• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Kemenkop dan UKM (2010) menunjukkan 99,99% dari keseluruhan pelaku usaha di Indonesia merupakan UMKM, sisanya sebesar 0,01% merupakan Usaha Besar (UB). Jika ditinjau dari segi penyerapan tenaga kerja, UMKM mampu menyerap rata-rata 97,17% tenaga kerja. Sementara kontribusi rata-rata UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 57,88%.

Meskipun demikian, peranan ekspor non migas UMKM jauh lebih kecil dibandingkan dengan UB. Jumlah UMKM yang mencapai 99,99% dari total pelaku usaha hanya mampu menyumbang nilai ekspor non migas sebesar rata-rata 18,2%. Sementara UB dengan jumlah usaha hanya sebesar 0,01% dari total pelaku usaha mampu menyumbangkan nilai ekspor non migas yang lebih tinggi, yaitu dengan rata-rata 81,8% sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.1.

(2)

Tabel 1.1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2005-2009 (Kemenkop dan UKM, 2010)

Jumlah Unit Usaha

Keterangan Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Unit) (%) (Unit) (%) (Unit) (%) (Unit) (%) (Unit) (%) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 47.017.062 99,99 49.021.803 99,99 50.145.800 99,99 51.409.612 99,99 52.764.603 99,99 Usaha Besar (UB) 5.022 0,01 4.577 0,01 4.463 0,01 4.650 0,01 4.677 0,01

Jumlah Tenaga Kerja

Keterangan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) (%) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 83.586.616 96,85 87.909.598 97,30 90.491.930 97,27 94.024.278 97,15 96.211.332 97,30 Usaha Besar (UB) 2.719.209 3,15 2.441.181 2,70 2.535.411 2,73 2.756.205 2,85 2.674.671 2,70 PDB Keterangan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 979.501,3 55,95 1.035.615,3 58,49 1.100.670,9 58,44 1.165.753,2 58,35 1.214.725,3 58,17 Usaha Besar (UB) 771.314,0 44,05 734.893,0 41,51 782.878,2 41,56 832.184,8 41,65 873.567,0 41,83

Total Ekspor Non Migas

Keterangan

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) (Rp. Miliyar) (%) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 110.338,1 20,28 123.767,9 17,95 140.363,8 17,66 178.008,3 18,10 162.254,5 17,02 Usaha Besar (UB) 433.863,7 79,72 565.644,7 82,05 654.508,3 82,34 805.532,1 81,90 790.835,3 82,98

(3)

Berbagai faktor penghambat UKM dalam kegiatan ekspor diungkapkan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian UMKM dan PT. Nusa Narakarsa Consultant (2004) yaitu aksesibilitas terhadap sumber daya produktif, spesifikasi produk, kapasitas produksi, dokumen ekspor, dan biaya kegiatan ekspor.

Kuncoro (2009) mengungkapkan bahwa masalah dasar yang dihadapi UMKM adalah kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan jaringan usaha kerja sama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif, pembinaan yang kurang terpadu serta kurangnya kepercayaan masyarakat dan kepedulian terhadap usaha kecil.

Pada tahun 2006, Pusat Inovasi Small and Medium Enterprises APEC melakukan studi mengenai daya saing global dari SME di 13 negara APEC (Tambunan, 2008). Daya saing diukur melalui indeks antara 1,0 (paling rendah) dan 10,0 (paling tinggi) yang dikembangkan berdasarkan sejumlah faktor termasuk diantaranya jenis teknologi yang digunakan, metode produksi yang diterapkan dan jenis produk yang dibuat. Semuanya mengandung satu unsur penting, yakni teknologi. Hasilnya, Indonesia merupakan negara yang UKM-nya berdaya saing rendah dengan skor di bawah 4 yang disajikan pada Gambar 1.1.

(4)

Gambar 1.1. Daya Saing UKM di Sejumlah Negara APEC (Tambunan, 2008)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan faktor penting dalam mendorong daya saing. Teknologi dalam konteks sistem produksi merupakan alat melakukan transformasi input (berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, energi, dan sebagainya) menjadi output bernilai tambah (barang jadi atau barang modal). Mengingat pentingnya teknologi dalam memenangkan persaingan, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui performa teknologi suatu industri.

Disamping itu teknologi juga merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan perkembangan suatu industri. Dalam dunia usaha dewasa ini sangatlah sulit memisahkan dunia usaha dengan teknologi. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa keberhasilan suatu unit usaha tidak hanya ditentukan dengan merancang suatu sistem yang baik untuk menghasilkan keluaran yang baik

(5)

pula, tetapi ditentukan pula oleh kemampuan manajerial yang baik dalam mengantisipasi lingkungan teknologi yang berubah. Industri merupakan salah satu sektor penggerak ekonomi yang secara nyata mampu memberikan sumbangsih yang besar terhadap pendapatan nasional maupun daerah. Diberlakukannya pasar bebas juga memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk dapat bersaing dalam mengguasai pasar dalam negeri.

Dari beberapa alasan tersebut, mengharuskan para pelaku industri untuk berusaha meningkatkan daya saing industrinya dengan meningkatkan kinerja dan kualitas produknya, salah satunya dengan meningkatkan performa teknologi yang dimilikinya. Menurut United Nation-Economics and Social for Asia and the Pasifik (UNESCAP, 1989) dalam Atlas Project: Teknologi adalah kombinasi dari empat komponen dasar yang membangunnya, yang terdiri dari perangkat teknologi (technoware), manusia (humanware), informasi (infoware),dan organisasi (orgaware).

Untuk mengukur seberapa besar kontribusi teknologi yang telah diterapkan dapat digunakan metode teknometrik dari UNESCAP. Metode teknometrik merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengukur kontribusi gabungan dari empat komponen teknologi, yaitu technoware, humanware, inforware dan orgaware dalam suatu proses transformasi input menjadi output. Konsep dasar metode ini adalah menganalisa kekuatan dan kelemahan internal maupun eksternal perusahaan dan membuat rekomendasi perbaikan hingga dapat diambil tindakan manajemen yang sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh.

(6)

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran performa teknologi industri dengan menitikberatkan pada pengukuran keempat komponen teknologi yaitu technoware, humanware, orgaware, dan infoware. Secara khusus, pengukuran dengan teknometrik dilakukan dengan studi kasus pada Industri Kecil Menengah (IKM) kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. Menurut tokoh perajin tenun di Desa Pringgasela keberadaan kerajinan tenun tersebut sudah berlangsung sejak lama dan dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat. Namun dalam perkembangannya usaha kerajinan tenun ini dapat dikatakan dikatakan berjalan lambat karena dari segi teknologi yang dipergunakan masih sangat sederhana dengan kapasitas produksi yang relatif masih sedikit. Sampai dengan saat ini jumlah perajin tenun di Desa Pringgasela berjumlah delapan perajin yang masih tetap melakukan kegiatan pembuatan kain tenun. Saat ini, pasar kain tenun sedang turun, persediaan produk menumpuk karena tidak terserap pasar seluruhnya. Masalah pemasaran yang dihadapi IKM pada umumnya adalah keterbatasan teknologi dan SDM akibatnya perusahaan tidak mampu menghasilkan produk yang diharapkan pasar.

Oleh karena itu IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela perlu meningkatkan daya saing industri melalui performa teknologi yang dimilikinya. Pengukuran performa teknologi dengan menggunakan metode teknometrik dari UNESCAP dapat dilakukan untuk mendapatkan tingkat kandungan teknologi pada IKM kerajinan tenun Desa Pringgasela Lombok Timur.

Selain melakukan analisis kandungan teknologi, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis terhadap perbaikan kualitas produk dengan mempertimbangkan

(7)

tingkat kepentingan, harapan serta kepuasan konsumen yang berfokus kepada kebutuhan dan harapan dari pelanggan terhadap suatu produk (customer driven).

1.2 Rumusan Masalah

Berdarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar kandungan teknologi industri kerajinan tenun di Desa Pringgasela saat ini?

2. Apa permasalahan utama yang dihadapi IKM tenun Pringgsela Lombok Timur dalam mengembangkan serta menerapkan teknologi?

3. Seberapa besar tingkat kebutuhan konsumen terhadap kualitas produk tenun di Desa Pringgasela saat ini?

4. Apakah usulan pengembangan industri kerajinan tenun khususnya dalam peningkatan teknologi?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Identifikasi komponen teknologi (technoware, humanware, infoware, dan orgaware) pada industri kerajinan tenun Pringgasela Lombok Timur. 2. IKM yang diteliti terbatas pada delapan perajin tenun yang ada di Desa

(8)

3. Evaluasi kualitas produk didasarkan pada customer needs (tingkat kepentingan, tingkat kepuasan, dan tingkat harapan pelanggan).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tingkat kandungan teknologi pada IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur. 2. Mengidentifikasi permasalahan utama yang dihadapi IKM tenun

Pringgasela Lombok Timur dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan teknologi.

3. Mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk tenun Pringgsela Lombok Timur.

4. Memberikan usulan kegiatan pengembangan teknologi pada IKM kerajinan tenun di Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Menjadi pengetahuan tambahan untuk penelitian identifikasi kandungan komponen teknologi disuatu industri menggunakan metode teknometrik. 2. Memberikan gambaran tentang level kandungan komponen teknologi yang

dimiliki oleh Industri Kecil Menengah (IKM) khusnya industri kerajinan tenun Desa Pringgasela Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.

(9)

3. Menjadi bahan masukan atau usulan terhadap kebijakan pembinaan teknologi, khususnya pada Industri Kecil Menengah (IKM) kerajinan tenun di Desa Pringasela Kecamatan Pringgasela Lombok Timur.

1.6 Sistematika Penulisan

Hasil perancangan akan didokumentasikan dalam bentuk tulisan dengan format penulisan sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian yang diharapkan dari analisis kandungan komponen teknologi industri kecil kerajnan tenun Pringgasela dengan menggunakan metode teknometrik.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Berisi tentang uraian sistematis dari hasil penelitian dan perancangan yang sudah dilakukan sebelumnya yang didapatkan dari peneliti terdahulu yang berhubungan dengan industri dengan pendekatan teknometrik dan Quality Function Deployment (QFD).

3. Bab III Landasan Teori

Penjabaran teori yang mendukung dan berguna untuk proses perancangan yang berisi landasan dan panduan untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam perancangan. Landasan teori berisi tentang pengertian Industri Kecil Menengah (IKM), defenisi teknologi, komponen-komponen dasar teknologi, metode teknometrik, serta pengertian Quality Function Deployment (QFD).

(10)

4. Bab IV Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang detail tentang penelitian mulai dari tahap penelitian, yang terdiri dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data untuk mencari nilai TCC (Technology Contribution Coefficient) dengan menggunakan metode teknometrik, dan metode evaluasi tingkat kepuasan konsumen.

5. Bab V Hasil dan Pembahasan

Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil dan analisis kandungan teknologi (technoware, humanware, infoware, dan orgaware) industri tenun Pringgasela, analisis tentang tingkat kepuasan konsumen terhadap produk tenun Pringgasela serta usulan pengembangan IKM tenun Pringgasela.

6. Bab VI Penutup

Berisi tentang kesimpulan atas analisa kandungan komponen teknologi dan analisa tingkat kepuasan konsumen serta saran dan usulan pengembangan industri tenun Pringgasela Lombok Timur.

Gambar

Gambar 1.1. Daya Saing UKM di Sejumlah Negara APEC (Tambunan, 2008)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Sehubungan hal itu perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengkaji dosis substitusi azolla dalam pakan komersil sebagai pakan yang memberikan nilai tinggi

KAJIAN ISI, BAHASA, KETERBACAAN, DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK.. UNTUK KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK SEMESTER 1

Komunikasi yang baik tersebut dapat dilakukan berupa adanya sosialisasi terhadap direksi mengenai fungsi pengawasan komisaris independen dalam hal

Perkebunan Glenmore telah melakukan pencemaran salah satunya adalah pence- maran air karena limbah cair yang telah dihasilkan selama pengelolaan industri karet, kopi,

kali ini adalah efisiensi removal rata-rata optimum untuk ammonia terdapat pada reaktor 0,5 mg/l dengan sistem pengadukan menggunakan aerasi yaitu sebesar 84%.. Reaktor dengan