pelajaran yang banyak. Kurikulum 2013 ini lebih simpel karena siswa hanya belajar ilmu

agama dan tematik. "Kurikulum 2013 ini sangat simpel dan sangat membantu siswa.

Tidak banyak pelajaran yang diperoleh siswa tapi hanya pelajaran agama dan tematik.

(6)

Kurikulum 2006 dengan pola KTSP justru sangat membebani para guru dengan

penyusunan silabus," tutur Wamen Kasim.

2. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Sebelumnya

Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula

kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan kurikulum 2006. Berikut ini adalah

beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan kurikulum 2006.

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006

1. SKL (Standar Kompetensi Lulusan)

ditentukan terlebih dahulu, melalui

Permendikbud No 54 Tahun 2013.

Setelah itu baru ditentukan Standar

Isi, yang berbentuk Kerangka Dasar

Kurikulum, yang dituangkan dalam

Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70

Tahun 2013

Standar Isi ditentukan terlebih dahulu

melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006.

Setelah itu ditentukan SKL (Standar

Kompetensi Lulusan) melalui

Permendiknas No 23 Tahun 2006

2. Aspek kompetensi lulusan ada

keseimbangan soft skills dan hard

skills yang meliputi aspek

kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Lebih menekankan pada aspek

pengetahuan.

3. Standar penilaian menggunakan

penilaian autentik, yaitu mengukur

semua kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan

berdasarkan proses dan hasil..

Penilaiannya lebih dominan pada aspek

pengetahuan

approach), yaitu standar proses

dalam pembelajaran terdiri dari

Standar proses dalam pembelajaran terdiri

(7)

Mengamati, Menanya, Mengolah,

Menyajikan, Menyimpulkan, dan

Mencipta.

5. Jumlah jam pelajaran per minggu

lebih banyak dan jumlah mata

pelajaran lebih sedikit dibanding

kurikulum 2006

Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan

jumlah mata pelajaran lebih banyak

dibanding Kurikulum 2013

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan kurikulum 2006. Walaupun

kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP,

namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum 2013 dan KTSP. Tetapi dalam

pembahasan tulisan ini akan di fokuskan pada poin ke 3 yaitu penggunaan penilaian

autentik.

3. Penilaian

Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.9 Penilaian juga dapat diartikan sebagai proses pengumpulan berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran sebenarnya

tentang perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa ini perlu

diketahui oleh guru agar bisa menentukan tindakan selanjutnya disamping memastikan

bahwa siswa telah mengalami pembelajaran dengan benar. Artinya, jika ada tanda –

tanda siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa mengambil langkah

yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang

proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester)

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN),

tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan

pembelajaran.10 Konsep ini sesungguhnya mempunyai inti bahwa kemajuan belajar itu diperlukan selama proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian tidak hanya

dilakukan di akhir periode pembelajaran tetapi dilakukan bersama (simultan) dan

merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran.

(8)

4. Penilaian Autentik

Dalam Permendikbud No.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

disebutkan bahwa penilaian hasil peserta didik didasarkan prinsip objektif, terpadu,

ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Terkait dengan konsep penilaian autentik,

penilaian adalah proses pengumpulan berbagai informasi yang dapat memberikan

gambaran sebenarnya tentang perkembangan belajar siswa.

Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau

evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.11 Kaitannya dengan pengertian ada beberapa definisi mengenai penilaian autentik,

diantaranya adalah :

a. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk

menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang

meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil

belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

c. Penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan menggunakan beragam sumber,

pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak

terpisahkan dari pembelajaran.

d. Penilaian autentik merupakan proses pengamatan, perekaman dan pendokumentasian

karya (apa yang dilakukan anak dan bagaimana hal itu dilakukan) sebagai dasar

penentuan keputusan yang dapat menuju pada pembentukan anak sebagai individual

learner (pembelajar mandiri).

e. Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang

perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik

melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau

menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan

dicapai.

Dari berbagai definisi diatas ada satu benang merah yang mengaitkan kelimanya yaitu

penilaian yang mengutamakan perolehan fakta aktual (pada saat itu) tentang

pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan berbagai cara.12

11

2.3 Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Rev.pdf

12

(9)

Dibawah ini adalah gambaran penilaian autentik dibanding penilaian tradisional.

Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara

utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan

menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu

menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring

(nurturant effect) dari pembelajaran. Secara konseptual penilaian autentik lebih

bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.

Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar

tes berbasis norma, pilihan ganda, benar - salah, menjodohkan, atau membuat jawaban

singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini diperbolehkan dalam proses pembelajaran,

karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.

Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada

peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam

aktivitas – aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas

artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama

melalui debat, dan sebagainya.13 Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang

13 Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013

Penilaian autentik

Penilaian tradisional

(10)

berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai

prestasi luar sekolah. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim,

atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali

pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas

belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific

approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena

penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,

baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun

jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,

memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program

perbaikan (remidial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil

penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.14

5. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

didasarkan pada prinsip - prinsip berikut :15

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas)

dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal

sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

14 173215796-Model-Penilaian-Hasil-Belajar-Sma-final-bersih.pdf

15

(11)

6. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah - langkah baku.

7. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Sedangkan prinsip dari penilaian otentik adalah sebagai berikut:

a. Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa

sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.

b. Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta

didik dalam proses pembelajaran.

c. Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta

mendeteksi kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam

proses pembelajaran.

d. Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik

telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. 16

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) atau

penilaian acuan patokan (PAP). PAK/PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi

yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria

ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan

mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung,

dan karakteristik peserta didik.

KKM tidak dicantumkan dalam rapor, melainkan pada buku penilaian guru.

 KKM maksimal 100%, KKM ideal 75%, Satuan Pendidikan dapat menentukan KKM di bawah KKM ideal dengan secara bertahap ditingkatkan.

 Pesertadidik yang belum mencapai KKM, diberi kesempatan mengikuti program Remedial sepanjang semester yang bersangkutan.

 Pesertadidik yang sudah mencapai atau melampaui KKM, diberi program

Pengayaan.

6. Aspek penilaian autentik

Semangat kurikulum sekarang mengamanatkan bahwa kompetensi harus meliputi tiga

ranah, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan dari semua bidang. Oleh karena itu

(12)

perlu adanya jabaran mengenai aspek penilaian autentik dalam matematika. Secara

khusus aspek yang akan dimunculkan dalam untuk mengetahui kualitas belajar

matematika adalah (1) pemahaman konsep matematika, (2) keterampilan matematika, (3)

kemampuan pemecahan masalah dan (4) sikap matematis

7. Teknik dan instrumen dalam penilaian autentik

Berbagai macam cara untuk memperoleh informasi kemampuan atau kualitas belajar

siswa dalam rangka penilaian autentik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk

penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

Aspek Teknik Instrumen

 tes tulis Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen

uraian dilengkapi pedoman penskoran.

 Tes lisan Daftar pertanyaan

 Penugasan pekerjaan rumah atau

projek yang dikerjakan secara individu atau

kelompok sesuai dengan karakteristik tugas

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan pada tabel di atas, dijelaskan sebagai berikut.

a. Penilaian kompetensi sikap

(13)

cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa

catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan

dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang

diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk

mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang

digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi

hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan

dengan sikap danperilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,

menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara

individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu

penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu

dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang

digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan

(14)

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu

tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan

seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif

untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik

dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang

digunakan; dan

3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

8. Penilaian autentik dalam matematika

Seperti penjelasan mengenai perbedaan penilaian autentik dengan tradisional,

penilaian tradisional yang selama ini kita terapkan tidak akan menggambarkan

kompetensi atau kualitas belajar siswa. Sebagai contoh, kita ingin mengetahui

kompetensi siswa dalam belajar (memahami) solusi persamaan linear. Kemudian

diberikan soal/instrumen untuk menilai sebagai berikut.

Ternyata ada dua siswa yang memilih jawaban yang benar (Jawaban: E), namun

(15)

Jelas bahwa siswa 1 tidak memahami cara menyelesaikan persamaan linear karena dia hanya‎ menerapkan‎ prinsip‎ “asal‎ sama‎ dicoret”,‎ sementara‎siswa 2 amat paham proses penyelesaian‎persamaan‎linear.‎Terlihat‎adanya‎upaya‎„isolasi‟‎variabel‎di‎ruas‎kiri.‎Dari‎ contoh tersebut, terlihat sangat nyata kelemahan penilaian dengan instrumen pilihan

ganda seperti di atas yang tidak melihat proses pengerjaan, dimana kedua siswa terjaring

(oleh penilaian tradisional) sebagai berkemampuan sama padahal sejatinya sangat

berbeda.

Berikut ini contoh penilaian autentik dalam pembelajaran matematika :

1. Pengamatan langsung (observasi)

Sesungguhnya pengamatan langsung ini sering kita lakukan dalam kegiatan

pembelajaran, namun dengan dipersiapkan secara nyata akan lebih membantu dalam

melakukan pengamatan, walaupun sekedar menyiapkan catatan. Contoh dari hasil

pengamatan kelas didapatkan

Nama Siswa Hasil Pengamatan

Jabar Jabar tidak begitu menanggapi jika ditanya teman sebangkunya

Alfa Alfa tidak memahami pencoretan dalam persamaan, karena untuk menentukan nilai dia melakukan pengerjaan:

(16)

Trigono Trigono sering keliru dalam mengalikan dan menjumlah kan pecahan

Gamma Gamma berpikirnya divergen dan sangat terampil dalam menggunakan jangka.

... dst

2. Tanya jawab

Wujud dari tanya jawab ini boleh saja berupa kegiatan presentasi oleh siswa atau

tanya jawab secara personal.

3. Tugas

Gambaran mengenai perkembangan kualitas belajar matematika dapat dilihat dari

tugas yang diselesaikan. Tugas dapat dikaitkan dengan fenomena lingkungan atau

bisa juga murni mengenai konsep yang ada di matematika. Oleh karena penilaiannya

setelah tugas diselesaikan maka akan sangat bagus jika dikombinasikan dengan

teknik lainnya misalnya dengan wawancara. Misalnya siswa diminta mengukur tinggi

tiang bendera dengan menggunakan identitas trigonometri.

4. Tes

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, tes dilakukan setelah proses pembelajaran

(17)

Pragmatis penyekoran sering sebagai pertimbangan, sehingga cenderung

mangabaikan proses. Pada kenyataannya, model pilihan ganda yang paling banyak

digunakan. Untuk memberikan ruang bagi penilaian autentik maka pilihan ganda

perlu ditambah dengan cara pengerjaan.

5. Portofolio

Bahasa sederhana dari potofolio adalah kumpulan pekerjaan yang telah dilakukan

oleh siswa. Di dalamnya bisa termasuk tugas, hasil tes, laporan, catatan guru, dan

sebagainya. Portofolio merupakan sumber data yang sangat baik bagi guru. Selain itu

portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat perkembangan yang terjadi

terhadap dirinya dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu setiap portofolio harus

diberi catatan tanggal penyusunannya

Untuk menjamin penilaian benar-benar faktual maka perlu adanya kombinasi dari

(18)

C. PENUTUP

Kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran adalah penilaian.

Penilaian haruslah tertuju pada peningkatan kualitas belajar siswa dan kualitas pembelajaran.

Penilaian autentik hakekatnya adalah menggali informasi sebenarnya tentang kemampuan

siswa dalam belajar. Tetapi perlu dicatat bahwa penilaian autentik bukan refleksi dari

kemampuan yang telah dimiliki melainkan refleksi terhadap kemampuan yang dapat

(19)

REFERENSI

Abdul Hamid, Pengembangan Sistem Asesmen Otentik Dalam Pembelajaran Fisika Dengan

Model Pembelajaran Inovatif Di SekolahMenengah Atas (SMA). Jurnal

Pendidikan Serambi Ilmu, vol. 6, no. 1, September 2008, pp. 35-42.

Bahan.sergur134.unpas.ac.id/Bahan%20Ajar%20Matematika/.../HAND%...‎diakses 06

November 2013

© 2013. Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Pendidikan Menengah

http://www.eduplace.com/rdg/res/litass/auth.html diakses 28 Oktober 2013

http://www.ntu.edu.vn diakses 28 Oktober 2013

http://gurupembaharu.com/home/kurikulum/ diakses 28 Oktober 2013

http://news.detik.com/read/2013/07/14/135435/2302044/10/ diakses 20 November 2013

http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-otentik.html?m=1 diakses 20

November 2013

Hart, D. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for Educators. Menlo Park: Addison

Wesley Publishing Company

Jacob. C, Asesmen Otentik (Authentic Assessment) (Suatu Kunci Kepada Pembelajaran

Efektif). Jurnal Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bandung.

Kemdikbud, (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta

P4tkmatematika.org/2013/10/perubahan-kurikulum-dan-tugas-guru/ diakses 20 November

2013

Sudarwan, (2013), Asesmen Otentik, Makalah pada Workshop Kurikulum, Jakarta

Tatang Herman,(_____), Asesmen dalam Pembelajaran Matematika, Jurusan Pendidikan

(20)

Tatag Y.E. Siswono, Penilaian Autentik Dalam pembelajaran Kontekstual. Jurnal Nasional

Matematika, Jurnal Matematika Atau Pembelajarannya. Tahun VIII, Juli 2002,

pp. 51-57.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui budaya organisasi dan komunikasi organisasi memiliki pengaruh terhadap employee engagement di Hotel

Kedua, berdasarkan temuan-temuan penelitian tentang penerapan teknik dan prosedur penerjemahan ini, dibahaslah temuan-temuan penelitian yang bertemali dengan

78 Saya ingin ada yang dapat membantu saya agar bisa bersikap baik dengan orang lain.. 79 Saya tidak mau beragapan bahwa diri

1. An increase in the saving rate raises investment,. An Increase in the Saving Rate An increase in the saving rate s implies that the amount of investment for any given capital

Call option pada sebuah saham merupakan sebuah perjanjian hak, tetapi bukan obligasi, untuk membeli saham tersebut pada suatu hari tertentu, T yang akan datang, yang

Funk adalah corak musik yang berasal dari Amerika Serikat pada. pertengahan hingga akhir dekade 60, ketika

PANITLA PELAKSANA PEMBANGUNAN GEDUNG LAPANGAN TKNTS, KANTIN, LAPANGAN BASKET, DAN LAPAKGAN BOLA V<:.)LI.. FIK UrxfR-'ERSITAS NEGERI

Aceh Barat Dayadenganlahansawahseluas 11.108 Ha, dimanalahan yang telahdiairidenganirigasiseluas 5.540 Ha dan sisanya dengan system irigasi setengah teknis