• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bahan Dasar Tekstil Nusantara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 1111111111

Bahan Dasar

Tekstil Nusantara

A. RINGKASAN

Pembuatan kain tidak terlepas dari bahan, peralatan, dan proses pembuatannya. Bahan terdiri dari serat yang berasal dari alam, seperti tanaman dan hewan. Di samping itu, terdapat pula serat buatan, yaitu serat hasil rekayasa manusia sebagai upaya untuk meniru serat alam. Masing-masing serat memiliki keunggulan dan kelemahan. Berdasarkan peninggalan, diketahui bahwa pada awalnya manusia mengenal serat untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kain. Serat-serat ini dipilin dan dipintal menjadi benang. Setelah itu, benang kemudian ditenun menjadi sehelai kain. Bahan dasar tekstil di wilayah Nusantara tersedia dengan berlimpah, mulai dari serat, zat pewarna, sampai dengan bahan dasar untuk membuat peralatan tenun. Adapun bagian yang tidak tersedia di wilayah Nusantara dapat dengan mudah diperoleh dari mancanegara, termasuk informasi mengenai proses pembuatan. Benang yang ditenun bukan satu-satunya jenis kain yang digunakan masyarakat Nusantara karena dijumpai pula kain yang terbuat dari kulit kayu dan diproses melalui proses kempa.

(2)

12 12 12

12 12 | TEKSTIL

B. TUJUAN

Setelah mempelajari materi ini, kita akan memiliki kemampuan untuk:

1. Memahami masa awal manusia mengenal berbagai macam serat, sifatnya, dan penggunaannya, serta bahan pewarna alami di Nusantara.

2. Menghayati keragaman bahan dasar tekstil serta proses pembuatannya sebagai kekayaan seni budaya Nusantara.

C. BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA

Pembuatan kain tidak terlepas dari bahan baku yang digunakan. Bahan utama kain adalah serat. Serat terbagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan sumbernya. Pertama, serat alam, yaitu serat yang diambil dari unsur-unsur alam, seperti hewan, tanaman, atau mineral. Kedua, serat buatan atau sintetik, yaitu serat yang dihasilkan melalui rekayasa teknologi. Masing-masing kelompok memiliki keunggulannya sendiri. Gabungan dari kedua serat ini bisa menghasilkan benang dan kain yang memiliki kemampuan khusus. Sekumpulan serat kemudian dipilin dan dipintal menjadi

Gambar 2.1: Proses pemintalan benang cara tradisional. Kumpulan serat diputar-putar (digintir/dipilin) menjadi benang.

(3)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 1313131313

Gambar 2.2: Contoh kain celup ikat, prada, dan sulam

Kain celup ikat

Prada

Sulam

Kain lurik Songket atau tenun ikat Songket

(4)

14 14 14

14 14 | TEKSTIL

Gambar 2.4: Kain linen termasuk kain yang kuat, oleh karena itu sering digunakan sebagai

kain pelengkap rumah tangga.

benang. Benang kemudian menjadi bahan dasar untuk membuat kain, yaitu melalui teknik tenun, rajut, anyam, atau jalin.

Kain seringkali juga diberi ragam hias, yaitu corak dan warna. Ada kain polos yang hanya diberi warna saja tanpa corak, dan ada pula kain yang diberi tambahan corak. Penerapan ragam hias pada kain dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu rekalatar dan rekarakit. Rekalatar adalah ragam hias yang ditambahkan di atas permukaan kain. Dalam hal ini kain sudah selesai dibentuk atau ditenun. Contohnya teknik sulam, batik, prada, celup ikat, cap atau cetak saring. Sementara itu ragam hias pada rekarakit terbentuk bersamaan dengan proses pembuatan kain. Contohnya kain songket, lurik, atau tenun ikat.

C.1 Serat

Serat alam adalah serabut-serabut halus yang berasal dari unsur-unsur alam, yaitu tumbuhan, hewan dan mineral. Serat he-wan, umumnya berasal dari bulu hewan. Serat tumbuhan berasal dari seluruh bagian tanaman, seperti akar, batang, pelepah, daun, dan buah. Secara tradisional serat alam ini diperoleh melalui proses sederhana. Serat ini sangat banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia, sehingga mendorong manusia untuk menirunya melalui rekayasa teknologi.

C.2 Sejarah Serat Serat Linen

Berdasarkan data seja-rah, serat yang pertama kali digunakan manusia untuk membuat kain adalah serat dari sejenis alang-alang, yaitu Linum usitatissimum. Serat ini menghasilkan kain yang dikenal dengan nama linen.

(5)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 1515151515

Pembudidayaan serat ini dimulai pada periode Neolitikum (5000 – 1000 SM). Pada waktu itu manusia hidup sebagai petani dan peternak. Kain linen mempunyai sifat agak tebal dan kaku, dengan permukaan yang halus dan sangat kuat. Oleh karenanya, kain ini sering digunakan sebagai pelengkap rumah tangga, seperti taplak meja, serbet, tirai, penutup tempat tidur, dan sebagainya.

Serat Wol

Serat alam lainnya yang dikenal manusia adalah bulu hewan, terutama bulu domba atau wol. Serat ini mulai dikenal pada jaman Perunggu (2500 – 1000 SM) dan merupakan hasil sampingan dari ternak peliharaan. Manusia tidak hanya memanfaatkan

da-ging, tetapi juga bulu ternaknya. Kain yang berasal dari serat ini dapat memberikan kehangatan bagi pemakainya, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah dingin.

Serat wol memiliki kelenturan yang tinggi. Daya regangnya dapat mencapai 35% dari panjang semula. Seratnya bersisik dan keriting. Sifat-sifat inilah yang membuatnya dapat menahan panas. Untuk mendapatkan jenis serat yang memiliki keunggulan-keunggulan khusus, peternak mengawinsilangkan beberapa jenis domba untuk memperoleh serat seperti yang diharapkan.

Hasil kawin silang antara domba Tarantin dari Spanyol dengan domba Laodisia dari Asia Kecil, menurunkan nenek moyang domba Merino yang memiliki bulu yang halus. Selain domba, bulu juga diambil dari hewan-hewan lainnya, seperti unta Bactrian dari Asia, kambing dan kelinci Angora, serta bulu Lama dari Amerika Latin, yaitu dari jenis Alpaca, Vicuna, dan Guanaco.

(6)

16 16 16

16 16 | TEKSTIL

Serat Kapas

Serat yang paling populer di dunia, yaitu serat kapas. Kain dari serat ini di-sebut kain katun. Jenis serat ini memi-liki sifat yang paling cocok untuk iklim tropis. Daya serapnya yang tinggi mem-buatnya nyaman bila digunakan sebagai pakaian. Namun, kain ini mudah sekali kusut dan susut pada pencucian per-tama. Sampai kini serat kapas meru-pakan serat yang sangat digemari sebagai bahan dasar pakaian.

Serat kapas berasal dari tanaman Gossypium, sejenis belukar dengan tinggi antara 120 sampai 180 cm. Pada awalnya tanaman ini ditemukan di India sekitar tahun 5000 SM dan kemudian menyebar ke barat dan timur.

Di samping serat kapas, ada juga serat tanaman lain yang sering digunakan sebagai bahan dasar pembuat benang tenun, yaitu, antara lain, serat yute (goni) dari tanaman Corchorus olitorius, serat hemp dari tanaman Cannabis sativa, atau serat nanas dan sisal.

Serat Sutera

Serat alam berikutnya adalah serat sutera. Sutera memiliki kilau yang tak tertandingi oleh serat alam lainnya. Serat ini bukan berasal dari bulu atau bagian dari tanaman, tetapi dari air liur ulat sutera. Ulat ini adalah sejenis larva dari ngengat sutera, Bombyx mori dari keluarga Lepidoptera. Sebelum membentuk kepompong, ulat ini makan daun murbei, Morus alba, L.

Gambar 2.7: Kepompong ulat sutera Gambar 2.6: Tanaman kapas

(7)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 1717171717

Kepompong ulat sutera ini terbuat dari cairan yang keluar dari mulutnya. Seluruh tubuh ulat akan terbungkus dalam jaringan lilitan air liurnya. Lilitan air liur ini akan mengeras dan bila diurai menjadi serat panjang yang halus. Di antara semua serat alam, serat sutera merupakan serat terpanjang karena air liur ulat tidak akan terputus sebelum seluruh kepompong selesai terbentuk.

Serat sutera berasal dari Tiongkok dan sudah dikenal sejak pemerintahan kaisar Huang-ti (2640 SM). Waktu itu, istri kaisar, Si-ling, membudidayakan pohon murbei di halaman istana untuk memperoleh bahan makanan bagi ulat sutera. Catatan sejarah menyebutkan bahwa istri kaisar Huang-ti inilah yang pertama kali menemukan serat sutera. Dan dia pulalah yang merancang alat tenun khusus untuk menenun kain sutera. Bangsa Tionghoa kemudian terkenal dengan produksi kain sutera terbaik di dunia. Kain yang lembut, ringan dan kemilau ini dengan segera menawan hati bangsa-bangsa di dunia, khususnya kalangan istana.

Sutera kemudian menjadi komoditi penting dalam perniagaan dunia, sehingga muncul jaringan perjalanan dari Tiongkok menuju Barat untuk membawa sutera. Jaringan perjalanan ini dikenal de-ngan nama Jalur Sutera (Silk Road). Pada mulanya kalade-ngan istana di Tiongkok merahasiakan proses perolehan dan pembuatan serat sutera. Namun hal ini tidak dapat bertahan untuk selamanya. Sete-lah rahasia ini akhirnya bocor, pembuatan sutera menyebar ke be-berapa daerah lain, termasuk Indonesia.

Tiongkok adalah negara asal benang dan kain sutera, tetapi masuknya kain ini ke Nusantara besar kemungkinan dibawa oleh pedagang-pedagang India. Penggunaan kata ‘sutera’ yang berasal dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Indonesia mendukung pendapat ini. Budidaya dari tanaman murbei sudah dilakukan di Sumatera pada masa kerajaan Sriwijaya, sekitar abad 8. Setelah itu Aceh, khususnya tanah Gayo, merupakan daerah yang pernah menjadi penghasil sutera bermutu tinggi. Dewasa ini budidaya sutera terpusat di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

(8)

18 18 18

18 18 | TEKSTIL

D. BERAGAM BAHAN DASAR KAIN DI DAERAH

NUSANTARA

Di Nusantara, bahan baku untuk membuat baju dan kain cukup beragam. Serat alam yang mula-mula dikenal dan digunakan secara luas adalah kapas. Serat ini digunakan hampir di seluruh pelosok tanah air. Daya serapnya yang tinggi memudahkan untuk dicelup dalam aneka warna. Namun, ada juga daerah yang pada awalnya hanya menggunakan serat kulit kayu sebagai bahan baku kain.

Kain dari kulit kayu dibentuk melalui teknik kempa. Batang pohon diseset membentuk lembaran tipis kulit kayu. Lembaran ini kemudian dibasahi dan dipukul-pukul (dikempa) sampai lembut. Lembaran yang telah lunak dan lembut ini kemudian digunakan sebagai bahan dasar pakaian dan perlengkapan lainnya.

Di samping itu, ada pula bahan dasar lain yang digunakan untuk membuat pakaian, yaitu rajah tubuh atau tattoo. Bagi sebagian ma-syarakat Nusantara rajah tubuh adalah busana yang tidak kalah penting dengan busana yang terbuat dari kain atau kulit kayu. Bahan

Gambar 2.9: Baju dari kain kulit kayu (Sulawesi) Gambar 2.8: Kain kulit kayu

(9)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 1919191919

Gambar 2.10.A: Rajah tubuh (tattoo) dari suku hornbill dengan corak burung enggang

Gambar 2.10. B: Rajah tubuh (tattoo) dari suku Hornbill dengan corak burung

enggang

Gambar 2.10. C: Rajah tubuh (tattoo) dari suku hornbill dengan corak burung

enggang

Gambar 2.11: Batik Tuban yang dibuat dari kain katun buatan desa Kerek

Gambar 2.12:Selendang dari Sangir, Sulawesi Utara, terbuat dari serat

(10)

20 20 20

20 20 | TEKSTIL

dasar yang digunakan adalah cat yang berasal dari tanaman. Ke-biasaan merajah tubuh dapat ditemui, antara lain pada masyarakat Mentawai di Sumatera, dan suku Dayak di Kalimantan.

Sampai dengan abad 19, wilayah Nusantara berswasembada bahan katun. Tetapi dengan dimulainya politik tanam paksa pada masa penjajahan Belanda, pembudidayaan kapas mengalami kemunduran yang mencolok. Sejak itu, benang katun impor dari Amerika dan India menguasai pasar Nusantara. Setelah kemerde-kaan, berbagai upaya dan kebijaksanaan ditempuh untuk membang-kitkan kembali produksi kapas. Hal ini terlihat dari usaha pertanian tanaman ini di wilayah-wilayah Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lombok, Flores dan Sumbawa.

Kalau di daerah tersebut kapas dibudidayakan menurut cara mutakhir, maka beberapa daerah lainnya masih mengolahnya secara tradisional. Salah satu di antaranya adalah Tuban, tepatnya di desa Kerek. Di sana, pembuatan kain katun yang berawal dari proses penanaman, pengambilan buah kapas, penyisiran serat, pemintalan menjadi benang, sampai dengan penenunan, masih dilakukan secara tradisional. Kain yang dihasilkan berupa lembaran yang agak tebal, sedikit kasar, berbulu dan bertekstur. Sifat-sifat ini justru membuat tenunan terlihat indah dan unik sehingga menggugah kembali ke-nangan tentang tradisi tenun Nusantara sejak berabad yang lalu.

Jenis-jenis serat lain yang juga dapat ditemukan di Nusantara adalah serat rami, lontar, rafia, abaca dan serat nenas. Di abad 17 serat nenas sempat ditanam secara luas di Sulawesi. Serat itu kemudian berkembang di Sumatera yang pada abad 19 tercatat mengekspor rami ke negeri Belanda. Kain-kain adat dari benang gabungan serat daun lontar dengan katun dapat ditemui di wilayah kepulauan Tanimbar. Lalu, ada juga sejenis tumbuhan palma, yaitu Coryphaelata yang menghasilkan serat rafia. Serat ini dihasilkan melalui pencukuran daun lontar setelah tumbuhannya mencapai panjang sekitar satu meter dan lipatan daun belum terbuka. Setelah dikeringkan di bawah sinar matahari, serat rafia dipintal dan benangnya digunakan untuk menenun kain. Daerah-daerah yang menggunakan serat ini, antara lain Rote di Nusa Tenggara Timur, dan Toraja di Sulawesi.

(11)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 2121212121

Wilayah utara Nusantara, tepatnya di kepulauan Sangir dan Talaud, benang tenun dihasilkan dari pintalan serat Abaca. Abaca sebenar-nya adalah sejenis pisang-pisangan (musa textilis atau musa mindanensis) yang juga dikenal dengan nama Manila Hemp. Seratnya diambil dari pelepah daun yang terdapat di bagian tengah batang pohon. Pelepah bagian paling luar tidak digunakan karena umumnya kotor dan kaku. Adapun bagian yang terdalam terlalu lembut dan lemah. Serat koffo atau hoté, dalam bahasa penduduk setempat, dihasilkan melalui proses pemotongan pelepah menjadi pita-pita panjang. Pita-pita ini kemudian dipilah-pilah lagi menjadi serat-serat yang lebih halus. Pemilahan dilakukan menggunakan alat khusus yang sekaligus juga menghilangkan lendir yang masih terkandung di dalamnya. Kumpulan serat yang telah bersih dari segala kotoran dan lendir kemudian disisir dan dijemur di bawah terik matahari. Selain itu, ada juga serat nenas yang banyak dimanfaatkan suku Dayak Iban dan Kayan di Kalimantan. Suku Iban menggunakan benang serat ini untuk menjahit, sedangkan orang-orang Kayan menenunnya menjadi kain. Letak geografi Nusantara yang berada di tengah-tengah lalu lintas budaya dan perdagangan mancanegara menyebabkan ber-bagai bangsa menjadikannya tempat untuk berkiprah. Dari sekedar singgah sebelum melanjutkan perjalanan, atau berdagang, menye-barkan agama, sampai dengan keinginan untuk menetap dan mem-bina masa depan. Kenyataan ini membuahkan aneka masukan ten-tang bahan-bahan baru baik yang bisa dibudidayakan secara lokal, seperti kapas, sutera dan rami; maupun yang harus didatangkan dari luar, seperti bulu domba (wol). Selain itu juga diperkenalkan aneka bahan pelengkap lainnya, antara lain arguci (payet), manik-manik, cermin, dan yang tak kalah penting adalah benang emas dan perak.

E. BAHAN PEWARNA KAIN DI DAERAH

NUSANTARA

Wilayah Nusantara juga memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dalam penyediaan zat pewarna. Warna biru diperoleh dari

(12)

22 22 22

22 22 | TEKSTIL

tanaman tarum (Indigofera tinctora). Menurut dugaan, pengetahuan tentang zat pewarna ini diperoleh dari India. Namun bahan-bahannya juga tersedia di alam Nusantara, yaitu pada tum-buhan Indigofera sumatrana. Berbagai nuansa warna biru dari mu-da sampai tua mu-dapat dihasilkan mu-dari tanaman ini, bergantung pamu-da jumlah pencelupan yang dilakukan. Biru indigo selain umum dipakai pada kain adat di seluruh Nusantara, juga pernah menjadi ajang per-saingan dagang antara bangsa-bangsa penjajah di abad 18 dan 19, karena meningkatnya kebutuhan di negara-negara Eropa saat itu. Warna merah bisa diperoleh paling sedikit melalui dua cara, yaitu pengolahan kayu sepang (Caesalpinia sappan), dan mengkudu (Morinda citrifolia). Secara tradisional, kayu sepang menempati kedudukan terhormat karena dipercaya dapat membawa keber-untungan serta melindungi manusia dari malapetaka. Pengetahuan tentang pengolahan zat warna sepang ini diduga juga berasal dari India. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kayu sepang amat banyak diperdagangan oleh berbagai bangsa, seperti bangsa Tiong-hoa, India Melayu, Portugis dan Belanda. Kayu sepang menghasilkan warna merah cerah dengan cara mengupas pusat batang menjadi serpihan. Serpihan-serpihan ini kemudian direbus dalam air. Warna ini sebenarnya mudah luntur, namun dapat diatasi dengan men-campurkan tawas ke dalamnya. Selain itu, merah sepang juga digunakan untuk menambah kecerahan warna merah yang telah dicapai melalui pewarna alam lainnya, misalnya yang berasal dari mengkudu. Caranya adalah dengan mengoleskannya langsung pada bagian-bagian yang ingin dipertajam warnanya.

Mengkudu (Morinda citrifolia) adalah tumbuhan utama yang menghasilkan zat warna merah, ungu dan coklat. Tumbuhan itu le-bih banyak digunakan untuk kain tradisional Nusantara. Tanaman ini berasal dari wilayah Timur Tengah dan masuk ke Nusantara melalui India. Warna merah diperoleh dari akarnya. Akar ini ditumbuk dan dicampur dengan air dan tawas. Sebelum pewarnaan, benang atau kain yang akan diwarnai harus dicelup dalam minyak kemiri (Aleurites moluccana) untuk mencegah tawas mengering dan mengkristal di dalam jalinan benang.

(13)

BAHAN DASAR TEKSTIL NUSANTARA | 2323232323

Kompetensi Konsepsi

Kumpulkan beragam sisa kain yang berukuran 10 x 10 cm. Kemudian pilihlah 5 jenis yang berbeda bahan, corak, dan warnanya. 1. Telitilah potongan-potongan kain tersebut. Gunakan kepekaan inderamu dengan cara meraba permukaan kain, mencium baunya, mengamati tekstur, warna, dan coraknya. Diskusikan bersama teman-temanmu tentang perbedaan dan persamaan potongan-potongan kain tersebut. Setelah itu, kelompokkanlah berdasarkan jenis serat yang digunakan.

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

Bahan Dasar Tekstil Nusantara

Gambar 2.13: Daun dan buah mengkudu

(Morinda citrifolia)

Bahan pembuat warna kuning, paling banyak, berasal dari kunyit atau kunir (Cucurma domestica). Jika dicampur dengan be-berapa zat lainnya, kunyit juga dapat menghasilkan warna jingga, coklat dan bahkan juga hitam bila dicelup berulang-ulang dalam warna indigo, atau campuran indigo dan mengkudu. Hijau diperoleh dengan mencampur bahan celup indigo dengan kunyit. Sampai kini, zat-zat pewarna alami ini masih digunakan di beberapa daerah di Nusantara, seperti di pedalaman Kalimantan, Toraja, Nusa Tenggara, dan sebagainya.

(14)

24 24 24

24 24 | TEKSTIL

a. Apakah kain itu termasuk jenis serat alam, serat buatan, atau serat campuran?

b. Buatlah tabel tentang perbedaan dan persamaan potongan-potongan kain tersebut berdasarkan pengelompokkan jenis serat yang digunakan. Tulislah hasil pengamatanmu. c. Manakah jenis kain yang terbuat dari serat alam, serat

buatan, atau serat campuran. Buatlah kesimpulan atas hasil penelitianmu.

Kompetensi Apresiasi

2. Telitilah potongan-potongan kain tersebut dan gunakan perasaanmu. Pilihlah potongan kain yang menurutmu paling sesuai untuk cuaca panas. Jelaskan alasanmu mengapa kamu memilih potongan kain tersebut.

Gambar

Gambar 2.1: Proses pemintalan benang cara tradisional. Kumpulan serat diputar-putar (digintir/dipilin) menjadi benang.
Gambar 2.3: Contoh songket, kain lurik atau tenun ikat
Gambar 2.4:  Kain linen termasuk kain yang kuat, oleh karena itu sering digunakan sebagai
Gambar 2.5: Serat wol yang bersisik dan keriting
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan proses Pengadaan Langsung, maka telah diterbitkan Surat Penetapan Penyedia Barang/Jasa Nomor : 011/SETDA/PPB-PD1/VI/2013 pada tanggal

suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan

Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap hari datang untuk bekerjasama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan

Dalam penentuan harga OSK terdapat fitur-fitur yang dapat mengakomodasi kepentingan perusahaan dan kepentingan karyawan seperti misalnya fitur vesting period

Sehubungan dengan telah dilakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka sesuai dengan jadwal LPSE akan dilakukan pembuktian kualifikasi terhadap dokumen Kualifikasi

Alamat : Jalan.Karya Pasiran Telp: ( 0562 ) 633280 SINGKAWANG.. MATA PELAJARAN :

■ Legal opinion : pendapat hukum dari hasil pemeriksaan hukum (legal audit)  analisis permasalahan hukumnya... ■ Legal memorandum : Umumnya untuk tugas akademik  isinya