• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Model Pembelajran Snowball Throwling Kelas V C SDN Kesatrian 1. kunci yang digunakan dalam penelitiannya Edy Budianto adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Model Pembelajran Snowball Throwling Kelas V C SDN Kesatrian 1. kunci yang digunakan dalam penelitiannya Edy Budianto adalah"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Sejenis Yang Relevan

Data yang diperoleh oleh peneliti dari situs internet yang digunakan sebagai bahan acuan metode pembelajaran adalah penelitian yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Isi Teks Cerita Rakyat Melalui Model Pembelajran Snowball Throwling Kelas V C SDN Kesatrian 1 Kota Malang”dilakukan oleh Edy Budianto. Penelitian ini dilakuakn sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana dari Universitas Malang. Kata kunci yang digunakan dalam penelitiannya Edy Budianto adalah ketrampilan menyimak dan metode Snowball Throwling relevansi isi penelitian ini dapat disimpulkan Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Pengenalan Bahasa Indonesia yang ideal dapat dilakukan mulai dari lingkungan keluarga. Penggunaan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga menjadikan anak-anak terbiasa mendengar (menyimak) dan berbicara dalam Bahasa Indonesia. Sehubungan dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan sehari-hari, utamanya dalam proses pembelajaran, secara otomatis manusia sebagai pengguna bahasa tersebut harus memiliki keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat komponen yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

(2)

Keterampilan menyimak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, karena keterampilan menyimak merupakan dasar pengembangan keterampilan bahasa yang lain. Oleh karena itu, keterampilan menyimak perlu dibinakan sejak dini melalui pendidikan sekolah dasar. Salah satu pendukung pembelajaran keterampilan menyimak adalah adanya model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran berfungsi sebagai acuan atau tolak ukur bagi guru untuk merencanakan pembelajaran maupun implementasinya di dalam kelas.

Peneliti menemukan berbagai masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam keterampilan menyimak siswa kelas V C kurang mampu memahami isi dari apa yang telah disimak, sehingga siswa tidak dapat mengungkapkan maksud dari hasil simakan baik secara tertulis maupun lisan. Selain itu nilai siswa kelas V C dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak masih kurang, terbukti dengan hasil nilai pre tes yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwling untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada keterampilan menyimak isi teks cerita rakyat, (2) Mendiskripsikan penggunaan model pembelajaran Snowball Throwling untuk meningkatkan keaktifan siswa pada keterampilan menyimak isi teks cerita rakyat.

(3)

Rancangan penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas V C SDN Kesatrian 1 Kota Malang. Materi cerita rakyat semester I Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006. Data yang diperoleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwling dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam keterampilan menyimak isi teks cerita rakyat. Hasil penelitian dikemukakan sebagai berikut. (1) Nilai rata-rata hasil belajar pada pra tindakan adalah 60,97, siklus I mencapai 71,29 dan siklus II sebesar 88,06 atau mengalami peningkatan skor pada siklus II sebesar 16,77 (23,52%), (2) Rata-rata keaktifan siswa pada siklus I 67% dengan kriteria cukup, kemudian mengalami peningkatan 33%, sehingga rata-rata skor keaktifan siswa pada siklus II mencapai 100% dengan kriteria sangat baik.

Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, keterampilan menyimak isi teks cerita rakyat dapat diukur melalui tes respon pilihan ganda. Model pembelajaran Snowball Throwling mampu membuat siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran, karena model tersebut sangat sesuai dengan karakteristik anak-anak usia sekolah dasar yaitu senang bermain. Dengan model pembelajaran Snowball Throwling siswa dapat

(4)

mengungkapkan kembali hasil simakan baik secara tertulis maupun lisan dengan hasil yang maksimal. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwling dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan menyimak isi teks cerita rakyat Kelas V C SDN Kesatrian 1 Kota Malang mengalami peningkatan.

Sebagai saran kepada guru dan sekolah sebaiknya lebih meningkatkan pembelajaran menyimak khususnya isi cerita rakyat agar siswa lebih terampil dalam mengungkapkan kembali isi cerita yang telah disimak dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwling. Oleh karena itu peneliti ingin menggunakan metode Snowball Throwling dalam penelitiannya bertujuan akan meningkatkan nilai yang didapat oleh siswa di kelas VIII A SMP Negeri 1Kemangkon Tahun Ajaran 2010-2011.

2. Pengertian Keterampilan Menyimak

Setiap keterampilan itu erat berhubungan dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berfikir (Dawson dalam Tarigan, 1986: 2).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyimak memiliki arti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang lain. Sedangkan pada Kamus Umum Bahasa Indonesia

(5)

menyimak adalah mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Anderson dalam Tarigan, 1980: 28) dan dimaknai mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Sedangkan menurut Tarigan sendiri menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi. Serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

3. Tahap-Tahap Menyimak

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah dasar, Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu dapat dilukiskan sebagai berikut:

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenal dirinya.

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.

c. Setengah menyimak karena tergangguh oleh kegiatan menganggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.

d. Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyera atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting. Jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

e. Menyimak sekali-sekali, menyimak sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian karena seksama berganti dengan keasyikan lain;

(6)

hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.

f. Menyimak asosiatif: hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.

h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara, dan.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran,

pendapat dan gagasan sang pembicara.(Dawson dalam Tarigan, 1986: 29).

4. Tujuan Menyimak

Tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:

a. da orang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

b. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain), singkatnya dia menyimak untuk mengevaluasi.

d. Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disamakannya itu (misalnya: pembacaan cerita,

(7)

pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskus panel, perdebatan) pendek kata orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat

mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan menunjangnya dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.

f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak membedakan arti: biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan, dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif (Shorpe dalam Tarigan, 1986: 56)

(8)

5. Ragam Menyimak

Dalam pembicaraan terdahulu telah dikemukakan bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, diantaranya:

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya:

1) Menyimak Sosial

Jenis menyimak ini biasanya berlangsunng dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkeraman mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yag hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan ole seorang rekan (Dawson dalam Tarigan, 1987: 37)

(9)

2) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif

3) Menyimak Estetik

Menyimak estetik ataupun yang disebut menyimak apresiatif adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.

4) Menyimak Pasif

Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai serta menguasai sesuatu bahasa.

Menyimak untuk jenis ini bahan-bahan yang disimak harus dipahami serta dirinci, diteliti dan lebih mendalam. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan, bimbingan dari guru.

Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima yaitu: 1) Menyimak Kritis

Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat.

(10)

2) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah.

3) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan knestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan. 1987 : 46)

4) Menyimak Interogatif

Menyimak interogratif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin.

5) Menyimak Eksplorasif

Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidiki atau exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.

6. Pengertian Berita

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapat informasi dari berbagai sumber, seperti melalui percakapan, rekaman, siarana radio, dan

(11)

juga televisi. Setiap informasi yang kita dengarkan itu pasti memiliki pokok-pokok berita.

Berita sendiri berasal dari bahasa Sansekerta “vrit” yang dalam bahasa Inggris disebut “write” yang artinya sebenarnya adalah “ada” atau “terjadi”. Ada juga yang menyebut dengan “vritta” artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Menurut Kamus Besar, berita berarti laporan mengenal kejadian atau peristiwa yang hangat.

Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagaian besar khayalak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet. News (berita) mengandung akta sesuatu yang baru, yang diketengahkan bagi khayalak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan.

Sedangkan menurut para pakar pada salah satu blog di internet mengartikan berita berbagai macam yakni: Menurut Dean M. Lyle spencer, berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagaian besar dari pembaca. Menurut Willard C. Bleyer, berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Menurut William S Maulsby: berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Dan masih banyak lagi.

(12)

Dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang ahrus diperhatikan dari definisi tersebut, yakni: laporan kejadian atau peristiwa atau pendapat yang menarik dan penting disajikan secepat mungkin kepada khalayak luas.

Dalam berita juga terdapat jenis-jenis berita yaitu:

a. Straight news: berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas, sebagaian besar halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini. Jenis berita straight news dipilih lagi menjadi dua macam.

b. Depth news: berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

c. Investigation news: berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

d. Opinion news: berita mengenal pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi, poleksasbudhankam, dan sebagaianya.

Bagian berita, secara umum berita mempunyai bagian-bagian dalam suasana yaitu:

a. Headline

Biasanya disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul, ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan, (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.

(13)

b. Deadline

Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian, adapula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.

c. Lead

Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.

d. Body

Tumbuh berita, isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.

7. Menemukan Pokok-Pokok Berita

Unsur-unsur berita atau pokok berita sebagai rumus umum penulisan berita, unsur-unsur berita itu dikenal dengan 5W+1H (Romli, 2009: 10), diantaranya:

(1) What-apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa?

What adalah apa yang ditulis, tema yang diangkat dalam berita, atau hal yang dibahas dalam berita tersebut.

(14)

(2) Who-siapa yang terlibat di dalamnya?

Who adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di what, unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif di bidangnya. Unsur siapa ini harus dijelaskan dengan menunjukkan ciri-cirinya seperti nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lainnya berupa gelar (bangsawan, suku, pendidikan) pangkat atau jabatan.

(3) Where-di mana terjadinya peristiwa itu?

Unsur ini menanyakan lokasi kejadian peristiwa (dimana) atau tempat berlangsungnya peristiwa tersebut.

(4) When-kapan terjadinya?

Unsur ini adalah menanyakan kapan peristiwa terjadi. (5) Why-mengapa peristiwa itu terjadi?

Unsur ini menanyakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi.

(6) How-bagaimana terjadinya?

Pertanyaan how/bagaimana ini menggambarkan suasana dan proses peristiwa terjadi.

Semua unsur di atas sangat perlu diperhatikan dalam sebuah berita (http://andi-iccank.com).

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai berita penulis mengambil kesimpulan, bahwa berita ialah informasi yang baru dan penting mengenai suatu peristiwa, keadaan, gagasan, atau manusia yang

(15)

enam pertanyaan 5W + IH. 5W + IH adalah unsur-unsur berita diantaranya unsur peristiwa, unsur waktu, unsur tempat, unsur orang/manusia, unsur latar belakang, dan unsur kronologis peristiwa.

8. Menyimak Berita

Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara, diskusi, seminar, dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dan sebagainya.

Setelah siswa menyimak. Selanjutnya siswa disuruh: a. Menuliskan pokok-pokok berita.

b. Menuliskan isi berita

c. Mengemukakan kembali berita yang didengar/disimak.

Menyimak berita dengan tujuan tersebut termasuk jenis menyimak komprehensif. Penyimak hendaknya mengetahui apa pesan yang sebenarnya hendak disimak. Cara menemukan pokok-pokok berita, diantaranya:

a. Mengidentifikasi berita-berita utama dari berita-erita yang dibacakan. Untuk mengidentifikasi berita utama dari seluruh berita yang dibacakan, penyimak harus tahu atau tanggap pada posisi mana si pembaca berita meletakkan penekanan atau berita utama. Umumnya, berita utama diletakkan setelah pendahuluan alinea, dinyatakan secara

(16)

singkat, di ulas kembali di sepanjang berita, kemudian dinyatakan kembali dalam kesimpulan.

b. Menggunakan kata tanya 5W + IH untuk melacak kelengkapan isi berita.

Kata tanya 5W + IH dapat membantu melacak kelengkapan isi berita. Selain itu, kata itu dapat membatasi/memfokuskan perhatian penyimak agar tidak terlalu meluas atau menyempit. Dengan cara tersebut. Pokok-pokok berita dapat ditemukan dengan efektif oleh penyimak berita.

Kemampuan lain yang perlu dimiliki oleh penyimak berita (komprehensif adalah menyimpulkan isi berita yang didengar/disimak. Kesimpulan adalah data yang tidak disampaikan dalam berita, tetapi hanya diimplikasikan saja. Kesimpulan adalah asil penaksiran murni dari penyimak terhadap berita yang di dengar. Karena itu, penyimak berita yang baik harus dapat menyimak gagasan utama maupun rinciannya secara ekplisit maupun implisit.

Mengemukakan kembali isi berita yang di dengar atau disimak dari media maupun pembicara merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah penyimak telah menyimak dengan efektif dan komprehensif atau tidak. Catatan garis besar dengan 5W + IH dapat membantu penyimak mengungkapkan kembali isi berita yang di dengar atau disimak secara sistematis. (http://prabareta.blogspot.com/ 2009/01/keterampilan-menyimak.html)

(17)

10. Model Pembelajaran Kooperatif

Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualitis telah mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa biasanya datang ke sekolah dengan harapan untuk mengkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi yang terbaik. Dalam belajar kompetitif dan indivualitas, guru menempatkan siswa pada tempat duduk terpisah dari siswa yang lain. Kata-kata “dilarang mencontoh”, “geser tempat dudukmu”, “saya ingin agar kamu bekerja sendiri”, dan “jangan perhatian orang lain, perhatikan dirimu sendiri”. Sering digunakan dalam belajar kompetitif dan indivualitas (Johnson dalam Trianto: 55). Proses belajar seperti itu masih terjadi dalam pendidikan di Indonesia sekarang ini.

Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualitas akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualitas, yaitu (a) kompetisi siswa kadang tidak sehat, (b) siswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi, (c) siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan (d) dapat membuat frustasi siswa lainnya (Slaun dalam Tarigan, 2010: 56). Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.

Artzt dan Newman dalam Trianto (2010: 56) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa bersama sebagai suatu tim dalam

(18)

menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivitis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosoial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tuujuan yang dari awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adala siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, dalam Trianto, 2010: 57). Johnson dalam Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan

(19)

keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell & Descamps dalam Trianto, 2010: 57).

a. Beberapa Variasi dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidak terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu:

1) STAD (Student Teams Achievement Divison)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

2) Tim Ahli (jigsaw)

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

3) Investigasi kelompok (group investigation)

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sulit untuk diterapkan, model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.

(20)

Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memiliki topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

4) Thinks Pair Share (TPS)

Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think pair share ini dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends dalam Trianto (2010: 81), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Trianto, 2010: 81).

11. Model Pembelajaran Snowball Throwling

Proses belajar yang dapat meningkatkan aktivitas dalam keterampilan bertanya dengan baik, sistematis, sesuai dengan masalah yang tertuang dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di antaranya adalah bertanya. Dengan bertanya siswa mampu menggali materi yang belum dapat dijelaskan oleh guru. Melalui pertanyaan yang sistematis, siswa dapat berlatih menyusun kalimat yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa

(21)

Indonesia. Tidak sedikit siswa yang mengemukakan pertanyaan yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Bahkan mereka belum mampu merumuskan pertanyaan denagn baik dan benar.

Metode snowball-throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju(snowball-throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

Metode snowball throwing adalah metode yang digunakan untuk memperdalam satu topik. Metode ini bisa dilakukan oleh beberapa kelompik yang terdiri darilima sampe delapan orang yang memiliki kemampuan merumuskan pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola. Kemudian, kertas itu dilemparkan kepadakelompok lain yang untuk ditanggapi denagn menjawab pertanyaan yang dilemparkan tersebut.

Secara sederhana metode snowball throwing dapat digambarkan sebagai berikut. Siswa merumuskan pertanyaan secara tertulis di kertas berdasarkan materi yang diterangkan oleh guru. Kemudian kertas tersebut dilipat-lipat sedemikian rupa lalu dilemparkan kepada kelompok lain. Setelah membuka kertas tersebut, kelompok lain

(22)

itu menjawab pertanyaan dan melemparkan kembali ke kelompok yang menulis pertanyaan tadi. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran talking stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas, menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaan.

a. Langkah-langkah pembelajaran snowball throwling

1) Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.

2) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan teks berita.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menyimakan berita yang diberikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut berita atau pokok-pokok berita yang sudah dibacakan oleh ketua kelompoknya.

Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama + 15 menit.

5) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan yang diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

(23)

6) Evaluasi 7) Penutup

Model pembelajaran ini akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menurut peserta didik untuk berfikir analisis bahkan mungkin sintesis. Model atau metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya, yaitu:

Kelebihan:

1. Melatih kesiapan siswa

2. Saling memberikan pengetahuan Kekurangan:

1. Pengetahuan tidak laus hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa

2. Tidak efektif

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah peneliti uraikan maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat ditetapkan. Mengingat pentingnya kemampuan menyimak atau mendengarkan berita untuk menemukan pokok-pokok beritanya yang disimak, maka perlu adanya pembelajaran yang bervariasi dan lebih efektif. Namun pada kenyataannya di sekolah khususnya SMP Negeri I Kemangkon proses pembelajarannya masih menggunakan paradigma lama yakni belajar kompetitif dan indivualitas. Model pembelajaran ini membuat persaingan diantara siswa tidak sehat, siswa berkemampuan rendah kurang termotivasi. Siswa hanya mengandalkan

(24)

guru semata, enggan bertanya, berpendapat, mengerjakan soal secara mandiri dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.

Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan siswa mendengarkan berita untuk menemukan pokok-pokok berita yaitu dengan menerapkan metode atau model peembelajaran snowball throwling. Model pembelajaran snowball throwling yaitu metode yang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran, siswa berpartisipasi secara aktif sehingga siswa dapat memahami materi yang sedang diajarkan dengan cara bertukar pendapat dan tanya jawab. Siswa di SMP Negeri 1 Kemangkon, khususnya kelas VIII A yang terdiri dari 39 siswa, dalam proses belajar ini sebelumnya guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan dan KD yang ingin dicapai. Kemudian guru menjelaskan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran menemukan pokok-pokok berita yakni menggunakan metode snowboll throwling dengan media teks berita yang digunakan sebagai bahan berkelompok dan simakan siswa, teks berita dibacakan oleh masing-masing ketua kelomppok pada anggotanya sehingga masing-masing anggota akan lebih memahami isi berita dan mampu menemukan pokok-pokok yang ada di dalamnya, setelah itu menggunakan media kertas putih sebagai alat atau perantara untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan siswa dalam menemukan pokok-pokok berita dengan mereka dapat membuat pertanyaan dan jawaban dari berita yanng sudah disimaknya. Siswa lalu kertas pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain hal ini membangkitkan motivasi siswa untuk mendapatkan 1 bola salju yang berisi pertanyaan tersebut dan menjawabnya. Guru dalam proses pembelajaran

(25)

berfungsi sebagai fasilitator, siswa boleh menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

C. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan dari kajian teori, kerangka berfikir, dan hasil penelitian, maka tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa mendengarkan untuk menemukan pokok-pokok berita melalui metode snowball throwling dalam proses pembelajaran dapat meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Kompetensi Sumber Daya Manusia,

The final results showed that the profitability and the size of the company does not affect the disclosure of corporate social responsibility, while the effect on the

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan secepatnya, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima

Asumsi dapat berupa teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran peneliti sendiri. Adapun materinya, asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak

Melihat peran perempuan dalam kebanyakan film hollywood, terutama film animasi, The Incredibles 2 menyajikan konsep kekuasaan pada gender dengan cara yang menarik, yaitu

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah dan mengingat luasnya penilitian ini, maka penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh

Fokus kepada persamaan nilai dimana pendekatan ini akan berhasil jika pemasar memiliki pemahaman yang superior terhadap masalah yg dapat dipecahkan oleh suatu produk tertentu

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perubahan variabel fisik-kimia dan sensori Pisang Mas selama di display di Mini Market “MITRA” Semarang, dengan dua kondisi