• Tidak ada hasil yang ditemukan

Renstra Dinas Sosial Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Renstra Dinas Sosial Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan bahwa Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam rangka menyelenggarakan pemerintahannya harus menyusun perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksud, disusun secara berjangka yang meliputi Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rncana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dimana selanjutnya setiap dokumen rencana pembangunan tersebut harus mampu dijabarkan oleh setiap SKPD yang berfungsi melaksanakan kebijakan teknis terkait pencapaian RPJMD dan RKPD.

Menindaklanjuti hal tersebut, maka setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) wajib untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD sebagai tindak lanjut dari RPJMD dan Rencana Kinerja Tahunan SKPD yang merupakan tindak lanjut dari dokumen RKPD. Dinas Sosial Kota Bandung sebagai salah satu SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Kota Bandung dan Rencana Kerja (Renja) yang merupakan dokumen rencana kerja per tahun.

Renstra Dinas Sosial Kota Bandung 2009-2013 ini merupakan revisi atas Renstra yang terdahulu, sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013 yang mengakibatkan perlu adanya penyesuaian atau revisi atas Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013.

Mekanisme pelaksanaan revisi Renstra SKPD ini mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

(2)

2 Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dalam Pasal 50 ayat (1) yang menyebutkan bahwa renacan pembangunan daerah dapat diubah dalam hal :

a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan proses perumusan dan substansi

yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

b. Terjadi perubahan yang mendasar;

c. Merugikan kepentingan nasional.

Selanjutnya dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka kerangka sistematika penyusunan Rencana Strategis Dinas Sosial ini telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan tersebut.

Renstra Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 merupakan penjabaran dari Visi dan Misi serta Program Dinas Sosial Kota Bandung yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun. Penyusunan Revisi Renstra Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 berpedoman pada Revisi RPJMD Kota Bandung Tahun 2009-2013 serta memperhatikan sumber daya dan potensi yang dimiliki, faktor-faktor keberhasilan, evaluasi pembangunan, serta isu-isu strategis yang berkembang.

1.2 Landasan Hukum

Landasan penyusunan Pencana Strategis Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 ini adalah :

1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34;

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan

(3)

3

7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 tentang Usaha Kesejahteraan

Sosial bagi Penderita Cacat;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1988 tentang Usaha Kesejahteraan

Sosial bagi Anak yang Bermasalah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah

Kabupaten/Kota;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

18. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 20/HUK/99 tentang Rehabilitasi Sosial

Bekas Penyandang Masalah Tuna Sosial;

19. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 50/HUK/2004 tentang Standarisasi

(4)

4

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Anak;

21. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Perlindungan Anak;

22. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 29 Tahun 2002 tentang Penanganan

dan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

23. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2007 tentang Urusan

Pemerintah Daerah Kota Bandung;

24. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2009;

25. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2008 tentang Susunan

Organisasi Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

26. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2011 tentang Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013;

27. Peraturan Walikota Bandung No. 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan guna mewujudkan visi dan misi Dinas Sosial Kota Bandung dalam menunjang Visi dan Misi Walikota Bandung dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.

(5)

5

1.3.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Renstra Dinas Sosial Kota Bandung adalah :

1. Sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan program pembangunan

bidang kesejahteraan sosial di Kota Bandung periode 2009-2013;

2. Sebagai pedoman bagi Dinas Sosial Kota Bandung dalam menyusun Rencana

Ketrja (Renja) periode 2009-2013;

3. Sebagai tolok ukur dalam penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

Walikota Tahunan dan Akhir Masa Jabatan.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 yakni :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen perencanaan, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan penyusunaan Renstra Dinas Sosial Kota Bandung.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Bab ini menjelaskan tentang peran (tugas dan fungsi) Dinas Sosial Kota Bandung dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Rencana Strategis periode sebelumnya, capaian program prioritas Dinas Sosial yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan akan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra Dinas Sosial Kota Bandung.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Bab ini memuat berbagai isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang.

(6)

6 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN

KEBIJAKAN

Bab ini menjelaskan visi dan misi Dinas Sosial Kota Bandung untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, yang disertai dengan tujuan dan sasarannya, strategi dan arah kebijakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Kota Bandung untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Selain itu juga diuraikan mengenai kebijakan umum yang akan diambil dalam pembangunan jangka menengah dan disertai dengan program pembangunan kesejahteraan sosial yang akan direncanakan.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR

KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Dalam bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif yang diperlukan selama 5 (lima) tahun.

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Dalam Bab ini diuraikan indikator yang akan dicapai melalui sejumlah program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2009-2013 sesuai target capaian kinerja pada Revisi RPJMD Kota Bandung Tahun 2009-2013.

BAB VII PENUTUP

Pada bagian ini merupakan ringkasan dari Rencana Strategis Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013.

(7)

7 BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung No. 475 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan Organisasi pada Dinas Daerah Kota Bandung, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung yakni :

A. Kepala Dinas

1. Kepala Dinas Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

pemerintahan di bidang sosial berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

2. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas Sosial mempunyai

fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis lingkup partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial;

c. pembinaan dan pelaksanaan di bidang partisipasi sosial dan masyarakat, rehabilitasi sosial, pelayanan sosial, dan pembinaan rawan sosial;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas.

B. Sekretariat

1. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala

Dinas Sosial lingkup kesekretariatan.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi :

a. perencanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan;

b. pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum dan kepegawaian, program dan keuangan;

(8)

8

d. pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan, evaluasi dan

pelaporan kegiatan Dinas;

e. pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang; dan

f. pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan kesekretariatan.

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian mempunyai fungsi :

a. penyusunan bahan rencana dan program pengelolaan lingkup administrasi

umum dan kepegawaian;

b. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan Dinas, penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;

c. pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan penyusunan

rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data mutasi, cuti, disiplin, pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai; dan

d. evaluasi dan pelaporan lingkup administrasi umum dan kepegawaian.

b. Sub Bagian Keuangan dan Program

1. Sub Bagian Keuangan dan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Sekretariat lingkup keuangan dan program;

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Keuangan dan

Program mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan dan

program kerja Dinas;

b. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan

penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data anggaran, koordinasi penyusunan anggaran, koordinasi

(9)

9 pengelola dan pengendalian keuangan dan menyusun laporan keuangan Dinas;

c. pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyusunan rencana,

penyusunan bahan, pemprosesan, pengusulan dan pengelolaan data kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana dan program dinas serta koordinasi pengendalian program; dan

d. pelaporan pelaksanaan lingkup kegiatan pengelolaan administrasi

keuangan dan program kerja Dinas.

C. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat

1. Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup partisipasi sosial dan masyarakat.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan

partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan

partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan so sial;

c. pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial;

d. pengkajian pemberian rekomendasi dan pemantauan penyelenggaraan

lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial; dan

e. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial, pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial.

(10)

10

a. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial

1. Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan dan Partisipasi Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Seksi Penyuluhan, Pemberdayaan

dan Partisipasi Sosial mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyuluhan, pemberdayaan

dan partisipasi sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan

partisipasi sosial;

c. pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan dan partisipasi sosial yang meliputi penyuluhan, pembinaan dan pendayagunaan partisipan sosial, lembaga sosial, dan organisasi sosial kemasyarakatan dalam penyelenggaraan pembangunan sosial, pendayagunaan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial PSKS), fasilitasi pemberian penghargaan di bidang sosial, serta pengembangan jaringan sistem informasi sosial; dan d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyuluhan, pemberdayaan

dan partisipasi sosial.

b. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial

1. Seksi Pengumpulan, Pengawasan Undian dan Sumbangan Sosial mempunyai

tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Partisipasi Sosial dan Masyarakat lingkup pengumpulan dan pengawasan undian dan sumbangan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pengumpulan, Pengawasan

Undian dan Sumbangan Sosial mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengumpulan, pengawasan

undian dan sumbangan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan

(11)

11 sumbangan sosial, serta fasilitasi, pembinaan dan pengawasan

penyelenggaraan undian;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pengumpulan, pengawasan undian dan sumbangan sosial.

D. Bidang Rehabilitasi Sosial

1. Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Rehabilitasi Sosial

mempunyai fungsi:

a. penyusunan rencana dan program lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup rehabilitasi tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

c. pelaksanaan dan fasilitasi rehabilitasi tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik; dan

d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup tuna sosial serta penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotika.

a. Seksi Tuna Sosial

1. Seksi Tuna Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

Bidang Rehabilitas Sosial lingkup tuna sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Tuna Sosial mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data rehabilitasi tuna sosial; b. penyusunan bahan petunjuk teknis rehabilitasi tuna sosial;

c. pelaksanaan rehabilitasi tuna sosial yang meliputi pembinaa tuna sosial, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi tuna sosial; dan

(12)

12

b. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik

1. Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik mempunyai tugas

pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Rehabilitas Sosial lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkoba

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Penyandang Cacat, Anak Nakal dan Korban Narkotik mempunyai fungsi:

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik;

c. pelaksanaan rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik yang meliputi pembinaa rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi penyandang cacat, anak nakal dan korban narkotik; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup penyandang cacat, anak nakal

dan korban narkotik.

E. Bidang Pelayanan Sosial

1. Bidang Pelayanan Sosial mempunnyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Kepala Dinas Sosial lingkup pelayanan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Pelayanan Sosial

mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban

bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial; dan

d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana, serta bantuan dan perlindungan sosial.

(13)

13

a. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana

1. Seksi Pelayanan Sosial dan Bantuan Korban Bencana mempunyai tugas

pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pelayanan Sosial dan

Bantuan Korban Bencana mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pelayanan sosial dan

bantuan korban bencana;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana;

c. pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan korban bencana yang meliputi pelayanan sosial terhadap balita anak dan lansia dan advokasi

terhadap korban tindak kekerasan, serta penyandang masalah

kesejaterahaan sosial (PMKS), pemetaan daerah rawan bencana, fasilitasi penyelenggaraan bantuan bagi korban bencana, peningkatan kualitas sumber daya manusia penanganan bencana; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pelayanan sosial dan bantuan

korban bencana.

b. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial

1. Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup bantuan dan perlindungan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Bantuan dan Perlindungan Sosial mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup bantuan dan perlindungan sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bantuan dan perlindungan sosial;

c. pelaksanaan lingkup bantuan dan perlindungan sosial yang meliputi pembinaan dan fasilitasi bantuan terhadap panti sosial asuhan anak, panti jompo, dan rumah perlindungan sosial anak, kerjasama dan fasilitasi

(14)

14 perlindungan sosial bagi perempuan, anak, remaja, lansia, korban tindak

kekerasan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia panti asuhan/jompo; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup bantuan dan perlindungan sosial.

F. Bidang Pembinaan Rawan Sosial

1. Bidang Pembinaan Rawan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Kepala Dinas Sosial lingkup pembinaan rawan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Pembinaan Rawan Sosial

mempunyai fungsi :

a. penyusunan rencana dan program lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial; dan

d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup pembinaan rawan

sosial anak dan remaja, serta pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.

a. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja

1. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pembinaan Rawan Sosial Anak dan Remaja mempunyai fungsi :

a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja;

(15)

15 b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial anak

dan remaja;

c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak dan remaja yang

meliputi pembinaan dan fasilitasi penanggulangan rawan sosial bagi anak terlantar, anak jalanan, gelandangan, dan remaja putus sekolah;

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial anak

dan remaja.

b. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha

Kesejahteraan Sosial

1. Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha

Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan Rawan Sosial lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.

2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Seksi Pembinaan Rawan Sosial Keluarga Fakir Miskin dan Usaha Kesejahteraan Sosial mempunyai fungsi : a. pengumpulan dan penganalisaan data lingkup pembinaan rawan sosial

keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan rawan sosial

keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial;

c. pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial yang meliputi pembinaan dan fasilitasi penanggulangan keluarga rawan sosial, fakir miskin, serta dan nilai-nilai kejuangan/kepahlawanan; dan

d. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup pembinaan rawan sosial keluarga fakir miskin dan usaha kesejahteraan sosial.

Sedangkan struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung dapat dilihat pada bagan berikut :

(16)

16

Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Bandung

(17)

17

2.2 Sumber Daya SKPD

Dinas Sosial Kota Bandung sebagai organisasi perangkat pemerintah daerah yang bertanggungjawab dan memiliki kewenangan dalam menyelenggarakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial di Kota Bandung dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tentunya perlu mengoptimalkan berbagai sumber daya baik sumber daya manusia maupun sarana penunjang yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung dalam mencapai target kinerja selama 5 (lima) tahun. Jumlah pegawai yang ada pada Dinas Sosial Kota Bandung saat ini sebanyak 45 orang. Untuk penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran tentang Data dan Komposisi Pegawai Dinas Sosial Kota Bandung sebagai berikut :

Komposisi Pegawai Dinas Sosial Kota Bandung berdasarkan Jabatan Struktural

NO SKPD Eselon Fungsional Pelaksana Jumlah

II III IV IV III II I

1. Dinas Sosial 1 5 10 - - 22 6 1 45

Komposisi Pegawai Dinas Sosial berdasarkan Pendidikan

NO SKPD Pendidikan Jumlah

S3 S2 S1 D3 SMA SMP SD

1. Dinas Sosial 1 1 25 4 13 1 - 45

Adapun sarana dan prasarana dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung dalam menunjang kinerja penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Bangunan gedung kantor sebanyak 2 (unit), yang terletak di Jl. Sindangsirna

No. 40 Bandung yang merupakan gedung kantor utama yang berfungsi sebagai kegiatan operasional kantor sehari-hari, dan bangunan kantor yang terletak di Jl. Cipamokolan yang berfungsi sebagai gudang dan operasional kegiatan kantor sewaktu-waktu.

2. Kendaraan operasional Dinas Roda 4 sebanyak 10 (sepuluh) unit;

3. Kendaraan operasional Dinas Roda 2 sebanyak 8 (delapan) unit;

4. Komputer yang digunakan untuk keperluan operasional kantor sehari-hari, serta peralatan kantor lainnya seperti filling cabinet, meja, kursi, lemari, dll.

(18)

18

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD

Kualitas hidup dan kesejahteraan umum Kota Bandung yang ditandai dengan relative tingginya Indeks Pembangunan Manusia (dalam hal ini pendidikan dan kesehatan), tidak serta merta melepaskan Kota Bandung dari berbagai permasalahan sosial di tingkat mikro. Berbagai permasalahan sosial yang berkembang di masyarakat pada tahun 2008 adalah balita terlantar (360 jiwa), anak terlantar (6.643 jiwa), anak korban tindak kekerasan (19 jiwa), anak jalanan (4.821 jiwa), anak cacat (484 jiwa), wanita rawan sosial ekonomi (5.868 jiwa), tuna susila (116 jiwa), pengemis (4.126 jiwa), gelandangan (948 jiwa), korban narkotika (363 jiwa), keluarga berumah tidak layak huni (27.041 keluarga), pengidap HIV-Aids (1.268 jiwa), dan lain sebagainya. Beberapa hal yang cukup menonjol anatara lain :

a. Peningkatan jumlah anak terlantar, keluarga miskin, keluarga dengan rumah tidak layak huni, dan pengidap HIV-Aids;

b. Penurunan jumlah anak jalanan, anak nakal, tuna susila, pengemis,

gelandangan, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;

Sampai dengan saat ini penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesejahteraan sosial Tingkat Kota untuk Kota Bandung masih belum disahkan/ditetapkan oleh Walikota Bandung walaupun telah terbit penetapan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia mengenai SPM Bidang Sosial melalui Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota sehingga tingkat keberhasilan atau capaian kinerja pelayanan Dinas Sosial Kota Bandung didasatrkan pada Indiaktor Kinerja Kunci (IKK). Adapun capain kinerja pelayanan Dinas Sosial Kota Bandung berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) Dinas Sosial Kota Bandung, sebagai berikut :

1. Jumlah sarana dan prasarana kesejahteraan sosial yang ada di Kota Bandung

sampai dengan tahun 2011 sebanyak 63 buah yang terdiri atas 48 buah Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA), 5 buah Panti Sosial Tresna Whredha (PSTW),

(19)

19 1 unit Panti Rehabilitasi Penyandang Cacat (PRPC), dan 9 buah Rumah

Perlindungan Sosial Anak (RPSA);

2. Penanganan atau pembinaan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) pada tahun 2011 sebesar 4,89% dari jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang ada di Kota Bandung;

3. Prosentase bantuan stimulan yang tersalurkan kepada para Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Bandung pada tahun

2011 sebesar 4,89% dari jumlah keseluruhan PMKS yang harus menerima bantuan berupa bantuan stimulan UEP atau KUBE.

(20)

20 Tabel 2.1

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kota Bandung

No Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi SKPD Target SPM Target IKK Target Indikator Lainnya Target Renstra SKPD Tahun Realisasi Capaian Tahun Rasio Capaian Pada Tahun 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1. Peningkatan peran kelembagaan dalam

pembangunan kesejahteraan sosial 50% 60% 70% 50% 60% 90% 100% 100% 128% 2. Jumlah penanganan keluarga miskin

untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

625 orang 1.125 orang 1.625 orang 285 orang 800 orang 1.920 orang 45% 71% 118% 3. Jumlah penanganan Tuna Susila untuk

peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

120 orang 180 orang 200 orang 154 orang 866 orang 1.066 orang 128% 481% 533% 4. Jumlah penanganan anak nakal korban

narkotika untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

40 orang 60 orang 80 orang 40 orang 120 orang 200 orang 100% 200% 250%

5. Jumlah penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

200 orang 300 orang 400 orang 240 orang 300 orang 440 orang 120% 100% 110%

6. Jumlah penanganan Anak Terlantar untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

900 orang 1.350 orang 1.800 orang 969 orang 2.616

orang 3.160 orang 107% 194% 176% 7. Jumlah penanganan Korban Trafficking

dalam Rumah Tangga untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

80 orang 120 orang 160 orang 90 orang 125 orang 145 orang 113% 104% 91%

8. Tahapan pembangunan Sarana Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

10% 30% 50% 10% 30% 36% 100% 100% 72%

9. Jumlah penanganan penyandang cacat untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

90 orang 140 orang 200 orang 154 orang 866 orang 1.066 orang 171% 618% 533% 10. Jumlah penanganan Lanjut Usia untuk

peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

300 orang 450 orang 600 orang 300 orang 479 orang 1.087 orang 100% 106% 181% 11. Jumlah partisipasi sosial dari PSKS 75 PSKS 90 PSKS 105 PSKS 151 PSKS 115 PSKS 225 PSKS 201% 128% 214%

(21)

21

dalam menunjang pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial

12. Jumlah penyerapan informasi

pembangunan kesejahteraan sosial 15 kecamatan 22 kecamatan 30 kecamatan

22 kecamatan 30 kecamatan 30 kecamatan 146% 136% 100% 13. Tersedianya bufferstock dan lauk pauk

untuk bantuan korban bencana 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 14. Tingkat partisipasi pilar

masyarakat/relawan dalam penanggulangan bencana

50% 75% 100% 100% 100% 100% 200% 133% 100% *Catatan : Capaian kinerja di atas tidak hanya bersumber dari APBD Kota, akan tetapi termasuk pendanaan yang bersumber dari APBD Provinsi dan

APBN

Tabel 2.2

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Sosial Kota Bandung

Uraian Anggaran pada Tahun Realisasi Anggaran Pada Tahun

Rasio antara Realisasi

dan Anggaran Tahun Rata-rata Pertumbuhan 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Peningkatan Kualitas PSKS

4.313.133.778 4.281.140.000 10.236.410.000 4.058.320.587 4.078.205.932 8.145.068.859 94% 95% 80% 365% 99% 239%

(22)

22

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial merupakan kewajiban dari setiap pemerintah kepada warga masyarakatnya, namun demikian penyelenggaraan kesejahteraan sosial bukanlah suatu hal yang mudah karena permasalahan yang terjadi di dalamnya jauh sangat kompleks. Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran garapan dari Dinas Sosial Kota Bandung ialah para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang sebagaian besar diantara mereka merupakan penduduk miskin yang tidak mampu menjalankan peran dan fungsi sosialnya di masyarakat secara wajar. Penyebab terjadinya berbagai permasalahan sosial yang diderita oleh para PMKS ini sangat bervariasi, hal tersebut kita dapat kelompokan ke dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu yang dikarenakan faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya kejadian bencana alam/sosial, kebijakan pemerintah, serta pengaruh lingkungan, sedangkan faktor internal diantaranya tingkat pendidikan yang rendah serta keterbatasan fisik atau mental yang dimiliki oleh seorang individu.

Tuntutan masyarakat terhadap pemerintah terkait pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial ini sangatlah tinggi karena selain dirasakan langsung oleh masyarakat juga berhasil atau tidaknya suatu proses pembangunan yang dilakukan oleh suatu pemerintahan ialah semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin pada daerah tersebut atau dengan kata lain warga masyarakatnya sejahtera. Tuntutan terhadap kinerja Dinas Sosial Kota Bandung tidak hanya muncul dari masyarakat akan tetapi juga dari pihak pemerintah pusat maupun provinsi, hal tersebut tercermin dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesejahteraan Sosial, dimana tujuan dari SPM tersebut ialah menselaraskan penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial sekaligus dalam rangka percepatan penuntasan permasalahan sosial di seluruh daerah di Indonesia sehingga menuntut pihak pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran serta sumber daya lainnya secara memadai guna mencapai target Standar Pelayanan Minimal.

Seluruh permasalahan yang dikemukakan di atas merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Dinas Sosial Kota Bandung dalam melaksanan tugas dan fungsinya sebagai organisasi perangkat daerah yang memiliki tugas dan fungsi

(23)

23 penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Bandung, karena dengan adanya

berbagai permasalahan tersebut Dinas Sosial Kota Bandung diharapkan akan mendapatkan berbagai kemudahan dalam upaya peningkatan jumlah anggaran maupun sarana dan prasarana guna peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung.

(24)

24 BAB III

ISU-ISU SRATEGIS

3.1 Identifikasi Permasalahan

Kualitas hidup dan kesejahteraan umum Kota Bandung yang ditandai dengan relative tingginya Indeks Pembangunan Manusia (dalam hal ini pendidikan dan kesehatan), tidak serta merta melepaskan Kota Bandung dari berbagai permasalahan sosial di tingkat mikro. Berbagai permasalahan sosial yang berkembang di masyarakat pada tahun 2008 adalah balita terlantar (360 jiwa), anak terlantar (6.643 jiwa), anak korban tindak kekerasan (19 jiwa), anak jalanan (4.821 jiwa), anak cacat (484 jiwa), wanita rawan sosial ekonomi (5.868 jiwa), tuna susila (116 jiwa), pengemis (4.126 jiwa), gelandangan (948 jiwa), korban narkotika (363 jiwa), keluarga berumah tidak layak huni (27.041 keluarga), pengidap HIV-Aids (1.268 jiwa), dsb. Beberapa hal yang cukup menonjol anatara lain :

c. Peningkatan jumlah anak terlantar, keluarga miskin, keluarga dengan rumah tidak layak huni, dan pengidap HIV-Aids;

d. Penurunan jumlah anak jalanan, anak nakal, tuna susila, pengemis,

gelandangan, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;

Dengan beberapa kecenderungan tersebut, beberapa tantangan

permasalahan sosial di Kota Bandung masih relatif sangat besar. Adapun data jumlah Penyandang Masalkah Kesejahteraan Sosial di Kota Bandung sampai dengan Tahun 2009, sebagai berikut :

Tabel 3.1

Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Tahun 2009

No Jenis PMKS Jumlah

1 Anak Terlantar 6.643 orang

2 Anak Balita Terlantar 360 orang

3 Anak Berhadapan dengan Hukum -

4 Anak Jalanan 4.821 orang

5 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 7.537 orang

(25)

25

7 Lanjut Usia Terlantar 2.575 orang

8 Penyandang Cacat 6.289 orang

9 Tuna Susila 511 orang

10 Pengemis 4.126 orang

11 Gelandangan 948 orang

12 Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan 282 orang

13 Korban Penyalahgunaan Napza 363 orang

14 Keluarga Fakir Miskin 84.287 kk

15 Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 6.395 kk

16 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 2.967 kk

17 Komunitas Adat Terpencil -

28 Korban Bencana Alam 1.823 jiwa

19 Korban Bencana Sosial 1.176 jiwa

20 Pekerja Migran Bermasalah Sosial 13 orang

21 Orang dengan HIV/Aids 2.168 orang

22 Keluarga Rentan -

23 Anak Bermasalah Sosial Psikologis -

24 Waria -

25 Trafficking -

3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Walikota dan Wakil Walikota

Bandung

Sebagaimana diketahui bahwa Visi Kota Bandung Tahun 2009-2013 ialah “Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat”, dimana kota bermartabat diartikan sebagai kota yang memilikki jati diri, harga diri, dan kebanggaan seluruh warganya, memiliki pelayanan publik prima tanpa membedakan status. Arah visi tersebut adalah memerankan Kota Bandung sebagai Kota Jasa. Kota Bandung sebagai pusat pertumbuhan sektor jasa yang memberikan manfaat bagi warga Bandung khususnya, Jawa Barat dan Nasional pada umumnya.

Berdasarkan Visi Kota Bandung tersebut kemudian dijabarkan ke dalam Misi Kota Bandung Tahun 2009-2013, adapun Misi tersebut yaitu :

(26)

26

1. Mengembangkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, berakhlak,

professional, dan berdaya saing;

2. Mengembangkan perekonomian kota yang berdaya saing dalam menunjang

penciptaan lapangan kerja dan pelayanan publik serta meningkatkan peranan swasta dalam pembangunan ekonomi kota;

3. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengembangkan budaya kota yang

tertib, aman, kreatif, berprestasi, dalam menunjang Kota Jasa Bermartabat;

4. Menata Kota Bandung menuju metropolitan terpaduyang berwawasan

lingkungan;

5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota yang efektif, efisien, akuntabel, dan transparan dalam upaya meningkatkan kapasitas pelayanan kota metropolitan

6. Meningkatkan kapasitas pengelolaan keuangan dan pembiayaan

pembangunan kota yang akuntabel dan transparanm dalam menunjang sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Berdasarkan penjabaran atas Misi Kota Bandung Tahun 2009-2013 di atas, penyelenggaraan pelayanan dalam kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung terkait dengan misi ke-3 yaitu Meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengembangkan budaya kota yang tertib, aman, kreatif, berprestasi, dalam menunjang Kota Jasa Bermartabat yang memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

b. Meningkatkan sinergitas pelestarian budaya local antara pemerintah, pelaku budaya, dan masyarakat;

c. Meningkatkan prestasi kepemudaan dan olahraga;

d. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan

sosial;

e. Meningkatkan mutu kerjasama diantara semua pemangku kepentingan dalam

pembangunan Kota Bandung.

Berdasarkan paparan mengenai tujuan dari Misi ke-3 di atas, Dinas Sosial secara langsung terkait dengan tujuan pada huruf d yaitu “Meningkatkan kepekaan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sosial” dengan sasaran meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap para Penyandang Masalah

(27)

27 Kesejahteraan Sosial (PMKS). Adapun indikator dari sasaran tersebut ialah

tingkat kepedulian masyarakat terhadap para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Dengan adanya sasaran dan indikator sasaran tersebut, maka Dinas Sosial Kota Bandung sebagai penyelenggara pelayanan bidang sosial menitikberatkan seluruh program dan kegiatan guna mencapai indikator sasaran tersebut. Pencapaian suatu indikator sasaran tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor pendorong dan penghambat yang baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pencapaian tujuan. Dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), Dinas Sosial Kota Bandung masih mengalami beberapa hambatan diantaranya masih rendahnya penyerapan informasi kesejahteraan sosial oleh warga masyarakat, peningkatan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang relatif tinggi setiap tahunnya, ketidaksinergisan penanganan masalah sosial yang dilaksanakan oleh para pemangku jabatan, dan penanganan masalah sosial yang masih secara parsial.

Di samping faktor penghambat di atas, faktor pendorong pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya ialah peranan mitra kerja Dinas Sosial Kota Bandung yang dikenal dengan sebutan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) yang terdiri dari Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat, Organisasi Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Taruna Siaga Bencana, dan lain sebagainya yang cukup besar dalam membantu penanggulangan masalah sosial di lapangan.

3.3 Telaahan Rencana Strategis Dinas Sosial Kota Bandung

Dinas Sosial Kota Bandung sebagai penyelenggara kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial di Kota Bandung tentunya wajib menyusun program dan kegiatan yang dapat mendukung ketercapaian target kebijakan Pemerintah Kota Bandung khususnya yang terkait dengan pelayanan kesejahteraan sosial sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2009-2013. Perwujudan dari rencana pencapaian

(28)

28 target RPJMD tersebut diimplementasikan dalam bentuk Rencana Strategis

(Renstra) Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013.

Tujuan dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial berdasarkan Restra Dinas Sosial Kota Bandung ialah mewujudkan kesejahteraan sosial di masyarakat melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesejahteraan sosial kepada masyarakat khususnya para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) serta peningkatan peran serta atau partisipasi aktif kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada di Kota Bandung. Untuk mencapai sasaran tersebut tentunya Dinas Sosial Kota Bandung membutuhkan dukungan berbagai macam sumber daya, seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta dukungan anggaran yang memadai.

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun 2011-2031 yang merupakan arahan kebijakan dan strategi ruang wilayah Kota Bandung yang bersifat spasial. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung memiliki fungsi sebagai berikut :

a. penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi dan Kota; serta

b. acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan

masyarakat untuk mengarahkan lokasi kegiatan dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang kota.

Adapun kedudukan dari RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031 yaitu sebagai pedoman bagi :

a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

rencana rinci tata ruang kota, dan rencana sektoral lainnya;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kota;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor, antar daerah, dan antar pemangku kepentingan;

(29)

29 e. penataan ruang kawasan strategis kota.

Kebijakan penataan ruang kota yang ditetapkan melalui RTRW merupakan suatu kebijakan yang bersifat spasial yang perlu ditindaklanjuti dengan kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat non-spasial seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Strategis (Renstra) pada SKPD. Dengan ditetapkannya RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031 tentunya baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap berbagai kebijakan yang ada di bawahnya, salah satunya Rencana Strategis (Renstra) SKPD 2009-2013. Begitu pula halnya dengan Renstra Dinas Sosial Kota Bandung, dimana secara langsung atau tidak langsung akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan atau ketentuan yang ada dalam dokumen RTRW Kota Bandung, karena ketentuan RTRW pasti akan berdampak terhadap kehidupan sosial.

Beberapa hal yang perlu kita cermati dengan adanya dokumen RTRW ini adalah faktor penghambat dan pendorong terkait pelayanan bidang sosial di Kota Bandung. Adapun faktor pendorong dengan adanya dokumen RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031 terhadap pelayanan bidang sosial, antara lain :

a. peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana pemadam kebakaran,

hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kerugian yang diderita dari bencana kebakaran

b. Pembagian wilayah kota menjadi 8 (delapan) sub wilayah kota yang

diharapkan dapat dapat memperluas jaringan pelayanan terhadap masyarakat, sehingga dapat terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat.

c. Pengembangan jalur evakuasi bencana beserta langkah-langkah rencana

penanganan kawasan rawan bencana longsor/gerakan tanah, kebakaran, banjir, gempa bumi, dan letusan gunung api.

d. Pengembangan dan peningkatan jaringan drainase yang dapat diharapkan

mengurangi jumlah kawasan rawan banjir yang ada di Kota Bandung

e. Adanya pengembangan kawasan yang mengatur tentang sektor informal.

f. Pengembangan wilayah kota yang terkonsentrasi di bagian timur,

(30)

30 pelayanan terpadu kesejahteraan sosial yang berlokasi di Keluarahan Derwati,

Kecamatan Rancasari.

Selain adanya faktor pendorong terhadap pelayanan bidang sosial, dokumen RTRW juga memiliki faktor penghambat terhadap pelayanan bidang sosial, antara lain :

a. Dengan adanya rencana pengembangan jalan Tol Soreang dan Pasirkoja,

tentunya hal ini akan mengakibatkan pergerakan ekonomi atau masyarakat di daerah kabupaten bandung ke Kota Bandung akan semakin intensif, sehingga persaingan ekonomi antara warga Kota Bandung dengan warga di Luar Kota Bandung akan semakin tinggi. Yang pada akhirnya dapat menambah permasalahan sosial yang ada di Kota Bandung.

b. Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat sekaligus sebagai pusat perekonomian Jawa Barat akan memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar Kota Bandung (cekungan Bandung) bahkan di luar cekungan Bandung untuk berusaha memperoleh penghidupan yang layak di Kota Bandung. Hal ini juga tentunya dapat meningkatkan permasalahan sosial yang ada di Kota Bandung, terutama permasalahan PMKS Jalanan (Gelandangan, pengemis, anak jalanan, dan Wanita Tuna Susila) di Kota Bandung.

3.5 Penentuan Isu-isu Strategis

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, dikemukakan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal disini ialah kebijakan pemerintah Kota Bandung dalam bidang lain yang sekiranya memiliki dampak atau mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja pelayanan sosial yang dilaksanakan Dinas Sosial Kota Bandung serta sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Bandung, sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal disini ialah kebijakan pemerintah pusat atau provinsi menyangkut pembangunan atau penyelenggaraan kesejahteraan sosial atau faktor-faktor lain di luar faktor internal.

(31)

31 Setelah memepelajari beberapa dokumen rencana yang diyakini dapat

mempengaruhi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Bandung diantaranya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2009-2013, Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah (RTRWD) Kota Bandung Tahun 2011-2031 diketemukan beberapa faktor pendorong dan penghambat terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana telah diungkapkan pada bagian sebelumnya.

Hasil penelaahan terhadap beberapa dokumen perencanaan yang terkait terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial berupa faktor pendorong dan faktor penghambat yang perlu disikapi dengan cara menerapkan strategi guna menindaklajuti faktor-faktor penghambat dan memanfaatkan faktor-faktor pendorong dalam mengoptimalkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Bandung yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung atau dengan kalta hal-hal tersebut merupakan isu-isu strategis yang perlu ditindaklanjuti oleh Dinas Sosial Kota Bandung. Isu-isu strategis yang perlu ditindaklajuti oleh Dinas Sosial Kota Bandung terkait penyelenggaraan kesejahteraan sosial melalui Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Kota Bandung Tahun 2009-2013 sebagai berikut : 1. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial melalui

pembangunan Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terpadu.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terutama permasalahan PMKS Jalanan.

3. Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan terhadap PMKS yang

dilaksanakan oleh Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS), khususnya pembinaan terhadap Karang Taruna, PSM, dan Organisasi Sosial yang jumlah sangat besar di Kota Bandung.

4. Perwujudan Misi Walikota Bandung untuk mewujudkan kesejahteraan sosial

(32)

32 BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG

4.1 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Bandung

Sebagaimana diketahui bahwa Visi Kota Bandung yaitu “Meningkatkan Peran Serta Kota Bandung sebagai Kota Jasa menuju Terwujudnya Kota yang Bermartabat (Bersih, Makmur, Taat, dan Bersahabat)”, maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut salahsatunya diperlukan suasana yang kondusif dan kehidupan sosial kemasyarakatan yang berkeadilan sosial serta ditandai dengan adanya kesejahteraan sosial masyarakat yang semakin meningkat dan pada gilirannya dapat menunjang peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan dan program pembangunan daerah.

Berdasarkan hal tersebut, maka Visi Dinas Sosial Kota Bandung adalah “Kesejahteraan Sosial dari, oleh, dan untuk Masyarakat menuju Bandung yang Bermartabat “ .

Berdasarkan Visi Dinas Sosial Kota Bandung tersebut di atas, maka Dinas Sosial Kota Bandung menjabarkannya ke dalam Misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan kesejahteraa n sosial melalui peningkatan partisipasi sosial dan

masyarakat, dimana terdapat peran aktif dari masyarakat dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial secara komprehensif;

b. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan rehabilitasi sosial guna memulihkan ketidakberdayaan masayarakat dalam melaksanakan fungsi sosialnya;

c. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pelayanan sosial, yang

mengandung pengertian optimalisasi pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

d. Mewujudkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan terhadap pembinaan rawan sosial keluarga dan anak.

Penjelasan arti dan makna misi Dinas Sosial sebagaimana dimaksud di atas, yakni :

(33)

33

a. Meningkatkan peran serta/partisipasi masyarakat dalam penanganan masalah

kesejahteraan sosial melalui Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang berada di lingkungan masyarakat

b. Peningkatan rehabilitasi sosial mengandung makna pemulihan fungsi sosial para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Gelandangan, pengemis, Wanita Tuna Susila, Korban Narkotika, HIV-Aids, Penyandang Cacat, dan Eks-Narapidana) melalui pola penanganan dalam panti dan luar panti, sehingga memiliki kembali fungsi sosialnya dan dapat bermasyarakat secara wajar.

c. Peningkatan pelayanan sosial, mengandung pengertian optimalisasi

pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial melalui penanganan dalam panti maupun luar panti, bantuan bagi korban bencana, dan bantuan bagi orang terlantar dalam perjalanan.

d. Pembinaan terhadap rawan sosial keluarga dan anak, mengandung pengertian

pemberian pelatihan keterampilan dan bantuan usaha bagi keluarga dan anak sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar.

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Sosial Kota Bandung

4.2.1 Tujuan

Berbagai usaha penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terhadap Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

3. Meningkatnya kualitas dan peran serta Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

(34)

34

4.2.2 Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai oleh Dinas Sosial Kota Bandung, yang merupakan penjabaran dari tujuan penyelenggaraan pembangunan bidang kesejahteraan sosial ialah :

1. Meningkatnya upaya masyarakat dan lembaga sosial dalam pembangunan

kesejahteraan sosial;

2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fakir miskin serta

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lainnya dalam mewujudkan kesejahteraan sosial secara mandiri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar;

3. Terlayaninya, terlindunginya, dan tersantuninya Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya;

4. Tersedianya tempat penampungan dan pembinaan bagi Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial;

5. Tercapainya kemandirian dan kesejahteraan bagi penyandang cacat;

6. Meningkatnya partisipasi sosial dan kualitas Potensi dan Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial;

7. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pembangunan bidang

kesejahteraan sosial;

8. Tersedianya bantuan tanggap darurat bencana;

9. Meningkatnya partisipasi pilar masyarakat/relawan dalam penanggulangan

bencana.

Untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara tujuan, sasaran, indikator sasaran serta target capaian kinerja dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut :

(35)

35 Tabel 4.1

Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Sosial Kota Bandung

No. Tujuan Sasaran Indikator Sasaran

Target Kinerja Sasaran pada Tahun

2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial Meningkatnya upaya masyarakat dan lembaga sosial dalam pembangunan kesejahteraan sosial Peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan kesejahteraan sosial 80% 100% 2. Meningkatkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan fakir miskin, dan PMKS lainnya dalam mewujudkan kesejahteraan sosial secara mandiri dan dapat melaksanakan fungsi dan sosialnya secara wajar

Jumlah penanganan keluarga miskin untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

250 KK 300 KK

Jumlah penanganan Tuna Susila untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

300 orang 360 orang

Jumlah penanganan anak nakal korban narkotika untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

100 orang 120 orang

Jumlah penanganan Wanita Rawan Sosial Ekonomi untuk

peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

125 orang 150 orang Terlayaninya, terlindunginya, dan tersantuninya PMKS dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya

Jumlah penanganan Anak Terlantar untuk

pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

200 orang 250 orang

Jumlah penanganan Korban Trafficking dalam Rumah Tangga untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

25 orang 30 orang Tersedianya tempat penampungan dan pembinaan bagi PMKS Tahapan pembangunan Sarana Pembinaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Selesai pengurugan Mulai konstruksi

Jumlah pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial : Waria dan WTS

250 orang 300 orang

Jumlah pembinaan eks penyandang penyakit

(36)

36

sosial : Gelandangan dan Pengemis

Jumlah Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial : ANKN 60 orang 60 orang Tercapainya kemandirian dan kesejahteraan Penyandang Cacat Jumlah penanganan penyandang cacat untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

275 orang 325 orang

Jumlah penanganan Lanjut Usia untuk peningkatan fungsi sosial melalui pembinaan, bimbingan, dan pelatihan

200 orang 200 orang

3. Meningkatnya kualitas dan peran serta Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial Meningkatnya partisipasi sosial dan kualitas PSKS dalam pelaksanaan Usaha Kesejahteraan Sosial

Jumlah partisipasi sosial dari PSKS dalam menunjang pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial

300 orang 300 orang Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pembangunan bidang kesejahteraan sosial Jumlah penyerapan informasi pembangunan kesejahteraan sosial 30 kecamatan 30 kecamatan 4. Meningkatnya pelayanan dalam penanggulangan bencana Tersedianya bantuan tanggap darurat bencana Tersedianya bufferstock dan lauk pauk untuk bantuan korban bencana

100% 100% Meningkatnya partisipasi pilar masyarakat/relawan dalam penanggulangan bencana

Tingkat partisipasi pilar masyarakat/relawan dalam penanggulangan bencana

100% 100%

4.3 Strategi dan Kebijakan Dinas Sosial Kota Bandung

Guna mencapai seluruh sasaran yang ditetapkan oleh Dinas Sosial Kota Bandung melalui Rencana Strategis Tahun 2009-2013, maka Dinas Sosial Kota Bandung merapkan strategi dengan menyusun beberapa kebijakan terkait penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Kota Bandung melalui beberapa program dan kegiatan. Adapun jenis program dan kegiatan yang diterapkan oleh Dinas Sosial Kota Bandung sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu :

(37)

37

1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan

Penyandang Masalah Sosial lainnya, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin

b. Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah sosial lainnya

2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pelayanan dan perlindungan sosial hukum bagi korban perdagangan

perempuan dan anak

b. Pelaksanaan KIE Konseling dan kampanye sosial bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial

c. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial bagi PMKS

d. Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS

e. Penanganan masalah-masalah strategis cepat tanggap darurat dan

kejadian luar biasa

3. Program Pembinaan Anak Terlantar, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak terlantar

b. Pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar

4. Program pembinaan para penyandang cacat dan eks-trauma yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks-trauma

b. Pendayagunaan penyandang cacat dan eks-trauma

c. Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan pendidik

5. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Operasi dan pemeliharaan saranan dan prasarana panti asuhan/jompo

b. Pendidikan dan pelatihan bagi penghuni panti asuhan/panti jompo

6. Program Pembinaan Eks-Penyandang Penyakit Sosial (Eks-Narapidana, PSK,

Narkoba dan Penyakit Sosial lainnya), yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

(38)

38 a. Pendidikan dan pelatihan keterampilan berusaha bagi eks penyandang

penyakit sosial

b. Pemberdayaan eks penyandang penyakit sosial

c. Pemantauan kemajuan perubahan sikap mental dan perilaku

eks-penyandang penyakit sosial

d. Pembangunan pusat bimbingan/konseling bagi eks penyandang penyakit

sosial

7. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial, yang terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu :

a. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

b. Peningkatan jaringan kerjasama pelaku-pelaku usaha kesejahteraan sosial

c. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat

(39)

39 BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Sebagaimana dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, Dinas Sosial Kota Bandung menerapkan berbagai program dan kegiatan yang dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut. Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai keterkaitan antara tujuan, sasaran, indikator sasaran dan program serta kegiatan Dinas Sosial Kota Bandung beserta jumlah besaran dana yang diperlukan guna menunjang pelaksanaan kegiatan dan pencapaian target kinerja Dinas Sosial Kota Bandung melalui tabel berikut:

(40)

40 Tabel 5.1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Sosial Kota Bandung

Tujuan Sasaran Indikator

Sasaran Kode Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output) Data Capaian pada Tahun 2008

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Lokasi

Tahun 2012 Tahun 2013 Kondisi Kinerja pada akhir periode

Renstra SKPD

Target Rp Target Rp Target Rp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 13 Sosial 18,497,687,715 46,485,000,000 - 64,982,687,715 Terwujudnya kesejahteraan sosial di masyarakat Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan sosial terhadap masyarakat khususnya para penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Jumlah dan kualitas pelayanan sosial berupa pembinaan, pelatihan keterampilan dan bantuan stimulan bagi masyarakat khususnya PMKS 1 13 15 Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan PMKS lainnya Meningkatnya jumlah keluarga miskin dan Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) yang mandiri 625,000,000 800,000,000 1,425,000,000 Kota Bandung 1 13 15 Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin Penyelenggaran bimbingan sosial dan pemberian bantuan stimulan bagi keluarga miskin berupa bantuan modal usaha UEP-KUBE 125 KK 300 KK 575,000,000 300 KK 600,000,000 725 orang 1,175,000,000 Kota Bandung 1 13 15 Pelatihan ke terampilan bagi penyandang Masalah Sosial Penyelenggaran bimbingan sosial dan pemberian bantuan stimulan bagi WRSE berupa bantuan modal usaha UEP-KUBE

100 orang 100 org 50,000,000 150 orang 200,000,000 350 orang 250,000,000 Kota

Bandung 1 13 16 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Meningkatnya kualitas pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial 848,730,000 1,575,000,000 2,423,730,000 Kota Bandung

(41)

41

1 13 16

Pelayanan dan perlindungan sosial hukum bagi korban perdagangan perempuan dan anak Bimbingan sosial dan pemberian bantuan stimulan bagi korban tindak kekerasan/traffic king berupa bantuan modal usaha

40 orang 40 org 25,000,000 30 orang 100,000,000 70 orang 125,000,000 Kota

Bandung 1 13 16 Pelaksanaan KIE, Konseling dan kampanye sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyebarluasan informasi kepada masyarakat mengenai penanggulangan PMKS dan penyelenggaraa n kesejahteraan sosial

30 Kecamatan 50,000,000 30 kecamatan 75,000,000 30 kecamatan 125,000,000 Kota

Bandung 1 13 16 Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial bagi PMKS Sosialisasi Perda Penyelenggaraa n Kesejahteraan Sosial di Kota Bandung 30

Kecamatan 30 kecamatan 73,730,000 300 orang 200,000,000 30 kecamatan 273,730,000

Kota Bandung 1 13 16 Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Penyusunan kajian tentang penanggulangan PMKS Jalanan di Kota Bandung 1 Perda Kesejahtera an Sosial 1 dokumen Revisi Perda Kesejahteraan Sosial 250,000,000 1 dokumen kajian tentang penanggulangan PMKS Jalanan 300,000,000 1 Dokumen Perda Kesos &

1 Dokumen Kajian penanganan PMKS Jalanan 550,000,000 Kota Bandung

(42)

42 1 13 16 Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa

1. Pemberian bantuan bagi korban bencana 2. Pemulangan Orang Terlantar dalam perjalanan di Kota Bandung ke daerah asal 3, Pemantapan TAGANA 4. Sosialisasi penanganan dan penanggulangan bencana bagi para Ketua RW di lokasi Rawan Bencana 5. Sosialisasi penanganan dan penanggulangan bencana bagi siswa/i SMU di Kota Bandung 100% 100% dan 100 orang Tagana 450,000,000 100% dan 65 orang anggota Tagana, 250 orang Ketua RW, 52 orang Siswa/i SMU 900,000,000 100% dan 65 orang anggota Tagana, 250 orang Ketua RW, 52 orang Siswa/i SMU 1,350,000,000 Kota Bandung 1 13 17 Program Pembinaan Anak Terlantar Terselenggaran ya pembinaan terhadap anak terlantar 1,000,000,000 700,000,000 1,700,000,000 Kota Bandung 1 13 17 Pelatihan keterampilan dan belajar Kerja bagi anak terlantar Pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan stimulan bagi anak terlantar 450 orang

500 orang 900,000,000 125 orang 500,000,000 1.075 orang 1,400,000,000 Kota

Bandung 1 13 17 Pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar Pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan stimulan bagi anak terlantar

100 orang 100,000,000 125 orang 200,000,000 225 orang 300,000,000 Kota

Bandung

1 13 18

Program Pembinaan para Penyandang Cacat dan Eks-Trauma Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelayanan bagi penyandang cacat 510,000,000 1,200,000,000 1,710,000,000 Kota Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Pastikan untuk membersihkan dengan kain segala gemuk yang melekat pada bagian pemasangan kabel dalam ketika melewatkan kabel dalam melalui selubung luar.. Jika gemuk melekat

Metode demonstrasi dilakukan apabila di sekolah peralatan yang dimiliki kurang memadai untuk digunakan oleh siswa secara individu ataupun kelompok.. showing

Oleh sebab itu tidak ada gunanya menguasai informasi yang telah usang, Selain itu sistem yang terkomputerisasi juga sangat diperlukan tidak hanya perusahaan besar

Perilaku asertif adalah pengungkapan diri secara terbuka, tegas dan bebas atas perasaan positif dan negatif maupun tindakan mempertahankan hak mutlak dengan tetap

Terkait dengan perlindungan hukum, korban tindak pidana perkosaan banyak yang telah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak, yang disebabkan oleh

Laporan Keuangan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh yang terdiri dari: (a) Laporan Realisasi Anggaran, (b) Neraca, (c) Laporan Operasional, (d) Laporan Perubahan

Jika almarhum/ah tidak mempunyai ahli waris, maka rumah tersebut bisa dijual atau disewakan kepada warga Kampung Naga yang tinggal di wilayah Kampung Naga, warga keturunan