• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain :"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Dasar Teori

2.1.1. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pemilihan beberapa tindakan alternatif yang ada untuk mencapai satu atau banyak tujuan yang telah diterapkan (Turban, 2005).

SPK adalah sistem yang memiliki karakteristik utama seperti yang diungkapkan oleh Sprague dan Watson (1993), diantaranya yaitu :

a. Sistem berbasis komputer

b. Digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan

c. Memecahkan masalah-masalah rumit yang mustahil untuk dilakukan secara manual

d. Menggunakan cara simulasi yang interaktif e. Komponen utama berupa data dan model analisis

Komponen utama dalam Sistem Pendukung Keputusan, antara lain :

a. Pengelolaan Data (Database Management) merupakan subsistem data yang terorganisasi dalam sebuah basis data. Diperlukan data yang relevan dengan masalah yang akan dipecahkan dengan simulasi.

b. Pengelolaan Model (Modelbase) merupakan model yang merepresentasikan masalah ke dalam format kuantitatif (matematis) sebagai dasar simulasi dalam pengambilan keputusan karena memungkinkan sistem menganalisis secara utuh dan mengembangkan solusi alternatif.

c. Pengelolaan Dialog (User Interface) merupakan subsistem dialog yang menggabungkan pengelolaan data dan pengelolaan model yang menampilkan keluaran sistem untuk menerima masukan dari user ke dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK).

(2)

Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Kadarsah (2002): a. Tahap Pemahaman (Intelligency Phase)

Proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasi masalah.

b. Tahap Perancangan (Design Phase)

Proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan atau solusi yang dapat diambil. Tahap ini merupakan representasi dari kejadian nyata yang mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.

c. Tahap Pemilihan (Choice Phase)

Pemilihan diantara berbagai alternatif solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan supaya ditentukan atau dengan menetukan kriteria-kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

d. Tahap Implementasi (Implementation Phase)

Penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat di tahap perencanaan dan pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih di tahap pemilihan.

2.1.2. Metode Analytic Hirearchy Process (AHP)

Analytic Hirearchy Process (AHP) merupakan teknik terstruktur untuk mengatur dan menganalisis keputusan yang kompleks berdasarkan matematika dan psikologi yang dikembangkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika yang bekerja di University of Pittsburgh di Amerika pada tahun 1970 (Iryanto, 2008).

Langkah-langkah metode AHP : a. Dekomposisi (Decomposition)

Dekomposisi merupakan pemecahan atau pembagian masalah yang kompleks menjadi berbentuk bagian-bagian hierarki yang lebih detail dimana setiap elemennya saling berhubungan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Hierarki disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan di sebuah sistem dengan memeerhatikan elemen keputusan yang terlibat.

(3)

Gambar 2. 1 Diagram Dekomposisi Metode AHP b. Perbandingan Penilaian (Comparative Judgments)

Perbandingan penilaian merupakan proses membandingkan secara berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Hasilnya skala penilaian berupa angka. Perbandingan penilaian ini berpengaruh terhadap urutan prioritas dari elemen-elemennya. Skala kepentingan yang digunakan berupa skala 1 yang merupakan tingkat terendah (equal importance) hingga skala 9 berupa tingkatan tertinggi (extreme importance) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 (Yusuf, 2012).

Tabel 2. 1 Skala Bobot Kriteria AHP menurut Thomas L. Saaty

Intensitas

Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Elemen sama penting Kedua variabel memiliki

pengaruh kepentingan yang sama

3

Elemen satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya

Penilaian sedikit memihak pada salah satu variabel dibanding variabel lainnya

5

Elemen satu lebih penting dibanding elemen lain

Penilaian memihak pada sebuah variabel dibanding variabel lainnya

7

Elemen satu sangat penting dibanding elemen lain

Suatu variabel lebih dominan dibandingkan variabel lainnya

9

Elemen satu mutlak sangat penting

dibanding elemen lain

Suatu variabel merupakan variabel tertinggi daripada variabel lainnya

2,4,6,8

Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

(4)

c. Sintesis Prioritas (Synthesis of Priority)

Sintesis prioritas digunakan untuk memperkirakan bobot kepentingan atau menentukan prioritas dari masing-masing alternatif. Sintesis prioritas diperoleh dari metode eigen vektor atau perkalian prioritas lokal dengan prioritas kriteria bersangkutan pada level yang lebih tinggi dan dijumlahkan dengan setiap elemen di level yang dipengaruhi kriteria, sehingga menghasilkan prioritas global (gabungan) untuk memboboti prioritas lokal di level terendah sesuai kriteria. Vektor eigen (eigen vector) merupakan vektor kolom yang tidak bernilai nol, yang apabila dikalikan dengan suatu matriks berukuran n x n akan menghasilkan vektor lain yang memiliki nilai kelipatan dari vektor Eigen itu sendiri (Kuttler, 2012).

d. Logika Konsistensi (Logical Consistency)

Logika konsistensi digunakan untuk menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Logika konsistensi dilakukan dengan mengagresikan seluruh eigen vektor dari berbagai tingkatan hierarki yang kemudian diperoleh composite vector tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan.

Langkah-langkah metode AHP sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998):

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama, dilanjutkan subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif di tingkat kriteria terbawah. c. Membuat perankingan kriteria sesuai dengan tingkat kepentingannya sesuai

dengan skala prioritas Saaty seperti pada Tabel 2.1.

d. Membuat matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison matrix) pada masing-masing kriteria yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria lainnya seperti pada (2.1).

enm =

𝒙𝒏

(5)

Keterangan : e = elemen matriks

x = kolom dan baris matriks

n = urutan matriks kolom m = urutan matriks baris

e. Membuat matriks normalisasi, seperti (2.3) untuk memperoleh bobot kriteria (priority vector) pada (2.4), yaitu membagi nilai-nilai elemen di setiap kolom yang dibagi dengan total kolomnya, seperti yang dihitung pada (2.2).

znm = e1m + e2m + ... + enm...(2. 2) Nnm = 𝒆𝒏𝒎 𝒛𝒏𝒎 ...(2. 3) PVn = 𝑵𝒏𝒎 ∑ 𝒙 ...(2. 4) Keterangan :

z = jumlah elemen matriks per kolom N = normalisasi elemen matriks per kolom PV = vektor prioritas masing-masing kolom

f. Vektor eigen diperoleh dengan menjumlahkan nilai di setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk memperoleh nilai rata-rata, seperti pada perhitungan (2.5).

Axn = (xn1* PV1) +(xn2* PV2)+...+ (xnm*PVn)...(2. 5) g. λ maks merupakan nilai eigen terbesar dari matriks berordo n. Nilai eigen

terbesar (λ maks) diperoleh dari jumlah hasil kali dari jumlah kolom dengan eigen vektor utama dengan perhitungan pada (2.6).

λ maks =( 𝑨𝒙𝟏 𝑷𝑽𝟏)+ ( 𝑨𝒙𝟐 𝑷𝑽𝟐)+...+ ( 𝑨𝒙𝒏 𝑷𝑽𝒏)...(2. 6) h. Indeks Konsistensi (Consistency Index / CI) merupakan ukuran kekonsistenan

dari bobot kriteria. Apabila CI bernilai nol (0), maka bobot yang diberikan konsisten. Perhitungan dapat di lihat pada (2.7).

CI = (𝝀 𝒎𝒂𝒌𝒔 − 𝒏)(𝒏−𝟏) ...(2. 7) i. Namun apabila CI yang diperoleh lebih dari nol (0), maka diperlukan pengujian ketidakkonsistenannya dengan menghitung nilai Rasio Konsistensi

(6)

(Consistency Ratio / CR). Rasio Indeks (RI) merupakan skala untuk mengukur rasio konsistensi. Nilai dari rasio indeks terdapat pada Tabel 2.2 dan persamaan perhitungan CR dapat di lihat pada (2.8).

Tabel 2. 2 Nilai Rasio Indeks (RI)

Jumlah

Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nilai RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45

CR = 𝑪𝑰

𝑹𝑰...(2. 8)

j. Jika diperoleh nilai CR kurang dari atau sama dengan 10% (0,1) maka ketidakkonsistenannya masih dapat diterima. Namun jika belum, diperlukan perlu perbandingan berpasangan kembali (iterasi 2) sampai diperoleh nilai CR kurang dari atau sama dengan 0,1.

k. Menghitung matriks berpasangan dari masing-masing alternatif untuk setiap kriteria seperti pada perhitungan (2.1). Matriks berpasangan ini dihitung normalisasinya seperti di perhitungan (2.2). Kemudian melakukan perhitungan (2.3) untuk memperoleh vektor eigennya di masing-masing kriteria.

l. Perankingan alternatif diperoleh dari hasil penjumlahan dari perkalian bobot alternatif (priority matrix) dengan bobot kriteria (priority vector) yang bersesuaian seperti pada persamaan (2.9).

PVakhir = (PVn x PVn1) + (PVn x PVn2) + ... + (PVn x PVnm) ...(2. 9) Keterangan :

PV akhir = vektor prioritas suatu kriteria di sebuah alternatif

2.1.3. Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Siklus Hidup Pengembangan System atau Systems Development Life Cycle

(SDLC) merupakan suatu proses pembuatan atau pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. SDLC merupakan metode pengembangan sistem tradisional yang digunakan pada organisasi saat ini (Turban, 2005).

(7)

Tahap-tahap dalam SDLC, antara lain : a. Perencanaan (planning)

Tahap perencanaan bertujuan mengidentifikasi sistem yang akan dikembangkan seperti jangka waktu pelaksanaan, manfaat serta tujuan pembuatan sistem, sumber dana dan pelaksananya. Tahap ini penting karena diperlukannya identifikasi secara terperinci seperti merumuskan masalah dan rencana alur data dan informasi supaya efisien. Tahapan ini biasanya dituangkan dalam suatu proposal yang kemudian dievaluasi untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu proyek sistem dilanjutkan. Di dalam penilaian kelayakan suatu proyek, terdapat tiga komponen utama yaitu : 1. Kelayakan Operasional mengenai apakah operasional sistem dapat

dilaksanakan dengan SDM yang ada, pemeliharaan sistemnya, serta efisiensi dan efektivitas sistem yang ditawarkan.

2. Kelayakan Teknis mengenai ketersediaan hardware atau software yang akan dikembangkan, jadwal pelaksanaan, serta sistem keamanan datanya. 3. Kelayakan Ekonomis mengenai biaya pembuatan dan penggunaan sistem,

serta keuntungan penggunaan sistem tersebut. b. Analisis (analysis)

Tahap analisis merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh menjadi komponen-komponen untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan dan hambatan yang terjadi serta kebutuhan yang diharapkan. Di dalam tahapan ini, terdapat langkah-langkah yang dilakukan, yaitu :

1. Identifikasi Masalah

Tahap ini merupakan langkah pertama dari analisis sistem, yaitu mendefinisikan masalah yang harus dipecahkan.

2. Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh menjadi komponen-komponen untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah, kesempatan, maupun hambatannya sehingga dapat dilakukan perbaikan (Jogiyanto, 1999). Langkah-langkah dalam

(8)

melakukan analisis sistem yaitu menganalisis kelemahan sistem seperti

flexybility, accessibility, capasity, timeliness, security, simplicity, economy, relevence, eviciency, reliability dan accuracy serta menganalisis kebutuhan sistem seperti hardware, software, maupun brainware. Tools

yang dapat digunakan pada tahapan ini diantaranya, pendefinisian kebutuhan fungsional serta pembuatan diagram-diagram yang menggambarkan proses dari sistem seperti alur proses hierarki, context diagram (CD), data flow diagram (DFD) dan entity relation diagram

(ERD). c. Desain (design)

Tahapan ini bertujuan untuk memberikan gambaran rancangan secara lengkap, sebagai penuntun (guideline) untuk tahap implementasi dalam pembuatan sistem karena tahapan ini berkonsentrasi pada bagaimana sistem dibangun untuk memenuhi kebutuhan pada tahap analisis. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap desain, antara lain :

1. Desain Basis Data

Tujuan desain basis data (database) untuk memenuhi kebutuhan informasi user serta mendukung kebutuhan-kebutuhan pemrosesan dan beberapa objek penampilan.

2. Desain Antarmuka

Desain antarmuka merupakan rancangan tampilan yang akan tertampil pada layar.

d. Implementasi (implementation)

Tahapan ini mengimplementasikan analisis dan desain yang telah dibuat pada tahap sebelumnya dalam bentuk sistem aplikasi.

e. Pengujian (testing)

Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan (error) dari rancangan maupun program yang telah dibuat dan melakukan perbaikan. Pengujian terhadap faktor kualitas, antara lain :

1. Correctness 2. Functionality

3. Usability 4. Maintainability

(9)

f. Pengelolaan (maintenance)

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir pada SDLC, di mana sistem telah dijalankan di pihak client.

2.1.4. Proses Hierarki

Proses hierarki termasuk pada tahap analisis sistem di Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Hierarki merupakan sistem yang tingkatan-tingkatan (level) keputusannya berstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan keputusan. Secara umum hirarki dapat dibagi dua jenis (Permadi, 1992) :

i. Hierarki Struktural berupa uraian masalah kompleks yang diuraikan menjadi bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau besaran tententu sepenti jumlah, bentuk, ukuran atau warna.

ii. Hierarki Fungsional berisi uraian masalah kompleks yang menjadi bagian-bagiannya sesuai hubungan essensialnya Misalnya, masalah pemilihan pemimpin dapat diuraikan menjadi tujuan utama yaitu mencari pemimpin, kriteria pemimpin yang sesuai dan alternatif pemimpin-pemimpin yang memenuhi syarat. Penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.

2.1.5. Context Diagram (DFD Level 0)

Context Diagram (CD) merupakan diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup di suatu sistem. Menurut Pohan dan Bahri (1997),

Context Diagram (CD) merupakan bagian dari DFD yang berfungsi memetakan model lingkaran tunggal yang mewakili seluruh sistem.

Context Diagram merupakan level tertinggi pada DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Context Diagram memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem. Diagram ini menggambarkan hubungan sistem dengan lingkungan luarnya. Berikut merupakan simbol dan keterangan yang terdapat pada Tabel 2.3, yaitu :

(10)

Tabel 2. 3 Simbol Context Diagram (CD) SIMBOL KETERANGAN Terminator  Aliran Data (Data Flow) Proses (Process)

2.1.6. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem yang penggunaannya sangat membantu untuk memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas. DFD merupakan diagram yang menggunakan notasi simbol untuk menggambarkan arus data sistem (Jogiyanto, 2005). Pada DFD terdapat 4 simbol yang digunakan, seperti tampak pada Tabel 2.4 berikut ini :

Tabel 2. 4 Simbol Data Flow Diagram (DFD)

SIMBOL KETERANGAN

Entitas Eksternal (External Entity) Proses yang mentransformasikan data secara umum

Berkas atau tempat penyimpanan data atau file

atau

Simbol Aliran Data, yang

menggambarkan aliran data dari satu proses ke proses yang lain

Diagram Level n merupakan hasil pengembangan dari Context Diagram ke dalam komponen yang lebih detail tersebut disebut dengan top-down partitioning

(Leman, 1998).

2.1.7. Entity Relational Diagram (ERD)

Menurut Brady dan Loonam (2010), Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan teknik yang digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi, biasanya oleh System Analyst dalam tahap analisis persyaratan proyek pengembangan sistem. ERD beserta atributnya sebagai pendukung untuk pembuatan spesifikasi database atau DBMS (Database Management System).

(11)

Menurut Sikha (2003), pemodelan data menggunakan istilah Kardinalitas yang mengacu pada berapa kali instance dari satu entitas dapat berelasi dengan instance lain di entitas yang berbeda. Kardinalitas dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. One to One ( 1:1 ), Setiap anggota entitas A hanya boleh berhubungan dengan satu anggota entitas B, begitu pula sebaliknya.

2. One to Many ( 1:N ), Setiap anggota entitas A dapat berhubungan dengan lebih dari satu anggota entitas B tetapi tidak sebaliknya.

3. Many to Many ( M:N ), Setiap entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas himpunan entitas B dan demikian pula sebaliknya.

Simbol-simbol ERD dapat di lihat di Tabel 2.5. berikut ini. Tabel 2. 5 Simbol Entity Relation Diagram (ERD)

SIMBOL NAMA KETERANGAN

Entitas Suatu objek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan pemakai.

Relasi Adanya hubungan antara sejumlah entitas yang berbeda.

Atribut Mendeskripsikan karakter entitas (atribut yang berfungsi sebagai key garis bawah).

Garis Penghubung antara relasi dengan entitas, relasi dan entitas dengan atribut

2.1.8. Pengertian Peta

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. Beberapa sistem proyeksi yang lazim dipakai di Indonesia seperti proyeksi merkator, kerucut konformal, transverse merkator, yang masing-masimg sistem ini memiliki kelebihan maupun kekurangannya sendiri-sendiri, dan pemilihan proyeksi umumnya berdasarkan tujuan peta yang akan dibuat. (Prihandito,1998). Di masa globalisasi seperti sekarang ini, data infromasi yang diberikan peta dapat divisualisasikan ke dalam bentuk digital dengan Sistem Informasi Geologis. Sistem Informasi Geologis merupakan suatu tipe dalam teknologi informasi yang mengintegrasikan data dan informasi dari berbagai sumber seperti peta (Campbell, 2011).

(12)

2.2.Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan penulis ini mengacu pada penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain berupa (daftar lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 2.3) :

1. “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Pembangunan Tower Base Transceiver Station (BTS) pada Telkomsel dengan Metode Analytic Hirearchy Process (AHP) (Soaloon Sihaloho, 2014)

Penelitian ini membuat sistem aplikasi yang dapat menentukan lokasi BTS Telkomsel Medan dengan metode AHP. Kriteria-kriteria yang digunakan yaitu kepadatan penduduk, biaya, jarak, dan akses.

2. “Decision Support System for Determining The Location of Seminar”

(Muttaqin, 2015)

Terdapat 8 kriteria penilaian dengan masing-masing 22 sub kriteria dengan pembagian bobot rendah, sedang, dan tinggi. Penelitian ini menggunakan metode AHP sepagai perhitungan matematisnya serta GIS yang merupakan peta integratif dari referensi data geografis.

3. “Tourist Hotel Location Selection with Analytic Hierarchy Process”

(Kundakci dkk, 2014)

Terdapat 3 kriteria utama yaitu kondisi geografis, manajemen operasi, dan fasilitas transportasi dengan 15 sub kriteria.

4. “Locating Temporary Housing after the Earthquake, using GIS and AHP Technique (A Case Study: 15 Districts of Isfahan City)” (Nadery N., 2015)

Terdapat 3 kriteria yaitu performance, jarak dari pusat bencana, dan aksesnya dengan 14 sub kriteria. Subkriteria dari performance berupa kedekatan okasi dengan konsentrasi lebih tinggi dan lereng. Kriteria jarak dari pusat bencana memiliki sub kriteria berupa jarak dari bencana, area yang terkena bencana gempa, pusat gas, tekanan gas yang keluar, pusat listrik, jarak dari kereta bawah tanah. Kriteria akses memiliki 6 sub kriteria, yaitu jaringan komunikasi, PMI, pusat kesehatan, kantor pemadam kebakaran, tekstur baru, kantor polisi.

(13)

No Penulis Judul Tujuan Metode Hasil Kelebihan Kelemahan Penerbit Jurnal 1 Soaloon Sihaloho Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Pembangunan Tower Base Transceiver Station (BTS) pada Telkomsel dengan Metode Analytic Hirearchy Process (AHP) Menentukan lokasi cabang BTS Telkomsel Medan

Metode AHP Faktor penentu penempatan suatu BTS berupa tingkat geografis, populasi masyarakat, dan tingkat keamanan. Kriteria yang akan dilakukan

perhitungan dengan metode AHP berupa kepadatan penduduk, biaya, jarak, dan akses.

Sebagai alat bantu bagi pengambilan keputusan.

Sistem ini hanya menampilkan hasil perhitungan matriks dari metode AHP yang dapat membingungkan user apabila user dalam membaca hasil keluaran karena tidak mengenal metode AHP ini. Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) Volume 3, 2014 ISSN : 2339-210X 2 Muttaqin, Agus Harjoko Decision Support System for Determining The Location of Seminar Menentukan lokasi seminar Metode AHP dan GIS Terdapat 8 kriteria penilaian dengan masing-masing 22 sub kriteria dengan pembagian bobot rendah, sedang, dan tinggi. Sistem dapat memberikan informasi mengenai penyebaran alumni di tingkat provinsi hingga kota ataupun kabupaten.

Tidak dijelaskan secara rinci sub kriterianya apa saja.

Journal of Asian Scientific Research, 2015, e-ISSN : 2223-1331 3 Nilsen Kundakci, Esra Ayta Adali Tourist Hotel Location Selection with Analytic Hierarchy Process Menentukan lokasi hotel

Metode AHP Terdapat 3 kriteria utama yaitu kondisi geografis, manajemen operasi, dan fasilitas transportasi dengan 15 sub kriteria. Sistem membantu pengusaha dalam memilih lokasi sehingga dapat memperoleh keunggulan yang kompetitif sehingga dapat memilih lokasi secara efisien.

Tidak diperlihatkan contoh program yang telah dibuat.

Journal of Life Economics

(14)

J. after the

Earthquake, using GIS and AHP Technique (A Case Study: 15 Districts of Isfahan City)

pengungsian kriteria. Subkriteria dari performance berupa kedekatan okasi dengan konsentrasi lebih tinggi dan lereng. Kriteria jarak dari pusat bencana memiliki sub kriteria berupa jarak dari bencana, area yang terkena bencana gempa, pusat gas, tekanan gas yang keluar, pusat listrik, jarak dari kereta bawah tanah. Kriteria akses memiliki 6 sub kriteria, yaitu jaringan komunikasi, PMI, pusat kesehatan, kantor pemadam kebakaran, tekstur baru, kantor polisi.

apabila terjadinya bencana dengan studi kasus pada 15 kabupaten. masing kriteria dang sub kriterianya. & Humanities, Volume 3, 2015 ISSN 2345-2633

(15)

Gambar

Gambar 2. 1 Diagram Dekomposisi Metode AHP
Tabel 2. 4 Simbol Data Flow Diagram (DFD)

Referensi

Dokumen terkait

1) Melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. 2) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri

Hasil sebuah penelitian menunjukkan perbedaan tekanan darah antara pekerja shift dan non-shift dengan karakteristik usia subjek penelitian yang tidak berbeda antara kedua

Melihat proses pemberdayaan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan sepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukan

Dua komoditas di TN Taka Bonerate, yaitu kima lubang dan ikan malaja, perlu dievaluasi potensi dan sebarannya akibat pemanfaatan oleh masyarakat sekitar yang ditengarai telah

selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota kepada Pelaku Usaha

Definisi lainnya dari jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi dikemukakan oleh Lupiyoadi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

P.30/Menhut-II/2012 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Hak Pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa SKAU diterbitkan oleh Kepala Desa/ Lurah, sehingga data hasil